BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Project Based Learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Kecamatan Tuntang Semester I Ta
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Kajian teori merupakan uraian pendapat para ahli yang mendukung penelitian. Beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pendapat yang berbeda. Pembahasan teori ini berisi tentang proses pembelajaran, model pembelajaran Project Based Learning dan hasil belajar matematika.
2.1.1 Proses Pembelajaran
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efekstif dan efisien (Komalasari,2010:3). Menurut Gagne, Briggs, dan Vager (Sutikno,2014:11) pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Menurut Permendiknas no 41 Tahun 2007 Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendiknas no 41 Tahun 2007).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa dalam memahami materi tertentu sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Namun, pada kenyataannya, pembelajaran yang sering terjadi pada masa sekarang ini masih kurang menarik. Guru jarang menggunakan model pembelajaran yang menarik dan bervariasi yang akan membuat siswa menjadi aktif saat pelajaran berlangsung. Pada penelitian ini, peneliti menyarankan guru untuk menggunakan alternatif model pembelajaran Project Based Learning sebagai langkah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, yang mana model ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme.
Menurut Tasker (Putrayasa,2013:82) dalam kerangka konstruktivis, belajar dimaknai sebagai suatu upaya pengkonstruksian pengetahuan oleh individu sebagai pemberian makna atas data sensori yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Dalam proses ini lebih ditekankan pada terbentuknya hubungan-hubungan makna antara pengetahuan yang telah ada dan pengetahuan baru dengan fasilitasi kreativitas guru selaku mediator pembelajaran. Dalam proses ini siswa secara aktif terlibat dalam upaya penemuan makna dari apa yang dipelajarinya, sehingga secara langsung berdampak pada tumbuh dan berkembangnya keterampilan berpikir mereka selama pembelajaran berlangsung (Putrayasa,2013:82). Aplikasi teori belajar konstruktivis memungkinkan siswa untuk menguasai materi pelajaran secara lebih komprehensif dan bermakna, mengingat mereka terlibat secara aktif selama pembelajaran berlangsung.
2.1.1.1 Model Pembelajaran Project Based Learning
Menurut Kosasih (2014:96) pembelajaran berbasis proyek (project based
learning ) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai
tujuannya. Pembelajaran berbasis proyek (PBP) memfokuskan pada aktivitas siswa yang berupa pengumpulan informasi dan pemanfaatannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan siswa itu sendiri ataupun
Model Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang secara langsung melibatkan siswa dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek pembelajaran tertentu (Abidin,2014:168). Boss dan Kraus mendefinisikan model pembelajaran berbasis proyek sebagai sebuah model pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasi pengetahuan mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk mengahsilakan sebuah produk otentik tertentu (Abidin,2014:169).
Seirama dengan pendapat diatas, Gandini (Abidin,2014:169) memandang model pembelajaran berbasis proyek sebagai sebuah model yang berfungsi sebagai tulang punggung bagi pengembangan pengalaman siswa dalam belajar dan guru dalam mengajar. Model pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan dengan berdiskusi dalam kelompok, dan siswa belajar melalui pengalaman dapat mempermudah pemahanman dan meingkatkan hasil belajar siswa.
a. Langkah-langkah model Project Based Learning
Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek secara rinci sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (Sutirman,2013:46) dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Mulai dengan pertanyaan esensial
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas. 2)
Membuat desain rencanaan proyek Siswa dengan pendampingan dari guru membuat desain rencana proyek yang akan dilakukan. Rencana Proyek ditentukan oleh siswa sendiri mengacu kepada pertanyaan esensial yang telah dikemukakan sebelumnya.
3) Membuat jadwal
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Aktivitas pada tahap ini antara lain; (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek (3) mengarahkan siswa agara merencanakan cara yang baru (4) mengarahkan siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk memberi alasan tentang cara yang dipilih. jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. 4)
Memantau siswa dan kemajuan proyek Guru bertanggungjawab memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan proyek untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan proyek dan mengantisipasi hambatan yang dihadapi siswa. 5)
Menilai Hasil Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai, dan menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6) Refleksi
Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses Refleksi dilakukan secara individu maupun kelompok.
b. Prinsip-prinsip
Menurut Wena (2014:145) pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip yaitu: 1)
Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. 2)
Prinsip pertanyaan pendorong/penuntun ( driving question) berarti kerja mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama dalam suatu bidang tertentu. 3)
Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation) merupakan proses yang mengarah pada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. 4)
Prinsip otonomi (autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. 5)
Prinsip realistis (realism) berarti proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti di sekolah.
c. Karakteristik model Project Based Learning
Menurut Buck Institute for Education (Wena,2012:144) model Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja
2) Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
3) Siswa merancang proses untuk mencapai hasil
4) Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan
5) melakukan evaluasi dijalankan secara kontinyu 6)
Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan 7)
Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya 8)
Kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan d.
Kelebihan model Project Based Learning
Kelebihan model Project Based Learning menurut Kemendikbud (Abidin,20141:171) diantaranya :
1) Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan penting dan mereka perlu untuk dihargai.
3) Membuat siswa lebih aktif dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks.
4) Meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama. 5) Mendorong siswa mempraktikan ketrampilan berkomunikasi. 6) Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber. 7)
Memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi proyek, mengalokasikan waktu, dan mengelola sumber daya seperti peralatan dan bahan untuk menyelesaikan tugas. 8)
Memberikan kesempatan belajar bagi siswa untuk berkembang sesuai kondisi dunia nyata. 9)
Melibatkan siswa untuk belajar mengumpulkan informasi dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan di dunia nyata. 10)
Membuat suasana belajar lebih menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran
e. Kelemahan model Project Based Learning
Selain memiliki keuntungan model Project Based Learning juga memiliki kelemahan (Abidin,2014:171) diantaranya yaitu:
1) Membutuhkan banyak waktu dan biaya.
2) Memerlukan banyak media dan sumber belajar
3) Memerlukan guru dan siswa yang sama-sama siap belajar dan berkembang
4) Ada kekhawatiran siswa hanya akan menguasai satu topik tertentu yang dikerjakannya
f. Solusi Kelemahan model Project Based Learning
Pada hakikatnya setiap model pembelajaran mempunyai kelemahan begitu pula dengan model Project Based Learning. Maka diperlukan suatu upaya dalam mengatasi kelemahan model ini agar pembelajaran model ini dapat berjalan maksimal. Guru sebagai perencana dan pelaksana pembelajaran haruslah mampu meminimalisir kelemehan model yang digunakan, upaya yang ditempuh dalam mengatasi kelemahan model pembelajaran Project Based Learning dengan cara: 1)
Membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek 2)
Guru dapat meminimalisir dan menyediakan peralatan atau media pembelajaran sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar sehingga tidak membutuhkan biaya yang banyak. 3)
Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga guru dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran. 4)
Pembagian tugas antar anggota kelompok harus merata sehingga semua peserta didik dapat berperan aktif dalam menyelesaikan proyek. 5)
Sebaiknya topik yang diberikan antar kelompok sama, sehingga semua peserta didik dapat memahami topik secara keseluruhan.
2.1.1.2 Pembelajaran Matematika
James (Suherman 2001: 16) menyatakan bahwa: “Matematika adalah konsep ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep- konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terjadi ke dalam tiga bidang yaitu : aljabar, analisis, dan geometri”. Ruseffendi (Karso dkk, 2009 : 1.39) menyatakan bahwa Matematika itu terorganisasikan dari unsur
- – unsur yang tidak didefinisikan, definisi – definisi, aksioma
- – aksioma, dan dalil – dalil dimana dalil – dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum.
Menurut Johnson dan Rising (Karso dkk, 2009 : 1.39) berpendapat bahwa Matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai arti daripada bunyi.
Tujuan mata pelajaran matematika yang tercantum dalam Standar Isi pendidikan yaitu: Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (BSNP;2006;148).
Berdasarkan uraian tentang pembelajaran, matematika dan tujuan matematika, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, dan pendidik bertugas untuk membangun serta mengembangkan kreativitas berpikir siswa dalam mengontruksi pengetahuan baru sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika.
a. Sintak Pembelajaran Matematika
Menurut Heruman (2012:2-3) langkah pembelajaran matematika di SD yang menekankan pada konsep-konsep matematika diantaranya sebagai berikut:
1) Penanaman konsep dasar (penanaman konsep) yaitu pembelajaran yang menggunakan media atau alat peraga untuk menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak.
2) Pemahaman konsep yaitu lanjutan pembelajaran dari penanaman konsep.Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan.
Kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan dari pemahaman konsep.
3) Pembinaan keterampilan yaitu pembelajaran lanjutan dari pemahaman konsep dan penanaman konsep dengan tujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.
Dapat disimpulkan bahwa langkah pembelajatan matematika di sekolah dasar dimulai dengan menanamkan konsep dasar dilanjutkan pemahanan konsep agar siswa lebih memahami konsep matematika kemudian pembinaan keterampilan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.
2.1.2 Hasil Belajar
Indikator untuk mengetahui tercapainya suatu tujuan pembelajaran salah satunya dapat diukur dengan melakukan pengukuran terhadap hasil belajar. Hasil belajar menjadi puncak dari suatu proses pembelajaran, hasil belajar yang diukur tidak hanya pada aspek kognitif saja, namun dapat juga diukur pada aspek afektif dan psikomotor (Supriyadi & Mawardi,2015:86)
Menurut Sudjana (2010:22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (Depdiknas, 2006:125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka Winkel (Supriyadi dan Mawardi,2015:86) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai bobot atau nilai yang berhasil diraihnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah bukti keberhasilan siswa yang diperoleh melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.
2.1.2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dikategorikan dalam tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: a.
Ranah Kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, taksonomi bloom yang telah direvisi Krathwohl salah satu penggagas taksonomi tujuan belajar, istilah yang sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yaitu dengan C1 s.d. C6 . Pada revisi ini , jika dibandingkan dengan taksonomi sebelumnya, ada pertukaran pada posisi C5 dan C6 dan perubahan nama. Istilah sintesis dihilangkan dan diganti dengan Create.
b.
Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c.
Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Sehingga hasil belajar dapat dipandang sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan diukur oleh peneliti meliputi hasil belajar untuk ranah kognitifnya saja.
2.1.2.2 Pengukuran
Allen & Yen (Munthe,2015:3) mendefinisikan pengukuran sebagai penetapan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu. Menurut Widyoko (Munthe,2015:3) menyimpulkan pengukuran adalah kualifikasi atau penetapan angkatentang karakteristik menurut aturan tertentu.
Menurut Permendiknas no 41 tahun 2007 penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran .
Dalam penelitian ini, hasil belajar yang diukur adalah pada aspek kognitifnya saja. Peneliti mengukur dengan cara memberikan tes kepada siswa. Yang dinilai hanya hasil belajar siswa saja setelah dilakukan evaluasi pembelajaran.
2.1.2.3 Hasil Belajar Matematika
Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek- aspek sebagai berikut.
1) Bilangan
2) Geometri dan pengukuran
3) Pengolahan data.
Hasil belajar merupakan tolak ukur atau patokan yang menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran dari proses pengalaman belajarnya yang diukur dengan tes. Dari definisi diatas,serta definisi-definisi tentang matematika, belajar, dan hasil belajar, maka dapat dirangkai sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar matematika. Pengalaman tersebut berupa pengetahuan, pengertian, pemahaman dan juga kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol.
Kemampuan tersebut dapat dilihat dari kemampuan berpikir matematika dalam diri siswa yang bermuara pada kemampuan matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, hasil belajar mata pelajaran matematika siswa dilihat berdasarkan nilai evaluasi yang telah dikerjakan oleh siswa.
2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
- – Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang sesuai dengan substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisiskan penelitian yang sudah ada dengan penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian diantaranya sebagai berikut :
Cinthia Inggar Wida (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Melalui Project
Based Learning (PjBL) pada Siswa Kelas V di MI Asas Islam Kalibening
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan model Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi bangun datar pada siswa kelas V di MI Asas Islam Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun pelajaran 2014/2015. Hasil belajar melampaui KKM individu (
≥70) yakni nilai rata-rata siswa pada siklus II sebesar 74,09 dan nilai rata-rata siswa pada siklus III meningkat menjadi 83,94. Dan model Project Based Learning (PjBL) dapat memenuhi target pencapaian KKM pada mata pelajaran matematika materi bangun datar. Target KKM kelas yakni persentase
≥ 85% tercapai pada siklus III dengan persentase ketuntasan sebanyak 96,77% dengan siswa yang tuntas mencapai 30 siswa.
Alfi Fajri Kusumadani (2015)“Peningkatan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Kelas IV Materi Keliling Dan Luas Bangun Datar Melalui Model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Di Mi Muhammadiyah
Tejobang, Kec Simo, Kab Boyolali Tahun. Pelajaran 2015/2016”.Penelitian yangdilaksanakan pada mata pelajaran Matematika materi keliling dan luas bangun datar(jajargenjang dan segitiga) kelas IV MI Muhammadiyah Tejobang dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek menghasilkan peningkatan prestasi belajar siswa. Pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 8 siswa atau 47% dan 9 siswa atau 53% belum tuntas dengan rata-rata 58,88. Pada siklus II meningkat menjadi 13 siswa yang tuntas atau 75%, sedangkan yang tidak tuntas 4 peningkatan lagi menjadi 15 siswa atau 88% tuntas dan 2 siswa atau 12% siswa tidak tuntas,serta rata-rata nilainya 85,29. Nilai akhir prestasi belajar siswa siklus I hingga siklus III memberi bukti bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) pada mata pelajaran Matematika materi kelilig dan luas bangun datar (jajargenjang dan segitiga) di kelas IV MI Muhammadiyah Tejobang mengalami peningkatan.
Yohana Setiawan (2014)
“Penerapan Project Based learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika dan Memperbaiki Sikap Siswa Kelas V
SD Pantekosta Magelang Tahun Ajaran 2013/2014 ”. Penelitian yangdilaksanakan pada siswa kelas V SD Pantekosta sebagai subjek penelitian. Pelaksanaannya dengan menggunakan Model Kemmis dan Tanggart dalam 2 siklus yang masing-masing siklusnya terdapat tiga kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan dengan adanya peningkatan persentase siswa tuntas KKM 75 yaitu Siklus I sebesar 53,33% dan siklus II sebesar 96,77%. Perbaikan sikap siswa pada pelajaran Matematika ditunjukkan dengan adanya peningkatan klasifikasi dan “baik” setelah siklus I dilaksanakan dan menjadi “sangat baik” setelah Siklus II dilaksanakan.
2.3 Kerangka Berpikir
Model pembelajaran Project Based Learning memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dalam kelompok dan siswa dapat menemukan jenis-jenis trapesium, ciri-ciri trapesium, rumus luas trapesium, ciri-ciri layang-layang, dan rumus luas layang-layang. Melalui penggunaan model pembelajaran Project
Based Learning , diharapkan gagasan awal siswa dapat dimunculkan, reaksi siswa
cukup baik terhadap pembelajaran, partisipasi siswa menjadi lebih baik, dan guru lebih mudah merencanakan pengajaran serta hasil belajar Matematika di SD Negeri Candirejo 01 semakin meningkat. Adapun skema kerangka berpikir sebagai berikut:
Standar Kompetensi :
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar :
3.1 Menghitung luas trapesium dan layang-layang
3.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar Kondisi Awal Proses pembelajaran berpusat pada guru
Siswa terlihat diam, dan sibuk dengan Hasil belajar
≤ 70 alat tulisnya sendiri Model Pembelajaran Project
Based Learning
Mulai dengan pertanyaan
Model Project Based Learning
esensial 1) Siswa dilatih agar fokus dalam mengikuti pembelajaran dengan diberikan pertanyaan yang mengarah pada
Memantau siswa dan pembelajaran kemajuan proyek
2) Siswa dilatih untuk berkolabrasi dengan temanya secara berkelompok 3) Siswa dilatih untuk berkreasi dan
Membuat desain rencana mengembangkan potensinya dengan proyek membuat karya sederhana dari dari kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan
Membuat jadwal 4) Siswa dilatih untuk bertanggung jawab dan tepat waktu dalam menyelesaikan karya yang sedang dikerjakan
Menilai hasil 5) Siswa dilatih untuk berani mempresentasikan hasil karya yang telah
Refleksi dibuat di depan kelas.
Tes Formatif
Proses belajar berpusat pada siswa
2.4 Hipotesis Tindakan
Dari kerangka berfikir yang telah dikemukakakan dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: a.
Model pembelajaran Project Based Learning dapat meningkatkan proses pembelajaran Matematika kelas 5 SD Negeri Candirejo 01 Semester I Tahun Ajaran 2016/2017 pada aktivitas guru dan aktivitas siswa secara signifikan minimal 10%.
b.
Proses pembelajaran dengan menggunakan model Project Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika kelas
5 SD Negeri Candirejo 01 semester I Tahun Ajaran 2016/2017 secara signifikan mengalami ketuntasan belajar individual dengan nilai hasil belajar Matematika
≥ 70 dan mengalami ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata hasil belajar Matematika meningkat minimal 7 nilai dari KKM ≥ 70 yang ditentukan oleh sekolah yaitu 77 atau ketuntasan belajar secara klasikal sebesar ≥ 90% dari 37 siswa (kriteria baik).