Budaya Nusantara seni Budaya Ambon

BUDAYA NUSANTARA

Daftar Isi
Cover…………………………………………………………………………………………………………………………..……………………………………
Datar Isi………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Biodata Anggota……………………………………………………………...…………………………………………………………………………….
Kata Pengantar………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Kebudayaan Ambon………………………………………………………………………………………………..……………………………………






Gambaran Umum…………………………………………………..……………………………………………………………………….
Sistem Budaya……………………………………………………………………………………………………………………………………..
Sistem Sosial…………………………………………………………………………………………………….………………………………… 7
Unsur Kebudayaan………………………………………………………………………………………..………………………………….. 7

Kebudayaan Minahasa………………………………………………………………………………………………..………………………………..







Gambaran Umum…………………………………………………..…………..…………………………………………………………….
Sistem Budaya……………………………………………………………………………………………………………………………………..
Sistem Sosial……………………………………...………………………………….…………………………………………………………….
Unsur Kebudayaan………………………………………………………………..…………………………………..……………………..

Cover Belakang……………………………………………………………………………………………………………………………………………….

Ardi Erfanto

Briantama H. P.

Ruth Liani Karo S.

Fiska Amalia H.


Rinasa Dwi Lidiawati

Biodata Anggota

Ego Bastanta S.

Kata Pengantar
Pada hari ini, dalam mata kuliah Budaya Nusantara, kami mahasiswa PKN STAN, Kelas 3A D3 Pajak, putra putri bangsa dari
berbagai suku daerah, membawakan budaya Batak. Salah satu
kekayaan dan aset budaya Indonesia tercinta. Hari ini kami sadar
dan benar-benar merasakan betapa indahnya keberagaman.
Meski mayoritas kami dari Jawa, tetapi kami melebur dalam
perbedaan menampilkan budaya Ambon dan Minahasa.
Mulai saat ini, kami berjanji akan menjaga aset bangsa yang tak
kan tergantikan ini. Dan kami akan selalu bangga menjadi
Indonesia.

Bintaro, 6 Desember 2016

Gambaran Umum

Ambon merupakan ibukota dari Propinsi Maluku yang terletak di antara 030 LU –
8.300 LS, dan 1250 BT -1350 BT. Batas wilayahnya adalah:
Sebelah Utara : Lautan Pasifik
Sebelah Timur : Propinsi Papua
Sebelah Selatan : Negara Timor Leste dan Australia
Sebelah Barat : Propinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah
Propinsi Maluku memiliki wilayah yang
berpulau-pulau sehingga dikatakan sebagai
propinsi seribu pulau.

Sistem Budaya
Sistem budaya masyarakat Maluku diberi wadah
sebagai berikut:
1. Pela
Pela adalah mata rantai penghubung yang
terkuat antara masyarakat Muslim dan
masyarakat Kristen; dan satu-satunya lembaga
tradisional yang mengharuskan adanya kontak
teratur antara dua kelompok di tingkat desa, dan dalam pela inti
persaudaraan diuji secara berkala.

a) Pengertian Pela;
Pela berasal dari kata „pila‟ yang berarti „buatlah sesuatu untuk bersama‟.
Sedangkan bila ditambah dengan akhiran –„tu‟ menjadi „pilatu‟, artinya
menguatkan usaha agar tidak mudah rusuh atau pecah. Hubungan pela
ini biasanya terjadi karena adanya peristiwa yang melibatkan kedua
kepala kampung atau desa dalam rangka saling membantu.
b) Jenis – Jenis Pela
1) Pela Keras (atau Pela Minum Darah, Pela Tuni , Pela Batukarang);
Dikatakan demikian karena pela ini ditetapkan melalui sumpah para leluhur kedua
belah pihak dengan cara minum darah yang diambil dari jari-jari mereka yang
dicampur dengan minuman keras lokal dari satu gelas. Hal ini mematerikan sumpah
persaudaraan untuk selama-lamanya. Anggota pela ini dituntut untuk tidak saling
menikah dan saling membantu atau memikul beban.

2) Pela Lunak ( Pela Tempat Sirih);
Jenis Pela ini diikat dengan makan sirih pinang bersama. Ikatan Pela ini
terjadi karena bertemu dalam situasi untuk saling membantu, misalnya
saat terjadi bencana alam, pembangunan masjid, gereja, dan sekolah.
Dalam pela ini tidak dilarang untuk menikah sesama anggota pela.
3) Pela Ade Kaka (Pela Gandong);

Jenis pela ini umumnya merupakan hasil pertemuan kembali antara
adik-kakak yang berpencar dan telah membentuk kampung sendiri
antara kampung yang beragama Islam dan kampung yang beragama Kristen. Pela ini biasanya dikenal dengan nama Pela
Gandong.
4) Panas Pela;
Panas Pela adalah suatu kegiatan yang dilakukan setiap
tahun antara desa yang telah sama-sama mengangkat
sumpah dalam ikatan pela untuk mengenang kembali
peristiwa angkat pela yang terjadi pada awalnya.
2. Patasiwa dan Patalim
Organisasi Patasiwa dan Patalima merupakan suatu
organisasi untuk menghimpun kekuatan politik dan dulu
merupakan suatu organisasi kemiliteran. Istilah patasiwa
berarti „sembilan bagian‟ (pata = bagian, siwa = sembilan) dan patalima berarti „lima bagian‟. Di Ambon dan
Seram tiap-tiap desa termasuk dalam salah satu dari
kedua organisasi tersebut. Walaupun tiap orang Ambon
dari desa masih mengenali dari daerah mana mereka
berasal, tetapi mengenai arti dan azas dari
pembagian masyarakat tersebut sudah tidak
ada orang yang dapat menerangkannya.

Keterangan dari berbagai orang
mengenai hal itu biasanya berbeda dan bertentangan satu
sama lain.

Sistem Sosial
Sistem sosialnya terkandung dalam:
1. Organisasi dalam masyarakat, yaitu:
a.

Jojaro: organisasi kemasyarakatan yang terdiri dari pemudI-pemudi dewasa yang belum
kawin.

b.

Ngurare: organisasi pemuda-pemuda yang belum kawin.

c.

Muhabet: organisasi yang mengurusi kegiatan yang berkaitan
dengan Kematian. Anggotanya ialah kerabat dan warga satu

desa.

2. Gotong Royong
Gotong royong merupakan bentuk kerjasama, misalnya membuat
gereja, masjid, baileo, atau tempat tinggal. Gotong royong dilakukan
oleh para penduduk suku asal dengan para pendatang.

Unsur Kebudayaan
BAHASA
Pada umumnya masyarakat menggunakan
Bahasa Melayu, yang berasal dari Indonesia
bagian Barat, dan telah berabad-abad
menjadi bahasa antarsuku di seluruh Kepulauan Nusantara. Sebelum bangsa Portugis
menginjakkan kakinya di Ternate (tahun 1512),
bahasa Melayu telah ada di Maluku dan
dipakai sebagai bahasa perdagangan.

SISTEM KEKERABATAN
Sistem kekerabatan orang Ambon berdasarkan hubungan
patrilineal, yang diiringi dengan pola menetap patrilokal.

Kesatuan kekerabatan yang lebih besar dari keluarga batih adalah
matarumah atau fam. Matarumah merupakan kesatuan laki-laki
dan wanita yang belum kawin dan para isteri dari laki-laki yang
telah kawin. Dengan kata lain matarumah merupakan satu klenkecil patrilineal.

PERKAWINAN
Perkawinan menurut adat merupakan urusan dari dua
kelompok kekerabatan, yaitu matarumah dan famili yang ikut
menentukan penyelenggaraan dari perkawinan itu.
Perkawinan di sini bersifat exogami, yaitu seseorang harus
kawin dengan orang di luar klennya. Mereka mengenal tiga
macam cara perkawinan. 1) Kawin minta terjadi bila seorang
pemuda telah menemukan seorang gadis yang akan dijadikan
isterinya, maka ia akan memberitahukan hal itu kepada
orangtuanya. Kemudian mereka mengumpulkan seluruh
anggota famili untuk membicarakan hal itu dan membuat
rencana perkawinan. 2) Kawin Lari atau Lari Bini adalah sistem
perkawinan yang paling lazim. Hal ini terutama disebabkan orang
Ambon umumnya lebih suka menempuh jalan pendek, untuk
meghindari prosedur perundingan dan upacara. Kawin Lari

sebenarnya dianggap kurang baik dan
kurang diinginkan oleh pihak kerabat
wanita. Sebaliknya dari pihak kerabat
pemuda Kawin Lari lebih disukai, terutama
karena pemuda itu hendak menghindari
kekecewaan bila ditolak dan juga
menghindari malu keluarga pemuda
karena rencana perkawinan anaknya
ditolak oleh keluarga wanita.
3) Kawin Masuk atau Kawin Manua; Pada
perkawinan ini pengantin laki-laki tinggal di
rumah keluarga wanita. Ada tiga
penyebab perkawinan ini: alasan pertama keluarga si
pemuda tidak dapat membayar mas kawin secara adat,
maka ia harus bekerja di tanah kerabat isterinya. Alasan
kedua keluarga si gadis hanya beranak tunggal,
sehingga si gadis harus memasukkan suaminya dalam
klen ayahnya untuk menjamin kelangsungan klen. Alasan
ketiga adalah karena ayah si pemuda tidak mau
menerima menantu perempuannya disebabkan oleh

perbedaan status atau alasan lainnya. Secara umum
poligami diizinkan, kecuali yang beragama Nasrani, akan
tetapi jarang yang melakukan.

SISTEM EKONOMI
Mata pencaharian utama mereka adalah sebagai nelayan tradisional dan petani lahan
kering (54%). Perahu mereka dibuat dari satu batang kayu, yang dilengkapi dengan cadik;
perahu ini dinamakan perahu Semah. Perahu-perahu besar untuk berdagang disebut
Jungku atau Orambi. Ada juga perahu yang dibuat dari papan oleh orang Ternate,
dinamakan Pakatora. Di samping berladang, mereka juga berburu rusa, babi hutan, dan
burung kasuari. Mereka melontarkan lembing dan juga menggunakan jerat.

SISTEM PENGETAHUAN
Kondisi geografis wilayah Maluku yang merupakan kepulauan memberi dampak yang
cukup signifikan dalam menentukan sistem pengetahuan dan teknologi. Wilayah yang
berbentuk kepulauan ini mengharuskan suku Ambon yang
tinggal di Maluku untuk menguasai sistem pelayaran, dan
juga sistem pembacaan arah melalui letak gugus bintang
tertentu. Sehingga masyarakat Suku Ambon harus
menguasai pengetahuan astronomi.


SISTEM TEKNOLOGI
Karena masyarakat Maluku adalah nelayan dan pelaut,
mereka juga menguasai pertukangan terutama untuk
perkapalan, di samping pembuatan rumah.
Perahu khas Banda adalah kora-kora.

SISTEM RELIGI
Mayoritas penduduk Maluku memeluk agama Kristen Protestan
(40%), Islam (35%), di samping
agama Katholik (15%), dan lainnya
(10%), namun masih nampak sisa
kepercayaan lama. Orang Ambon
umumnya mengenal Upacara Cuci
Negeri yang mungkin dapat
disamakan dengan Upacara Bersih
Desa di Jawa. Di Ambon yang
penduduknya beragama Islam
terlihat ada dua golongan yang
dapat disamakan dengan penganut Islam di Jawa yaitu
Abangan dan Santri, misalnya di Negeri Kailolo, di Pulau
Haruku.

KESENIAN
- RUMAH ADAT
Rumah Adat “Baileo” berasal
dari bahasa Maluku yang
berarti Balai. Sesuai namanya,
rumah adat ini memang bukan
difungsikan sebagai tempat tinggal
masyarakat Maluku, namun lebih
dikenal sebagai balai adat tempat
dilangsungkannya beragam upacara
adat, pertemuan adat, dan kegiatan
keagamaan. Desain rumah yang tidak
berdinding mempunyai makna
keterbukaan masyarakat Maluku
terhadap segala perubahan dan serta
membuat roh nenek moyang bisa
leluasa masuk dan keluar rumah. Lantai
rumah dibuat lebih tinggi ari tanah agar
roh nenek moyang dapat diberi tempat
dengan derajat yang lebih tinggi di sisi
Tuhan.

- PAKAIAN ADAT
Kaum wanita menggunakan baju cele yakni sejenis
kebaya berlengan pendek, bagian leher ke arah dada
terbelah sepanjang 15 cm tanpa kancing. Sementara itu
para pria Ambon mengenakan busana yang terdiri atas
baju kurung lengan pendek dan tidak berkancing,
dilengkapi dengan celana kartou, yakni celana yang
pada bagian atasnya terdapat tali yang dapat ditarik
dan diikatkan.

- SENJATA TRADISIONAL
Parang Salawaku adalah sepasang senjata tradisional dari Maluku. Parang Salawaku terdiri dari Parang (pisau
panjang) dan Salawaku (perisai) yang pada masa
lalu adalah senjata yang digunakan untuk berperang. Di lambang pemerintah kota Ambon,
dapat dijumpai pula Parang Salawaku. Bagi
masyarakat Maluku, Parang dan Salawaku adalah
simbol kemerdekan rakyat.

- MAKANAN TRADISIONAL
Sambal colo-colo ini merupakan sambal
khas Ambon yang terkenal sangat pedas
rasanya. Sambal colo-colo terbuat dari
tomat muda, bawang merah, dan cabe
rawit yang diiris tipis lalu diberi taburan
garam dan disiram jeruk nipis. Tanpa
diulek. Sambal colo-colo ini juga dapat
ditambahkan dengan daun kemangi,
irisan kenari mentah, atau rarobang.
Dapat juga ditambahkan kecap manis.

Papeda terbuat dari bubur sagu
yang biasanya disajikan dengan
ikan tongkol atau mubara yang
dibumbui dengan kunyit. Namun
papeda dapat juga
dikombinasikan dengan ikan
gabus, kakap merah, ataupun
ikan kue. Papeda ini memiliki
tekstur lengket dan rasanya
tawar. Papeda enak disantap
saat masih panas. Cara
menyantapnyatidak
menggunakan sendok melainkan
langsung diseruput dari piringnya.
Nasi lapola adalah makanan khas
Maluku yang dimasak dengan
menggunakan kacang tolo. Beras yang
dimasak dengan api kecil sampai
setengah matang lalu dicampurkan
dengan kacang tolo rebus, kelapa
parut, dan garam, lalu diaduk rata.
Setelah itu adonan nasi lapola ini
dikukus hingga matang.

- ALAT MUSIK TRADISIONAL

Tifa terbuat dari kayu, rotan dan kulit binatang. Gendang berasal dari kebudayaan Indo
Cina Kuno, kemudian menyebar ke daerah bersamaan dengan migrasi leluhur Maluku.
Hawaian Alat musik ini terbuat dari kayu dan logam. Hawaian termasuk alat musik non
tradisional yang terbuat dari kayu dan mempergunakan aliran listrik sehingga fungsinya
sama dengan gitar listrik. Totobuang berasal dari kata tetabuhan yang dalam terminologi
bahasa Jawa berarti bermain gamelan. Suling melintang sangat terkenal di daerah Maluku
dengan nama Floit. Alat musik ini dimainkan lebih dari 30 orang dalam bentuk akord suara
1,2,3,4. Jukulele adalah alat musik tradisional yang dapat ditemui di Provinsi Maluku. Jukulele
merupakan salah satu alat musik yang berasal dari Portugis dan telah dipergunakan oleh
masyarakat Maluku sejak abad 15. Tahuri adalah alat musik dan komunikasi yang dikenal
didaerah pesisir kepulauan Maluku. Alat musik ini terbuat dari kulit kerang dan dibunyikan
dengan cara ditiup.

- TARI TRADISIONAL
Cakalele adalah tarian perang tradisional Maluku
yang digunakan untuk menyambut tamu ataupun
dalam perayaan adat. Biasanya, tarian ini
dibawakan oleh 30 pria dan wanita. Tarian ini
dilakukan secara berpasangan dengan iringan
musik drum, flute, bia (sejenis musik tiup). Para
penari pria biasanya mengenakan parang dan
salawaku (perisai). Kostum yang dikenakan
berwarna merah yang melambangkan kepahlawanan, keberanian, dan patriotisme
Tari Lenso adalah tarian muda-mudi
dari daerah Maluku. Tarian ini
biasanya di bawakan secara ramairamai bila ada Pesta. Baik Pesta
Pernikahan, Panen Cengkeh, Tahun
Baru dan kegiatan lainnya. Tarian ini
juga sekaligus ajang Pencarian
jodoh bagi mereka yang masih
bujang, di mana ketika lenso atau
selendang diterima merupakan
tanda cinta diterima. Lenso artinya
Saputangan. berarti persetujuan
Tari Saureka Reka adalah salah satu tarian
tradisional sejenis tarian pergaulan yang
berasal dari Maluku. Tarian ini biasa dilakukan
oleh para muda-mudi, dimana para laki-laki
memainkan gaba-gaba dan para perempuan menari dan menghindari gaba-gaba
tersebut. Tari Saureka Reka merupakan salah
satu kesenian dan permainan tradisional yang
cukup terkenal di kalangan masyarakat
Maluku dan sering ditampilkan di berbagai
acara adat maupun hiburan.