AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK PERSEDIAAN
MAKALAH SEMINAR
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
PERSEDIAAN
MADE GDE SATRIA BELA
A31115753
S1 STAR-BPKP BATCH 2
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan modul akuntansi forensik ini. Terima kasih
sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Dosen Dr. H. Arifuddin, S.E., M.Si., Ak.
CA yang telah memberikan bimbingan dan pembelajaran komprehensif kepada penulis.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan dan memperluas ilmu
tentang akuntansi sektor publik yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber, khususnya akuntansi pemerintahan. Kami berharap makalah ini dapat membantu
mahasiswa dalam mempelajari dan memahami konsep dan implementasi dari akuntansi
sektor publik secara lebih mendalam sehingga memberikan manfaat dan kontribusi bagi
perkembangan ilmu akuntansi sektor publik.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Makassar,
September 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A.
LATAR BELAKANG.................................................................................................... 1
B.
RUANG LINGKUP...................................................................................................... 1
C. TUJUAN ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
A.
GAMBARAN UMUM................................................................................................... 3
1.
Definisi Persediaan ................................................................................................. 3
2.
Klasifikasi................................................................................................................ 3
B.
PENGAKUAN............................................................................................................. 4
1.
Pengakuan Persediaan........................................................................................... 4
2.
Pengakuan Beban Persediaan................................................................................ 4
3.
Selisih Persediaan .................................................................................................. 5
C. PENGUKURAN .......................................................................................................... 5
D. SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN ..................................................................... 6
1.
Metode Perpetual ................................................................................................... 6
2.
Metode Periodik...................................................................................................... 6
E.
F.
SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN ......................................................................... 7
1.
Pihak-Pihak Yang Terkait........................................................................................ 7
2.
Dokumen Yang Digunakan ..................................................................................... 8
3.
Jurnal Standar ........................................................................................................ 8
PENYAJIAN ............................................................................................................. 12
G. PENGUNGKAPAN ................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 13
A.
KESIMPULAN .......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
yang berbasis akrual, mengatur bahwa pendapatan diakui pada saat timbulnya hak atas
pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi dan beban diakui pada
saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset atau terjadinya penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa sedangkan belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari
rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
Definisi aset menurut PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan, adalah sumber
daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan
budaya.
Paragraf 90 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa aset diakui pada saat
potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau
biaya yang dapat diukur dengan andal. Sejalan dengan penerapan basis akrual, Paragraf 91
menjelaskan bahwa aset dalam bentuk piutang atau beban dibayar di muka diakui ketika hak
klaim untuk mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas lain telah
atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau diestimasi.
Salah satu aset yang ada di dalam neraca adalah persediaan. Persediaan adalah aset
lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung
kegiatan operasional pemerintah, dan barang barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau
diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka dirasakan perlunya makalah
tentang Persediaan, untuk memberikan panduan agar terdapat kesamaan pemahaman
tentang cara mengindentifikasi, mengukur, dan menyajikan pos persediaan, baik oleh
penyusun laporan, pengguna laporan, dan institusi yang melakukan audit atas Laporan
Keuangan Pemerintah.
B. RUANG LINGKUP
Makalah Akuntansi Persediaan ini secara khusus mempelajari akuntansi persediaan
dalam penerapan akuntansi berbasis akrual yang diterapkan dalam penyajian seluruh
1
persediaan dalam laporan keuangan untuk tujuan umum, serta untuk seluruh entitas
pemerintah pusat dan daerah tidak termasuk perusahaan negara/daerah.
C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran
mengenai akuntansi persediaan pada umumnya, khususnya dalam proses mengakui,
mengukur, menyajikan, dan mengungkapkan persediaan dan peristiwa/kejadian/transaksi
yang mempengaruhi persediaan dalam laporan keuangan pemerintah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM
1. Definisi Persediaan
PSAP Nomor 05 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 menyatakan bahwa
persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan
untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang dimaksudkan
untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
2. Klasifikasi
Suatu aset dapat diklasifikasikan sebagai persediaan manakala aset tersebut
memenuhi salah satu kriteria yang disebutkan dalam PSAP Nomor 05, yaitu:
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional
pemerintah. Termasuk dalam kelompok ini adalah barang pakai habis seperti alat tulis
kantor, barang tak pakai habis seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas
pakai seperti komponen bekas;
b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi.
Persediaan dalam kelompok ini meliputi bahan yang digunakan dalam proses produksi
seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian, dan lain-lain;
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat. Contoh persediaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah alat-alat
pertanian setengah jadi;
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintahan. Contohnya adalah hewan/tanaman.
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk
digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai
seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
Dalam hal pemerintah memproduksi sendiri, persediaan juga meliputi bahan yang
digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian. Barang
hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai persediaan, contohnya alat-alat
pertanian setengah jadi.
Dalam hal pemerintah menyimpan barang untuk tujuan cadangan strategis seperti
cadangan energi (misalnya minyak) atau untuk tujuan berjaga-jaga seperti cadangan pangan
(misalnya beras), barang-barang dimaksud diakui sebagai persediaan.
3
Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Dalam Bagan Akun Standar Permendagri Nomor 64 Tahun 2013, persediaan
diklasifikasikan sebagai berikut:
B. PENGAKUAN
1. Pengakuan Persediaan
Persediaan diakui (a) pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
pemerintah daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal, (b) pada
saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
Pada akhir periode akuntansi catatan persediaan disesuaikan dengan hasil
inventarisasi fisik.
2. Pengakuan Beban Persediaan
Terdapat dua pendekatan pengakuan beban persediaan, yaitu pendekatan aset dan
pendekatan beban.
4
1) Dalam pendekatan aset, pengakuan beban persediaan diakui ketika persediaan telah
dipakai atau dikonsumsi. Pendekatan aset digunakan untuk persediaan-persediaan yang
maksudpenggunaannya untuk selama satu periode akuntansi, atau untuk maksud
berjaga-jaga. Contohnya antara lain adalah persediaan obat di rumah sakit, persediaan di
sekretariat SKPD.
2) Dalam pendekatan beban, setiap pembelian persediaan akan langsung dicatat sebagai
beban persediaan. Pendekatan beban digunakan untuk persediaan-persediaan yang
maksud penggunaannya untuk waktu yang segera/tidak dimaksudkan untuk sepanjang
satu periode. Contohnya adalah persediaan untuk suatu kegiatan.
3. Selisih Persediaan
Sering kali terjadi selisih persediaan antara catatan persediaan menurut bendahara
barang/pengurus barang atau catatan persediaan menurut fungsi akuntansi dengan hasil
stock opname. Selisihpersediaan dapat disebabkan karena persediaan hilang, usang,
kadaluarsa, atau rusak.
Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang normal, maka
selisih persediaan ini diperlakukan sebagai beban.
Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang abnormal, maka
selisih persediaan ini diperlakukan sebagai kerugian daerah.
C. PENGUKURAN
Persediaan disajikan sebesar:
1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan persediaan
meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang
secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat,
dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.
2) Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Harga pokok
produksi persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang
diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara sistematis.
3) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi. Harga/nilai wajar
persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang
memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar (arm length transaction).
Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai dengan menggunakan
nilai wajar.
Persediaan
dinilai
dengan
menggunakan
(Metode
Masuk
Pertama
Keluar
Pertama/Metode Rata-rata Tertimbang/Metode Harga Pembelian Terakhir apabila setiap unit
5
persediaan nilainya tidak material dan bermacam-macam jenis). Harga pembelian terakhir
(nilai sesuai dengan barang persediaan yang dibeli terakhir kali) jika persediaan dicatat secara
periodik berdasarkan hasil inventarisasi. Metode FIFO (Fisrt In First Out) jika persediaan
dicatat secara perpetual. Metode FIFO adalah metode pengukuran nilai persediaan dimana
persediaan yang pertama kali masuk itulah yang pertama kali dicatat sebagai barang yang
digunakan.
D. SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN
Persediaan dicatat dengan metode perpetual/periodik.
1. Metode Perpetual
Dalam metode perpetual, fungsi akuntansi selalu mengkinikan nilai persediaan setiap
ada persediaan yang masuk maupun keluar. Metode ini digunakan untuk jenis persediaan
yang berkaitan dengan operasional utama di SKPD dan membutuhkan pengendalian yang
kuat. Contohnya adalah persediaan obat-obatan di RSUD, persediaan pupuk di dinas
pertanian, dan lain sebagainya. Dalam metode perpetual, pengukuran pemakaian persediaan
dihitung berdasarkan catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan dengan nilai per unit sesuai
metode penilaian yang digunakan. Prosedur akuntansi metode periodik adalah sebagai
berikut.
1) Berdasarkan tembusan SP2D dari BUD atas pembelian barang persediaan, PPK
SKPD akan mencatat Belanja Bahan Habis Pakai.
2) Berdasarkan tembusan SP2D dari BUD/Invoice, PPK SKPD akan mencatat
Perseidaan dan RK PPKD pengakuan Piutang.
3) Berdasarkan bukti memorial, pada saat penggunaan/pemakaian persediaan, PPK
SKPD akan mencatat pengakuan Beban Persediaan dan pengurangan Persediaan.
4) Persediaan akhir merupakan saldo Persediaan awal ditambah pembelian dikurangi
pemakaian Persediaan selama tahun berjalan.
2. Metode Periodik
Dalam metode periodik, fungsi akuntansi tidak langsung mengkinikan nilai persediaan
ketika terjadi pemakaian. Jumlah persediaan akhir diketahui dengan melakukan perhitungan
fisik (stock opname) pada akhir periode. Pada akhir periode inilah dibuat jurnal penyesuaian
untuk mengkinikan nilai persediaan. Metode ini dapat digunakan untuk persediaan yang
sifatnya sebagai pendukung kegiatan SKPD, contohnya adalah persediaan ATK di sekretariat
SKPD. Dalam metode ini, pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan
inventarisasi fisik, yaitu dengan cara saldo awal persediaan ditambah pembelian atau
perolehan persediaan dikurangi dengan saldo akhir persediaan dikalikan nilai per unit sesuai
6
dengan metode penilaian yang digunakan. Prosedur akuntansi metode periodik adalah
sebagai berikut.
1) Pada awal tahun, berdasarkan Bukti Memorial, PPK-SKPD mencatat pengakuan
Beban Perseidaan dan pengurangan Persediaan atas persediaan awal pada
neraca.
2) Berdasarkan tembusan SP2D dari BUD/Invoice, PPK-SKPD akan mencatat
pengakuan Beban Persediaan dan RK PPKD pengakuan Utang. Berdasarkan
tembusan SP2D tersebut, PPK SKPD juga akan mencatat Belanja Bahan Habis
Pakai.
3) Pemakaikan persediaan pada periode berjalan tidak dibukukan.
4) Pada akhir tahun, berdasarkan tembusan berita acara hasil opname fisik persediaan
dari bagian gudang, PPK SKPD akan melakukan pencatatan Persediaan (akhir) dan
pengurangan Beban Persediaan.
E. SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN
Akuntasi Persediaan pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaoran atas transaksitransaksi yang terkait dengan Persediaan. Terdapat dua metode yang mempengaruhi sistem
dan prosedur akuntansi persediaan seperti yang di jelaskan pada subbab sebelumnya, yaitu
metode perpetual dan periodik.
1. Pihak-Pihak Yang Terkait
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi persediaan antara lain adalah:
a. Bendahara Barang atau Pengurus Barang
Dalam sistem akuntansi persediaan, bendahara barang/pengurus barang bertugas
untuk menyiapkan dan menyampaikan dokumendokumen atas pengelolaan persediaan.
b. Bendahara Pengeluaran
Dalam sistem akuntansi persediaan, bendahara pengeluaran bertugas untuk
menyiapkan dan menyampaikan dokumen-dokumen atas transaksi tunai yang berkaitan
dengan persediaan.
c. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
Dalam sistem akuntansi persediaan, pejabat pelaksana teknis kegiatan bertugas untuk
menyiapkan dokumen atas beban pengeluaran pelaksanaan pengadaan persediaan.
d. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
Dalam sistem akuntansi persediaan, pejabat penatausahaan keuangan SKPD bertugas
untuk melakukan proses akuntansi persediaan yang dimulai dari jurnal hingga penyajian
laporan keuangan SKPD.
7
2. Dokumen Yang Digunakan
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi persediaan antara lain
adalah:
a. Bukti Belanja Persediaan
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk melakukan jurnal pengakuan beban
persediaan dan belanja persediaan dengan cara pembayaran UP.
b. Berita Acara Serah Terima Barang
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk melakukan jurnal atas pengakuan
beban persediaan dengan cara pembayaran LS.
c. Berita Acara Pemeriksaan Persediaan
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk melakukan jurnal penyesuaian untuk
pengakuan beban persediaan setelah dilakukannya stock opname.
d. SP2D LS
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk pengakuan belanja persediaan
dengan cara pembayaran LS.
3. Jurnal Standar
a. Pencatatan Persediaan dengan Metode Periodik
Pembelian persediaan dapat dilakukan dengan menggunakan UP (Uang Persediaan)
maupun LS (Langsung). Ketika SKPD melakukan pembelian persediaan dengan
menggunakan UP, bendahara pengeluaran SKPD akan menyerahkan bukti belanja
persediaan kepada PPK SKPD. Bukti transaksi ini akan menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk
melakukan pengakuan persediaan. PPK SKPD akan mencatat jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Persediaan
Debet
Kredit
xxx
Kas Di Bendahara Pengeluaran
xxx
Jurnal LRA
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
Belanja Persediaan
xxx
Perubahan SAL
Uraian
8
Debet
Kredit
xxx
xxx
Jika SKPD melakukan pembelian persediaan dengan menggunakan LS, pengakuan
persediaan dilakukan berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang. Berita Acara Serah
Terima Barang tersebut menjadi dasar bagi PPK-SKPD untuk menjurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Persediaan
Debet
Kredit
xxx
Utang Belanja Barang dan Jasa
xxx
Ketika SP2D LS untuk pembayaran persediaan telah terbit, PPK-SKPD akan
menghapus utang belanja dengan menjurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Utang Belanja Barang dan Jasa
Debet
Kredit
xxx
RK PPKD
xxx
Jurnal LRA
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
Belanja Persediaan
xxx
Perubahan SAL
Uraian
Debet
Kredit
xxx
xxx
Pada akhir periode (bulanan, triwulanan, semesteran), sebelum menyusun laporan
keuangan, bagian gudang akan melakukan stock opname untuk mengetahui sisa persediaan
yang dimiliki. Berdasarkan berita acara hasil perhitungan persediaan akhir tahun (stock
opname), PPK-SKPD akan menjurnal sebagai berikut:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Beban Persediaan
Persediaan
Debet
Kredit
xxx
xxx
*Sebesar persediaan yang dipakai
b. Pencatatan Persediaan dengan Metode Perpetual
Ketika SKPD melakukan pembelian persediaan dengan menggunakan UP, bendahara
pengeluaran SKPD akan menyerahkan bukti belanja persediaan kepada PPK SKPD. Bukti
transaksi ini akan menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk menjurnal:
9
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Persediaan
Debet
Kredit
xxx
Kas Di Bendahara Pengeluaran
xxx
Jurnal LRA
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
Belanja Persediaan
xxx
Perubahan SAL
Uraian
Debet
Kredit
xxx
xxx
Jika SKPD melakukan pembelian persediaan dengan menggunakan LS, pengakuan
persediaan dilakukan berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang. Berita Acara Serah
Terima Barang tersebut menjadi dasar bagi PPK-SKPD untuk menjurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Persediaan
Debet
Kredit
xxx
Utang Belanja Barang dan Jasa
xxx
Ketika SP2D LS untuk pembayaran persediaan terbit, PPK-SKPD akan menjurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Utang Belanja Barang dan Jasa
Debet
Kredit
xxx
RK PPKD
xxx
Jurnal LRA
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
Belanja Persediaan
xxx
Perubahan SAL
Uraian
Debet
Kredit
xxx
xxx
Berdasarkan dokumen yang menjelaskan penggunaan/pemakaian persediaan (untuk
metode perpetual), seperti Kartu Inventaris Barang (KIB), Buku Inventaris (BI), dan kartu
kendali barang, PPK SKPD akan mengakui beban persediaan sejumlah yang terpakai dengan
menjurnal:
10
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Beban Persediaan
Persediaan
Debet
Kredit
xxx
xxx
Jurnal standar dari setiap jenis transaksi terkait persediaan tersebut secara ringkas
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Jurnal Standar Persediaan dengan Sistem Pencatatan Periodik
Jurnal Standar Persediaan dengan Sistem Pencatatan Perpetual
11
F. PENYAJIAN
Persediaan disajikan sebagai bagian dari aset lancar. Berikut ini adalah contoh
penyajian persediaan dalam Neraca Pemerintah Daerah.
G. PENGUNGKAPAN
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah mengungkapkan:
1) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;
2) penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan
dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses
produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan
barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat; dan
3) jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang.
Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi
diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Persediaan bahan baku dan
perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola untuk membangun aset tetap dibebankan ke
akun Konstruksi Dalam Pengerjaan apabila sampai dengan tanggal pelaporan konstruksi
belum terselesaikan.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aset dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies) yang diperoleh dengan maksud
untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah atau barang-barang yang dimaksudkan
untuk dijual dan atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dalam kurun
waktu 12 bulan dari tanggal pelaporan. Persediaan dapat terdiri dari:
a. Barang konsumsi;
b. Amunisi;
c. Bahan untuk pemeliharaan;
d. Suku cadang;
e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga;
f.
Pita cukai dan leges;
g. Bahan baku;
h. Barang dalam proses/setengah jadi;
i.
Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
j.
Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
Prinsip Pengakuan dan Pengukuran:
1) Persediaan dinilai dengan perhitungan fisik pada akhir periode.
2) Persediaan yang berasal dari pembelian, maka di nilai berdasarkan Biaya perolehan.
3) Persediaan yang diperoleh dengan memproduksi sendiri maka dinilai berdasarkan biaya
Standar.
4) Persediaan yang diperoleh dengan cara lain seperti hibah atu rampasan dinilai sebesar
Nilai wajar.
5) Saldo persediaan tersebut dihitung berdasarkan harga pembelian terakhir.
Sistem dan prosedur akuntansi persediaan terdiri dari metode periodik dan metode
perpetual. Dalam metode perpetual, fungsi akuntansi selalu mengkinikan nilai persediaan
setiap ada persediaan yang masuk maupun keluar. Dalam metode periodik, fungsi akuntansi
tidak langsung mengkinikan nilai persediaan ketika terjadi pemakaian. Jumlah persediaan
akhir diketahui dengan melakukan perhitungan fisik (stock opname) pada akhir periode.
Penyajian Persediaan dilaporkan dalam Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Buku II Sistem Dan Prosedur Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual. 2014. Deputi
Pengawasan Bidang Penyelengkaraan Keuangan Daerah. BPKP
Lampiran I Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah dan SKPD. 2014. Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan. Kementerian Keuangan.
Modul 1 Konsep Dan Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam Negeri.
Modul 2 pengantar Ilustrasi Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian
Dalam Negeri.
Modul 3 Pengantar Modul Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam
Negeri.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem
Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual di Pemerintah Daerah.
14
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
PERSEDIAAN
MADE GDE SATRIA BELA
A31115753
S1 STAR-BPKP BATCH 2
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan modul akuntansi forensik ini. Terima kasih
sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Dosen Dr. H. Arifuddin, S.E., M.Si., Ak.
CA yang telah memberikan bimbingan dan pembelajaran komprehensif kepada penulis.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan dan memperluas ilmu
tentang akuntansi sektor publik yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber, khususnya akuntansi pemerintahan. Kami berharap makalah ini dapat membantu
mahasiswa dalam mempelajari dan memahami konsep dan implementasi dari akuntansi
sektor publik secara lebih mendalam sehingga memberikan manfaat dan kontribusi bagi
perkembangan ilmu akuntansi sektor publik.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Makassar,
September 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A.
LATAR BELAKANG.................................................................................................... 1
B.
RUANG LINGKUP...................................................................................................... 1
C. TUJUAN ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
A.
GAMBARAN UMUM................................................................................................... 3
1.
Definisi Persediaan ................................................................................................. 3
2.
Klasifikasi................................................................................................................ 3
B.
PENGAKUAN............................................................................................................. 4
1.
Pengakuan Persediaan........................................................................................... 4
2.
Pengakuan Beban Persediaan................................................................................ 4
3.
Selisih Persediaan .................................................................................................. 5
C. PENGUKURAN .......................................................................................................... 5
D. SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN ..................................................................... 6
1.
Metode Perpetual ................................................................................................... 6
2.
Metode Periodik...................................................................................................... 6
E.
F.
SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN ......................................................................... 7
1.
Pihak-Pihak Yang Terkait........................................................................................ 7
2.
Dokumen Yang Digunakan ..................................................................................... 8
3.
Jurnal Standar ........................................................................................................ 8
PENYAJIAN ............................................................................................................. 12
G. PENGUNGKAPAN ................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 13
A.
KESIMPULAN .......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
yang berbasis akrual, mengatur bahwa pendapatan diakui pada saat timbulnya hak atas
pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi dan beban diakui pada
saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset atau terjadinya penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa sedangkan belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari
rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
Definisi aset menurut PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan, adalah sumber
daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan
budaya.
Paragraf 90 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa aset diakui pada saat
potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau
biaya yang dapat diukur dengan andal. Sejalan dengan penerapan basis akrual, Paragraf 91
menjelaskan bahwa aset dalam bentuk piutang atau beban dibayar di muka diakui ketika hak
klaim untuk mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas lain telah
atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau diestimasi.
Salah satu aset yang ada di dalam neraca adalah persediaan. Persediaan adalah aset
lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung
kegiatan operasional pemerintah, dan barang barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau
diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka dirasakan perlunya makalah
tentang Persediaan, untuk memberikan panduan agar terdapat kesamaan pemahaman
tentang cara mengindentifikasi, mengukur, dan menyajikan pos persediaan, baik oleh
penyusun laporan, pengguna laporan, dan institusi yang melakukan audit atas Laporan
Keuangan Pemerintah.
B. RUANG LINGKUP
Makalah Akuntansi Persediaan ini secara khusus mempelajari akuntansi persediaan
dalam penerapan akuntansi berbasis akrual yang diterapkan dalam penyajian seluruh
1
persediaan dalam laporan keuangan untuk tujuan umum, serta untuk seluruh entitas
pemerintah pusat dan daerah tidak termasuk perusahaan negara/daerah.
C. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran
mengenai akuntansi persediaan pada umumnya, khususnya dalam proses mengakui,
mengukur, menyajikan, dan mengungkapkan persediaan dan peristiwa/kejadian/transaksi
yang mempengaruhi persediaan dalam laporan keuangan pemerintah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM
1. Definisi Persediaan
PSAP Nomor 05 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 menyatakan bahwa
persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan
untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang dimaksudkan
untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
2. Klasifikasi
Suatu aset dapat diklasifikasikan sebagai persediaan manakala aset tersebut
memenuhi salah satu kriteria yang disebutkan dalam PSAP Nomor 05, yaitu:
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional
pemerintah. Termasuk dalam kelompok ini adalah barang pakai habis seperti alat tulis
kantor, barang tak pakai habis seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas
pakai seperti komponen bekas;
b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi.
Persediaan dalam kelompok ini meliputi bahan yang digunakan dalam proses produksi
seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian, dan lain-lain;
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat. Contoh persediaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah alat-alat
pertanian setengah jadi;
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka
kegiatan pemerintahan. Contohnya adalah hewan/tanaman.
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk
digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai
seperti komponen peralatan dan pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
Dalam hal pemerintah memproduksi sendiri, persediaan juga meliputi bahan yang
digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian. Barang
hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai persediaan, contohnya alat-alat
pertanian setengah jadi.
Dalam hal pemerintah menyimpan barang untuk tujuan cadangan strategis seperti
cadangan energi (misalnya minyak) atau untuk tujuan berjaga-jaga seperti cadangan pangan
(misalnya beras), barang-barang dimaksud diakui sebagai persediaan.
3
Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Dalam Bagan Akun Standar Permendagri Nomor 64 Tahun 2013, persediaan
diklasifikasikan sebagai berikut:
B. PENGAKUAN
1. Pengakuan Persediaan
Persediaan diakui (a) pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh
pemerintah daerah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal, (b) pada
saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
Pada akhir periode akuntansi catatan persediaan disesuaikan dengan hasil
inventarisasi fisik.
2. Pengakuan Beban Persediaan
Terdapat dua pendekatan pengakuan beban persediaan, yaitu pendekatan aset dan
pendekatan beban.
4
1) Dalam pendekatan aset, pengakuan beban persediaan diakui ketika persediaan telah
dipakai atau dikonsumsi. Pendekatan aset digunakan untuk persediaan-persediaan yang
maksudpenggunaannya untuk selama satu periode akuntansi, atau untuk maksud
berjaga-jaga. Contohnya antara lain adalah persediaan obat di rumah sakit, persediaan di
sekretariat SKPD.
2) Dalam pendekatan beban, setiap pembelian persediaan akan langsung dicatat sebagai
beban persediaan. Pendekatan beban digunakan untuk persediaan-persediaan yang
maksud penggunaannya untuk waktu yang segera/tidak dimaksudkan untuk sepanjang
satu periode. Contohnya adalah persediaan untuk suatu kegiatan.
3. Selisih Persediaan
Sering kali terjadi selisih persediaan antara catatan persediaan menurut bendahara
barang/pengurus barang atau catatan persediaan menurut fungsi akuntansi dengan hasil
stock opname. Selisihpersediaan dapat disebabkan karena persediaan hilang, usang,
kadaluarsa, atau rusak.
Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang normal, maka
selisih persediaan ini diperlakukan sebagai beban.
Jika selisih persediaan dipertimbangkan sebagai suatu jumlah yang abnormal, maka
selisih persediaan ini diperlakukan sebagai kerugian daerah.
C. PENGUKURAN
Persediaan disajikan sebesar:
1) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan persediaan
meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang
secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat,
dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.
2) Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Harga pokok
produksi persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang
diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara sistematis.
3) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi. Harga/nilai wajar
persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang
memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar (arm length transaction).
Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai dengan menggunakan
nilai wajar.
Persediaan
dinilai
dengan
menggunakan
(Metode
Masuk
Pertama
Keluar
Pertama/Metode Rata-rata Tertimbang/Metode Harga Pembelian Terakhir apabila setiap unit
5
persediaan nilainya tidak material dan bermacam-macam jenis). Harga pembelian terakhir
(nilai sesuai dengan barang persediaan yang dibeli terakhir kali) jika persediaan dicatat secara
periodik berdasarkan hasil inventarisasi. Metode FIFO (Fisrt In First Out) jika persediaan
dicatat secara perpetual. Metode FIFO adalah metode pengukuran nilai persediaan dimana
persediaan yang pertama kali masuk itulah yang pertama kali dicatat sebagai barang yang
digunakan.
D. SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN
Persediaan dicatat dengan metode perpetual/periodik.
1. Metode Perpetual
Dalam metode perpetual, fungsi akuntansi selalu mengkinikan nilai persediaan setiap
ada persediaan yang masuk maupun keluar. Metode ini digunakan untuk jenis persediaan
yang berkaitan dengan operasional utama di SKPD dan membutuhkan pengendalian yang
kuat. Contohnya adalah persediaan obat-obatan di RSUD, persediaan pupuk di dinas
pertanian, dan lain sebagainya. Dalam metode perpetual, pengukuran pemakaian persediaan
dihitung berdasarkan catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan dengan nilai per unit sesuai
metode penilaian yang digunakan. Prosedur akuntansi metode periodik adalah sebagai
berikut.
1) Berdasarkan tembusan SP2D dari BUD atas pembelian barang persediaan, PPK
SKPD akan mencatat Belanja Bahan Habis Pakai.
2) Berdasarkan tembusan SP2D dari BUD/Invoice, PPK SKPD akan mencatat
Perseidaan dan RK PPKD pengakuan Piutang.
3) Berdasarkan bukti memorial, pada saat penggunaan/pemakaian persediaan, PPK
SKPD akan mencatat pengakuan Beban Persediaan dan pengurangan Persediaan.
4) Persediaan akhir merupakan saldo Persediaan awal ditambah pembelian dikurangi
pemakaian Persediaan selama tahun berjalan.
2. Metode Periodik
Dalam metode periodik, fungsi akuntansi tidak langsung mengkinikan nilai persediaan
ketika terjadi pemakaian. Jumlah persediaan akhir diketahui dengan melakukan perhitungan
fisik (stock opname) pada akhir periode. Pada akhir periode inilah dibuat jurnal penyesuaian
untuk mengkinikan nilai persediaan. Metode ini dapat digunakan untuk persediaan yang
sifatnya sebagai pendukung kegiatan SKPD, contohnya adalah persediaan ATK di sekretariat
SKPD. Dalam metode ini, pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan
inventarisasi fisik, yaitu dengan cara saldo awal persediaan ditambah pembelian atau
perolehan persediaan dikurangi dengan saldo akhir persediaan dikalikan nilai per unit sesuai
6
dengan metode penilaian yang digunakan. Prosedur akuntansi metode periodik adalah
sebagai berikut.
1) Pada awal tahun, berdasarkan Bukti Memorial, PPK-SKPD mencatat pengakuan
Beban Perseidaan dan pengurangan Persediaan atas persediaan awal pada
neraca.
2) Berdasarkan tembusan SP2D dari BUD/Invoice, PPK-SKPD akan mencatat
pengakuan Beban Persediaan dan RK PPKD pengakuan Utang. Berdasarkan
tembusan SP2D tersebut, PPK SKPD juga akan mencatat Belanja Bahan Habis
Pakai.
3) Pemakaikan persediaan pada periode berjalan tidak dibukukan.
4) Pada akhir tahun, berdasarkan tembusan berita acara hasil opname fisik persediaan
dari bagian gudang, PPK SKPD akan melakukan pencatatan Persediaan (akhir) dan
pengurangan Beban Persediaan.
E. SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN
Akuntasi Persediaan pada SKPD meliputi pencatatan dan pelaoran atas transaksitransaksi yang terkait dengan Persediaan. Terdapat dua metode yang mempengaruhi sistem
dan prosedur akuntansi persediaan seperti yang di jelaskan pada subbab sebelumnya, yaitu
metode perpetual dan periodik.
1. Pihak-Pihak Yang Terkait
Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi persediaan antara lain adalah:
a. Bendahara Barang atau Pengurus Barang
Dalam sistem akuntansi persediaan, bendahara barang/pengurus barang bertugas
untuk menyiapkan dan menyampaikan dokumendokumen atas pengelolaan persediaan.
b. Bendahara Pengeluaran
Dalam sistem akuntansi persediaan, bendahara pengeluaran bertugas untuk
menyiapkan dan menyampaikan dokumen-dokumen atas transaksi tunai yang berkaitan
dengan persediaan.
c. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
Dalam sistem akuntansi persediaan, pejabat pelaksana teknis kegiatan bertugas untuk
menyiapkan dokumen atas beban pengeluaran pelaksanaan pengadaan persediaan.
d. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
Dalam sistem akuntansi persediaan, pejabat penatausahaan keuangan SKPD bertugas
untuk melakukan proses akuntansi persediaan yang dimulai dari jurnal hingga penyajian
laporan keuangan SKPD.
7
2. Dokumen Yang Digunakan
Dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem akuntansi persediaan antara lain
adalah:
a. Bukti Belanja Persediaan
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk melakukan jurnal pengakuan beban
persediaan dan belanja persediaan dengan cara pembayaran UP.
b. Berita Acara Serah Terima Barang
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk melakukan jurnal atas pengakuan
beban persediaan dengan cara pembayaran LS.
c. Berita Acara Pemeriksaan Persediaan
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk melakukan jurnal penyesuaian untuk
pengakuan beban persediaan setelah dilakukannya stock opname.
d. SP2D LS
Dokumen ini merupakan dokumen sumber untuk pengakuan belanja persediaan
dengan cara pembayaran LS.
3. Jurnal Standar
a. Pencatatan Persediaan dengan Metode Periodik
Pembelian persediaan dapat dilakukan dengan menggunakan UP (Uang Persediaan)
maupun LS (Langsung). Ketika SKPD melakukan pembelian persediaan dengan
menggunakan UP, bendahara pengeluaran SKPD akan menyerahkan bukti belanja
persediaan kepada PPK SKPD. Bukti transaksi ini akan menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk
melakukan pengakuan persediaan. PPK SKPD akan mencatat jurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Persediaan
Debet
Kredit
xxx
Kas Di Bendahara Pengeluaran
xxx
Jurnal LRA
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
Belanja Persediaan
xxx
Perubahan SAL
Uraian
8
Debet
Kredit
xxx
xxx
Jika SKPD melakukan pembelian persediaan dengan menggunakan LS, pengakuan
persediaan dilakukan berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang. Berita Acara Serah
Terima Barang tersebut menjadi dasar bagi PPK-SKPD untuk menjurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Persediaan
Debet
Kredit
xxx
Utang Belanja Barang dan Jasa
xxx
Ketika SP2D LS untuk pembayaran persediaan telah terbit, PPK-SKPD akan
menghapus utang belanja dengan menjurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Utang Belanja Barang dan Jasa
Debet
Kredit
xxx
RK PPKD
xxx
Jurnal LRA
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
Belanja Persediaan
xxx
Perubahan SAL
Uraian
Debet
Kredit
xxx
xxx
Pada akhir periode (bulanan, triwulanan, semesteran), sebelum menyusun laporan
keuangan, bagian gudang akan melakukan stock opname untuk mengetahui sisa persediaan
yang dimiliki. Berdasarkan berita acara hasil perhitungan persediaan akhir tahun (stock
opname), PPK-SKPD akan menjurnal sebagai berikut:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Beban Persediaan
Persediaan
Debet
Kredit
xxx
xxx
*Sebesar persediaan yang dipakai
b. Pencatatan Persediaan dengan Metode Perpetual
Ketika SKPD melakukan pembelian persediaan dengan menggunakan UP, bendahara
pengeluaran SKPD akan menyerahkan bukti belanja persediaan kepada PPK SKPD. Bukti
transaksi ini akan menjadi dasar bagi PPK SKPD untuk menjurnal:
9
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Persediaan
Debet
Kredit
xxx
Kas Di Bendahara Pengeluaran
xxx
Jurnal LRA
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
Belanja Persediaan
xxx
Perubahan SAL
Uraian
Debet
Kredit
xxx
xxx
Jika SKPD melakukan pembelian persediaan dengan menggunakan LS, pengakuan
persediaan dilakukan berdasarkan Berita Acara Serah Terima Barang. Berita Acara Serah
Terima Barang tersebut menjadi dasar bagi PPK-SKPD untuk menjurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Persediaan
Debet
Kredit
xxx
Utang Belanja Barang dan Jasa
xxx
Ketika SP2D LS untuk pembayaran persediaan terbit, PPK-SKPD akan menjurnal:
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Utang Belanja Barang dan Jasa
Debet
Kredit
xxx
RK PPKD
xxx
Jurnal LRA
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
Belanja Persediaan
xxx
Perubahan SAL
Uraian
Debet
Kredit
xxx
xxx
Berdasarkan dokumen yang menjelaskan penggunaan/pemakaian persediaan (untuk
metode perpetual), seperti Kartu Inventaris Barang (KIB), Buku Inventaris (BI), dan kartu
kendali barang, PPK SKPD akan mengakui beban persediaan sejumlah yang terpakai dengan
menjurnal:
10
Jurnal LO dan Neraca
Tanggal
xxx
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
xxx
xxx
xxx
Uraian
Beban Persediaan
Persediaan
Debet
Kredit
xxx
xxx
Jurnal standar dari setiap jenis transaksi terkait persediaan tersebut secara ringkas
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Jurnal Standar Persediaan dengan Sistem Pencatatan Periodik
Jurnal Standar Persediaan dengan Sistem Pencatatan Perpetual
11
F. PENYAJIAN
Persediaan disajikan sebagai bagian dari aset lancar. Berikut ini adalah contoh
penyajian persediaan dalam Neraca Pemerintah Daerah.
G. PENGUNGKAPAN
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah mengungkapkan:
1) kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;
2) penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan
dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses
produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan
barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat; dan
3) jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang.
Persediaan dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi
diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Persediaan bahan baku dan
perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola untuk membangun aset tetap dibebankan ke
akun Konstruksi Dalam Pengerjaan apabila sampai dengan tanggal pelaporan konstruksi
belum terselesaikan.
12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aset dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies) yang diperoleh dengan maksud
untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah atau barang-barang yang dimaksudkan
untuk dijual dan atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dalam kurun
waktu 12 bulan dari tanggal pelaporan. Persediaan dapat terdiri dari:
a. Barang konsumsi;
b. Amunisi;
c. Bahan untuk pemeliharaan;
d. Suku cadang;
e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga;
f.
Pita cukai dan leges;
g. Bahan baku;
h. Barang dalam proses/setengah jadi;
i.
Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
j.
Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
Prinsip Pengakuan dan Pengukuran:
1) Persediaan dinilai dengan perhitungan fisik pada akhir periode.
2) Persediaan yang berasal dari pembelian, maka di nilai berdasarkan Biaya perolehan.
3) Persediaan yang diperoleh dengan memproduksi sendiri maka dinilai berdasarkan biaya
Standar.
4) Persediaan yang diperoleh dengan cara lain seperti hibah atu rampasan dinilai sebesar
Nilai wajar.
5) Saldo persediaan tersebut dihitung berdasarkan harga pembelian terakhir.
Sistem dan prosedur akuntansi persediaan terdiri dari metode periodik dan metode
perpetual. Dalam metode perpetual, fungsi akuntansi selalu mengkinikan nilai persediaan
setiap ada persediaan yang masuk maupun keluar. Dalam metode periodik, fungsi akuntansi
tidak langsung mengkinikan nilai persediaan ketika terjadi pemakaian. Jumlah persediaan
akhir diketahui dengan melakukan perhitungan fisik (stock opname) pada akhir periode.
Penyajian Persediaan dilaporkan dalam Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Buku II Sistem Dan Prosedur Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual. 2014. Deputi
Pengawasan Bidang Penyelengkaraan Keuangan Daerah. BPKP
Lampiran I Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Modul Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah dan SKPD. 2014. Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan. Kementerian Keuangan.
Modul 1 Konsep Dan Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam Negeri.
Modul 2 pengantar Ilustrasi Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian
Dalam Negeri.
Modul 3 Pengantar Modul Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah. 2014. Kementerian Dalam
Negeri.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem
Akuntansi Pemerintahan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual di Pemerintah Daerah.
14