ANALISIS SEMIOTIKA REPRESENTASI PERILAKU MASYARAKAT JAWA DALAM FILM KALA

DALAM FILM KALA

Rionaldo Herwendo

Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta

Abstrak Masalah penelitian ini adalah representasi perilaku masyarakat Jawa dalam film Kala. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur-unsur Jawa dalam film Kala, untuk mengetahui perilaku masyarakat Jawa pada umumnya serta mengetahui bagaimana perilaku msayarakat Jawa direpresentasikan dalam film Kala. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolik, teori konstruksi realitas dan semiotika Roland Barthes. Tanda-tanda dalam film ini akan dikaji. Dalam film ini terdapat tanda-tanda yang mengindikasikan budaya Jawa secara implisit. Tanda-tanda ini harus dikaji lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana Jawa digambarkan dalam film ini, terutama perilakunya. Dengan mengetahui film ini lebih rinci, dapat diketahui pesan-pesan tersembunyi yang disampaikan oleh pembuat film melalui film Kala. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah

observasi, wawancara mendalam dan studi pustaka. Informan dalam penelitian ini adalah Joko Anwar (Sutradara), Mohammad Sobary (budayawan)dan Fadhis Abby Putra (penonton). Berdasarkan pengkajian tanda dari adegan dalam film ini ditemukan beberapa tanda yang menunjukkan unsur budaya Jawa dalam film ini. Setelah ditemukan, tanda-tanda ini dikaji lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana perilaku masyarakat Jawa dalam film ini direpresentasikan. Unsur Jawa dalam film ini direpresentasikan dalam adegan, cerita utama, bahasa yang digunakan dan nama-nama tokoh. Perilaku masyarakat Jawa dalam film ini digambarkan pada karakter-karakter yang memiliki peran sebagai penjahat atau the bad guy.

Kata-kata kunci : Film, Perilaku, Semiotika Abstract

This research problem is the representation of Javanese behaviour in Kala film. The purpose of this study is to determine the elements of Java in Kala film, to study the javanese behavior in general as well as knowing how Javanese behavior represented in Kala film. The theory used in this study is symbolic interactionism theory, reality construction theory and semiotics theory of Roland Barthes. The signs in this film will be studied. In this film, there are signs indicating Javanese culture implicitly. These signs should be studied further to determine how Java portrayed, especially its behavior in this film. Knowing this film in more details, it can be found the hidden messages that conveyed by the filmmakers through the film. This research is a descriptive qualitative research that generates the descriptive data be written or spoken word from the people and actors that can be observed. Data collection techniques that were used is observation, in- depth interviews and a literature review. Informants in this study are Joko Anwar (Director), Mohamad Sobary (humanist) and Fadhis Abby Putra (the audience). Based on the assessment signs of the scenes, researcher found few signs that indicate elements of Javanese culture in this film. Once found, these signs are studied further to determine how the behavior of the Javanese represented in the film. Java element in the film is represented in the scene, the main story, the language used and the names of the characters. Javanese people’s behavior in the film portrayed as the bad guy or loser, because the good guy or the winner does not have javanese behavior.

Keywords: Film, Behaviour, Semiotic

Latar Belakang Masalah kekuatan dari film, walaupun film begitu subyektif Sebagai bagian dari realitas, setiap manusia tidak dalam memperlihatkan suatu keadaan, tetapi seperti

hanya mengambil peran dengan menjadi penonton, karya seni lainnya, film menceritakannya dengan tetapi juga menjadi aktor dalam panggung realitas itu kejujuran. Sehingga film Kala menjadi film yang sendiri. Diantara sekian banyak kepingan realitas yang berpengaruh bagi Indonesia, karena dunia yang telah bertebaran, penelitian ini akan berfokus pada kepingan menonton film Kala mungkin berpikir bahwa mereka realitas perilaku masyarakat Jawa.

juga telah menonton Indonesia.

Keberadaan film di tengah masyarakat mempunyai

makna yang unik diantara media komunikasi lainnya. Sinopsis:

Selain dipandang sebagai media komunikasi yang Seorang polisi bernama Eros (Ario Bayu) menyelidiki efektif dalam penyebarluasan ide dan gagasan, film kasus kematian 5 laki-laki yang dibunuh oleh massa. juga merupakan media ekspresi seni yang memberikan Seorang jurnalis bernama Janus (Fachri Albar) juga jalur pengungkapan kreatifitas, dan media budaya yang meliput insiden itu untuk korannya. Negeri tak bernama melukiskan kehidupan manusia dan kepribadian suatu itu sedang dibayangi kekacauan: kekerasan, bencana bangsa. Perpaduan kedua hal tersebut menjadikan film alam, ketidakadilan. Sebagian masyarakat semakin sebagai media yang mempunyai peranan penting di lama semakin ganas. Sebagian lagi menunggu seseorang masyarakat. Alex Sobur mengatakan bahwa kekuatan yang disebut-sebut sebagai “Ratu Adil”, pemimpin yang dan kemampuan film menjangkau banyak segmen akan membawa negeri mereka keluar dari bencana. sosial, lantas membuat para ahli berpendapat bahwa film Tanpa mereka sadari, Eros dan Janus terjebak dalam memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya.

sebuah labirin penuh misteri dan bahaya. Janus tak Marcel Danesi dalam bukunya Pengantar Memahami sengaja menjadi satu-satunya orang yang mengetahui Semiotika Media bahkan mengatakan bahwa film telah sebuah rahasia penting. Setiap kali dia menceritakan menjadi obat yang sempurna untuk melawan kebosanan, rahasia itu kepada orang lain, orang itu mati dengan akibatnya medium film telah menjadi kekuatan besar mengerikan. Saat Eros juga mengetahui rahasia itu, dalam perkembangan budaya pop yaitu budaya yang

Janus dan Eros tahu bahwa salah satu dari mereka harus karakteristik pendefenisiannya adalah pembauran

mati. Kecuali jika mereka berhasil menemukan Ratu dan percampuran seni serta pengalih perhatian secara Adil sebelum malaikat pencabut nyawa datang. beragam. Berdasarkan pertimbangan itulah Penulis

ingin mengangkat sebuah film dalam penelitian.

Pembatasan Masalah

Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Film merupakan bidang kajian yang amat relevan “Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan

bagi analisis semiotik. Film Kala sendiri sebenarnya batasan-batasan dari masalah penelitian yang ada”. bukanlah sebuah film yang sangat besar atau laku Judul Penelitian ini adalah “Analisis Semiotika pada saat perilisannya di Indonesia. Namun, film ini Representasi Perilaku Masyarakat Jawa Dalam Film sudah diputar di berbagai festival film di lebih dari 30 Kala”. Menurut Nuraini Juliastuti representasi adalah: negara. Hal ini yang membuat Penulis ingin meneliti

“konsep yang mempunyai beberapa pengertian, ia

mengenai makna-makna yang digambarkan dalam film adalah proses sosial dari ‘representing’, ia juga produk ini. Kenyataan bahwa yang banyak menonton film ini sosial ‘representing’, representasi juga bisa berarti bukanlah orang Indonesia menjadikan film Kala tidak proses perubahan konsep-konsep ideologi yang abstrak hanya sebagai hiburan tetapi juga bisa menjadi media dalam bentuk-bentuk yang konkret; representasi adalah pertukaran budaya.

konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan Di sini, Penulis bukan ingin meneliti apakah kenyataan melalui sistem penandaan yang tersedia: dialog, tulisan, yang direpresentasikan dalam film ini sesuai dengan video, iklan, film, fotografi, dan sebagainya; secara keadaan sebenarnya, melainkan bagaimana kenyataan ringkas representasi adalh produksi makna melalui tersebut direpresentasikan dalam film ini. Karena pada bahasa” akhirnya, orang-orang yang bukan Indonesia yang Dalam penelitian ini, Penulis melihat adanya menonton film ini akan menerima pesan representasi representasi masyarakat Jawa dalam film Kala. dari perilaku masyarakat dari lingkungan pembuatnya. Representasi masyarakat Jawa ini ditutupi dengan latar Tidak peduli representasinya itu benar atau salah, belakang cerita yang memiliki setting tempat dan waktu para penonton akan menontonnya sebagai film yang yang tidak dijelaskan dengan detail. menceritakan kebudayaan pembuatnya. Inilah letak Walaupun Penulis dapat menemukan beberapa konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan Di sini, Penulis bukan ingin meneliti apakah kenyataan melalui sistem penandaan yang tersedia: dialog, tulisan, yang direpresentasikan dalam film ini sesuai dengan video, iklan, film, fotografi, dan sebagainya; secara keadaan sebenarnya, melainkan bagaimana kenyataan ringkas representasi adalh produksi makna melalui tersebut direpresentasikan dalam film ini. Karena pada bahasa” akhirnya, orang-orang yang bukan Indonesia yang Dalam penelitian ini, Penulis melihat adanya menonton film ini akan menerima pesan representasi representasi masyarakat Jawa dalam film Kala. dari perilaku masyarakat dari lingkungan pembuatnya. Representasi masyarakat Jawa ini ditutupi dengan latar Tidak peduli representasinya itu benar atau salah, belakang cerita yang memiliki setting tempat dan waktu para penonton akan menontonnya sebagai film yang yang tidak dijelaskan dengan detail. menceritakan kebudayaan pembuatnya. Inilah letak Walaupun Penulis dapat menemukan beberapa

yang dapat digunakan dalam membaca tanda-tanda yang Selain itu, penelitian ini juga terbatas pada seputar digunakan sepenuhnya atas dasar kekuasaan sutradara perfilman dan pihak-pihak yang membuat film ini. dan diinterpretasikan penuh atas dasar kekuasaan Untuk ruang lingkup penelitian, peneliti hanya terbatas penonton. Dalam bidang jurnalistik, terutama jurnalistik pada mencari makna yang paling tersirat dalam gambar video, para jurnalis dapat mengetahui dan memahami dan dialog yang disuguhkan dan seperti apa proses bagaimana cara penyampaian berita berupa video agar penandaan yang terdapat pada film yang diteliti ini tidak mengalami kesalahan intepretasi atau persepsi dengan menggunakan metode analisis semiotika.

oleh masyarakat. Cara ini meliputi bagaimana gambar Tempat yang menjadi objek penelitian adalah Puri diambil, proses editing, sampai penulisan naskah. Indah, Jakarta Barat dan Hanglekir, Jakarta Selatan.

Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada Kajian Teoretik

bulanMaret sampai dengan Agustus 2013.

Teori Interaksi Simbolik

Teori interaksi simbolik menyatakan bahwa manusia

Rumusan Masalah

melakukan interaksi dengan menggunakan simbol. Permasalahan yang dapat diidentifikasi untuk diteliti Interaksi simbolik mempelajari sifat interaksi yang lebih jauh adalah: “Bagaimanakah perilaku masyarakat merupakan kegiatan sosial dinamis manusia. Mead Jawa direpresentasikan dalam film Kala?”

selaku peletak dasar teori interaksi simbolik lahir di South Hadley Massachuseets pada 27 Februari 1863.

Asumsi Mead mengenai perilaku manusia Penulis menentukan pertanyaan untuk menjelaskan bahwa aktivitas yang menjadi ciri khas mengidentifikasi masalah tersebut, yakni:

Identifikasi Masalah

manusia adalah komunikasi atau pertukaran simbol.

• Bagaimana perilaku Masyarakat Jawa pada Penggunaan simbol menurut Mead dalam teori interaksi

umumnya? simbolik dapat ditemui dalam hal proses berpikir

• Bagaimana karakteristik Jawa direpresentasikan subjektif yang berhubungan dengan kesadaran diri.

dalm film Kala? Seseorang menurut teori ini tidak mungkin secara serta

• Bagaimana Perilaku masyarakat Jawa menjadi paling merta memberikan reaksi manakala ia memperoleh

dominan dalam film Kala? suatu simbol tanpa melakukan proses berpikir subjektif

• Bagaimana perilaku masyarakat Jawa melalui penilaian dengan cara mendefinisikan dan

direpresentasikan dlaam film Kala?

menafsirkan

Blumer sebagai murid Mead mengembangkan

Tujuan Penelitian

gagasan mengenai interaksi simbolik 7 berasumsi

• Untuk mendeskripsikan perilaku masyarakat Jawa bahwa terdapat 3 (tiga) pokok pikiran interaksi

pada umumnya. simbolik, yaitu (1) manusia bertindak terhadap manusia

• Untuk menjelaskan unsur-unsur Jawa yang lainnya berdasarkan makna yang diberikan prang lain

direpresentasikan dalm film Kala. pada mereka, (2) makna diciptakan dalam interaksi

• Untuk mengetahui bagaimana perilaku masyarakat antarmanusia, (3) makna dimodifikasi melalui proses

Jawa paling dominan dalam film Kala. intepretif. Sementara George Ritzer meringkaskan teori

• Untuk mengetahui bagaimana perilaku masyarakat interaksi simbolik ke dalam prinsip sebagai berikut:

Jawa direpresentasikan dalam film Kala. • Manusia, tidak seperti hewan. Manusia diberkahi

dengan kemampuan berpikir.

Kegunaan Penelitian

• Kemampuan berpikir itu dibentuk oleh interaksi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sosial.

kontribusi dalam rangka pengembangan Ilmu • Dalam interaksi sosial orang belajar makna dan Komunikasi khususnya di bidang kajian ilmu semiotika

simbol yang memungkinkan mereka menerapkan film. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan mampu

kemampuan khas mereka sebagai manusia, yakni menjadi bahan rujukan bagi mahasiswa yang ingin

berpikir.

mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai studi • Makna dan simbol memungkinkan orang tentang perfilman dari sudut pandang komunikasi.

melanjutakn tindakan (action) dan interaksi yang Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat

khas manusia

menjelaskan kepada masyarakat bahwa film dapat dikaji • Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna menjelaskan kepada masyarakat bahwa film dapat dikaji • Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna

teoretis dan sistematis mengenai tindakan manusia

• Orang mampu melakukan modifikasi dan sebagai aktor yang kreatif dalam realitas sosialnya.

perubahan ini karena antara lain kemampuan Intisari teori mereka menyatakan harus menganalisa mereka berinteraksi dengan diri sendiri, yang proses bagaimana hal itu terjadi. Kajian teori konstruksi memungkinkan merka memeriksa tahapan- sosial menaruh perhatian pada hubungan antara tahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian pemikiran manusia dan kntesk sosial dimana pikiran relatif, dan kemudian memilih salah satunya.

tersebut mucul, berkembang, dan dilembagakan. • Pola-pola tindakan dan interaski yang jalin-menjalin

Berger memahami bahwa manuisa menciptakan ini membentuk kelompok dan masyarakat. 8 kenyataan sosial melalui tiga proses, yaitu: Manusia akan saling menterjemahkan dan eksternalisasi,

objektivasi,

dan internalisasi.

mendefinisikan tindakannya bukan hanya sekedar reaksi Eksternallisasi adalah penyesuaian diri manusia dengan belaka dari tindakan seseorang terhadap orang lain. dunia sosial kultural sebagai produk dunia manusia. Menterjemahkan dan mendefinisikan yang menurut Proses kedua, objektivasi merupakan interaksi sosial

Tohmas 9 terdiri dari 3 aturan yaitu ruang, mengenai dalam dunia intersubyektif ynag dilembagakan atau waktu, dan mengenai gerak serta sikap tubuh.

mengalami proses institusionalisasi. Proses terakhir Bagi Mead pada gilirannya melihat bahwa individu adalah internalisasi yaitu langkah manusia dalam bersifat aktif, inovatif yang tidak saja tercipta secara mengidentifikasikan diri dengan lembaga sosial atau sosial, namun juga menciptakan masyarakat baru yang organisai sosial tempat individu menjadi anggotanya. perilakunya tidak dapat diramalkan. Terwujudnya

Berger juga memperhatikan makna tingkat kedua,

masyarakat yang sejahtera terjadi karena adanya yakni legitimasi. Legitimasi adalah pengetahuan yang partisipasi aktif dari perempuan sebagai individu yang diobyektivasi secara sosial yang bertindak untuk

aktif dan inovatif. Mead memahami bahwa individu- menjelaskan dan membenarkan tatanan sosial 11 .

individu berinteraksi tanda, isyarat, dan kata-kata, Legitimasi merupakan obyektivasi makna tingkat karena bagi Mead individu merupakan makhluk yang kedua, dan merupakan pengeathuan yang berdimensi sensitif dan aktif.

kognitif dan normatif karena tidak hanya menyangkut Hal penting dari Mead tentang pembahasannya penjelasan tetapi juga nilai-nilai moral. Pemahaman mengenai interaksi manusia adlaah tentang konsep Berger dan Luckmann mengenai masyarakat terbagi diri yaitu melihat hubungan timbal balik antara menjadi dua yaitu “masyarakat sebagai realitas “diri” sebagai objek dan “diri” sebagai subjek. Mead obyektif” dan “masyarakat sebagai realitas subjektif”. menyebut bahwa diri sebagai objek dikenal sengan

Masyarakat sebagai realitas obyektif menyiratkan konsep “me”, sementara diri sebagai subjek yang pelembagaan di dalamnya. Proses pelembagaaan bertindak dikenal dengan konsep “I”. “me” adalah (institusionalisasi)diawali oleh eksternalisasi yang sosok diri saya sebagaimana dilihat oleh orang lain dilakukan berulang-ulang sehingga terlihat polanya dan atau sisi sosial dari manusia, sedangkan “I” adalah dipahami bersamayang kemudian diwariskan ke genarsi bagian yang memperhatikan diri saya sendiri. Diri sesudahnya melalui bahasa. Disinilah terdapat peranan dengan demikian muncul dalam proses interaksi karena dalam tatanan kelembagaan, termasuk dalam kaitannya manusia baru menyadari dirinya sendiri di dalam suatu dengan pentradisian pengalaman dan pewarisan dari interaksi sosial.

penglaman tersebut. Masyarakat sebagai kenyataan subyektif 13 menyiratkan bahwa realitas obyektif Teori Konstruksi Realitas

ditafsirkan secara sebyektfi oleh individu. Penggagas teori ini adalah Peter Berger dan Thomas

Dalam proses menafsirkan itu;ah berlangsung

Luckmann dalam bukunya yang berjudul “The Sosial internalisasi. Internalisasi adalah proses yang dialami Construction of realitiy: A Treaties in the Sociology manusia untuk ‘mengambil alih’ dunia yang sedang of Knowledge” (1966). Teori konstruksi sosial dihuni sesamanya. Internalisasi berlangsung seunur ini sebenarnya oleh Berger

hidup melibatkan sosialisasi, baik primer maupun dalam karya sebelumnya yang berjudul“Invitation sekunder. Internalisasi adalah proses penerimaan to Sociology” (1963). Berger menekuni makna dengan definisi situasi yang disampaikan orang lain tentang menggunakan studi sosiologi pengetahuan.

telah diperkenalkan

dunia institusional. Dengan diterimanya deifinisi- dunia institusional. Dengan diterimanya deifinisi-

Penelitian ini menggunakan semiotika model Barthes. mengkstruksi definisi bersama.

Model semiotika ini membahas fenomena keseharian yang luput dari perhatian. Salah satu arca penting

Teori Semiotika Roland Barthes yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun untuk. mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan pembaca agar dapat berfungsi. di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-

Dari peta Barthes terlihat bahwa tanda denotatif (3)

sama manusia. Semiotika, atau alam istilah Barthes, terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga

bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal penanda konotatif (4). Jadi, dalam konsep Barthes, (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.

pada padanan dalam denotatif.

Kajian semiotika sekarang telah membedakan dua Pada dasarnya ada perbedaan antara denotasi dan

jenis semiotika, yakni semiotika komunikasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi semiotika signifikansi. Yang pertama menenkankan dan konotasi yang dimengerti oleh Barthes. Dalam

pada teori tentang produksi tanda yang salah satu di pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti antaranyamengasumsikan adanya enam faktor dalam sebagai makna harafiah, makna yang “sesungguhnya”. komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (sistem Bahkan kadang kala juga dirancukan dengan referensi tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang atau acuan. Dalam kerangka Barthes, konotasi indentik dibicarakan. Yang kedua memberikan tekanan pada dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks ‘mitos’, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan tertentu.

memberikan pembenaran bagi nilai-nilai yang dominan Kata “semiotika” itu sendiri berasal dari dari bahasa yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Yunani, Semeion yang berarti “tanda” atau seme yang

Apa yang menjadi alasan atau pertimbangan Barthes

berarti “penafsir tanda”. Semiotika berkar dari studi menempatkan ideologi dengan mitos? Ia mendapatkan klasik dan skolastik atas seni logika dan poetika. ideologi dengan mitos karena, baik di dalam mitos “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal maupun ideologi, hubungan antara penanda konotatif berarti “penafsir tanda”. Semiotika berkar dari studi menempatkan ideologi dengan mitos? Ia mendapatkan klasik dan skolastik atas seni logika dan poetika. ideologi dengan mitos karena, baik di dalam mitos “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal maupun ideologi, hubungan antara penanda konotatif

yang membuat orang hidup di dalam dunia imajiner anak-anak. dan ideal, meski realitas hidupnya yang sesungguhnya

Begitu juga dengan pandangan-pandangan hidup tidaklah demikian.

terhadap cinta, perang, dan lain-lain akan tampak dari hal-hal yang praktis juga. Demikian hal seperti yang

Kajian Konseptual

ada di dalam film Kala ini. Film Kala ini secara sengaja Budaya Masyarakat Jawa

atau tidak disengaja, juga merepresentasikan sesuatu, Jawa adalah sebuah pulau di Indonesia dengan dalam hal ini masyarakat Jawa. penduduk 136 juta, pulau ini merupakan pulau

Dalam proses representasi, ada 3 elemen yang

berpenduduk terbanyak di dunia dan merupakan terlibat. Pertama, sesuatu yang direpresentasikan yang salah satu wilayah berpenduduk terpadat di dunia. Di disebut sebagai objek; kedua, representasi itu sendiri, pulau Jawa sendiri terdapat banyak ragam suku atau yang sebagai tanda; dan yang ketiga adalah seperangkat kebudayaan.

aturan yang menetukan hubungan tanda dengan pokok Tetapi, orang Jawa yang Penulis ingin angkat adalah persoalan atau yang disebut coding. Dalam peristiwa orang Jawa yang orientasi kulturnya mengarah kepada komunikasi, representasi mengacu pada tanda-tanda Surakarta dan Yogyakarta. Seperti yang diungkapkan yang digunakan dan memiliki makna tertentu.

Marbangun Hardiowirogo dalam buku Manusia Jawa 14 ,

Sedang menurut Nuraini Juliastuti, representasi

semua orang Jawa itu berbudaya satu dan mempunyai adalah: konsep yang mempunyai beberapa pengertian, orientasi kepada kultur Surakarta dan Yogyakarta ia adalah proses sosial dari ‘representing’, ia juga produk sebagai sentra-sentra kebudayaan Jawa. Dalam buku sosial ‘representing’, representasi juga bisa berarti yang sama, Marbangun juga menjelaskan bahwa Jawa proses perubahan konsep-konsep ideologi yang abstrak memiliki sistem sosial yang bersifat feodalisme.

dalam bentuk-bentuk yang konkret; representasi adalah Marbangun memiliki pengertian feodalisme konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan tersendiri, yaitu suatu sikap mental terhadap sesama melalui sistem penandaan yang tersedia: dialog, tulisan, dengan mengadakan sikap khusus karena adanya video, iklan, film, fotografi, dan sebagainya; secara perbedaan dalam usia atau kedudukan. Dalam hal ini, ringkas representasi adalh produksi makna melalui bahasa dan budaya Jawa berbuat sangat terperinci.

bahasa.

Mochtar Lubis bahkan menambahkan, orang Jawa Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu

kecil kecenderungannya untuk cepat naik darah, tinggi terhadap rangsangan atau lingkungan. Dari pandangan hatinya terlalu besar, dan dia lebih suka kehilangan uang biologis perilaku biologis perilaku merupakan suatu dan penghasilan jika merasa dirinya tidak diperlakukan kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. sesuai dengan kedudukannya.lam diri mereka.

Robert Kwick, menyatakan bahwa perilaku Hal menjadikan manusia Indonesia cepat berubah merupakan respon atau reaksi seseorang yang dapat di

prinsipnya, seiring dengan tekanan yang ia dapatkan amati dan bahkan dipelajari 17 .

dari luar dirinya. Jadi, dalam penilitian ini hanya terbatas pada Di dalam hidup orang Jawa, umumnya bersikap bagaimana perilaku masyarakat Jawa dalam film fatalistik. Bagaimanapun baiknya manusia merancang ini. Peniliti tidak membicarakan kebudayaan atau hidupnya, kesudahannya Tuhanlah yang menentukan. sejarahnya. Tetapi bagaimana masyarakat Jawa beraksi Sikap fatalistik ini sangat merata di dalam masyarakat terhadap rangsangan atau lingkungan dalam cerita film Jawa.

Kala.

Representasi Perilaku Masyarakat Jawa

Perilaku Komunikasi

Representasi adalah konsep yang mempunyai Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. beberapa pengertian. Representasi adalah proses sosial Dengan kata lain, perilaku pada umumnya dimotivasi dari ‘representing’. Ia juga produk dari proses sosial oleh keinginan untuk memperoleh tujuan tertentu. ‘representing’. Representasi menunjuk baik pada proses Tujuan spesifik tidak selamanya diketahui dengan sadar maupun produk perubahan konsep-konsep ideologi oleh yang bersangkutan. yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang konkret. Jadi,

Dorongan yang memotivasi pola perilaku individu

pandangan-pandangan hidup tentang perempuan, anak- yang nyata dalam kadar tertentu berada dalam alam anak, atau laki-laki misalnya, akan dengan mudah bawah sadar, sedangkan Rogers menyatakan bahwa pandangan-pandangan hidup tentang perempuan, anak- yang nyata dalam kadar tertentu berada dalam alam anak, atau laki-laki misalnya, akan dengan mudah bawah sadar, sedangkan Rogers menyatakan bahwa

Pada dasarnya, komunikasi nonverbal memiliki kekosmopolitan, hubungan dengan agen pembaharu, beberapa fungsi yakni, menggantikan komunikasi keterdedahan dengan media massam keaktifan mencari verbal, menguatkan komunikasi verbal, atau menentang

informasi, pengetahuan mengenai hal-hal baru 18 .

komunikasi verbal.

Gloud dan Kolb yang dikutip oleh Ichwanudin, Sebuah komunikasi nonverbal yang menggantikan perilaku komunikasi adalah segala aktivitas yang komunikasi verbal sering lebih mudah ditafsirkan. bertujuan untuk mencari dan memperoleh informasi Beberapa ekspresi (komunikasi nonverbal) yang setara dari berbagai sumber dan untuk menyebarluaskan dengan komunikasi verbal yang singkat seperti ‘ya’, informasi kepada pihak manapun yang memerlukan ‘tidak’, ‘halo’, ‘selamat tinggal’, ‘saya tidak tahu’, dan Perilaku komunikasi pada dasarnya berorientasi pada sebagainya. tujuan dalam arti perilaku seseorang pada umumnya

Jika sebuah komunikasi nonverbal menguatkan

dimotivasi dengan keinginan untuk memperoleh tujuan komunikasi verbal, maka makna yang dihasilkannya tertentu .

cepat dan mudah dimengerti, dan juga meningkatkan Berdasarkan pada definisi perilaku yang telah pemahaman. Kadang-kadang suatu isyarat tunggal diungkapkan sebelumnya, perilaku komunikasi seperti gerakan tangan atau tertegun beberapa saat, diartikan sebagai tindakan atau respon dalam memberi penekanan khusus kepada satu bagian pesan lingkungan dan situasi komunikasi yang ada, atau sehingga pendengar mampu untuk melihat apa yang dengan kata lain perilaku komunikasi adalah cara paling dipentingkan oleh sang pembicara. berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan

Kesulitan lalu timbul dalam menafsirkan makna

dan bertindak atau melakukan tindakan yang dianut yang dimaksud jika komunikasi nonverbal yang seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari diterima berlawanan dengan komunikasi verbal yang dan menyampaikan informasi melalui berbagai saluran juga diterima. Bayangkan percakapan antara sepasang yang ada di dalam jaringan komunikasi masyarakat suami-istri yang baru saja bertengkar hebat.

setempat Sang istri bertanya kepada suaminya,”Sayang, Pada prinsipnya, dikenal dua bentuk umum apakah kau masih marah?”. “Tidak”, jawab sang komunikasi yang digunakan dalam kehidupan manusia, suami, “tidak apa-apa”.”Tetapi suaramu mengesankan juga dalam kehidupan organisasi perusahaan, yakni kau masih marah!”, ujar sang istri. Perkataan si suami komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.

mengandung suatu pesan (sebagai pesan pertama), dan Dari penelitian yang pernah dilakukan oleh pakar suaranya mengandung pesan (sebagai pesan kedua) di bidang komunikasi ternyata bahwa semua gerakan yang lain yang maknanya saling bertentangan. Boleh tubuh manusia mempunyai suatu makna dan tidak jadi sang suami tidak menyadari pesan yang kedua. ada gerakan yang bersifat kebetulan. Mengangkat Pesan mana yang mungkin dipercayai oleh sang istri? alis diartikan tidak percaya, menggosok hidung Isyarat (pesan) nonverbal biasanya lebih berpengaruh karena menghadapi teka-teki, melipat lengan untuk daripada pesan verbal. Umumnya, jika seseorang memencilkan diri atau melindungi diri, mengangkat menerima dua pesan yang tidak sesuai satu sama lain, bahu diartikan sebagai tak acuh (cuek), mengetuk- maka ia lebih cenderung mempercayai pesan nonverbal. ngetukkan jari tanda tak sabar, memukul dahi karena

Penelitian menunjukkan bahwa ekspresi wajah dan

lupa sesuatu. Mengacungkan tangan untuk memilih tatapan mata biasanya memberikan informasi tentang “ya” pada suatu rapat, menghentikan taksi, saling jenis emosi, sedangkan tanda fisik seperti jarak, sosok memberi isyarat dengan mitra main bridge. Duduk di tubuh, dan gerakan tangan dan mata menunjukkan tepi kursi dalam suatu seminar yang membosankan intensitas emosi tadi. Kesimpulan ini penting bagi dan terus memilin-milin rambut. Menyentuh dengan para manajer. Kesimpulan itu menunjukkan bahwa lembut tangan seorang kawan untuk menghiburnya, komunikator sering mengirim lebih banyak informasi dan seterusnya

daripada yang diperoleh dalam pesan verbal. Untuk Komunikasi nonverbal adalah bidang riset yang meningkatkan keefektifan komunikasi, maka kita harus relatif baru diantara ilmuwan perilaku. Para ilmuwan waspada terhadap isi pesan kita, baik yang bersifat itu memusatkan perhatian pada isyarat fisik yang nonverbal maupun yang bersifat verbal. mencirikan penyampaian fisik komunikator, seperti

Film Sebagai Media Komunikasi Massa

pesan yang disampaikan dalam komunikasi filmis

Menurut Joseph V. Maschelli dalam Maarif, film yang memahami hakikat, fungsi dan efeknya. Sedang secara struktur terbentuk dari sekian banyak shot scene dalam praktik sosial, film dilihat tidak sekedar ekspresi dan sequence . Tiap shot membutuhkan penempatan seni pembuatnya, tetapi interaksi antar elemen-elemen kamera pada posisi yang paling baik bagi pandangan pendukung, proses produksi, distribusi maupun mata penonton dan bagi setting serta action pada satu eksebisinya, bahkan lebih jauh dari itu, perspektif saat tertentu dalam perjalanan cerita, itulah sebabnya ini mengasumsikan interaksi antara film dengan seringkali film disebut gabungan dari gambar-gambar idelogi serta kebudayaan dimana film diproduksi dan yang dirangkai menjadi satu kesatuan utuh yang dikonsumsi. bercerita kepada penontonnya.

Turner dalam Maarif mengatakan bahwa film Rangkaian gambar-gambar ini biasa dikenal sebagai tidak mencerminkan atau merekam realitas sebagai montase visual ( Visual Montage ).

medium representasi yang lain, ia mengkonstruksi Penuturan film adalah sebuah rangkaian dan menghadirkan kembali gambaran dari realitas

kesinambungan cerita ( Image ) yang berubah, yang melalui kode- kode, konvensi-konvensi dan ideologi menggambarkan kejadian-kejadian dari berbagai sudut kebudayaannya. pandang. Rangkaian yang merupakan penyadapan

sebebas-bebasnya dari media dan seni yang sudah ada, Penelitian Sejenis Terdahulu

seni lukis, fotografi, musik, novel, drama panggung Kritik Penulis terhadap penelitian terdahulu bahkan arsitektur.

adalah kurangnya pengumpulan data dengan metode

Berdasarkan situs Wikipedia Indonesia, menurut wawancara. Penelitian terdahulu hanya mengandalakan Sergei Eisentein, tanggal kelahiran film secara resmi observasi dari obyek yang diteliti. adalah 20 Desember 1895, yakni sewaktu Lumiere

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis

bersaudara mendemonstrasikan untuk pertama kali adalah penulis berusaha mengumpulkan data-data dari penemuan mereka di muka khalayak ramai di Grand wawancara, tidak hanya mengandalkan observasi. Café, Paris. Saat itu pula lahirlah sebuah tontonan yang menakjubkan.

Kerangka Pemikiran

Fenomena perkembangan film yang begitu cepat Kerangka Pemikiran merupakan gambaran

dan tak terprekdisikan membuat film kini disadari pendekatan secara teoritis dan metodis dalam suatu sebagai fenomena budaya yang progresif. Bukan saja penelitian. Teori-teori yang dipakai kualitatif berfungsi oleh negara-negara yang memiliki industri film besar, sebagai landasan berpikir dan penuntun bagi Penulis tapi juga oleh negara-negara yang baru akan memulai agar penelitian berjalan secara sistematis dan terarah. industri filmnya.

Kerangka pemikiran ini disusun sesuai dengan kajian Dalam sejarah perkembangan film terdapat tiga penelitian agar penlitian ini dapa dipahami. Setiap tema besar dan satu atau dua tonggak sejarah yang teori yang dipergunakan disusun saling berkaitan penting (McQuail, 1987:13). Tema pertama ialah namun bkan merupakan urutan berjenjang, baik grand pemanfaatan film sebagai alat propaganda. Tema theory, tetapi merupkana dari beberapa teori yang dapat ini penting terutama dalam kaitannya dengan upaya menjelaskan fenomena-fenomena dalam penelitian. pencapaian tujuan aslinya dan masyarakat. Hal tersebut

berkenaan dengan pandangan yang menilai bahwa film Jenis dan Sifat Penelitian

memiliki jangkauan, realisme, pengaruh emosional, Jenis penelitian yang digunakan oleh Penulis adalah

dan popularitas yang hebat. Kedua tema lainnya dalam penelitian kualitatif dan bersifat deskriptif. Penelitian sejarah film ialah munculnya beberapa aliran seni kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk film (Huaco dalam McQuail), dan lahirnya aliran film memahami fenomena tentang apa yang dialami dokumentasi sosial. Kedua kecenderungan tersebut oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, merupakan suatu penyimpangan dalam pengertian motivasi, tindakan, dll. Secara holistik, dan dengan bahwa keduanya hanya menjangkau minoritas memanfaatkan berbagai metode alamiah. penduduk dan berorientasi ke realisme. Terlepas dalam

hal itu, keduanya mempunyai kaitan dengan tema “film Paradigma Penelitian

sebagai alat propaganda”. Penelitian ini menggunakan paradigma kontruktivisme Sebagai komunikasi massa, film dimaknai sebagai sebagai alat propaganda”. Penelitian ini menggunakan paradigma kontruktivisme Sebagai komunikasi massa, film dimaknai sebagai

mengkonstruksikan sesuatu yang menjadi pamahaman Kajian pokok dalam paradigm konstruktivisme subjek yang akan diteliti. menurut Weber, menerangkan bahwa substansi Konstruktivis dilihat dari landasan falsafah bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat ontologisme (menyangkut sesuatu yang dianggap dari penilaian objektif saja, melainkan dilhat dari realitas), yaitu realitas merupakan konstruksi sosial. tindakan perorangan yang timbul dari alas an-alasan Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai subjektif. Weber juga melihat bahwa tiap individu konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku akan memberikan pengaruh dalam masyarakatnya sosial. Realitas adalah hasil dari individu pelaku tetapi dengan beberapa catatan, dimana sosial yang sosial, sehingga realitas dipahami secara beragam dan dilakukan oleh individu tersebut harus berhubungan dipengaruhi oleh pengalaman, konteks dan waktu. dengan raionalitas dan tindakan sosial harus dipelajari

Paradigma konstruktivis berbasis pada pemikiran

melalui penafsiran serta pemahaman (interpretative umum tentang teori yang dihasilkan Penulis dan understanding).

teorisasi aliran konstruktivis. Little John menyatakan Kajian paradigma konstruktivis ini menempatkan bahwa teori-teori aliran ini berdasarkan pad ide

bahwa realitas bukanlah bentukan yang objektif, untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya namun dikonstruksi melalui proses dalam kelompok, jawab antara Penulis dengan informan atau subjek mayarakat dan budaya.

penelitian. Penulis berencana untuk mewawancara Konstruktivis dilihat dari landasan falsafah pihak yang paling bertanggung jawab dalam pembuatan epistemologis (menyangkut bagaimana cara mendapat film ini, terutama pada bagian kreatif. Maka Penulis penemuan), yaitu pemahaman tentang sesuatu realitas memilih untuk mewawancara sutradara film ini, yakni atau temuan suatu penelitian merupakan produk Joko Anwar. interaksi antara Penulis dan yang diteliti. Penulis dan objek atau realitas yang diteliti merupakan kesatuan

Observasi

realitas yang tidak terpisahkan. Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam

Teknik Pengumpulan Data

metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya Lexy J. Moleong menyebutkan bahwa pengumpulan

merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera,

data dilakukan oleh Penulis sendiri (manusia sebagai bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk instrumen penelitian). Penulis pada penelitian kualitatif memperoleh informasi yang diperlukan untuk bekerja sebagai perencana, pelaksana pengumpulan menjawab masalah penelitian. data, analisis, penafsir, dan pada akhirnya menjadi

Hal-hal yang diobservasi oleh peneliti adalah dialog

pelopor hasil penelitiannnya. Sebagai instrumen, dan adegan dari film Kala. Dialog dan adegan ini manusia mempunyai ciri-ciri umum mencakup segi dapat mewakili makna utama dalam film Kala yang responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan menyinggung tentang budaya Jawa. keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan mengikhtisarkan, dan memanfaatkan

Studi Pustaka

kesempatan mencari respons yang tidak lazim atau Selain melalui wawancara dan observasi, informasi idiosinkratik.

juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam Menurut Lofland dan Lofland (1984) sumber data bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali dokumen dll. Sumber data utama pada penelitian ini infromasi yang terjadi di masa silam. Penulis perlu ialah kata-kata dan tindakan yang dicatat melalui catatan memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua tertulis atau perekaman video/audio, pengambilan foto, dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang atau film.

tidak bermakna (Faisal, 1990: 77). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah studi dokumentasi. Studi dokumentasi merupakan Subjek/objek penelitian teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan

Objek yang akan diteliti adalah film Kala. Salah satu

kepada subjek penelitian. Sebelumnya, menurut Robert cara yang digunakan dalam permasalahan ini adalah

C. Bogdan seperti yang dikutip Sugiyono dokumen dengan menggunakan analisis semiotika. Dengan merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu, dapat analisis ini, Penulis dapat mengetahui bagaimana berbentuk tulisan, gambar, karya-karya monumental seorang Joko Anwar menggunakan kalimat atau dari seseorang. Dari pengertian di atas dapat bahasanya menjadi sebuah adegan dalam filmnya. disimpulkan bahwa dokumentasi merupakan sumber

Subyek penelitian ini adalah Pembuat film Kala,

data yang digunakan untuk melengkapi penelitian yang Ahli budaya Jawa, dan penonton film Kala yang bukan memberikan informasi bagi proses penelitian. 30 orang Jawa.

Data primer yang digunakan oleh Penulis adalah 4 adegan dari film Kala. 4 adegan ini diambil dengan Unit Analisis pertimbangan adegan ini dapat mewakili representasi

Film Kala berdurasi sekitar 104 menit. Setelah perilaku masyarakat Jawa dalam film Kala.

menonton film Kala, Penulis telah menemukan 4 Dalam penelitian ini, Penulis memilih 3 teknik adegan atau scene untuk dijadikan subjek penelitian. pengumpulan data, yaitu:

Alasannya, karena adegan-adegan tersebut kurang lebih menggambarkan kondisi perilaku masyarakat

Wawancara Mendalam

yang ada di film tersebut. Indikator komponen Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi representasi perilaku masyarakat Jawa secara umum yang ada di film tersebut. Indikator komponen Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi representasi perilaku masyarakat Jawa secara umum

pembakaran yang baru saja terjadi. Dalam adegan Adegan Korban Pembakaran

tersebut, pria yang memakai rompi atau saksi mata Penulis memilih adegan ini karena ada seorang menjelaskan kasusnya, tetapi ia tidak melihat jelas siapa polisi yang berusaha mencari pelaku pembakaran pelakunya. Pada saat pria yang sedang mencatat melihat seseorang. Tetapi, polisi tidak bisa menemukan pelaku lebih dalam, saksi mata menurunkan pandangannya pembakaran, padahal kejadiannya berlangsung di atau sedikit membuang muka. tempat umum dan disaksikan oleh banyak orang. Salah

seorang saksi mengaku tidak melihat apa-apa, tetapi Konotasi

ekspresi mukanya berkata lain. Karena ini adalah adegan pembuka dalam film, tidak diketahui persis siapakah pria yang mencatat itu. Hanya

Adegan Sosok Misterius di perpustakaan diketahui pria yang memakai rompi adalah saksi mata Penulis memilih adegan ini karena munculnya sosok dari kasus pembakaran. Ada 2 kemungkinan mengenai misterius yang berbicara menggunakan bahasa Jawa di identitas pria yang mencatat, antara polisi atau jurnalis. bangsa yang tidak berbahasa Jawa.

Kemungkinan besar jatuh kepada polisi karena terlihat dari bretel yang dipakainya berbeda dari yang biasa

Adegan Pria dengan Senjata dipakai orang. Bretel tersebut biasa untuk mengantongi Penulis memilih adegan ini karena ada seorang pria senjata. Ternyata, dalam film ini pria tersebut memang yang takut dengan sosok misterius yang digambarkan polisi atau tokoh aparat. memiliki kemampuan pindah tempat dengan waktu

Pada adegan awal, terlihat hanya wawancara biasa singkat.

saja saja. Polisi hanya mencatat saja dan memandang dengan tajam. Saksi mata yang diwawancara sambil

Adegan Pria Bunuh Diri dan di Mobil memasukkan tangannya ke kantong memperlihatkan Penulis memilih adegan ini karena digambarkan bahwa ia sangat santai dengan wawancara tersebut. dalam adegan itu mistisme masih menjadi kepercayaan Dalam adegan tersebut kedua tokoh tersebut saling di dunia dalam film Kala

pandang. Tidak ada yang janggal dalam adegan ini, sampai akhirnya polisi menanyakan siapa pelaku dari

Teknik Analisis Data

pembakaran ini. Saksi mata mengatakan tidak melihat Penelitian ini menggunakan analisis semiotika dengan jelas, karena ia jauh dari kejadian perkara.

dengan model Barthes. Tetapi saat dipandang lebih dalam dan tajam oleh polisi, Analisis semiotika model Barthes dipilih karena saksi tersebut memandang ke bawah atau berusaha

Penulis ingin membagi tanda-tanda dalam film ini menghindari pandangan tajam polisi tersebut. menjadi 2 bagian, konotasi dan denotasi. Tanda-tanda

Adegan membuang muka atau pandangan tersebut

ini lalu akan dihubungkan dengan mitos dari perilaku terlihat memberikan kejanggalan dalam wawancara masyarakat Jawa.

tersebut. Saksi mata yang awalnya terlihat santai, saat Dengan menggunakan analsis semiotika model ditanya tentang pelaku pembakaran raut mukanya Barthes, diharapkan Penulis lebih memiliki ketepatan ikut berubah. Walaupun adegan langsung terpotong dalam membedah film Kala. Ketepatan ini dilihat dari ke adegan selanjutnya, tetapi perubahan emosi yang bagaimana Film Kala merepresentasikan perilaku terlihat oleh saksi mata memberikan kesan bahwa ada masyarakat Jawa.

yang ditutupi. Terlihat bahwa ia mengetahui sesuatu, tetapi enggan mengatakannya. Jika memang ia jujur,

Hasil Penelitian

lalu kenapa raut wajahnya berubah saat ditanya Denotasi

mengenai pelaku pembakaran. Perubahan emosi Adegan pembuka dalam film Kala. Awalnya, terdengar ini yang meberikan kesan atau intepretasi berbeda

suara sirine ambulan. Lalu, gambar memunculkan atas adegan ini. Awalnya, hanya wawancara biasa, adanya pita garis TKP polisi. terdapat 2 orang pria akan tetapi justru meninggalkan kesan bahwa saksi yang sedang berbicara. Pria yang sedang mencatat mata tersebut mengetahui sesuatu, tetapi takut untuk memakai kemeja putih dengan bretel mengikat di memberitahukan sesuatu. Atau mungkin ia telah tubuhnya.. Pria yang satu lagi memakai kaos dengan melakukan sesuatu.

Mitos

di perpustakaan seharusnya sangat mengherankan. Dalam buku Manusia Jawa karangan Drs. Marbangaun Adegan itu menggambarkan seakan-akan Eros tidak Hadjowirogo, dikatakan orang Jawa memiliki perilaku merasa asing akan wujud pria putih itu, dan terkesan Rumangsan. Rumangsan sendiri berarti bahwa familiar atau sudah lumrah. Setelah itu, pria putih itu orang Jawa merasa bahwa tindak-tanduknya selalu berbicara dalam bahasa Jawa. Eros terlihat memahami diperhatikan orang hingga takut untuk berbuat sesuatu, bahasa itu. dan setelah pria putih itu menghilang, termasuk mengatakan sesuatu. Karena adanya perasaan Eros hanya terlihat berpikir, seakan-akan berusaha yang terus diawasi, orang Jawa memiliki kecenderungan meresapi perkataan pria putih itu. Padahal kejadian untuk tidak bebas melakukan sesuautu. Selalu ada saja tersebut sangat janggal. Eros yang merupakan polisi perasaan ketakutan atau kehati-hatian. Perilaku ini tidak terlihat mengambil tindakan apa-apa melihat umum terjadi pada orang Jawa kebanyakan. Karena wujud pria putih yang misterius muncul dan misterius perilaku Rumangsan ini orang

menghilang. Jika berbicara logika, manusia mana Jawa selalu terlihat berhati-hati dalam bertutur kata yang berdandan seperti itu, duduk di atas rak buku atau berbuat. Meskipun perilaku rumangsan ini biasa perpustakaan jam 12 malam. Justru, penggambaran terjadi dalam kebudayaan tradisional.

jam 12 malam itu meberikan arti seakan-akan ada pria Dalam adegan di atas, perubahan raut wajah atas misterius di perpustakaan jam 12 malam. Di adegan pertanyaan polisi tersebut mengindikasikan kemiripan sebelumnya, sempat dijelaskan betapa jarang sekali perilaku orang Jawa yang dijelaskan oleh Marbangun. orang yang datang ke perpustakaan, terlbih malam hari Saksi mata terlihat takut untuk mengatakan sesuatu. pukul 12 malam. Ini menggambarkan sosok pria putih Padahal ia sudah mengatakan tidak tahu pelakunya, itu bukan manusia biasa. tetapi dengan menunjukkan perubahan raut wajah

tersebut, terlihat ada yang ditutupi.

Denotasi

Seorang pria sedang duduk di depan mayat seorang

Denotasi

wanita yang mati dibunuh olehnya dengan pistol. Adegan terlihat di rak buku perpustakaan. Lalu Ia melihat botol racunnya penuh dan mengatakan terlihat Polisi yang sedang di depan komputer dari “asu”. Lalu, tiba-tiba pria itu mendongkan pistolnya angle di atas rak lemari. Pria tersebut melihat ke atas ke arah sembarangan dan lari meninggalkan tempat

rak buku. Ternyata di atas rak buku, duduk seseorang itu. Sesampainya di jembatan, pria itu menemukan berkumis dengan kulit berwarna putih, hanya memakai pria putih di atas mobilnya. Pria itu langsung ingin celana putih dan rambut panjang yang tergerai sambil menembaknya, tetapi pistolnya tidak mau menmbak. menunjuk pria yang sedang di depan komputer.

Lalu Pria itu lari lagi ke arah berlawanan dari mobilnya. Orang putih itu mengatakan dalam bahasa Jawa,

“Terima takdirmu, Eros. Kami sudah menunggumu”. Konotasi

Pria itu, atau Eros, masih dalam keadaan duduk hanya Dalam adegan pria yang tiba-tiba mengarahkan terpana melihat orang putih itu. lalu, tiba-tiba jam pistolnya pada sembarang tempat, padahal tidak ada berdentang menunjukkan pukul 12 dan saat dilihat siapa-siapa di sana, memberikan kesan bahwa Pria itu kembali di atas rak buku, pria putih itu sudah tidak ada. mengantisipasi kehadiran pihak lain. Setelah berlari,

Pria itu menemukan sosok pria putih itu tiba-tibad di

Konotasi