POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS TIONGHOA DENGAN MASYARAKAT PRIBUMI

POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS TIONGHOA DENGAN MASYARAKAT PRIBUMI

Ega Lia Triana Putri

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) multi20034@yahoo.com

Abstrak

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada pola komunikasi yang terjadi antara etnis Tionghua dengan masyarakat pribumi yang terjadi sejak tinggal di Indonesia khususnya di daerah Kelurahan Mekarsari Tangerang atau biasa disebut dengan Cina Benteng, serta menghubungkannya dalam berbagai konteks kegiatan seperti perkawinan, keagamaan, penggunaan bahasa, prasangka serta nilai sosial dan budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan kualitatif peneliti melakukan pengumpulan data melalui wawancara, dokumentasi beberapa data yang bersifat teoritis berupa buku-buku, data-data, dan dokumen. yang berupa data-data formal dengan mendatangi langsung lingkungan RW 04 kelurahan Neglasari kecamatan Mekarsari kota Tangerang sebagai studi penelitian. Obyek penelitiannya adalah keluarga kawin campur, hal ini dimaksudkan untuk melakukan mengungkap pengalaman komunikasi antarbudaya dalam konteks perkawinan campuran. Dari hasil observasi Menghadapi persoalan komunikasi antarbudaya, dalam konteks perkawinan campuran, stereotip dapat mempengaruhi penilaian keluarga besar terhadap seseorang yang akan dijadikan pendamping hidup. Begitu kuatnya, Persoalan kedua adalah latar belakang personal atau individu pelaku kawin campur. Mayoritas pasangan yang memutuskan melakukan kawin campur harus memiliki pola pikir terbuka terhadap budaya yang dibawa oleh pasangannya, termasuk kepercayaan, nilai dan norma.

Kata-kata kunci : Komunikasi antar budaya, Kualitatif,

Abstract

In this research is writer focussed at communications pattern that happened between ethnical of Tionghua with indigenous society that happened since living in the Indonesia specially in area of Chief of village of Mekarsari Tangerang or ordinary referred as with Fortress Chinese, and also connect it in so many activity context of like marriage, religious, Ianguage use, prejudice and also the social value and the culture. This research use approach qualitative with approach qualitative the researcher conduct data collecting of through interview, documentation of some data having the character of theoretical in the form of book, data, and the document. what is in the form of formal data visited uponly is environmental direct of RW 04 Countryside Neglasari subdistrict Mekarsari town Tangerang as research study. This Obyek is intermarry family, this matter is intended to conduct to express communications relation experience in mixture marriage context. From observation result Face communications relation problem, in mixture marriage context, stereotype can influence assessment of big family to somebody to be made by live. So its strength, Second problem is background personal intermarry perpetrator individual or. Couple majority deciding to conduct intermarry have to own patterned thinking opened to culture brought by its couple, inclusive of belief, assess and norm

Keywords : Intercultural Communication, Qualitatif.

Ega Lia Triana Putri, POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS TIONGHOA DENGAN MASYARAKAT PRIBUMI

beda tetapi tetap satu jua. Secara empirik, dapat N dapat melihat adanya perbedaan etnis pada penduduk

egara Indonesia merupakan negara yang yang merupakan perpaduan konsekuensi dari dimensi mempunyai keragaman budaya yaitu fisiko-geografis dan proses migrasi bangsa-bangsa ”Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda- purba. Dalam kerangka dimensi entografis itu kita

dikatakan bahwa masyarakat Indonesia adalah sebuah yang mendiami berbagai pulau-pulau Nusantara. Dari masyarakat yang majemuk. Masyarakat majemuk hasil penelitian yang dilakukan seorang antropolog (plural society) adalah masyarakat yang terdiri dari Junus Melalatoa (1995) yang kemudian hasil penelitian dua atau lebih elemen atau tatanan sosial yang hidup ini diterbitkan sebagai Ensiklopedi Suku Bangsa berdampingan, namun tanpa membaur dalam satu di Indonesia (Depdikbud, 1995) diketahui adanya unit politik yang tunggal. (Nasikun, 2007:33). Dalam tidak kurang dari 500 suku bangsa yang mendiami masyarakat Indonesia yang majemuk itu, ada dua istilah wilayah negara Indonesia, mereka mendiami sekitar yang penting dipahami yaitu kemajemukan (pluralitas) 17.000 pulau besar dan kecil, berpenghuni atau tidak dan keanekaragaman (heterogenitas). Pluralitas berpenghuni. sebagai kontraposisi dari singularitas mengindikasikan

Selain memberikan side effect (dampak) positif adanya suatu situasi yang terdiri dari kejamakan, dan sebagaimana diuraikan di atas, dalam masyarakat bukan ketunggalan (Kusumohamidjojo,2000:45). Indonesia yang plural dan heterogen, tersimpan Artinya, dalam “masyarakat Indonesia” dapat dampak negatif, sebab karena faktor kebhinnekaan dijumpai berbagai subkelompok masyarakat yang itulah justru sering memicu timbulnya konflik antar tidak bisa disatukelompokkan satu dengan yang kelompok masyarakat. Konflik-konflik antar kelompok lainnya. Adanya tidak kurang dari 500 suku bangsa masyarakat tersebut akan melahirkan distabilitas di Indonesia menegaskan kenyataan itu. Demikian keamanan, sosio-ekonomi, dan ketidakhar-monisan pula halnya dengan kebudayaan mereka. Sementara sosial (social disharmony). heterogenitas yang merupakan kontraposisi dari Untuk menghadapi realitas k e b h i n n e k a a n

homogenitas mengindikasikan suatu kualitas dari tersebut, diperlukan komunikasi. Komunikasi antar keadaan yang menyimpan ketidaksamaan dalam unsur- budaya sendiri mempelajari bagaimana cara kita unsurnya (Kusumohamidjojo, 2000:45). Artinya, memahami Perbedaan budaya dalam sebuah negara masing-masing sub kelompok masyarakat itu beserta yang menciptakan keanekaragaman pengalaman, nilai, kebudayaannya bisa sungguh-sungguh berbeda satu dan cara memandang dunia. Keanekaragaman tersebut dari yang lainnya. Realitas kebhinnekaan Indonesia menciptakan pola-pola komunikasi yang sama di antara dilukiskan Kusumohamidjojo (2000:16) dalam dua anggota-anggota yang memiliki latar belakang sama dimensi, geografis dan etnografis. Pertama, dimensi dan mempengaruhi komunikasi di antara anggota- geografis sebagaimana hasil pengamatan dari Alfred anggota daerah etnis yang berbeda. (Gudykunst and Wallace dan Weber yang kemudian dikukuhkan dalam Kim:2003)

Geografi sebagai Garis Wallacea yang membentang Hubungan komunikasi yang akan timbul antara etnis dari Laut Sulu di utara melalui selat Makasar hingga Tionghua yang mempunyai pola kebudayaan yang ke Selat Lombok di selatan, dan Garis Weber yang berbeda dengan masyarakat pribumi ialah hubungan membentang dari pantai barat Pulau Halmahera di utara komunikasi antarbudaya yaitu sebuah hubungan melalui Laut Seram hingga ke Laut Timor di selatan. komunikasi yang dilatarbelakangi oleh perbedaan

Garis Wallacea dan Weber secara fisiko-geografis budaya di Tangerang, dimana orang yang terlibat dalam membedakan Dangkalan Sunda di sebelah Barat (yang komunikasi memiliki latar belakang budaya yang meliputi pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan berbeda. Bali) dari Dangkalan Indonesia Tengah (yang meliputi

Karena itu budaya mempunyai timbal balik dengan pulau-pulau Sulawesi dan sebagian pulau-pulau Nusa komunikasi, seperti dua sisi dari satu mata uang, yang Tenggara sebelah Barat), dan dari Dangkalan Sahul di mana budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi sebelah timur (yang meliputi kepulauan Halmahera, dan pada gilirannya komunikasipun turut menentukan, Aru dan Papua). Perbedaan itu merupakan akibat memelihara, mengembangkan, atau mewariskannya. dari proses perkembangan fisiko-geografis yang

Mengkonsepkan fenomena komunikasi antar budaya ditinggalkan oleh akhir Zaman Es. Kebedaan geografis sebagai sebuah transaksional, proses simbolik yang

itu berakibat menentukan pada perbedaan dunia flora mencakup pertalian antar individu dari latar belakang dan fauna dari masing-masing kelompok kepulauan itu. budaya yang berbeda dalam hal ini penekanan

Dimensi kedua adalah dimensi yang etnografis, komunikasi antar budaya merupakan suatu proses

WACANA Volume XV No. 2. Juni 2016, Hlm. 86 - 180

pemahaman dari komunikasi tersebut. prasangka terhadap kelompok budaya lain dan enggan Sebelum memulai membahas secara garis besar bergaul. permasalahan yang ada didalam penelitian ini, kita

Situasi-situasi tidak nyaman seringkali muncul hendaknya memahami bagaimana awal mula masuknya apabila seseorang bergantung kepada persepsi yang kaum Cina atau peranakan etnis Tionghua dapat masuk langsung dialaminya. Dalam masyarakat Tangerang ke Indonesia. Indonesia merupakan negara yang begitu fenomena pergulatan komunikasi antar budaya dalam heterogen dengan juml;ah penduduk yang mencapai keluarga kawin campur menarik untuk diteliti lebih hingga 253,60 juta jiwa, membuat negara ini menjadi lanjut, terutama keluarga yang melibatkan etnis Cina lebih kaya dan beragam mulai dari etnis, suku, budaya, dan pribumi yang tinggal di Tangerang. maupun adatnya. Terlebih penduduk yang tinggal di

Dasar dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Indonesia bukanlah seutuhnya mereka yang lahir dan sejauh mana budaya menjadi sebuah topik yang terjadi tinggal di Indonesia, karena sejak masa penjajahan dalam kehidupan keluarga kawin campur di Tangerang. banyak negara asing yang bersinggah ke Indonesia, Adapun penelitian ini dilakukan pada etnis Tionghua di dengan tujuan yang beragam, mulai dari mencari Kelurahan Mekarsari Kecamatan Neglasari Tangerang, rempah-rempah hingga menjajah negara ini guna untuk kelurahan ini letaknya tidak jauh dari Bandara Soekarno- memiliki kekuasaan di berbagai negara termasuk di Hatta. Etnis Tionghua di Indonesia termasuk golongan Indonesia.

yang minoritas. Berdasarkan penjelasan tersebut

Sejarah masa lalu kemudian membawa Cina maka penulis memilih judul ” POLA KOMUNIKASI memasuki negara yang berada di Asia Timur. Warga ANTAR BUDAYA ETNIS TIONGHUA DENGAN keturunan Cina sering disebut sebagai warga Tionghua, MASYARAKAT PRIBUMI DI KELURAHAN dan tiap pulau biasanya memiliki ciri khas tersendiri MEKARSARI TANGERANG”. dalam budayanya dan pola komunikasi mereka. Hal ini

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada dapat terjadi karena persepsi etnis Cina adalah persepsi pola komunikasi yang terjadi antara etnis Tionghua mereka dari masa lalu.

dengan masyarakat pribumi yang terjadi sejak tinggal

Perbedaan persepsi yang dimiliki oleh warga keturunan di Indonesia khususnya di daerah Kelurahan Mekarsari Tionghua dengan orang pribumi dapat mempengaruhi Tangerang atau biasa disebut dengan Cina Benteng, perbedaan pola komunikasi mereka, terutama mereka serta menghubungkannya dalam komunikasi antar tinggal dalam suatu lingkup yang terdiri dari orang budaya keluarga kawin campur. pribumi dan orang keturunan Tionghua, Sehingga Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, mereka membutuhkan komunikasi untuk meyatukan maka penulis mengemukakan tiga perumusan masalah perbedaan tersebut. Warga keturunan Cina yang berada sebagai berikut: di Indonesia selalu memiliki perbedaan satu sama lain,

Bagaimana proses komunikasi antar budaya dalam sampai saat ini warga keturunan Tionghua sulit untuk keluarga kawin campur etnis Tionghua dengan berbaur dengan lingkungan sekitar mereka khususnya masyrakat pribumi di Kelurahan Mekarsari Tangerang pribumi begitupun dalam kehidupan keluarga kawin ? campur akan terjadi komunikasi antarbudaya, yang

Bagaimana nilai sosial dan nilai budaya dalam melibatkan seluruh anggota keluarga yaitu suami, istri keluarga kawin campur, antar etnis Tionghua dengan dan anak, bahkan juga anggota keluarga yang lain masyrakat pribumi di Kelurahan Mekarsari Tangerang yang tinggal dalam satu rumah tersebut. Situasi ini ? dapat mengakibatkan munculnya kesepakatan untuk

Bagaimana pola komunikasi antar pribadi etnis mengakui salah satu budaya yang akan mendominasi Tionghua dengan masyrakat pribumi di Kelurahan atau berkembangnya budaya lain yang merupakan Mekarsari Tangerang? peleburan dari dua budaya tersebut (third culture). Atau

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan kedua budaya dapat sama-sama berjalan seiring dalam penelitian ini : satu keluarga.

Untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi yang

Meskipun satu keluarga kawin campur seringkali terjadi pada etnis Tionghua dengan masyarakat Pribumi melakukan interaksi, bahkan dengan bahasa yang dalam keluarga kawin campur. sama sekalipun, tidak berarti komunikasi akan berjalan

Untuk mengetahui nilai sosial dan nilai budaya dalam mulus atau bahwa dengan sendirinya akan tercipta keluarga kawin campur, antar etnis Tionghua dengan saling pengertian. Hal ini dikarenakan, antara lain masyrakat pribumi di Kelurahan Mekarsari Tangerang. sebagian masyarakat individu tersebut masih memiliki

Untuk mengetahui pola komunikasi antar pribadi

Ega Lia Triana Putri, POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS TIONGHOA DENGAN MASYARAKAT PRIBUMI

etnis Tionghua dengan masyrakat pribumi di Kelurahan dan untuk mengetahui tingkat akulturasi antarbudaya Mekarsari Tangerang.

etnis Cina-Medan dengan orang pribumi, dengan Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu menggunakan metode kualitatif berupa wawancara komunikasi melalui konsep komunikasi antarbudaya dengan studi deskriptif. Dari hasil penelitian ditemukan dan metode penelitian kualitatif.

komunikasi interpersonal etnis Cina-Medan dengan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pribumi diwilayah tersebut cenderung tertutup, sikap masukan kepada masyarakat dan akademisi ilmuan kecurigaan dan tidak saling percaya menjadi dasar sikap

komunikasi dan untuk dapat mencegah konflik, akibat tertutup mereka. Nama Peneliti : Lusiana Andriana kesalahpahaman cara pandang dalam memahami Lubis. Judul Penelitian : Komunikasi Antarbudaya dan menafsirkan sebuah pesan yang digunakan oleh Yang Mempengaruhi Etnis Tionghua dan Pribumi di komunikator yang berbeda budaya.

Kota Medan.

Kegunaan Kegiatan ini penulis berharap bahwa Penelitian selanjutnya adalah penelitian Lusiana kegiatan teoritis ini bahwa Pola Komunikasi yang Andriana Lubis. Penellitian ini bertujuan untuk terjadi antara kedua budaya tersebut lebih

mengetahui komunikasi antar budaya yang banyak menggunakan pola komunikasi antar pribadi

mempengaruhi etnis Tionghua dan pribumi di kota dan kelompok, dalam kehidupan sehari-hari. Pola medan. Tiga elemen yang diteliti meliputi agama dan

Komunikasi antara etnis Tionghua dengan masyarakat kepercayaan, nilai-nilai dan perilaku, yang merupakan pribumi Terdiri dari pola komunikasi antarpribadi dan bagian dari teori persepsi budaya. Penelitian ini kelompok, pola Komunikasi antarpribadi dialami tanpa menggunakan metode kualitatif melalui pendekatan terkecuali.

fenomenologi yang bertujuan melihat berbagai

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dapat memahami situasi atau realitas sosial yang berlaku terhadap ernis persepsi yang muncul dalam benak masing-masing Tionghua dan Pribumi di kota Medan. Hasil penelitian individu terhadap pasangannya yang berbeda etnis menunjukkan bahwa agama atau kepercayaan dalam kehidupan keluarga kawin campur. Sekaligus merupakan satu hak dan tidak dapat dipaksa, namun penelitian ini juga hendaknya dapat menjadi masukan melalui perkawinan antar etnis Tionghua dan Pribumi bagi para pelaku pasangan kawin campur untuk melihat maka terjadinya perpindahan agama kepada Islam beberapa alternatif dalam menerapkan nilai-nilai sosial dan Kristen sehingga pandangan agamapun berubah. dan nilai-nilai budaya dalam kehidupan keluarga kawin Selain itu, komunikasi antar budaya dapat mengubah campur. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pasangan cara pandang terhadap nilai-nilai budaya Tionghua dan kawin campur ketika menemui persoalan benturan Pribumi di kota Medan. Dengan demikian mendorong budaya, sehingga perkawinan dapat selalu terjaga perilaku individu menjadi positif dan sekaligus keharmonisannya

pandangan dunianya.

Kajian Pustaka – Penelitian Sejenis

Pengertian Komunikasi

Penelitian seperti ini pernah dilakukan oleh beberapa Untuk menjelaskan pengertian komunikasi maka peneliti lainnya, diantaranya adalah Elizabeth Puspa akan dikemukakan oleh beberapa ahli yang melihat Kirana dan Lusiana Andriani Lubis dan penelitian yang komunikasi dari sudut pandang keahliannya masing- dilakukan oleh peneliti terdahulu, mereka mengangkat masing : tema yang sama untuk dijadikan judul mereka, serta

Komunikasi menurut Wirawan yaitu proses beberapa metode yang mirip dengan penelitian yang mentransmisikan pesan dari pengirim kepada penerima akan diteliti saat ini. Berikut data dan informasi yang

pesan (Wirawan, 2002:75)

didapatkan : Komunikasi menurut Everett M. Rogers dalam Hafied

Nama Peneliti : Elizabeth Puspa Kirana. Judul Cangara menyatakan bahwa komunikasi adalah proses Penelitian

: Pola Komunikasi Interpersonal dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu Etnis Cina-Medan dalam Berinteraksi pada Warga penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah Wilayah Rawa Belong, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

tingkah lau (Cangara, 2003:19).

Menurut Rogers D. Lowrence Kincaid dalam Hafied meneliti wilayah Rawa

Pada penelitian

Elizabeth Puspa Kirana, ia

Cangara, komunikasi adalah suatu proses dimana dua

Belong, Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Tujuan peneliti orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran yaitu untuk mengetahui pola komunikasi interpersonal informasi antara satu sama lain, dan akan terjadi saling etnis Cina-Medan di lingkungan tempat tinggal mereka pengertian (Cangara, 2003:32).

WACANA Volume XV No. 2. Juni 2016, Hlm. 86 - 180

Menurut Hovland, Janis dan Kelley dalam Ami untuk berkomunikasi, yakni keinginan untuk Muhammad mengatakan “Communication is the modify membagi keadaan internal sendiri, baik yang the behavior of other individuals”, dengan kata lain bersifat emosional maupun informasional komunikasi adalah sebuah proses individu mengirim dengan orang lain. Kebutuhan ini dapat berupa stimulus yang biasanya berbentuk verbal untuk merubah keinginan untuk memperoleh pengakuan social sampai tingkah aku orang lain (Arni Muhammad, 2001:3)

pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan

Dengan demikian yang dimaksud komunikasi tingkah laku orang lain. Dalamkonteks komunikasi sebagai proses yaitu bahwa komunikasi berlangsung interpersonal komunikator

adalah individu yang mulai tahap-tahap tertentu secara kontinyu, berubah- menciptakan,memformulasikan, dan menyampaikan ubah, dinamis, timbal balik antara komunikator dan pesan. komunikan serta saling mempengaruhi.

Dalam komunikasi akan terjadi hubungan antara Encoding manusia serta interaksi yang saling mempengaruhi,

Encoding adalah suatu aktifitas internal pada dimana semuanya akan terlibat untuk mengalami komunikator dalam menciptakan pesan melalui perubahan perilaku yang tidak mungkin dihindari.

pemilihan simbolsimbol verbal dan non verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta

Komunikasi Interpersonal

disesuaikan dengan karakteristik komunikan. Secara konstektual, komunikasi interpersonal

digambarkan sebagai suatu komunikasi antara dua Pesan

individu atau sedikit individu, yang mana saling Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat berinteraksi, saling memberikan umpan balik satu simbol-simbol baik verbal maupun non verbal, atau sama lain. Namun, memberikan definisi konstektual gabungan keduanya, yang mewakili keadaan khusus saja tidak cukup untuk menggambarkan komunikasi komunikator untuk disampaikan kepada pihak lain. interpersonal karena setiap interaksi antara satu Dalam aktivitas komunikasi, pesan merupakan unsur individu dengan individu lain berbeda-beda.

yang sangat penting. Pesan itulah disampaikan oleh Arni Muhammad (2005:159) menyatakan bahwa komunikator untuk diterima dan diinterpretasi oleh “komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran komunikan. informasi diantara seseorang dengan paling kurang

seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang Saluran

dapat langsung diketahui balikannya”. Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari Mulyana (2000: 73) menyatakan bahwa “komunikasi sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua ke orang lain secara umum. Dalam konteks komunikasi orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat interpersonal, penggunaan saluran atau media semata-

dekat, guru-murid dan sebagainya”. mata karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan Dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal dilakukan komunikasi secara tatap muka. merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan

sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi Penerima/ komunikan

pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun Adalah seseorang yang menerima, memahami, dan komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling menginterpretasi pesan. Dalam proses komunikasi pengertian, mengenai masalah yang akan dibicarakan interpersonal, penerima bersifat aktif, selain menerima yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku.

pesan melakukan pula proses interpretasi dan memberikan umpan balik. Berdasarkan umpan balik

Komponen Komunikasi Interpersonal

dari komunikan inilah seorang komunikator akan Dari pengertian komunikasi interpersonal yang dapat mengetahui keefektifan komunikasi yang telah telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan dilakukan, apakah makna pesan dapat dipahami secara

beberapa komponen yang harus ada dalam komunikasi bersama oleh kedua belah pihak yakni komunikator interpersonal. Menurut Suranto A. W (2011: 9) dan komunikan. komponen-komponen komunikasi interpersonal yaitu:

Decoding

Sumber/ komunikator

Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan penerima. Melaui indera, penerima mendapatkan

Ega Lia Triana Putri, POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS TIONGHOA DENGAN MASYARAKAT PRIBUMI

macammacam data dalam bentuk “mentah”, berupa Arni Muhammad (2005:168) menyatakan bahwa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan, kedalam pengalamanpengalaman yang mengandung yaitu: makna. Secara bertahap dimulai dari proses sensasi, yaitu proses di mana indera menangkap stimuli.

Menemukan Diri Sendiri

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah

Respon

menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain dijadikan sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun Respon dapat bersifat positif, netral, maupun negatif. orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan Respon positif apabila sesuai dengan yang dikehendaki kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa komunikator. Netral berarti respon itu tidak menerima yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah sangat ataupun menolak keinginan komunikator. Dikatakan menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai respon negatif apabila tanggapan yang diberikan perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. bertentangan dengan yang diinginkan oleh komunikator. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain,

kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada

Gangguan (noise)

perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita. Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam,

untuk itu harus didefinisikan dan dianalisis. Noise Menemukan Dunia Luar

dapat terjadi di dalam komponen-komponen manapun Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dari sistem komunikasi.

dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan Noise merupakan apa saja yang mengganggu atau orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak membuat kacau penyampaian dan penerimaan pesan, informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi

termasuk yang bersifat fisik dan phsikis. interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu seringkali

Konteks komunikasi

didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks melalui interaksi interpersonal. tertentu, paling tidak ada tiga dimensi yaitu ruang,

waktu, dan nilai. Konteks ruang menunjuk pada Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya Arti

komunikasi, seperti ruangan, halaman dan jalanan. Salah satu keinginan orang yang paling besar Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan tersebut dilaksanakan, misalnya: pagi, siang, sore, orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam malam. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk yang mempengaruhi suasana komunikasi, seperti: dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain. adat istiadat, situasi rumah, norma pergaulan, etika,

tata krama, dan sebagainya. Komunikasi interpersonal Berubah Sikap Dan Tingkah Laku

merupakan suatu proses pertukaran makna antara orang- Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah orang yang saling berkomunikasi. Orang yang saling sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan berkomunikasi tersebut adalah sumber dan penerima. interpersonal. Kita boleh menginginkan mereka Sumber melakukan encoding untuk menciptakan dan memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang memformulasikan menggunakan saluran. Penerima baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis melakukan decoding untuk memahami pesan, dan membaca buku, memasuki bidang tertentu dan percaya selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak Tidak dapat dihindarkan bahwa proses komunikasi menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi senantiasa terkait dengan konteks tertentu, misalnya interpersonal. konteks waktu. Hambatan dapat terjadi pada sumber,

encoding, pesan, saluran, decoding, maupun pada diri Untuk Bermain Dan Kesenangan

penerima. Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Berbicara

Tujuan Komunikasi Interpersonal

dengan teman mengenai aktivitas kita pada waktu akhir

WACANA Volume XV No. 2. Juni 2016, Hlm. 86 - 180

pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan to theory and practice). Dalam tulisan itu Berlo cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah menawarkan sebuah model proses komunikasi. merupakan pembicaraan yang untuk

Menurutnya, komunikasi akan berhasil jika manusia menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi memperhatikan faktor-faktor SMCR, yaitu: source, interpersonal semacam itu dapat memberikan messages, channel, receiver (Liliweri, 2001: 1). keseimbangan yang penting dalam pikiran yang Semua tindakan komunikasi itu berasal dari konsep memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kebudayaan. Berlo berasumsi bahwa kebudayaan kita.

mengajarkan kepada anggotanya untuk melaksanakan Untuk Membantu ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi tindakan itu. Berarti kontribusi latar belakang klinis dan terapi menggunakkan komunikasi kebudayaan sangat penting terhadap perilaku interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk komunikasi seseorang termasuk memahami makna- mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi makna yang dipersepsi terhadap tindakan komunikasi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita yang bersumber dari kebudayaan yang berbeda sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman (Liliweri, 2001: 2). Rumusan objek formal komunikasi yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa antarbudaya baru dipikirkan pada tahun 1970-1980-an. tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan Pada saat yang sama, para ahli ilmu sosial sedang sibuk lain sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa ketika membahas komunikasi internasional yang disponsori melakukan komunikasi interpersonal, setiap individu oleh Speech Communication Association, sebuah dapat mempunyai tujuan yang berbeda-beda, sesuai komisi yang merupakan bagian Asosiasi Komunikasi dengan kebutuhan masing-masing.

Internasional dan Antarbudaya yang berpusat di Amerika Serikat. “Annual” tentang komunikasi

Pola Komunikasi

antarbudaya yang disponsori oleh badan itu terbit

Pola Komunikasi merupakan gabungan dari dua pertama kali pada 1974 oleh Fred Casmir dalam The kata, yakni pola dan komunikasi. Dalam Kamus Besar International and Intercultural Communication Annual. Bahasa Indonesia pola berarti bentuk atau sistem. Kemudian Dan Landis menguatkan konsep komunikasi Dalam kajian ini merupakan suatu rangka atau bentuk antarbudaya dalam International Journal of Intercultural yang digunakan untuk membuat sesuatu yang sama Relations pada tahun 1977. Tahun 1979, Molefi dalam rangka tersebut. Pola juga dapat diartikan sebagai Asante, Cecil Blake dan Eileen Newmark menerbitkan proses atau sistem berjalannya sessuatu.

sebuah buku yang khusus membicarakan komunikasi Nurudin dalam buku Sistem Komunikasi Indonesia antarbudaya, yakni The Handbook of Intercultural menjelaskan bahwa pada dasarnya komunikasi adalah Communication. Sejak saat itu banyak ahli mulai sebuah pemrosesan ide, gagasan, dan lambang tersebut, melakukan studi tentang komunikasi antarbudaya. sehingga terdapat pola-pola tertentu sebagai wujud Selanjutnya, 1983 lahir International and Intercultural perilaku manusia dalam berkomunikasi.

Communication Annual yang dalam setiap volumenya

Joseph A. Devito mengelompokkan pola komunikasi mulai menempatkan rubrik khusus untuk menampung menjadi empat macam, yaitu meliputi komunikasi tulisan tentang komunikasi antarbudaya. Tema antarpribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi pertama tentang “Teori Komunikasi Antarbudaya” publik, dan komunikasi massa. Namun, menurut diluncurkan tahun 1983 oleh Gundykunst. Edisi lain Nurudin pola komunikasi yang berkembang di tentang komunikasi, kebudayaan, proses kerjasama Indonesia yaitu : meliputi komunikasi dengan diri antarbudaya ditulis pula oleh Gundykunst, Stewart sendiri, komunikasi antarpribadi (interpersonal), dan Ting Toomey tahun 1985, komunikasi antaretnik komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.

oleh Kim tahun 1986, adaptasi lintasbudaya oleh Kim dan Gundykunst tahun 1988, dan terakhir komunikasi/

Komunikasi Antar Budaya

bahasa dan kebudayaan oleh Ting Toomey & Korzenny Istilah “antarbudaya” pertama kali diperkenalkan tahun 1988 (Liliweri, 2001: 3). oleh seorang antropolog, Edward T. Hall pada tahun

Ada dua konsep utama yang mewarnai komunikasi 1959 dalam bukunya The Silent Language. Hakikat antarbudaya (interculture communication), yaitu konsep perbedaan antarbudaya dalam proses komunikasi kebudayaan dan konsep komunikasi. Hubungan antara dijelaskan satu tahun setelahnya, oleh David K. Berlo keduanya sangat kompleks. Budaya mempengaruhi melalui bukunya

komunikasi dan pada gilirannya komunikasi turut The Process of Communication (an introduction menentukan, menciptakan dan memelihara realitas

Ega Lia Triana Putri, POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS TIONGHOA DENGAN MASYARAKAT PRIBUMI

budaya dari sebuah komunitas/kelompok budaya sebagai proses transaksional, proses simbolik yang (Martin dan Thomas, 2007: 92).

melibatkan atribusi makna antara individu-individu

Dengan kata lain, komunikasi dan budaya ibarat dari budaya yang berbeda. Sedangkan Tim-Toomey dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan dan saling menjelaskan komunikasi antarbudaya sebagai proses mempengaruhi satu sama lain. Budaya tidak hanya pertukaran simbolik dimana individu-individu dari menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa dua (atau lebih) komunitas kultural yang berbeda dan bagaimana komunikasi berlangsung, tetapi budaya menegosiasikan makna yang dipertukarkan dalam juga turut menentukan bagaimana orang menyandi sebuah interaksi yang interaktif. Menurut Kim, asumsi pesan, makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisi- yang mendasari batasan tentang komunikasi antarbudaya kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan adalah bahwa individu-individu yang memiliki budaya menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan yang sama pada umumnya berbagi kesamaan-kesamaan perilaku manusia sangat bergantung pada budaya atau homogenitas dalam keseluruhan latar belakang tempat manusia tersebut dibesarkan. Konsekuensinya, pengalaman mereka daripada orang yang berasal dari budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya budaya yang berbeda (Rahardjo, 2005: 53). beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-

Dalam rangka memahami kajian komunikasi praktik komunikasi (Mulyana dan Rakhmat, 2005: 20). antarbudaya, maka ada beberapa asumsi, yaitu:

Dengan memahami kedua konsep utama itu, maka • Komunikasi antarbudaya dimulai dengan anggapan studi komunikasi antarbudaya dapat diartikan sebagai

dasar bahwa ada perbedaan persepsi antara studi yang menekankan pada efek kebudayaan terhadap

komunikator dengan komunikan komunikasi. Beberapa definisi komunikasi antarbudaya, • Dalam komunikasi antarbudaya terkandung isi dan

sebagai berikut:

relasi antarpribadi

Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa dalam buku • Gaya personal mempengaruhi komunikasi Larry A. Samovar dan Richard E. Porter Intercultural

antarpribadi

Communication, A Reader – komunikasi antarbudaya • Komunikasi antarbudaya bertujuan mengurangi adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda

tingkat ketidakpastian

kebudayaan, misalnya antarsuku bangsa, antaretnik dan • Komunikasi berpusat pada kebudayaan ras, antarkelas social.

• Efektivitas antarbudaya merupakan tujuan Samovar dan Porter juga mengatakan bahwa

komunikasi antar budaya (Liliweri, 2003: 15) komunikasi antarbudaya terjadi di antara produser

pesan dan penerima pesan yang latar belakang Perkawinan Campur

kebudayaannya berbeda. Kebudayaan merupakan sistem aturan-aturan yang

Charley H. Dood mengatakan bahwa komunikasi dinamis, dibentuk oleh kelompok untuk menjamin antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan keberlangsungan hidup, meliputi sikap, nilai, keyakinan, peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi norma, dan perilaku. Kebudayaan dikomunikasikan dan kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar antar generasi, relatif stabil, namun berpotensi untuk belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku berubah (Matsumoto & Juang, 2004). komunikasi para peserta.

Koentjaraningrat (1983) menyatakan bahwa ada tujuh

Guo-Ming Chen dan William J. Starosta mengatakan unsur yang terdapat dalam kebudayaan, yaitu: 1)Sistem bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi religi dan upacara keagamaan 2)Sistem dan organisasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing kemasyarakatan 3)Sistem pengetahuan 4)Bahasa 5) perilaku manusia dan membatasi mereka dalam Kesenian 6)Sistem mata pencarian hidup 7)Sistem menjalankan fungsinya sebagai kelompok (Liliweri, teknologi dan peralatan 2003: 10-11).

Menurut Hogg (2003) kebudayaan muncul dan

Young Yun Kim mengatakan, tidak seperti studi- dipertahankan melalui interaksi manusia. Kelompok studi komunikasi lain, hal yang terpenting dari budaya tidak hidup dalam suatu isolasi, namun komunikasi antarbudaya yang membedakannya dari melakukan kontak dengan orang lain. Ketika seseorang kajian keilmuan lainnya adalah tingkat perbedaan yang bertemu dengan budaya lain, tidak mungkin baginya relatif tinggi pada latar belakang pengalaman pihak- untuk menghindari kontak. Dalam kontak terjadi pihak yang berkomunikasi (the communications) proses pembelajaran mengenai budaya lain yang karena adanya perbedaan-perbedaan kultural. Dalam disebut dengan akulturasi. Kontak yang terjadi akan perkembangannya, komunikasi antar budaya dipahami menghasilkan perubahan dalam pemikiran dan perilaku

WACANA Volume XV No. 2. Juni 2016, Hlm. 86 - 180

individu. kecemasan, depresi bahkan psikopatologi. Berry juga

Akulturasi

menambahkan bahwa dengan adaptasi secara psikologis Menurut Redfield (dalam Berry, dkk., 2006) akulturasi dan sosiokultural maka hubungan antara golongan

merupakan suatu fenomena yang muncul ketika budaya yang berbeda dapat berlangsung dengan baik. kelompok individu yang berbeda budaya melakukan

Dalam hal ini individu yang mengalami stress kontak yang mengakibatkan perubahan pada budaya akulturasi dianggap memiliki potensi untuk menghadapi asal salah satu kelompok atau keduanya.

stressor dalam kehidupannya dan mampu beradaptasi. Ada empat cara atau strategi yang dapat dilakukan

Proses akulturasi di atas juga dapat terjadi dalam individu dalam proses akulturasi (Berry 2006; Hogg, perkawinan campur (perkawinan antara dua individu 2003), yaitu:

yang berasal dari etnis yang berbeda). Menurut • Asimilasi: ketika seseorang tidak mempertahankan Cohen (dalam Hariyono, 1993) perkawinan campur

identitas budayanya atau home culture (HC) tetapi merupakan perkawinan yang terjadi antara individu mengambil budaya lain atau dominant culture (DC). dari kelompok etnis yang berbeda yang dikenal dengan

• Integrasi: terjadi ketika individu mempertahankan istilah amalgamation. Menurut Sunarto (2004) dalam

budayanya (HC) dan pada saat yang sama tetap hubungan perkawinan berlaku aturan eksogami dan menjalin hubungan dengan budaya lain (DC).

endogami. Eksogami merupakan sistem yang melarang • Separatis: terjadi ketika individu mempertahankan perkawinan dengan anggota kelompok, sedangkan budayanya (HC) dan menolak budaya lain (DC).

endogami merupakan sistem yang mewajibkan • Marginal: terjadi ketika hanya sedikit kemungkinan perkawinan dengan anggota kelompok. Dengan

untuk mempertahankan budaya sendiri (HC) dan demikian perkawinan campur yang terjadi antara gagal menjalin hubungan dengan budaya lain (DC). pasangan yang berasal dari latar belakang budaya yang

Menurut Hogg (2003) selain menjadi pengalaman berbeda tergolong ke dalam perkawinan eksogami. berharga dan mengkibatkan perubahan yang bermanfaat, Proses penyesuaian antara pasangan yang melakukan kontak interkultural juga dapat menimbulkan ancaman perkawinan campur dapat disebut sebagai proses bahkan kebencian yang mengarah kepada konflik atau akulturasi. Secara skematis proses ini dapat dilihat pada disebut dengan istilah stress acculturation. Berry (2006) gambar 1. mengatakan bawa stress acculturation menimbulkan

Berry (2006) menyebutkan bahwa proses akulturasi

Gambar 1. Proses penyesuaian antara pasangan yang melakukan perkawinan campur

Ega Lia Triana Putri, POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS TIONGHOA DENGAN MASYARAKAT PRIBUMI

ini sendiri juga di pengaruhi oleh faktor-faktor yang berbagai ragam faktor kebudayaan. Misalnya jika kita ada sebelum dan selama terjadinya akulturasi. Faktor- percaya bahwa surat kabar kompas merupakan sumber faktor ini adalah usia, jenis kelamin, lingkungan, pemberitaan yang berisfat netral, maka kita yakin dan religion, serta dukungan sosial.

percaya akan kebenaran isi beritanya. Latar belakang

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan dan kebudayaan penting dalam pembentukan keyakinan bahwa perkawinan campur adalah bersatunya jiwa, berdasarkan infromasi ini. Dalam komunikasi kepribadian, sifat dan perilaku dua insan berlawanan antarbudaya, tidak dapat dikatakan mana yang salah jenis yang berbeda etnis/latar belakang budaya untuk atau benar. disyahkan secara resmi sebagai pasangan suami istri.

Dalam perkawinan campur ini terjadi proses akulturasi Nilai

budaya antara pasangan yang mungkin menimbulkan Nilai-nilai merupakan aspek evaluatif dari sistem konflik (stres akulturasi). Melalui adaptasi secara keyakinan, nilai, dan sikap, dimensi-dimensi evaluatif

psikologis dan sosiokultural segala hal yang berkaitan mencakup kualitas-kualitas seperti kegunaan, kebaikan, dengan pasangannya serta latar belakang yang berbeda estetika, kemampuan memuaskan kebutuhan dan dapat diterima untuk menjalani rumah tangga bersama- pemberian kepuasan. Walaupun nilai-nilai cenderung sama.

untuk sudah masuk ke dalam suatu kebudayaan. Nilai-nilai budaya dapat dikategorisasikan kedalam

Unsur-unsur Budaya/Pola Budaya

tingkat-tingkat primer, sekunder, tersier. Nilai-nilai

Dalam liya Sunarwwinadi, Komunikasi Antarbudaya, juga dapat diklasifikasikan kedalam positif, negative, Samovar et.al. (1981:38-48) membagi berbagai aspek atau netral. kebudayaan kedalam tiga pembagian besar unsur-

Beberapa dimensi nilai yang sering diperhatikan unsur sosial budaya yang secara langsung sangat dalam komunikasi antarbudaya ialah:orientasi mempengaruhi penciptaan makna atau persepsi, yang individu, kelompok, umur, persamaan hak laki-laki dan selanjutnya menentukan tingkah laku komunikasi. perempuan,, formalitas, rendah-tinggi hati. Dan lain- Dalam komunikasi antarbudaya unsur-unsur yang lain. sangat menentukan ini bekerja dan berfungsi secara

terpadu bersama-sama seperti komponen-komponen Sistem sikap

dari suatu sistem stereo, karena masing-masing saling Sistem Sikap secara umum sikap diartikan sebagai berkaitan dan membutuhkan yang lainnya. Unsur-unsur kecenderungan yang dipelajari untuk memberikan sosial budaya tersebut adalah:

respon secara konsisten terhadap objek orientasi tertentu.

Keyakinan Keyakinan secara umum diartikan sebagai perkiraan Derajat Perbedaan (hetetoropily) dan Derajat secara subyektif bahwa sesuatu obyek atau peristiwa Kesamaan (Homopily)

ada hubungannya dengan obyek atau peristiwa lain, atau Persamaan merupakan suatu aspek yang penting dalam dengan nilai, konsep, atribut tertentu, singkatnya suatu proses pertukaran informasi. Sesuai dengan konsep obyek atau peristiwa diyakini memiliki karakteristik- mengenai “perhimpitan kepentingan-kepentingan”, karakteristik tertentu, keyakinan ini mempunyai derajat maka persmaan merupakan semacam kerangka dalam kedalaman atau intensitas tertentu.

mana komunikasi terjadi. Agar pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi dapat saling memahami

Ada tiga macam keyakinan yaitu:

karena berkomunikasi dapat menjadi efektif. Istilah

Keyakinan berdasarkan pengalaman yaitu keyakinan yang biasa digunakan untuk menggambarkan keadaan dapat terbentuk melalui pengalaman langsung. yang sama antara pihak-pihak pelaku komunikasi Melalui indera peraba kita belajar untuk mengetahui ini ialah homofili. Homofili ialah derajat persamaan dan kemudian meyakini bahwa obyek atau peristiwa dalam beberapa hal tertentu seperti keyakinan, nilai, tertentu memiliki karakteristik tertentu.

pendidikan, status sosial dan lain sebagainya antara Keyakinan berdasarkan informasi dibentuk melalui pasangan-pasangan individu yang berinteraksi. sumber-sumber luar seperti orang-orang lain, buku, Perasaan-perasaan ini memungkinkan tercapainya

majalah, televisi, film. Sumber-sumber ini biasanya persepsi dan makna yang sama pula terhadap sesuatu dipilih berdasarkan keyakinan akan kebenarannya. objek atau peristiwa. Tetapi bagaimana halnya dengan Keyakinan semacam ini sangat dipengaruhi oleh komunikasi antar budaya yang justru bertolak dengan

WACANA Volume XV No. 2. Juni 2016, Hlm. 86 - 180

asumsi akan adanya perbedaan-perbedaan kebudayaan. komunikasi. Dilihat dari segi prinsip dasar komunikasi tadi, maka

Problem Potensial dalam Pola Komunikasi perbedaan-perbedaan ini cenderung untuk mengurangi Antarbuday Komunikator dan komunikan secara atau menghambat terjadinya komunikasi yang efektif. bergantian dan terus menerus dalam komunikasi, maka Karena jika pesan-pesan yang disampaikan melampaui masalah terletak pada kedua belah pihak. Mencoba untuk batas-batas kebudayaan, yang dapat terjadi adalah apa mencari pihak mana yang bersalah dapat merupakan yang dimaksud oleh pengirim dalam suatu konteks masalah komunikasi tersendiri. Komunikator tertentu akan diartikan dalam konteks yang lain lagi oleh

dan komunikan berupaya untuk mengurangi problem penerima. Dalam situasi antar budaya demikian, dapat potensial yang dijelaskan oleh Samovar dan memahami dikatakan hanya sedikit saja atau tidak sama sekali “ko- solusi atau faktor pendukung yang ditawarkannya orientasi yang merupakan persyaratan bagi komunikasi sebagai berikut: umumnya”. Dengan ko-orientasi yang dimaksud ialah

bahwa antara dua pihak yang berkomunikasi seharusnya Keanekaragaman dari tujuan-tujuan komunikasi

terdapat persamaan dalam orientasi terhadap topic dari Setiap individu memiliki alasan dan motivasi yang komunikasi mereka. Atau dapat juga dikatakan bahwa berbeda-beda dalam berkomunikasi. Perbedaan tujuan berdasarkan prinsip homofili, orang cenderung untuk ini dapat menimbulkan masalah yang tidak dapat berinteraksi dengan individu-individu lain yang serupa dianggap enteng begitu saja, karena kadang-kadang dalam hal karakteristik-karakteristik sosial dengannya. menyangkut harga diri suatu kebudayaan. Contoh

Dodd (1982:168-17) membuat klasifikasi tentang dalam konteks politik individu atau kelompok dengan dimensi-dimensi homofili kedalam : 1)Homofili dalam sengaja melakukan propaganda. penampilan, 2)Homofili dalam latar belakang, 3) Homofili dalam sikap, 4)Homofili dalam kepribadian

Etnosentrisme

Namun, dipandang dari sudut kepentingan Etnosentrisme ialah kecenderungan untuk komunikasi antar budaya, adanya perbedaan-perbedaan menafsirkan atau menilai kelompok-kelompok orang tidak menutup kemungkinan teradinya komunikasi lain, keadaan lingkungannya dan komunikasinya, antar individu-individu atau kelompok-kelompok sesuai dengan kategori dan nilai kebudayaan sendiri budaya. Perbedaan-perbedaan bahkan dilihat sebagai kecenderungan yang dikatakan ada hampir pada kerangka matriks dimana komunikasi terjadi. Dalam semua kebudayaan ini, dapat merupakan hambatan kaitan ini kiranya teori yang dikemukakan oleh

utama dalam pencapaian pengertian antar budaya.

Grannovetter (1973) mengenai “kekuatan dan ikatan- Masyarakat mempelajari etnosentrisme biasanya pada ikatan lemah yang menyarankan akan pentingnya tingkat ketidaksadaran dan mereka menerapkannya hubungan-hubungan heterofili dalam pertukaran pada tingkat kesadaran, sehingga sulit untuk melacak informasi. Dalam komunikasi manusia, sangat asal usulnya. Penilaian itu sering kali salah, semena- diperlukan juga keseimbangan diantara kesamaan mena, dan tidak berdasar sama sekali. dan tidak kesamaan, antara yang sudah dianggap

biasa dengan sesuatu yang baru. Ada suatu proposisi Tidak adanya kepercayaan

dasar yang menyatakan bahwa kekuatan pertukaran Komunikasi antarbudaya merupakan sebuah informasi pada komunikasi (antara dua orang) ada peristiwa pertukaran informasi yang peka terhadap

hubungannya dengan derajat heterofili antara mereka. kemungkinan terdapatnya ketidak percayaan antara Dengan kata lain, orang akan menerima hal-hal baru, pihak-pihak yang terlibat. Orang umumnya segan yang informasional, justru melalui ikatan-ikatan yang untuk mengambil resiko berhubungan dengan orang lemah.

asing. Dalam hal ini perbedaan-perbedaan biasanya

Heterofili adalah derajat perbedaan dalam beberapa dilihat secara berlebihan. Misalnya, ketidakpercayaan hal tertentu antara pasangan-pasangan individu yang ini terdapat dalam situasi-situasi yang melibatkan berinteraksi. Dalam Komunikasi Antar Budaya, dari ras,status sosial, generasi, dan suku bangsa yang perbedaan-perbedaan individual dapat diperbesar oleh berbeda. Misalnya pengurus pengajian tidak akan perbedaan-perbedaan kebudayaan. Persepsi tentang mengundang penceramah yang tidak dikenal dan kebudayaan-kebudayaan ini adalah titik tolak dari mereka tidak mengetahui latar belakangnya.

asumsi yang paling dasar Komunikasi Antar Budaya,

yaitu suatu kebutuhan untuk menyadari dan mengakui Tidak adanya empati

perbedaan-perbedaan untuk menjembatani melalui Komunikasi antarbudaya sangat memerlukan empati

Ega Lia Triana Putri, POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS TIONGHOA DENGAN MASYARAKAT PRIBUMI

yang tinggi, upaya-upaya mengembangkan empati seseorang harus mengetahui kode khusus yang tidaklah mudah. Yang terpenting ada kemauan dari digunakan orang lain atau kelompok tertentu, karena kedua belah pihak.

makna terletak pada orang lain dan bukan pada

Empati ialah kemampuan untuk merasakan seperti kata-kata. Seperti seorang komunikator berencana orang lain atau untuk menempatkan diri pada diri mengetahui bahasa, kata-kata yang disukai dan tidak orang lain. Untuk berkomunikasi secara efektif dengan disukai oleh komunikan. orang lain, kita harus mampu menciptkan gambaran-

gambaran yang memungkinkan pendalaman tentang Jangan terburu-buru

perasaan dan karakteristiknya. Dua hal yang harus dilakukan dalam berkomunikasi Menurut Sunarwinadi, 1994:118 ada beberapa hal antarbudaya yaitu: yang menghambat pencapaian empati yaitu : 1)Fokus

Menunda penilaian. Manusia cenderung untuk terhadap diri secara terus menerus. 2)Kecennderungan cepat- cepat menarik kesimpulan sebelum orang lain untuk memperhatikan hanya beberapa karakteristik dari mengungkapkan perasaan, pemikiran, atau gagasan, orang lain dan menyimpulkan sebagai karakteristik pada maka hal ini akan menimbulkan sikap tidak saling dirinya. 3)Pandangan-pandangan stereotip mengenai pengertian antara komunikator dan komunikan. ras dan kebudayaan. 4)Kurangnyya pengetahuan Memberi waktu yang cukup kepada orang lain tentang kelompok, kelas, atau orang tertentu. 5) Sikap untuk mecapai tujuannya. Beberapa gaya komunikasi netral dan tidak tertarik yang dapat mengakibatkan membutuhkan waktu sejenak agar maksud yang ingin orang tidak mau mengungkapkan dirinya.

disampaikan terlaksana, untuk itu kita harus bersabar menunggu sampai orang lain selesai mengungkapkan

Stereotyping

maksudnya.

Melalukan streotip adalah sesuatu yang mudah karena

tidak membutuhkan data yang akurat atau bahasa Memperhitungkan lingkungan fisik dan manusia

awamnya pukul rata terhadap individu dan kelompok Dalam berkomunikasi seseorang hendaknya memlih

Faktor Pendukung atau Solusi Dalam Pola waktu dan tempat yang tepat hal ini sangat penting Komunikasi Antarbudaya Samovar (1989) memberikan demi tercapainya komunikasi yang efektif. solusi berupa strategi dalam meningkatkan komunikasi antarbudaya, yaitu :