BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA - Peranan Kantor Resor Imgrasi Polonia Terhadap Imigran Ilegal Status Pengungsi Di Kota Medan (1978-2005)

  

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara adalah kota kelima terbesar di Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan

  kampung yang dibuka oleh Guru Patimpus yang bernama kampung Medan Putri pada abad ke-16. Lokasi Medan Putri yang strategis pada masa penjajahan kolonial Belanda berkembang menjadi Kota Medan secara pesat. Medan menjadi pusat ekonomi, administrasi, pemerintahan, politik dan budaya. Medan sebagai pusat kegiatan ekonomi perkebunan menjadi daya tarik bagi pendatang untuk mengadu nasib. Terdapat berbagai kelompok etnik di antaranya adalah: Karo, Toba, Mandailing, Minangkabau, Aceh, Cina, Jawa, India, dan lainnya menjadi penghuni Kota Medan bersama-sama dengan etnik asli orang Melayu. Berbagai kelompok etnik ini banyak memainkan peranan tidak saja dalam aspek politik dan ekonomi, tetapi juga dalam memperkaya khasanah budaya daerah Sumatera Utara. Medan ialah kota dengan penduduk yang dianggap sebagai Indonesia mini pada era kolonial Belanda. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan, pemerintah mengeluarkan kebijakan mendirikan Kantor Imigrasi dan salah satunya Kantor Resor Imigrasi Polonia pada tahun 1978 yang kemudian mengalami perubahan status menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia pada tahun 1991.

2.1 Sejarah Berdirinya

  Badan keimigrasian sudah berdiri di Indonesia sejak zaman pemerintahan Belanda dengan nama Kantor Sekretaris Komisi Imigrasi pada tahun 1913. Tahun 1921 berubah menjadi Immigrate Diest atau Dinas Keimigrasian karena tugas dan fungsinya terus berkembang. Dinas Keimigrasian bertugas mengeluarkan peraturan keimigrasian dan memiliki prinsip at open deur politiek atau open deur policy (prinsip pintu terbuka). Politik pintu terbuka berarti membuka kesempatan seluas-luasnya bagi orang asing untuk masuk, tinggal dan bekerja di Hindia Belanda. Semakin banyak dan bervariasi golongan atau keturunan bangsa asing yang masuk, tinggal dan bekerja di Hindia Belanda. Belanda mengharapkan perekonomian dan politik tetap dikuasai bangsa asing sehingga golongan

  

  bumi putera tetap di bawah jajahan bangsa Belanda. Latar belakang politik keimigrasian Hindia Belanda adalah menguasai tanah jajahan (Hindia Belanda) untuk dieksploitasi secara ekonomi guna memakmurkan negara dan bangsa Belanda. Kebijakan yang diterapkan membuka Hindia Belanda bagi investor terutama yang berasal dari Eropa untuk menanamkan modalnya di Hindia Belanda. Kebijakan pintu terbuka ini mempunyai tujuan antara lain: 1.

  Mendapatkan tenaga kerja murah untuk menekan penduduk asli sekaligus menciptakan kesenjangan sosial ekonomi antara pendagang dan penduduk asli.

13 Muhammad Iman Santoso, Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional , Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2004, hal. 66.

  2. Menarik modal asing sebesar-besarnya agar kesempatan bagi bumi putera (pribumi) semakin tertutup dan ditekan oleh pengaruh asing sehingga bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa terjajah.

  3. Bila ada serangan dari luar terhadap Hindia Belanda, pemerintahan Belanda tidak akan sendiri menghadapi karena negara penanam modal tidak tinggal diam untuk melindungi

   kepentingan modalnya.

  Pada masa kedudukan Jepang tahun 1942, keimigrasian di Indonesia penerapannya sama dengan zaman penjajahan Belanda. Jepang melanjutkan kebijakan yang dilakukan Belanda dengan menyesuaikan dan hanya melakukan sedikit perubahan pada dokumen Belanda, seperti pembuatan pendaftaran orang asing yang dikenal bernama Surat Pernyataan Orang Asing. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Dinas Keimigrasian mengalami kekosongan. Sesudah Perang Dunia II berakhir, Dinas Keimigrasian dibuka kembali pada tahun 1946 oleh NICA (Nederlandsch Indie Civil Administratie) yang bertugas mengerjakan

  

  pengurusan penduduk bangsa asing. Tanggal 26 Januari 1950, Dinas Keimigrasian menjadi milik Indonesia. Pimpinan Immigratie Dients (Dinas Imigrasi) secara resmi diserahkan H.

  Breekland kepada Mr. H. J. Adiwinata yang menjadi Kepala Jawatan Imigrasi yang baru. Berdasarkan surat penetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.JZ/30/16 tanggal

  28 Januari 1950 yang berlaku sejak 26 Januari 1950 pada tanggal ini dijadikan hari lahir

   imigrasi. 14 K. H. Ramadhan dan Abrar Yusra, Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia, Jakarta: Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum dan Ham Republik Indonesia, 2005, hal. 20. 15 16 Ibid. , hal. 25.

  Sihar Sihombing, Hukum Imigrasi, Bandung: Nuansa Aulia, 2009, hal. 9. Dinas Keimigrasian menerapkan kebijakan selektif yang berarti setiap warga negara asing yang bermanfaat bagi pembangunan Indonesia, tidak membahayakan keamanan, ketentraman, ketertiban serta kesusilaan umum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kebijakan selektif didasarkan pada perlindungan kepentingan nasional. Pendekatan yang dipergunakan serta dilaksanakan meliputi pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) yaitu orang asing diizikan masuk yang memberikan kemakmuran serta kesejahteraan dan pendekatan keamanan (security approach) ialah orang asing yang diizinkan masuk yang tidak membahayakan keamanan negara dan ketertiban umum.

  Setelah diserahkan kepada Indonesia, Dinas Keimigrasian mengalami kesulitan karena kekurangan tenaga kerja yang ahli dan membutuhkan tenaga ekstra. Dinas Keimigrasian saat diserahkan kepada Indonesia mengalami kekurangan pegawai yang terampil dan mengerti tentang keimigrasian. Hal ini membuat Dinas Imigrasi masih menggunakan tenaga warga negara asing namun dengan jumlah yang terbatas sesuai dengan kebijkan selektif yang diterapkan. Dinas Keimigrasian mengatasi kekurangan sumber daya manusia yang berkualitas dengan membuka pendidikan dan pelatihan tenaga keimigrasian. Dalam pendidikan dan pelatihan melakukan pembinaan leader ship atau manajerial. Setelah tamat dari pendidikan dan pelatihan kemudian ditempatkan di setiap Kantor Keimigrasian di Indonesia. Pendidikan dan pelatiahan yang dibentuk keimigrasian berkembang pesat ke arah yang positif hingga menjadi bentuk Akademi Imigrasi.

  Tahun 1950, banyak warga negara asing masuk tanpa izin resmi karena belum banyak dibuka TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) di setiap tempat keluar dan masuknya manusia seperti di pelabuhan udara, pelabuhan laut serta perbatasan-perbatasan di darat. Dari tahun1951-1955 dibuka TPI yaitu di Dumai, Ambon, Belawan, Kutaraja, Bandung,

17 Padang. Sampai pada tahun 1978 tetap dibuka kantor imigrasi baru di Indonesia, salah

  satunya Kantor Resor Imigrasi Polonia di Pelabuhan Udara Polonia yang merupakan tempat

  

  keluar masuknya manusia. Latar belakang mendirikan Tempat Pemeriksaan Imigrasi tersebut karena untuk memeriksa surat perjalanan dan visa imigran ada yang melakukan pelanggaran peraturan keimigrasian yang memberikan kerugian kepada negara. Pendirian Tempat Pemeriksaan Imigrasi itu ditetapkan ke dalam peraturan pemerintahan Belanda

  

Staatsblad Nomor 332 tahun 1914 tentang Tempat Pemeriksaan Imigrasi di pelabuhan

  udara, pelabuhan laut dan perbatasan darat. Peraturan itu diserap ke dalam peraturan Indonesia ke dalam UU Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian Pasal 1 ayat (4).

2.2 Nama Kantor Resor Imigrasi Polonia

  Kantor Resor Imigrasi Polonia dikukuhkan sebagai nama resmi karena berada di wilayah Kecamatan Polonia. Arti kata resor dari Kantor Resor Imigrasi Polonia sama dengan

  

  struktur wilayah Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI). Penggunaan resor termasuk ke dalam wilayah kabupaten dan kota, seperti Kepolisian Resor Kota Besar (Polerstabes). Demikian halnya dengan Kantor Resor Imigrasi Polonia berada di wilayah Kota Madya Medan. Kata Resor dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tempat

   peristirahatan daerah kecil, daerah kuasa dan lingkungan kerja.

  

2.3 Kantor Resor Imigrasi Polonia Di Bawah Departemen Kehakiman Republik

Indonesia 17 18 K H Ramadhan dan Yusra Abrar, op.cit., hal. 54. 19 Lihat lampiran 5 gambar 5.

  

Wawancara dengan Chairil Lufthi, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Imigrasi Kelas II Polonia, Medan, 24 Juni 2013. 20 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., hal. 952. Keimigrasian di bawah Departemen Kehakiman secara berturut-turut mengalami perubahan sebagai berikut: a.

  Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 184 tahun 1960 tanggal 1 Agustus 1960, teknis operasional ditempatkan di bawah Menteri Keamanan Nasional, sedangkan administratif tetap di bawah Menteri Kehakiman.

  b.

  Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 144 tahun 1964 tanggal 1 Juni 1964 menjadi Direktorat Imigrasi secara operasional di bawah Wakil Perdana Menteri I dan secara organisatoris langsung di bawah Presidium Kabinet.

  c.

  Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor Aa/P/84/1965 tahun 1965 secara operasional tetap di bawah Menteri I dan secara organisatoris di bawah Menteri Negara diperbantukan kepada Presidium Kabinet.

  d.

  Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 163 tahun 1966, Direktorat Imigrasi sepenuhnya dikembalikan di bawah Departemen Kehakiman.

  e.

  Berdasakan Keputusan Presiden Nomor 170 tahun 1966 Direktorat Imigrasi menjadi Direktorat Jenderal Imigrasi.

  Imigrasi tetap berada di bawah jajaran pengayoman Departemen Kehakiman dan diberi mandat pelaksanaan tugas yang lebih jelas. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor. M-29.PR.07.04 tahun 1981 yang merupakan pelaksanaan dari Keputusan Presiden No.27 tahun 1981 menetapkan bahwa tugas pokok Direktorat Jenderal Imigrasi adalah melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Kehakiman di bidang keimigrasian dalam rangka serta menjamin ketentraman dan keamanan nasional berdasarakan kebijaksanaan

   yang ditetapkan oleh Menteri Kehakiman.

  Departemen Kehakiman beberapa kali mengalami pergantian nama. Pertama Departemen Kehakiman sejak tahun 1945-1999. Lalu berubah menjadi Departemen Hukum dan Perundangan-undangan (1999-2001). Kemudian berubah menjadi departemen Kehakiman dan Asasi Manusia (Kemenkumham) dari tahun 2001 sampai sekarang.

2.4 Lambang Dan Moto

  Setiap instansi memiliki lambang sebagai motivasi dan tujuan dalam menjalankan segala kewajibannya. Demikian halnya dengan Dinas keimigrasian yang berlaku pada semua Kantor Imigrasi di Indonesia termasuk Kantor Resor Imigrasi Polonia memiliki lambang yaitu Bhumi Purna Wibawa yang berarti penjaga pintu gerbang negara yang berwibawa, sehingga dalam menjalankan tugas harus penuh dengan tanggung jawab yang tinggi demi

  

  bangsa dan negara. Moto keimigrasian ialah melayani dengan tulus serta mengabdi sesungguhnya kepada bangsa dan negara demi menjaga kedaulatan bangsa.

  21 Elfaiz Lubis, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai

Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan,” dalam Tesis Sekolah Pacasarja Universitas Sumatera Utara, Medan,

2009, hal. 78. 22 Lihat lampiran 5 gambar 6.

Dokumen yang terkait

Peranan Kantor Resor Imgrasi Polonia Terhadap Imigran Ilegal Status Pengungsi Di Kota Medan (1978-2005)

1 36 100

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN POLONIA 2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia - Praktik Kerja Lapangan Mandiri Tentang Mekanisme Penagihan Tunggakan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 1 16

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Umum Kantor Pajak Pratama Medan Polonia - Tinjauan Atas Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 23 Atas Sewa Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 0 12

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia - Proses Pemberian Keputusan Angsuran Atas Utang Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

0 1 11

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia 1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia - Mekanisme Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Pada Kanto

0 0 11

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia 1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia - Pengawasan Pelaksanaan Pembayaran dan Pelaporan Pajak

0 0 9

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia 1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia - Prosedur Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Peng

0 1 9

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia 1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia - Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia

0 0 12

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia 1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia - Tata Cara Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP

0 0 12

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT 2.1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat - Mekanisme Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (Ppn) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

0 1 11