hitung jenis leukosit Dan Rasio Netrofil
MAKALAH HEMATOLOGI II
HITUNG JENIS LEUKOSIT (different count)
NAMA
: Elga Alfa Reza
MAHASISWA
:DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
NIM
:AK816020
SEMESTER
:IV
KELAS
:B
MATA KULIAH
:HEMATOLOGI II
DOSEN PENGAMPU :DIAN NURMANSYAH S.ST.M.Biomed
YAYASAN BORNEO LESTARI
AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2018
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................3
Bab I PENDAHULUAN .................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah. ..................................................................4
1.3 Tujuan ........................................................................................................5
1.4 Manfaat .......................................................................................................5
Bab II ISI..…........................................................................................................................6
2.1 Leukosit..........................................................................................................6
2.2 Hitung jenis sel leukosit...............................................6
2.3 Basofil............................................................................................................11
2.4 Eosinofil……………………....................................................................11
2.5 Neutrofil……………………………………………………….……..12
2.6 Limfosit………………………………………..……………………..12
2.7 monosit......................................................................................................13
Bab III PENUTUP ...........................................................................................15
Bab V Kesimpulan dan Saran ............................................15
3.1 Kesimpulan ..............................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................16
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji dan sukur kehdirat Allah SWT , yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-nya kepada kita semua, sehingga kami
dapat menyesaikan laporan makalah Hematologi II tentang Hitung Jenis
leukosit (different count).
Makalah ilmiah ini telah di susun secara maksimal atas bantuan dari
berbagai pihak sehingga laporan makalah ini bisa selesai dengan lancar.
Untuk itu, banyak berterimakasih kepada semua pihak.
Kami berharap, makalah ilmiah tentang hitung jenis leukosit(different count)
ini memberikan manfaat dan inpirasi bagi pembaca.
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada
dalam
darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah
leukosit. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel
maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl). Sebagai
contohnya, dengan limfosit 30% dan leukosit 10.000, limfosit mutlak adalah
30% dari 10.000 atau 3.000. Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan
secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama
penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu basofil, eosinofil,
neutrofil, monosit, dan limfosit( Brunner & Suddarth. 2002).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Leukosit?
1.2.2 Apa pengertian dari hitung jenis sel leukosit?
1.2.3 Bagaimana untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis
sel?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan basofil, eosinofil, neutrofil, monosit, dan
limfosit?
4
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan peulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi
kepada pembaca tentang leukosit, jenis-jenis dari sel leukosit, dan cara
hitung jenis sel leukosit atau different count.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
leukosit, jenis-jenis dari setiap sel leukosit, dan bagaimana cara perhitungan
jenis sel leukosit atau yang dikenal dengan different count.
5
BAB II
ISI
2.1 Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan
hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai
penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Leukosit adalah
sel heterogen yang memiliki fungsi yang sangat beragam. Walaupun
demikian sel sel ini berasal dari suatu sel bakal (stem cell) yang
berdifferensiasi (mengalami pematangan) sehingga fungsi-fungsi tersebut
dapat berjalan(Tarwoto. 2008).
Maturasi / hematopoesis dari sel leukosit adalah sebagai berikut :
Stem
cell
(myeloid)→myeloblast→promyelocyte→metamyelocyte→band
granulocyte→segmented granulocyte (neutrofil, eosinofil, basofil).
Nilai normal :
Bayi baru lahir
:9000 -30.000 /mm3
Bayi/anak
:9000 - 12.000/mm3
Dewasa
:4000-10.000/mm3
Berdasarkan granulasi sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi
granuler meliputi Basofil, Eosinofil, dan Neutrofil serta agranuler meliputi
Limfosit dan Monosit. Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis)
menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia
(radang paru-paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang
usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan lain-Iain. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, antibiotika terutama ampicilin,
eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain. Penurunan jumlah
Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama
virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obatobatan,
terutama
asetaminofen
(parasetamol),
kemoterapi
kanker,
antidiabetika oral dan antibiotik (Gandasoebrata, 2010).
Fungsi umum leukosit sebagai berikut:
6
a. Defensif yaitu mempertahankan tubuh dari benda benda asing yng
dilakukan oleh neutofil dan monosit.
b. Reparatif yaitu memperbaiki jaringan yang rusak yang dilakukan oleh
basofil.
Fungsi khusus leukosit sebagai berikut:
a. Neutrofil berperan dalam fagositosis.
b. Eosinofil berperan dalam respon terhadap penyakit parasit dan
penyakit alergi.
c. Basofil
berperan
dalam
mengeluarkan
histamin,
heparin
dan
dilepaskan setelah pengikatan IgE ke reseptor permukaan, berperan
penting pada reaksi hipersensitivitas segera.
d. Limfosit berperan dalam pertahanan tubuh lewat sel ( sel B sel T) sel
B memperantarai imunitas humoral. Sel T memperantarai imunitas
seluler.
e. Monosit berperan dalam fagositosis ekstravaskuler.
Sifat-sifat leukosit sebagai berikut:
a. Kemoktaksis yaitu tertarik pada daerah yang mengeluarkan zat kimia
tertentu.
b. Amoeboid motion yaitu dapat bergerak seperti amoeba.
c. Diapedesis yaitu dapat melewati membran kapiler sehingga dapat
melewati pembuluh darah dengan mengerutkan sel nya.
d. Fagositosis yaitu menghancurkan benda benda asing yang masuk ke
dalam tubuh yang dilakukan oleh neutrofil dan monosit.
Kelainan kuantitatif leukosit meliputi:
a. Leukositosis yaitu jumlah leukosit lebih dari normal.
Fisiologik pada latihan jasmani berat akhir kehamilan (terutama 2 bulan
terakhir), waktu partus / melahirkan, neonates, idiopathic normal.
7
Kenaikan jumlah neutrofil pada keadaan patologik seperti pada infeksi
kerusakan jaringan (crush syndrome, neoplasma, luka bakar,keracunan
CO dan Pb, kelainan metaboli (eklampsia, Gout, ketosis diabetes,
syndroma cushing).
b. Leukopenia yaitu jumlah leukosit kurang dari normal (granulosit
berkurang)
Agranulositosis , neutropenia karena obat.
Depresi
sumsum
tulang
pada
anemia
aplastik,
osteosklerosis,
mielofibrosis, infiltrasi neoplasma.
Iradiasi.
Keracunan oleh zat benzene, urethan , Au, dll.
Obat-obat sitostatika (myleran, mercaptopurin), dll.
Infeksi oleh bakteri (thypus abdominalis, parathypus, brucellosis),
virus (influenza, campak, rubella, hepatitis), rickettsia (thypus, scrub
thypus), protozoa (malaria), infeksi berat (TBC miller,osteomyelitis
berat, septicemia.
Benda imun (PAP).
Defisiensi.
c. Reaksi leukemoid
merupakan produksi berlebihan sel leukosit kadang kadang bertambahnya
sel muda baik di darah perifer maupun di sumsum tulang. Biasanya jumlah
leukosit lebih dari 30.000 sel /ul darah atau kurang dari jumlah tersebut
tetapi
ada
sel
muda.
Keadaan
ini
perlu
dibedakan
dari
leukemia.
Penyebabnya adalah infeksi (pneumoni, TBC miller) tumor (limfoma hodgin)
penyakit lain (reaksi hipersensitivitas, luka bakar, metaplasia myeloid, reaksi
hemolitik).
Shift to the left (terjadi bila sel yang didapat lebih banyak granulosit muda
8
batang dan mieolosit) pada infeksi, toksemia, perdarahan akut. Shift to the
right (hipersegmentasi) terjadi pada penyakit hati, anemia megaloblastik
herediter.
2.2 Hitung jenis sel leukosit.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada
dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh
jumlah leukosit. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing
jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl).
Sebagai contohnya, dengan limfosit 30% dan leukosit 10.000, limfosit mutlak
adalah
30%
dari
10.000
atau
3.000.
Hasil
pemeriksaan
ini
dapat
menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh,
terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu basofil,
eosinofil, neutrofil, monosit, dan limfosit(Harjo dan Aditya Dwi Resky. 2011).
Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan
apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May
Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga
didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hitung jenis leukosit adalah:
Pilihlah sediaan yang cukup tipis dengan persebaran leukosit yang
merata.
Mulailah menghitung pada pinggir atas sediaan dan berpindahlah
ke arah pinggir bawah sediaan dan setelah itu geser ke kanan
kemudiaan ke arah pinggir atas lagi. Sesampai di pinggir atas geser
ke kanan lagi kemudian ke arah pinggir bawah.
Lakukan pengerjaan itu sampai 100 sel leukosit terhitung menurut
jenisnya.
Selain menghitung, catatlah adanya kelainan morfologi pada
leukosit.
Hendaknya pelaporan jumlah leukosit sesuai urutan yang pasti
dimulai dari sel basofil, eosinofil, neutrofil menurut stadiumnya,
limfosit dan terakhir monosit.
9
Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan hitung jenis leukosit
sebagai berikut:
1. Obyek glass.
2. Spreader.
3. Rak pengecatan.
4. Mikroskop.
5. Darah vena + antikoagulan EDTA atau darah segar (kapiler/vena, segera dibuat
apusan dan dicat).
6. Cat Wright.
7. Cat Giemsa.
8. Emersi oil.
9. Alkohol mikroskop.
Cara kerja hitung jenis leukosit sebagai berikut:
A. Cara membuat sediaan apus darah tepi (SADT).
1. Pilihlah kaca obyek yang bertepi betul-betul rata untuk digunakan sebgai "kaca
penghapus" atau
boleh digunakan "spreader".
2. Letakkan satu tetes kecil darah pada +- 2-3 MM dari ujung kaca objek di
depan tetes darah.
3. Tarik spreader ke belakang sehingga menyentuh tetes darah, tunggu sampai
darah menyebar pada sudut tersebut.
4. Dengan gerak yang mantap doronglah spreader sehingga terbentuk apusan
darah sepanjang 3-4 cm pada kaca objek. Darah harus habis sebelum
spreader mencapai ujung lain dari kaca objek.
5. Hapusan darah tidak boleh terlalu tipis atau terlalu teba;( ketebalan ini dapat
diatur dengan menggunakan sudut antara kedua kaca objek dan kecepatan
menggeser. Makin besar sudut atau makin cepat menggeser, makin tipis
apusan darah yang dihasilkan).
6. Biarkan apusan darah mengering di udara.
7. Tulis identitas pada bagian preparat tebal ( bagian kepala).
10
B. Pewarnaan Wright.
1. Letakkan sediaan apusan darah yang telah kering pada rak pengecatan.
2. Genangi dengan larutan wright (yang mengandung methanol) selama 2 menit.
3. Tanpa dicuci ( tidak mengandung sisa cat) tambahkan atau genangi dengan
larutan buffer phosphate sebanyak 1 1/2 dari volume wright yang tersisa.
4. Tiup-tiup supaya homogen biarkan selama 20 menit atau 10 menit.
5. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir
6. Kering anginkan.
7. Periksa di bawah mikroskop obyektif 40 x atau 100 x + emersi oil dalam 100
sel leukosit.
C. Pewarnaan Giemsa.
1. Letakkan sediaan apusan darah yang telah kering pada rak pengecatan.
2. Genangi dengan methanol selama 2 menit.
3. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir.
4. Genangi dengan larutan giemsa 1:1 selama 2 menit
5. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir.
6. Kering anginkan.
7. Periksa di bawah mikroskop obyektif 40 x atau 100 x + emersi oil dalam 100
sel leukosit.
Ciri sediaan yang baik sebagai berikut:
1. Sediaan tidak melebar samoa tepi kaca objek. Panjang 1/2 - 2/3 panjang
objek glass.
2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa. Pada bagian ini eritrosit
terletak berdekatan tidak bertumpukan atau menggumpal atau membentuk
Roleaux.
3. Pinggir sediaan rata dan tidak berlubang-lubang/bergaris-garis.
4. Penyebaran leukosit baik tidak berkumpul pada pinggir atau tepi sediaan.
Jika lebih dari 24 jam penundaan maka sel akan mengalami lisis, vakuolisasi,
degranulasi, hipersegmentasi inti dan karioreksis. Efek antikoagulan EDTA:
-bila jumlah yang dipakai kurang maka darah membeku.
-bila jumlah pemakaian berlebih maka akan mempengaruhi morfologi
11
leukosit.
2.3 Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang terlibat dalam reaksi alergi jangka
panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain. Nilai normal dalam tubuh: 0 1%. Sel ini jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel ini mempunyai
banyak granula sitoplasma yang gelap menutup inti serta mengandung
heparin dan histamin. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan
histamin dari granulanya. Di dalam jaringan basofil berubah menjadi sel
mast basofil mrmpunyai tempat perlekatan immunoglobulin E (IgE) dan
degranulasinya disertai dengan pelepasan histamin. Basofil terutama
bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan
mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari
100/µl darah. Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang),
leukemia, dan fase penyembuhan infeksi. Penurunan basofil terjadi pada
penderita stress, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan.
2.4 Eosinofil
Eosinofil merupakan jenis leukosit yang terlibat dalam alergi dan
infeksi (terutama parasit) dalam tubuh. Nilai normal dalam tubuh: 1 - 3%. Sel
ini mirip dengan neutrofil kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar, lebih
berwarana merah tua, jarang dijumpai lebih dari 3 lobus inti. Sel ini
memasuki eksudat inflamatorik dan berperan khusus dalam respon alergi,
pertahanan terhadap parasit, dan pembuangan fibrin yang terbentuk selama
inflamasi.
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari
300/µl darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi, infeksi
parasit. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan
substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia
adalah penyakit kulit kronik, dan kanker tulang, otak, testis, dan ovarium.
Eosinopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil kurang
12
dari 50/µl darah. Hal ini dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok,
luka bakar, perdarahan dan infeksi berat, juga dapat terjadi pada
hiperfungsi
koreks
adrenal
dan
pengobatan
dengan
kortikosteroid.
Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan
basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun
demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal
kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang
normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.
2.5 Neutrofil
Neutrofil merupakan sel yang paling cepat bereaksi terhadap radang
dan luka dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama
fase infeksi akut. Sel ini mempunyai inti padat khas yang terdiri atas 2-5
lobus dan sitoplasma yang pucat dengan batas tida beraturan, mengandung
banyak granula merah-biru (azurofilik) atau kelabu - biru. Granula terbagi
menjadi granula primer yang muncul pada stadium promielosit, dan
sekunder yang muncul pada stadium mielosit dan terbanyak pada neutrofil
matang. Nilai normal dalam tubuh adalah 1 – 5% untuk neutrofil batang dan
50 – 70% untuk neutrofil segmen.
Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari
7000/µl dalam darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri,
keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia,
nekrosia jaringan, kehilangan darah dan radang Banyak faktor yang
mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab infeksi,
virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Pada
anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa.
Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya
granulosit muda ke peredaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke
kiri atau shift to the left. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan
disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau
respons penderita yang kurang. Pada infeksi berat dan keadaan toksik
dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil
13
adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik.
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari
2500/µl darah. Penyebab netropenia dapat disebabkan karena pemindahan
netrofil dari peredaran darah misalnya umur netrofil yang memendek karena
penggunaan obat, gangguan pembentukan netrofil yang dapat terjadi akibat
radiasi
atau
obat-obatan
dan
yang
terakhir
yang
tidak
diketahui
penyebabnya. Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus,
leukemia, anemia defisiensi besi, dan Iain-Iain.
2.6 Limfosit
Limfosit adalah jenis leukosit agranuler dimana sel ini berukuran kecil
dan sitoplasmanya sedikit. Salah satu leukosit yang berperan dalam proses
kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai normal: 20 - 40% dari seluruh
leukosit. Limfosit
adalah sel yang kompeten secara imunologik dan
membantu fagosit dalam petahanan tubuh terhadap infeksi dan invasi asing
lain. Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis
limfosit, yaitu:
a. Sel B.
Berfungsi membuat antbodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya
(sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen tetapi
setelah
adanya
serangan,
beberapa
sel
B
akan
mempertahankan
kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem
'memori').
b. Sel T = CD+4 (pembantu)
Berfungsi mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi
HIV) serta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD+8 (sitotoksik)
dapat membunuh sel yang terinfeksi virus
c. Sel natural killer = sel pembunuh alami (NK, Natural Killer) dapat
membunuh sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh
dibinuh karena telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
jumlah limfosit lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari
14
4000/µl darah pada dewasa. Limfositosis dapat disebabkan oleh infeksi
virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti
tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti
leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer.
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang
dari 1000/µl dan pada anak-anak kurang dari 3000/µl darah. Penyebab
limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun yang disebabkan oleh
kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis.
2.7 Monosit
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan
ukuran 2x lebih besar dari eritrosit sel darah merah, terbesar dalam sirkulasi
darah dan diproduksi di jaringan limpatik. Nilai normal dalam tubuh: 2 - 8%
dari jumlah seluruh leukosit. biasanya berukuran lebih besar dari leukosit
darah tepi lainnya dan mempunyai inti sentral berbentuk lonjong atau
berlekuk dengan kromatin yang menggumpal. Sitoplasmanya yang banyak
berwarna biru dan mengandung banyak vakuola halus sehingga memberikan
gambaran kaca asah (ground-glass-apperance). Granula sitoplasma juga
sering d-glass-apperance. granula sitoplasma juga sering dijumpai. Monosit
membagi fungsi 'pembersih vakum' (fagositosis) dari neutrofil tetapi lebih
jauh dia hidup dengan tugas tambahan yaitu memberikan potongan patogen
kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh atau
dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga.
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari
750/µl pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa.
Monositosis dijumpai pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri,
virus, protozoa maupun jamur. Penurunan monosit terdapat pada leukemia
limposit dan anemia aplastik.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan
hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai
penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan
granulasi sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi granuler meliputi
Basofil, Eosinofil, dan Neutrofil serta agranuler meliputi Limfosit dan Monosit.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada
dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh
jumlah leukosit.
16
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8, Vol.
2. Jakarta. EGC.
Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
Harjo dan Aditya Dwi Resky. 2011 Perbedaan Hasil Pemeriksaan Hitung Jenis
leukosit. Mc Pherson, R.A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Sistem
Laboratorium (11 ed). Jakarta : EGC.
Tarwoto. 2008. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit : Trans Info
Media.
17
HITUNG JENIS LEUKOSIT (different count)
NAMA
: Elga Alfa Reza
MAHASISWA
:DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
NIM
:AK816020
SEMESTER
:IV
KELAS
:B
MATA KULIAH
:HEMATOLOGI II
DOSEN PENGAMPU :DIAN NURMANSYAH S.ST.M.Biomed
YAYASAN BORNEO LESTARI
AKADEMI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2018
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................3
Bab I PENDAHULUAN .................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah. ..................................................................4
1.3 Tujuan ........................................................................................................5
1.4 Manfaat .......................................................................................................5
Bab II ISI..…........................................................................................................................6
2.1 Leukosit..........................................................................................................6
2.2 Hitung jenis sel leukosit...............................................6
2.3 Basofil............................................................................................................11
2.4 Eosinofil……………………....................................................................11
2.5 Neutrofil……………………………………………………….……..12
2.6 Limfosit………………………………………..……………………..12
2.7 monosit......................................................................................................13
Bab III PENUTUP ...........................................................................................15
Bab V Kesimpulan dan Saran ............................................15
3.1 Kesimpulan ..............................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................16
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji dan sukur kehdirat Allah SWT , yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-nya kepada kita semua, sehingga kami
dapat menyesaikan laporan makalah Hematologi II tentang Hitung Jenis
leukosit (different count).
Makalah ilmiah ini telah di susun secara maksimal atas bantuan dari
berbagai pihak sehingga laporan makalah ini bisa selesai dengan lancar.
Untuk itu, banyak berterimakasih kepada semua pihak.
Kami berharap, makalah ilmiah tentang hitung jenis leukosit(different count)
ini memberikan manfaat dan inpirasi bagi pembaca.
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada
dalam
darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah
leukosit. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel
maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl). Sebagai
contohnya, dengan limfosit 30% dan leukosit 10.000, limfosit mutlak adalah
30% dari 10.000 atau 3.000. Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan
secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama
penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu basofil, eosinofil,
neutrofil, monosit, dan limfosit( Brunner & Suddarth. 2002).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Leukosit?
1.2.2 Apa pengertian dari hitung jenis sel leukosit?
1.2.3 Bagaimana untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis
sel?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan basofil, eosinofil, neutrofil, monosit, dan
limfosit?
4
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan peulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi
kepada pembaca tentang leukosit, jenis-jenis dari sel leukosit, dan cara
hitung jenis sel leukosit atau different count.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
leukosit, jenis-jenis dari setiap sel leukosit, dan bagaimana cara perhitungan
jenis sel leukosit atau yang dikenal dengan different count.
5
BAB II
ISI
2.1 Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan
hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai
penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Leukosit adalah
sel heterogen yang memiliki fungsi yang sangat beragam. Walaupun
demikian sel sel ini berasal dari suatu sel bakal (stem cell) yang
berdifferensiasi (mengalami pematangan) sehingga fungsi-fungsi tersebut
dapat berjalan(Tarwoto. 2008).
Maturasi / hematopoesis dari sel leukosit adalah sebagai berikut :
Stem
cell
(myeloid)→myeloblast→promyelocyte→metamyelocyte→band
granulocyte→segmented granulocyte (neutrofil, eosinofil, basofil).
Nilai normal :
Bayi baru lahir
:9000 -30.000 /mm3
Bayi/anak
:9000 - 12.000/mm3
Dewasa
:4000-10.000/mm3
Berdasarkan granulasi sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi
granuler meliputi Basofil, Eosinofil, dan Neutrofil serta agranuler meliputi
Limfosit dan Monosit. Peningkatan jumlah leukosit (disebut Leukositosis)
menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia
(radang paru-paru), meningitis (radang selaput otak), apendiksitis (radang
usus buntu), tuberculosis, tonsilitis, dan lain-Iain. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh obat-obatan misalnya aspirin, antibiotika terutama ampicilin,
eritromycin, kanamycin, streptomycin, dan Iain-Iain. Penurunan jumlah
Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama
virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obatobatan,
terutama
asetaminofen
(parasetamol),
kemoterapi
kanker,
antidiabetika oral dan antibiotik (Gandasoebrata, 2010).
Fungsi umum leukosit sebagai berikut:
6
a. Defensif yaitu mempertahankan tubuh dari benda benda asing yng
dilakukan oleh neutofil dan monosit.
b. Reparatif yaitu memperbaiki jaringan yang rusak yang dilakukan oleh
basofil.
Fungsi khusus leukosit sebagai berikut:
a. Neutrofil berperan dalam fagositosis.
b. Eosinofil berperan dalam respon terhadap penyakit parasit dan
penyakit alergi.
c. Basofil
berperan
dalam
mengeluarkan
histamin,
heparin
dan
dilepaskan setelah pengikatan IgE ke reseptor permukaan, berperan
penting pada reaksi hipersensitivitas segera.
d. Limfosit berperan dalam pertahanan tubuh lewat sel ( sel B sel T) sel
B memperantarai imunitas humoral. Sel T memperantarai imunitas
seluler.
e. Monosit berperan dalam fagositosis ekstravaskuler.
Sifat-sifat leukosit sebagai berikut:
a. Kemoktaksis yaitu tertarik pada daerah yang mengeluarkan zat kimia
tertentu.
b. Amoeboid motion yaitu dapat bergerak seperti amoeba.
c. Diapedesis yaitu dapat melewati membran kapiler sehingga dapat
melewati pembuluh darah dengan mengerutkan sel nya.
d. Fagositosis yaitu menghancurkan benda benda asing yang masuk ke
dalam tubuh yang dilakukan oleh neutrofil dan monosit.
Kelainan kuantitatif leukosit meliputi:
a. Leukositosis yaitu jumlah leukosit lebih dari normal.
Fisiologik pada latihan jasmani berat akhir kehamilan (terutama 2 bulan
terakhir), waktu partus / melahirkan, neonates, idiopathic normal.
7
Kenaikan jumlah neutrofil pada keadaan patologik seperti pada infeksi
kerusakan jaringan (crush syndrome, neoplasma, luka bakar,keracunan
CO dan Pb, kelainan metaboli (eklampsia, Gout, ketosis diabetes,
syndroma cushing).
b. Leukopenia yaitu jumlah leukosit kurang dari normal (granulosit
berkurang)
Agranulositosis , neutropenia karena obat.
Depresi
sumsum
tulang
pada
anemia
aplastik,
osteosklerosis,
mielofibrosis, infiltrasi neoplasma.
Iradiasi.
Keracunan oleh zat benzene, urethan , Au, dll.
Obat-obat sitostatika (myleran, mercaptopurin), dll.
Infeksi oleh bakteri (thypus abdominalis, parathypus, brucellosis),
virus (influenza, campak, rubella, hepatitis), rickettsia (thypus, scrub
thypus), protozoa (malaria), infeksi berat (TBC miller,osteomyelitis
berat, septicemia.
Benda imun (PAP).
Defisiensi.
c. Reaksi leukemoid
merupakan produksi berlebihan sel leukosit kadang kadang bertambahnya
sel muda baik di darah perifer maupun di sumsum tulang. Biasanya jumlah
leukosit lebih dari 30.000 sel /ul darah atau kurang dari jumlah tersebut
tetapi
ada
sel
muda.
Keadaan
ini
perlu
dibedakan
dari
leukemia.
Penyebabnya adalah infeksi (pneumoni, TBC miller) tumor (limfoma hodgin)
penyakit lain (reaksi hipersensitivitas, luka bakar, metaplasia myeloid, reaksi
hemolitik).
Shift to the left (terjadi bila sel yang didapat lebih banyak granulosit muda
8
batang dan mieolosit) pada infeksi, toksemia, perdarahan akut. Shift to the
right (hipersegmentasi) terjadi pada penyakit hati, anemia megaloblastik
herediter.
2.2 Hitung jenis sel leukosit.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada
dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh
jumlah leukosit. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing
jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/µl).
Sebagai contohnya, dengan limfosit 30% dan leukosit 10.000, limfosit mutlak
adalah
30%
dari
10.000
atau
3.000.
Hasil
pemeriksaan
ini
dapat
menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh,
terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu basofil,
eosinofil, neutrofil, monosit, dan limfosit(Harjo dan Aditya Dwi Resky. 2011).
Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan
apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May
Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga
didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hitung jenis leukosit adalah:
Pilihlah sediaan yang cukup tipis dengan persebaran leukosit yang
merata.
Mulailah menghitung pada pinggir atas sediaan dan berpindahlah
ke arah pinggir bawah sediaan dan setelah itu geser ke kanan
kemudiaan ke arah pinggir atas lagi. Sesampai di pinggir atas geser
ke kanan lagi kemudian ke arah pinggir bawah.
Lakukan pengerjaan itu sampai 100 sel leukosit terhitung menurut
jenisnya.
Selain menghitung, catatlah adanya kelainan morfologi pada
leukosit.
Hendaknya pelaporan jumlah leukosit sesuai urutan yang pasti
dimulai dari sel basofil, eosinofil, neutrofil menurut stadiumnya,
limfosit dan terakhir monosit.
9
Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan hitung jenis leukosit
sebagai berikut:
1. Obyek glass.
2. Spreader.
3. Rak pengecatan.
4. Mikroskop.
5. Darah vena + antikoagulan EDTA atau darah segar (kapiler/vena, segera dibuat
apusan dan dicat).
6. Cat Wright.
7. Cat Giemsa.
8. Emersi oil.
9. Alkohol mikroskop.
Cara kerja hitung jenis leukosit sebagai berikut:
A. Cara membuat sediaan apus darah tepi (SADT).
1. Pilihlah kaca obyek yang bertepi betul-betul rata untuk digunakan sebgai "kaca
penghapus" atau
boleh digunakan "spreader".
2. Letakkan satu tetes kecil darah pada +- 2-3 MM dari ujung kaca objek di
depan tetes darah.
3. Tarik spreader ke belakang sehingga menyentuh tetes darah, tunggu sampai
darah menyebar pada sudut tersebut.
4. Dengan gerak yang mantap doronglah spreader sehingga terbentuk apusan
darah sepanjang 3-4 cm pada kaca objek. Darah harus habis sebelum
spreader mencapai ujung lain dari kaca objek.
5. Hapusan darah tidak boleh terlalu tipis atau terlalu teba;( ketebalan ini dapat
diatur dengan menggunakan sudut antara kedua kaca objek dan kecepatan
menggeser. Makin besar sudut atau makin cepat menggeser, makin tipis
apusan darah yang dihasilkan).
6. Biarkan apusan darah mengering di udara.
7. Tulis identitas pada bagian preparat tebal ( bagian kepala).
10
B. Pewarnaan Wright.
1. Letakkan sediaan apusan darah yang telah kering pada rak pengecatan.
2. Genangi dengan larutan wright (yang mengandung methanol) selama 2 menit.
3. Tanpa dicuci ( tidak mengandung sisa cat) tambahkan atau genangi dengan
larutan buffer phosphate sebanyak 1 1/2 dari volume wright yang tersisa.
4. Tiup-tiup supaya homogen biarkan selama 20 menit atau 10 menit.
5. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir
6. Kering anginkan.
7. Periksa di bawah mikroskop obyektif 40 x atau 100 x + emersi oil dalam 100
sel leukosit.
C. Pewarnaan Giemsa.
1. Letakkan sediaan apusan darah yang telah kering pada rak pengecatan.
2. Genangi dengan methanol selama 2 menit.
3. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir.
4. Genangi dengan larutan giemsa 1:1 selama 2 menit
5. Buang sisa cat dan cuci dengan air mengalir.
6. Kering anginkan.
7. Periksa di bawah mikroskop obyektif 40 x atau 100 x + emersi oil dalam 100
sel leukosit.
Ciri sediaan yang baik sebagai berikut:
1. Sediaan tidak melebar samoa tepi kaca objek. Panjang 1/2 - 2/3 panjang
objek glass.
2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa. Pada bagian ini eritrosit
terletak berdekatan tidak bertumpukan atau menggumpal atau membentuk
Roleaux.
3. Pinggir sediaan rata dan tidak berlubang-lubang/bergaris-garis.
4. Penyebaran leukosit baik tidak berkumpul pada pinggir atau tepi sediaan.
Jika lebih dari 24 jam penundaan maka sel akan mengalami lisis, vakuolisasi,
degranulasi, hipersegmentasi inti dan karioreksis. Efek antikoagulan EDTA:
-bila jumlah yang dipakai kurang maka darah membeku.
-bila jumlah pemakaian berlebih maka akan mempengaruhi morfologi
11
leukosit.
2.3 Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang terlibat dalam reaksi alergi jangka
panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain. Nilai normal dalam tubuh: 0 1%. Sel ini jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel ini mempunyai
banyak granula sitoplasma yang gelap menutup inti serta mengandung
heparin dan histamin. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan
histamin dari granulanya. Di dalam jaringan basofil berubah menjadi sel
mast basofil mrmpunyai tempat perlekatan immunoglobulin E (IgE) dan
degranulasinya disertai dengan pelepasan histamin. Basofil terutama
bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan jalan
mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil lebih dari
100/µl darah. Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang),
leukemia, dan fase penyembuhan infeksi. Penurunan basofil terjadi pada
penderita stress, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan.
2.4 Eosinofil
Eosinofil merupakan jenis leukosit yang terlibat dalam alergi dan
infeksi (terutama parasit) dalam tubuh. Nilai normal dalam tubuh: 1 - 3%. Sel
ini mirip dengan neutrofil kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar, lebih
berwarana merah tua, jarang dijumpai lebih dari 3 lobus inti. Sel ini
memasuki eksudat inflamatorik dan berperan khusus dalam respon alergi,
pertahanan terhadap parasit, dan pembuangan fibrin yang terbentuk selama
inflamasi.
Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil lebih dari
300/µl darah. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi, infeksi
parasit. Histamin yang dilepaskan pada reaksi antigen-antibodi merupakan
substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia
adalah penyakit kulit kronik, dan kanker tulang, otak, testis, dan ovarium.
Eosinopenia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil kurang
12
dari 50/µl darah. Hal ini dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok,
luka bakar, perdarahan dan infeksi berat, juga dapat terjadi pada
hiperfungsi
koreks
adrenal
dan
pengobatan
dengan
kortikosteroid.
Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan
basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun
demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal
kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang
normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.
2.5 Neutrofil
Neutrofil merupakan sel yang paling cepat bereaksi terhadap radang
dan luka dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama
fase infeksi akut. Sel ini mempunyai inti padat khas yang terdiri atas 2-5
lobus dan sitoplasma yang pucat dengan batas tida beraturan, mengandung
banyak granula merah-biru (azurofilik) atau kelabu - biru. Granula terbagi
menjadi granula primer yang muncul pada stadium promielosit, dan
sekunder yang muncul pada stadium mielosit dan terbanyak pada neutrofil
matang. Nilai normal dalam tubuh adalah 1 – 5% untuk neutrofil batang dan
50 – 70% untuk neutrofil segmen.
Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil lebih dari
7000/µl dalam darah tepi. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri,
keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia,
nekrosia jaringan, kehilangan darah dan radang Banyak faktor yang
mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab infeksi,
virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Pada
anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa.
Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya
granulosit muda ke peredaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke
kiri atau shift to the left. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan
disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau
respons penderita yang kurang. Pada infeksi berat dan keadaan toksik
dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil
13
adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik.
Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari
2500/µl darah. Penyebab netropenia dapat disebabkan karena pemindahan
netrofil dari peredaran darah misalnya umur netrofil yang memendek karena
penggunaan obat, gangguan pembentukan netrofil yang dapat terjadi akibat
radiasi
atau
obat-obatan
dan
yang
terakhir
yang
tidak
diketahui
penyebabnya. Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus,
leukemia, anemia defisiensi besi, dan Iain-Iain.
2.6 Limfosit
Limfosit adalah jenis leukosit agranuler dimana sel ini berukuran kecil
dan sitoplasmanya sedikit. Salah satu leukosit yang berperan dalam proses
kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai normal: 20 - 40% dari seluruh
leukosit. Limfosit
adalah sel yang kompeten secara imunologik dan
membantu fagosit dalam petahanan tubuh terhadap infeksi dan invasi asing
lain. Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis
limfosit, yaitu:
a. Sel B.
Berfungsi membuat antbodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya
(sel B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen tetapi
setelah
adanya
serangan,
beberapa
sel
B
akan
mempertahankan
kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem
'memori').
b. Sel T = CD+4 (pembantu)
Berfungsi mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan dalam infeksi
HIV) serta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD+8 (sitotoksik)
dapat membunuh sel yang terinfeksi virus
c. Sel natural killer = sel pembunuh alami (NK, Natural Killer) dapat
membunuh sel tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh
dibinuh karena telah terinfeksi virus atau telah menjadi kanker.
Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
jumlah limfosit lebih dari 8000/µl pada bayi dan anak-anak serta lebih dari
14
4000/µl darah pada dewasa. Limfositosis dapat disebabkan oleh infeksi
virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti
tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti
leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer.
Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang
dari 1000/µl dan pada anak-anak kurang dari 3000/µl darah. Penyebab
limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun yang disebabkan oleh
kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis.
2.7 Monosit
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan
ukuran 2x lebih besar dari eritrosit sel darah merah, terbesar dalam sirkulasi
darah dan diproduksi di jaringan limpatik. Nilai normal dalam tubuh: 2 - 8%
dari jumlah seluruh leukosit. biasanya berukuran lebih besar dari leukosit
darah tepi lainnya dan mempunyai inti sentral berbentuk lonjong atau
berlekuk dengan kromatin yang menggumpal. Sitoplasmanya yang banyak
berwarna biru dan mengandung banyak vakuola halus sehingga memberikan
gambaran kaca asah (ground-glass-apperance). Granula sitoplasma juga
sering d-glass-apperance. granula sitoplasma juga sering dijumpai. Monosit
membagi fungsi 'pembersih vakum' (fagositosis) dari neutrofil tetapi lebih
jauh dia hidup dengan tugas tambahan yaitu memberikan potongan patogen
kepada sel T sehingga patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh atau
dapat membuat tanggapan antibodi untuk menjaga.
Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit lebih dari
750/µl pada anak dan lebih dari 800/µl darah pada orang dewasa.
Monositosis dijumpai pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri,
virus, protozoa maupun jamur. Penurunan monosit terdapat pada leukemia
limposit dan anemia aplastik.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan
hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai
penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan
granulasi sitoplasmanya, leukosit dibedakan menjadi granuler meliputi
Basofil, Eosinofil, dan Neutrofil serta agranuler meliputi Limfosit dan Monosit.
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada
dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh
jumlah leukosit.
16
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8, Vol.
2. Jakarta. EGC.
Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
Harjo dan Aditya Dwi Resky. 2011 Perbedaan Hasil Pemeriksaan Hitung Jenis
leukosit. Mc Pherson, R.A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Sistem
Laboratorium (11 ed). Jakarta : EGC.
Tarwoto. 2008. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit : Trans Info
Media.
17