Laporan Observasi Sosial Ekonomi Masyara

LAPORAN OBSERVASI
PEREKONOMIAN INDONESIA
Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Pantai Depok Yogyakarta

Disusun Oleh:
IMAM MUAMAR KHARISMA
PERDYANTO
FITRI WULANSARI
EKA DIANA SANTIKA
DENIK NURHARIYANTI
WIDIYAN RINDY SAPUTRA
NUR LATIFA
ANDIKA PRIATIN

14051293
13052184
14021280
14051259
14051257
14051244
14051233

14051253

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
MERCU BUANA
YOGYAKARTA
2015

KATA PENGANTAR
Yang pertama, kami panjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.Karena
atas kuasanya kami dapat menyelesaikan laporan obervasi ini.
Ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat yang telah mengijinkan kami untuk
melakukan observasi sehingga kami bisa menyelesaikan laporan observasi yaitu tentang
“Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Pantai Depok Yogyakarta” yang merupakan salah
satu tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia. Walaupun terdapat beberapa halangan di
antaranya kawasan observasi yang belum saya kenal dan cukup jauh serta halangan-halangan
lain akan tetapi pada akhirnya saya dapat menyelesaikan laporan ini.
Dalam laporan hasil observasi ini di jelaskan bagaimana peran serta fungsi pemerintah
daerah setempat terhadap kesejahteraan masyarakat nelayan di pesisir Pantai Depok.
Sebuah pepatah mengatakan, tidak ada manusia yang sempurna.Dari peribahasa

tersebut,kami sangat menyadari bahwa dalam laporan ini banyak sekali kekurangan, baik itu
sistematika penulisan, teknik penulisan atau kelengkapan data yang disajikan.Oleh sebab itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan hasil observasi ini bisa menjadi ilmu serta memberikan manfaat kepada
semua pihak-pihak terkait.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara dengan penghasil ikan terbesar di dunia. Hasil ikan
yang di tangkap oleh para nelayan Indonesia di pasarkan di pasar-pasar Internasional dengan
skala yang lebih besar dari Negara-negara lain.
Berdasarkan hal tersebut, kelompok kami memilih masyarakat nelayan Pantai Depok
sebagai tempat untuk melakukan observasi. Karena kami menilai bahwa sebagian masyarakat
nelayan depok masih belum tau apa dan bagaimana peran pemerintah terhadap kehidupan para
nelayan. Selain itu kelompok kami juga melakukan observasi untuk mengetahui seberapa
efektif kebijakan pemerintah terhadap masyarakat nelayan dan bagaimana respon nelayan
terhadap kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.

Ada banyak permasalahan yang terjadi di kehidupan masyarakat nelayan. Yang paling
menonjol adalah permasalahan ekonomi Hal tersebut dianggap sebagai tolak ukur
kesejahteraan bagi masyarakat nelayan.Banyaknya keluarga miskin para nelayan juga sangat
erat kaitannya dengan peran pemerintah daerah setempat.Dalam hal ini masyarakat nelayan
Pantai Depok baik itu Sumber Daya Manusianya atau pun fasilitator yang memfasilitasi
aktifitas-aktifitas nelayan masih sangat minim.
Masyarakat nelayan harus tau. Bagaimanacara melestarikan Sumber Daya Ikan agar tetap
terjaga dan menangkap ikan sesuai dengan kapasitas produksi dari sumber daya tersebut. Ini
yang menjadi kekhawatiran kelompok kami.Yaitu nelayan menangkap ikan tanpa memikirkan
produksi lestari dari sumber daya ikan tersebut.

1.2

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh tempat pelelangan ikan (tpi) terdahap kehidupan ekonomi masyarakat
nelayan ?
2. Bagaimana proses pendistribusian hasil tangkapan nelayan pantai depok?
3. Bagaimana interaksi nelayan dalam aktifitas bidang usaha perikanan ?
4. Seperti apa dan apa pengaruh tradisi dan budaya masyarakat nelayan pantai depok ?
5. Faktor apa yang menyebabkan penyebab kemiskinan pada nelayan pantai depok ?

6. Upaya seperti apa untuk memberdayakan masyarakat nelayan pantai depok ?
7. Bagaimana pengaruh gelombang dan angin terhadap hasil tangkapan nelayan ?

1.3

Tujuan
Tujuan diadakannya observasi ini yaitu :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia.
2. Untuk mengetahui kondisi ekonomi nelayan Pantai Depok.
3. Untuk mengetahui pengaruh serta peran kebijakan perintah daerah setempat
4. Untuk mengetahui mutu lingkungan masyarakat nelayan Pantai Depok

1.4

Manfaat
Laporan ini sangat bermanfaat sekali bagi penulis, karena:
1. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa/i untuk mempelajari, mengamati, dan
mengkaji suatu permasalahan ekonomi yang di hadapi oleh nelayan.
2. Melatih kita dalam membuat suatu karya tulis agar terbiasa dan lebih baik.
3. Sebagai pedoman untuk pembelajaran.

4. Sebagai motivasi untuk melakukan suatu observasi, wawancara atau membaca bukubuku yang berhubungan dengan permasalahan yang mempengaruhi kehidupan ekonomi
nelayan.

1.5

Metode Penelitian
Dalam melakukan pengambilan data, peneliti menggunakan teknik wawancara. Juga
membagi anggota kelompok berdasarkan divisi serta permasalahan yang akan di angkat bagi
tiap-tiap anggota :
Nama
IMAM MUAMAR

Nim
14051293

KHARISMA

Fokus Permasalahan
Pengaruh Tempat
Pelelangan Ikan (TPI)

Terdahap Kehidupan
Ekonomi Masyarakat

Divisi SDM
FITRI WULANSARI

14021280

Nelayan.
Interaksi Nelayan Dengan
Bidang Usahanya.

PERDYANTO
Divisi Pemasaran Dan DENIK
Distribusi

Divisi Lingkungan

1.6


13052184
14051257

Proses Pendistribusian

NURHARIYANTI

Hasil Tangkapan Ikan

WIDIYAN RINDY

Nelayan Pantai Depok.
Pengaruh Tradisi Dan

14051244

SAPUTRA

Budaya Masyarakat


EKA DIANA

14051259

Nelayan.
Pemberdayaan Masyarakat

SANTIKA
NUR LATHIFAH

14051233

Nelayan.
Pengaruh Alam Terhadap

ANDIKA PRIATIN

14051253

Hasil Tangkapan Nelayan.

Kebersihan Pantai Depok.

Waktu dan Tempat
Pantai Depok yang beralamatkan di Depok, Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten
Bantul.Observasi ini dilakukan dari tanggal 28 Maret 2015 sampai tanggal 1 Mei 2015.

BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1

Gambaran Umum Lokasi
Pantai Depok merupakan objek wisata alam yang terletak di Kabupaten Bantul, Provinsi
DIY, sekitar tiga puluh kilometer di sebelah selatan kota Yogyakarta. Pantai ini juga
berdampingan dengan Pantai Parangtritisdan Pantai Parangkusumo.
Ada banyak pantai di dekat Pantai Depok.Di antara pantai-pantai didekatnya Pantai Depoklah yang tampak paling dirancang menjadi pusat wisata kuliner menikmati sea food. Di pantai
ini, tersedia sejumlah warung makan tradisional yang menjajakan sea food, berderet tak jauh
dari bibir pantai.Beberapa warung makan bahkan sengaja dirancang menghadap ke selatan, jadi
sambil menikmati hidangan laut, anda bisa melihat pemandangan laut lepas dengan ombaknya
yang besar.
Infrastuktur menuju lokasi observasi lumayan bagus. Sangat nyaman dan aman hal ini lah

yang menjadi salah satu faktor yang menarik pengunjung untuk berwisata ke pantai
depok.Selain itu, letaknya yang tidak begitu masuk kedalam pedesaan serta akses yang sangat
mudah membuat pantai wisata depok banyak diminati oleh para pengunjung mengisi waktu
liburan.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Pengaruh Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Terdahap Kehidupan Ekonomi Masyarakat
Nelayan
Tempat Pelelangan Ikan dinilai mempunyai peranan yang sangat penting dan berpengaruh
bagi pendapatan para nelayan.Dalam hal ini adalah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Bahari
yang terletak di Depok, Prangtritis, Kretek, Bantul menjadi salah satu objek untuk observasi.
3.1.1

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Bahari
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Bahari merupakan wadah pelelangan ikan di

Pantai Depok. Sejarah berdirinya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Bahari 45 omo

berdoro larema adanya masa-masa dimana Indonesia sedang dicambuk oleh krisis
ekonomi sekitar tahun 1997 sampai dengan 1998.
Makna dari TPI Mina Bahari 45 tersebut yaitu :
TPI merupakan singkatan dari Tempat Pelelangan Ikan.
Mina berarti Ikan
Bahari adalah laut.
Dan 45 mempunyai dua arti, yaitu
1. 4 adalah nomor urut padukhan Bungkus di Desa Parangtritis, sedangkan 5
adalah nomor urut Desa Parangtritis di Kec.Kretek Kab.Dati II Bantul.
2. 45 sebagai symbol untuk mengenang perjuangan para pahlawan pada tahun
1945 yang telah mencapai kemerdekaan Republik Indonesia.
Tempat Penampungan Mina Bahari 45 bergerak dalam beberapa sektor :
1. Penangkapan ikan laut
2. Jasa perdagangan ikan
3. Jasa pengolahan hasil laut
4. Alternatif wisata pantai di kawasan Parangtritis
3.1.2

Laporan Hasil Observasi Tempat Pelelangan Ikan Mina Bahari
Data yang tertulis merupakan dari hasil wawancara serta dari situs pelelangan ikan

D.I Yogyakarta yang direkomendasikan oleh pihak Mina Bahari. Data-data ini
merupakan bahan untuk dijadikan observasi di Tempat Pelelangan Ikan Mina Bahari.

1. Data Tempat Pelelangan Ikan Mina Bahari ‘45’
Nama

: TPI Mina Bahari ‘45

TPI
Lokasi
: Depok, Parangtritis, Kretek, Bantul
Luas
: 48m²
2. Susunan Pengurus
Pelindung

: 1. Lurah Desa Parangtritis
2. BPD
Dukuh Depok

Penasehat
Ketua I
Ketua II

3. Dukuh Bungkus
:
Bapak Topo
:
Sarjuno
:
Daryono

Sekretaris I

:

HP : 087738447599
Tarmanto
HP : 087839956878/ 087738265112
Kuswadi
Wadiman
Sukoco
Karmanto
1. Triwiyanto

Sekretaris II
Bendahara I
Bendahara II
Seksi Penimbang
Seksi Pelelangan

:
:
:
:
:

Seksi Pembantu

2. Eko Murtoyo
: 1. Mulyadi

Seksi

2. Sudardi
: 1. Surono

Lingkungan

2. Koseri
3. Giyono
4. Winardi

Seksi Keamanan

5. Karmanto
: 1. Suwarji
2. Tugiran
3. Riyadi
4. Ediyanto

3. Sarana Yang Dimiliki
N
o
1
2

Sarana yang Ada
Meja dan Kursi
Lemari

Jumla
h
2 unit
2 unit

Keterangan
Kondisi baik
Kondisi baik

3
4
5
6
7

Timbangan Duduk
Timbangan Kodok
Trays
Penyemprot Air
Jam Dinding

2 unit
2 unit
3 unit
1 unit
1 unit

4. Produksi
Perhari

:

± 225 kg

Perbulan

:

± 4.765 kg

No Jenis Komoditas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Bawal
Layur
Kakap
Tengiri
Hiu
Pari
Jahan
Caru
Tongkol
Teri
Campur

Jumlah
(kg/th)
4.661
9.491
24.173
2.230
2842,8
12.335
8578,8
3802,0
4.751
3123,2
2630,0

Kondisi baik
Kondisi baik
Kondisi baik
Kondisi baik
Kondisi baik

5. Prestasi yang Pernah Diraih
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Jenis Komoditas
Juara III OPTIHANKAN Tk. Prov
Juara III OPTISARKAN Tk. Prov
Juara II OPTILANPI
Juara II OPTIKAPI Tk. Nasional
Juara I OPTILANPI Tk. Prov
Juara II OPTIKAPI Tk. Prov
Juara II OPTIKAPI Tk. Kabupaten
Juara TPI Tingkat Provinsi
Juara I Tokoh Penggerak Pemb.

Tahu

Perikanan

n
2002
2002
2002
2004
2005
2005
2006
2007
2010

Tangkap.
3.1.3

Lembar Wawancara
Lampiran I

3.1.4

Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan.Untuk observasi tahap pertama ini,
dapat ditarik beberapa garis besar tentang pengaruh Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina
Bahari terhadap kehidupan ekonomi masyarakat nelayan Pantai Depok.
1. Pendapatan Nelayan
Dengan adanya Tempat Pelelangan Ikan di Pantai depok telah menjadikan
pergeseran pola penjualan ikan yang bersifat tradisional atau pasar krumunan yang
dijual langsung dari nelayan menjadi lebih terpusat, perubahan pola penjualan
tersebut menjadikan harga ikan semakin baik.Pendapatan nelayan dapat naik
walaupun hasil tangkapan mereka sedikit karena harga jual yang lebih baik dan
merata.
2. Pendidikan
Walaupun masyarakat nelayan pantai depok sebagian besar mempunyai
pendidikan yang rendah, tetapi keinginan untuk menyekolahkan anak mereka
sangat tinggi.Hal tersebut dinyatakan oleh Ibu Warjono yang merupakan istri dari
salah satu nelayan Pantai Depok.Dari pernyataan ibu tersebut jelas bahwa dapat di
ambil kesimpulan sebenarnya masyarakat nelayan di pantai Depok memiliki
pemahan yang mendalam bahwa pendidikan merupakan salah satu investasi jangka
panjang guna memperbaiki kehidupan keluarga di kemudian hari.

3. Kesehatan
Dalam hal kesehatan, dengan mutu lingkungan yang makin membaik maka
tingkat kesehatan masyarakat nelayan pun meningkat pula.Keadaan kesehatan
masyarakat nelayan di pantai depok sangat erat dengan pola hidup nalayan.Rumahrumah nelayan yang dahulu sebagian besar sangat kumuh menyebabkan tingkat
kesehatan masyarakat sangat buruk.Hal ini menyebabkan mereka sering
mengalami gangguan kesehatan seperti penyakit kulit, diare dan malaria.Dengan
pendapatan nelayan Pantai Depok yang semakin meningkat, sebagian dari mereka
mulai dapat membangun rumah yang sudah memenuhi syarat kesehatan.Sehingga
aktivitas MCK (mandi, cuci, kakus) sudah dapat dilakukan di rumah mereka
sendiri.
3.2

Proses Pendistribusian Hasil Tangkapan Ikan Nelayan Pantai Depok
Nelayan pantai depok disatukan sebuah organisasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina
Bahari.Tempat Pelalangan Ikan (TPI) Mina Bahari ini memfasilitasi para nelayan dalam
penjualan atau pemasaran ikan yang ada.Tidak hanya dalam pemasaran TPI ini juga bergerak
dalam sektor penangkapan dan pengolahan laut.TPI Mina Bahari ini adalah organisasi koperasi
nelayan sekaligus sebagai tempat pelelangan ikan di pantai depok. Apabila ikan yang di jual di
TPI ini tidak lekas laku maka ikan akan segera d pasarkan ke TPI yg berada di cilacap, hal ini
dilakukan agar para nelayan tidak merugi. 50% hasil tangkapan nelayan dikirim keluar DIY.
Bahkan belum lama ini ada juga yang d ekspor ke china melalui perantara di jakarta. Selain
memasok ke TPI di cilacap, hasil tangkapan nelayan juga d pasok ke berbagai daerah
diantaranya Jakarta, Kediri, Semarang.
Hasil tangakapan tiap tahunnya mencapai 80-100 ton yang di dominasi jenis ikan layur dan
bawal laut.Meskipun mampu untuk memasok ikan ke luar daerah, namun untuk memenuhi
kebutuhan kuliner di pantai depok pihak TPI justru mendatangkan dari luar daerah terutama
wilayah pantai utara.Karena jenis ikan yang di hasilkan nelayan pantai utara lebih variatif.
Ikan yang dikirim ke Jakarta Mayoritas ikan bawal sedangkan ke Kediri ikan layur.
Pendapatan nelayan Pantai Depok pun tidak menentu tergantung hasil tangkapan melaut tiap
harinya. Terkadang hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.Dengan adanya TPI dan pasar
ikan di pantai Depok para nelayan sangat terbantu karena tidak hanya mengandalkan dari
lelang selepas melaut saja.Jadi sisa hasil tangkapan yang tidak laku bisa langsung dijual
kepasar atau rumah makan di Pantai Depok.

Banyak pengjunjung yang datang ke Pantai Depok sangat menguntungkan nelayan karena
membantu dalam penjualan hasil tangkapan. Pada hari minggu atau hari libur Nasional Pantai
Depok akan lebih ramai. Hal tersebut dimanfaatkan oleh nelayan untuk menjual hasil
tangkapan kepada para pengunjung. Tidak jarang juga banyak wisatawan yang sengaja datang
hanya untuk berburu hasil tangkapan nelayan yang masih segar. Ada yang sengaja untuk dijual
lagi.dan hanya ingin dimasak di warung-warung makan di sekitar Pantai Depok.Hasil
tangkapan semalampun tidak menentu pernah ada yang dapat anak ikan hiu, walaupun
dilindungi tapi tetap dibawa dijual selepas melaut, gurita pernah walaupun itu jarang.
Para tengkulak ini yang biasa memainkan ikan dipasaran.Ini yang menyebabkan harga ikan
yang tidak menentu. Apabila pasokan ikan banyak maka harga ikan akan dibeli dengan harga
murah, sebaliknya bila pasokan menurun baru mereka membeli dengan harga yang mahal. Ini
yang sering jadi kendala dalam pemasaran ikan Pantai Depok.Karena harga ikan dimainkan
semaunya oleh tengkulak.Mereka ini yang memainkan pemasaran.
TPI Pantai Depok seharusnya berperan secara efektif dan bisa mengatur harga ikan di
pasaran.Bukannya malah para tengkulak ini yang mengendalikan harga karena sangat
merugikan nelayan.Disini pemerintah juga seharusnya berperan dalam mengendalikan harga
ikan di pasaran. Jadi dalam pemasaran dan pendistribusian tertata dengan baik dan nelayan pun
tidak dirugikan
3.3

Pengaruh Tradisi Dan Budaya Masyarakat Nelayan
Ada begitu banyak masalah yang dihadapi oleh nelayan-nelayan di Indonesia.Dimulai dari
kemampuan mereka secara pribadi, keterbatasan sarana melaut (yaitu modal kapal untuk
melaut, bahan bakar), hingga kebijakan-kebijakan pemerintah yang mereka dapat dalam rangka
penangkapan ikan laut oleh para nelayan.
Terhadap beberapa masalah yang ada tersebut, saya akan menuliskan salah satu masalah
yang timbul atau ada pada nelayan-nelayan khususnya Pantai Depok, atau Pantai Pesisir
Selatan Jawa. Adalah masalah tentang Pelarangannya Melaut di Hari-Hari Sakral / Keramat
yaitu Hari Selasa Kliwon Dan Jumat Kliwon.Dimana di hari-hari tersebut masyarakat Jawa
mengganggap sebagai hari pantangan karena hari untuk menghormati Nyi Roro Kidul.
Seperti yang telah diketahui, tentang Pantai Depok.Pantai Depok adalah salah satu daerah
pesisir pantai yang terletak di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul,
DIY.Yang bersebelahan dengan pantai Parangtritis, yang sangat terkenal sebagai tempat wisata.
Pantai Parangtritis dan Pantai Depok merupakan deretan Pesisir Pantai Selatan Jawa dengan
pantai yang memiliki ombak laut yang cukup besar dan ditambah dengan isu mitos yang sudah
berkembang dan melekat lama di dalam benak masyarakat Jawa, atau Yogyakarta umumnya.

Meskipun demikian pantai Depok menjadi tempat bagi para nelayan dari pesisir pantai
tersebut ataupun dari beberapa daerah luar kota seperti Cilacap juga Semarang yang mencari
rezeki untuk menghidupi keseharian mereka, melakukan awal kegiatan pekerjaan mereka dan
hingga selesai. Nelayan pantai Depok, adalah beberapa nelayan di pantai selatan yang terbatas
akan waktu, yaitu waktu dimana nelayan berpantangan untuk melaut. Dengan begitu kuatnya,
keyakinan akan hal keramat menjadikan beberapa hari yang dianggap sebagai sakral, yaitu
hari-hari nelayan dilarang untuk melaut dan menangkap ikan. Beberapa hari tersebut adalah,
saat hari Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon. Dihari-hari tersebut nelayan sama sekali tidak
diperbolehkan melaut, ataupun juga nelayan juga sudah merasa sadar akan pantangan tersebut.
Akibat akibat lain akan dapat ditimbulkan akan kejadian ini, karena pasalnya nelayan-nelayan
pesisir pantai selatan sama sekali tidak mendapatkan pemasukan penghasilan dari hasil
tangkapan ikan seperti biasanya. Namun nelayan pun menyadarinya secara wajar.Seperti
wawancara terhadap salah satu nelayan yang telah saya atau kelompok kami lakukan, kepada
salah seorang nelayan yaitu Bapak Jalimin (Nelayan dari Cilacap).Pak Jalimin berkata tentang
hari pantangan tersebut bahwa beliau tidak bisa atau tidak melaut karenanya, maka beliau pun
tidak mendapatkan hasil dan untuk keperluannya hari itu pun ditunda atau beliau yang harus
dapat mengatur pengeluarannya setiap hari secara kecukupan.
Keterbatasan itu menyebabkan sedikit banyaknya pengaruh-pengaruh lain yang timbul.
Nelayan semakin terkesan ditambah bingung, padahal memang belum secara nyata apa yang
membuat mereka perlu membatasi pekerjaannya, padahal mereka senantiasa harus mendapat
pemasukan penghasilan di setiap harinya. Namun begitu pun tidak akan memungkinkan apa
yang akan dilakukan nelayan untuk sekedar menangkap ikan setiap hari secara lebih banyak
karena keterbatasan kemampuan masing-masing nelayan.
Melihat hal luas bahwa Indonesia adalah sebuah Negara dengan potensi kekayaan laut yang
melimpah ruah. Namun semua kenyataan tidaklah sesuai dengan apa yang dibayangkan akan
begitu besarnya kekayaan tersebut. Ada begitu banyak masalah-masalah yang timbul, masalah
yang hanya itu-itu saja, tidak ada perkembangan akan solusi pasti. Karena hal yang sangat lucu,
mengapa dengan potensi kekayaan yang begitu banyaknya, tinggal ambil, tapi mengapa Negara
Indonesia atau masyarakat Indonesia tidak pernah mendapatkan

yang seharusnya

setimpal.Harusnya Negara Indonesia dapat lebih, atau bisa menjadi Negara pengahasil bahkan
peng-ekspor ikan-ikan laut secara besar.
Sangat banyak hal disayangkan yang disebabkan oleh masalah-masalah yang ada dan
dihadapi para nelayan. Nelayan-nelayan secara umum, hanya dengan kemampuan yang belum
cukup baik atau terbilang belum cukup maju jika diabndingkan dengan nelayan-nelayan di

daerah atau bahkan Negara lain, dan dengan bermodal tekat untuk memenuhi kebutuhan dan
sarana yang pas-pasan. Juga dengan terbatasnya waktu nelayan untuk mencari ikan, pun
menjadi tambahan lengkap beban tersendiri bagi para nelayan.Namun setidaknya para nelayan
tidak mengeluh secara terlalu berlebihan, namun tetap melanjutkan hidup mereka seperti pada
waktu-waktu sebelumnya.
Nelayan (Pak Jalimin) mengutarakan dan akan selalu berpikiran bahwa hasil hari ini, adalah
untuk hari ini. Dan besuk adalah untuk besuk.Bagaimanapun hasilnya, adalah bersyukur
menjadi jawaban yang sederhana diutarakannya.Tidak menutup kemungkinan bahwa beliau
harus meminjam sejumlah uang kepada juragan / orang yang biasa member pinjaman uang
kepada Pak Jalimin.Baik dari sekedar pinjam untuk membeli bahan bakar, ataupun hal-hal lain
yang bersifat penting bagi beliau.
3.4

Faktor Kemiskinan Masyarakat Nelayan
Banyak beberapa faktor yang menyebabkan para nelayan di pantai depok yang masih terlilit
derita kemiskinan, sejumah faktor itu dapat peneliti kelompokan menjadi tiga :
1. Faktor teknis
2. Faktor kultural
3. Faktor struktural
Dalam tataran praktis , nelayan miskin karena pendapatan (income)nya lebih kecil dari pada
pengeluaran untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga dan dirinya dalam kurun waktu
tertentu. Sejauh ini pendapat nelayan , khususnya nelayan tradisional pantai depok dalam
waktu satu bulan umumnya kecil ( kurang dari 1 juta /bulan) dan sangat fluktuatif yaitu tidak
menentu.
1. Secara Teknis
Pendapatan nelayan bergantung pada nilai jual ikan hasil tangkap dan ongkos
(biaya) melaut.Selanjutnya , nilai jual ikan hasil tangkapan di tentukan oleh
ketersediaan stok ikan di laut, efisiensi teknologi penangkapan ikan , dan harga jual
ikan. Sedangkan biaya melaut

bergantung pada kuantitas dan harga dari BBM,

perbekalan serta logistik yang di butuhkan untuk melaut yang bergantung pula pada
ukuran (berat) kapal dan jumlah awak kapal ikan. Selain itu, nilai investasi kapal ikan,
alat penangkapan, dan peralatan pendukungnya sudah tentu harus di masukan kedalam
perhitungan biaya melaut.
Yang mempengaruhi pendapatan nelayan , menurut penelitian kami ada beberapa
permasalahan teknis yang membuat sebagian besar nelayan masih miskin.

a. Pencemaran laut, perusakan ekosistem pesisir (seperti terumbu karang, padang
lumbun) yang semakin dahsyat, dan perubahan iklim global di tenggarai
menurunya stok populasi.
b. Sebagian besar nelayan , ikan hasil tangkapan selama di kapal sampai di tempat
pendaratan ikan (pelabuhan perikanan) belum sepenuhnya mengikuti cara-cara
penanganan yang baik, Contoh seperti kualitas ikan menurun atau kurang segar
saat sampai pelabuhan. Hal ini kita simpulkan bahwa nelayan di pantai depok
khususnya kurangnya SDM yang memadai, seperti kurang mengertinya saat
proses hasil penangkapan ikan. Seperti nelayan tradisional yang beranggapan
bahwa membawa es berarti menambah biaya melaut, apalagi kalau tidak dapat
ikan atau hasil tangkapannya sedikit, atau esnya mencair sebelum mendapatkan
ikan, maka rugi besar.
c. Di masa paceklik dan kondisi laut sedang berombak besar atau angina kencang
(badai) , antara 2 sampai 4 bulan dalam setahun, nelayan tidak bisa melaut untuk
menangkap ikan. Bagi nelayan dan anggota keluarganya yang tidak memiliki
usaha lain, saat-saat paceklik seperti ini praktis tidak income, sehingga mereka
terpaksa pinjam uang dari para reintenir yang biasanya mematok bunga yang
luar biasa tinggi, rata-rata 5 persen perbulan. Disinilah , awal nelayan khususnya
nelayan pantai depok terjebak dalam lingkaran kemiskinan, karena pendapatan
yang ia peroleh di musim banyak ikan, selain untuk memenuhi kebutuhan
kelaurga sehari-hari juga di keluarkan untuk bayar utang sekaligus bunganya.
d. Pada musim paceklik , harga jual ikan di lokasi pendaratan ikan biasanya tinggi
(mahal), tetapi begitu musim ikan tiba, harga jual mendadak turun drastis. Lebih
dari itu , nelayan pada umumnya menjual ikan kepada pedagang perantara ,
tidak bisa langsung kepada konsumen terakhir.Sehingga, harga jual ikan yang
mereka peroleh jauh lebih murah dari pada harga ikan yang sama di tangan
konsumen terakhir.
e. Kebanyakan nelayan membeli jaring, alat tangkap lain, BBM, beras, dan bahan
perbekalan lainnya untuk melaut juga dari pedagang perantara yang jumlahnya
bisa lebih dari dua tingkatan , tidak langsung dari pabrik atau produsen pertama.
Sehingga, nelayan membeli semua sarana produksi perikanan tersebut dengan
harga yang lebih mahal ketimbang harga sebenarnya di tingkat pabrik.

f. Harga BBM dan sarana produksi untuk melaut lainnya terus naik, sementara
harga jual ikan relatif sama dari tahun ketahun , atau kalaupun naik relatife
lamban. Hal ini tentunya dapat mengurangi pendapatan nelayan.
g. Sistem bagi hasil antara pemilik kapal ikan, nahkoda kapal, fishing master, dan
ABK di tenggarai jauh lebih menguntungkan pemilik kapal. Dan yang paling di
rugikan adalah ABK. Karena itu, pada umumnya pemilik kapal modern beserta
nahkoda kapal dan fishing maser sudah sejahtera, bahkan kaya, bahkan ABKnya
masih banyak yang miskin. Seiring dengan terus meningkatnya harga-harga
kebutuhan pokok (pangan, sandang, perumahan,kesehatan, pendidikan, dan
transportasi), maka pengeluaran nelayan terus membesar dari tahun ke tahun.
2. Kultur (etos kerja)
Nelayan pada umunya juga belum sejalan dengan etos kemajuan dan kesejahteraan.
Dari sisi pengeluaran, rata-rata ukuran keluarga nelayan adalah 5 jiwa (orang) yang
terdiri dari ayah, ibu, dan 3 anak, lebih besar ketimbang rata-rata ukuran keluarga
secara nasional yang hanya 4 jiwa. Banyak nelayan yang ketika suatu hari mendapatkan
banyak ikan, lalu hari berikutnya tidak mau ke laut mencari ikan.Demikan juga halnya,
saat musim paceklik ikan, nelayan pada umumnya tidak mau bekerja di sektor ekonomi
lainnya, seperti menjadi karyawan atau buruh, pertanian pangan, peternakan.
Masih banyak nelayan yang tidak mau menerima inovasi teknologi baru, baik yang
berkaitan dengan teknologi penangkapan, pengelola lingkungan hidup, maupun
manajemen keuangan keluarga.Tingkat pendidikan dan pengetahuan yang umunya
rendah di yakini menjadi penyebab utama mengapa banyak keluarga nelayan memiliki
budaya yang berlawanan dengan etos kemajuan dan kesejahteraan.
3. Struktural
Merupakan faktor penyebab dominan dari kemiskinan nelayan adalah bersifat
struktural, yakni kebijakan dan program pemerintah yang tidak kondusif bagi kemajuan
dan kesejahteraan nelayan. Mahal dan susah di dapatkannya BBM, alat tangkap, beras,
dan perbekalan melaut lainnya bagi nelayan. Harga jual ikan yang sangat fluktuatif
(tidak menentu) juga belum secara tuntas di atasi oleh pemerintah.Demikian dengan
masalah pencemaran laut dan perusakan ekosistem pesisir yang menjadi tempat
pemijahan dan asuhan ikan serta biota laut lainnya semakin hari semakin parah.

Kalau melihat masalah struktural yang kita teliti bahwa kita perlu menerapkan
manajemen

pembangunan

perikanan

tangkap

yang

tepat,

benar

dan

berkelanjutan.Sehingga , ia mampu menjaga kelestarian stok SDI, meningkatkan
kesejahteraan nelayan, dan meningkatkan kontribusi sektor perikanan tangkap bagi
pertumbuhan ekonomi dan kemajuan secara berkelanjutan.
Dari peneliti mengisyaratkan atau melakukan kebijakan terhadap pemerintah
Bahwa:
a. Mesin dan peralatan perikanan, galangan kapal, dan industri serta jasa
penunjang perikanan mesti di perkuat dan di kembangkan.
b. Seluruh BBM dan sarana produksi perikanan lainnya harus tersedia dengan
harga relatif murah di pendaratan ikan dan pelabuhan perikanan. Infrastruktur
(jalan, listrik, pelabuhan, air bersih dan lainnya) dan kawasan pemukiman
nelayan mesti di perbaiki dan di bangun baru menjadi kawasan yang sehat,
bersih, indah, aman.
c. Dengan kebijakan pemeritahan jokowi sekarang, dengan adanya menteri
kelautan ibu susi puji astuti yang dengan gaya blusukannya, dapat mengurangi
adanya nelayan asing yang masuk ke laut Indonesia, dapat di tingkatkan kembali
untuk mengurangi kerugian khususnya Indonesia.
d. Pencemaran laut harus di kendalikan , sehingga konsentrasi bahan pencemar di
perairan laut memenuhi ambang batas aman bagi perikanan.
e. Ekosistem pesisir yang terlanjur rusak mesti di rehabilitasi, selebihnya harus di
konservasi melalui majemen berbasis kawasan lindung laut .
f. Strategi dan program adaptasi untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim
global harus disiapkan. Program (pendidikan, pelatihan dan penyuluhan) untuk
peningkatan kapasitas dan budaya nelayan agar lebih kondusif untuk kemajuan
dan kesejahteraan.
3.5

Pemberdayaan Masyarakat Nelayan
3.5.1

Data Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Pantai Depok
a. Kelompok Nelayan Tangkap
Kelompok Nelayan Tangkap “Mina Bahari 45” berdiri pada tahun 1998 dan
sekarang memiliki anggota terdiri dari 45 orang nelayan, 20 orang pendorong dan

35 orang nelayan andon. Bahkan kas kelompok milik KUB “Mina Bahari 45”
mencapai Rp. 40.000.000,00-.
1) Susunan Pengurus Kelompok Nelayan Tangkap
Ketua I
: Sudarwan
Ketua II
: Nanto Pratomo
Sekretaris I
: Mujiyanto
Sekretaris II
: Awal
Bendahara I
: Teguh
Bendahara II
: Kusaeri
Seksi Humas
: Hendri
2) Jenis Mata Pencaharian anggota Kelompok Nelayan Tangkap
N

Jenis Pencaharian

o
1
2
3

Jumlah

Nelayan Tetap
Nelayan Sambilan Utama
Nelayan Sambilan
Tambahan
Nelayan Andon
Pengolahan
Pemasaran
Bakul/pedagang
Lain-lain

4
5
6
7
8

(org)
15
10
25
35
40
31
3
3

3) Jumlah dan Pemilik Kapal
N

Nama

Nama kapal

o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Jumla

Dardi

Salsa Bela

h
1 unit

Nugroho
Sopermo
Katim
Sarip
Hendri
Warji
Wondo
Wijono
Turiyo
Senen

Selaras jaya
Jet Voil
Wareh Kusumo
Jala Laut
Mina Samudera
Mina Bahari
Nasib Rahayu
Sri Ana
Timbul

1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 uni
1 unit
1 unit
1 unit

Longor
Wage
Teguh
Madiyo
Surat

Pitulung
Mangestoni
Lea Forever
Ngupoyo Bogo
Rohmat
Mawar Merah

1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit

16
17
18
19
20

Mulyadi
Widoo
Sadi
Darwin
Darman

Ngudi Rejeki
Mina Bahari
TPI Mancingan
Barakah
Ngudi Lestari

1 unit
1 unit
1 unit
1 unit
1 unit

4) Jenis dan Jumlah alat tangkap
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8

Jenis Alat Tangkap

Jumla

Jaring Insang Hanyut
Jaring Insang Serong
Trammel Net
Pancing Rawai Hanyut
Pancing Rawai Dasar/
tetap
Pancing Tengiri
Pelampung
HP untuk GPS

h
825
330
162
4500
4500
176
7
1

5) Prestasi yang Pernah Diraih
N
o
1

Jenis Prestasi
Juara II Optilanpi Tk

Tahu
n
2004

Nasional
b. Kelompok Pengolah dan Pedagang Ikan
Selain Kelompok Nelayan Tangkap juga terdapat KUB lain yaitu Kelompok
Pengolah Mina Bahari ’45 dan Pedagang Ikan Mina Lestari.
Kelompok Pengolah Mina Bahari ’45 berdiri pada tahun 2004 KUB ini
beranggotakan 46 orang dan komoditas yang dihasilkan antara lain seperti ikan
goring, ikan asam manis dan aneka olahan lainnya. Supply bahan baku ikan segar
sebagian masih didatangkan dari luar Pantai Depok.Kelompok Pedagang Ikan Mina
Lestari berdiri pada tahun 2002 dengan anggota berjumlah 30 orang.Pada hari-hari
libur (Sabtu-Minggu) omzet para pedagang kurang lebih 1 kuintal perhari, jadi total
untuk satu hari mencapai 3 ton. Biasanya ikan segar ini langsung diolah/dimasak
ditempat.
1. Susunan Pengurus
Susunan Pengurus Kelompok Warung Makan Mina Bahari '45

Ketua I

: Wisnu Mujiharjono
HP : 08156806717

Ketua II

: Suratmanto

Sekretaris

: Nuryati

Bendahara

: Eni Susanti

Seksi Humas

: 1. Sodikan
2. Wahyu Indarto

Susunan Pengurus Pedagang Ikan Mina Lestari
Ketua

: Sri Suharni
HP : 08156887698

Sekretaris

: Umiyati

Bendahara I

: Sukiwen

Bendahara II

: Suratmiyati

Seksi Humas

: Endang

2. Anggota KUB Pedagang Ikan
N
o

Nama

Komodita
s

1

Sunyoto

Ikan segar

2

Sumarni

Ikan segar

3

Cika

Ikan segar

4

Pertini

Ikan segar

5

Ragil Sumarni

Ikan segar

6

Darni

Ikan segar

7

Jumadi/
Wasidem

Ikan segar

8

Wadiman

Ikan segar

9

Menik

Ikan segar

10

Surono

Ikan segar

11

Sukijo

Ikan segar

12

Sutomo

Ikan segar

3.5.2

13

Parjiyem

Ikan segar

14

Sujiyem

Ikan segar

15

Hendri

Ikan segar

16

Suwondo/Hulia

Ikan segar

17

Totok

Ikan segar

18

Paryati

Ikan segar

19

Endang

Ikan segar

20

Supardi

Ikan segar

21

Wasiran

Ikan segar

22

Rasmidah

Ikan segar

23

Parjiyem

Ikan segar

24

Slamet

Ikan segar

25

Suratmiyati

Ikan segar

Hasil Observasi Pemberdayaan Masyarakat Nelayan
Salah satu program yang dilakukan oleh perintahan Habibie adalah Protekan
2014 yaitu Gerakan Peningkatan Ekspor Perikanan hingga menjelang tahun 2003
mencapai nilai 10 milyar dollar. Gerakan ini namun mati pada usia yang sangat muda,
sejalan dengan berhentinya era pemerintahan habibie. Program lain berhubungan
dengan konservasi dan rehabilitasi lingkungan.
Pembuatan karang buatan, menanam kembali hutan bakau, konservasi kasawan
laut dan jenis ikan tertentu, serta penegak hokum terhadap kegiatan-kegiatan
penangkapan ikan dengan menggunakan bom, racun, dan alat tangkap ikan yang
destruktif adalah program-program pembangunan yang secara tidak langsung
mempengaruhi kesejahteraan nelayan.
Untuk itu dikembangankan koperasi perikanan, KUD Mina, Kelompok Usaha
Bersama Perikanan, Kelompok Nelayan, Kelompok Wanita Nelayan dan organisasi
profesi nelayan.
Paling tidak ada 5 pendekatan pemberdayaan masyarakat pesisir di Pantai
Depok Bantul yang baru saja di implementasikan. Dengan adanya kelima pendekatan
ini tidak berarti bahwa pendekatan lain tidak ada.

Selama ini, baik lingkup departemen kelautan dan perikanan maupun instansi
pemerintah lainnya, pemerintah daerah, dan khususnya lembaga swadaya masyarakat
dalam bentuk yayasan dan koperasi telah banyak yang melakukan kegiatan
pemberbadayaan masyarakat. Kelima pendekatan tersebut adalah
1. Penciptaan lapangan kerja alternatif sebagai sumber pendapatan lain bagi
keluarga
2. Pendekatan masyarakat dengan sumber modal dengan penekanan pada
penciptaan mekanisme mendanai diri sendiri
3. Mendekatkan masyarakat dengan sumber teknologi baru yang lebih berhasil dan
berdayaguna
4. Mendekatkan masyarakat dengan pasar
5. Membangun solidaritas serta aksi kolektif ditengah masyarakat
Kelima pendekatan ini dilaksanakan dengan memperhatikan secara sungguhsungguh aspirasi keinginan, kebutuhan, pendekatan, dan potensi sumberdaya yang
dimiliki masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat secara khusus dan eksistensi masyarakat secara umum
perlu diinternalisasikan dalam pengembangan, perencanaan, serta pelaksanaan
pengelolaan sumber daya pesisir secara terpadu.Beberapa aspek yang berkenan dengan
masyarakat

adalah

kekuatan

penentu

status, dan eksistensi

suatu

kawasan

pesisir.Kekuatan tersebut perlu dilibatkan atau diperhitungkan dalam menyusun konsep
pengelolaaan sumberdaya secara terpadu. Kekuatan-kekuatan tersebut adalah
1. Jumlah penduduk pesisir yang cenderung bertambah dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi.
2. Kemiskinan yang diperburuk oleh sumber daya alam yang menurun, degradasi
habitat , serta kelangkaan mata pencaharian alternative, adanya usaha skala
besar, menghasilkan keuntungan dengan segera, dan usaha komersial yang
menurunkan

kualitas

sumber

daya

dan

saling

menyebabkan

konflik

lkepentingan dengan penduduk local.K
3. Kurang sadar dan pengertian dipihak masyarakat serta pemerintahan local
tentang pentingnya keberlanjutan sumberdaya bagi kepentingan manusia.
4. Kurang pengertian di pihak masyarakat tentang kontribusi dan pentingnya
sumber daya pesisir bagi masyarakat.
5. Kurang pengertian pemerintahan local tentang tindak lanjut dan berkelanjutan
kegiatan pemberdayaan masyarakat.

6. Faktor budaya yang berkaitan langsung pengelolaan dan pemanfaatan kawasan
pesisir secara terpadu berdasarkan konsep pembangunan masyarakat yang
menekankan kepada pemberdayaan maka di formulasikan secara pemberdayaan
masyarakat pesisir, khususnya nelayan dan petani ikan yang tinggal di kawasan
pesisir pantai depok bantul, sebagai berikut :
a. Tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang terdiri dari
sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.
b. Tersedianya prasarana dan sarana produksi secara local yang memungkinkan
masyarakat dapat memperolehnya dengan harga murah dan kualitas terbaik
c. Meningkatnya peran kelembagaan masyarakat sebagai wadah aksi kolektif
untuk mencapai tujuan individu.
d. Terciptanya kegiatan-kegiatan ekonomi produktif di daerah yang memiliki
ciri-ciri berbasis sumber daya lokal, memiliki pasar yang jelas, dilakukan
secara berkelanjutan dengan memperhatikan kapasistas sumberdaya, dimiliki
dan dilaksanakan serta berdampak bagi masyarakat lokal dan dengan
menggunakan teknologi maju tepat guna yang berasal dari proses pengkajian
dan penelitian.
e. Terciptanya hubungan transportasi dan komunikasi sebagai basis atau dasar
hubungan ekonomi antar kawasan pesisir serta antara pesisir dan pedalaman.
f. Terwujudnya struktur ekonomi Indonesia yang berbasis pada kegiatan
ekonomi di wilayah pesisir dan laut sebagai wujud pemanfaatan dan
pendayagunaan sumber daya alam laut. Pemerintah bersama masyarakat
desa di sekitar pantai depok bantul menentukan kelompok sasaran program.
Mereka yang mungkin merupakan sasaran kelompok ini adalah mereka yang
paling rentan kegiatan ekonominya akibat memburuknya situasi ekonomi
Negara pada akhir-akhir ini. Pertimbanganlain adalah mereka yang memiliki
kemauan untuk memperbaiki diri sehingga bisa keluar dari kesulitan
dankemisikinan yang dialaminya.
3.6

Interaksi Nelayan Dengan Bidang Usahanya
Bagaimana Interaksi Kelompok Nelayan dalam aktifitas bidang usaha Perikanan di depok,
kretek, kec.Bantul ?
Interaksi Kelompok Nelayan dalam aktivitas usaha bidang Perikanan
1. Sosial Budaya Masyrakat Nelayan

Masyarakat nelayan di daerah pesisir pantai depok terbentuk kelompok-kelompok
yang beragam. Hasil penelitian sosial budaya dalam kaitan dengan interaksi dalam
proses sumberdya ekonomi, maka masyarakat nelayan di daerah pantai depok dapat di
bagi atas 2 kategori :
a. Masyarakat nelayan yang sepenuhnya menggantungkan hidupnya dilaut. secara
umum di dominasi oleh kaum laki-laki,namun ada pula beberapa wanita karena
dengan kehilangan suami (meninggal) terpaksa merangkap menjadi kepala
rumah tangga dan sebagai pemberi nafkah untuk keluarga dan menggantungkan
hidupnya dilaut.
b. Masyarakat

nelayan

yang

terbentuk

dalam

aktivitas

kelompok

yang

melaksanakan aktivitas usahanya yang merupakan kelanjutan dari usaha yang
didapat dari hasil melaut. Mereka ini adalah para tibo-tibo, penjaja ikan,
melakukan aktivitas kegiatan pengolahan ikan dengan bentuk pengasapan dan
ikan asin, bahkan mengolah ikan dalam dalam bentuk ikan masak,untuk dijual.
2. Pola Dan Tradisi Serta Kepercayaan Dalam Bidang Perikanan
Sesuai dengan hasil penelitian kami, tradisi serta bentuk kepercayaan yang secara
permanen pada masyarakat pantai depok merupakanbentuk endapan sosial yan
diwariskan nenek moyan sevara turun-menurun, tetap dipertahankan dan di percayai
dari generas ke generasi teruatama dalam kehidupan melaut.proses interaksi yang
terbawa sebagai akibat dari endapan sosial tersebut, melahirkan bentuk interaksi sosial
yang langeng. Dalam tahap penuilaian masyarakat yang berkaitan dengan pola budaya
melaut merupakan bentuk kesadaran budaya serta kesadaran sosial, yang merefleksikan
betapa kuatnya hubungan tersebut antar manusia dengan lingkungan, serta hubungan
manusia dengan sesamanya.Perkembangan zaman di era teknologisemakin canggih,
masih sulit mengikis kebudayaan masyarakat sepanjang masih di percayai dan di
pertahankan dari generasi ke generasi.
3. Aktivitas Usaha Nelayan Dalam Kaitan Dengan Proses Produksi.
Permasalahan yang terjadi pada masyarakat nelayan disebabkan masyarakat nelayan
hidup dalam suasana alam yang keras yang selalu diliputi ketidakpastian dalam
menjalankan usahanya. Musim paceklik yang selalu datang tiap tahunnya dan lamanya
tidak dapat dipastikan membuat masyarakat nelayan terus menghadapi berbagai
permasalahan kompleks. Usaha untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan bagi

masyarakat nelayantentu tidak terlepas dari pemilikan alat tangkap. Karena dengan
tersedianya alat tangkap yang memadai tentu akan berpengaruh terhadap tingkat
produktivitas.Masyarakat nelayan secara umum masih menggunakan alat tangkap
tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.Nelayan yang tidak mempunyai
modal untuk membeli perahu, terpaksa meminjam uang kepada tengkulak, kemiskinan
Nelayan terjadi karena keterbatasan akses nelayan terhadap hak penguasaan
sumberdaya perikanan.Penguasaan atas sumberdaya perikanan selama ini lebih banyak
dinikmati oleh kolaborasi pemilik modal.
4. Pentingnya Pemberdayaan Bagi Kelompok Nelayan Dalam Meningkatkan Taraf
Hidup
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terutama dalam pemenuhan
kebutuhan dasar masih sangat terbatas. Keterbatasan tersebut juga dipengaruhi oleh
rendahnya tingkat pendapatan yang dimiliki oleh sebagian besar kelompok nelayan
yang disebabkan pula oleh akses produksi perikanan/hasil tangkapan yang sedikit,
kemudian dari aspek teknologi sebagian besar dari mereka masih menggunakan
teknologi radisional,seperti alat pancing, pemasaran hanya terbatas di sekitar areal
wilayah Kecamatan ataupun hanya mengandalkan pasar lokal. Kondisi tersebut secara
langsung akan mempengaruhi peningkatan taraf hidup bagi masyarakat nelayan,Salah
satu strategi penting dalam meningkatkan pemberdayaan nelayan dalam usaha
meningkatkan taraf hidup bagi masyarakat nelayan antara lain melalui :
 Mengembangkan Peran Teknologi Hasil Tangkapan
Teknologi tangkapan menjadi kunci bagi keberhasilan nelayan dalam
berusaha,bagi masyarakat nelayan yang terpenting adalah mendapatkan hasil
tangkapan sebanyak mungkin, tetapi kondisi yang didapat selama ini bahwa
tingkat produktivitas bagi masyarakat nelayan khususnya di bidang perikanan
masih sangat rendah,rendahnya tingkat produktivitas tersebut dipengaruhi oleh
rendahnya penguasaan akan teknologi.
Jadi usaha untuk pemberdayaan bagi masyarakat nelayan khususnya yang
berkaitan dengan teknologi tangkapan belum dilakukan oleh pemerintah, kalaupun
ada bantuan, maka itu berarti hanya untuk memenuhi kebutuhan mendesak seperti
pemberian beras bagi rakyat miskin.
 Perlunya Pemberian Akses Modal

Masalah permodalan bagi masyarakat nelayan merupakan hal yang sangat
penting dalam pengembangan usaha. Para nelayan dapat bertahan dan
berkembang dengan baik serta dinamis jika diiringi dengan akses permodalan.
Modal yang minim akan mempengaruihi proses produksi, mempengaruhi
pembelian alat pancing, mempengaruhi serta menghambat proses kerja, dan akan
terbengkalainya kegiatan usaha bagi masyarakat nelayan.
 Mengembankan Sarana Pemasaran
Bahwa kegiatan pemasaran merupakan hal yang penting dan perlu
diperhatikan oleh para nelayan guna menjamin ke lancaran penjualan usaha
perikanan, sebab melalui kegiatan pemasaran tersebut para nelayan atau anggota
kelompok nelayan sakan memperoleh keuntungan dari hasil penjualannya.
3.7

Pengaruh Alam Terhadap Hasil Tangkapan Nelayan
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa nelayan di Pantai Depok. Selain kebijakan
pemerintah yang menaikan harga BBM, kondisi alam pun sangat berpengaruh terhadap hasil
tangkapan ikan.
Salah satu nelayan pantai depok bernama Bapak Warjono menjelaskan bahwa saat hari
mendung atau ada badai di laut para nelayan tidak berani melaut. Hal ini menyebabkan
penghasilan nelayan menjadi berkurang dan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
Menurut Bapak Warjono kondisi alam yang tidak menentu membuat sebagian nelayan waswas, Kadang ketika sudah berada di tengah laut, tiba-tiba langit mendung.
Hal ini memungkinkan akan ada datangnya badai. Sehingga terpaksa kami para nelayan
harus pergi ke pesisir dan mendarat untuk menghentikan sejenak aktivitas kami menangkap
ikan.
Sementara untuk menutupi kebutuhan sehari-hari ketika kondisi alam tidak mendukung,
kami terpaksa harus mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan keluarga seharihari. Diantara membuka warung yang menjual cemilan-cemial kecil untuk para wisatawan
yang berkunjung ke Pantai Depok.

3.8

Kebersihan Pantai Depok
Kebersihan pantai Depok masih terbilang kurang diperhatikan. Hal ini dapat dilihat ketika
kami mengunjungi ke beberapa sudut pantai. Banyak sampai berserakan, menumpuk dan
terlihat tidak kondusif. Hal ini menyebabkan ketidaknyamanan bagi para wisatawan yang
berkunjung ke pantai depok.

Pantai depok harus dijadikan pusat edukasi kebersihan. Siang dan malam petugas pantai
harus intens senantiasa menjaga kebersihan atau memperingatkan pengunjung agar tidak
membuang sampah sembarangan.
Berdasarkan dari hasil wawancara ke salah satu istri nelayan yang bernama Ibu Sajito,
beliau mengatakan bahwa para petugas pantai depok kurang memperhatikan kebersihan pantai.
Hal ini di sebabkan karena terlalu banyaknya wisatawan yang berkunjung dan membuang
sampah sembarangan. Hal ini menyebabkan kondisi di sekitar pantai terdapat sampah yang
berserakan.

BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan ditarik berdasarkan rumusan masalah yang diangkat oleh anggota kelompok.
Berikut ini kesimpulan dari hasil observasi tahap pertama :
Pengaruh Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Terdahap Kehidupan Ekonomi Masyarakat
Nelayan :
1. Keberadaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Bahari 45 sangat mempengaruhi
pendapatan para nelayan dan stakeholder yang terlibat didalamnya.
2. Keberadaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Bahari juga berpengaruh terhadap pola
transaksi yang melibatkan beberapa pihak. Sehingga membutuhkan manajemen yang
tepat guna mengoptimalkan peran serta fungsi TPI sebagai wadah transaksi para
nelayan.
3. Pendapatan masyarakat nelayan pantai depok masih belum mencukupi karena
kebutuhan keluarga yang tidak sebanding dengan hasil tangkapan ikan.
4. Keberadaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mina Bahari mempermudah pendataan
aktifitas nelayan seperti data penjualan ikan berdasarkan komoditasnya serta data hasil
tangkapan para nelayan secara keseluruhan. Sehingga dari data tersebut bisa dijadikan
bahan untuk di analisa.
Interaksi Nelayan Dalam Aktifitas Bidang Usaha Perikanan :
Dari segi pola, tradisi serta kepercayaan dalam kaitan dengan usaha dibidang perikanan
kelompok nelayan masih mempercayai berbagai kebiasaan cara melaut, menangkapikan,yang
diwariskan dari masa kemasa yangmenjadi pedoman dan pegangan hidup.Aktifitas usaha
bidang perikanan kelompok nelayan masihmenggunakan teknologi sederhana atau teknologi
tradisional seperti sistem, cara memancing menggunakan kail, dan ada sebagian yang sudah
menggunakan peralatan transportasi seperti ketinting
Pengaruh Alam Terhadap Hasil Tangkapan Nelayan :
Hasil penangkapan ikan begantung kepada beberapa faktor,misalnya faktor eksternal
seperti gelombang.jika gelombang di suatu perairan atau laut sedang tinggi nelayan tidak mau
ambil resiko untuk tetap melaut di karenakan kapal yang mereka gunakan untuk menengkap
ikan di laut tidak memungkinkan untuk menghadang ombak atau gelombang yang tinggi dan
dikhawatirkan akan merusak kapal nelayan dan menenggelamkan kapal tersebut.Selain itu,jika
gelombang sedang tinggi maka ketersediaan plankton juga akan hilang karena tercampur
dengan sedimen sehingga plankton akan banyak yang mati dan akan mengakibatkan ikan-ikan
akan berruwaya menuju daerah yang banyak terdapat plankton,terdapat oksigen yang cukup
dan memiliki suhu yang memadahi untuk melangsung hidup dan mencari makan. Angin dan
gelombang merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,karena gelombang sangat
dipengaruhi oleh angin,semakin tinggi angin yang ada maka akan semakin besar juga
gelombang yang dihasilkan,jika gelombang semakin tinggi maka nelayan akan sukar untuk
melaut mencari ikan sehingga ikan yang dihasilkan nelayan akan semakin berkurang akibat
tidak melautnya para nelayan.

Lampiran I
Interviewer
Nama Responden
Tempat, Tanggal Lahir
Tanggal Wawancara
No
1

: Imam Muamar Kharisma
:
:
:

Pertanyaan
Berapa penghasilan keluarga Anda setiap
harinya ?

2

Apakah penghasilan tersebut mencukupi
kebutuhan keluarga Anda ?

3

Selain dari hasil tangkapan ikan, apakah ada
sumber pendapatan lain ?

4

Menurut Anda apakah keberadaan Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Mina Bahari
memberikan manfaat terhadap para nelayan ?

5

Lebih menguntungkan mana , penjualan
melalui TPI atau penjualan secara langsung
kepada para pembeli ?

6

Apa yang Anda harapkan terhadap Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Mina Bahari?

7

Apakah pihak TPI Mina Bahari pernah
mengadakansosialisasi/pengenalan/gambaran
kepada masyarakat tentang peran dan
fungsinya ?

8

Apakah pemerintah daerah setempat pernah
memberikan bantuan khusus kepada para
nelayan ?

9

Seberapa besar pengaruh kebijakan perintah
terhadap ekonomi para nelayan, misal
kenaikan bbm/bahan pokok dan lain-lain?

Jawaban

Note : Pengaruh Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Terdahap Kehidupan Ekonomi Masyarakat
Nelayan

http://www.grandmedia.id
http://www.grandmedia.id/category/bisnis/
http://www.grandmedia.id/category/edukasi/
http://www.grandmedia.id/category/gaya-hidup/
http://www.grandmedia.id/category/otomotif/
http://www.grandmedia.id/category/tekno/
http://www.grandmedia.id/category/tempat-wisata/