Kemunduran Demokrasi di Dunia Arab

Makalah UTS DINAMIKA KAWASAN TIMUR TENGAH DAN
AFRIKA

KEMUNDURAN DEMOKRASI DI DUNIA ARAB

Disusun oleh:
Sa’dan Mubarok (0906632253)

Departemen Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
2011

Dinamika Kawasan Timur Tengah dan Afrika Page 1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia Arab secara geografis merupakan daerah yang sangat strategis karena berada di
antara tiga benua yaitu Asia, Eropa, dan Afrika. Nilai strategis yang terdapat dalam dunia Arab
membuat banyak negara-negara besar berusaha untuk menjadikan dunia Arab sebagai daerah

yang berada dibawah kontrol dan kekuasaan mereka. Hal ini dapat terlihat dari sejarah perjalanan
negara-negara yang berada di kawasan dunia Arab dimulai saat mereka berada dalam pengaruh
kekuasaan kesultanan Ottoman hingga masuknya negara-negara barat pada abad ke-19 masehi.
Masuknya negara-negara barat seperti Inggris dan Perancis menjadi awal persinggungan dunia
Arab dengan nilai-nilai barat setelah terjadinya perang salib pada abad ke-11 masehi yang
bermotifkan kolonialisme. Namun, dibalik motif tersebut mereka juga memiliki tujuan untuk
menyebarkan nilai-nilai demokrasi yang mereka anggap sebagai konsep terbaik bagi sebuah
model pemerintahan yang mencerminkan nilai-nilai kebebasan dan persamaan.
Menurut Larbi Sadiki, Persentuhan dunia Arab dengan demokrasi pun dimulai pada
pertengahan abad ke-19 masehi dimana Tunisia berhasil menciptakan konstitusi islam pertama di
dunia pada tahun 1860 dan dilaksanakannya pemilihan umum pertama di Mesir pada tahun
1868.1 Proses demokratisasi yang terjadi di dunia Arab bersifat long-term effect dimulai dengan
terjadinya liberalisasi politik yang diawali pada tahun 1866 di Mesir dengan berakhirnya okupasi
Inggris selama 14 tahun, munculnya gelombang kemerdekaan negara-negara Arab yang
berbasiskan nation-state system sepanjang tahun 1920-an sampai 1970-an hingga terjadinya
perang Arab-Israel yang menghasilkan kekalahan bagi negara-negara Arab sehingga
menimbulkan goncangan politik tersendiri di dalam negara-negara tersebut seperti terbunuhnya
Anwar Sadat yang mengubah kekuatan politik di Mesir.
Akan tetapi, berjalannya proses liberalisasi politik di negara-negara Arab tidak serta
merta memberikan efek yang positif dan memberikan ruang lebih bagi terciptanya sebuah sistem

pemerintahan yang demokratis. bahkan, negara-negara Arab cenderung mengalami proses yang
1Larbi Sadiki, Rethinking Arab Democratization: Election without Democracy, (Oxford: Oxford University Press,
2009). Hal. 63

Dinamika Kawasan Timur Tengah dan Afrika Page 2

dinamakan set back democracy karena sel/ama berjalannya proses demokratisasi tidak ada
inisiatif dari aktor-aktor internal seperti penguasa rezim dan dari masyarakat sendiri untuk
melakukan konsolidasi demokrasi. Konsolidasi demokrasi dipahami sebagai langkah untuk
menstabilkan dan memantapkan proses demokratisasi yang berlangsung di suatu negara.
Keberhasilan proses stabilisasi dan pemantapan demokrasi menurut Schedler dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu behavioral, attitudinal, dan structural foundation dari proses konsolidasi
demokrasi yang dilihat dari respon para aktor yang terdapat dalam suatu negara. 2 Penjelasan
yang disebutkan Schedler tersebut bila dikontekstualisasikan kedalam proses demokrasi di Timur
Tengah maka fondasi perilaku, sikap dan struktur pemimpin politik yang cenderung bersifat
despotic dan otoriter serta masyarakat yang cenderung mendukung status quo atau pasrah dengan
kondisi yang ada, dan adanya struktur budaya dalam masyarakat Arab yang patriarki sehingga
menciptakan hirarki sosial maka sangat sulit untuk terjadinya konsolidasi demokrasi untuk
menciptakan kondisi yang demokratis di negara-negara kawasan Timur Tengah.
Berdasarkan data yang dikeluarakan oleh freedom house, sebuah lembaga think tank

yang fokus terhadap proses demokrasi yang berlangsung di suatu negara mengeluarkan sebuah
blueprint mengenai indeks demokrasi yang terdapat di kawasan Timur Tengah. 3 Dalam
laporannya yang di published setiap satu tahun sekali dapat dilihat bahwa negara-negara Arab
non-Israel

berada dalam kategori not free yaitu negara-negara teluk seperti Irak, Kuwait,

Bahrain, dan lainnya serta negara-negara di kawasan Afrika Utara. Hal yang berbeda
disampaikan oleh Sadiki yang menyebutkan negara-negara di kawasan Timur Tengah
dikategorikan menjadi negara yang non-domokratis seperti negara-negara yang mempraktekan
monarki absolute seperti Arab Saudi dan negara yang semi-demokratis seperti Mesir, Jordan, dan
Tunisia.4 Dari kedua persepsi di atas yang mencoba mendefinisikan bentuk demokrasi yang
terdapat di kawasan Timur Tengah dapat ditarik kesimpulan bahwa negara-negara yang berada
di kawasan Timur Tengah tidak diakui sebagai negara yang berdemokrasi secara penuh.

2 Andreas Schedler, Measuring Democratic Consolidation, diakses melalui
http://lasa.international.pitt.edu/LASA97/schedler.pdf pada tanggal 1 November 2011 pukul 13.12 WIB
3 Diakses melalui http://freedomhous.org/FIW2011_MENA_Map_1st draft.pdf pada tanggal 1 November 2011
pukul 13.26 WIB
4 Larbi Sadiki, Rethinking Arab Democratization op, cit,. hal 102


Dinamika Kawasan Timur Tengah dan Afrika Page 3

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, penulis berupaya merumuskan sebuah
pertanyaan yang

menjadi panduan dalam melakukan analisis terhadap masalah yang ingin

dibahas. Untuk itu, makalah ini berupaya untuk menjawab pertanyaan faktor-faktor apa saja
yang menyebabkan kemunduran demokrasi di kawasan Timur tengah yang menyebabkan
demokrasi tidak berkembang di negara-negara Arab?
1.3 Kerangka Konseptual
a. Model Transisi Demokrasi
Dalam beberapa literatur yang membahas demokratisasi di Timur Tengah disebutkan
bahwa hal yang cukup berpengaruh terhadap terjadinya proses demokratisasi adalah proses
transisi yang terjadi di dalamnya. Proses transisi demokrasi yang terjadi di Timur Tengah pada
umumnya menghasilkan sebuah kepemimipinan baru baik yang berasal dari pemimpin rezim
lama yang secara sadar melakukan perubahan politik untuk menjadi rezim yang lebih demokratis
maupun dengan munculnya figur baru yang menggantikan figur lama. Dalam menjelaskan

terjadinya proses transisi demokrasi di Timur Tengah penulis menggunakan pendekatan transisi
demokratisasi yang diperkenalkan oleh Huntington yang secara spesifik membagi proses transisi
demokrasi ke dalam tiga bentuk. Namun, dari ketiga bentuk transisi demokrasi hanya dua yang
dapat diimplementasikan kedalam kasus transisi demokrasi di Timur Tengah yaitu: 5
1. Pertama, proses transformasi dengan adanya transisi demokrasi yang diprakarsai
melalui inisiatif dan peran elit yang berkuasa dalam situasi kelompok pembaharu
lebih kuat dari kelompok konservatif, kelompok moderat lebih kuat dari kelompok
ekstrimis. maupun pemerintah lebih kuat dari oposisi. Huntington menjelaskan dalam
proses transformasi ini pihak-pihak berkuasa dalam rezim otoriter mempelopori dan
memainkan peran yang menentukan dalam mengakiri rezim itu dan mengubahnya
menjadi sebuah sistem demokratis.
2. Proses transisi yang kedua dalam bentuk replacement atau pergantian. Proses
pergantian menyangkut perubahan yang terjadi melalui tekanan oposisi terhadap
pemerintah yang berkuasa, biasanya dilakukan melalui penggulingan kekuasaan.
Dalam proses ini interaksi antara pemerintah dengan oposisi dan interaksi antara
5 Huntington, Samuel P, Gelombang Demokratisasi Ketiga, ( Jakarta: Pustaka Utama Grafity, 1995) Hal 179-189.

Dinamika Kawasan Timur Tengah dan Afrika Page 4

kelompok moderat dengan ekstrimis berperan besar karena demokrasi bisa terwujud

bila kelompok oposisi memiliki pengaruh yang lebih besar dan semakin kuat
dibandingkan kelompok pemerintahan sehingga kekuatan rezim akan tumbang
dengan penggulingan kekuasaan.
Untuk lebih menjelaskan proses transisi demokrasi yang terjadi di negara-negara Arab
penulis menggunakan pendekatan transisi politik dari O'Donnell, Schmitter, dan Whitehead yang
menganggap bahwa proses transisi bergantung dari dinamika yang terjadi dalam koalisi elit dan
pihak oposisi. Menurut mereka perpecahan yang terjadi dalam kalangan elit penguasa akan
memungkinkan terjadinya transisi politik. Selain kekuatan elit, kekuatan oposisi yang terdiri atas
kelompok radikal dan moderat menentukan arah transisi politik yang dipengaruhi oleh bentuk
kerjasama yang terjalin diantara keduanya.6 kerjasama antara kelompok oposisi radikal dan
moderat juga berdampak terhadap berlangsungnya tahap liberalisasi politik yang memungkinkan
terjadinya proses transisi yang berulang-ulang dimana ketika kekuatan radikal terlalu kuat maka
proses reformasi menjadi terhenti yang artinya proses demokratisasi mengalami kebuntuan.
b. Islam dan Demokrasi
Penjelasan mengenai islam dan demokrasi dewasa ini sangat luas karena terlalu banyak
teori-teori yang membicarakan keduanya termasuk teori yang diutarakan oleh Ernest Gellner
yang menganggap ia menganggap bahwa Muslim Exceptionalism mengenai bagaimana
seharusnya islam sesuai dengan nilai-nilai demokrasi. Anggapan Gellner mengenai adanya
pengecualian tersebut disebabkan implicit constitution yang menyediakan blueprint bagi tatanan
sosial.7 Hal ini didasari atas bagaimana persepsi muslim di suatu negara dipengaruhi oleh

struktur kepercayaan dan tradisi yang di implementasikan kedalam kehidupan setelah mereka
mengadopsi islam dimana teori mengenai implicit constitution berpijakan kepada dua asumsi
dasar yaitu: masa kini lebih memengaruhi kondisi sekarang dibandingkan masa lalu yang
menyiratkan bahwa serta karakteristik dari masyarakat muslim dipengaruhi oleh periode jauh
dan tertentu dari masa lalu mereka selama tatanan sosial dan politik yang memandu mereka telah
terbentuk.
BAB II
6 Ellen Lust-Okar, ‘Why the failure of Democratization? Explaining 'Middle East Exceptionalism.'’ Hal 10. Diakses
dari http://www.nyu.edu/gsas/dept/politics/seminars/lust-okar.pdf pada Senin, 31 Oktober 2011 pukul 14.35 WIB
7 Abdou filali-Ansary, The Global Divergence of Democracy, edited by Larry Diamond and Marc F. Plattner
(Maryland, The Johns Hopkins University Press,2001) hal 37-38

Dinamika Kawasan Timur Tengah dan Afrika Page 5

PEMBAHASAN

Dalam bagian ini, penulis akan membahas mengenai bagaimana transisi demokrasi yang
terjadi di negara-negara Arab dianggap gagal menghasilkan sebuah rezim pemerintahan yang
demokratis di kawasan Timur Tengah? Apakah islam dianggap sebagai instrument penghambat
bagi berlangsungnya demokratisasi di kawasan Timur Tengah? Serta faktor lain yang

menyebabkan kemunduran bagi demokrasi di kawasan Timur tengah?
2.1 Faktor Penyebab Kemunduran Demokrasi di Timur Tengah
a. Faktor Kegagalan Transisi Demokrasi
Berbicara mengenai transisi demokrasi di Timur Tengah maka faktor yang sangat
berpengaruh yang menjadi pemicu dalam terjadinya transisi tersebut adalah konflik politik
domestic yang menciptakan kekerasan politik. 8 Hal tersebut dapat dilihat dari, proses transisi
tranformasi dan replacement yang mewarnai pergantian kekuasaan selama beberapa decade di
Timur Tengah. Proses transformasi muncul ketika adanya desakan dari bawah yang memprotes
penguasa rezim yang menciptkan dinding-dinding kekuasaan yang otoriter sehingga dengan
adanya gejolak dari bawah berupa bread of riots yang dilatarbelakangi oleh peningkatan harga
barang pangan membuat rezim melakukan reformasi dan berubah menjadi rezim yang lebih
demokratis. Rezim penguasa kemudian berusaha untuk melakukan tindakan yang menurut akin
disebut sebagai democratic bargain dimana penguasa berusaha untuk mempertahankan
legitimasi kekuasannya dengan mengadakan barter dengan rakyatnya berupa subsidi terhadap
layanan pendidikan, kesehatan, dan komitmen negara untuk memberikan pekerjaan.9
Proses transisi demokrasi yang kedua menurut Huntington yang terjadi di kawasan Timur
Tengah adalah replacement dengan adanya pergantian rezim yang terjadi di suatu Negara dengan
melengserkan rezim lama digantikan dengan rezim baru. Hal ini terjadi di Negara-negara Arab
seperti Libya, Tunisia, Mesir, dan Aljazair yang terjadi pada tahun 1950-an hingga 1990-an. Pola
8 Larbi Sadiki, Towards Arab Liberal Governance: From the Democracy of Bread to Democracy of the Vote, Third

World Querterly, Vol. 18, No 1 (Mar., 1997), pp. 127-148 published by : Taylor & Francis, Ltd. hal 2. diakses melalui
http://www.jstor.org/stable3992905 pada tanggal 18 Oktober 2011 pukul 13.22 WIB
9 Larbi Sadiki, Rethinking Arab Democratization op, cit,. 230

Dinamika Kawasan Timur Tengah dan Afrika Page 6

transisi demokrasi yang terjadi di kawasan Timur Tengah juga pararel dengan apa yang
O’Donnell, Schmitter, dan Whitehead katakan bahwa transisi demokrasi yang terjadi di negaranegara Arab terjadi akibat adanya perpecahan dalam tubuh koalisi penguasa dan meningkatnya
pertalian antara kelompok radikal dan kelompok moderat dalam menekan rezim penguasa.
Perpecahan yang terjadi diantara kelas penguasa ditambah dengan adanya pertalian oposisi
antara kelompok radikal dan kelompok moderat yang memnungkinkan terjadinya replacement
baik dalam proses transisinya kekuasaan akan berpindah ketangan kelompok penguasa lain yang
jika kita melihat konteks budaya Arab, kelompok penguasa terdiri dari kabilah-kabilah yang
terdapat di negara tersebut maupun berpindah ketangan oposisi baik dari kelompok radikal
maupun kelompok moderat.
Setelah terciptanya transisi demokrasi di negara-negara Timur Tengah maka hal yang
terjadi selanjutnya adalah proses demokratisasi tidak mengindahkan nilai-nilai demokrasi itu
sendiri. Telah terjadi kegagalan transisi politik di Timur Tengah yang menurut Horger dan
Schlumberger disebabkan oleh kepemimpinan politik yang selalu berusaha menjaga legitimasi
politiknya. Mereka tidak mau secara sukarela meletakkan kekuatan politiknya karena rezim

otoriter meraih keuntungan struktural ketimbang pihak oposisi. 10

Penguasa rezim untuk

mempertahankan legitimasinya kemudian memanfaatkan instrument pemilihan umum dengan
melakukan berbagai cara untuk mempertahankan kekuasannya dimana model demokrasi
pemilihan umum yang mengantikan democracy of bread merebak di negara-negara Arab pada
periode 1990-an hingga kini. Pola pemilihan umum yang kemudian disebut sebagai electoral
fetishism mencerminkan proses demokratisasi yang bersifat top-down dimana yang menjadi
pusat dari demokrasi bukan ada pada rakyat, tetapi pusat dari demokrasi ada pada negara yang
dimana negara dijadikan sebagai instrument kekuasaan rezim penguasa.11
Akibat dari sifat demokrasi yang top-down berimplikasi kepada lemahnya kekuatan
oposisi dan kebebasan pers seperti yang terjadi di Mesir pada masa Hosni Mubarok yang
menentukan sendiri pihak oposisinya serta melakukan tindakan pengekangan terhadap kebebasan
10 Holger dan Oliver Schlumberger, Waiting for Godot: Regime Change without Democratization in the Middle East,
Vol.25, No. 4, International Political Science Review, (Oktober, 2004), hal. 371-392
11 Larbi Sadiki, Rethinking Arab Democratization. op. Cit,. hal 32

Dinamika Kawasan Timur Tengah dan Afrika Page 7


pers. Hal yang sama juga terjadi di hampir seluruh negara-negara Timur Tengah seperti di
Tunisia, Irak, Al- Jazair, Yaman, dan Sudan dimana penguasa rezim melakukan kooptasi terhadap
lembaga legislative serta kebebasan pers. Selain itu, adanya tekanan terhadap penguasa
menyebabkan tidak tranparannya rezim serta adanya perlindungan terhadap HAM.
Efek lain yang dihasilkan dari kegagalan transisi demokrasi di kawasan Timur Tengah
adalah dimana rezim yang berkuasa tidak melakukan mekanisme pemilihan umum dengan adil
dan kompetitif. Penguasa rezim baik yang berlatar belakang militer dan non-militer melakukan
manipulasi dalam pemilihan umum. Menurut Andreas Schedler, tindakan yang dilakukan oleh
rezim penguasa merupakan sebuah survival strategic untuk tetap menjaga legitimasi dan
kekuasaannya dengan melakukan monopoli kekuasaan.12 Bentuk dari manipulasi yang terjadi
dalam electoral fetishism di negara-negara Timur Tengah berupa penggelembungan suara dalam
pemilihan umum, adanya tindakan represif secara politik terhadap kelompok penekan terutama
oposisi, rezim penguasa melakukan manipulasi terhadap aturan dalam pemilu, dan melaksanakan
pemilu yang tidak kompetitif. Ia menganggap tindakan yang dilakukan oleh rezim penguasa
tidak menyebabkan absennya demokrasi dalam negara tersebut, tetapi lebih kepada pengikisan
terhadap demokrasi itu sendiri.
b. Faktor Budaya
Dalam membahas penyebab terjadinya kemunduran demokrasi di Timur Tengah dapat
dilihat dari bagaimana faktor budaya berperan penting sebagai bentuk penerimaan masyarakat
Arab terhadap demokrasi yang diperkenalkan oleh negara-negara Barat pada abad ke-19 masehi
bersamaan dengan praktek kolonialisme. Namun, hal yang menjadi

pertanyaan dalam

hubungannya antara islam dan demokrasi adalah apakah islam merupakan faktor yang
memengaruhi terjadinya kemunduran bagi proses demokratisasi di Timur Tengah?
Jawaban dari pertanyaan tersebut setidaknya dapat dilihat dari bagaiamana melihat islam.
apakah islam selama ini dianggap bagian dari budaya arab atau islam merupakan entitas sendiri
yang memiliki perbedaan dengan entitas cultural masyarakat Arab. Penulis menilai, nilai-nilai
universal islam telah dianut oleh masyarakat arab dan non-arab seperti halnya di Indonesia dan
Turki. Hal tersebut dapat dibutikan dengan melakukan komparasi antara negara-negara Arab dan
12 Andreas Schedler, The Nested of Democratization by Elections, Vol. 23 No.1, International Political Review,
(Januari, 2002), hal. 119

Dinamika Kawasan Timur Tengah dan Afrika Page 8

non-Arab dimana perbandingan tersebut menghasilkan sebuah perbedaan yang sangat jelas.
Proses demokrasi yang berlangsung di negara berpenduduk mayoritas Islam Arab dan non-Arab
bertolak belakang dimana negara-negara berpenduduk mayoritas islam Arab mengalami
kemunduran demokrasi dengan banyaknya penguasa-penguasa otoriter sedangkan negara yang
berpenduduk

mayoritas islam non-Arab seperti Indonesia dan Turki mengalami progress

demokrasi yang cukup signifikan.
Tidak adanya pemisahan antara islam dan budaya Arab menyebabkan persepsi yang bias
mengenai proses berlangsungnya demokrasi di Timur Tengah dimana para akademisi politik
menyebutnya sebagai islam exceptionalism. Dari penjelasan mengenai konsep hubungan antara
islam dan demokrasi yang penulis angkat dalam makalah ini mengenai implicit constitution yang
dikemukakan oleh Ernest Gellner. Dalam implicit constitution dijelaskan bahwa pengaruh utama
dari sikap masyarakat muslim terhadap demokrasi dipengaruhi oleh sejarah yang sangat
memengaruhi tradisi dan budaya yang mereka anut. Selain itu, hal yang determinan yang
memengaruhi kondisi masyarakat islam dewasa ini lebih banyak dipengaruhi oleh perubahan
yang sedang terjadi dan bukan dari masa lalu. Dari pernyataan Gellner tersebut dapat dilihat
bahwa penerimaan masyarakat terhadap demokrasi berdasarkan pada tradisi yang berkembang di
daerah setempat sehingga satu daerah dan dengan daerah lainnya memiliki persepsi yang berbeda
mengenai penerimaan masyarakat terhadap demokrasi. 13 Contoh konkret dari penyataan Gellner
adalah bagaimana sikap masyarakat islam di Arab yang berbeda dengan sikap masyarakat islam
di Indonesia dan Turki mengenai demokrasi.
Argumentasi penulis dalam mengkaitkan penyebab dari gagalnya demokrasi berkembang di
kawasan Timur Tengah disebabkan karena faktor cultural yang melekat dalam kehidupan
masyarakat Arab. Bentuk kultur tersebut menurut Kedourie berupa masyarakat Arab sudah
terbiasa dengan sistem autokrasi dan sifat kepatuhan yang pasif dari masyarakat Arab.14 Budaya
autokrasi dan kepatuhan pasif tersebut kemudian berimplikasi terhadap tradisi politik masyarakat
Arab yang cenderung apatis dan menerima kondisi politik yang terjadi.
c. Faktor Ekonomi dan Geopolitik

13 Abdou filali-Ansary, The Global Divergence of Democracy, op. cit,. Hal 52-53
14 Larry Diamond, Why Are There No Arab Democraies? volume 1, no 1. Journal of Democfracy (Januari 2010) hal
95

Dinamika Kawasan Timur Tengah dan Afrika Page 9

Perkembangan demokrasi sangat ekuivalen dengan performa ekonomi di sebuah negara.
Hal ini dapat dilihat di negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, serta negara-negara di
kawasan Eropa dan Amerika Utara dimana perkembangan ekonomi searah dengan terjadinya
demokrasi di negara tersebut. Namun, kondisi ini tidak ditemui di kawasan Timur Tengah
diamana secara pendapatan perkapita negara-negara Arab seperti Arab Saudi, Kuwait, Bahrain,
dan Qatar selevel dengan negara di kawasan Eropa dan Amerika Utara tidak mengalami proses
demokrasi yang membuahkan hasil. Kondisi yang menyebabkan kemuduran demokrasi di Timur
Tengah lebih kepada faktor minyak dan struktur ekonomi. Oil Curse tampaknya mampu
mengubah kondisi pemerintahan menjadi kearah otoritarianisme.15
Peningkatan jumlah permintaan minyak dunia membuat penguasa

rezim semakin

memperkaya dan hal ini berpengaruh terhadap struktur ekonomi yang terdapat di dalam negaranegara Arab.16 Monopoli terhadap pendapatan dari minyak membuat negara yang menjadi
instumen rezim penguasa lebih superior dibandingkan mayarakatnya sehingga tercipta hirarki
stuktur ekonomi. Stuktur ekonomi tersebut membuat masyarakat sangat tergantung kepada
negara sehingga negara mampu mengendalikan masyarakat. implikasi dari ketergantungan
terhadap negara juga berpengaruh terhadap peran civil society dalam memperjuangkan
penyebaran demokrasi dan isu-isu lainnya yang secara kepentingan bertolak belakang dengan
penguasa rezim.
Faktor geopolitik yang terdapat dalam kawasan Timur Tengah juga berpengaruh terhadap
kemunduran demokrasi. Secara geografis wilayah Timur Tengah sangat strategis karena berada
di tengah-tengah dunia yang menghubungkan antara benua Asia, Eropa, dan Afrika.atas dasar
tersebut membuat banyak negara yang mencoba merebut pengaruh dan kendali atas wilayah
Timur Tengah terutama Amerika Serikat dan Eropa. 17 Hal lain yang menyebabkan Timur Tengah
spesial adalah potensi minyaknya sebagai bagian dari energi security dari negara-negara barat
untuk menjaga suplai minyak dan gas yang digunakan untuk industri. Dari kedua faktor ini
kemudian menjadikan negara-negara seperi Mesir, Aljazair,

dan Arab Saudi mendapatkan

keuntungan diplomatic dengan adanya hibah dari Amerika Serikat dan Eropa untuk memperkuat
pertahanan mereka sehingga sangat menguntungkan rezim otoriter. Hal ini berpengaruh terhadap
kekuatan rezim otoriter untuk menekan terjadinya pergolakan politik yang terdapat dalam negeri
15 Ellen Lust-Okar, Why the failure of Democratization? Explaining 'Middle East Exceptionalism. Op, cit,. hal 6
16 Larry Diamond, Why Are There No Arab Democraies, op, cit,. hal 97
17 Larry Diamond, Why Are There No Arab Democraies, op, cit,. hal 101

Dinamika Kawasan Timur Tengah dan Afrika Page 10

yang memungkinkan terjadinya perubahan rezim sehingga kepentingan Amerika dan Eropa di
Timur Tengah tetap terjaga tanpa adanya gangguan dari pergolakan politik domestic.

BAB III
KESIMPULAN

Kawasan Timur Tengah atau juga dikenal dengan istilah Dunia Arab merupakan salah
satu kawasan yang sampai saat ini belum terjadi proses demokratisasi sepenuhnya meskipun
pada awal tahun 2011 telah terjadi peristiwa Arab Spring

yang banyak menggulingkan

pemimpin-pemimpin Arab otoriter seperti Presiden Tunisia, Ben Ali, Presiden Mesir Husni
Mubarak, dan Pemimpin Libya, Muammar Ghaddafi yang memunculkan harapan timbulnya
sebuah sistem demokrasi di Dunia Arab. Menilik sejarah yang menjadi pertemuan pertama antara
Dinamika Kawasan Timur Tengah dan Afrika Page 11

Arab dan Demokrasi telah dimulai semenjak pertengahan abad ke-19 masehi melalui proses
kolonialisasi.
Persinggungan ini kemudian berlanjut dengan adanya liberalisasi politik menuju proses
demokrasi yang diawali dengan adanya transisi demokrasi yang terjadi di negara-negara Arab.
transisi Demokrasi yang terjadi di kawasan Timur Tengah merupakan imbas dari konflik politik
domestic yang menyebabkan kekerasan politik dalam masyarakat Arab sehingga terjadi
perpecahan dalam elite penguasa dan adanya perlawanan dari kelompok oposisi yang terdiri dari
kelompok radikal dan moderat. Namun, proses transisi demokrasi yang terjadi tidak mengarah
kearah yang demokratis malah sebaliknya, transisi politik yang terjadi di negara-negara Arab
menyebabkan terjadinya kemunduran demokrasi.
Kemunduran demokrasi yang terjadi di dunia Arab disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu: pertama, kemunduran demokrasi di Timur Tengah disebabkan oleh gagalnya transisi
demokrasi itu sendiri yang menyebabkan munculnya pengusa-penguasa rezim yang otoriter.
Rezim otoriter kemudian berusaha untuk mempertahankan legitimasinya dengan cara melakukan
electoral fetishism yang menyebabkan Dunia Arab dikenal dengan sebutan electoralism without
democracy. Faktor yang kedua adalah budaya masyarakat Arab yang sangat dekat dengan
autokrasi sehingga tidak adanya tradisi politik yang mampu memberikan ruang bagi demokrasi
untuk berkembang. Faktor yang terakhir adalah ekonomi dan geopolitik dimana keduanya
berkontribusi untuk melanggengkan kekuasaan otoriter.

Daftar Pustaka
Sumber Buku:
filali-Ansary, Abdou. The Global Divergence of Democracy, edited by Larry Diamond and Marc
F. Plattner (Maryland, The Johns Hopkins University Press,2001)
Sadiki, Larbi. Rethinking Arab Democratization: Election without Democracy, (Oxford: Oxford
University Press, 2009).
Samuel P, Huntington. Gelombang Demokratisasi Ketiga, ( Jakarta: Pustaka Utama Grafity,
1995)

Dinamika Kawasan Timur Tengah dan Afrika Page 12

Sumber Jurnal:
Diamond, Larry. Why Are There No Arab Democraies? volume 1, no 1. Journal of Democfracy
(Januari 2010)
Holger dan Oliver Schlumberger, Waiting for Godot: Regime Change without Democratization
in the Middle East, Vol.25, No. 4, International Political Science Review, (Oktober,
2004),
Lust-Okar, Ellen Why the failure of Democratization? Explaining 'Middle East Exceptionalism.
Hal 10. Diakses dari http://www.nyu.edu/gsas/dept/politics/seminars/lust-okar.pdf pada
Senin, 31 Oktober 2011 pukul 14.35 WIB
Sadiki, Larbi Towards Arab Liberal Governance: From the Democracy of Bread to Democracy
of the Vote, Third World Querterly, Vol. 18, No 1 (Mar., 1997), pp. 127-148 published by
: Taylor & Francis, Ltd. diakses melalui http://www.jstor.org/stable3992905 pada
tanggal 18 Oktober 2011 pukul 13.22 WIB
Schedler, Andreas Measuring Democratic Consolidation, diakses melalui
http://lasa.international.pitt.edu/LASA97/schedler.pdf pada tanggal 1 November 2011
pukul 13.12 WIB
______________, The Nested of Democratization by Elections, Vol. 23 No.1, International
Political Review, (Januari, 2002),
Sumber Internet:
Diakses melalui http://freedomhous.org/FIW2011_MENA_Map_1st draft.pdf pada tanggal 1
November 2011 pukul 13.26 WIB

Dinamika Kawasan Timur Tengah dan Afrika Page 13