hukum perkawinan di indonesia lintas emp

Penulis Adalah Mahasiswa UIN SGD Bandung jurusan PMH/B Semester VI Tugas Resume
Beberapa Buku Tentang Perkawinan ini dapat dilihat di Alamat Blog
http://jajangnurjaman8.blogspot.co.id/

Perwalian dalam Pandangan Empat Madzhab dan Kompilasi Hukum Islam
A. Pengertian Umum tentang Wali
Perwalian dalam arti umum yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan wali.
Dalam urusan pernikahan, wali hakim yaitu penjabat unsan agama yang bertindak sebagai
wali
B. Pandangan Hanafiyah tentang Wali
Sebagaimana diketahui bahwa madzhab hanafiyah menyandarkan pada rasionalitas
dalam membuat keputusan hukumnya. Hal ini terlihat ketika mereka berpendapat bahwa
status wali hanyalah syarat perkawinan. Bukan rukum perkawinan. Ulama hanafiyah
meringkas rukun nikah terdiri atas ijab dan kabul. Status wali menjadi syarat sahnya
perkawinan khusus anak kecil, baik perempuan maupun laki-laki
C. Pandangan Malikiyah tentang Wali
Imam Malik, sebagiman dikutip Ibnu Rusyd, berpendapat bahwa ‘’tidak terjadi
pernikahan, kecuali dengan wali adalah syarat sahnya pernikahan sebagaimana riwayat hadis
Asyhab. Atas pemikiran malik, para pengikut imam malik atau dikenal malikiyah, lebih tegas
berpendapat wali adalah rukun dari sebagian rukun nikah, tidak sah akad nikah tanpa adanya
wali.

D. Pandangan syafi’iyah tentang wali
Madzhab syafi’iyah dalam hal ini diwakili oleh imam taqiuddin abi Bakar ibn
Muhammad Al-Husaini Al-Husyna Ad-Dimsyiqi Asy-syafii dalam kitabnya kifayatu AlAkhyar Fi halli Gayat Al-Iktisayar,dijelaskan bahwa wali adalah salah satu rukun nikah, tidak
sah pernikahan kecuali dengan wali.
Kriteria Baligh Menurut Fuqaha dan Penerapannya dalam PerundangUndangan di Indonesia dan Dunia Islam

A. Problematika Usia Dini dalam Pernikahan Islam
Masalah pernikahan dini adalah isu-isu kuno yang sempat tertutup oleh tumpukan
lembaran sejarah. Dan kini, isu tersebut kembali muncul ke permukaan hal ini tanpak
dahsyatnya benturan ide yang terjadi antar sarjana islam kelasik dalam merespon kasus
tersebut. Pendapat ibnu syubromah menyatakan bahwa agama melarang pernikahan dini
pernikahan sebelum usia baligh menurutnya nilai esensial pernikahan adalah memenuhi
kebutuhan biologis dan melanggengkan keturunan
B. Kriteria Usia Baligh menurut Fuqaha
Secara tersurat, Al-Quran tidak akan ditemukan ayat yang berkaitan dengan batas
usia perkawinan, tetapi jika diteliti lebih lanjut ada dua ayat dalam Al-Quran yaitu surat annur ayat 32 dan surat an-nisa ayat 6 yang memiliki korelasi dengan usia baligh
C. Batasan usia baligh dalam perundang-undangan di indonesia
Perinsipnya, seorang laki-laki telah baligh jika sudah pernah bermimpi basah
(mengeluarkan seperma). Sedangakn seorang perempuan disebut baligh jika sudah mendapat
haid. Akan tetapi sangat sulit memastikan pada usia berapa seorang laki-laki bermimpi basah

atau seorang perempuan mengalami menstruasi
Setatus Hukum Poligini dalam Pandangan Fuqaha dan Aplikasinya dalam
Perundang-undangan Di Indonesia
A. Poligini: Kajian Historis
Secara historis, islam bukanlah satu-satunya agama yang mengakui poligni. Karena
sejarah membuktikan bahwa pligini sudah umum dilakukan sebelum datangnya islam oleh
berbagai suku bangsa.
B. Status Hukum Poligini dalam Pandangan Fuqaha
dalam Al-fiqh Ala Al-Madzahib Al-Arbaah karya Aj-Juzairi diuraikan tentang
perbedaan status hukum poligini. Pokok poligini, pada dasarnya terlatak pada persoalan
‘’adil’’. Jika takut menegakan adil, cukup menikah satu isteri, sebaliknya jika mampu
menegakkan ‘’adil’’. Dibolehkan beristeri lebih dari satu oleh karena itu, syarart adil adalah
wajib. Meskipun dalam hal tertentu menegakan adil dalam masalah beristeri lebih dari satu
bisa hukumnya mandub (sunnat) wajib adilnya sunnah membagi adil adil terhadap isteri.

Pro dan Kontera Nikah Mutah
A. Nikah Mut’ah Pandangan dan Syi’ah
Para ulama sunni dan syi’ah sepakat bahwa nikah mutah berdasarkan keputusan Nabi
SAW, adalah halal, dan bahwasannya kamu muslim telah melakukannya pada masa hidup
beliu. Akan tetapi mereka berbeda pendapat tentang ada atu tidaknya nash (penindak-berlaku

hukum). Madzhab sunni mengatakan bahwa nikah mut’ah telah dihapuskan dan diharamkan
sesudah dihalalkan.
B. Ketentuan Nikah Mut’ah
Dalam kitab induk di kalangan syi’ah diuraikan bahwa’’ mut’ah tidak halal, kecuali
bagi orang yang telah mengatahuinya dan haram terhadap orang yang tidak mengatahui
hukumnya. Menurut kalangan syia’ah dalam lafaz akad mut’ah wajib disebutkan ketentuan
upah, batas waktu, tidak adanya hak mewarisi, dan kewajiban ber idah selama empat puluh
lima hari. Akan tetapi, ada yang mengatakan selama satu haid. Pada saat akad itu, ia boleh
mensyaratkan tidak menuntut kelahiran seorang anak.
Mekanisme Hadhonah (Pemiliharaan) di Tunisia dan Kompilasi Hukum Islam
A. Tunisia Sejarah Hukum Keluarga
Secara geografis, tunisia adalah negara arab muslim di Afrika utara. Ia berada di
pesisir laut tengah, tunisia berbatasan dengan aljazair di sebelah barat dan libia disebelah
timur. Sekirat 40% wilayah tunisia berupa pandang pasir dan sisanya tanah subur. Ibu kota
tunisia adalah tunis. Bahasa resmi negara ini adalah arab sistem pemerintahanya adalah
republik. presiden tunisia saat ini adalah zine Ei-abidin en Ali adapun perdana menterinya
adalah Mohamed Ghannauchi.
B. Ketentuan Hadhonah di Tunisia

Berdasarkan pasal 32, dijelaskan bahwa posisi hadhonah (custody of children) ada

setelah terjadi perceraian antara suami dan isteri berdasarkan keputusan pengadilan. Secara
terperinci pasal tersebut menguraiakn sebagai berikut.
1. Perceraian terjadi di hadapan pengadilan setelah gagal membuat rekonsilisasi
antara suami isteri
2. Meskipun tida diminta, pengadilan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
tempat tinggal suami isteri, pemiliharaan, dan pengusrus anak-anaknya sampai
pada tingkat pertemuan dengan anak-anaknya
3. Pengadilan juga memutuskan kompensasi setelah terjadi perceraian dan setelah
masa iddah
4. Keputusan pengadilan juga menetapkan tentang anak-anak
5. Pengadilan tetap mengusahakan rekonisilisasi antar suami dan isteri untuk rujuk
kembali
C. Prosedur Hadhonah dalam Kompilasi Hukum Islam
Sebagaiman diketahui bahwa proses panjang pemberlakukan KHI tidak terlepas dari
serangkaian pemikiran dan pendapat para fuqaha. Oleh karena itu, pembahasan hadhonah
dalam KHI tidak terlepas dari pembahasan para pemikir ulama, baik ulama kelasik maupun
ulama moderen. KHI sebagai kumpulan himpunan dari fuqaha, dalam pembahasannya, tidak
terlepas dari peroses penggalian hukum dalam dunia pendekatan bahasa dan maqashid asysyari’ah. KHI merupakan kumpulan pemikiran yang bersipat legal opinion yang dikemas
dengan setuktur bahasa hukum.
Dasar-dasar Hukum Perkawinan

A. Pengertian perkawinan
Dalam bahasa indonesia, perkawinan berasal dari kata ‘’kawin’’ yang menurut bahasa
artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis; melakukan hubungan kelamin atau
bersetubuh. Perkawinan disebut juga ‘’pernikahan’’. Berasal dari kata nikah yang menurut
bahasa artinya mengumpulkan saling memasukan, dan digunakan untuk arti bersetubuh
(wathi) kata’’nikah’’ sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuh (coitus) juga untuk
arti akad nikah.
B. Sikap Agama Islam Terhadap Perkawinan

Hukum islam juga ditetapkan untuk kesejahteraan umat, baik secara perorangan
maupun maupun secar bermasyarakat, baik hidup didunia maupun diahirat, kesejahteraan
masyarakat akan tercapai dengan terciptanya kesejahteraan yang sejahtera. Karena keluarga
merupakan lembaga terkecil dalam masyarakat, sehingga kesejateraan masyarakat sangat
tergantung kepada kesejahteraan keluarga
C. Hukum Melakukan Perkawinan
Tentang hukum melakukan perkawinan, ibnu Rusyd menjelaskan
Segolongan fuqaha; yakni jumhur (mayoritas ulama) berpendapat bahwa nikah itu
hukumnya sunnat golongan zhahiriyah berpendapat bahwa nikah itu wajib. Para ulama
malikiyah mutakhirin berpendapat bahwa nikah itu wajib untuk sebagian orang, sunnat untuk
sebagian lainya dan mubah.

D. Tujuan Perkawinan
Perkawinan menurut agama islam adalah untuk memenuhi petunjuk agama dalam
rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam
menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga sejahtera artinya terciptanya ketenagan
lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan hidup lahir dan batinya. Sehingga timbul
kebahagiaan, yakni kasih sayang antara anggota keluarga.
E. Perinsip-Perinsip Perkawinan
1.
2.
3.
4.

Memenuhi dan melaksanakn perintah agama
Kerelaan dan persetujuan
Perkawinan untuk selamalamanya
Suami sebagai penaggung jawab umum dalam rumah tangga

F. Hikmah Perkawinan
Dengan pernikahan maka banyaklah keturunan. Ketika keturunan itu banyak, maka
proses memakmurkan bumi berjalan dengan mudah, karena suatu perbuatan yang harus

dikerjakan bersama-sama akan sulit jika dilakukan secara individual.
Peminagan Mahar dan Kafa’ah dalam Perkawinan

Larangan Kawin
A. Larangan Kawin Karena Pertalian Nasab

B. Larangan Kawin (Wanita yang haram dinikahi) Karena Hubungan
Sesusuan
C. Wanita Yang Haram Dinikah Karena Hubungan Mushaharah (pertalian
kerabat semenda)
D. Wanita Yang Haram Dinikah Karena Sumpah Li’an
E. Wanita Yang Haram Dinikah Tidak Untuk Selamanya (larangan yang
bersifat sementara)
Perjanjian perkawinan dan Kawin Hamil
Kawin Hamil
Yang dimaksud dengan ‘’kawin hamil’’ di sini ialah kawin dengan seorang wanita
yang hamil diluar nikah bik dikawini oleh laki-laki yang menghamilinya maupun oleh lakilaki bukan yang menghamilinya.
Pengertian Anak (hadhanah)
A. Pengertian dan Dasar Hukum
Handhanah istilah yang dimaksudnya; pendidikan dan pemiliharaan anak sejak dari

lahir sampai sanggup berdiri sendiri mengurus dirinya yang dilakukan oleh kerabat anak itu.
B. Yang Berhak Melakukan Hadhanah (pemeliharaaan anak)
Seorang anak pada permulaan hidupnya sampai pada umur tertentu memerlukan
orang lain untuk membantunya dalam kehidupannya, seperti makan, pakaian, membersihkan
diri, bahkan sampai kepada pengaturan bangun dan tidur
C. Syarat-syarat Hadhanah dan Hadin
Untuk kepentingan anak dan pemeliharaannya diperlukan
D. Masa Hadhanah
Tidak terdapat ayat Al-Quran dan hadis yang menerangkan dengan tegas tentang
masa hadhanah, hanya terdapat isarat-isarat yang menerangkan ayat tersebut. Karena itu para
ulama ijtihad sendiri dalam menetapkannya dengan berpedoman

E. Upah Hadhanah
Seperti upah menyusui, selama ia masih menjadi isteri dari ayah anak kecil itu, atau
selama masih dalam iddah. Karena dalam keadaan tersebut ia masih mempunyai nafkah
sebagai isteri atau nafkah masa iddah.
Putusanya Perkawinan
A. Talak
Talak terambil dari kata ‘’ithlaq’’ yang menurut bahasa artinya ‘’melepaskan atau
meninggalkan’’.

B. Penceraian
Suatu perkawinan menjadi putus antara lain karena penceraian. Dalam hukum islam
penceraian terjadi
C. Sebab-sebab yang lain
1.
2.
3.
4.

Putusan perkawinan sebab syiqaq
Putusan perkawinan sebab pembatalan
Putusan perkawinan sebab fasakh
Putusan perkawinan sebab meninggal dunia

Akibat Putusanya Perkawinan
A. Akibat Talak
1. Akibat talak raji
Tidak melarang mantan suami berkumpul dengan mantan isterinya.
2. akibat talak ba’in sugra
memutuskan hubungan perkawinan antara suami isteri setelah kata talak

diucapkan
3. Akibat talak ba’in kubra
Hukum talak ba’in kubra sama dengan talak ba’in sugra,yaitu memutuskan
hubungan tali perkawinan antara suami dan isteri
B. Akibat Hukum fasakh

Pisahnya suami isteri akibat fasakh berbeda dengan yang diakibatkan oleh talak.
Sebak talak ada talak ba’in dan talak ra’ji. Talak ra’ji tidak mengahiri ikatan suami isteri
dengan seketika. Sedangkan talk ba’in mengahirinya seketika itu juga.
C. Akibat Khulu
Dalam hal akibat khulu terdapat persoalan apakah perempuan yang menerima khulu
dapat diikuti dengan talak atau tidak
D.

Akibat Sumpah Li’an
1. Akibat sumpah li’an bagi suami istri
2. Akibat li’an segi hukum

Masalah Ruju dan Ihdad (berkabung)
A. Ruju

Menurut bahasa arab, kata ruju’ berasal dari kata raja’a-yariji u-rujk’an yang berarti
kembali, dan mengembalikan. Dalam istilah hukum islam para fuqaha mengenal istilah ruju
dan istilah rajah
B. Ihdah (masa berkabung)
Yang di maksud dengan ihdah yaitu masa bergabung bagi seorang isteri yang
ditinggak mati suaminya. Masa tersebut adalah 4 bulan 10 hari, dengan laranganlarangannya, antaralain: bercalak mata, berhias diri keluar rumah kecuali dalam keadaan
terpaksa.
Fikih dan penjelasan
A. Pengertian Fikih
Kata fikih secara etimologis, berakar pada kata atau huruf fa-qa-ha yang menujukkan
kepada ‘’maksud sesuatu’’ atau ‘’ilmu pengatahuan’’ itulah sebabnya setiap ilmu yang
berkaitan dengan sesuatu, disebut dengan fikih.
B. Pengertian Pernikahan
Pernikahan merupakaan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua mahluknya
baik pada manusia,hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. nikah menurut bahasa: al-jam’u dan

al-dhamu yang artinya kumpul. Makna nikah (zawaj) bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij
yang artinya akad nikah juga biosa diartikan (wath’ual-zaujah) bermakna mempunyai isteri
C. Dasar Hukum Nikah
Hukum nikah (perkawinan) yaitu hukum yang mengatur hubungan antara manusia
dengan sesamanya yang mengatur penyaluran biologis antar jenis, dan hak serta kewajiban
yang berhubungan dengan akibat perkawinan tersebut
D. Rukun Dan Syarat Sah Pernikahan
Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu
pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti
membasuh muka pada waktu wudu dan takbiratul ikhram untuk shalat.
Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu
pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu.
Sah yaitu sesuatu pekerjaan (ibadah) yang memenuhi rukun dan syarat.
Rukun nikah, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Mempelai laki-laki
Mempelai perempuan
Wali
Dua orang saksi
Shigat ijab kabul.

Syarat-syarat suami, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Bukan mahram dari calon istri
Atas kemauan sendiri
Jelas orangnya
Tidak sedang ihram
Syarat-syarat istri
1. Tidak ada halangan syarak, yaitu tidak bersuami, bukan mahram, tidak sedang
masa iddah
2. Merdeka, atas kemauan sendiri
3. Jelas orangnya

4. Tidak sedang berihram
Syarat-syarat wali
1.
2.
3.
4.
5.

Laki-laki
Baligh
Waras akalnya
Adil
Tidak sedang ihram

Syarat-syarat saksi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

laki-laki
baligh
waras akalnya
adil
dapat mendengar dan melihat
bebas, tidak dipaksa
tidak sedang mengerjakan ihram
memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab kabul

E. Tujuan Dan Hikmah Perkawinan Menurut Hukum Islam
1. Tujuan perkawinan
Zakiyah darajat mengemukakan 5 tujuan dalam perkawinan, yaitu :
- Mendapat dan melangsungkan keturunan
- Memenuhi hajat manusia menyalurkan syahwatnya dan menumpahkan
-

kasih sayangnya.
Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan

-

kerusakan.
Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab menerima hak dan
kewajiban, juga besungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan

-

yang halal.
Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram

atas dasar cinnta dan kasih sayang.
2. Hikmah perkawinan
Perkawinan dapat membuahkan, disntaranya: tali kekeluargaan, memperteguh
kelanggenan rasa cinta antar keluarga dan memperkuat hubungan masyarakat,
yang memang oleh islam direstui, ditopang, dan ditunjang. Karena masyarakat

yang saling menunjang lagi saling menyayangi merupakan masyarakat yang kuat
lagi bahagia.
Proses Menuju Perkawinan
A. Pacaran dan Peminangan Dalam perkawinan
- Etika pacaran
- Pengertian peminangan ( khitbah )
- Melihat pinangan meminang pinangan orang lain
- Meminang perempuan yang sedang dalam masa idah
- Berkhalwat (menyendiri) dengan tinangann
B. Mahar dalam perkawinan
1. Pengertian dan hukum mahar
Dalam istilah ahli fiqih disamping pengertian mahar juga dipakai
perkataan shadaq nihlah dan faridhah dalam bahasa indonesia dipakai
dengan perkataan maskawin .
Mahar, secara etimologi artinya maskawin . secara terminologi ,
mahar iyalah pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai
ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi
2.
3.

seorang istri kepada calon suaminya .
Syarat-syarat mahar
Harta berharga
Barangnya suci dan bisa diambil manpaat
Barangnya bukan barang ghasab
Bukan barang yang tidak jelas keadaanya
Kadar jumlah mahar
Agama tidak menetapkan jimlah minimum dan begitu pula jumlah
maksimum dari maskawin . hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkatan

kemampuan manusia dalam memberinya .
4. Memberi mahar dangan konran dan utang
Pelaksanaan membayar mahar bisa dilakukan sesuai dengan kemampuan
atau disesuaikan dengan keadaan dan adat masyarakat.
5. Macam-macam mahar
Ulama fiqih sepakat bahwa mahar itu ada dua macam yaitu:
- Mahar musamma
- Mahar mitsli (sepadan)
6. Bentuk mahar maskawin
Pada perinsipnya maskawin harus bermanfaat dan bukanlah sesuatu yang
haram dipakai,dimiliki atau dimakan.
7. Gugur/Rusaknya mahar
Diantaranya:
- Barangnya tidak boleh dimiliki
- Mahar digabungkan dengan jual beli
- Penggabungan mahar dengan pemberian
- Cacat pada mahar dan

8.
-

Persaratan dalam mahar
Mahar yang dipersengketakan suami istri
Kadar mahar
Penerimaan mahar
Persengketaan mengenai macam/jenis mahar
Persengketaan mengenai waktu

Larangan Dalam Pernikahan
Maksud dalam larangan dalam pernikahan dalam pembahasan ini ialah larangan
untuk menikah antara seorang pria dan seorang wanita menurut syarak , larangan tersebuat
dibagi dua, yaitu halangan abadi dan halangan sementara.

Akad Pernikahan
A. Pengertian akad, shigat dalam pernikahan
Dalam pernikahan, ridanya laki-laki dan perempuan serta pertujuan antara keduanya
merupakan hal yang poko untuk mengikat hidup berkeluarga. Perasaan rida dan setuju
bersifat kejiwaan yang tidak dapat dilihat dengan dengan jelas
B. Syarat-syarat akad, sigat, dan pelaksanaannya
1. Syarat ucapan ijab kabul
2. Syarat ijab kabul

Wali dan Saksi dalam Pernikahan
A.
B.
C.
D.
E.

Masalah wali dalam pernikahan
Saksi dalam akad nikah
Syarat-syarat saksi
Pengaruh fungsi dan tanggung jawab saksi
Saksi sebagai salah satu alat bukti

Walimah Al-Ursy
A. Pengertian walimah
Walimah artinya al-jam’u kumpul, sebab antara suami dan isteri berkumpul, bahkan
anak saudara, kerabat, dan para tetangga.

B. Dasar hukum walimah
Jumhur ulama sepakat bahwa mengadakan walimah itu hukumnya sunah mua’akkad
C. Bentuk walimah
1. Bentuk walimah yang sederhana
2. Pernikahan yang menyimpang dari ajaran agama di zaman moderen
D. Perubahan sosial dalam masalah perkawinan dan hubungannya dengan pranata sosial
Dalam melangsungkan pernikahan, diperlukan dua orang saksi laki-laki persaksian
ini bisa diperluas dengan menyelenggarakan repsepsi atau pesta pernikahan dengan
mengandung para sahabat, handai tolak, kerabat, tetangga, serta kenalan lainnya agar dapat
menyaksikan sekaligus memberi doa restu kepada kedua pemelai.
Hak dan Kewajiban Suami Isteri dalam Keluarga
A. Hak dan kewajibansuami istri
Jika suami sama-sama menjalankan tanggung jawabya masing-masing , maka akan
terwujudlah ketertertaman dan ketenangan hati sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup
berumah tangga .
B. Hak kewajiban suami terhadap istri
C. Kewajiban istri terhadap suami
Nafakah Keluarga Dan Problematikanya
Seperti telah dikemukakan diatas bahwa terselenggaranya akad nikah menimbulkan
adanya hak dan kewajiban antara suami istri ,diantara kewajiban suami terhadap istri yang
paling pokok adalah kewajiban memberi nafkah ,baik berupa makanan, pakaian kiswah,
maupun tempat tinggal bersama.
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Nafkah keluarga
Dasar menetapkan jumlah nafkah
Syarat-syarat wajib nafkah
Nafkah anak
Nafkah orang tua
Nafkah suami atas istri yang beribadah

Kededekan Harta Dalam Perkawinan

Pembahasan masalah ini menyangkut dua masalah pokok yaitu. Barang bawaan dan
harta bersama.
A. Barang Bawaan
Ialah segala perabotan rumah tangga yang dipersiapkan oleh istri dan keluarganya.
B. Harta Bersama Suami Istri
Adanya harta bersama dalam perkawinan tidak menutup mungkin adanya harta
milik masing-masing suami istri.
Dalam Ensiklopedia hukum islam dijelaskan bahwa harta gono gini adalah harta
bersama milik suami istri yang mereka peroleh selama perkawinan.
Nusyuz Syiqaq Dan Fungsi Hakamain
A. Depenisi nusyuz
Arti kata nusyuz ialah membangkang menurut selamat abidin nusyuz belarti durhaka
maksudnya seorang istri melakukan perbuatan yang menentang suami tanpa alasan yang
dapat diterima oleh syara, iya tidak mentaati suaminya atau menolak diajak ke tempat
tidurnya
B. Syiqaq
Siqaq belarti peselisihan atau retak , menurut istilah fiqih siqaq bearti peselisihan suami
istri yang diselesaikan oleh dua orang hakam , yaitu seorang hakam dari pihak suami dan
seorang hakam dari pihak istri.
Dasar hukumnya adalah QS. An nisa ayat 35
C. Haqmain
1. Atri Haqamain Dan Tugasnya
Hakam artinya juru damai . jadi, haqamain adalah juru damai yang dikirim oleh dua
belah pihak suami istri apabila terjadi perselisihan antara keduanya ,tanpa diketahui keadaan
siapa yg benar siapa yang salah .
2. Syarat-syarat haqamain
Orang yang ditunjuk sebai haqam hendaklah :
- Berlaku adil diantara pihak yang bersengketa
- Mengadakan perdamaian dengan iklas
- Disegani oleh kedua pihak

-

Hendaklah berpihak kepada yang teraniyaya apabila pihak yang lain tidak
mau berdamai

Batalnya Perkawinan ( Fasakh)
A. Pengertian batalnya perkawinan
Batal adalah rusaknya hukum yang ditetapkan terhadap suatu amalan seseoramg , karena
tidak memenuhi syarat dan rukun yang telah ditetapkan oleh syara. Batalnya perkawinan atau
putusnya perkawinan disebut juga fasakh . fasakh artinya putus atau batal , fashak nikah
adalah pembatalan perkawinan oleh istri karena antara suami istri terdapat cacat atau penyakit
yang tidak dapat disembuhkan , atau si suami tidak dapat memberi napkah , menganiyaya,
dan murtad. Maksud faskh nikah adalah memutuskan atau membatalkan hubungan antara
suami istri.
B. Sebab-sebab terjadinya batal perkawinan
1. Karena ada balak atau penyakit blang kulit
2. Karena gila
3. Karena penyakit kusta
4. Karena ada penyakit menular
5. Karena ada daging tumbuh pada kemaluan perempuan yang menghambat maksud
perkawianan ( bersetubuh)
6. Karena unnah yaitu jakar laki-laki impoten ( tidak hidup untuk jimak).
Ikatan Perkawinan Dalam Islam
Menurut pandangan hukum hak-hak istri ( berhubunagan dengan suaminya ) adalah
sama dengan hak suami terhadapnya meskipun lelaki satu tingkat lebih tinggi dari pada
mereka dan allah maha bijak sana , kau laki-laki itu pemimpin bagi kaum wanita karna Allah
melebihkan sebagian merela (lelaki) atas sebagian lainya (wanita).

Daftar Pustaka
1. Dedi supriyadi. 2011. Fiqh munakahat perbandingan. Cetakan ke-1, Bandung,
pustaka setia.
2. Abdul rahman ghozali. 2006. Fiqh munakahat. Jakarta: Prenada Media Group

3. Fiqih munakahat: kajian fiqih nikah lengkap/Tihami,sohari sahrani.-Ed.1,-cet.3jakarta:Rajawali pers,2013
4. Mubarak. Jaih. 2002. Modifikasi Hukum Islam studi tentang Qawl Qadim dan Qawl Jadid.
Jakarta: RajaGrafindo Persada