SPMDI Perkembangan Modernisme di Mesir o

PERKEMBANGAN MODERNISME DI MESIR OLEH
MUHAMMAD ABDUH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Modern
Dalam Islam I Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Nurwadjah, EQ. M.A dan
Samsudin, M.Ag.

.

Oleh:
Jawad Mughofar KH
1145010071

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BAzNDUNG
2015

KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrohiim,

Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat,
dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini tanpa ada halangan
apapun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas terstruktur pada mata
kuliah Sejarah Pemikiran Modern dalam Islam I. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat penyusun harapkan.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi para pembaca. Aamiin.

Bandung, 05 Desember 2015

Penyusun,

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................

1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................

1

C. Tujuan ............................................................................................

2

BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Muhammad Abduh ..........................................................

3

B. Pemikiran Muhammad Abduh .......................................................

4


BAB III PENUTUP
A. Simpulan ........................................................................................

7

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faktor penyebab kemunduran Islam yang di mulai di penghujung abad ke17, yang titik awalnya dimulai dari kekalahan-kekalahan yang diderita oleh
angkatan perang Turki dalam pertempuran-pertempuran dengan kekuatankekuatan bangsa Eropa. Mesir sebagai salah satu daerah kekuasaan Turki tidak
terlepas dari gangguan bangsa Eropa. Tahun 1798 M, Mesir yang merupakan pusat
kebudayaan Islam terbesar saat itu jatuh ketangan Perancis.1
Dalam faktor lain, hal yang menyebabkan kemunduran Islam yaitu
dikarenakan umat Islam yang banyak terlena akan kejayaan Islam pada masa lalu
dan banyaknya umat Islam yang disibukkan dengan masalah-masalah agama tanpa

ingin mempelajari dan ingin membahas lebih dalam masalah kontemporer,
terutama dalam bidang pendidikan. Inilah yang menyebabkan tertutupnya pintu
Ijtihad, dikarenakan umat Islam banyak yang bersifat taqlik dan banyaknya
perselisihan antar mazhab. Tidak hanya itu, banyak para pemimpin yang tidak
memperhatikan kesejahteraan rakyatnya karena para pemimpin banyak yang
menyalahgunakan kekuasaannya untuk kesenangan pribadinya.
Para pemuka atau pemikir Islam mulai memikirkan cara untuk mengatasi
dari berbagai masalah yang terjadi, dengan cara menimbulkan ide-ide yang dapat
membawa pembaharuan dikalangan umat Islam. Para pemuka Islam yang resah
terhadap kemunduran Islam pada masa itu adalah salah satunya yaitu Muhammad
Abduh.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut:

1 Kurnial Ilahi. 2002. Perkembangan Modern dalam Islam. Riau: Lembaga Penelitian dan
Perkembangan Fakultas Usuluddin UIN SUSKA dan Yayasan Pusaka Riau, hlm 55

1


2

a. Bagaimana Biografi Muhammad Abduh?
b. Bagaimana Pemikiran Muhammad Abduh?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan diatas, tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk:
a. Mengetahui Biografi Muhammad Abduh?
b. Mengetahui Pemikiran Muhammad Abduh?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Muhammad Abduh
Muhammad Abduh berakar pada bumi pedusunan mesir. Dia lahir di sebuah
dusun Delta sungai Nil pada 1849. Keluarganya terkenal berpegang teguh
kepada ilmu dan agama. Ayahnya beristri dua. Muhammad Abduh muda
merasakan sejak dini sulitnya hidup dalam keluarga poligami. Hal ini menjadi
pokok persoalan yang dia sampaikan dengan sangat yakin di kemudian hari
ketika dia menegaskan perlunya permbaruan keluarga dan hak-hak wanita.

Abduh belajar membaca dan menulis di rumah. Pada usia dua belas tahun dia
rajin membaca al- Qur’an, sampai hafal. Salah seorang penulis biografinya
mencatat bahwa, karena tidak belajar di lingkungan sekolah al- Qur’an, Abduh
tak pernah merasakan hak yang dialami orang yang hafal al- Qur’an, seperti
ragu-ragu ketika menyampaikan kuliah atau mengutip al- Qur’an.2
Pada tahun 1877, Abduh menyelesaikan studinya di al- Azhar dengan
mendapat gelaran Alim. Ia mulai mengajar, pertama di al- Azhar. Kemudian di
Dar al- Ulum dan juga di rumahnya sendiri. Di antara buku-buku yang
diajarkannya ialah buku akhlak karangan Ibnu Miskawaih, Mukaddimah Ibnu
Khaldun dan Sejarah Kebudayaan Eropa karya Guizot, yang diterjemahkan alTahtawi kedalam bahasa Arab di tahun 1857. Sewaktu al- Afghani diusir dari
Mesir di tahun 1879, karena di tuduh mengadakan gerakan menentang Khedewi
Taufik, Muhammad Abduh yang juga dipandang turut campur dalam soal ini,
dibuang keluar kota Kairo. Tetapi di tahun 1880 ia boleh kemnalo ke ibu kota
dan kemudian diangkat menjadi redaktur surat kabar resmi pemerintahan mesir.
Al- Waqa’i Fi Misriyah. Ada waktu itu perasaan kenasionalan Mesir telah mulai
timbul. Di bawah pemimpinan Muhammad Abduh. Al-Waqa’i Fi Misriyah

2 Utsman Amin, 1953, Muhammad Abduh. Washington: American Council of Learned Societies.
Hlm. 3


3

4

bukan hanya menyiarkan berita-berita resmi, tetapi juga artikel tentang
kepentingan nasional Mesir.3

B. Pemikiran Muhammad Abduh
Akal dan Wahyu
Pendapat tentang pembukaan pintu ijtihad dan pemberantasan taklid,
berdasar atas kepercayaannya pada kekuatan akal. Menurut pendapatnya alQuran berbicara, bukan semata kepada hati manusia tetapi juga kepada
akalnya. Islam memandang akal mempunyai kedudukan tinggi. Allah
menunjukan perintah-perintah dan larangan-larangannya kepada akal.
Menurut Muhammad Abduh akal mempunyai kedudukan yang tinggi.
Wahyu tak dapat membawa hal-hal yang bertentangan dengan akal. Kalau
zahir ayat bertentangan dengan akal, haruslah di cari interpretasi yang
membuat ayat itu sesuai dengan pendapat akal.4 Kepercayaan pada
kekuatan akal adalah dasar peradaban sesuatu bangsa. Akal terlepas dari
ikatan tradisi akan dapat memikirkan dan memperoleh jalan-jalan yang
membawa pada kemajuan. Pemikiran akallah yang menimbulkan Ilmu

Pengetahuan.
Tafsir al- Qur’an
Muhammad Abduh merasa memikul tugas besar memperbarui pandangan
dunia Islam yang dominan pada zamannya, rencana pembaruan politik dan
sosial Abduh menjadikan al- Qur’an reinterpretasi al- Quran untuk dunia
modern sangat penting. Dia merasa bahwa al- Quran harus memainkan
peranan sentral dalam mengangkat masyarakat, memperbaharui kondisi
umat, dan menyodorkan peradaban Islam modern. Dengan demikian dia
dapat menafsirkan Islam sebagai kampiun kemajun dan pembangunan,
Katanya kembali ke nash al- Quran itu perlu. Dengan melepaskan nash dari

3 Harun Nasution, 2011. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta:
Bulan Bintang. hlm. 52
4 Harun Nasution, hlm 55-56

5

ulasan yang di ulang-ulang dan terkadang bertentangan, Abduh memimpin
upaya membuat nash dapat dimengerti oleh semakin banyak orang terdidik
yang mampu membaca dan merenungkan makna dan pesannya.5


Pendidikan
Salah satu isu paling penting yang jadi perhatian Abduh sepanjang hayat
dan karirnya adalah pembaharuan pendidikan. Baginya pendidikan itu
penting sekali sedangkan ilmu pengetahuan itu waib di pelajari.6 Yang juga
jadi perhatiannya adalah mencari alternatif untuk keluar dari stagnasi yang
di hadapinya sendiri di sekolah agama Mesir, yang tercerminkan sekali
dengan baik sekali dengan dalam pendidikannya di al- Azhar. Program yang
di ajukannya sebagai salah satu fondasi utama adalah memahami dan
menggunakan Islam dengan benar untuk mewujudkan kebangkitan
masyarakat. Dia mengkritik sekolah modern yang didirikan oleh misionaris
asing dan juga mengkritik sekolah yang didirikan pemerintahan. Katanya di
sekolah misionaris, siswa dipaksa mempelajari Kristen, sedangkan di
sekolah pemerintah, siswa ridak diajar agama sama sekali.
Perlu ditegaskan bahwa bagi Muhammad Abduh tidak cukup hanya
kembali kepada ajaran asli itu, sebagai yang di anjurkan oleh Muhammad
Abd al Wahab. Karena zaman dan suasana umat Islam sekarang telah jauh
berubah dari zaman dan suasana umat Islam zaman klasik, ajaran-ajaran asli
itu perlu di sesuaikan dengan keadaan modern sekarang.7


Politik
Abduh cenderung memandang kondisi pemerintah otoriter pada bangsabangsa Muslim sebagai akibat kebodohan faqih dan penguasa. Dia
menganggap faqih bersalah karena tidak memahami politik dan bergantung
kepada penguasa, sehingga penguasa tak mempertanggung jawabkan

5 Ali Rahnema, 1998. Para Perintis Zaman Baru Islam. Bandung: Mizan, hlm 53-54
6 Ali Rahnema, hlm 57
7 Harun Nasution, hlm 54

6

kebijakannya. Di suatu pihak, penguasa bukan saja tak tahu bagaimana
memerintah dan menegakan keadilan, mereka juga merusak faqih dan
memanfaatkan faqih untuk kepentingan sendiri dengan cara mendesak faqih
mengeluarkan fatwa yang mempertahankan kebijakan pemerintah. Yang
sangat penting bagi umat adalah persatuan politik dan keadilan. Persatuan
politik dan keadilan, menurut abduh belum ada akibat ketidakpedulian
pemimpin. Segenap keburukan yang menimpa kaum Muslim, merupakan
akibat perpecahan. Pemimpin Muslim menyandang gelar tinggi, seperti
pangeran dan sultan, hidup mewah dan berupaya mencari perlindungan dari

pemerintah asing non-Muslim untuk memperkuat dirinya dalam meghadapi
rakyanya sendiri. Pemimpin seperti ini menjarah kekayaan rakyat demi
kesenagan pribadi dan tak menegakan keadilan pemimpin seperti ini juga
tak merujuk ke kitab yang tepat atau mengikuti sunnah. Dengan demikian
pemimpin seperti ini menjadi penyebab kerusakan akhlak umat.8
Dalam bidang ketatanegaraan Muhammad abduh juga berpendapat
kekuasaan negara harus dibatasi. Menurut pendapatnya pemerintah wajib
bersikap adil terhadap rakyat dan terhadap pemerintah yang serupa ini,
rakyat harus patuh dan setia. Kepala negara adalah manusia yang dapat
berbuat salah dan dipengaruhi oleh hawa nafsunya dan kesadaran rakyatlah
yang bisa membawa kepala negara yang demikian sifatnya kembali kepada
jalan yang benar. Kesadaran rakyat dapat dibnagunkan dengan prendidkan
di sekolah sekolah, penerangan dalam surat kabar dan sebagainya.9

Peran Wanita
Abduh merasa perlu adanya permbaruan atas adat yang berkenaan dengan
peranan dan kedudukan wanita, dia percaya bahwa hubungan suami istri
haruslah berhubungan saling menghormati dan saling memikirkan, agar
dapat membesarkan generasi sehat yang percaya diri dan tidak ketakutan
tehadap orang asing. Dan ketahuilah bahwa pria yang berupaya menindas
8 Ali Rahnema, hlm 60-61
9 Harun Nasution, hlm 58

7

wanita supaya dapat menjadi tuan di rumahnya sendiri, berarti menciptakan
generasi budak.
Muhammad Abduh menegaskan bahwa dalam Islam ada persamaan
gender, pria dan wanita punya hak dan kewajiban yang sama; mereka juga
memiliki nalar dan perasan yang sama. Dia mengakui bahwa antara pria dan
wanita memiliki ada hak dan kewajiban terhadap satu sama lain, pria dan
wanita memiliki tanggung jawab dan kewajiban terhadap Allah, mereka
mempunyai kewajiban dan iman Islam yang sama, mereka sama-sama
diseru untuk menuntut ilmu10

10 Ali Rahnema, hlm. 63-64

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Muhamma Muhammad lahir di sebuah dusun Delta sungai Nil pada 1849.
Keluarganya terkenal berpegang teguh kepada ilmu dan agama. Ayahnya
beristri dua. Muhammad Abduh muda merasakan sejak dini sulitnya hidup
dalam keluarga poligami. Hal ini menjadi pokok persoalan yang dia sampaikan
dengan sangat yakin di kemudian hari ketika dia menegaskan perlunya
permbaruan keluarga dan hak-hak wanita. Abduh belajar membaca dan menulis
di rumah. Pada usia dua belas tahun dia rajin membaca al- Qur’an, sampai hafal.
Pemikiran Muhammad Abduh meliputi: 1. Akal dan Wahyu yaitu tentang
pembukaan

pintu

ijtihad

dan

pemberantasan

taklid,

berdasar

atas

kepercayaannya pada kekuatan akal. 2. Tafsir al- Qur’an, Muhammad Abduh
merasa memikul tugas besar memperbarui pandangan dunia Islam yang
dominan pada zamannya, rencana pembaruan politik dan sosial Abduh
menjadikan al- Qur’an reinterpretasi al- Quran untuk dunia modern sangat
penting. 3.Pendidikan yang merupakan salah satu isu paling penting yang jadi
perhatian Abduh sepanjang hayat dan karirnya adalah pembaharuan pendidikan.
Baginya pendidikan itu penting sekali sedangkan ilmu pengetahuan itu waib di
pelajari 4. Politik, Abduh cenderung memandang kondisi pemerintah otoriter
pada bangsa-bangsa Muslim sebagai akibat kebodohan faqih dan penguasa. 5.
Peran Wanita, menurut Abduh merasa perlu adanya permbaruan atas adat yang
berkenaan dengan peranan dan kedudukan wanita, dia percaya bahwa hubungan
suami istri haruslah berhubungan saling menghormati dan saling memikirkan,
agar dapat membesarkan generasi sehat yang percaya diri dan tidak ketakutan
tehadap orang asing

.

8

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Utsman. 1953, Muhammad Abduh. Washington: American Council of
Learned Societies
Ilahi, Kurnial. 2002. Perkembangan Modern dalam Islam. Riau: Lembaga
Penelitian dan Perkembangan Fakultas Usuluddin UIN SUSKA dan Yayasan
Pusaka Riau
Nasution, Harun. 2011. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan
Gerakan. Jakarta: Bulan Bintang
Rahnema, Ali. 1998. Para Perintis Zaman Baru Islam. Bandung: Mizan