Makalah kerja obat dalam sistem transpor

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat adalah semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati, yang dalam dosis layak
dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya. Obat
juga disebut suatu bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk mempengarui atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan, atau peningkatan kesehatan
termasuk kontrasepsi dan sediaan biologis.
Suatu obat dapat digunakan untuk menetapkan diagnosis, mencegah penyakit,
mengurangi dan menghilangkan penyakit atau gejala penyakit, menyembuhkan penyakit,
bahkan memperelok dan memperindah badan atau bagian badan manusia. Perkembangan
obat diawali dari mulai menyerupai hewan(meniru perlakuan hewan dalam melakukan
pengobatan), empiric dan magic (botani & spiritual), pengobatan dengan botani, senyawa
kimia, hingga saat ini menjadi sediaan farmasi(obat).
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, saat ini terdapat
bermacam-macam obat, dari mulai bentuk, fungsi hingga cara kerjanya yang semakin
spesifik. Dalam hal ini kami lebih spesifik dalam membahas cara kerja obat, terutama obat
yang bekerja dalam sistem transport. Maka dari itu, hal yang akan kami bahas adalah
mengenai obat yang bekerja pada sistem transport.
B. Rumusan Masalah

 Apa pengertian dan macam-macam dari sistem transport?
 Bagaimana mekanisme kerja obat pada sistem transport?
 Apa saja obat yang bekerja pada sistem transport?
C. Tujuan
 Untuk mengetahui dan memahami mengenai pengertian dan macam-macam dari
sistem transport.
 Untuk mengetahui tentang mekanisme obat yang bekerja pada sistem transport.
 Untuk mengetahui apa saja obat yang bekerja pada sistem transport.

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Macam-Macam Transpor Zat
Dalam kehidupan, sel melakukan pertukaran gas-gas respirasi, menyerap vitamin dan
nutrisi dan memasukan serta mengeluarkan air, serta membuang produk ekskresi. Proses
kluarnya zat tersebut disebut transportasi zat. Transpor

zat melalui membran dapat


berlangsung dengan 2 cara, yaitu Transpor Aktif dan Transpor Pasif.
1. Transpor Aktif
Merupakan perpindahan molekul zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
dengan melawan gradien konsentrasi yang membutuhkan energi di ATP. Transpor aktif juga
merupakan Transpor yang memerlukan energi. Energi yang digunakan pada transpor aktif
adalah (Adenosin Trifosfat) yang merupakan energi kimia tinggi yang berasal dari hasil
respirasi sel di mitokondria. Transfor aktif berfungsi untuk memelihara keseimbangan di
dalam sel.
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light
driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu
simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua
substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan.
ATP driven pump merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump
umumnya ditemukan pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan
contohnya terjadi pada Bakteriorhodopsin.
 Contohnya terjadi pada darah di dalam tubuh kita, yaitu pengangkutan ion kalium (K)
dan natrium (Na) yang terjadi antara sel darah merah dan cairan ekstrasel (plasma
darah). Kadar ion kalium pada sitoplasma sel darah merah tiga puluh kali lebih besar
daripada cairan plasma darah. Tetapi kadar ion natrium plasma darah sebelas kali lebih
besar daripada di dalam sel darah merah.


2

 Adanya pengangkutan ion bertujuan agar dapat tercapai keseimbangan kadar ion di
dalam sel. Mekanisme transpor ion ini dapat terlihat pada Gambar berikut.

Transpor Aktif melalui membran sel dapat berupa endositosis dan eksositosis.
Endositosis
Merupakan peristiwa pembentukan kantong membran sel saat larutan/partikel
ditransfer ke dalam sel. endositosis antara lain Pinositosis dan Fagositosis.
 Endositosis dan eksositosis adalah cara molekul besar melintasi membran. Cara ini
dibantu oleh lipid bilayer, yaitu dengan cara menyelubungi partikel sehingga sel yang
tadinya terdapat dilur akan masuk kedalam. Endositosis terdiri atas dua macam, yaitu
fagositosis

(

penelanan

bulat


)

dan

pinositosis

(

penelanan

cair

)

-PINOSITOSIS dalam bahasa Yunani `pinos` berarti minum.Pinositosis merupakan
peristiwa masuknya sejumlah kecil medium kultur dengan membentuk lekukanlekukan membran sel. Peristiwa ini dapat terjadi bila konsentrasi protein dan ion
tertentu pada medium sekeliling sel sesuai dengan konsentrasi di dalam sel. Proses
pinositosis dapat diamati dengan mikroskop elektron.
 Pinositosis terjadi pada benda-benda cair. contohnya penyerapan nutrisi oleh sel-sel

embrio. Peristiwa ini dapat terjadi jika terdapat konsentrasi yang sesuai dari asam
amino, protein, atau ion-ion tertentu pada medium sekeliling sel dengan di dalam sel.
contoh peristiwa pinositosis adalah penyerapan nutrisi oleh embrio mamalia. Sel-sel

3

yang melakukan proses pinositosis ini antara lain sel darah putih, epitel usus,
makrofag hati, dan lain-lain.

Fagositosis
Dikemukakan oleh E. Metchnikkaf pada akhir abad 19 untuk benda padat.
Fagositosis merupakan peristiwa yang sama seperti pada pinositosis tetapi terjadi pada
benda padat yang ukurannya lebih besar. Fagositosis dapat diamati dengan mikroskop.
contoh fagositosis adalah sel darah putih menelan bakteri amoeba dalam menyerap
makanan.Tahap-tahap fagositosis dapat terlihat pada Gambar berikut

Eksositosis
Merupakan proses pengeluaran zat dari dalam sel melalui membran dengan bantuan
vesikel (gelembung) yang berfungsi membawa molekul menuju membran sel untuk
4


kemudian dilepaskan dari membran sel. contoh proses eksositosis adalah pengeluaran
(sekrit) cairan oleh sel-sel kelenjar seperti kelenjar pankreas mengeluarkan hormon insulin
dan sel kelenjar dalam memerlukan sekritnya/getahnya. contoh lainnya yaitu proses
pemasukan makromolekul zat ke dalam membran sel dengan cara pelekukan membran ke
arah bagian dalam.Semua proses sekresi dalam tubuh merupakan proses eksositosis. Selsel yang mengeluarkan protein akan berkumpul di dalam badan golgi. Kantong yang berisi
protein akan bergerak ke arah permukaan sel untuk mengosongkan isinya.
Tidak semua molekul bisa ditransport secara pasif karena ukuranya, maka perlu sistem
transpor lain yaitu pompa ATP. Pompa ATP adalah pergerakan molekul zat melewati
membran dengan menggunakan energi. Sumbernya dari energi metabolik yang dihasilkan
dalam bentuk ATP.
2. Transpor Pasif
Ada beberapa macam contoh dari transpor pasif, antara lain :
Difusi
Adalah perpindahan solute dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dan tidak
memerlukan energy. Difusi akan berhenti jika solute telah seimbang. Semua sel pindah
dengan melakukan difusi melalui membran sel. Syaratnya yaitu partikelnya sederhana,
berukuran kecil, dan dapat larut dalam air ataupun lemak.
Difusi berjalan lambat, dan diantara tiga jenis zat cair, padat, dan gas, moleul gas yang
paling mudah berdifusi. Yang mempengaruhi kecepatan difusi itu jarak, area, dan struktur

tempat terjadi difusi.Zat yang berkonsentrasi tinggi disebut Hipertonis, zat yang
berkonsentrasi rendah disebut Hipotonis, sementara zat yang berkonsentrasi sama disebut
Isotonis. contoh zat gas (gas baygon,parfum) , cair (sirup), dan padat (kopi,susu,teh).

5

Difusi terbagi menjadi 2, yaitu Difusi sederhana dan Difusi terfasilisasi.


Difusi Sederhana = difusi tanpa melalui membran. contohnya larutan gula dalam air.



Difusi Terfasilisasi = difusi melalui membran dengan bantuan protein pembantu yaitu
protein integral. contohnya pembuatan telur asin, respirasi sel, dan membuat asinan
buah.

Kecepatan Difusi dipengaruhi oleh :
1. Konsentrasi zat -> semakin tinggi konsentrasi zat, semakin cepar terlarut.
2. Ukuran molekul zat -> semakin kecil ukuran molekul zat, semakin cepat proses difusi.

3. Luas bidang permukaan -> semakin luas bidang permukaan, semakin lama larutnya.
4. Suhu -> kecenderungan zat bergerak ke segala arah, sehingga menimbulkan tekanan.
semakin panas suhu, difusi semakin cepat.
Osmosis
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang
lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus
oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang
membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan
dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi
bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Osmosis akan berhenti apabila konsentrasi
kedua zat sama(isotonis).
Misalnya, sel darah merah ditempatkan di lauran yang lebih encer maka air akan akan
masuk ke dalam sel darah merah, sehingga sel darah merah akan menggembung atau
pecah. Namun kalau darah ditempatkan di larutan yang lebih pekat, misalkan garam, maka
sel darah merah akan mengerut karena air di dalam darah akan tersedot keluar.
Dalam Osmosis molekul yang masuk akan menambah volume dan tekanan , tekanan
ini diebut tekanan osmosis karena ditimbulkan oleh pergerakan air dengan cara osmosis.
Pergerakan air dalam sistem osomosis dikendalikan energi bebas pelarut.Sehingga makin
pekat larutan, makin kecil energi bebas. Air bergerak dari larutan yang berenergi bebas
lebih besar atau encer ke larutan yang lebih pekat. Tekanan Osmosis terhadap dinding sel

dinamakan tekanan turgor.
6

Dari ilustrasi itu dapat disimpulkan bahwa osmosis adalah proses perpindahan air dari
zat yang berkonsentrasi rendah (hipotonis) ke larutan yang berkonsentrasi tinggi
(hipertonis) melalui membran semipermeabel, sehingga didapatkan larutan yang
berkonsentrasi seimbang (isotonis). Peristiwa osmosis dapat kita temukan dalam kehidupan
sehari-hari antara lain pada penyerapan air melalui bulu-bulu akar, dan mengerutnya sel
darah merah yang dimasukkan ke dalam larutan hipertonis.
B. Mekanisme Kerja Obat Dalam Sistem Transport Membran
Obat
fisiologi

mirip
seperti

seperti

substansi


hormon

dan

neurotransmiter, harus mencapai dan
berinteraksi

dengan

atau

melewati

membran agar dapat memberi pesan
untuk

marangsang

(stimulasi)


atau

menghambat (inhibit) fungsi seluler.
Kebanyakan

obat

deberikan

untuk

memberi efek pada tubuh sel yang
jaraknya jauh dari tempat pemberian
obat (misalnya mau memberikan efek
sistemik). Untuk berpindah melewati tubuh dan mencapi tempat reaksi, metabolisme , dan
ekskresi (pegeluaran), molekul obat harus melewati berbagai membran sel.
Sebagai contoh, molekul dari obat oral (yang masuk melalui mulut) harus melewati
membran sel saluran gastrointestinal (pencernaan), hati, dan kapiler untuk mencapai aliran
darah, lalu disirkulasikan ke sel target, meninggalkan aliran darah dan menempel di reseptor
sel, melaksanakan kinerja (aksi) obat, kembali lagi ke aliran darah, di sirkulasikan ke hati,
7

mencapai enzim yang memetabolisme obat di dalam sel hati, keluar kembali ke aliran darah
(sebagai metabolit/sampah metabolisme), disirkulasikan ke ginjal, dan dikeluarkan melalui
urin. Beberapa cara transport dan mekanisme digunakan untuk memindahkan molekul obat
melewati tubuh.

1. Cara Transport
Ada Tiga Cara (jalan) obat berpindah melewati membran sel. Jalan yang paling
banyak melalui penetrasi langsung melalui membran bagi obat-obatan yang larut dalam
lemak, yang mampu larut dalam lapisan lipid (lemak) membaran sel (dinding sel).
Kebanyakan obat diformulasikan dapat larut dalam lemak sehingga dapat berpindah melalui
membran sel meskipun obat tablet oral dan kapsul harus dapat larut dalam air agar terlarut di
cairan aqua (Air) di dalam lambung dan usus.
Cara kedua melalui saluran protein (protein channels) yang merupakan jalan untuk
welewati membaran sel (dinding sel). Hanya beberapa Obat yang mampu menggunakan cara
ini karena kebanyakan molekul obat begitu besar untuk melewati saluran (protein channels)
yang kecil. Ion kecil (mis. Na+ dan K+) menggunakan jalur ini, tetapi perpindahannya diatur
oleh saluran spesifik dengan mekanisme gerbang. Gerbang Terbuka untuk beberapa milidetik
dan membiarkan ion berpindah melewatri membran sel, selanjutnya tertutup (mis.
menghalangi saluran masuk) untuk mencegah perpindahan ion tambahan. Pada saluran
Natrium (Na/Sodium), Gerbang berlokasi di luarsel membran; ketika gerbang terbuka, ion
Na+ (sodium) berpindah dari cairan ekstraseluler (luar sel) ke dalam sel. Pada saluran Kalium
8

(K+/Potasium), gerbang berlokasi di dalam membran sel; ketika gerbang terbuka, ion K+
berpindah dari dalam sel ke cairan ekstraseluler.
Yang merangsang gerbang terbuka atau tertutup adalah gerbang voltase atau gerbang
kimiawi (disebut ligand/ ikatan kimia komplek). Dengan Gerbang voltase, Potensial listrik
melewati membran sel (dinding sel) menemtukan apakah gerbang terbuka atau tertutup.
Dengan gerbang kimiawi , sebuah substansi kimia (sebuah ligand) berikatan dengan protein
membentuk saluran dan mengubah bentuk protein untuk membuka atau menutup gerbang.
Gerbang kimiawi (mis. pada neurotransmiter

seperti asetikolin) sangat penting dalam

mengirimkan sinyal dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya dan dari sel saraf ke sel otot dan
menyebabkan kontraksi.
Cara ketiga melalui protein pembawa (carrier proteins) yang mentraspotasikan
molekul dari satu sisi membaran sel ke sisi lainnya.Seluruh protein pembawa selektif dalam
membawa substansi yang akan ditransporkan (pindahkan). Sistem transpor ini memiliki arti
sangat penting dalam memindahkan molekul obat melewati tubuh. sistem ini di gunakan,
sebagai contoh, untuk membawa obat oral dari usus ke aliran darah, untuk membawa hormon
ke tempat aksi (kerja) di dalam sel, dan membawa molekul obat dari aliran darah ke tubulus
ginjal.
2. Mekanisme Transport Obat
Ketika obat diabsorbsi tubuh, obat ditransportasikan ke dan dari sel target melalui
mekanisme seperti difusi pasif, difusi terpasilitasi, dan transport aktif.
Difusi pasif, mekanisme paling umum, meliputi perpindahan obat dari area yang
berkosentasi tinggi ke area lain yang konsentrasinya lebih rendah. Sebagai contoh, setelah
obat oral diberikan, konsentasi awal obat tinggi di saluran pencernaan (gastrointestinal) dari
pada di dalam darah. Ini mendukung perpindahan obat ke dalam aliran darah. Ketika obat
disirkulasikan, kosentarasi obat lebih tinggi di dalam darah daripada kosentrasi di tubuh sel,
jadi obat berpindah (dari pembuluh kapiler)

ke dalam cairan disekitar sel atau kedalam sel

sendiri. Difusi pasif terus berlanjut hingga mencapi kondisi seimbang (equilibrium) antara
jumlah obat di jaringan jumlah obat di dalam darah.
Difusi terfasilitasi mempunyai peroses yang mirip, perbedaanya molekul obat di
kombinasi dengan subsatansi pembawa, seperti enzim atau protein lainnya.
9

Pada transpor aktif molekul obat dipindahkan dari area yang berkosentrasi rendah ke
kosentasi yang tinggi (kebalikan difusi pasif). Peroses ini membutuhkan substansi pembawa
dan melepaskan energi sel.
C. Obat Yang Bekerja Pada Sistem Transpor
1. Sulfonilurea
(klorpropamide,

tolbutamide,

glibenklamide,

gliklazide,

glipizid,

glikuidon,

glimepiride).
1.1 Mekanisme Kerja
Mekanisme kerjanya adalah merangsang pelepasan insulin dari sel b, sehingga terjadi
peningkatan sekresi insulin. Di dalam tubuh sulfonilurea akan terikat pada reseptor spesifik
sulfonilurea pada sel beta pankreas. Ikatan tersebut menyebabkan berkurangnya asupan
kalsium dan terjadi depolarisasi membran. Kemudian kanal Ca+ terbuka dan memungkinkan
ion-ion Ca2+ masuk sehingga terjadi peningkatan kadar Ca2+ di dalam sel. Peningkatan
tersebut menyebabkan translokasi sekresi insulin ke permukaan sel. Insulin yang telah
terbentuk akan diangkut dari pankreas melalui pembuluh vena untuk beredar ke seluruh
tubuh. Obat ini hanya efektif bagi penderita NIDDM yang tidak begitu berat, yang sel-sel
betanya masih bekerja cukup baik.
1.2 Farmakokinetik
Resorpsinya dari usus umumnya lancar dan lengkap, sebagian besar terikat pada
protein antara 90-99%. Plasma-t½-nya berkisar antara 4-5 jam (tolbutamid, glizipida), 6-7 jam
(glibenklamida) sampai 10 jam (gliklazida) atau lebih dari 30 jam (klorpropamida).
1.3 Efek samping
Efek samping utama yang diketahui dari sulfonilurea adalah hipoglikemia. Kadar gula
darah puasa merupakan indikator akan potensi terjadinya hipoglikemia. FPG yang tinggi
menandakan peluang terjadinya hipoglikemia besar. Hiponatremia (serum natriun 60
tahun), wanita, penggunaan bersama diuretik tiazid. Efek samping lain dari penggunaan
sulfonilurea antara lain adalah ruam kulit, anemia hemolitik, gangguan gastrointestinal dan
kolestasis. Reaksi tipe disulfiram pernah dilaporkan terjadi pada pengguna tolbutamid dan
klorpropamid yang dikombinasi dengan alkohol.
1.4 Interaksi obat
10

Memaparkan obat-obat yang berinteraksi dengan sulfonilurea berikut dengan
mekanisme kerjanya. Interaksi obat-obat sulfonilurea generasi pertama umumnya berikatan
secara ionik, sedangkan obat-obat generasi kedua lebih banyah berikatan secara nonionik.
Obat-obat penginduksi atau penghambat CYP450 2C9 harus dimonitor ketika digunakan
bersamaan dengan sulfonilurea. Semua obat yang diketahui berefek merubah kadar gula darah
perlu dipertimbangkan penggunaannya bila akan dikombinasi dengan sulfonilurea.
2. Amlodipine
1.1 Mekanisme Kerja
Amlodipine merupakan antagonis kalsium golongan dihidropiridin (antagonis ion
kalsium) yang menghambat influks (masuknya) ion kalsium melalui membran ke dalam otot
polos vaskular dan otot jantung sehingga mempengaruhi kontraksi otot polos vaskular dan
otot jantung. Amlodipine menghambat influks ion kalsium secara selektif, di mana sebagian
besar mempunyai efek pada sel otot polos vaskular dibandingkan sel otot jantung.
Efek antihipertensi amlodipine adalah dengan bekerja langsung sebagai vasodilator arteri
perifer yang dapat menyebabkan penurunan resistensi vaskular serta penurunan tekanan
darah. Dosis satu kali sehari akan menghasilkan penurunan tekanan darah yang berlangsung
selama 24 jam. Onset kerja amlodipine adalah perlahan-lahan, sehingga tidak menyebabkan
terjadinya hipotensi akut. Efek antiangina amlodipine adalah melalui dilatasi arteriol perifer
sehingga dapat menurunkan resistensi perifer total (afterload). Karena amlodipine tidak
mempengaruhi frekuensi denyut jantung, pengurangan beban jantung akan menyebabkan
penurunan

kebutuhan

oksigen

miokardial

serta

kebutuhan

energi.

Amlodipine menyebabkan dilatasi arteri dan arteriol koroner baik pada keadaan oksigenisasi
normal maupun keadaan iskemia. Pada pasien angina, dosis amlodipine satu kali sehari dapat
meningkatkan waktu latihan, waktu timbulnya angina, waktu timbulnya depresi segmen ST
dan menurunkan frekuensi serangan angina serta penggunaan tablet nitrogliserin.
Amlodipine tidak menimbulkan perubahan kadar lemak plasma dan dapat digunakan pada
pasien asma, diabetes serta gout.

11

1.2 Indikasi
Amlodipine digunakan untuk pengobatan hipertensi, angina stabil kronik, angina
vasospastik (angina prinzmetal atau variant angina). Amlodipine dapat diberikan sebagai
terapi tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat antihipertensi dan antiangina lain.
1.3 Kontra Indikasi
Amlodipine tidak boleh diberikan pada pasien yang hipersensitif terhadap amlodipine
dan golongan dihidropiridin lainnya.
1.4 Dosis
Penggunaan dosis diberikan secara individual, bergantung pada toleransi dan respon
pasien. Dosis awal yang dianjurkan adalah 5 mg satu kali sehari, dengan dosis maksimum 10
mg satu kali sehari. Untuk melakukan titrasi dosis, diperlukan waktu 7-14 hari. Pada pasien
usia

lanjut

atau

dengan

kelainan

fungsi

hati,

dosis

yang

dianjurkan

pada

awal terapi 2,5 mg satu kali sehari. Bila amlodipine diberikan dalam kombinasi dengan
antihipertensi

lain,

dosis

awal

yang

digunakan

adalah

2,5

mg.

Dosis yang direkomendasikan untuk angina stabil kronik ataupun angina vasospastik adalah
5-10 mg, dengan penyesuaian dosis pada pasien usia lanjut dan kelainan fungsi hati.
Amlodipine dapat diberikan dalam pemberian bersama obat-obat golongan tiazida, ACE
inhibitor, ß-bloker, nitrat dan nitrogliserin sublingual.
1.5 Efek Samping
Secara umum amlodipine dapat ditoleransi dengan baik, dengan derajat efek samping
yang timbul bervariasi dari ringan sampai sedang. Efek samping yang sering timbul dalam uji
klinik antara lain : edema, sakit kepala. Secara umum : fatigue, nyeri, peningkatan atau
penurunan berat badan. Pada keadaan hamil dan menyusui : belum ada penelitian pemakaian
amlodipine pada wanita hamil, sehingga penggunaannya selama kehamilan hanya bila
keuntungannya lebih besar dibandingkan risikonya pada ibu dan janin. Belum diketahui
apakah amlodipine diekskresikan ke dalam air susu ibu. Karena keamanan amlodipine pada
bayi baru lahir belum jelas benar, maka sebaiknya amlodipine tidak diberikan pada ibu
menyusui. Efektivitas dan keamanan amlodipine pada pasien anak belum jelas benar.
1.6 Interaksi Obat
Amlodipine dapat diberikan bersama dengan penggunaan diuretik golongan tiazida, abloker, ß-bloker, ACE inhibitor, nitrat, nitrogliserin sublingual, antiinflamasi non-steroid,
12

antibiotika, serta obat hipoglikemik oral. Pemberian bersama digoxin tidak mengubah kadar
digoxin

serum

ataupun

bersihan

ginjal

digoxin

pada

pasien

normal.

Amlodipine tidak mempunyai efek terhadap ikatan protein dari obat-obat : digoxin,
phenytoin, warfarin dan indomethacin. Pemberian bersama simetidin atau antasida tidak
mengubah farmakokinetik amlodipine.

13

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Proses kluarnya zat tersebut disebut transportasi zat. Transpor zat melalui membran
dapat berlangsung dengan 2 cara, yaitu Transpor Aktif dan Transpor Pasif.
2. Ada Tiga Cara (jalan) obat berpindah melewati membran sel. Jalan yang paling
banyak melalui penetrasi langsung melalui membran bagi obat-obatan yang larut
dalam lemak, yang mampu larut dalam lapisan lipid (lemak) membaran sel (dinding
sel). Cara kedua melalui saluran protein (protein channels) yang merupakan jalan
untuk welewati membaran sel (dinding sel). Cara ketiga melalui protein pembawa
(carrier proteins) yang mentraspotasikan molekul dari satu sisi membaran sel ke sisi
lainnya.
3. Contoh obat yang bekerja pada sistem transport yaitu sulfonilurea dan amlodipine.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh data kata sempurna oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam
pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih.

14

DAFTAR PUSTAKA
Biologipedia,
2010,
Sistem
Transport
Membran,
http://biologipedia.blogspot.com/2010/12/sistem-transport-membran.html, Diakses
tanggal 18 maret 2015.
Kenakin, Terry, 1997, Molecular pharmacology: a short course, Blackwell science,inc.
Printed in. The united states of america.
Neal, M.J., 2006, Farmakologi Medis, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Postiron,
Jimi,
2012,
Transport
Obat
melalui
Membran,
http://jimipositron.blogspot.com/2012/09/transport-obat-melalui-membran-sel.html,
Diakses tanggal 18 maret 2015.

15