makalah pendidikan anti korupsi (1)

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam

setiap

kehidupan

bermasyarakat

tentunya

kita

sering

mengalami berbagai macam problematika kehidupan, baik secara individu
maupun kelompok. Diantaranya judi, minum minuman keras, korupsi dan
lain sebagainya.
Namun, ada problem yang akibatnya berdampak pada diri sendiri dan
ada juga yang berdampak pada masyarakat. Misalnya judi dan minum

minuman keras lebih besar dampaknya pada diri sendiri dari pada
masyarakat,

sementara

korupsi

dampaknya

lebih

dirasakan

oleh

masyarakat.
Berbagai macam jenis korupsi yang sering kita temukan dalam
kehidupan kita sehari-hari, baik itu dalam hal-hal yang kecil maupun besar.
Misalnya, para pejabat yang sengaja mengambil uang rakyat untuk
kepentingan sendiri, kepala daerah yang sengaja mengurangi takaran dalam

pembagian sembako dan sisanya untuk keperluan dirinya, atau siswa/siswi
yang mencontek atau plagiat.
Namun dalam berbicara mengenai korupsi pasti sering berbawaan
dengan harta benda dan hukuman untuk koruptor. Harta benda koruptor
akan disita oleh pihak KPK hingga persidangan pembuktian kembali
dilaksanakan.

1

Persidangan pengadilan tidak boleh semena-mena dan sesuka hati
membuktikan kesalahan terdakwa, sebab diadakanya pembuktian ini adalah
untuk membuktikan apakah terdakwa ini benar-benar bersalah atau tidak
berdasarkan bukti-bukti nyata yang telah di kumpulkan terlebih lagi buktibukti tersebut harus sesuai dengan undang-undang dan dalam prosesnya
pun sudah di atur dalam undang-undang.
Dalam makalah ini akan dibahas secara detail terkait dengan korupsi,
harta benda koruptor, dan pembuktian kembali.

2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Korupsi merupakan sebuah kata yang tidak asing lagi terdengar
ditelinga setiap orang, namun korupsi lebih identik dan ditujukan kepada
para pejabat-pejabat tinggi Negara maupun pemerintah setempat. Namun
apakah arti dari korupsi yang sebenarnya? Apakah korupsi hanya dilakukan
oleh para pejabat saja? Apakah korupsi hanya berlaku untuk orang-orang
tua saja? Untuk lebih lanjut saya akan menjelaskan apa sebenarnya yang
dimaksud dengan korupsi.
Korupsi adalah kecurangan, penyelewengan atau penyalahgunaan
jabatan untuk kepentingan diri sendiri, pemalsuan.1 Dari definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa segala bentuk kecurangan atau pemalsuan dapat
disebut korupsi, termasuk penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan
sendiri juga disebut korupsi.
Namun menurut kami, korupsi adalah sebuah bentuk penyimpangan
atau penggelapan baik berupa uang/barang yang dilakukan oleh seseorang
demi kepentingan pribadi, dan menyebabkan kerugian dari pihak lain.
Korupsi kedudukannya sama dengan mencuri, begitupun koruptor
kedudukannya sama dengan pencuri, hanya saja kata korupsi dan koruptor
itu adalah nama kerennya dari mencuri dan pencuri dan kata korupsi dan
koruptor lebih identik di tujukan kepada para pejabat-pejabat negara.

1

Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya, Gitamedia Press, 2006), Hal267.

3

B. Harta Benda Koruptor
Berbicara tentang harta benda koruptor tentunya sangat menarik dan
membutuhkan penjelasan yang rinci. Apakah yang dimaksud dengan harta
benda koruptor?
Harta adalah sesuatu atau sejenis material yang dimiliki oleh
seseorang. Sementara benda adalah sesuatu yang nampak dan memiliki
fungsi tertentu, Misalnya berupa, rumah, mobil, motor dan uang. Dan
koruptor adalah pelaku korupsi, penyeleweng, atau pemalsu. 2 Jadi harta
benda koruptor adalah sesuatu yang dimiliki oleh pelaku korupsi baik yang
bersifat material maupun non material.
Harta benda yang dimaksud disini adalah harta benda yang dihasilkan
dari jalan yang salah secara sembunyi-sembunyi. Dikalangan para pejabat
perbuatan seperti ini sudah menjadi hal yang biasa bahkan sudah termasuk
kebutuhan mereka sehingga tidak ada rasa takut yang terlintas dalam benak

mereka akan bahayanya perbuatan ini.
Hal ini terus berlanjut karena disebabkan oleh hukum Negara yang
lemah yang dapat di beli dengan uang dan tidak adanya efek jera sama
sekali. Jika hukum Negara ini kuat atau para pelaku kejahatan diberi
hukuman yang memang sepatutnya terutama pada para koruptor maka pasti
tindak pidana korupsi di Negara kita bisa hilang secara perlahan sedikit
demi sedikit.
2

http://www.academia.edu/3685492/penyitaan_harta_benda_koruptor

4

Harta benda bagi tersangka koruptor yang diduga hasil dari korupsinya
akan disita. Hal ini dilakukan untuk menghindari terpidana korupsi
melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti menggunakan harta itu
untuk menyuap penegak hukum, bahkan ditakutkan juga bisa menyebabkan
pelaku korupsi menyewa orang untuk menakuti orang yang telah
melaporkannya.
Selanjutnya, jika terpidana korupsi memiliki harta lain yang bukan

hasil dari korupsi, maka hartanya itu akan tetap disita sebagai jaminan
untuk ganti rugi. KPK melakukan hal ini, untuk menunjukkan bahwa
benar-benar telah terjadi tindak korupsi dan tersangkanya harus
mempertanggungjawabkannya.

C. Pembuktian Terbalik
Pembuktian secara etimologi adalah usaha menunjukan benar atau
salahnya si terdakwah dalam sidang pengadilan. Sedangkan menurut Van
Bemmelen dan Moeljatno, pembuktian adalah memberikan kepastian yang
layak menurut akal tentang apakah hal itu sungguh-sungguh terjadi dan apa
sebabnya.
Menurut M Yahya Harahap, pembuktian adalah ketentuan-ketentuan
yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan
undang-undang

membuktikan

kesalahan

yang


didakwakan

kepada

terdakwa. Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat

5

bukti yang dibenarkan undang-undang yang boleh dipergunakan hakim
membuktikan kesalahan yang di dakwahkan.
Kemudian pembuktian dalam hukum acara pidana adalah ketentuan
yang

membatasi

sidang

pengadilan


dalam

usaha

mencari

dan

mempertahankan usaha kebenaran, baik oleh hakim, penuntut umum,
terdakwa maupun penasehat hukum.
Pembuktian merupakan masalah yang memegang peranan dalam
proses pemeriksaan disidang pengadilan. Melalui pembuktian ditentukan
nasib terdakwa.3
Pembuktian terbalik perkara korupsi di atur dalam undang-undang No.
20 tahun 2001, pasal12B ayat (1) huruf a dan b, pasal 37, pasal 37A dan
pasal 38B. pasal 37 ayat (2) sebagai dasar pembuktianhukum terbalik acara
pidana korupsi yang penerapannya harus dihubungkan dengan pasal 12B
dan pasal 37 ayat (3) bahawa pasal 37 berlaku pada tindak pidana korupsi
suap menerima gratifikasi yang nilainya sepuluh juta atau lebih, dan juga
dalam hal pembuktian tentang sumber-asal harta benda terdakwah yang

diduga mempunyai hubungan dengan perkara korupsi yang sedang
diperiksa.

3

Pdf.Defid Tri Rizky, sistem pembalikan, FH UI, 2012.

6

Dalam system pembuktian terbalik terdakwah mempunyai kewajiban
untuk membuktikan dirinya tidak bersalah melakukan perbuatan pidana
korupsi disamping harta benda yang diduga mempunyai hubungan dengan
perkara yang sedang diproses pada persidangan pengadilan.4

Di sisi lain ditinjau dari hukum pidana pembuktian dapat bermakna
ketentuan yang membatasi sidang pengadilan dalam usaha mencari dan
mempertahankan kebenaran. Baik hakim, penuntut umum, terdakwa dan
penasehat hukum masing-masing terikat pada ketentuan tatacara dan
penilaian alat bukti yang ditentukan undang-undang.


Hakim, penuntut

umum, terdakwa atau penasehat hukum tidak boleh leluasa bertindak
dengan caranya sendiri dalam penilaian pembuktian.
Dalam mempergunakan alat bukti, tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang. Terdakwa tidak bisa leluasa mempertahankan sesuatu
yang menurutnya benar diluar ketentuan undang-undang. Yang lebih utama
bagi majelis hakim yang bersangkutan harus benar-benar teliti dan cermat
dalam mempertimbangkan dan menilai kekuatan dan bukti yang
ditemukan selama dalam pelaksanaan pemeriksaan persidangan.
Jika majelis hakim hendak meletakan hasil keputusan yang mereka
rasa benar, maka hasil yang demikian akan di uji berdasarkan alat bukti
yang benar-benar di butuhkan. Jika tidak demikian maka yang salah
terlepas, dan yang tidak bersalah mendapat hukuman dan ganjaran.
4

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20984/3/Chapter%20II.pdf

7


D. Telaah kritis
Dari pembahasan tersebut kami mendapatkan bahwa, korupsi di
Indonesia semakin merajalela, memakan generasi-generasi penerus bangsa,
jika hal ini terus terjadi dan berulang maka tidak bisa dipungkiri bahwa
kelak Negara kita tercinta Indonesia ini akan dikenal diluar sana sebagai
Negara dengan tingkat korupsinya yang tinggi. Dan wabah-wabah korupsi
ini harus segera di semprotkan dengan racun-racun pembasmi yang cukup
mematikan untuk disemprotkan.
Layaknya hama di padi, korupsi juga seperti itu, merusak sedikit demi
sedikit mental kejujuran. Dan kami rasa pengajaran yang tepat bagi hama
seperti itu adalah dengan lebih mengetatkan hukuman bagi tersangka
korupsi. Bahkan si tersangka yang jika benar-benar terbukti bersalah maka
seharusnya ia di hukum dengan cara potong tangan. Agar nanti yang
melihatnya akan takut dan tidak akan melakukan hal itu. seperti yang
diajarkan dalam Islam.
Kalaupun dalam mempraktekkan hukuman potong tangan ini belum
bisa di terapkan, maka kami berharap agar seorang pejabat yang telah
terpidana korupsi agar tidak lagi dimasukkan dalam dunia politik mana
saja.
Melihat hukuman yang ada di Indonesia ini, maka tidak bisa
dipungkiri bahwa tindak korupsi masih saja ada, karena mereka melihat
hukumannya tidak terlalu berat. Untuk membasmikannyapun sangat sulit.

8

Sebab akar dari permasalahan ini, tidak pernah digali dan dikeluarkan
mentah-mentah.
Sungguh ironi jika menengok hukum yang ada di Negara ini, mudah
diombang-ambingkan dengan kialuan uang. Bagaimanapun kerasnya KPK
memberantas korupsi, tidak akan pernah berhasil, jika hukum yang ada di
Negara ini masih lemah, dan mudah rapuh.
Maka hal ini, pemakalah sangat berharap bagi pemerintah agar
sistemnya diatur kembali dan di pertegas lagi.

9

PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi adalah kecurangan, penyelewengan atau penyalahgunaan
jabatan untuk kepentingan diri sendiri.
Harta benda koruptor adalah harta benda yang dihasilkan dari
tindak pidana korupsi.
Pembuktian secara etimologi adalah usaha menunjukan benar atau
salahnya si terdakwah dalam siding pengadilan. Sedangkan menurut Van
Bemmelen dan Moeljatno, pembuktian adalah memberikan kepastian yang
layak menurut akal tentang apakah hal itu sungguh-sungguh terjadi dan apa
sebabnya.
Dalam mempergunakan alat bukti, tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang. Terdakwa tidak bisa leluasa mempertahankan sesuatu
yang menurutnya benar diluar ketentuan undang-undang.
B. Saran
Untuk dapat mengenal lebih dalam lagi mengenai dunia politik kita perlu
banyak belajar tentang hal-hal yang berkaitan dengan dunia politik
terutama dalam tindak pidana yang dapat merugikan masyarakat perlu
diwaspadai. Dalam makalah ini kami sudah membuat dengan sedetail
mungkin, namun jika masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan
harap kritaikan dan masukannya.

10