Pergerakan Nasional Indonesia dan Pasca
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode perjuangan pada tahun 1945-1949 sering disebut dengan
masa perjuangan revolusioner fisik atau perang mempertahankan kemerdekaan.
Setelah pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 perjuangan bangsa Indonesia tidak pernah berhenti karena bangsa
Indonesia harus menentukan arah untuk mempertahankan kemerdekaanya. Apabila
perjuangan pada masa kebangkitan nasional hanya bertujuan untuk mencapai
kemerdekaan, maka masa revolusi hanya bertujuan untuk mempertahankan
kemerdekaan. Pembacaan teks proklamasi sesungguhnya tidak menjadikan Bangsa
Indonesia bisa terlepas dari kekuatan negara asing yang seama ini telah menjajah
Indonesia. Dengan adanya hal tersebut terlihat bahwa sikap Jepang yang masih
berusaha melakukan perlawanan kepada rakyat Indonesia dan membuat kondisi
keamanan Indonesia mulai tidak stabil.
B. Rumusan Masalah
1. Organisasi apa yang muncul dalam pergerakan Nasional Indonesia ?
2. Apa saja perjuangan revolusioner Indonesia ?
3. Perundingan apa saja yang terjadi pasaca Kemerdekaan Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui organisasi yang muncul dalam pergerakan Nasional
Indonesia.
2. Untuk mengetahui perjuangan revolusioner Indonesia.
3. Untuk mengetahui perundingan pasca Kemerdekaan Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia
Sejarah Pergerakan Nasional mempunyai pengertian dan menunjuk
pada seluruh proses terjadinya dan berkembangnya nasionalisme Indonesia dalam
segala perwujudannya., berdasarkan kesadaran, sentimen bersama dan keinginan
berjuang untuk kebebasan rakyat dalam wadah negara kesatuan. Organisasi
pergerakan Indonesia terbagi dalam 3 masa yaitu masa awal pergerakan nasional,
masa radikal dan masa moderat.1
A. Masa Awal (Perkembangan)
1. Budi Utomo
Pada tahun 1907 Dr. Wahidin seorang tokoh cendikiawan yang
merasa bertanggung jawab atas kebodohan dan keterbelakangan bangsanya
melakukan kunjungan ke sekolah STOVIA (salah satu lembaga pendidikan
yang menghasilkan priyayi rendah Jawa). Siswa di sana sangat bersemangat
dan memberikan tanggapan yang baik atas kedatangan Dr. Wahidin.2
Bersama beberapa siswa STOVIA seperti Soetomo dan Goenawan
Mangunkusumo, Dr. Wahidin mengadakan perjalanan keliling Pulau Jawa
untuk menghimpun dana pendidikan. Usaha yang dilakukan oleh Dr.
Wahidin itu mendapat simpati yang besar dari semua kalangan. Mereka
yang
kebetulan
memiliki
uang
dengan
sukarela
memberikan
sumbangannya. Setelah diadakan rapat-rapat untuk membicarakan lebih
jauh rencana mereka, pada tanggal 20 Mei 1908 bertempat di jalan
Abdulrahman Saleh 26 Jakarta terbentuklah suatu perkumpulan yang
dinamakan Budi Utomo yang berarti “Usaha Mulia”, yang diketuai oleh
Soetomo.
1
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196303111989011AYI_BUDI_SANTOSA/BUKU_AJAR_SPNI.pdf hal 15 diakses pada 17 Maret 2017, pukul 8:55:34
2
Batavtaaach Niewsblad, tanggal 13 Juli 1908: Goenawan Mangoenkoesoemoe, “De Goboorte
van Boedi Oetomo”, Soembangsih, Gedenkboek Boedi Oetomo 1908-20 Mei 1918
2
Pada tanggal 5 Oktober 1908 Budi Utomo mengadakan kongres
di Jogjakarta, dalam kongres tersebut menghasilkan keputusan bahwa Budi
Utomo tidak ikut dalam kegiatan politik dan hanya bergerak di bidang
pendidikan sebagai pusat pergerakan, Jogjakarta ditetapkan sebgai pusat
pergerakan dan wilayah pergerakan terbatas hanya berada di Jawad an
Madura. Namun sejak tahun 1915 kegiatan Budi Utomo tidak hanya
bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, tetapi juga di bidang
politik.
2. Serikat Islam
Pergerakan ini awalnya bernama Serikat Dagang Islam (SDI)
yang didirikan oleh H. Samanhudi di Surakarta pada tahun 1911. Namun
pada tanggal 10 September 1912 SDI berubah menjadi Serekat Islam (SI).
SI adalah organisasi yang bercorak social, ekonomi, pendidikan dan
keagamaan, namun dalam perkembangannya SI juga bergerak dalam bidang
politik.
Pada tanggal 20 Januari 1913 SI mengadakan kongres pertama di
Surabaya, dalam kongres ini mengambil keputusan bahwa SI nukan partai
Politik dan tidak akan melawan pemerintah Hindia-Belanda, Surabaya
ditetapkan sebagai pusat SI dan HOS Tjokroaminoto dipilih menjadi ketua
SI. Kongres pertama ini dilnjutkan dengan kongres kedua yang menegaskan
bahwa SI hanya terbuka bagi rakyat biasa. Kongres SI ketiga (1916)
bertempat di Bandung, dalam kongres ini SI sudah mulai melontarkan
pernyataan politiknya dan bercita-cita menyatukan seluruh penduduk
Indonesia. Kongres keempat (1917) bertempat di Jakarta, dalam kongres
ini SI menegaskan ingin memperoleh pemerintahan sendiri (kemerdekaan).
Pada tahun 1917-1920 perkembangan SI sangat terasa
pengaruhnya dalam dunia politik Indonesia. Sikap demokratis dan kesiapan
berjuang SI dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh sosialis untuk mengembangkan
ajaran Maxis (sosialis). Sebagai akibat masuknya paham sosialis dalam SI,
pada tahun 1921 SI pecah menjadi 2 kubu yaitu SI Sayap Kanan (Sayap
3
Putih) dan SI Sayap Kiri (Sayap Merah) dan SI sayap kiri nantinya menjadi
PKI.
3. Muhammadiyah
Muhammadiyah berdiri di Jogjakarta pada tanggal 18 November
1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah merupakan organisasi
yang berasaskan Islam dan berhaluan non politik. Organisasi ini bergerak
dalam bidang agama, pendidikan, sosial dan budaya. Pada tahun 1918 kaum
wanita Muhammadiyah mendirikan Aisiyah dengen tujuan dan kegiatan
yang hamper sama dengan Muhammadiyah.
Organisasi Muhammadiyah ini bertujuan untuk mewujudkan
umat Islam yang cerdas dan berwawasan kebangsaan. Untuk mencapai
tujuannya, Muhammdiyah mendirikan lembaga pendidikan, masjid dan
penerbitan. Selain itu Muhamadiyah juga mengadakan pertemuan guna
membahas masalah-maslaah Islam.
4. Indische Partji (IP)
Indische Partji berdiri di Bandung pada 25 Desember 1912 oleh
Tiga Serangkai (Douwes Dekker, dr Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi
Suryaningrat). IP merupakan organisai pergerakan nasional yang terangterangan bergerak dalam bidang politik. Tujuan dari organisasi ini adalah
menumbuhkan dan meningkatkan nasionalisme untuk memajukan tanah air
yang dilandasi jiwa nasional serta mempersiapkan kehidupan rakyat yang
merdeka.
Gerakan IP sangatlah mengkhawatirkan pemerintah Kolonial
Belanda, karena IP brsifat radikal dalm menuntut kemerdekaan Indonesia.
Keadaan itu yang menyebabkan pemerintah bersikap keras terhadap IP
permohonan IP untuk mendapatkan badan hukum sia-sia belaka dan
organisasi ini dinyatakan sebagai partai terlarang sejak 4 Maret 1913. para
pemimpin IP pun ditangkap dan dibuang ke tempat-tempat yang jauh. Usia
IP sangat pendek, namun ―bagaikan sebuah tornado yang melanda Jawa‖.
Oleh penerusnya setelah IP dibubarkan dan pimpinannya di buang kemudian
organisasi itu bernama Insulinde.
4
B. Masa Radikal (1920-1927)
1. Perhimpunan Indonesia
Organisasi ini mulanya bernama Indische Vereeniging yang
berdiri di Belanda pada tahun 1908 yang dipelopori oleh mahasiswa
Indonesia yang belajar di Belanda yang kemudian berganti menjadi Indonesia
Vereeniging pada tahun 1922. PI merupakan organisasi radikal sebagai akibat
pemikiran Moh Hatta, dialah yang menyebabkan PI berkembang dan dialah
yang merangsang intelektual rekan-rekannya. Oleh karena itu PI mempunyai
beberapa tujuan pokok dalam perjuangannya:
a. Membentuk suatu negara Indonesia merdeka.
b. Partsipasi seluruh lapisan rakyat Indonesia dalam suatu perjuangan
terpadu untuk mencapai kemerdekaan.
c. Konflik kepentingan antara penjajah dan yang dijajah harus dilawan
dengan mempertajam dan mempertegas konflik. Konflik ditujukan
untuk melawan penjajah.
d. Pengaruh buruk penjajahan Belanda terhadap kesehatan fisik dan psikis
bangsa Indonesia harus segera dipulihkan dan dinormalkan dengan cara
terus berjuang mencapai kemerdekaan.
Aktivitas PI senantiasa gencar dilakukan baik oleh mahasiswa
ditanah air maupun yang ada dinegeri Belanda. Para mahasiswa ini secara
teratur melakukan diskusi dan mengkritik pemerintah Belanda serta menuntut
kemerdekaan Indonesia dengan cepat.
2. Partai Komunis Indoneisa (PKI)
Ajaran Komunis di Indonesia dibawa oleh orang Belanda
bernama H.J.F.M Sneevliet. Sneevliet mendirikan partai yang berhaluan
komunis dengan nama Indische Social Democraties The Veregining (ISDV).
Namun ajaran komunis kurang diminati oleh rakyat Indonesia sehingga
mengubah taktik penyebaran dengan melakukan penyusupan pada organisasi
5
yang telah ada. Akhirnya pada 23 Mei 1920 dibentulah organisasi dengan
nama Partai Komunist Hindia yang pada bulan Desember di tahun yang sama
berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI)
3. Nahdatul Ulama (NU)
NU adalah organisasi sosial keagamaan atau jam‘iyyah diniyah
Islamiyah yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari, pemegang teguh salah
satu dari empat madzhab berhaluan Ahlusunnah wal jam‘ah, yang bertujuan
tidak saja mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam tetapi juga
memperhatikan masalah sosial ekonomi, dan sebagainya, dalam rangka
pengabdian kepada umat manusia. Pada dasarnya NU tidak mencampuri
urusan politik dan dalam kongresnya pada bulan Oktober 1928 di Surabaya
diambil keputusan untuk menentukan reformasi kaum modernis dan
perubahan-perubahan yang dilakukan Wahabid Hijaz.
Di dalam kongres NU di Menes, Banten pada tahun 1938 jelas
bahwa NU berusaha meluaskan pengaruhnya ke seluruh Jawa. Di dalam
kongres tahun 1940 di Surabaya diputuskan berdirinya bagian wanita
Nahdlatul Ulama Muslimat dan bagian pemuda Ansor, sudah beberapa tahun
sebelumnya dibentuk. Selama sepuluh tahun setelah berdirinya, NU
menunjukkan kegiatan sendiri terutama dalam menghadapi desakan aliran
Wahabi yang dianggapnya akan merapuhkan faham Ahlusunnah wal jam‘ah.
Namun karena terdesak kebutuhan untuk mengadakan persatuan umat Islam
maka pada tahun 1937 NU bergabung dalam MIAI. Hal ini dapat dimengerti
bahwa kerjasama kolektif akan lebih menguntungkan dalam menghadapi
tantangan dari luar khususnya ancaman Jepang yang mulai bergerak ke
Selatan. NU atau kebangkitan ulama ternyata bukan saja gabungan ulama
ortodoks tetapi juga ulama modern.
4. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Latar belakang didirikannya PNI adalah akibat dari situasi sosiopolitik serta pasca dilarangnya kegiatan yang berbau komunis, pada tahun
1927 berdirilah PNI yang dipelopori oleh Soekarno dan mayoritasnya
anggotanya berasal dari Algemene Studie Club Bandung yang merasa
6
aspirasinya tidak tersalurkan pada organisasi lain.Tujuan PNI pada waktu
adalah mencapai Indonesia merdeka, dengan asas self help atau berdikari,
nonkoperasi, serta marhaenisme. Dalam perjuangannya seringkali PNI
melalui Soekarno sebagai penarik massa karena kelihaianya akan berorasi
mampu membuat PNI menjadi organisasi yang banyak pengikutnya, selain
itu Soekarno pun selalu membuat propaganda yang mampu membakar
semangat rakyat seperti perlunya menghilangkan ketergantungan pada
pemerintah kolonial, serta perlawanan antara front kulit putih dengan sawo
matang.
Propaganda yang sering dilancarkan Soekarno membuat
pemerintah kolonial khawatir sehingga gubernur jenderal pada sidang
Volkraad memberi PNI peringatan agar jangan terlalu radikal, namun pada
sekitar tahun 1929 tersebar fitnah bahwa PNI akan memberontak sehingga
mengakibatkan penangkapan tokoh-tokohnya. Soekarno sebagai salah satu
yang ditangkap menuliskan pembelaannya sehingga dikenal sebagai
Indonesia Menggugat. PNI pun akhirnya dibubarkan namun setelah terjadi
perpecahan sehingga terbentuklah partai baru Partindo dan PNI baru.
C. Masa Moderat (1930-an)
1. Partindo
Partindo merupakan pecahan dari PNI pimpinan Soekarno dan
setelah Soekarno selesai menyelesaikan hukumannya ia langsung diajak
bergabung dalam partai baru ini oleh Mr. Sartono karena dengan adanya
Soekarno di Partindo akan menarik lebih banyak massa pendukung melalui
propaganda dan orasi Soekarno. Tujuan dari Partindo sendri ialah mencapai
satu negara Republik Indonesia merdeka dan kemerdekaan akan tercapai jika
ada persatuan seluruh bangsa Indonesia, konsep sosio-demokrasi dan sosionasionalisme dari Soekarno diterima sebagai cita-cita yang dituju Partindo,
realisasi perjuangan Partindo tetap dengan cara nonkoperasi .
Partindo pun semakin rutin mengadakan kongres dan pada setiap
kongresnya selalu dijelaskan konsep Marhaenisme, keadilan sosial,
kerakyatan dan kebangsaan, serta persatuan Indonesia. Akibat dari
7
propaganda yang dilancarkna Soekarno pemerintah kolonial bersikap keras
dan mengeluarkan peraturan larangan bagi para pegawai negeri untuk tidak
jadi anggota Partindo, sehingga pada puncaknya gubernur jenderal De Jounge
menangkap Soekarno dan dibuang ke Ende Flores, dan Partindo pun menjadi
sempit ruang geraknya meski begitu Partindo berjalan sampai bubar tahun
1936.
2. PNI Baru
Lahirnya PNI baru adalah usaha untuk menghilangkan rasa
ketidakpuasan akibat pembubaran PNI dan pembentukan Partindo, pelopor
dari terbentuknya PNI baru adalah Moh Hatta dan Sutan Syahrir dengan
kepemimpinan dua tokoh tersebut anggota dari PNI baru meningkat
terutama di Jawa Barat dan Jawa Timur sama seperti sebelumnya agenda
nasionalisme tetap menjadi wacana utama dan peningkatan pendidikan
secara merata serta tidak menghendaki pemerintahan yang dipimpin oleh
kaum ningrat, karena pemerintahan selazimnya dipimpin oleh rakyat.
Antara Partindo dan PNI baru terdapat perbedaan dimana masyarakat
menganggap Partindo sebagai partainya Soekarno dan PNI baru sebagai
partainya Hatta Syahrir, sehingga bila dilihat dari golongan sosial Partindo
adalah partai bangsawan dan PNI baru adalah partai golongan bawah.
3. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
Kepasifan PPPKI menyebabkan tenggelamnya persatuan Bangsa
Indoneisa. Oleh karena itu, diperlukan wadah baru untuk merapatkan
barisan dalam menentang penjajah Belanda. Hal ini ditempuh karena
beberapa sebab. Pertama, tidak adanya keputusan yang bersifat politik baik
dari MIAI sebagai organisasi religius maupun Parindra dari non religius
(Kartodirdjo, 1990: 185). Kedua, tersumbatnya Volksraad dalam
mengeluarkan aspirasi Bangsa Indonesia melalui kaum pergerakan.
Mandegnya fraksi nasional dan ditolaknya Petisi Soetardjo merupakan
contoh dari kegagalan ini. Ketiga, kegagalan Badan Perantaraan Partaipartai Politik Indonesia (BAPEPPI) dalam melaksanakan programnya.
Keempat, melalui heterogenitas Indonesia dikumandangkan rencana Colijn
8
untuk membentuk negara-negara pulau sebagai reaksi dari politik devide et
impera.
Selain faktor-faktor di atas, hal yang tidak kalah pentingnya
adalah situasi internasional pada saat itu. Alasan ini pula yang
melatarbelakangi inisiatif Husni Thamrin (Parindra) mengadakan rapat
tanggal 19 Maret 1939 untuk mendirikan badan konsentrasi yang baru.
Sebagai realisasi dari rapat di atas, maka pada tanggal 21 Mei 1939 diadakan
rapat umum yang menghasilkan pembentukan konsentrasi nasional,
Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
2. Perjuangan Revolusioner Indonesia
Setelah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada
tanggal 17 Agustus 1945, di negeri yang baru merdeka ini muncul konflik antara
pejuang kemerdekaan dan para penjajah yang masih ingin menguasai Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa konflik pasca Kemerdekaan Indonesia :
A. Pertempuran Surabaya 10 Nopember 1945 (Surabaya)
Pertempuran Surabaya 10 Nopember merupakan pertempuran pertama
pasukan
Indonesia dengan pasukan asing (Belanda) stelah proklamasi
kemerdekaan. Pertempuran ini dilatar belakangi oleh perbedaan presepsi tentang
kepemilikan senjata. Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan rakyat Indonesia yang
baru saja mendapatkan senjata rampasan dari tentara Jepang yang menyerah
diperintahkan oleh Ingris untuk menyerahkan senjata. Perintah tersebut dipandang
sebagai intervensi terhadap kemerdekaan Indonesia, karena dengan adanya perintah
tersebut Indonesia tidak diperkenankan unruk melindungi diri sendiri. Selain untuk
perebutan senjata sekutu juga menyelematkan interniran sekutu.3
Sejak kedatangan sekutu pada saat itu, kondisi Surabya sudah tidak
kondusif. Semula TKR yang membantu Ingris dalam melucuti persenjataan Jepang
mulai mengambil jarak dan juga melakukan perlawanan terhadap Ingris demi
mempertahankan senjata dan kedaulatan Indonesia. Serangan terhadap tentara
Ingris dan Belanda mulai terjadi. Gencatan Senjata sempat terjadi, sampai satu
3
David Whel, The Birth of Indonesia, 1948, hlm 52
9
peristiwa memicu pertempuran besar terjadi yaitu meninggalnya Jendral Mallaby
di tangan gerilyawan Indonesia. Hingga peristiwa meninggalnya Jendral Mallaby
membuat Ingris murka hingga mengultimatum TKR khususnya di Surabaya untuk
menyerahkan senjata paling lambat 10 Nopember 1945, atau akan diserbu oleh
tentara Ingris.
Gubernur Soerjo Sungkono dan Bung Tomo secara tegas menolak
seuan sekutu.4 Justru sebaliknya mendengar ultimatum tersebut TKR dan rakyat
Surabaya menjadi lebih gigih dalam melawan Ingris. Terlebih lagi beberapa
organisasi keagamaan (NU dan Masyumi) mengeluarkan pernyataan bahwa perang
mempertahankan kedaulatan merupakan bentuk jihad. Ultimatum penyerahan
senjata itu tidak ditanggapi oleh TKR dan rakyat Surabaya hingga 10 Nopember
1945 terjadilah pertempuran besar di Surabaya. Dalam waktu 3 hari Ingris memang
berhasil menguasai kota Surabaya, namun serangan dari TKR dan rakyat Surabaya
terjadi selama 3 minggu. Tentara Ingris sampai kewelahan menghadapi
pertempuran itu hingga membutuhkan bala bantuan untuk memborbardir kota
Surabaya. Walauun akhirnya tentara Ingris berhasil menguasai kota Surabaya,
pertempuran itu menjadi sebuah bukti bahwa Indonesia sudah menjadi negara yang
berdaulat dan rakyat sepenuhnya mendukung kemerdekaan Indonesia.
B. Perang Ambarawa (Semarang)
Perang Ambarawa adalah peristiwa perlawanan rakyat terhadap sekutu
yang terjadi di Ambarawa, sebelah selatan Semarang. Pertempuran ini terjadi pada
12-15 Desember 1945. Pertempuran ini diawali oleh kedatangan sekutu di
Semarang pada tangga 20 Oktober 1945. Mereka datang hanya untuk mengurus
tawanan perang dan berjanji untuk tidak akan menggangu kedaulatan Indonesia.
Pihak Indonesia pun mengizinkan Belanda untuk mengurus tawanan perang yang
berada di penjara Ambarawa dan Magelang. Namun sekutu yang diboncengi oleh
NICA yang kemudian mempersenjatai para tawanan dan insiden bersenjata pun
4
Gamal Komandoko, Kisah 124 Pahlawan dan Pejuang Nusantara (Yogyakarta:Media
Pressindo,2007) hlm 66
10
mulai muncul di Magelang. Kejadian itu meluas setelah sekutu membebaskan
tawanan yang berada di Magelang dan Ambarawa.5
Pada tanggal 26 Oktober 1945 insiden di Magelang berubah menjadi
pertempuran antara pasukan TKR dengan gabungan pasukan Ingris dan NICA dan
insiden itu terhenti setelah Presiden Soekarno dan Brigadir Jendral Bethell datang
ke Magelang tanggal 2 November 1945. Mereka membuat kesepakatan yang
berisi:6
1. Pihak Sekutu tetap menempatkan pasukanya di Magelang untuk
melindungi dan mengurus evakuasi APWI (Allied Prisoners War
and Interneers)
2. Jalan Ambarawa-Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas
Indonesia-Sekutu
3. Sekutu tidak mengakui aktivitas NICA dalam badan-badang yang
berada dibawahnya.
Namun Sekutu mengingkari janjinya, tanggal 20 November 1945 di Ambarawa
terjadi pertempuran antara pasukan TKR dibawah pimpinan Mayor Sumarto dan
tentara Sekutu. Pada tanggal 22 November 1945 pertempuran besar terjadi di dalam
kota dan pasukan Sekutu melakukan pengeboman terhadap kampung-kampung
yang berada disekitar Ambarawa.
Pasukan TKR dengan menggandeng beberapa pasukan dari luar
Ambarawa bertahan di kuburan Belanda hingga membentuk medan di sepanjang
rel kereta api dan membelah kota Ambarawa. Dari arah Magelang pasukan TKR
melakukan serangan fajar dan berhasil menduduki desa Pingit dan merebut desadesa sekitarnya sebelum diduduki Sekutu. Pasukan ini terus melakukan pengejaran
hingga akhirnya musuh terkepung, dan musuh mencoba mematahkan pengepungan
dengan mengancam dari belakang dengan tank-tank nya. Untuk menghindari
5
Adi Sudirman, Sejah Lengkap Indonesia dari Era Klasisk hingga Terkini (Yogyakarta:Diva Press)
hal 344
6
Ibid.
11
jatuhnya korban, pasukan mundur, dengan bantuan resimen dari Yogyakarta
gerakan musuh dapat ditahan didesa Jambu.
Tanggal
11
Desember
1945
Kolonel
Soedirman
melakukan
pengumpulan masing-masing komandan sector dan mendapat kesimpulan bahwa
pasukan musuh sudah terjepit dan perlu dilaksanakannya serangan akhir. Serangan
direncanakan dilakukan esok pagi pada tanggal 12 Desember 1945 pukul 04.30
yang dipimpin masing-masing komandan yang melakukan serangan mendadak dari
semua sektor. Hanya dalam waktu setengah jam, pasukan TKR berhasil mengepung
musuh di dalam kota. Kota Ambarawa dikepung selama 4 hari 4 malam hingga pada
tanggal 15 Desember 1945, musuh meninggalkan Ambarawa dan mundur ke
Semarang.
C. Pertempuran Medan Area
Pasuka sekutu dibawah pimpinan Brigadir T.E.D Kelly mulai mendarat
di Sumatra Utara pada 9 Oktober 1945. Mereka datang dipersiapkan untuk
mengambil alih pemerintahan, pemerintah RI Sumatra Utara memperkenankan
mereka untuk menepati hotel di Kota Medan dan sebagian dari mereka ditempatkan
Binjai, Tanjung Morawa dengan memasang tenda lapangan.7 Sehari setelah
mendarat mereka mendatangi camp tawanan untuk membantu membebaskan
tawanan dengan persetujuan Gubernur M. Hassan. Setelah pembebasan tersebut
mereka membentuk kelompok dan sikap mereka berubah menjadi n=congak dan
seolah-olah merekalah pemenang dalam perang. Sikap ini yang memicu berbagai
insiden yang dilakukan oleh pemuda Medan.
Inisden pertama terjadi pada tanggal 13 Oktober 1945 dari sebuah hotel
di Jalan Bali. Insiden ini berawal dari salah seorang penghuni hotel merampas dan
menginjak-injak lencana Merah-Putih yang di oakai seseorang yang ditemuinya,
akibatnya hotel itu diserang dan dirusak oleh pemuda. Dalam insiden ini jatuh
korban 96 orang luka, sebagian besar adalah orang-orang NICA.8 Insiden ini
kemudian menular diberbagai kota seperti Pematang Siantar dan Brastagi. Untuk
7
Biro Sejarah Prima, Medan Area Mengisi Proklamasi, Medan, 1976, hal 240
Tim Asistensi Pangdam II/Bukit Barisan, Sejarah Perjuangan Komando Daerah Militer II/ Bukit
Barisan, jilid I, 1997, hal 107
8
12
memulai aksinya dalam rangka melemahkan kekuatan RI, Ingris melakukan
ultimatum untuk menyerahkan senjata kepada sekutu.
Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak sekutu memasang papan-papan
yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota
Medan. Sekutu pun melakukan aksi pembersihan terhadap unsur-unsur Indonesia
yang berada di Medan. Para pemuda membalas aksi tersebut sehingga daerah
tersebut menjadi tidak aman. Setiap usaha pengusiran akan dibalas dengan
pengepungan bahkan terjadi tembak-menembak. Pada tanggal 10 Desember 1945
seorang pemuda berhasil menculik seorang perwira Ingris, dan beberapa truk
berhasil dihancurkan. Dengan adanya peristiwa ini sekutu pun mengerluarkan
Ultimatum agar menyerahkan senjata mereka dan apabila mereka melanggar akan
ditembak mati.
Pada Bulan April 1946 tentara Ingris mendesak Pemerintahan RI
dipindah keluar Kota Medan. Gubernur, markas TKR dan tempat penting lainya
pindah di Pematang Siantar, dengan demikian Sekutu berhasil menguasai Kota
Medan. Pada tanggal 10 Agustus 1946 di Tebingtinggidiakan suatu pertemuan
antara komandan pasukan yang berjuang pada Medan Area. Pertemuan ini
menghasilkan terbentuknya suatu komando yang bernama Lasykar Rakyat Medan
Area.9 Dibawah komando inilah kemudian mereka meneruskan perjuangan Medan
Area.
D. Bandung Lautan Api
Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar ayng terjadi di
Kota Bandung Provinsi Jawa Barat, pada tanggal 24 Maret 1946. Dalam peristiwa
tersebut hanya dalam waktu 7 jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar
rumah mereka dan bergegas bergerak meninggakan kota menuju daerah
pegunungan selatan Bandung. Hal itu dilakukan untuk mencegah tentara sekutu dan
NICA (Natherlands Indies Civil Administration) untuk menggunakan Kota
Bandung sebagai markas strategis dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Kedatangan pasukan Ingris bagian dari Brigade MacDonald tiba di
Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945. Sejak awal hubungan mereka dengan
9
Biro Sejarah Prima, op. cit hal 285
13
pemerintah sudah tegang. Mereka menuntut agar semua senjata api yang ada di
tangan penduduk kecuali TKR dan Polisi diserhkan kepada mereka. Belanda
melakukan tindakan yang mulai menganggu keamanan yang mengakibatkan
bentrokan bersenjata antara Ingris dan TKR terjadi. Malam tanggal 24 November
1945, TKR dan badan-badan perjuangan melancarkan serangan terhadap
kedudukan Ingris di bagian utara, termasuk Hotel Hotman dan Hotel Preanger yang
mereka gunakan sebagai markas. Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan
ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar mengosongkan Bandung Utara dari
penduduk Indonesia dan pasukan bersenjatanya.
Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI)
meninggalkan Kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi bumi
hangus. Para pejuang Indonesia tidak rela apabila Bandung timanfaatkan oleh pihak
sekutu dan NICA. Keputusan untuk membumi hanguskan Bandung diambil melalui
musyawarah Madjelis Persatoean Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan
pihak Republik Indonesia. Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan
Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan
evakuasi Kota Bandung. Hari itu juga rombongan besar penduduk Bandung
menginggalakan kota.
Kota Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat, hingga
Tentara Ingris mulai menyerang
sehingga pertempuran terjadi. Pertempuran
terbesar terjadi di Desa Dayeuhkolot sebelah selatan Bandung, yang terdapat
gudang amunisi besar milik tentara sekutu. Dalam pertempuran ini Mohammad
Toha dan 2 anggota BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun untuk menghancurkan
gudang itu. Mohammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan
dinamit. Staf Pemerintah Kota yang awalnya tidak mau meninggalkan kota, namun
demi keselamatan mereka, pada pukul 21.00 mereka ikut dalam rombongan yang
mengevakuasi dari Bandung. Sejak itu pukul 24.00, Bandung Selatan telah kosong
dari pendudukan dan TRI, dana pi masih membumbung membakar Kota Bandung.
14
3. Perundingan Pasca Kemerdekaan Indonesia
Pemerintah berusaha memperoleh pengakuan terhadap kedaulatan
negara dan pemerintah RI dari sekutu, terutama Belanda yang masih menganggap
bahwa Indonesia merupakan daerah jajahannya. Salah satu bentuk perjuangan
bangsa Indonesia yaitu melalui diplomasi (melalui meja perundingan). Berikut
merupakn beberapa perundingan tersebut:
A. Pertemuan Soekarno – Van Mook
Pertemuan antara wakil- wakil Belanda dengan para pemimpin
Indonesia diprakarsai oleh panglima AFNEI Letnal jendral sir Philip christison
pada tanggal 25 oktober 1945. Dalam pertemuan tersebut Indonesia diwakili oleh :
a) Soekarno, Mohamad Hatta
b) Ahmad Sobardjo
c) H. Agus Salim
sedangkan pihak Belanda diwakili oleh :
a) Van Mook
b) Der Plas
pertemuan ini merupakan pertemuan untuk menjajagi kesepakatan kedua belah
pihak yang berselisih. Presiden soekarno mengemukakan kesediaan pemerintah
republic Indonesia untuk berunding atas dasar pengakuan hak rakyat Indonesia
untuk menentukan nasibnya sendiri. Sedangkan van mook mengemukakan
pandangannya mengenai masalah Indonesia di masa depan bahwa Belanda ingin
menjalankan untuk Indonesia menjadi Negara lingkungan kerajaan Belanda. Yang
terpenting menurut van mook bahwa pemerintah Belanda akan memasukkan
Indonesia menjadi anggota perserikatan bangsa-bangsa. Tindakan van mook
tersebut disalahkan oleh pemerintah Belanda terutama oleh parlemen, bahkan van
mook akan di pecat dari jabatan wakil gubernur jendral hindia Belanda (Indonesia).
15
B. Pertemuan Syahrir-Van Mook
Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 17 november 1945 bertempat di
markas besar tentara inggris di Jakarta (jalan imam bonjol no.1). dalam pertemuan
ini pihak sekutu diwakili oleh letnal jendral christison, pihak Belanda oleh Dr. H.J.
van mook, sedangkan delegasi republic Indonesia dipimpin oleh perdana mentri
sutan syahrir sebagai pemrakarsa pertemuan ini.
Christison bermaksud mempertemukan pihak Indonesia dan Belanda
disamping menjelaskan maksud kedatangan tentara sekutu, akan tetapi pertemuan
ini tidak membawa hasil.
C. Perundingan Syahrir-Van Mook
Pertemuan-pertemuan yang di prakarsai oleh letnal jendral christison
selalu mengalami kegagalan. Akan tetapi pemerintah inggris terus berupaya
mempertemukan Indonesia dengan Belanda bahkan ditingkatkan menjadi
perundingan. Untuk mempertemukan kembali pihak Indonesia dengan pihak
Belanda, pemerintah inggris mengirimkan seorang diplomat ke Indonesia yakni sir
Archibald clark kerrsebagai penengah. Pada tanggal 10 februari 1946 perundingan
Indonesia –Belanda dimulai. Pada waktu itu van mook menyampaikan pernyataan
politik pemerintah Belanda antara lain sebagai berikut :
a. Pemerintah akan dijadikan Negara Commonwealth berbentuk
federasi yang memiliki pemerintahan sendiri didalam lingkungan
kerajaan Belanda.
b. Urusan dalam negeri dijalankan Indonesia sedangkan urusan luar
negri oleh pemerintah Belanda.
Selanjutnya pada tanggal 12 maret 1946 syahrir menyampaikan usul balasan yang
berisi antara lain :
a. RI harus diakui sebagai Negara yang berdaulat penuh atas wilayah
bekas hindia-Belanda.
16
b. Federasi Indonesia-Belanda akan dilaksanakan pada masa tertentu
dan urusan luar negri dan pertahanan diserahkan kepada suatu badan
federasi yang terdiri atas orang-orang Indonesia dan Belanda.
Usul dan pihak Indonesia di ats tidak diterima oleh pihak Belanda dan selanjutnya
van mook secara pribadi mengusulkan untuk mengakui republic Indonesia sebagai
wakil jawa untuk mengadakan kerja sama dalam rangka pembentukan Negara
federal dalam linkungan kerajaan Belanda. Pada tanggal 27 maret 1946 sutan
syahrir mengajukan usul baru kepada van mook antara lain :
a. supaya pemerintah Belanda mengakui kedaulatan de facto RI atas
jawa dan Sumatra
b. supaya RI dan Belanda bekerja sama membentuk republic Indonesia
serikat (RIS).
c. RIS bersama-sama dengan Nederland,suriname, curacao, menjadi
peserta dalam ikatan Negara Belanda.
D. Perundingan Di Hooge-Veluwe
Perundingan ini dilaksanakan pada tanggal 14-25 april 1946 di hoogevaluwe (Belanda) yang merupakan kelanjutan dan pembicaraan-pembicaraan yang
telah disepakati syahrir dan van mook. Para delegasi dalam perundingan ini adalah:
Dari pihak pemerintah RI adalah :
a. Mr. suwandi
b. Dr. sudarsono
c. Mr. A.K. pringgodigdo
sedangkan dari pihak Belanda adalah :
a. Dr. van mook
b. prof. logemann
c. Dr. idenburgh
d. Dr. van royen
e. prof. van asbeck
f. sultan hamid II
17
g. surio santosa
dan sebagai penengah diwakili oleh sekutu yakni sir Archibald clark kerr.
Perundingan yang berlangsung di hooge valuwe ini tidak membawa
hasil sebab Belanda menolak konsep hasil pertemuan syahrir-van mook-clark kerr
di Jakarta. Pihak Belanda tidak bersedia memberikan pengakuan de facto
kedaulatan RI atas jawa dan Sumatra tetapi hanyajawa dan Madura serta dikurangi
daerah-daerah yang di duduki oleh pasukan sekutu dengan demikian untuk
sementara waktu hubungan Indonesia-Belanda terputus, akan tetapi van mook
masih berupaya mengajukan usul bagi pemerintahanya kepada pihak RI.
E. Perundingan Linggarjati
Walaupun perundingan hooge-valuwe mengalami kegagalan akan
tetapi dalam prinsipnya bentuk-bentuk kompromi antara Indonesia Belanda sudah
diterima dan dunia memandang bahwa bentuk-bentuk tersebut sudah pantas, oleh
sebab itu pemerintah inggris masih memiliki perhatian besar terhadap penyelesaian
pertikaian Indonesia-Belanda. Dengan mengirim lord killearn sebagai pengganti
prof schermerhorn.
Pada tanggal 7 oktober 1946 lord killearn berhasil mempertemukan
wakil-wakil pemerintah Indonesia dan Belanda ke meja perundingan yang
berlangsung di kediaman konsul jendral inggris di Jakarta. Dalam perundingan ini
masalah gencatan senjata yang tidak mencapai kesepakatan akhirnya dibahas lebih
lanjut oleh panitia yang dipimpin oleh lord killearn. Hasil kesepakatan di bidang
militer yaitu dibentuknya sebuah komisi bersama gencatan senjata untuk masalahmasalah teknis pelaksanaan gencatan senjata.
Delegasi Belanda dipimpin oleh prof. scermerhorn dengan anggotanya
yaitu : max van poll, F. de baer, H.J van mook. Delegasi Indonesia dipimpin
olehperdana mentri syahrirdan anggotanya yaitu : Mr. moh roem, Mr. amir,
sjariefudin, Mr. soesanto tirtoprodjo, Dr. A.K gani,Mr. au boediardjo
18
Sedangkan sebagai penengahna adalah lord killearn, komisaris
istimewa inggris untuk asia tenggara. Hasil perundingan linggarjati ditandatangani
pada tanggal 25 maret 1947 yang berisi :
a. Belanda mengakui secara de facto RI dengan wilayah kekuasaan
yang meliputi : Sumatra, jawa, dan Madura. Belanda harus sudah
meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 januari 1945.
b. Belanda-Indonesia kerjasama membentuk RIS
c. RIS dan Belanda membentuk uni Indonesia-Belanda
F. Perundingan Renville
Perundingan renville ini dimulai pada tanggal 8 desember 1947 dimana
pihak Indonesia mengirimkan delegasi yang dipimpin oleh Mr. amir syarifudin ,
sedangkan pihak Belanda dipimpin oleh R. abdulkadir widjojo, seorangIndonesia
yang memihak Belanda.
Hasil perundingan renville baru ditandatangani pada tanggal 17 januari
1948 yang intinya sebagai berikut :
a. pemerintah RI harus mengakui kedaulatan Belanda atas hindia
Belanda sampai pada waktu yang ditetapkan oleh kerajaan Belanda
untuk mengakui Negara Indonesia serikat (NIS)
b. akan diadakan pemungutan suara untuk menentukan apakah
berbagai penduduk di daerah-daerah jawa,Madura, dan Sumatra
menginginkan daerahnya bergabung dengan RI atau Negara bagian
lain dan NIS
c. tiap Negara berhak tinggal di luar NIS atau menyelenggarakan
hubungan khusus dengan NIS atau dengan Nederland.
Akibat perundingan renville ini wilayah RI yang meliputi jawa, Madura
dan Sumatra menjadi lebih sempit lagi. Akan tetapi RI bersedia mendatangani
perjanjian ini karena beberapa alasan diantaranya adalah karena persediaan amunisi
19
perang semakin menipis sehingga kalau menolak berarti Belanda akan menyerang
lebih hebat.
G. Persetujuan Roem-Royen
Ketika Dr. beel menjabat sebagai wakil tinggi mahkota Belanda di
Indonesia. Ia mempunyai pandangan yang berbeda dengan van mook tentang
Indonesia. Ia berpendirian bahwa di Indonesia harus dilaksanakan pemulihan
kekuasaan pemerintah kolonial dengan tindakan militer. Oleh karena itu pada
tanggal 18 desember 1948 Dr. beel mengumumkan tidak terikat dengan
perundingan renville dan dilanjutkan tindakan agresi militernya yang kedua pada
tanggal 19 desember 1948 pada pukul 06.00 pagi dengan menyerang ibu kota RI
yang berkedudukan di Yogyakarta.
Dengan peristiwa ini komisi tiga Negara (KTN) di ubah namanya
menjadi komisi perserikatan bangsa-bangsa untuk Indonesia (united nations
commission for Indonesian
atau UNCI). Komisi UNCI bertugas membantu
melancarkan perundingan-perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada
tanggal 7 mei 1949 Mr. moh roem selaku ketua delegasi Indonesia dan Dr. van
royen selaku ketua delegasi Belanda yang masing-masing membuat pernyataan
sebagai berikut :
A. Pernyataan Mr. Moh Roem :
1. mengeluarkan perintah kepada pengikut republik yang
bersenjata untuk menghentikan perang gerilya.
2. Bekerja sama dalam hal mengembalikan perdamaian dan
menjaga ketertiban dan keamaan.
3. Turut serta dalam konferensi meja bundar di den haag
dengan maksud untuk mempercepat penyerahan kedaulatan
yang sungguh-sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia
serikat dengan tidak bersyarat.
B. Pernyataan Dr. Van Royen
20
1. Menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta
2. Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan
pembebasan semua tahanan politik
H. Konferensi Meja Bundar (KMB)
Pada tanggal 23 agustus sampai 2 november 1949 diadakanlah
konferensi meja bundar di den haag (Belanda) sebagai ketua KMB adalah perdana
mentri Belanda, williem drees. Delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, BFO
dibawah pimpinan sultan hamid II dan Pontianak, dan delegasi Belanda dipimpin
van maarseveen sedangkan UNCI sebagai mediator dipimpin oleh chritchley.
Pada tanggal 2 november 1949 berhasil ditandatangani persetujuan
KMB. Isi dan persetujuan KMB adalah sebagai berikut :
a. Belanda mengakui kedaulatan kepada RIS pada akhir bulan
desember 1949
b. Mengenai irian barat Penyelesaiannya ditunda satu tahun setelah
pengakuan kedaulatan
c. Antara RIS dan kerajaan Belanda akan diadakan hubungan uni
Indonesia Belanda yang akan diketahui ratu Belanda
d. Segera dilakukan penarikan mundur seluruh tentara Belanda
e. Pembentukan angkatan perang RIS dengan TNI
Sebagai intinya dan hasil KMB itu dinyatakan bahwa pada akhir bulan
desember 1949 Indonesia di akui kedaulatannya oleh Belanda. Oleh karena itupada
tanggal 27 desember 1949 diadakanlah pendatanganan pengakuan kedaulatan di
Belanda. Pihak Belanda di tandatangani oleh : Rratu Juliyana, Perdana Mentri Dr.
Willem Dress, Mentri Seberang Lautan Mr. AM. J.A Sassen sedangkan delegasi
Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta pada waktu yang sama di Jakarta. Sri
Sultan Hangkebuwono IX dan wakil tertinggi mahkota AH.J lovink mendatangani
naskah pengakuan kedaulatan. Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh Belanda ini
maka Indonesia berubah bentuk negaranya berubah menjadi Negara serikat yakni
republic Indonesia serikat (RIS).
21
BAB III
KESIMPULAN
Masa pergerakan Nasional di Indonesia terjadi dalam beberapa
pembabakan waktu yaitu pada masa awal pergerakan yang meliputi organisasi Budi
Utomo, Serekat Islam, Muhamadiyah dan Indische Partji. Masa Radikal terdapat
organisasi Perhimpunan Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Nahdlatul Ulama
dan Partai Nasional Indonesia. Masa Moderat terdapat organisasi Partindo, PNI
Baru dan Gapi.
Setelah Indonesia merdeka, para penjajah tidak mau pergi begitu saja
meninggalkan bangsa ini hingga terjadi beberapa pemberontakan di Indonesia ini.
Pemberontakan yang berlangsung di beberapa daerah seperti Surabaya, Ambarawa,
Medan dan Bandung.
Jalan lain selain pertempuran dalam mempertahankan kemerdekaan,
Indonesia juga melakukan perundingan-perundingan dengan pihak sekutu.
Pertemuan dan perundingan itu antara lain Pertemuan Van-Mook dan Seokarno,
Pertemuan Syahrir dan Van-Mook, Perundingan Syahrir dan Van-Mook,
Perundingan Hooge Veluwe, Perundingan Linggarjati, Perundingan Renville,
Persetujuan Roem-Royen, dan Konfrensi Meja Bundar.
22
DAFTAR RUJUKAN
1. Sudirman Adi. 2014. Sejrah Lengkap Indonesia dari Era Klasisk hingga
Terkini. Yogyakarta : Diva Press, hlm 344
2. Tim Nasional Penulisan Sejarah, Sejarah Nasional Indonesia, jilid VI,
Jakarta:Balai Pustaka.2012
3. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/19630311198
9011-AYI_BUDI_SANTOSA/BUKU_AJAR_SPNI.pdf hal 15 diakses
pada 17 Maret 2017, pukul 8:55:34
23
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode perjuangan pada tahun 1945-1949 sering disebut dengan
masa perjuangan revolusioner fisik atau perang mempertahankan kemerdekaan.
Setelah pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 perjuangan bangsa Indonesia tidak pernah berhenti karena bangsa
Indonesia harus menentukan arah untuk mempertahankan kemerdekaanya. Apabila
perjuangan pada masa kebangkitan nasional hanya bertujuan untuk mencapai
kemerdekaan, maka masa revolusi hanya bertujuan untuk mempertahankan
kemerdekaan. Pembacaan teks proklamasi sesungguhnya tidak menjadikan Bangsa
Indonesia bisa terlepas dari kekuatan negara asing yang seama ini telah menjajah
Indonesia. Dengan adanya hal tersebut terlihat bahwa sikap Jepang yang masih
berusaha melakukan perlawanan kepada rakyat Indonesia dan membuat kondisi
keamanan Indonesia mulai tidak stabil.
B. Rumusan Masalah
1. Organisasi apa yang muncul dalam pergerakan Nasional Indonesia ?
2. Apa saja perjuangan revolusioner Indonesia ?
3. Perundingan apa saja yang terjadi pasaca Kemerdekaan Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui organisasi yang muncul dalam pergerakan Nasional
Indonesia.
2. Untuk mengetahui perjuangan revolusioner Indonesia.
3. Untuk mengetahui perundingan pasca Kemerdekaan Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia
Sejarah Pergerakan Nasional mempunyai pengertian dan menunjuk
pada seluruh proses terjadinya dan berkembangnya nasionalisme Indonesia dalam
segala perwujudannya., berdasarkan kesadaran, sentimen bersama dan keinginan
berjuang untuk kebebasan rakyat dalam wadah negara kesatuan. Organisasi
pergerakan Indonesia terbagi dalam 3 masa yaitu masa awal pergerakan nasional,
masa radikal dan masa moderat.1
A. Masa Awal (Perkembangan)
1. Budi Utomo
Pada tahun 1907 Dr. Wahidin seorang tokoh cendikiawan yang
merasa bertanggung jawab atas kebodohan dan keterbelakangan bangsanya
melakukan kunjungan ke sekolah STOVIA (salah satu lembaga pendidikan
yang menghasilkan priyayi rendah Jawa). Siswa di sana sangat bersemangat
dan memberikan tanggapan yang baik atas kedatangan Dr. Wahidin.2
Bersama beberapa siswa STOVIA seperti Soetomo dan Goenawan
Mangunkusumo, Dr. Wahidin mengadakan perjalanan keliling Pulau Jawa
untuk menghimpun dana pendidikan. Usaha yang dilakukan oleh Dr.
Wahidin itu mendapat simpati yang besar dari semua kalangan. Mereka
yang
kebetulan
memiliki
uang
dengan
sukarela
memberikan
sumbangannya. Setelah diadakan rapat-rapat untuk membicarakan lebih
jauh rencana mereka, pada tanggal 20 Mei 1908 bertempat di jalan
Abdulrahman Saleh 26 Jakarta terbentuklah suatu perkumpulan yang
dinamakan Budi Utomo yang berarti “Usaha Mulia”, yang diketuai oleh
Soetomo.
1
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196303111989011AYI_BUDI_SANTOSA/BUKU_AJAR_SPNI.pdf hal 15 diakses pada 17 Maret 2017, pukul 8:55:34
2
Batavtaaach Niewsblad, tanggal 13 Juli 1908: Goenawan Mangoenkoesoemoe, “De Goboorte
van Boedi Oetomo”, Soembangsih, Gedenkboek Boedi Oetomo 1908-20 Mei 1918
2
Pada tanggal 5 Oktober 1908 Budi Utomo mengadakan kongres
di Jogjakarta, dalam kongres tersebut menghasilkan keputusan bahwa Budi
Utomo tidak ikut dalam kegiatan politik dan hanya bergerak di bidang
pendidikan sebagai pusat pergerakan, Jogjakarta ditetapkan sebgai pusat
pergerakan dan wilayah pergerakan terbatas hanya berada di Jawad an
Madura. Namun sejak tahun 1915 kegiatan Budi Utomo tidak hanya
bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, tetapi juga di bidang
politik.
2. Serikat Islam
Pergerakan ini awalnya bernama Serikat Dagang Islam (SDI)
yang didirikan oleh H. Samanhudi di Surakarta pada tahun 1911. Namun
pada tanggal 10 September 1912 SDI berubah menjadi Serekat Islam (SI).
SI adalah organisasi yang bercorak social, ekonomi, pendidikan dan
keagamaan, namun dalam perkembangannya SI juga bergerak dalam bidang
politik.
Pada tanggal 20 Januari 1913 SI mengadakan kongres pertama di
Surabaya, dalam kongres ini mengambil keputusan bahwa SI nukan partai
Politik dan tidak akan melawan pemerintah Hindia-Belanda, Surabaya
ditetapkan sebagai pusat SI dan HOS Tjokroaminoto dipilih menjadi ketua
SI. Kongres pertama ini dilnjutkan dengan kongres kedua yang menegaskan
bahwa SI hanya terbuka bagi rakyat biasa. Kongres SI ketiga (1916)
bertempat di Bandung, dalam kongres ini SI sudah mulai melontarkan
pernyataan politiknya dan bercita-cita menyatukan seluruh penduduk
Indonesia. Kongres keempat (1917) bertempat di Jakarta, dalam kongres
ini SI menegaskan ingin memperoleh pemerintahan sendiri (kemerdekaan).
Pada tahun 1917-1920 perkembangan SI sangat terasa
pengaruhnya dalam dunia politik Indonesia. Sikap demokratis dan kesiapan
berjuang SI dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh sosialis untuk mengembangkan
ajaran Maxis (sosialis). Sebagai akibat masuknya paham sosialis dalam SI,
pada tahun 1921 SI pecah menjadi 2 kubu yaitu SI Sayap Kanan (Sayap
3
Putih) dan SI Sayap Kiri (Sayap Merah) dan SI sayap kiri nantinya menjadi
PKI.
3. Muhammadiyah
Muhammadiyah berdiri di Jogjakarta pada tanggal 18 November
1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah merupakan organisasi
yang berasaskan Islam dan berhaluan non politik. Organisasi ini bergerak
dalam bidang agama, pendidikan, sosial dan budaya. Pada tahun 1918 kaum
wanita Muhammadiyah mendirikan Aisiyah dengen tujuan dan kegiatan
yang hamper sama dengan Muhammadiyah.
Organisasi Muhammadiyah ini bertujuan untuk mewujudkan
umat Islam yang cerdas dan berwawasan kebangsaan. Untuk mencapai
tujuannya, Muhammdiyah mendirikan lembaga pendidikan, masjid dan
penerbitan. Selain itu Muhamadiyah juga mengadakan pertemuan guna
membahas masalah-maslaah Islam.
4. Indische Partji (IP)
Indische Partji berdiri di Bandung pada 25 Desember 1912 oleh
Tiga Serangkai (Douwes Dekker, dr Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi
Suryaningrat). IP merupakan organisai pergerakan nasional yang terangterangan bergerak dalam bidang politik. Tujuan dari organisasi ini adalah
menumbuhkan dan meningkatkan nasionalisme untuk memajukan tanah air
yang dilandasi jiwa nasional serta mempersiapkan kehidupan rakyat yang
merdeka.
Gerakan IP sangatlah mengkhawatirkan pemerintah Kolonial
Belanda, karena IP brsifat radikal dalm menuntut kemerdekaan Indonesia.
Keadaan itu yang menyebabkan pemerintah bersikap keras terhadap IP
permohonan IP untuk mendapatkan badan hukum sia-sia belaka dan
organisasi ini dinyatakan sebagai partai terlarang sejak 4 Maret 1913. para
pemimpin IP pun ditangkap dan dibuang ke tempat-tempat yang jauh. Usia
IP sangat pendek, namun ―bagaikan sebuah tornado yang melanda Jawa‖.
Oleh penerusnya setelah IP dibubarkan dan pimpinannya di buang kemudian
organisasi itu bernama Insulinde.
4
B. Masa Radikal (1920-1927)
1. Perhimpunan Indonesia
Organisasi ini mulanya bernama Indische Vereeniging yang
berdiri di Belanda pada tahun 1908 yang dipelopori oleh mahasiswa
Indonesia yang belajar di Belanda yang kemudian berganti menjadi Indonesia
Vereeniging pada tahun 1922. PI merupakan organisasi radikal sebagai akibat
pemikiran Moh Hatta, dialah yang menyebabkan PI berkembang dan dialah
yang merangsang intelektual rekan-rekannya. Oleh karena itu PI mempunyai
beberapa tujuan pokok dalam perjuangannya:
a. Membentuk suatu negara Indonesia merdeka.
b. Partsipasi seluruh lapisan rakyat Indonesia dalam suatu perjuangan
terpadu untuk mencapai kemerdekaan.
c. Konflik kepentingan antara penjajah dan yang dijajah harus dilawan
dengan mempertajam dan mempertegas konflik. Konflik ditujukan
untuk melawan penjajah.
d. Pengaruh buruk penjajahan Belanda terhadap kesehatan fisik dan psikis
bangsa Indonesia harus segera dipulihkan dan dinormalkan dengan cara
terus berjuang mencapai kemerdekaan.
Aktivitas PI senantiasa gencar dilakukan baik oleh mahasiswa
ditanah air maupun yang ada dinegeri Belanda. Para mahasiswa ini secara
teratur melakukan diskusi dan mengkritik pemerintah Belanda serta menuntut
kemerdekaan Indonesia dengan cepat.
2. Partai Komunis Indoneisa (PKI)
Ajaran Komunis di Indonesia dibawa oleh orang Belanda
bernama H.J.F.M Sneevliet. Sneevliet mendirikan partai yang berhaluan
komunis dengan nama Indische Social Democraties The Veregining (ISDV).
Namun ajaran komunis kurang diminati oleh rakyat Indonesia sehingga
mengubah taktik penyebaran dengan melakukan penyusupan pada organisasi
5
yang telah ada. Akhirnya pada 23 Mei 1920 dibentulah organisasi dengan
nama Partai Komunist Hindia yang pada bulan Desember di tahun yang sama
berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI)
3. Nahdatul Ulama (NU)
NU adalah organisasi sosial keagamaan atau jam‘iyyah diniyah
Islamiyah yang didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari, pemegang teguh salah
satu dari empat madzhab berhaluan Ahlusunnah wal jam‘ah, yang bertujuan
tidak saja mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam tetapi juga
memperhatikan masalah sosial ekonomi, dan sebagainya, dalam rangka
pengabdian kepada umat manusia. Pada dasarnya NU tidak mencampuri
urusan politik dan dalam kongresnya pada bulan Oktober 1928 di Surabaya
diambil keputusan untuk menentukan reformasi kaum modernis dan
perubahan-perubahan yang dilakukan Wahabid Hijaz.
Di dalam kongres NU di Menes, Banten pada tahun 1938 jelas
bahwa NU berusaha meluaskan pengaruhnya ke seluruh Jawa. Di dalam
kongres tahun 1940 di Surabaya diputuskan berdirinya bagian wanita
Nahdlatul Ulama Muslimat dan bagian pemuda Ansor, sudah beberapa tahun
sebelumnya dibentuk. Selama sepuluh tahun setelah berdirinya, NU
menunjukkan kegiatan sendiri terutama dalam menghadapi desakan aliran
Wahabi yang dianggapnya akan merapuhkan faham Ahlusunnah wal jam‘ah.
Namun karena terdesak kebutuhan untuk mengadakan persatuan umat Islam
maka pada tahun 1937 NU bergabung dalam MIAI. Hal ini dapat dimengerti
bahwa kerjasama kolektif akan lebih menguntungkan dalam menghadapi
tantangan dari luar khususnya ancaman Jepang yang mulai bergerak ke
Selatan. NU atau kebangkitan ulama ternyata bukan saja gabungan ulama
ortodoks tetapi juga ulama modern.
4. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Latar belakang didirikannya PNI adalah akibat dari situasi sosiopolitik serta pasca dilarangnya kegiatan yang berbau komunis, pada tahun
1927 berdirilah PNI yang dipelopori oleh Soekarno dan mayoritasnya
anggotanya berasal dari Algemene Studie Club Bandung yang merasa
6
aspirasinya tidak tersalurkan pada organisasi lain.Tujuan PNI pada waktu
adalah mencapai Indonesia merdeka, dengan asas self help atau berdikari,
nonkoperasi, serta marhaenisme. Dalam perjuangannya seringkali PNI
melalui Soekarno sebagai penarik massa karena kelihaianya akan berorasi
mampu membuat PNI menjadi organisasi yang banyak pengikutnya, selain
itu Soekarno pun selalu membuat propaganda yang mampu membakar
semangat rakyat seperti perlunya menghilangkan ketergantungan pada
pemerintah kolonial, serta perlawanan antara front kulit putih dengan sawo
matang.
Propaganda yang sering dilancarkan Soekarno membuat
pemerintah kolonial khawatir sehingga gubernur jenderal pada sidang
Volkraad memberi PNI peringatan agar jangan terlalu radikal, namun pada
sekitar tahun 1929 tersebar fitnah bahwa PNI akan memberontak sehingga
mengakibatkan penangkapan tokoh-tokohnya. Soekarno sebagai salah satu
yang ditangkap menuliskan pembelaannya sehingga dikenal sebagai
Indonesia Menggugat. PNI pun akhirnya dibubarkan namun setelah terjadi
perpecahan sehingga terbentuklah partai baru Partindo dan PNI baru.
C. Masa Moderat (1930-an)
1. Partindo
Partindo merupakan pecahan dari PNI pimpinan Soekarno dan
setelah Soekarno selesai menyelesaikan hukumannya ia langsung diajak
bergabung dalam partai baru ini oleh Mr. Sartono karena dengan adanya
Soekarno di Partindo akan menarik lebih banyak massa pendukung melalui
propaganda dan orasi Soekarno. Tujuan dari Partindo sendri ialah mencapai
satu negara Republik Indonesia merdeka dan kemerdekaan akan tercapai jika
ada persatuan seluruh bangsa Indonesia, konsep sosio-demokrasi dan sosionasionalisme dari Soekarno diterima sebagai cita-cita yang dituju Partindo,
realisasi perjuangan Partindo tetap dengan cara nonkoperasi .
Partindo pun semakin rutin mengadakan kongres dan pada setiap
kongresnya selalu dijelaskan konsep Marhaenisme, keadilan sosial,
kerakyatan dan kebangsaan, serta persatuan Indonesia. Akibat dari
7
propaganda yang dilancarkna Soekarno pemerintah kolonial bersikap keras
dan mengeluarkan peraturan larangan bagi para pegawai negeri untuk tidak
jadi anggota Partindo, sehingga pada puncaknya gubernur jenderal De Jounge
menangkap Soekarno dan dibuang ke Ende Flores, dan Partindo pun menjadi
sempit ruang geraknya meski begitu Partindo berjalan sampai bubar tahun
1936.
2. PNI Baru
Lahirnya PNI baru adalah usaha untuk menghilangkan rasa
ketidakpuasan akibat pembubaran PNI dan pembentukan Partindo, pelopor
dari terbentuknya PNI baru adalah Moh Hatta dan Sutan Syahrir dengan
kepemimpinan dua tokoh tersebut anggota dari PNI baru meningkat
terutama di Jawa Barat dan Jawa Timur sama seperti sebelumnya agenda
nasionalisme tetap menjadi wacana utama dan peningkatan pendidikan
secara merata serta tidak menghendaki pemerintahan yang dipimpin oleh
kaum ningrat, karena pemerintahan selazimnya dipimpin oleh rakyat.
Antara Partindo dan PNI baru terdapat perbedaan dimana masyarakat
menganggap Partindo sebagai partainya Soekarno dan PNI baru sebagai
partainya Hatta Syahrir, sehingga bila dilihat dari golongan sosial Partindo
adalah partai bangsawan dan PNI baru adalah partai golongan bawah.
3. Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
Kepasifan PPPKI menyebabkan tenggelamnya persatuan Bangsa
Indoneisa. Oleh karena itu, diperlukan wadah baru untuk merapatkan
barisan dalam menentang penjajah Belanda. Hal ini ditempuh karena
beberapa sebab. Pertama, tidak adanya keputusan yang bersifat politik baik
dari MIAI sebagai organisasi religius maupun Parindra dari non religius
(Kartodirdjo, 1990: 185). Kedua, tersumbatnya Volksraad dalam
mengeluarkan aspirasi Bangsa Indonesia melalui kaum pergerakan.
Mandegnya fraksi nasional dan ditolaknya Petisi Soetardjo merupakan
contoh dari kegagalan ini. Ketiga, kegagalan Badan Perantaraan Partaipartai Politik Indonesia (BAPEPPI) dalam melaksanakan programnya.
Keempat, melalui heterogenitas Indonesia dikumandangkan rencana Colijn
8
untuk membentuk negara-negara pulau sebagai reaksi dari politik devide et
impera.
Selain faktor-faktor di atas, hal yang tidak kalah pentingnya
adalah situasi internasional pada saat itu. Alasan ini pula yang
melatarbelakangi inisiatif Husni Thamrin (Parindra) mengadakan rapat
tanggal 19 Maret 1939 untuk mendirikan badan konsentrasi yang baru.
Sebagai realisasi dari rapat di atas, maka pada tanggal 21 Mei 1939 diadakan
rapat umum yang menghasilkan pembentukan konsentrasi nasional,
Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
2. Perjuangan Revolusioner Indonesia
Setelah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada
tanggal 17 Agustus 1945, di negeri yang baru merdeka ini muncul konflik antara
pejuang kemerdekaan dan para penjajah yang masih ingin menguasai Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa konflik pasca Kemerdekaan Indonesia :
A. Pertempuran Surabaya 10 Nopember 1945 (Surabaya)
Pertempuran Surabaya 10 Nopember merupakan pertempuran pertama
pasukan
Indonesia dengan pasukan asing (Belanda) stelah proklamasi
kemerdekaan. Pertempuran ini dilatar belakangi oleh perbedaan presepsi tentang
kepemilikan senjata. Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan rakyat Indonesia yang
baru saja mendapatkan senjata rampasan dari tentara Jepang yang menyerah
diperintahkan oleh Ingris untuk menyerahkan senjata. Perintah tersebut dipandang
sebagai intervensi terhadap kemerdekaan Indonesia, karena dengan adanya perintah
tersebut Indonesia tidak diperkenankan unruk melindungi diri sendiri. Selain untuk
perebutan senjata sekutu juga menyelematkan interniran sekutu.3
Sejak kedatangan sekutu pada saat itu, kondisi Surabya sudah tidak
kondusif. Semula TKR yang membantu Ingris dalam melucuti persenjataan Jepang
mulai mengambil jarak dan juga melakukan perlawanan terhadap Ingris demi
mempertahankan senjata dan kedaulatan Indonesia. Serangan terhadap tentara
Ingris dan Belanda mulai terjadi. Gencatan Senjata sempat terjadi, sampai satu
3
David Whel, The Birth of Indonesia, 1948, hlm 52
9
peristiwa memicu pertempuran besar terjadi yaitu meninggalnya Jendral Mallaby
di tangan gerilyawan Indonesia. Hingga peristiwa meninggalnya Jendral Mallaby
membuat Ingris murka hingga mengultimatum TKR khususnya di Surabaya untuk
menyerahkan senjata paling lambat 10 Nopember 1945, atau akan diserbu oleh
tentara Ingris.
Gubernur Soerjo Sungkono dan Bung Tomo secara tegas menolak
seuan sekutu.4 Justru sebaliknya mendengar ultimatum tersebut TKR dan rakyat
Surabaya menjadi lebih gigih dalam melawan Ingris. Terlebih lagi beberapa
organisasi keagamaan (NU dan Masyumi) mengeluarkan pernyataan bahwa perang
mempertahankan kedaulatan merupakan bentuk jihad. Ultimatum penyerahan
senjata itu tidak ditanggapi oleh TKR dan rakyat Surabaya hingga 10 Nopember
1945 terjadilah pertempuran besar di Surabaya. Dalam waktu 3 hari Ingris memang
berhasil menguasai kota Surabaya, namun serangan dari TKR dan rakyat Surabaya
terjadi selama 3 minggu. Tentara Ingris sampai kewelahan menghadapi
pertempuran itu hingga membutuhkan bala bantuan untuk memborbardir kota
Surabaya. Walauun akhirnya tentara Ingris berhasil menguasai kota Surabaya,
pertempuran itu menjadi sebuah bukti bahwa Indonesia sudah menjadi negara yang
berdaulat dan rakyat sepenuhnya mendukung kemerdekaan Indonesia.
B. Perang Ambarawa (Semarang)
Perang Ambarawa adalah peristiwa perlawanan rakyat terhadap sekutu
yang terjadi di Ambarawa, sebelah selatan Semarang. Pertempuran ini terjadi pada
12-15 Desember 1945. Pertempuran ini diawali oleh kedatangan sekutu di
Semarang pada tangga 20 Oktober 1945. Mereka datang hanya untuk mengurus
tawanan perang dan berjanji untuk tidak akan menggangu kedaulatan Indonesia.
Pihak Indonesia pun mengizinkan Belanda untuk mengurus tawanan perang yang
berada di penjara Ambarawa dan Magelang. Namun sekutu yang diboncengi oleh
NICA yang kemudian mempersenjatai para tawanan dan insiden bersenjata pun
4
Gamal Komandoko, Kisah 124 Pahlawan dan Pejuang Nusantara (Yogyakarta:Media
Pressindo,2007) hlm 66
10
mulai muncul di Magelang. Kejadian itu meluas setelah sekutu membebaskan
tawanan yang berada di Magelang dan Ambarawa.5
Pada tanggal 26 Oktober 1945 insiden di Magelang berubah menjadi
pertempuran antara pasukan TKR dengan gabungan pasukan Ingris dan NICA dan
insiden itu terhenti setelah Presiden Soekarno dan Brigadir Jendral Bethell datang
ke Magelang tanggal 2 November 1945. Mereka membuat kesepakatan yang
berisi:6
1. Pihak Sekutu tetap menempatkan pasukanya di Magelang untuk
melindungi dan mengurus evakuasi APWI (Allied Prisoners War
and Interneers)
2. Jalan Ambarawa-Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas
Indonesia-Sekutu
3. Sekutu tidak mengakui aktivitas NICA dalam badan-badang yang
berada dibawahnya.
Namun Sekutu mengingkari janjinya, tanggal 20 November 1945 di Ambarawa
terjadi pertempuran antara pasukan TKR dibawah pimpinan Mayor Sumarto dan
tentara Sekutu. Pada tanggal 22 November 1945 pertempuran besar terjadi di dalam
kota dan pasukan Sekutu melakukan pengeboman terhadap kampung-kampung
yang berada disekitar Ambarawa.
Pasukan TKR dengan menggandeng beberapa pasukan dari luar
Ambarawa bertahan di kuburan Belanda hingga membentuk medan di sepanjang
rel kereta api dan membelah kota Ambarawa. Dari arah Magelang pasukan TKR
melakukan serangan fajar dan berhasil menduduki desa Pingit dan merebut desadesa sekitarnya sebelum diduduki Sekutu. Pasukan ini terus melakukan pengejaran
hingga akhirnya musuh terkepung, dan musuh mencoba mematahkan pengepungan
dengan mengancam dari belakang dengan tank-tank nya. Untuk menghindari
5
Adi Sudirman, Sejah Lengkap Indonesia dari Era Klasisk hingga Terkini (Yogyakarta:Diva Press)
hal 344
6
Ibid.
11
jatuhnya korban, pasukan mundur, dengan bantuan resimen dari Yogyakarta
gerakan musuh dapat ditahan didesa Jambu.
Tanggal
11
Desember
1945
Kolonel
Soedirman
melakukan
pengumpulan masing-masing komandan sector dan mendapat kesimpulan bahwa
pasukan musuh sudah terjepit dan perlu dilaksanakannya serangan akhir. Serangan
direncanakan dilakukan esok pagi pada tanggal 12 Desember 1945 pukul 04.30
yang dipimpin masing-masing komandan yang melakukan serangan mendadak dari
semua sektor. Hanya dalam waktu setengah jam, pasukan TKR berhasil mengepung
musuh di dalam kota. Kota Ambarawa dikepung selama 4 hari 4 malam hingga pada
tanggal 15 Desember 1945, musuh meninggalkan Ambarawa dan mundur ke
Semarang.
C. Pertempuran Medan Area
Pasuka sekutu dibawah pimpinan Brigadir T.E.D Kelly mulai mendarat
di Sumatra Utara pada 9 Oktober 1945. Mereka datang dipersiapkan untuk
mengambil alih pemerintahan, pemerintah RI Sumatra Utara memperkenankan
mereka untuk menepati hotel di Kota Medan dan sebagian dari mereka ditempatkan
Binjai, Tanjung Morawa dengan memasang tenda lapangan.7 Sehari setelah
mendarat mereka mendatangi camp tawanan untuk membantu membebaskan
tawanan dengan persetujuan Gubernur M. Hassan. Setelah pembebasan tersebut
mereka membentuk kelompok dan sikap mereka berubah menjadi n=congak dan
seolah-olah merekalah pemenang dalam perang. Sikap ini yang memicu berbagai
insiden yang dilakukan oleh pemuda Medan.
Inisden pertama terjadi pada tanggal 13 Oktober 1945 dari sebuah hotel
di Jalan Bali. Insiden ini berawal dari salah seorang penghuni hotel merampas dan
menginjak-injak lencana Merah-Putih yang di oakai seseorang yang ditemuinya,
akibatnya hotel itu diserang dan dirusak oleh pemuda. Dalam insiden ini jatuh
korban 96 orang luka, sebagian besar adalah orang-orang NICA.8 Insiden ini
kemudian menular diberbagai kota seperti Pematang Siantar dan Brastagi. Untuk
7
Biro Sejarah Prima, Medan Area Mengisi Proklamasi, Medan, 1976, hal 240
Tim Asistensi Pangdam II/Bukit Barisan, Sejarah Perjuangan Komando Daerah Militer II/ Bukit
Barisan, jilid I, 1997, hal 107
8
12
memulai aksinya dalam rangka melemahkan kekuatan RI, Ingris melakukan
ultimatum untuk menyerahkan senjata kepada sekutu.
Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak sekutu memasang papan-papan
yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota
Medan. Sekutu pun melakukan aksi pembersihan terhadap unsur-unsur Indonesia
yang berada di Medan. Para pemuda membalas aksi tersebut sehingga daerah
tersebut menjadi tidak aman. Setiap usaha pengusiran akan dibalas dengan
pengepungan bahkan terjadi tembak-menembak. Pada tanggal 10 Desember 1945
seorang pemuda berhasil menculik seorang perwira Ingris, dan beberapa truk
berhasil dihancurkan. Dengan adanya peristiwa ini sekutu pun mengerluarkan
Ultimatum agar menyerahkan senjata mereka dan apabila mereka melanggar akan
ditembak mati.
Pada Bulan April 1946 tentara Ingris mendesak Pemerintahan RI
dipindah keluar Kota Medan. Gubernur, markas TKR dan tempat penting lainya
pindah di Pematang Siantar, dengan demikian Sekutu berhasil menguasai Kota
Medan. Pada tanggal 10 Agustus 1946 di Tebingtinggidiakan suatu pertemuan
antara komandan pasukan yang berjuang pada Medan Area. Pertemuan ini
menghasilkan terbentuknya suatu komando yang bernama Lasykar Rakyat Medan
Area.9 Dibawah komando inilah kemudian mereka meneruskan perjuangan Medan
Area.
D. Bandung Lautan Api
Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar ayng terjadi di
Kota Bandung Provinsi Jawa Barat, pada tanggal 24 Maret 1946. Dalam peristiwa
tersebut hanya dalam waktu 7 jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar
rumah mereka dan bergegas bergerak meninggakan kota menuju daerah
pegunungan selatan Bandung. Hal itu dilakukan untuk mencegah tentara sekutu dan
NICA (Natherlands Indies Civil Administration) untuk menggunakan Kota
Bandung sebagai markas strategis dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Kedatangan pasukan Ingris bagian dari Brigade MacDonald tiba di
Bandung pada tanggal 12 Oktober 1945. Sejak awal hubungan mereka dengan
9
Biro Sejarah Prima, op. cit hal 285
13
pemerintah sudah tegang. Mereka menuntut agar semua senjata api yang ada di
tangan penduduk kecuali TKR dan Polisi diserhkan kepada mereka. Belanda
melakukan tindakan yang mulai menganggu keamanan yang mengakibatkan
bentrokan bersenjata antara Ingris dan TKR terjadi. Malam tanggal 24 November
1945, TKR dan badan-badan perjuangan melancarkan serangan terhadap
kedudukan Ingris di bagian utara, termasuk Hotel Hotman dan Hotel Preanger yang
mereka gunakan sebagai markas. Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan
ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat agar mengosongkan Bandung Utara dari
penduduk Indonesia dan pasukan bersenjatanya.
Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI)
meninggalkan Kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi bumi
hangus. Para pejuang Indonesia tidak rela apabila Bandung timanfaatkan oleh pihak
sekutu dan NICA. Keputusan untuk membumi hanguskan Bandung diambil melalui
musyawarah Madjelis Persatoean Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan
pihak Republik Indonesia. Kolonel Abdoel Haris Nasoetion selaku Komandan
Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan memerintahkan
evakuasi Kota Bandung. Hari itu juga rombongan besar penduduk Bandung
menginggalakan kota.
Kota Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat, hingga
Tentara Ingris mulai menyerang
sehingga pertempuran terjadi. Pertempuran
terbesar terjadi di Desa Dayeuhkolot sebelah selatan Bandung, yang terdapat
gudang amunisi besar milik tentara sekutu. Dalam pertempuran ini Mohammad
Toha dan 2 anggota BRI (Barisan Rakjat Indonesia) terjun untuk menghancurkan
gudang itu. Mohammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan
dinamit. Staf Pemerintah Kota yang awalnya tidak mau meninggalkan kota, namun
demi keselamatan mereka, pada pukul 21.00 mereka ikut dalam rombongan yang
mengevakuasi dari Bandung. Sejak itu pukul 24.00, Bandung Selatan telah kosong
dari pendudukan dan TRI, dana pi masih membumbung membakar Kota Bandung.
14
3. Perundingan Pasca Kemerdekaan Indonesia
Pemerintah berusaha memperoleh pengakuan terhadap kedaulatan
negara dan pemerintah RI dari sekutu, terutama Belanda yang masih menganggap
bahwa Indonesia merupakan daerah jajahannya. Salah satu bentuk perjuangan
bangsa Indonesia yaitu melalui diplomasi (melalui meja perundingan). Berikut
merupakn beberapa perundingan tersebut:
A. Pertemuan Soekarno – Van Mook
Pertemuan antara wakil- wakil Belanda dengan para pemimpin
Indonesia diprakarsai oleh panglima AFNEI Letnal jendral sir Philip christison
pada tanggal 25 oktober 1945. Dalam pertemuan tersebut Indonesia diwakili oleh :
a) Soekarno, Mohamad Hatta
b) Ahmad Sobardjo
c) H. Agus Salim
sedangkan pihak Belanda diwakili oleh :
a) Van Mook
b) Der Plas
pertemuan ini merupakan pertemuan untuk menjajagi kesepakatan kedua belah
pihak yang berselisih. Presiden soekarno mengemukakan kesediaan pemerintah
republic Indonesia untuk berunding atas dasar pengakuan hak rakyat Indonesia
untuk menentukan nasibnya sendiri. Sedangkan van mook mengemukakan
pandangannya mengenai masalah Indonesia di masa depan bahwa Belanda ingin
menjalankan untuk Indonesia menjadi Negara lingkungan kerajaan Belanda. Yang
terpenting menurut van mook bahwa pemerintah Belanda akan memasukkan
Indonesia menjadi anggota perserikatan bangsa-bangsa. Tindakan van mook
tersebut disalahkan oleh pemerintah Belanda terutama oleh parlemen, bahkan van
mook akan di pecat dari jabatan wakil gubernur jendral hindia Belanda (Indonesia).
15
B. Pertemuan Syahrir-Van Mook
Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 17 november 1945 bertempat di
markas besar tentara inggris di Jakarta (jalan imam bonjol no.1). dalam pertemuan
ini pihak sekutu diwakili oleh letnal jendral christison, pihak Belanda oleh Dr. H.J.
van mook, sedangkan delegasi republic Indonesia dipimpin oleh perdana mentri
sutan syahrir sebagai pemrakarsa pertemuan ini.
Christison bermaksud mempertemukan pihak Indonesia dan Belanda
disamping menjelaskan maksud kedatangan tentara sekutu, akan tetapi pertemuan
ini tidak membawa hasil.
C. Perundingan Syahrir-Van Mook
Pertemuan-pertemuan yang di prakarsai oleh letnal jendral christison
selalu mengalami kegagalan. Akan tetapi pemerintah inggris terus berupaya
mempertemukan Indonesia dengan Belanda bahkan ditingkatkan menjadi
perundingan. Untuk mempertemukan kembali pihak Indonesia dengan pihak
Belanda, pemerintah inggris mengirimkan seorang diplomat ke Indonesia yakni sir
Archibald clark kerrsebagai penengah. Pada tanggal 10 februari 1946 perundingan
Indonesia –Belanda dimulai. Pada waktu itu van mook menyampaikan pernyataan
politik pemerintah Belanda antara lain sebagai berikut :
a. Pemerintah akan dijadikan Negara Commonwealth berbentuk
federasi yang memiliki pemerintahan sendiri didalam lingkungan
kerajaan Belanda.
b. Urusan dalam negeri dijalankan Indonesia sedangkan urusan luar
negri oleh pemerintah Belanda.
Selanjutnya pada tanggal 12 maret 1946 syahrir menyampaikan usul balasan yang
berisi antara lain :
a. RI harus diakui sebagai Negara yang berdaulat penuh atas wilayah
bekas hindia-Belanda.
16
b. Federasi Indonesia-Belanda akan dilaksanakan pada masa tertentu
dan urusan luar negri dan pertahanan diserahkan kepada suatu badan
federasi yang terdiri atas orang-orang Indonesia dan Belanda.
Usul dan pihak Indonesia di ats tidak diterima oleh pihak Belanda dan selanjutnya
van mook secara pribadi mengusulkan untuk mengakui republic Indonesia sebagai
wakil jawa untuk mengadakan kerja sama dalam rangka pembentukan Negara
federal dalam linkungan kerajaan Belanda. Pada tanggal 27 maret 1946 sutan
syahrir mengajukan usul baru kepada van mook antara lain :
a. supaya pemerintah Belanda mengakui kedaulatan de facto RI atas
jawa dan Sumatra
b. supaya RI dan Belanda bekerja sama membentuk republic Indonesia
serikat (RIS).
c. RIS bersama-sama dengan Nederland,suriname, curacao, menjadi
peserta dalam ikatan Negara Belanda.
D. Perundingan Di Hooge-Veluwe
Perundingan ini dilaksanakan pada tanggal 14-25 april 1946 di hoogevaluwe (Belanda) yang merupakan kelanjutan dan pembicaraan-pembicaraan yang
telah disepakati syahrir dan van mook. Para delegasi dalam perundingan ini adalah:
Dari pihak pemerintah RI adalah :
a. Mr. suwandi
b. Dr. sudarsono
c. Mr. A.K. pringgodigdo
sedangkan dari pihak Belanda adalah :
a. Dr. van mook
b. prof. logemann
c. Dr. idenburgh
d. Dr. van royen
e. prof. van asbeck
f. sultan hamid II
17
g. surio santosa
dan sebagai penengah diwakili oleh sekutu yakni sir Archibald clark kerr.
Perundingan yang berlangsung di hooge valuwe ini tidak membawa
hasil sebab Belanda menolak konsep hasil pertemuan syahrir-van mook-clark kerr
di Jakarta. Pihak Belanda tidak bersedia memberikan pengakuan de facto
kedaulatan RI atas jawa dan Sumatra tetapi hanyajawa dan Madura serta dikurangi
daerah-daerah yang di duduki oleh pasukan sekutu dengan demikian untuk
sementara waktu hubungan Indonesia-Belanda terputus, akan tetapi van mook
masih berupaya mengajukan usul bagi pemerintahanya kepada pihak RI.
E. Perundingan Linggarjati
Walaupun perundingan hooge-valuwe mengalami kegagalan akan
tetapi dalam prinsipnya bentuk-bentuk kompromi antara Indonesia Belanda sudah
diterima dan dunia memandang bahwa bentuk-bentuk tersebut sudah pantas, oleh
sebab itu pemerintah inggris masih memiliki perhatian besar terhadap penyelesaian
pertikaian Indonesia-Belanda. Dengan mengirim lord killearn sebagai pengganti
prof schermerhorn.
Pada tanggal 7 oktober 1946 lord killearn berhasil mempertemukan
wakil-wakil pemerintah Indonesia dan Belanda ke meja perundingan yang
berlangsung di kediaman konsul jendral inggris di Jakarta. Dalam perundingan ini
masalah gencatan senjata yang tidak mencapai kesepakatan akhirnya dibahas lebih
lanjut oleh panitia yang dipimpin oleh lord killearn. Hasil kesepakatan di bidang
militer yaitu dibentuknya sebuah komisi bersama gencatan senjata untuk masalahmasalah teknis pelaksanaan gencatan senjata.
Delegasi Belanda dipimpin oleh prof. scermerhorn dengan anggotanya
yaitu : max van poll, F. de baer, H.J van mook. Delegasi Indonesia dipimpin
olehperdana mentri syahrirdan anggotanya yaitu : Mr. moh roem, Mr. amir,
sjariefudin, Mr. soesanto tirtoprodjo, Dr. A.K gani,Mr. au boediardjo
18
Sedangkan sebagai penengahna adalah lord killearn, komisaris
istimewa inggris untuk asia tenggara. Hasil perundingan linggarjati ditandatangani
pada tanggal 25 maret 1947 yang berisi :
a. Belanda mengakui secara de facto RI dengan wilayah kekuasaan
yang meliputi : Sumatra, jawa, dan Madura. Belanda harus sudah
meninggalkan daerah de facto paling lambat tanggal 1 januari 1945.
b. Belanda-Indonesia kerjasama membentuk RIS
c. RIS dan Belanda membentuk uni Indonesia-Belanda
F. Perundingan Renville
Perundingan renville ini dimulai pada tanggal 8 desember 1947 dimana
pihak Indonesia mengirimkan delegasi yang dipimpin oleh Mr. amir syarifudin ,
sedangkan pihak Belanda dipimpin oleh R. abdulkadir widjojo, seorangIndonesia
yang memihak Belanda.
Hasil perundingan renville baru ditandatangani pada tanggal 17 januari
1948 yang intinya sebagai berikut :
a. pemerintah RI harus mengakui kedaulatan Belanda atas hindia
Belanda sampai pada waktu yang ditetapkan oleh kerajaan Belanda
untuk mengakui Negara Indonesia serikat (NIS)
b. akan diadakan pemungutan suara untuk menentukan apakah
berbagai penduduk di daerah-daerah jawa,Madura, dan Sumatra
menginginkan daerahnya bergabung dengan RI atau Negara bagian
lain dan NIS
c. tiap Negara berhak tinggal di luar NIS atau menyelenggarakan
hubungan khusus dengan NIS atau dengan Nederland.
Akibat perundingan renville ini wilayah RI yang meliputi jawa, Madura
dan Sumatra menjadi lebih sempit lagi. Akan tetapi RI bersedia mendatangani
perjanjian ini karena beberapa alasan diantaranya adalah karena persediaan amunisi
19
perang semakin menipis sehingga kalau menolak berarti Belanda akan menyerang
lebih hebat.
G. Persetujuan Roem-Royen
Ketika Dr. beel menjabat sebagai wakil tinggi mahkota Belanda di
Indonesia. Ia mempunyai pandangan yang berbeda dengan van mook tentang
Indonesia. Ia berpendirian bahwa di Indonesia harus dilaksanakan pemulihan
kekuasaan pemerintah kolonial dengan tindakan militer. Oleh karena itu pada
tanggal 18 desember 1948 Dr. beel mengumumkan tidak terikat dengan
perundingan renville dan dilanjutkan tindakan agresi militernya yang kedua pada
tanggal 19 desember 1948 pada pukul 06.00 pagi dengan menyerang ibu kota RI
yang berkedudukan di Yogyakarta.
Dengan peristiwa ini komisi tiga Negara (KTN) di ubah namanya
menjadi komisi perserikatan bangsa-bangsa untuk Indonesia (united nations
commission for Indonesian
atau UNCI). Komisi UNCI bertugas membantu
melancarkan perundingan-perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada
tanggal 7 mei 1949 Mr. moh roem selaku ketua delegasi Indonesia dan Dr. van
royen selaku ketua delegasi Belanda yang masing-masing membuat pernyataan
sebagai berikut :
A. Pernyataan Mr. Moh Roem :
1. mengeluarkan perintah kepada pengikut republik yang
bersenjata untuk menghentikan perang gerilya.
2. Bekerja sama dalam hal mengembalikan perdamaian dan
menjaga ketertiban dan keamaan.
3. Turut serta dalam konferensi meja bundar di den haag
dengan maksud untuk mempercepat penyerahan kedaulatan
yang sungguh-sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia
serikat dengan tidak bersyarat.
B. Pernyataan Dr. Van Royen
20
1. Menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta
2. Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan
pembebasan semua tahanan politik
H. Konferensi Meja Bundar (KMB)
Pada tanggal 23 agustus sampai 2 november 1949 diadakanlah
konferensi meja bundar di den haag (Belanda) sebagai ketua KMB adalah perdana
mentri Belanda, williem drees. Delegasi RI dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta, BFO
dibawah pimpinan sultan hamid II dan Pontianak, dan delegasi Belanda dipimpin
van maarseveen sedangkan UNCI sebagai mediator dipimpin oleh chritchley.
Pada tanggal 2 november 1949 berhasil ditandatangani persetujuan
KMB. Isi dan persetujuan KMB adalah sebagai berikut :
a. Belanda mengakui kedaulatan kepada RIS pada akhir bulan
desember 1949
b. Mengenai irian barat Penyelesaiannya ditunda satu tahun setelah
pengakuan kedaulatan
c. Antara RIS dan kerajaan Belanda akan diadakan hubungan uni
Indonesia Belanda yang akan diketahui ratu Belanda
d. Segera dilakukan penarikan mundur seluruh tentara Belanda
e. Pembentukan angkatan perang RIS dengan TNI
Sebagai intinya dan hasil KMB itu dinyatakan bahwa pada akhir bulan
desember 1949 Indonesia di akui kedaulatannya oleh Belanda. Oleh karena itupada
tanggal 27 desember 1949 diadakanlah pendatanganan pengakuan kedaulatan di
Belanda. Pihak Belanda di tandatangani oleh : Rratu Juliyana, Perdana Mentri Dr.
Willem Dress, Mentri Seberang Lautan Mr. AM. J.A Sassen sedangkan delegasi
Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta pada waktu yang sama di Jakarta. Sri
Sultan Hangkebuwono IX dan wakil tertinggi mahkota AH.J lovink mendatangani
naskah pengakuan kedaulatan. Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh Belanda ini
maka Indonesia berubah bentuk negaranya berubah menjadi Negara serikat yakni
republic Indonesia serikat (RIS).
21
BAB III
KESIMPULAN
Masa pergerakan Nasional di Indonesia terjadi dalam beberapa
pembabakan waktu yaitu pada masa awal pergerakan yang meliputi organisasi Budi
Utomo, Serekat Islam, Muhamadiyah dan Indische Partji. Masa Radikal terdapat
organisasi Perhimpunan Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Nahdlatul Ulama
dan Partai Nasional Indonesia. Masa Moderat terdapat organisasi Partindo, PNI
Baru dan Gapi.
Setelah Indonesia merdeka, para penjajah tidak mau pergi begitu saja
meninggalkan bangsa ini hingga terjadi beberapa pemberontakan di Indonesia ini.
Pemberontakan yang berlangsung di beberapa daerah seperti Surabaya, Ambarawa,
Medan dan Bandung.
Jalan lain selain pertempuran dalam mempertahankan kemerdekaan,
Indonesia juga melakukan perundingan-perundingan dengan pihak sekutu.
Pertemuan dan perundingan itu antara lain Pertemuan Van-Mook dan Seokarno,
Pertemuan Syahrir dan Van-Mook, Perundingan Syahrir dan Van-Mook,
Perundingan Hooge Veluwe, Perundingan Linggarjati, Perundingan Renville,
Persetujuan Roem-Royen, dan Konfrensi Meja Bundar.
22
DAFTAR RUJUKAN
1. Sudirman Adi. 2014. Sejrah Lengkap Indonesia dari Era Klasisk hingga
Terkini. Yogyakarta : Diva Press, hlm 344
2. Tim Nasional Penulisan Sejarah, Sejarah Nasional Indonesia, jilid VI,
Jakarta:Balai Pustaka.2012
3. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/19630311198
9011-AYI_BUDI_SANTOSA/BUKU_AJAR_SPNI.pdf hal 15 diakses
pada 17 Maret 2017, pukul 8:55:34
23