FAKTOR INDIVIDU DAN KEADAAN SALURAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH (SPAL) RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI RT 01 RW 09 KELURAHAN SEI JANG KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

FAKTOR INDIVIDU DAN KEADAAN SALURAN
PEMBUANGAN AIR LIMBAH (SPAL) RUMAH TANGGA
DENGAN KEJADIAN DIARE DI RT 01 RW 09 KELURAHAN
SEI JANG KECAMATAN BUKIT BESTARI
KOTA TANJUNGPINANG
1)

Zainul Ikhwan1)
Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
e-mail : zainul.ikhwan@gmail.com

Abstract: Factors Individuals and Wastewater Sewer Circumstances Households with Genesis
Diarrhea in RT 01 RW 09 Sei Jang Sub District of Bukit Bestari Tanjungpinang 2012. Diarrhea
as many infectious diseases that attack humans and become a problem for developing countries
around the world, including Indonesia. Resident of RT 01 RW 09 Sub Jang Sei are those most
suffering from diarrhea during the year 2011. The purpose of this study was to determine the
Individuals and Circumstances Sewer Wastewater Households with Genesis Diarrhea in RT 01 RW
09 Sei Jang Sub District of Bukit Bestari Tanjungpinang 2012. This study uses survey research types
of descriptive analytic, further data processed and analyzed using a statistical test. The results showed
that of the 35 people who SPAL bad management, there are 29 with diarrhea and 6 are not affected by
diarrhea. Of the 45 people who include management SPAL In both, there were 15 with diarrhea and

30 were not affected by diarrhea. Based on the results obtained spearmen count that the p-value for
age (p = 0.239), occupation (p = 0.936), education (p = 0.065); combine sewage (p = 0.284); material
SPAL (p = 0.776) indicates no relationship significantly to the incidence of diarrhea in RT 01 RW 09
Sei Jang Sub District of Bukit Bestari Tanjungpinang in 2012. As for the nature of the SPAL (p =
0.000; r = 0.531); distance to a water source (p = 0.000; r = 0.552); situation well (p = 0.000 r = 0.445)
means there is a significant relationship with the occurrence of diarrhea.
Keywords : Individual Factors, Wastewater Sewer Circumstances (WSC), Diarrhea
Abstrak: Faktor Individu dan Keadaan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Rumah
Tangga dengan Kejadian Diare di RT 01 RW 09 Kelurahan Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari
Kota Tanjungpinang Tahun 2012. Diare sebagai penyakit infeksi yang banyak menyerang manusia
dan menjadi permasalahan bagi negara-negara berkembang di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Warga RT 01 RW 09 Kelurahan Sei Jang adalah warga yang paling banyak menderita diare selama
tahun 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor individu dan keadaan
saluran pembuangan air limbah (SPAL) rumah tangga dengan kejadian diare di RT 01 RW 09
Kelurahan Sei jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang tahun 2012. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian survei, dengan jenis deskriptif analitik, selanjutnya data di olah dan
dianalis dengan menggunakan uji statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 35 orang yang
pengelolaan SPAL buruk, terdapat 29 yang terkena diare dan 6 yang tidak terkena diare. Dari 45 orang
yang termasuk Pada pengelolaan SPAL baik, terdapat 15 yang terkena diare dan 30 yang tidak terkena
diare. Berdasarkan hasil hitung spearmen didapatkan bahwa nilai p untuk umur (p=0,239); pekerjaan

(p=0,936); pendidikan (p=0,065) ; mengabungkan buangan limbah (p=0,284) ; bahan SPAL (p=0,776)
berarti tidak ada hubungan yang signifikan terhadap kejadian diare di RT 01 RW 09 Kelurahan Sei
jang Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2012. Sedangkan untuk sifat SPAL
(p=0,000 ; r = 0,531); jarak dengan sumber air bersih (p=0,000 ; r=0,552) ; keadaan sumur (p=0,000 r
=0,445) berarti ada hubungan yang signifikan dengan terjadinya diare.
Kata Kunci : Faktor Individu, Keadaan SPAL, Diare

Penyakit diare masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di negara berkembang
seperti di Indonesia, hal ini disebabkan masih
tingginya angka morbiditas dan mortalitas-nya.
Berdasarkan survei diare Depkes diperoleh

hasil tahun 2000 IR penyakit Diare 301/1000
penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000
penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk.

416


Ikhwan,Faktor Individu dan Keadaan SPAL Rumah Tangga dengan Kejadian Diare 417

Dimana Kejadian Luar Biasa (KLB)
diare masih sering terjadi, dengan CFR tinggi.
Pada Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan
dengan kasus 5.756 orang, kematian 100 orang
(CFR 1,74%), di tahun 2010 terjadi KLB diare
di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204
dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.)
(Anonim, 2012).
Dinas Kesehatan (2010), Kepulauan
Riau, selama tahun 2009 terdapat 15.472 kasus
dan tahun 2010 menjadi 28.074. Di Kota
Tanjungpinang tahun 2009 ada 2.460 kasus
atau 15,89% dan tahun 2010 terdapat 2.433
kasus atau 8,66% dari total seluruh kasus di
Provinsi Kepulauan Riau. Hasil rekapitulasi
penderita diare per wilayah kerja puskesmas
menunjukan jumlah seluruh kasus diare di

Tanjungpinang dari bulan januari hingga
oktober 2011 sebanyak 2467. Puskesmas
Tanjungpinang memiliki 345 kasus, Sei Jang
474 kasus, Batu 10 294 kasus, Melayu Kota
Piring 427 kasus, Mekar Baru 153 kasus dan
Kampung Bugis 331 kasus. Berdasarkan data
tersebut, wilayah kerja Puskesmas Sei Jang
yang memiliki jumlah kasus tertinggi yakni 474
kasus.
Puskesmas Sei Jang menangani lima
Kelurahan yakni Kelurahan Sei Jang, Tanjung
Ayun Sakti, Tanjung Unggat, Tanjungpinang
Timur dan Dompak. Selama tahun 2011,
Kelurahan Sei Jang memiliki 166 kasus,
Tanjung Ayun Sakti 111 kasus, Tanjung
Unggat 77 kasus, Tanjungpinang Timur 90
kasus dan Dompak 46 kasus. Hasil rekapitulasi
data tersebut, Kelurahan Sei Jang menempati
posisi puncak jumlah kasus tertinggi yakni 166
kasus. Warga RT 01 RW 09 Kelurahan Sei

Jang adalah warga yang paling banyak
menderita diare selama tahun 2011.
Banyak faktor diduga menyebabkan
terjadinya penyakit diare. Salah satu faktor
yang paling sering diteliti adalah faktor
lingkungan yang meliputi sarana air bersih
(SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan
air limbah (SPAL), kualitas bakteriologis air
dan kondisi rumah. (Adisasmito, 2012).
Data
sanitasi
dasar
Kota
Tanjungpinang, masyarakat yang memiliki
SPAL hanya 20,1% dan yang memiliki SPAL
baik hanya 18,54%. Rendahnya tingkat
kepemilikan SPAL yang baik dimungkinkan
menjadi penyebab tingginya angka kejadian
diare.


Penelitian ini bertujuan mengetahui
hubungan faktor individu dan keadaan SPAL
rumah tangga dengan kejadian diare di RT 01
RW 09 Kelurahan Sei Jang Kecamatan Bukit
Bestari Kota Tanjungpinang tahun 2012.
METODE
Jenis penelitian ini adalah deskriftif
dengan desain penelitian cross sectional untuk
melihat hubungan Faktor Individu dan Keadaan
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Rumah Tangga dengan Kejadian Diare di RT
01 RW 09 Kelurahan Sei Jang Kecamatan
Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2012.
Populasi penelitian ini adalah seluruh
masyarakat yang ada di RT 01 RW 09
Kelurahan Sei Jang Kecamatan Bukit Bestari
Kota Tanjungpinang dengan jumlah 100 KK
(Kepala Keluarga). Variabel independen
penelitian ini adalah faktor individu dan
keadaan saluran pembuangan air limbah, dan

sebagai variabel dependen (diare).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil dapat diketahui
bahwa dari 35 orang yang pengelolaan SPAL
buruk, terdapat 29 yang terkena diare dan 6
yang tidak terkena diare. Dari 45 orang yang
termasuk Pada pengelolaan SPAL baik,
terdapat 15 yang terkena diare dan 30 yang
tidak terkena diare.
Berdasarkan hasil hitung spearmen
didapatkan bahwa nilai p untuk umur
(p=0,239); pekerjaan (p=0,936) ; pendidikan
(p=0,065); mengabungkan buangan limbah
(p=0,284); bahan SPAL (p=0,776) berarti tidak
ada hubungan yang signifikan terhadap
kejadian diare di RT 01 RW 09 Kelurahan Sei
jang Kecamatan Bukit
Bestari Kota
Tanjungpinang Tahun 2012. Sedangkan untuk

sifat SPAL (p=0,000 ; r = 0,531); jarak dengan
sumber air bersih (p=0,000 ; r=0,552) ; keadaan
sumur (p=0,000 r =0,445) berarti ada hubungan
yang signifikan dengan terjadinya diare.
Pembahasan
Menurut Mugiati dikutip oleh Bintoro,
2012 semakin tinggi tingkat pendidikan maka

418 Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 2,Oktober 2013, hlm 416-419

kualitas penduduk semakin baik jika diukur
dari aspek pengetahuan. Tapi tidak secara
langsung
menjamin
kebutuhan
dan
kedewasaan. Perilaku akan baik dan bertahan
lama jika didasari oleh pengetahuan akan
pentingnya suatu hal dan orang yang
bersangkutan tahu dan paham kebutuhan

dirinya, yang tentunya dengan haparan hal ini
akan menunjang rasa butuh bagi orang yang
bersangkutan terhadap hal tersebut.
Kebanyakan warga yang termasuk
dalam kategori SPAL yang buruk tidak
melakukan pengolahan terlebih dahulu, dan
SPAL nya digabung antara air cucian, air
mandi, dan lainnya. Hal ini akan memperburuk
kulitas buangan air yang dihasilkan yang akan
mencemari badan air.
Air buangan tersebut cenderung
langsung membuangnya ke selokan aliran
terbuka, jarang membersihkan SPAL, masih
ada yang tidak memiliki sumur resapan, masih
ada saluran yang tidak lancar dan jarak SPAL
terhadap sumber air bersih kurang dari 10
meter. Dilihat lagi di lokasi pennelitian
kecendrungan memiliki topografi tanah yang
berbukit, dalam artian letak sumber
pencemaran di atas dari pada sumber airnya.

Sisa air yang dibuang yang berasal dari
rumah tangga dan industri pada umumnya
mengandung
bahan
atau
zat
yang
membahayakan, sehingga zat yang terkandung
di dalam air limbah terlebih dahulu perlu
dibersihkan agar tidak menyebabkan gangguan
kesehatan masyarakat dan lingkungan, antara
lain limbah sebagai media penyebaran berbagai
penyakit terutama kolera, diare, typus, media
berkembangbiaknya mikroorganisme patogen
dan tempat berkembangbiaknya nyamuk
(Bintoro, 2012).
Oleh karena itu menurut peneliti sangat
memungkinkan
adanya
bakteri

yang
menyebabkan diare berada pada saluran
pembuangan air limbah (SPAL). Menurut
pendapat ahli mengatakan bahwa angka
coliform didalam air limbah rumah tangga
kurang lebih 1,9 x 107 per 100 ml tanpa
memandang kandungan kotoran didalamnya.
Setelah 24 jam penyimpanan, jumlah tersebut
meningkat menjadi 5,4 x 108. Hal ini
menunjukan adanya indikasi bahwa air limbah
rumah
tangga
merupakan
media
menguntungkan
bagi
perkem-bangbiakan
coliform (Kusnoputranto, 1997).

Menurut para ahli tidak sedikit
penduduk yangmembuat saluran pembuangan
dari rumah langsung ke selokan-selokan,
sungai-sungai dan pantai laut menjadi berbau
busuk (Kusnoputranto, 1997).
Menurut peneliti SPAL yang terbuka
juga memungkinkan adanya genangan dan
terjadinya penyumbatan sehingga menjadi
sarang vektor penyakit seperti lalat, tikus,
kecoa dan lainnya. Daerah perkotaan dapat
mengalami ancaman bahaya kesehatan yang
serupa bilamana sejumlah besar air limbah
dibuang
ke
saluran
terbuka
dengan
kemungkinan
terjadi
penyumbatan.
(Kusnoputranto, 1997) Hasil penelitian ditemui
bahwa bisa saja SPAL yang tertutup itu lebih
buruk dari pada yang terbuka. Hal ini penting
untuk dicermati agar SPAL yang dibuat adalah
tetap dalam kondisi tertutup dasar dan diding
yang kedap air tetapi pentutupnya tidak
permanen sehingga secara rutin dapat
dibersihkan di dipantau. Sehingga diharapkan
SPAL aman dan mudah dibersihkan, dan sesuai
dengan standar kesehatan.
Dalam menghujudkan hal tersebut akan
lebih berdampak pada perubahan perilaku yang
bersih dan sehat jika dilakukan dengan konsep
pemberdayaan masyarakat dalam konteks
kemandirian. Pemerintah dalam hal ini harus
saling bekerjasama semua stakeholder mulai
dari perencanaan sampai evaluasi dilakukan
bersama dengan masyarakat, serta melakukan
pembinaan dan pendampingan di masyarakat.
SIMPULAN
Simpulan hasil penelitian ini antara lain:
1. Kepemilikan SPAL yang baik 56,3% dan
yang buruk mencapai 43,8% Rumah
Tangga, karena masih ada yang tidak
melakukan pengolahan terlebih dahulu,
dibuang ke aliran terbuka, tidak memiliki
sumur resapan, jarang memelihara serta
masih ada saluran yang tersumbat.
2. Yang tidak pernah menderita diare
sebanyak 36 keluarga (45%) dan yang
pernah menderita diare sebanyak 44
keluarga (55%). Masih banyak yang
terkena diare dikarenakan masih ada
kepala
keluarga
yang
tingkat
pendidikannya rendah sehingga masih
kurang pemahaman terhadap diare.

Ikhwan,Faktor Individu dan Keadaan SPAL Rumah Tangga dengan Kejadian Diare 419

3. Nilai p umur (p=0,239) ; pekerjaan
(p=0,936) ; pendidikan (p=0,065);
menggabungkan
buangan
limbah
(p=0,284); bahan SPAL (p=0,776) berarti
tidak ada hubungan yang signifikan
terhadap kejadian diare di RT 01 RW 09
Kelurahan Sei jang Kecamatan Bukit
Bestari Kota Tanjungpinang Tahun 2012.
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2012. Buletin Jendela Data dan
Informasi
Kesehatan.
http://www.
depkes. go.id/downloads /Buletin%20
Diare_ Final%281%29.pdf. Diakses pada
tanggal 30 januari 2012.
Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau.
2010.
Rumah Tangga Berperilaku
Hidup Bersih dan Sehat. Kepulauan
Riau:
Promosi
Kesehatan
dan
Pemberdayaan Masya-rakat. Riau.
Adisasmito. 2012. Faktor Risiko pada Bayi dan
Balita di Indonesia. http://journal.
ui.ac.id/upload/artikel/01_Wiku%20AS_

4. Sedangkan untuk sifat SPAL (p=0,000; r
= 0,531); jarak dengan sumber air bersih
(p=0,000; r=0,552); keadaan sumur
(p=0,000 r =0,445) berarti ada hubungan
yang signifikan dengan terjadinya diare.

FAKTOR%20RISIKO%20DIARE_Revi
si.PDF. Diakses tanggal 2 Februari 2012.
Bintoro. 2012. Hubungan antara Sanitasi
Lingkungan dengan Kejadian Diare
pada Balita di Kecamatan Jatipuro
Kabupaten
Karang
Anyar.
http://etd.eprints.
ums.ac.
id/9271/2/J410050010.pdf. Diakses pada
tanggal 2 Februari 2012.
Kusnoputranto, Haryanto. 1997. Air Limbah
dan Ekskreta Manusia Aspek Kesehatan
Masyarakat
dan
Pengelolaannya.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan