Peranan Kantor Resor Imgrasi Polonia Terhadap Imigran Ilegal Status Pengungsi Di Kota Medan (1978-2005)

(1)

PERANAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN (1978-2005)

SKRIPSI

DIKERJAKAN O

L E H

SHINTA AGNESIA 090706024

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

PERANAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN (1978-2005)

Yang diajukan oleh

Nama : SHINTA AGNESIA Nim : 090706024

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh: Pembimbing,

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si.

NIP 195908041985032002 tanggal……….

Ketua Departemen Sejarah tanggal……….

Drs. Edi Sumarno. M. Hum NIP 196409221989031001

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

PERANAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN (1978-2005)

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

SHINTA AGNESIA 090706024

Pembimbing

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si.

NIP 195908041985032002

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Fakultas Ilmu Budaya dalam bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

LEMBAR PERSETUJUAN KETUA JURUSAN

DISETUJUI OLEH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,

Drs. Edi Sumarno. M. Hum NIP 196409221989031001


(5)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI OLEH DEKAN DAN PANITIA UJIAN

PENGESAHAN

Diterima oleh:

Panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana Fakultas Ilmu Budaya dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan

Pada :

Tanggal :

Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

Dr. Syahron Lubis. M.A. NIP 195110131976031001

Panitia Ujian:

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Edi Sumarno, M.Hum (……….)

2. Dra. Nurhabsyah, M.Si (……….)

3. Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. (……….)

4. Dra. Ratna, M.S. (……….)


(6)

PERANAN KANTOR IMIGRASI KELAS II POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN (1992-2005)

SKRIPSI

DIKERJAKAN O

L E H

SHINTA AGNESIA 090706024

Pembimbing,

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. NIP 195908041985032002

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(7)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Adi Sinaga Jenis Kelamin : Pria

Umur : 52 tahun Pekerjaan : Berjualan

Alamat : Jl. Selebes Belawan Medan

2. Nama : Agus Makabori Jenis Kelamin : Pria

Usia : 43 Tahun

Pekerjaan : Kepala Sub Seksi Penindakan Keimigrasian Alamat : Jl. STM Sukapura No.83 B

3. Nama : Andi Jenis Kelamin : Pria Umur : 31 Tahun

Pekerjaan : Pegawai Seksi Penindakan Keimigrasian

Alamat : Medan

4. Nama : Bima Sutarjo Jenis Kelamin : Pria

Umur : 58 tahun Pekerjaan : Wiraswasta


(8)

5. Nama : Doni Jenis Kelamin : Pria

Usia : 31 tahun

Pekerjaan : Perawat Tempat Penampungan Imigran Ilegal Berstatus Penungsi Alamat : JL. Pembangunan Gg. Sejahtera No.7a

6. Nama : Edy Firyan, S.H, M.H. Jenis Kelamin : Pria

Umur : 50 tahun

Pekerjaan : Kepala Seksi Informasi Komunikasi Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Alamat : Jl. STM Sukapura No.78 Medan

7. Nama : Chairil Lufthi, SH, Msi. Jenis Kelamin : Pria

Usia : 51 Tahun

Pekerjaan : Kepala Sub Bagian Tata Usaha Alamat : Jl. STM Sukapura No.75 Medan 8. Nama : Jenda Ukur Karo Kaban

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 55 tahun

Pekerjaan : Kepala Kepegawaian

Alamat : Komplek Lapangan Tanjung Gusta JL. Pemasyarakatan

9. Nama : Kasih Rahmat Larosa Jenis Kelamin : Pria

Usia : 44 Tahun


(9)

Alamat : Jl. Majapahit No.4 Medan Baru

10.Nama : Mochamad Azis, S.H. Jenis Kelamin : Pria

Umur : 39 tahun

Pekerjaan : Pegawai Keimigrasian Polonia di Bandar Udara Polonia Alamat : JL. Panglima Makam No.9B Medan Baru.

11.Nama : Tani Rumapea, S.H, M.H. Jenis Kelamin : Pria

Usia : 55 Tahun

Pekerjaan : Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Alamat : Jl. STM Sukapura No.83 Medan


(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karuniaNya kepada penulis. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara moril dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sejarah pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Judul skripsi ini adalah, “Peranan Kantor Resor Imgrasi Polonia Terhadap Imigran Ilegal Status Pengungsi Di Kota Medan (1978-2005)”.Pada proses penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami rintangan dan hambatan, tetapi penulis memperoleh banyak bantuan serta bimbingan yang sangat bernilai dari berbagai pihak, terutama dari staf pengajar Departemen Sejarah.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kesalahan. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, 9 September 2013

Penulis,

SHINTA AGNESIA NIM : 090706024


(11)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih karuniaNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis berterima kasih atas doa, kasih, bimbingan, moril dan materi yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada yang terhormat:

1. Orang tua penulis, Bapak B.Silalahi dan Ibu R.Rumapea, kiranya Tuhan memberkati segala cita-cita dan harapan kita.

2. Adik penulis Soni dan Ovy semoga kalian lebih baik dari penulis dan tetap berusaha memberikan yang terbaik untuk meraih cita-cita.

3. Keluarga besar Opung Toni Silalahi, Opung Marhanda Rumapea, sepupu penulis Kakak Resdina, Kakak Lasma, Juan dan Aristo.

4. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan, beserta Pembantu Dekan I Dr. M. Husnan Lubis, M.A, Pembantu Dekan II Drs. Samsul Tarigan, dan Pembantu Dekan III Drs. Yuddi Adrian Muliadi, M.A, di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Drs. Edi Sumarno M.Hum, sebagai Ketua Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dra. Nurhabsyah, Msi, sebagai Sekretaris Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan dosen Penasehat Akademik penulis.

7. Ibu Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si selaku Pembimbing skripsi penulis.

8. Ibu Dra. Lila Pelita Hati, M.Si, dan Ibu Dra. Ratna, M.S Selaku Dosen Penguji Sidang Skripsi penulis.


(12)

9. Seluruh Bapak dan Ibu dosen khususnya di Departemen Sejarah serta Abang Amperawira selaku Tata Usaha Departemen Sejarah.

11. Keluarga besar Sejarah stambuk 2009: Toti, Rona, Mustika, Elisa, Nurlailisa, Ita, Suryania (Nia), Ratna, Dara, Wifky, Mifani, Roventina, Suwandi, Roni, Sigmer, Hendra, Andri, Muklis, Philip, Sadam A.T, Sadam Pulungan, Aprianta (Tata), Humala (Lala), Giant, Alpha, Adi Nova, Saut, Dedi, Doli, Hunter, Poli, Rudi, Andi, abangda, kakanda dan adinda Departemen Sejarah.

12. Keluarga besar Asrama Putri USU: Kakak Irma, Kakak Rini, Kakak Tari, Kakak Nurinda, Kakak Citra, Kakak Cory, Kakak Lindra, Kakak Debora, Kakak Bety, Delvina, Pesta, Eirene (Nairen), Iren (Anne), Feny, Nerly, Monika, Romian, Rani, Devi, Ivo, Deta, Dede, Geby (Oca).

13. Kelompok kecil SERAFIM: Pemimpin Kelompok Kecil Serafim Kakak Meisya Manurung, Elisa, Mustika, Ita.

14. Rekan pengajar Kakak Lena, Kakak Diana, Kakak Erni, Kakak Puspita, Abang Dicky, Kakak Evalina, Kakak Putri, Toti, Nurlailisa dan Dara.

15. Kepala dan segenap pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan.

16. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini berguna bagi kita semua. Kiranya Tuhan melimpahkan kasih setiaNya kepada kita semua. Tuhan memberkati kita semua.

Medan, 9 September 2013 Penulis,

SHINTA AGNESIA NIM : 090706024


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR SKEMA ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Dan Manfaat ... 7

1.4 Tinjauan Pustaka ... 8

1.5 Metode Penelitian ... 10

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA ... 13

2.1 Sejarah Berdirinya ... 13

2.2 Nama Kantor Resor Imigrasi Polonia ... 17

2.5 Kantor Resor Imigrasi Polonia Di Bawah Departemen Kehakiman ... 17


(14)

BAB III PERKEMBANGAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA 1978-2005 ... 20

3.1 Kantor Resor Imigrasi Polonia ... 20

3.1.1 Tujuan dan Sasaran ... 20

3.1.2 Prasarana ... 20

3.1.3 Struktur Organisasi ... 21

3.1.4 Tugas ... 21

3.1.5 Produk Yang Dihasilkan ... 23

3.1.6 Wilayah Kerja ... 23

3.2 Klasifikasi Kantor Imigrasi Di Bawah Departemen Republik Indonesia ... 23

3.3 Kantor Imigrasi Kelas II Polonia ... 24

3.3.1 Tujuan dan Sasaran ... 25

3.3.2 Prasarana ... 25

3.3.3 Struktur Organisasi ... 26

3.3.4 Tugas Dan Fungsi ... 31

3.3.5 Produk Yang Dihasilkan ... 31

3.3.6 Wilayah Kerja ... 38

3.3 Perjalanan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia ... 41

BAB IV PERANAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN ... 43

4.1 Latar Belakang Kedatangan Imigran Ilegal Ke Kota Medan ... 44

4.1.1 Faktor Pendorong ... 44

4.1.2 Faktor Penarik ... 45

4.2 Rute Perjalanan Imigran Ilegal Status Pengungsi ... 48

4.3 Karantina Imigrasi ... 53


(15)

4.5 Kerja Sama Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Dengan Badan atau organisasi Luar

Negeri ... 57

4.5.1 United Nations High Commisioner for Refugees (UNHCR) ... 57

4.5.2 International Organization for Migration (IOM) ... 60

4.5.3 Regional Cooperation Agreement (RCA) ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68 DAFTAR INFORMAN


(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I Penerbitan Paspor Republik Indonesia Kantor Imigrasi Kelas II Polonia AnggaranTahun 2002 ... 33 Tabel II Pelayanan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas II PoloniaTahun 2002 ... 36

Tabel III Laporan Imigran Ilegal Dari Kantor Imigrasi Di Indonesia Tahun 2002 ... 50

Tabel IV Pencegahan Dan Penangkalan Di Tempat Pemeriksaan Imigrasi Bandar

Udara Polonia Tahun 2002 ... 54 Tabel V Tindakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Tahun 2002 ... 55


(17)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan I Susunan Organisasi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Tahun 1991 ... 26


(18)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema I Wilayah Kerja Kantor ImigrasiKelas II PoloniaTahun 1991 ... 38

Skema II Wilayah Kerja Kantor ImigrasiKelas II PoloniaTahun 1992 ... 39


(19)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul, “Peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia Terhadap Imigran Ilegal Status Pengungsi Di Kota Medan (1978-2005)”.Penelitian ini membahas sejarah berdirinya Kantor Resor Imigrasi Polonia, perkembangan Kantor Resor Imigrasi Polonia dan Peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal berstatus pengungsi.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan penanganan imigran ilegal di Indonesia sejak kedatangan imigran ilegal Vietnam meminta status pengungsi. Kantor Resor Imigrasi Polonia menangani permasalahan imigran ilegal sejak berdirinya kantor. Peranan kantor melakukan pengecekan, penahanan, penginterogasian, pengawasan, pemberian fasilitas dengan kerja sama regional Australia-IOM-Indonesia dalam Regional Coopration Agreement (RCA) dan pengawasan selama menjadi imigran ilegal berstatus pengungsi. Keterbatasan petugas keamanan Indonesia di setiap batas negara mengakibatkan meningkatnya imigran ilegal melalui Indonesia untuk menuju negara ketiga yaitu Australia. Semakin banyaknya kejahatan transnasional, teroris membuat semakin diperketat tindakan terhadap imigran yang datang terlebih lagi ditangkap di Bandar Udara Polonia. Hal itu diatasi keimigrasian dengan melakukan pengecekan dan pengawasan lebih ketat di Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Bandar Udara Polonia. Juga UNHCR dan IOM memberikan pendeportasian secara suka rela kepada imigran ilegal status pengungsi sambil menunggu keputusan dari negara ketiga.

Skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah yaitu: heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (pengkritikan sumber), interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (penulisan). Penelitian ini diuraikan secara deskriptif analisis dengan bantuan ilmu sosial lainnya untuk mendapatkan sejarah yang kronologis.


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak zaman prasejarah, manusia melakukan perjalanan mencari tempat yang baru untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik yang dikenal dengan migrasi. Migrasi atau perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain untuk menetap. Hal itu, merupakan hak setiap manusia yang dibiarkan terjadi begitu saja, sehingga tidak memerlukan persyaratan tertentu. Pada abad ke-20, perkembangan teknologi, informasi dan transformasi membuat batas antar negara semakin semu dan jalur lalu lintas pun mudah ditempuh. Secara tidak langsung meningkatkan mobilitas manusia dari suatu negara menuju negara lain dengan berbagai kepentingan termasuk tindakan kejahatan. Kejahatan tersebut masuk ke dalam kejahatan lintas negara yang dikenal dengan kejahatan transnasional yang banyak menimbulkan kerugian. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian menyatakan keimigrasian ialah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia. Pengertian imigran merupakan orang yang datang dari negara lain dan tinggal menetap di suatu negara.1

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hal. 426.

Kategori imigran yang datang ke Indonesia dengan surat perjalanan, visa dan izin masuk ke negara lain atau izin masuk kembali yang sah atau masih berlaku dan melalui


(21)

Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) sebagai imigran sah atau legal. Imigran yang datang tidak dengan surat perjalanan, visa serta tidak memiliki izin masuk ke negara lain atau izin masuk kembali yang tidak sah dan sudah tidak berlaku lagi serta tidak melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) dikatakan sebagai imigran ilegal atau gelap. Kedatangan imigran ilegal memiliki latar belakang dan tujuan yang berbeda, salah satunya meminta status pengungsi. Kehadiran imigran ilegal menimbulkan dampak yang mengancam kedaulatan, keamanan, kehidupan sosial dan ekonomi, bahkan juga ancaman terhadap ideologi suatu bangsa.2

Surat perjalanan sangatlah vital dimiliki imigran sebagai identitas menjadi imigran legal atau sah menuju negara lain. Begitu pentingnya surat perjalanan itu dan dipergunakan pertama kali pada zaman Holly Land tahun 450 SM oleh Raja Babylonia. Pada saat itu Gubernur Nehemiah meminta pembuatan surat keamanan dalam perjalanan untuk melindungi dirinya. Surat itu yang kemudian dikenal dengan passport yang merupakan salah satu persyaratan masuk atau keluar negeri.3

Perpindahan penduduk yang dilakukan imigran dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong antara lain: ketidaknyamanan kondisi iklim, kurang tersedianya pekerjaan dan makanan, perang (konflik senjata dan keamanan) serta konflik sosial yang meliputi tekanan politik, ras, agama dan ideologi. Faktor penarik antara lain dari negara transit yaitu geografis yang berdekatan

2

Tim Penyusun International Organization for Migration Indonesia, Buku Petunjuk Bagi Petugas dalam Rangka Penanganan Kegiatan Penyelundupan Manusia dan Tindakan Pidana yang Berkaitan dengan Penyelundupan Manusia, Jakarta: International Organization for Migration, 2009, hal. 36.

3

Heru Hartono, “Peran Imigrasi dalam Penangan Pengungsi Warga Negara Asing di Kota Medan,” dalam Tesis Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010, hal. 2.


(22)

dengan negara yang dituju, negara yang menerima pengungsi. Faktor penarik dari negara tujuan ialah tersedianya lapangan pekerjaan dan makanan (ekonomi), keamanan dan ketenteraman terjamin di negara yang dituju.4

Badan keimigrasian telah berdiri di Indonesia pada masa pemerintahan Belanda dengan nama Kantor Sekretaris Komisi Imigrasi pada tahun 1913. Nama ini berubah menjadi Immigrate Diest atau Dinas Keimigrasian pada tahun 1921 karena tugas dan fungsinya terus berkembang. Dinas Keimigrasian bertugas mengeluarkan peraturan keimigrasian dan memiliki prinsip at open deur politiek atau open deur policy (prinsip pintu terbuka).5

Sejak tahun 1950, Dinas Keimigrasian menjadi milik pemerintahan Republik Indonesia yang sebelumnya dipegang kolonial Belanda. Perubahan status kepemilikan itu sangat bermakna bagi bangsa Indonesia karena merupakan era baru dalam pelaksanaan keimigrasian Indonesia yang menerapkan prinsip selective policy yang berarti prinsip selektif. Berdasarkan prinsip ini, hanya orang asing yang dianggap dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia dan tidak membahayakan keamanan, ketertiban serta tidak bermusuhan terhadap masyarakat maupun negara yang diijinkan masuk ke Indonesia. Terbentuknya Undang-Undang keimigrasian yaitu UU Nomor 9 Tahun 1992 tetang keimigrasian yang ditetapkan sebagai landasan utama

4 Manshur Zikri, “Permasalahan Imigran Gelap dan People Smuggling dan Usaha serta Rekomendasi Kebijakan dalam Menanggulanginya,” dalam Makalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, 2010, hal. 10.

5 Muhammad Indra, “Perspektif Penegakan Hukum dalam Hukum Keimigrasian Indonesia,” dalam


(23)

pengaturan keimigrasian Republik Indonesia. Presiden dan DPR RI memutuskan menetapkan UU Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian, Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang diizinkan masuk atau keluar wilayah Republik Indonesia.6

Kota Medan memiliki tiga Kantor Imigrasi yaitu Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan, Kantor Imigrasi Kelas II Belawan, Kantor Resor Imigrasi Polonia yang berdiri sejak tahun 1978 (yang kemudian menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia pada tahun 1991). Pada awalnya Kantor Resor Imigrasi di Bandar Udara Polonia mendapat tempat sebagai kantor dan Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Bandar Udara Polonia yang difasilitasi dari Kantor Angkasa Pura II cabang Medan. Pada tahun 1987, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Sumatera Utara menyerahkan tanah dan gedung Kantor Direktorat Keimigrasian di Indonesia menempatkan pegawai imigrasi di setiap pintu gerbang negara. Salah satunya di bandar udara untuk mengawasi setiap keluar dan masuk manusia. Bandar udara di Sumatera Utara bernama Bandar Udara Polonia yang terletak di Kota Medan. Pihak keimigrasian menempatkan Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Bandar Udara Polonia untuk menyelidiki setiap orang, khususnya gerak warga negara asing yang datang, terutama yang tidak memiliki surat perjalanan, visa serta tidak memiliki izin masuk ke Indonesia atau izin masuk kembali yang tidak sah dan sudah tidak berlaku lagi.

6


(24)

Jenderal Pemasyarakatan sebagai Kantor Resor Imigrasi Polonia yang berkedudukan di Jalan Mangkubumi No.2 Medan.

Imigran ilegal yang melewati Indonesia bertujuan ke Australia untuk mendapatkan status pengungsi. Para imigran pergi melalui perairan Republik Indonesia secara ilegal. Warga Negara Asing yang melanggar peraturan keimigrasian seperti Over Stay (menetap lebih dari waktu yang diizinkan) atau tidak melakukan perpanjang Surat Perjalanan RI dan Visa dikatakan sebagai imigran pelanggaran keimigrasian atau imigran ilegal. Tetapi bukan imigran ilegal berstatus pengungsi. Imigran ilegal memiliki latar belakang masing-masing. Salah satunya imigran ilegal mencari status pengungsi dan pencari suaka. Ada pun pengertian pengungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sekelompok manusia yang sangat rentan terhadap perlakuan tidak manusiawi baik dari negara asalnya maupun di negara dituju pengungsi. Pengungsi merupakan sebagian orang yang kurang mampu dan tidak memiliki dokumen pesrjalanan.7

Berdasarkan pemaparan di atas penulis meneliti, “Peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal status pengungsi di Kota Medan (1978-2005).” Hal ini dikategori sebagai peristiwa sejarah sebab membawa dampak perubahan yang sesuai dengan definisi sejarah. Salah satunya menurut tokoh sejarah Wilhelm Beur menyatakan sejarah merupakan peristiwa masa lampau manusia yang membawa perubahan dan memperlihatkan akibat-akibat dari peristiwa tersebut.8

7

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., hal. 1247.

8

Hugiono dan Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hal. 5.

Hal ini menurut penulis layak untuk diperhatikan karena imigran ilegal merupakan permasalahan yang penting untuk diminimalisasikan


(25)

dampak negatif untuk ke depannya. Periodisasi skripsi dimulai tahun 1978 karena pertama kali kantor berdiri. Batas kajian pada tahun 2005, karena pada tahun ini masa berakhirnya peraturan imigrasi yang menggunakan pemeriksaan imigran ilegal secara manual dan tidak online. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehakiman RI No. M.02.12.02.10 Tahun 2006 tanggal 1 Pebruari 2006 dilaksanakan Penerapan Sistem Photo Terpadu berbasis Biometrik pada Surat Perjalanan Republik Indonesia.9 Sistem Biometrik SPRI adalah sebagai pengganti foto dan sidik jari pemohon secara terpadu pada penerbitan SPRI sesuai standar ditetapkan oleh International Civil Aviation Organzation (ICAO) dan dapat dibaca oleh mesin (Machine Readable Passport atau MPR) atau disebut juga sebagai sistem foto Terpadu Berbasis Biometrik (SPTBB).10

9

Ahmad Nasir Hia, “Tinjauan Hukum terhadap Birokrasi Pengurusan Paspor Berbasis Pengurusan Biometrik di Kantor Imigrasi Polonia Medan,” dalam Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2007, hal. 64.

10

Lihat lampiran 7 gambar 10.

Tanggal 6 Pebuari 2006 Sistem Biometrik SPRI diterapkan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia. Sistem Biometrik ini mendorong munculnya sistem elektronik pada paspor, visa, izin tinggal dan status, cegah dan tangkal secara online.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dibuatlah rumusan mengenai masalah yang diteliti sebagai landasan utama dalam melakukan penelitian yang terangkum dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Kantor Resor Imigrasi Polonia?


(26)

3. Bagaimana peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal status pengungsi di Kota Medan?

1.3 Tujuan Dan Manfaat

Peristiwa yang telah berlalu tidak dapat dipertunjukkan kembali, tetapi dapat direkonstruksi berdasarkan realita yang ada. Rekonstruksi itu dapat memberikan renungan bagi kehidupan manusia yang menjadi cerminan dari masa lampau, pelajaran di masa kini dan menjadi patokan di masa depan.

Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat yang penting, bukan hanya bagi penulis tetapi juga bagi masyarakat umum yang bertujuan untuk:

1. Menjelaskan sejarah berdirinya Kantor Resor Imigrasi Polonia.

2. Menjelaskan perkembangan Kantor Resor Imigrasi Polonia.

3. Menjelaskan peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal status pengungsi di kota Medan.

Selain memberikan tujuan yang sesuai dengan di atas, diharapkan dari kajian ini menyumbangkan manfaat sebagai berikut:

1. Menambah literatur penelitian untuk lembaga akademis khususnya dalam bidang kajian keimigrasian di Indonesia.

2. Memperkaya pengetahuan masyarakat tentang peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal di Kota Medan.


(27)

3. Memperluas wawasan penulis mengenai Peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal di Kota Medan.

1.4 Tinjauan Pustaka

Penelitian ini selain melakukan penelitian lapangan juga kepustakaan dengan menggunakan beberapa buku dan laporan. Penulisan karya ilmiah merupakan sebuah rangkaian yang saling berkaitan dengan menggunakan refrensi yang berhubungan. Penulis mengunakan beberapa buku panduan dasar dalam penelitian ini. Pertama, Rahmadhan K.H dan Abrar Yusra dalam bukunya yang berjudul, “Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia,” menjelaskan perjalanan panjang sejarah imigrasi Republik Indonesia. Rahmadhan K.H dan Abrar Yusra menerangkan perkembangan kebijakan keimigrasian dari awal berdiri, struktur organisasi, pengaturan lalu lintas keimigrasian, pengaturan pengawasan orang asing, pelayanan kepada masyarakat yang melakukan perjalanan ke luar negeri, pergantian kepemimpinan keimigrasian. Buku Rahmadhan K.H dan Abrar Yusra ini sejalan dengan fakta sejarah yang diperoleh dari penelitian di lapangan dalam menjelaskan perjalanan sejarah keimigrasian di Indonesia. Perkembangan dan tantangan yang dihadapi pada masa kolonial Belanda, kolonial Jepang, kemerdekaan, Republik Indonesia Serikat, Orde Lama dan Orde Baru. Hal ini menambah wawasan penulis dalam melakukan penulisan skripsi.

Kedua, Iman Santoso, dalam bukunya yang berjudul, “Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional.” Buku ini memaparkan imigrasi membawa pengaruh positif bagi yang melakukan karena bertujuan mencari tempat yang lebih baik untuk kehidupannya dari yang sebelumnya. Hal ini dinyatakan dengan


(28)

meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan teknologi modernisasi serta peranan keimigrasian terhadap ketahanan nasional. Selain dampak positif terdapat juga dampak negatif, seperti imigran ilegal mengakibatkan munculnya penyelundupan dan penjualan manusia. Berbagai aspek negatif ini dapat mempengaruhi pola kehidupan dan tatanan sosial budaya serta ketahanan nasional. Buku Iman Santoso ini sesuai dengan kondisi penelitian di lapangan dalam memberikan pengaruh imigrasi baik secara positif maupun negatif dalam ekonomi dan ketahanan nasional Indonesia.

Ketiga, Muhammad Indra, dalam disertasinya berjudul, “Perspektif Penegakan Hukum dalam Hukum Keimigrasian Indonesia.” Disertasi ini mengungkapkan bahwa kegiatan imigrasi merupakan fenomena yang terjadi di tengah masyarakat yang tidak dapat dihindari dan berkembang pesat sejalan dengan keberadaan serta perkembangan manusia di berbagai belahan dunia. Muhammad Indra memaparkan hukum yang berlaku dalam keimigrasian di Indonesia dan pelaksanaannya. Hal ini sesuai dengan keadaan di lapangan untuk menjelaskan undang-undang yang berlaku dalam keimigrasian di Indonesia dan membantu penulis dalam penelitian.

Keempat, Mohammad Said dalam buku yang berjudul, “Koeli Kontrak Tempoe Doeloe Dengan Derita Dan Kemarahannya.” Beliau mengutarakan bahwa perkembangan perkebunan yang pesat di Sumatera Timur yang didirikan oleh Jacobus Nienhuys membutuhkan buruh untuk meningkatkan produksi jualnya. Maka didatangkan buruh perkebunan dari negara lain seperti Cina dan India oleh Kolonial Belanda. Berjalannya waktu imigran menjadi penduduk tetap di Sumatera Utara. Masyarakat Cina dan India menjadi komunitas yang tinggal menetap dan menjadi penduduk Sumatera Utara hingga saat


(29)

ini. Buku ini memberi pemahaman imigrasi di Sumatera Timur terjadi karena dibukanya perkebunan. Buku ini sesuai dengan fakta sejarah yang digali dari penelitian di lapangan dalam menerangkan peristiwa sejarah imigran datang ke Sumatera Utara.

Kelima, Sihar Sihombing, dalam bukunya yang berjudul, “Hukum Keimigrasian,” menceritakan tentang hukum keimigrasian secara tepat. Buku ini menyatakan bahwa keimigrasian merupakan hal yang sangat penting untuk dikaji dari segi kedatangan warga asing yang semakin banyak. Buku ini sejalanan dengan kondisi penelitian di lapangan dalam memahami sejarah hukum imigrasi yang ditelah dimulai dari zaman penjajahan sampai reformasi dilengkapi dengan undang-undang yang berlaku dipaparkan dengan singkat dan jelas. Buku ini memberikan arahan tentang latar belakang yang terjadi dalam keimigrasian di Indonesia melalui sejarah perkembangan peraturan-peraturan keimigrasian kepada penulis di dalam mengerjakan skripsi ini.

Keenam, International Organization for Migration (IOM) dalam bukunya yang berjudul, “Buku Petunjuk Bagi Petugas dalam Rangka Penanganan Kegiatan Penyelundupan Manusia dan Tindak Pidana yang Berkaitan dan Penyelundupan Manusia.” Buku ini menjelaskan tindakan petugas kepolisian dan imigrasi dalam menangani imigran ilegal, penyelundupan manusia, buku ini juga memaparkan peraturan hukum serta undang-undang yang berlaku menangani imigran ilegal dan penyelundupan manusia. Buku ini sesuai dengan fakta yang didapat dari penelitian di lapangan dalam penerapan peraturan yang terjadi di lapangan terkait penanganan imigran ilegal di Indonesia.


(30)

Penelitian ilmiah haruslah menggunakan metode penelitian, salah satunya metode sejarah yang sangat penting. Metode sejarah ialah cara, petunjuk pelaksana, proses, prosedur atau teknik sistematis dalam penelitian untuk mendapatkan objek penelitian.11 Sistematika dalam metode sejarah sangat diperlukan peneliti melakukan rekonstruksi peristiwa masa lampau. Penulisan sejarah deskritif melalui tahap demi tahap, Louis Gottschalk menjelaskan metode sejarah sebagai proses menguji, menganalisis kesaksian sejarah untuk menemukan data autentik atau dipercaya.12

Tahap pertama, heuristik atau pengumpulan sumber yang sesuai dan mendukung dalam penelitian. Metode penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan buku, majalah, artikel, skripsi dan karya tulis yang berkaitan dengan judul penelitian telah didapatkan. Penulis dalam penelitian lapangan melakukan metode wawancara tidak terstruktur, tetapi wawancara terbuka yaitu dengan mempersiapkan suatu pedoman wawancara (interview guide) dalam bentuk pertanyaan terbuka. Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga informan tidak merasa terbatas dalam memberikan jawaban. Pengumpulan bahan yang digunakan memerlukan ilmu dukung yang relevan dengan penelitian ini seperti ilmu sosial yaitu hukum, politik dan sosiologi. Penggunaan ilmu dukung sosial yang berarti penelitian ini menggunakan pendekatan interdisiplin atau multidimensional yang memberikan karakteristik ilmiah untuk memandang suatu masalah dari berbagai dimensi, sehingga pemahaman tentang masalah itu semakin jelas.

Berdasarkan pengertian di atas, Louis Gottschalk menempatkan empat pokok cara meneliti sejarah, sebagai berikut:

11

Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hal. 11.

12

Louis Gottschalk, dalam buku Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, hal. 44.


(31)

Tahap kedua, verifikasi atau mengkritik sumber yang terdiri dari dua tahap, yaitu kritik eksternal dan internal. Pertama, kritik eksternal merupakan mengkritik berdasarkan keaslian sumber atau autentik, seperti menilai buku dari ejaan yang digunakan, kertas yang digunakan sudah sesuai atau tidak dengan tahun diterbitkan dan lain-lainnya. Kedua, kritik internal sebagai pemilihan sumber berdasarkan kesahihan sumber atau kredibilitas dari segi material atau isinya, seperti penilaian buku dilihat dari isinya benar atau hanya fiktif belaka.

Tahap ketiga, interpretasi atau penafsiran. Pada tahapan ini data yang diperoleh dianalisis, sehingga melahirkan suatu analisa yang baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif.

Tahap terakhir, historiografi atau penulisan yakni penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya menjadi satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya.


(32)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA

Medan sebagai ibu kota Propinsi Sumatera Utara adalah kota kelima terbesar di Indonesia dan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan pada awalnya merupakan kampung yang dibuka oleh Guru Patimpus yang bernama kampung Medan Putri pada abad ke-16. Lokasi Medan Putri yang strategis pada masa penjajahan kolonial Belanda berkembang menjadi Kota Medan secara pesat. Medan menjadi pusat ekonomi, administrasi, pemerintahan, politik dan budaya. Medan sebagai pusat kegiatan ekonomi perkebunan menjadi daya tarik bagi pendatang untuk mengadu nasib. Terdapat berbagai kelompok etnik di antaranya adalah: Karo, Toba, Mandailing, Minangkabau, Aceh, Cina, Jawa, India, dan lainnya menjadi penghuni Kota Medan bersama-sama dengan etnik asli orang Melayu. Berbagai kelompok etnik ini banyak memainkan peranan tidak saja dalam aspek politik dan ekonomi, tetapi juga dalam memperkaya khasanah budaya daerah Sumatera Utara. Medan ialah kota dengan penduduk yang dianggap sebagai Indonesia mini pada era kolonial Belanda. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan, pemerintah mengeluarkan kebijakan mendirikan Kantor Imigrasi dan salah satunya Kantor Resor Imigrasi Polonia pada


(33)

tahun 1978 yang kemudian mengalami perubahan status menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia pada tahun 1991.

2.1 Sejarah Berdirinya

Badan keimigrasian sudah berdiri di Indonesia sejak zaman pemerintahan Belanda dengan nama Kantor Sekretaris Komisi Imigrasi pada tahun 1913. Tahun 1921 berubah menjadi Immigrate Diest atau Dinas Keimigrasian karena tugas dan fungsinya terus berkembang. Dinas Keimigrasian bertugas mengeluarkan peraturan keimigrasian dan memiliki prinsip at open deur politiek atau open deur policy (prinsip pintu terbuka). Politik pintu terbuka berarti membuka kesempatan seluas-luasnya bagi orang asing untuk masuk, tinggal dan bekerja di Hindia Belanda. Semakin banyak dan bervariasi golongan atau keturunan bangsa asing yang masuk, tinggal dan bekerja di Hindia Belanda. Belanda mengharapkan perekonomian dan politik tetap dikuasai bangsa asing sehingga golongan bumi putera tetap di bawah jajahan bangsa Belanda.13

1. Mendapatkan tenaga kerja murah untuk menekan penduduk asli sekaligus menciptakan kesenjangan sosial ekonomi antara pendagang dan penduduk asli.

Latar belakang politik keimigrasian Hindia Belanda adalah menguasai tanah jajahan (Hindia Belanda) untuk dieksploitasi secara ekonomi guna memakmurkan negara dan bangsa Belanda. Kebijakan yang diterapkan membuka Hindia Belanda bagi investor terutama yang berasal dari Eropa untuk menanamkan modalnya di Hindia Belanda. Kebijakan pintu terbuka ini mempunyai tujuan antara lain:

13

Muhammad Iman Santoso, Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2004, hal. 66.


(34)

2. Menarik modal asing sebesar-besarnya agar kesempatan bagi bumi putera (pribumi) semakin tertutup dan ditekan oleh pengaruh asing sehingga bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa terjajah.

3. Bila ada serangan dari luar terhadap Hindia Belanda, pemerintahan Belanda tidak akan sendiri menghadapi karena negara penanam modal tidak tinggal diam untuk melindungi kepentingan modalnya.14

Pada masa kedudukan Jepang tahun 1942, keimigrasian di Indonesia penerapannya sama dengan zaman penjajahan Belanda. Jepang melanjutkan kebijakan yang dilakukan Belanda dengan menyesuaikan dan hanya melakukan sedikit perubahan pada dokumen Belanda, seperti pembuatan pendaftaran orang asing yang dikenal bernama Surat Pernyataan Orang Asing. Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Dinas Keimigrasian mengalami kekosongan. Sesudah Perang Dunia II berakhir, Dinas Keimigrasian dibuka kembali pada tahun 1946 oleh NICA (Nederlandsch Indie Civil Administratie) yang bertugas mengerjakan pengurusan penduduk bangsa asing.15 Tanggal 26 Januari 1950, Dinas Keimigrasian menjadi milik Indonesia. Pimpinan Immigratie Dients (Dinas Imigrasi) secara resmi diserahkan H. Breekland kepada Mr. H. J. Adiwinata yang menjadi Kepala Jawatan Imigrasi yang baru. Berdasarkan surat penetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.JZ/30/16 tanggal 28 Januari 1950 yang berlaku sejak 26 Januari 1950 pada tanggal ini dijadikan hari lahir imigrasi.16

14

K. H. Ramadhan dan Abrar Yusra, Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia, Jakarta: Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum dan Ham Republik Indonesia, 2005, hal. 20.

15 Ibid.

, hal. 25.

16


(35)

Dinas Keimigrasian menerapkan kebijakan selektif yang berarti setiap warga negara asing yang bermanfaat bagi pembangunan Indonesia, tidak membahayakan keamanan, ketentraman, ketertiban serta kesusilaan umum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kebijakan selektif didasarkan pada perlindungan kepentingan nasional. Pendekatan yang dipergunakan serta dilaksanakan meliputi pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) yaitu orang asing diizikan masuk yang memberikan kemakmuran serta kesejahteraan dan pendekatan keamanan (security approach) ialah orang asing yang diizinkan masuk yang tidak membahayakan keamanan negara dan ketertiban umum.

Setelah diserahkan kepada Indonesia, Dinas Keimigrasian mengalami kesulitan karena kekurangan tenaga kerja yang ahli dan membutuhkan tenaga ekstra. Dinas Keimigrasian saat diserahkan kepada Indonesia mengalami kekurangan pegawai yang terampil dan mengerti tentang keimigrasian. Hal ini membuat Dinas Imigrasi masih menggunakan tenaga warga negara asing namun dengan jumlah yang terbatas sesuai dengan kebijkan selektif yang diterapkan. Dinas Keimigrasian mengatasi kekurangan sumber daya manusia yang berkualitas dengan membuka pendidikan dan pelatihan tenaga keimigrasian. Dalam pendidikan dan pelatihan melakukan pembinaan leader ship atau manajerial. Setelah tamat dari pendidikan dan pelatihan kemudian ditempatkan di setiap Kantor Keimigrasian di Indonesia. Pendidikan dan pelatiahan yang dibentuk keimigrasian berkembang pesat ke arah yang positif hingga menjadi bentuk Akademi Imigrasi.

Tahun 1950, banyak warga negara asing masuk tanpa izin resmi karena belum banyak dibuka TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) di setiap tempat keluar dan masuknya manusia seperti di pelabuhan udara, pelabuhan laut serta perbatasan-perbatasan di darat. Dari


(36)

tahun1951-1955 dibuka TPI yaitu di Dumai, Ambon, Belawan, Kutaraja, Bandung, Padang.17 Sampai pada tahun 1978 tetap dibuka kantor imigrasi baru di Indonesia, salah satunya Kantor Resor Imigrasi Polonia di Pelabuhan Udara Polonia yang merupakan tempat keluar masuknya manusia.18

Kantor Resor Imigrasi Polonia dikukuhkan sebagai nama resmi karena berada di wilayah Kecamatan Polonia. Arti kata resor dari Kantor Resor Imigrasi Polonia sama dengan struktur wilayah Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI).

Latar belakang mendirikan Tempat Pemeriksaan Imigrasi tersebut karena untuk memeriksa surat perjalanan dan visa imigran ada yang melakukan pelanggaran peraturan keimigrasian yang memberikan kerugian kepada negara. Pendirian Tempat Pemeriksaan Imigrasi itu ditetapkan ke dalam peraturan pemerintahan Belanda Staatsblad Nomor 332 tahun 1914 tentang Tempat Pemeriksaan Imigrasi di pelabuhan udara, pelabuhan laut dan perbatasan darat. Peraturan itu diserap ke dalam peraturan Indonesia ke dalam UU Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian Pasal 1 ayat (4).

2.2 Nama Kantor Resor Imigrasi Polonia

19

Penggunaan resor termasuk ke dalam wilayah kabupaten dan kota, seperti Kepolisian Resor Kota Besar (Polerstabes). Demikian halnya dengan Kantor Resor Imigrasi Polonia berada di wilayah Kota Madya Medan. Kata Resor dilihat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tempat peristirahatan daerah kecil, daerah kuasa dan lingkungan kerja.20

17

K H Ramadhan dan Yusra Abrar, op.cit., hal. 54.

18

Lihat lampiran 5 gambar 5.

19 Wawancara

dengan Chairil Lufthi, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Imigrasi Kelas II Polonia, Medan, 24 Juni 2013.

20

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., hal. 952.

2.3 Kantor Resor Imigrasi Polonia Di Bawah Departemen Kehakiman Republik Indonesia


(37)

Keimigrasian di bawah Departemen Kehakiman secara berturut-turut mengalami perubahan sebagai berikut:

a. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 184 tahun 1960 tanggal 1 Agustus 1960, teknis operasional ditempatkan di bawah Menteri Keamanan Nasional, sedangkan administratif tetap di bawah Menteri Kehakiman.

b. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 144 tahun 1964 tanggal 1 Juni 1964 menjadi Direktorat Imigrasi secara operasional di bawah Wakil Perdana Menteri I dan secara organisatoris langsung di bawah Presidium Kabinet.

c. Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor Aa/P/84/1965 tahun 1965 secara operasional tetap di bawah Menteri I dan secara organisatoris di bawah Menteri Negara diperbantukan kepada Presidium Kabinet.

d. Berdasarkan Keputusan Presidium Kabinet Nomor 163 tahun 1966, Direktorat Imigrasi sepenuhnya dikembalikan di bawah Departemen Kehakiman.

e. Berdasakan Keputusan Presiden Nomor 170 tahun 1966 Direktorat Imigrasi menjadi Direktorat Jenderal Imigrasi.

Imigrasi tetap berada di bawah jajaran pengayoman Departemen Kehakiman dan diberi

mandat pelaksanaan tugas yang lebih jelas. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor. M-29.PR.07.04 tahun 1981 yang merupakan pelaksanaan dari Keputusan Presiden

No.27 tahun 1981 menetapkan bahwa tugas pokok Direktorat Jenderal Imigrasi adalah melaksanakan sebagian tugas pokok Departemen Kehakiman di bidang keimigrasian dalam


(38)

rangka serta menjamin ketentraman dan keamanan nasional berdasarakan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Kehakiman.21

Setiap instansi memiliki lambang sebagai motivasi dan tujuan dalam menjalankan segala kewajibannya. Demikian halnya dengan Dinas keimigrasian yang berlaku pada semua Kantor Imigrasi di Indonesia termasuk Kantor Resor Imigrasi Polonia memiliki lambang yaitu Bhumi Purna Wibawa yang berarti penjaga pintu gerbang negara yang berwibawa, sehingga dalam menjalankan tugas harus penuh dengan tanggung jawab yang tinggi demi bangsa dan negara.

Departemen Kehakiman beberapa kali mengalami pergantian nama. Pertama Departemen Kehakiman sejak tahun 1945-1999. Lalu berubah menjadi Departemen Hukum dan Perundangan-undangan (1999-2001). Kemudian berubah menjadi departemen Kehakiman dan Asasi Manusia (Kemenkumham) dari tahun 2001 sampai sekarang.

2.4 Lambang Dan Moto

22

21

Elfaiz Lubis, “Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan,” dalam Tesis Sekolah Pacasarja Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009, hal. 78.

22

Lihat lampiran 5 gambar 6.

Moto keimigrasian ialah melayani dengan tulus serta mengabdi sesungguhnya kepada bangsa dan negara demi menjaga kedaulatan bangsa.


(39)

BAB III

PERKEMBANGAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TAHUN 1978-2005

Kantor Resor Imigrasi Polonia berdiri di Bandar Udara Polonia yang terus mengalami perkembangan hingga mengalami kenaikan status menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia pada tahun 1991, dapat dilihat sebagai berikut.:

3.1 Kantor Resor Imigrasi Polonia

Kantor Resor Imigrasi Polonia beridiri tahun 1978 di Bandar Udara Polonia sebab merupakan pintu gerbang negara sebagai tempat masuk dan keluarnya manusia sehingga dibuka Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Kantor Resor Imigrasi Polonia memiliki program kerja sebagai berikut:

3.1.1 Tujuan Dan Sasaran

Pada awal berdiri di tahun 1978, Kantor Resor Imigrasi Polonia memiliki tujuan yang bertanggung jawab menjalankan kewajibannya dalam penanganan keimigrasian. Sasaran kantor melaksanakan tugas pokok Departemen Kehakiman di bidang keimigrasian dalam rangka serta menjamin ketentraman dan keamanan nasional.


(40)

Pada awal berdirinya Kantor Resor Imigrasi belum memiliki tempat sendiri sehingga pihak Angkasa Pura II cabang Medan memberikan tempat di Pelabuhan Udara Polonia pada tahun 1978. Ruangan yang digunakan pertama kali berukuran kecil hanya berupa ruang kaca sebagai skat atau pembatas untuk kantor.23

Susunan atau struktur organisasai Kantor Resor Imigrasi Polonia pada tahun 1978 masih sederhana. Hal itu disebabkan kantor masih dalam ukuran kecil sama halnya dengan tugasnya yang masih dalam skop kecil yaitu memeriksa kartu perjalanan.

Pada tahun 1987, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Sumatera Utara menyerahkan tanah dan gedung Kantor Direktorat Jenderal Pemasyarakatan sebagai Kantor Resor Imigrasi Polonia yang berkedudukan di Jalan Mangkubumi Nomor 2 Medan. Pada saat itu prasaran menunjang kinerja pegawai menggunakan mesin ketik dan tulis tangan dalam membuat surat, laporan tugas, perhitungan dan sebagainya.

3.1.3 Struktur Organisasi

24

1. Paspor asli yaitu paspor yang dibuat dan dikeluarkan oleh negara yang berwewenang dan diberikan kepada orang yang berhak atas paspor yang diberikan kepadanya.

3.1.4 Tugas

Kantor Resor Imigrasi menjalankan tugas dalam memeriksaan paspor di Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Pelabuhan Udara Polonia yang dilakukan secara manual. Pemeriksaan paspor secara manual menggolongkan penentuan hasil pemeriksaan atas paspor meliputi beberapa hal seperti:

23

Lihat lampiran 6 gambar 7.

24 Wawancara

dengan Chairil Lufthi, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Imigrasi Kelas II Polonia, Medan, 24 Juni 2013.


(41)

2. Paspor asli namun dipalsukan yaitu paspor yang dibuat dan dikeluarkan oleh negara yang berwewenang namun telah dipalsukan beberapa bagian dalam paspor tersebut.

3. Paspor palsu yaitu paspor yang dibuat di pihak yang tidak berwewenang.25

Pemeriksaan paspor dapat dilakukan dengan memperhatikan tahap-tahap sebagai berikut: a. Pemeriksaan sampul luar atau cover

Pegawai imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi melihat biodata pengguna paspor ke dalam daftar nama yang dicekal atau tidak. Kemudian memeriksa bahan, bentuk, ukuran, benang jahitan pada paspor jika terdapat bekas jahitannya miring berarti pernah dibongkar dan palsu. Begitu juga posisi sampul dengan halaman di dalamnya sesuai atau tidak, jika tidak berarti palsu. Pemeriksaan kualitas cetakan gambar dan latar belakang terdapat muncul bayangan yang ada di halaman sampul pada paspor jika tidak berarti palsu.

b. Pemeriksaan halaman

Pemeriksaan dari ukuran, bentuk huruf, halaman, warna cetakan serta kualitasnya, menerawang cap airnya (watermark) pada paspor.

c. Pemeriksaan penomoran

Pemeriksaan konsisten nomor halaman, nomor paspor, tanda-tanda penghapusan, bila halaman paspor tidak tertera nomor halaman berarti palsu.

d. Pemeriksaan halaman biografi

Memeriksa konsisten huruf dan angka yang dicetak pada halaman biodata, kualitas latar belakang halaman biodata, susunan kode-kode pada baris di bawah halaman biodata.

25


(42)

e. Pemeriksaan foto dalam paspor sama dengan penggunaannya, terdapat cap kering atau basah, pemeriksaan ada keanehan pada cap tersebut atau tidak jika ia berarti palsu.

f. Pemeriksaan laminasi

Periksaan pada bekas-bekas tambahan pada laminasi ada atau tidak jika ada berarti palsu, memeriksa cap atau stempel dari setiap Tempat Pemeriksaan Imigrasi26 yang dikunjungi berbeda bentuk dengan yang asli atau tidak.27

Pada tahun 1986 berdasarkan ketentuan pemerintah menyatakan bahwa sebutan, “Pelabuhan udara diganti menjadi bandar udara atau bandara.” Hal ini berdasarkan PP.NO.5 tahun 1986 tanggal 19 Mei 1986.28

26

Lihat lampiran 6 gambar 8.

27 Ibid

., hal. 273.

28

Florence Tarigan, “Sistem Perjalanan pada PT Angkasa Pura II Bandara Polonia Medan,” dalam

Kertas Karya Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009, hal. 34.

Pada saat itu, wilayah kerja Kantor Resor Imigrasi Polonia masih di sekitar wilayah Bandar Udara Polonia.

3.15 Produk Yang Dihasilkan

Kantor Resor Imigrasi Polonia pada tahun 1978 di Tempat Pemeriksaan Imigrasi menghasilkan Kartu Izin Tinggal kepada warga negara asing yang datang secara legal atau sah, memperpanjang Kartu Izin Tinggal dan visa.

3.1.6 Wilayah Kerja

Berdirinya Kantor Resor Imigrasi memiliki wilayah kerja di sekitar Bandar Udara Polonia karena pada awal beridiri masih bertugas dalam Tempat Pemeriksaan Imigrasi.


(43)

Kantor Imigrasi di bawah Departemen Kehakiman Republik Indonesia diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kelas, yaitu :

1. Kantor Imigrasi Kelas Khusus

2. Kantor Imigrasi Kelas I

3. Kantor Imigrasi Kelas II

4. Kantor Imigrasi Klas III

Bedasarkan keterangan di atas Kantor Imigrasi Kelas Khusus merupakan kelas yang paling atas dalam klasifikasi kelas kantor imigrasi semakin besar kelasnya semakin kecil statusnya. Terjadinya kenaikan kelas itu diklasifikasikan berdasarkan beban kerja atau tanggung jawab kerja yang terus meningkat, tingkat kerawanan dan tingkat kerusuhan suatu daerah ditinjau dari segi keimigrasian.29

3.3 Kantor Imigrasi Kelas II Polonia

Berdasarkan klasifikasi di atas Kantor Resor Imigrasi Polonia naik status menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan jumlah masyarakat yang melakukan pengurusan surat perjalanan untuk warga negara asing, surat izin kedatangan, kunjungan warga negara asing ke Indonesia, penanganan imigran ilegal. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.03-PR.07.04 tahun 1991 tentang organisasi dan tata kerja kantor Imigrasi maka Kantor Resor Imigrasi Polonia menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia.

29

Senat Taruna Akademik Imigrasian, Kumpulan Peraturan Keimigrasian, Jakarta:Akademi Imigrasi Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Departemen Hukum dan Ham RI, 2006, hal. 196.


(44)

Pada tahun 1991 Kantor Resor Imigrasi mengalami kenaikan status menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia karena kantor menjalankan tanggung jawabnya dengan baik dan peningkatan dalam melaksanakan tugasnya. Kantor Imigrasi Kelas II Polonia memiliki program kerja sebagai berikut:

3.3.1 Tujuan Dan Sasaran

Kantor Imigrasi Kelas II Polonia memiliki tujuan yaitu menjadikan insan imigrasi yang profesional, berwibawa dan berwawasan global. Sasaran dari Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Medan adalah sebagai berikut :

a. Melaksanakan pelayanan yang cepat.

b. Memberikan kemudahan yang berkualitas dalam pelayanan terhadap masyarakat.

c. Melaksanakan pengawasan dan pemantauan orang asing dalam rangka mengamankan serta menunjang pembangunan nasional. 30

Kantor Imigrasi Kelas II Polonia pada tahun 1991 berdiri di Jalan Mangkubumi nomor 2 Medan yang melanjutkan tempat dari Kantor Resor Imigrasi Polonia dan tetap menjalankan tanggung jawab di Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Bandar Udara Polonia.

Sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat untuk mencapai tujuan dan sasaran imigrasi terus meningkatkan cara kerja mereka.

3.3.2 Prasaranan

31

Prasaran penggunaan teknologi dalam menjalankan tugas lebih efesien memanfaatkan komputer pada tahun 1997. Sebelum pemakaian komputer dikantor Kelas II

30

Rani Sanggita, “Efektifitas Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan,” dalam Skripsi Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2011, hal. 52.

31


(45)

Polonia, Penggunaan mesin ketik dan tulis tangan sering menghasilkan huruf yang tidak rapi, kertas kotor, kesalahan yang tidak dapat dihapus dengan mudah harus menggunakan tipeks, dicoret atau mengulangnya dari awal. Hal ini berdampak pemborosan dana dan waktu.

3.3.3 Struktur Organisasi

Perkembangan kantor terus terjadi ditandai dengan perubahan status kantor menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia. Kenaikan status kantor berarti ketentuan mengenai struktur organisasi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia diberlakukan berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia nomor M.03-PR.07.04 tahun 1991 tentang organisasi dan tata kerja Kantor Imigrasi, sebagai berikut:

Bagan I

Susunan Organisasi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Tahun 1991 KEPALA KANTOR

KA SUB BAG TATA USAHA

KARUS PEGAWAI

KARUS UMUM KARUS KEUANGAN

KASI LALINTUSKIM KASI WASDAKIM

KASI INSARKOM

KASUBSI WASKIM KASUBSI STATUSKIM

KASUBSI INFORMASI

KASUBSI KOMUNIKASI

KASUBSI DAKIM KASUBSI


(46)

Sumber: Senat Taruna Akademik Imigrasian, Kumpulan Peraturan Keimigrasian, Jakarta: Akademi Imigrasi Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Departemen Hukum dan Ham RI, 2006, hal. 370.

Tugas dan fungsi dari setiap bagan dan seksi berdasarkan struktur organisasi di Kantor Imigrasi Kelas II Polonia adalah sebagai berikut:

1. Bagian Tata Usaha yang dipimpin Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga kantor imigrasi. Kepala Sub Bagian Tata Usaha terdiri dari:

• Kepala Urusan Umum bertugas melakukan surat-menyurat perlengkapan serta rumah

tangga kantor imigrasi.

• Kepala Urusan Keuangan bertugas melakukan urusan keuangan kantor imigrasi

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Bagian Seksi Infomasi dan Sarana Komunikasi dipimpin Kepala Seksi Infomasi dan Sarana Komunikasi memiliki tugas penyebaran dan pemanfaatan informasi serta pengelolaan saran komunikasi keimigrasian. Kepala Seksi Infomasi dan Sarana Komunikasi terdiri dari:

• Sub Seksi Informasi memiliki tugas penyebaran dan pemanfaatan informasi mengenai

warga negara Indonesia dan warga negara asing dalam rangka kerja sama tukar-menukar informasi untuk pengamanan teknik operasional keimigrasian.

• Sub Seksi Komunikasi mempunyai tugas melakukan pemeliharaan dan pengamanan

dokumentasi keimigrasian serta melakukan penggunaan dan pemanfaatan sarana komunikasi.


(47)

3. Bagian Seksi Lalu Lintas dan Status Keimigrasian dipimpin Kepala Seksi Lalu Lintas dan Status Keimigrasian memiliki tugas melakukan kegiatan keimigrasian di bidang lalu lintas dan status keimigrasian di lingkungan kantor imigrasi. Kepala Seksi Lalu Lintas dan Status Keimigrasian terdiri dari:

• Kepala Sub Seksi Lalu Lintas Keimigrasian mempunyai tugas melakukan urusan lintas

batas wilayah perbatasan, memberi dokumen perjalanan, izin berangkat, kembali dan keluar atau masuk.

• Kepala Sub Seksi Status Keimigrasian mempunyai tugas melakukan penyaringan,

penelitian permohonan ahli status dan izin tinggal, penelitian kebenaran kewarganegaraan, memberikan surat keterangan orang asing, evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaannya.

4. Bagian Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian dipimpin Kepala Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian memiliki tugas pengawasan dan penindakan kepada orang asing. Kepala Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian terdiri dari:

• Kepala Sub Seksi Pengawasan Keimigrasian memiliki tugas pemantauan pelanggaran

perizinan keimigrasian dan melakukan kerajasama dengan instansi di bidang pengawasan orang asing, melakukan penyidikan dan penindakan terhadap pelanggaran keimigrasian.


(48)

• Kepala Sub Seksi Penindakan Keimigrasian memiliki tugas penyidikan dan penindakan, pencegahan dan penangkalan, penampungan sementara dan perawatan orang asing yang belum dapat dipulangkan, pemulangan dan pengusiran pelanggaran keimigrasian.32

Salah satu arsip dari laporan tahunan kantor, jumlah pegawai pada tahun 2002 berjumlah 70 orang dengan rincian jenjang susunan jabatan, sebagai berikut:

1. Jenjang Kepangkatan: a. Golongan IV : 1 orang b. Golongan III : 34 orang c. Golongan II : 39 orang 2. Tingkat Pendidikan

a. Sarjana : 21 orang b. Sarjana Muda : 4 orang

c. SLTA : 49 orang

3. Pejabat Struktur Teknis Keimigrasian a. Golongan IV : 1 orang

b. Golongan III : 16 orang c. Golongan II : 14 orang

4. Pejabat Struktur Teknis dan Non Teknis: a. Eselon III B : 1 orang

b. Eselon IV B : 4 orang c. Eselon V B : 8 orang

32 Ibid


(49)

Susunan jabatan di struktur organisasi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia seperti bagan di atas pada tahun 2002 dijabat oleh:

1. Kepala Kantor Kantor Imigrasi Kelas II Polonia: Drs, Tamsil Yacob

2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha: Ahmad Nasir Hia, S.H

3. Kepala Urus Pegawai: Jenda Ukur Karo Kaban

4. Kepala Urus Keuangan: Imulida

5. Kepala Urus Umum: Chairil Lutfhi, S.H

6. Kepala Seksi Informasi dan Sarana Komunikasi: Salman Paris D, S.E

7. Kepala Sub Seksi Informasi: R. Ruddy, S.H

8. Kepala Sub Seksi Komunikasi: Dra. I Sabarita

9. Kepala Seksi Lalu Lintas dan Status Keimigrasian : Heny Simanungkalit, S.H

10. Kepala Sub Seksi Status Keimigrasian

11. Kepala Sub Seksi Lalu Lintas Keimigrasian: Nasaruddin, S.H

12. Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian: Drs. Martahan Hutapea

13. Kepala Sub Seksi Pengawasan Keimigrasian: Drs. Samiudin


(50)

Kantor Imigrasi Kelas II pada tahun 1991 sampai tahun 2005 sesuai dengan kajian periodisasi penelitian penulis tidak mengalami perubahan dalam struktur atau susunan organisasi kantor. Sebab pada periodisasi itu kantor tidak mengalami kenaikan status. Tetapi, kantor terus menjalankan tugas dengan baik sehingga kantor terus mengalami perkembangan. Perkembangan itu terlihat pada tahun 2007 kantor mengalami kenaikan status sehingga terjadi perubahan susunan atau struktur organisasi kantor menjadi Kantor Imigrasi Kelas I Polonia.

3.3.4 Tugas Dan fungsi

Kenaikan status kantor meningkatkan tugas Kantor Imigrasi Kelas II Polonia yaitu melaksanakan tugas Departemen Kehakiman Republik Indonesia di bidang Keimigrasian di wilayah bersangkutan serta memiliki tri fungsi kantor Imigrasi Kelas II Polonia terdiri dari: 1. Fungsi pelayanan kepada masyarakat

2. Fungsi penegakan hukum 3. Fungsi keamanan

Dalam menjalakan tugas dan trifungsi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia didampingi dengan fungsinya agar tercapai dengan baik. Adapun fungsinya, sebagai berikut:

• Melaksanakan tugas keimigrasian di bidang informasi dan sarana komunikasi

keimigrasian.


(51)

• Pelaksanaan tugas keimigrasian di bidang pengawasan dan penindakan keimigrasian.33

3.3.5 Produk Yang Dihasilkan

Kantor Imigrasi Kelas II Polonia menghasilkan produk bagi Warga Negara Indonesia dan Warga Negara Asing yang juga dihasilkan kantor imigrasi di seluruh Indonesia, sebagai berikut:

1. Pelayanan bagi Warga Negara Indonesia (WNI), sebagai berikut :

a). Surat Perjalanan Republik Indonesia atau Paspor yang terdiri dari: Paspor Biasa, Paspor Diplomatik, Paspor Dinas, Paspor Naik Haji, Surat Perjalanan Lintas Batas atau Paspor Lintas dan Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Warga Negara Asing. Adapun salah satu data laporan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia pada tahun 2002 dalam menerbitkan Paspor yang dapat diterbitkan secara Paspor Republik Indonesia terdiri dari 24 halaman dan 48 halaman yang dapat dibuat perorangan ataupun keluarga dan Paspor Konvensi terdiri dari 18 halaman. Setiap paspor memiliki kategori masing-masing yang dibedakan melalui warna pada cover paspor, yaitu:

 Paspor diplomatik atau disebut paspor hitam yang diterbitkan oleh Deplu

(Departemen Luar Negeri) dan dipergunakan untuk keperluan diplomatik. Biasanya dipergunakan oleh para diplomat. Pemegang paspor ini memiliki kekebalan hukum tertentu.

 Paspor dinas atau disebut paspor biru yang diterbitkan oleh Deplu (Departemen Luar

Negeri) dan diperlukan untuk keperluan Dinas.

33


(52)

 Paspor biasa atau disebut paspor hijau yang diterbitkan oleh Ditjen (Direktorat

Jenderal) Imigrasi yang dipergunakan oleh orang umum apabila hendak bepergian keluar negeri.

 Paspor haji atau disebut paspor coklat yang diterbitkan oleh Departemen Agama,

yang hanya berlaku selama musim haji pada tahun itu dan hanya berlaku di Kota Jeddah dan Mekkah.34

Berdasarkan penjelasan produk yang dihasilkan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia di atas dapat dilihat dari salah satu arsip yaitu laporan tahunan pada tahun 2002 dalam penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia, yaitu:

Tabel I

Data Penerbitan Paspor Republik Indonesia Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Anggaran Tahun 2002

Bulan PPRI-48 Hal Perorangan

PPRI-48 Hal Keluarga

PPRI-18 Hal Konvensi

PPRI- 24 Hal Perorangan

PPRI- 24 Hal Keluarga

Januari 350 28 - 372 21

Febuari 273 30 - 278 25

Maret 348 8 - 284 20

April 362 21 - 273 19

Mei 390 30 - 335 19

Juni 372 20 - 530 28

Juli 391 17 - 364 14

Agustus 358 15 - 439 13

September 320 16 - 507 11

Oktober 311 11 - 600 14

November 352 28 - 354 15

Desember 342 24 - 365 17

Jumlah 4169 248 - 4701 216

34

Darman, “Penegakan Peraturan Keimigrasian dalam Mencegah Masuknya Imigran Ilegal ke Indonesia,” dalam Tesis Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010, hal. 44.


(53)

Sumber: Memori Pertanggungjawaban Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Periode 31 Oktober 2000 sampai dengan 06 Maret 2003.

Dilihat dari tabel di atas penerbitan Paspor oleh Kantor Imigrasi Kelas II Polonia mengalami perubahan yaitu Penerbitan Paspor RI berisi 48 halaman mengalami peningkatan di setiap bulannya dalam setahun untuk yang Perorangan. Penerbitan Paspor RI berisi 24 halaman untuk keluarga mengalami peningkatan setiap bulanannya dalam satu tahun, tetapi lebih besar peningkatan jumlah yang mengurus paspor perorangan. Penerbitan Paspor RI berisi 18 halaman untuk Konvensi selama setahun tidak ada diterbitkan. Penerbitan Paspor RI berisi 24 halaman Perorangan selama setahun mengalami perubahan serta jumlah terbanyak penerbitan paspor diantara paspor yang lain. Penerbitan Paspor RI berisi 24 halaman keluarga mengalami perubahan dalam setahun tetapi jumlah penerbitan yang paling kecil antara penerbitan paspor yang lain.

b). Pemberian tanda bertolak atau masuk.

2. Pelayanan bagi Warga Negara Asing (WNA) yang terdiri dari : Pemberian Dokumen Keimigrasian (DOKIM), yaitu berupa :

a. Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS)

KITAS diberikan kepada orang asing yang tinggal di wilayah Indonesia dalam jangka waktu yang terbatas. KITAS ini juga diberikan kepada orang asing yang masuk ke Indonesia dengan menggunakan Visa Tinggal Terbatas, seperti untuk bisnis (penanaman modal, tenaga ahli), rohaniwan, penelitian ilmiah dan lainnya yang disetujui oleh Pemerintah Republik Indonesia dan bermanfaat bagi Negara.


(54)

Diberikan kepada orang asing untuk tinggal menetap di Indonesia yang telah memiliki surat keterangan kependudukan dan orang asing pemegang KITAS yang telah diperpanjang sampai dengan masa yang telah ditentukan. Pemberian perpanjangan izin tinggal yang meliputi :

(a) Visa Kunjungan Usaha (VKU).

(b) Visa Kunjungan Sosial Budaya (VKSB). (c) Visa Kunjungan Wisata (VKW).

Pemberian EXIT Reentry Permit, yaitu izin orang asing pemegang KITAS dan KITAP yang meliputi :

(a) Mulitiple Exit Reentry Permit (MERP) yaitu izin masuk dan keluar ke wilayah Indonesia dengan beberapa kali perjalanan dalam batas waktu yang telah ditentukan.

(b) Single Exit Reentry Permit (SERP) yaitu izin masuk dan keluar ke wilayah Indonesia untuk satu kali perjalanan.

(c) Exit Reentry Only (EPO) yaitu izin yang diberikan untuk meninggalkan Indonesia dan tidak kembali.

Pendaftaran Orang asing (POA) diberikan kepada orang asing yang berada di Indonesia lebih dari 3 (tiga) bulan.

Berdasarkan penjelasan produk yang dihasilkan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia di atas memperlihatkan perkembangan kantor dari salah satu arsip laporan tahunan pada tahun 2002 dalam pemberian kartu izin tinggal tetap, kartu izin tinggal sementara dan warga negara penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia.


(55)

Tabel II

Data Pelayanan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Tahun 2002

Warga Negara Asing Warga Negara Indonesia

No Bulan ITAP ITAS ITK Permohonan SPRI SPRI Rusak

1 Januari - 80 26 771 2

2 Febuari 2 28 42 606 -

3 Maret 7 44 42 660 1

4 April 1 43 32 675 1

5 Mei 2 28 32 774 2

6 Juni 2 43 25 950 -

7 Juli 1 43 23 786 -

8 Agustus 2 44 22 825 -

9 September 2 52 15 854 -

10 Oktober 3 51 69 936 -

11 November - 35 49 749 1

12 Desember 3 43 36 724 1

Jumlah 25 534 413 9.310 8

Sumber: Memori Pertanggungjawaban Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Periode 31 Oktober 2000 sampai dengan 06 Maret 2003.


(56)

Tabel di atas ini salah satu arsip laporan produk yang dihasilkan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Tahun 2002. Tabel menunjukkan perubahan yang tidak hanya terjadi pada pelayanan warga negara Indonesia dalam pembuatan Surat Perjalanan Republik Indonesia tetapi juga pelayanan warga negara asing dalam bentuk Kartu Izin Tinggal Terbatas dan Kartu Izin Tinggal Tetap. Jumlah statistik pada tahun 2002 ITAP dan ITAS mengalami kenaikan setiap bulannya dalam setahun. Hal ini mengartikan bahwa Kota Medan banyak diminati orang asing untuk berkunjung dengan kepentingan masing-masing.

Kantor imigrasi yang baru dibuka di daerah membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan mengetahui tentang keimigrasian. Hal itu membuat dikeluarkan kebijakan untuk memindahkan pegawai keimigrasian dari kota ke kantor imigrasi yang baru dibuka tersebut. Banyak pegawai yang menolak dipindahkan. Untuk mengatasi hal itu Dinas Keimigrasian memberikan kebijakan kepada setiap pegawai yang mau dipindah tugaskan diberikan bonus enam bulan gaji.35

Kantor Resor Imigrasi Polonia bertugas mengecek kedatangan warga negara asing di Tempat Pemeriksaan Imigrasi Pelabuhan Udara Polonia yang dijalankan oleh beberapa pegawai. Kantor terus mengalami perkembangan dalam menjalankan tugasnya sehingga semakin banyak tanggung jawabnya, seperti penanganan warga negara asing di Tempat Pemeriksaan Imigrasi, menerbitkan Surat Perjalanan Republik Indonesia, penanganan warga negara asing yang melanggar peraturan keimigrasian dan lain-lain. Hal itu mempengaruhi

Perkembangan yang terjadi pada kantor membutuhkan tenaga kerja tambahan dan berintelektual serta berketerampilan untuk dapat mengerjakan kewajiban dengat tepat dan cermat.

35


(57)

terjadinya penambahan pegawai baru untuk menjalankan tugas tepat waktu dan hasilnya akurat. Kantor Resor Imigrasi Polonia yang terus mengalami perkembangan sehingga mendapatkan peningkatan status kantor menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia. Peningkatan status kantor berpengaruh juga kepada pegawai yang menjabat saat itu dalam hal kenaikan pangkat.36

Kota Madya Medan Kecamatan Medan Johor

3.3.6 Wilayah Kerja

Kantor Imigrasi Kelas II Polonia memiliki wilayah kerja berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.03-PR.07.04 Tahun 1991 tanggal 15 April 1991, tentang Organisasi dan Tata Kerja. Kantor Imigrasi dinyatakan memiliki wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Medan terdiri dari:

Skema I

Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Kelas II Polonia Tahun 1991

Kecamatan Medan Tuntungan Kecamatan Medan Baru

Kecamatan Deli Tua

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Pagar Merbau

Kecamatan Beringin Kecamatan Pantai Labu

36 Wawancara

dengan Chairil Lufthi, Kapala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Imigrasi Kelas II Polonia, Medan, 24 Juni 2013.


(58)

Kecamatan Lubuk Pakam

Kantor Imigrasi Kelas II Polonia tahun 1991 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia memiliki wilayah kerja di Medan dan Deli Serdang. Di Medan terdiri dari tiga kecamatan dan Kabupaten Deli Serdang terdiri dari enam kecamatan.

Jumlah penduduk dan volume kegiatan pemerintahan yang meningkat di Sumatera Utara khususnya di Kota Medan. Peningkatan itu mengakibatkan dibentuknya beberapa kecamatan baru melalui pemekaran berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 1991. Pemekaran wilayah tersebut berupa pembentukan kecamatan baru yang pada saat itu belum tertampung dalam Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Kelas II Polonia. Hal ini dituangkan dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi Polonia. Untuk menghindari adanya ketidakjelasan dan kesimpangsiuran wilayah kerja tersebut, melalui Surat Sekretaris Direktorat Jenderal Imigrasi No.F-PR.07.04-1105 tanggal 25 November 1992 ditegaskan Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Kelas II Polonia.37 Berdasarkan Pemekaran Wilayah pada Kota Medan dan Kabupaten Binjai yang meliputi beberapa kecamatan sebagai berikut:

Skema II

Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Kelas II PoloniaTahun 1992

37 Ibid

., hal. 47.

Kec.Tanjung Morawa Kec. Deli Tua

Kec.Johor Kec.Amplas

Kec. Lubuk Pakam Kec.Medan Baru

Kec. Pantai Labu Kab. Deli

Serdang Kec.Maimun

Kota Madya Medan


(59)

Berdasarkan skema II di atas menunjukan penambahan wilayah kerja pada Kota Madya Medan sebanyak empat kecamatan dari wilayah kerja sebelumnya maka jumlah keseluruhannya menjadi tujuh kecamatan. Wilayah kerja di Kabupaten Deli Serdang jumlah kecamatannya tetap. Kantor Imigrasi Kelas II Polonia mempunyai Kantor Pelayanan Keimigrasian dan Tempat Pemeriksaan Imigrasi yang didukung oleh 30 orang Petugas Pendaratan. Kegiatan di Bandar Udara Polonia semakin meningkat sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia juga bertambah di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI).

Perkembangan wilayah kerja diberikan lagi kepada Kantor Imigrasi Kelas II Polonia dengan pengusulan saat kunjungan kerja Direktur Jenderal Imigrasi ke Kantor Imigrasi Kelas II Polonia pada tanggal 30 Januari 2002. Usulan penambahan atau pemekaran wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas II Polonia melalui surat Nomor: W2.F2.PR.01.10-2688 tanggal 04 Maret 2002, ialah:

Skema III

Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Kelas II PoloniaTahun 2002

Kec.Beringin Kec.Polonia

Kec.Pagar Merbau Kec.Selayang

Kec.Tuntungan

Kec.Tanjung Morawa Kec. Deli Tua

Kec.Johor Kec.Amplas

Kec. Lubuk Pakam Kec.Medan Baru

Kab. Deli Serdang Kota Madya


(60)

Berdasarkan skema di atas penambahan wilayah kerja kantor sebanyak dua kecamatan di Kota Madya Medan dari wilayah kerja sebelumnya maka jumlah keseluruhannya sembilan kecamatan. Penambahan satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang dari wilayah kerja sebelumnya maka jumlah keseluruhannya menjadi tujuh kecamatan.

3.4 Perjalanan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia

Tahun 1998 sampai 1999 merupakan masa yang berat bagi Indonesia karena terjadinya pelemahan nilai rupiah, aksi massa, aksi buruh dan aksi mahasiswa menuntut pemerintah segera memulihkan ekonomi dan menurunkan rezim Soeharto. Massa menyerang warga negara keturunan Tionghoa karena kecemburuan sosial. Kondisi ini membuat sebagian masyarakat di Indonesia menyelamatkan diri pergi ke luar negeri khususnya warga negera asing dan masyarakat Tionghoa. Hal ini juga berdampak berkurangnya kunjungan warga negara asing karena kondisi Indonesia sedang tidak aman.

Kec.Beringin Kec.Polonia

Kec.Pagar Merbau Kec.Selayang

Kec.Patumbak Kec.Tuntungan

Kec.Medan Kota Kec.Medan Barat


(61)

Keadaan Indonesia seperti itu tidak membuat para imigran ilegal pencari suaka dan status pengungsi berkurang melalui Indonesia untuk menuju Australia.38

Permasalahan kejahatan transnasional pun semakin menjadi permasalahan yang penting bagi seluruh negara. Hal itu diperkuat dengan munculnya peristiwa pemboman yang berantai, yaitu mulai dari peledakan bom di gedung World Trade Center di New York pada 11 September 2001 berdampak munculnya isu teroris sampai ke seluruh dunia. Hal itu diperburuk kembali pada 12 Oktober 2002 dengan terjadi bom bunuh diri di Bali yang banyak menewaskan warga negara asing. Terjadi kembali bom bunuh diri di Bali atau dikenal dengan bom Bali II, kemudian pemboman di Hotel J.W Marriott Jakarta pada 5 Agustus 2003, pemboman di Kedutaan Besar Australia pada 9 September 2004 serta munculnya virus SARAS. Keadaan itu mempengaruhi peran dan fungsi keimigrasian di Indonesia dalam pelayanan, penegakan hukum, maupun fungsi fasilitator pembangunan ekonomi. Keimigrasian lebih fokus kepada sekuriti dan penegakan hukum. Tempat Pemeriksaan Imigrasi lebih ketat terhadap warga negara asing maupun warga negara Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa keimigrasian bersifat dinamis karena langsung berhubungan dengan kegiatan dan efektivitas manusia.

38 Wawancara

dengan Tani Rumapea, Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Polonia, Medan, 12 Maret 2013.


(62)

BAB IV

PERANAN KANTOR RESOR IMIGRASI POLONIA TERHADAP IMIGRAN ILEGAL STATUS PENGUNGSI DI KOTA MEDAN

Perpindahan manusia dari satu negara ke negara lain dikenal sebagai kegiatan migrasi bersifat tradisional atau konvensional untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negara yang dituju.39

39

Manshur Zikri, op. cit., hal. 2.

39

Poltak Partogi Nainggolan, “Imigran Gelap di Indonesia: Masalah dan Penanganan,” dalam

Penelitian Utama Masalah-Masalah Hubungan Internasional di Pusat Pengkajian dan Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPRRI, Jakarta: Pusat Pengkajian dan Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPRRI, 2009, hal.3.

Keberadaan negara yang memiliki kedaulatan atas bangsanya sendiri mengharuskan imigran masuk secara legal berdasarkan peraturan yang berlaku. Hal ini disebabkan negara yang mempunyai kedaulatan telah memiliki batas negara yang diakui secara internasional. Setiap orang dan barang masuk ke negara lain yang tidak sesuai dengan


(63)

peraturan negara tersebut dikenakan hukuman yang berlaku. Hal tersebut termasuk ke dalam kejahatan transnasional (transnational crime) yaitu kejahatan lintas batas negara seperti kejahatan imigran ilegal, penyelundupan manusia, penjualan manusia, penyelundupan senjata, hewan, benda-benda berharga secara ilegal. Salah satu kejahatan lintas negara yang terorganisasi (transnational organized crime) yang berupaya mengirim para imigran menuju negara tujuan dengan jalan kejahatan melalui pola imigran ilegal.40

Faktor pendorong adalah faktor yang berasal dari imigran ilegal itu sendiri, antara lain: faktor ekonomi yang lemah mengakibatkan harga kebutuhan primer dan sekunder untuk bertahan hidup sangat mahal. Hal ini membuat imigran ilegal berpindah tempat untuk memperbaiki nasib atau kesejahteraan di negara tujuannya. Faktor negara asal imigran ilegal tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan untuk bangsanya yang menyebabkan

Masalah imigran ilegal yang telah menjadi permasalahan dunia termasuk dalam isu-isu lunak (soft issues) berdasarkan studi hubungan internasional, sedangkan isu-isu keras (hard issues), seperti perang antar negara. Kelompok kejahatan ini memanfaatkan kondisi lemah imigran akibat faktor ekonomi, sosial, budaya dan psikologi masyarakat golongan bawah, dengan mudah ditipu sampai ke negara tujuan.

4.1 Latar Belakang Kedatangan Imigran Ilegal Ke Kota Medan

Kedatangan imigran ilegal dilatarbelakangi oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor penarik.

4.1.1 Faktor Pendorong


(64)

banyaknya jumlah pengangguran. Hal itu berdampak penduduknya memilih pindah dari negaranya ke negara lain untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Faktor pengurusan surat perjalanan atau paspor dan visa yang mahal, berbelit-belit dan lama membuat imigran tidak dapat mengurus paspor dan visa secara legal. Hal ini berdampak imigran mengambil jalan pintas dengan membuat paspor dan visa palsu untuk pergi ke negara tujuan.

Faktor sosial imigran ilegal adalah dengan tujuan berkumpul kembali dengan keluarga yang sudah lama berada di luar negeri. Imigran ilegal rela melakukan segalanya untuk bertemu kembali dengan sanak saudaranya dan menjadikan negara tersebut sebagai negara tujuan.

Faktor adanya tekanan dari negara asal imigran baik secara politik, agama, ras, ideologi, etnis dan sosial sehingga imigran mencari tempat yang bebas dari penekanan tersebut. Hal itu membuat imigran ingin lepas dari tekanan yang menyiksanya dan bersedia keluar negeri mencari tempat yang dianggap dapat memberikan kebebasan.

Faktor konflik atau perang yang terjadi di negara asal yang berkepanjangan sehingga imigran mencari tempat perlindungan ke negara lain. Tujuan imigran berpergian secara ilegal untuk mencari tempat yang aman atau terlepas dari konflik.

Faktor iklim juga berdampak pada ketidaknyamanan dari tempat tinggal imigran. Cuaca yang ekstrim membuat imigran melakukan perpindahan ke negara lain. Kondisi iklim salah satu pengaruh untuk menentukan kesejahteraan masyarakat di suatu negara.


(65)

4.1.2 Faktor Penarik

Faktor penarik yaitu datang dari negara transit dan negara tujuan. Faktor penarik dari negara transit atau negara kedua (transit country) yaitu Indonesia terkhusus Kota Madya Medan merupakan tempat yang strategis menuju Australia. Negara yang berada di posisi silang jalur lintas dagang dunia berpotensi kuat untuk terjadinya kejahatan transnasional. Negara memiliki garis pantai yang panjang sehingga terdapat banyak pintu masuk ke Indonesia. Negara terdiri dari ribuan pulau tidak berpenghuni sehingga imigran ilegal dapat bersembunyi, beristirahat dan masuk dengan leluasa ke Indonesia.

Faktor karakter masyarakat Indonesia terkhusus Kota Medan yang bertoleransi tinggi terhadap agama yang banyak dianut masyarakat pada umumnya menganggap bahwa imigran adalah saudara. Medan merupakan kota madya yang penduduknya multietnis sehingga setiap orang yang berasal dari mana pun etnisnya diterima oleh masyarakat karena di Medan tidak ada etnis yang dominan. Masyarakat Medan yang sopan-santun dalam beretika dan ramah kepada semua orang. Hal ini membuat imigran ilegal merasa nyaman berada di Kota Medan.

Faktor penarik lainnya dari Indonesia yaitu Indonesia belum memiliki peraturan yang khusus membahas tentang pengungsi. Negara Indonesia yang belum bergabung ke dalam Konvensi tahun 1951 dan Protokol tahun 1967 sehingga tidak dapat melakukan deportasi. Faktor perikemanusiaan juga berpengaruh sehingga tidak dapat melakukan pengusiran terhadap imigran ilegal berstatus pengungsi. Konvensi 1951 dan Protokol 1967 terbentuk setelah berakhirnya PD (Perang Dunia) II. Saat itu, kondisi Eropa semakin kacau maka dibentuk PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk mengatasi setiap permasalahan yang ada. Salah satu permasalahannya yaitu sebagian orang Eropa terpencar dengan saudara dan


(66)

kampung halaman karena konflik Perang Dunia II. Oleh sebab itu, dibentuk United Nations High Commisioner For Refugees (UNHCR) merupakan badan PBB yang mengurusi permasalahan pengungsi. Pengungsi mengalami peningkatan jumlah maka diadakan Konvensi pada tahun 1951, dilanjutkan dengan Protokol pada tahun 1967.

Faktor aparat penjaga keamanan Indonesia termasuk di Kota Medan yang menjaga perbatasan lintas negara mudah untuk disuap berdampak imigran ilegal banyak yang lolos begitu saja. Hal ini yang membuat imigran ilegal memilih Indonesia dan Kota Medan sebagai negara transit.

Faktor penarik dari negara Australia sebagai negara ketiga atau negara tujuan (potential destination country) merupakan benua dan negara yang dekat dengan Asia. Hal itu yang membuat imigran ilegal memilih Australia menjadi negara tujuan atau negara ketiga di antara negara-negara di benua Eropa dan benua Amerika. Akses ke Eropa dan Amerika lebih jauh dan sulit, baik melalui darat, udara dan laut. Hal ini belum termasuk ketentuan hukum yang menghalangi imigran ilegal melalui negara Eropa yang begitu ketat atau konsisten terhadap peraturannya. Eropa memiliki kesepakatan regional melalui Uni Eropa menutup pintu terhadap pengungsi yang bermotif ekonomi.

Australia merupakan negara makmur sehingga imigran ilegal yakin dapat hidup baik. Australia juga negara yang multikultural dan bebas beragama. Imigran merasa dapat hidup nyaman karena perbedaan yang dimiliki imigran ilegal dapat diterima penduduk asli Australia.


(67)

Negara tujuan atau negara ketiga (potensial destination contry) yaitu dengan tingkat jumlah penduduknya rendah (sedikit) pada hal daratannya luas sehingga imigran ilegal menganggap bahwa Australia membutuhkan penduduk untuk bekerja di sana. Negara Australia ini pun terkenal sebagai negara yang menjujung tinggi Hak Asasi Manusia. Tingkat keamanannya memberikan kedamaian bagi penduduknya yang merupakan salah satu faktor peningkatan kesejahteraan kehidupan di Australia. Hal tersebut menarik imigran ilegal untuk menetap di sana.

Australia dan Selandia Baru bergabung dalam satu benua yang dikenal dengan Benua Australia. Negara ini sekalipun membutuhkan penduduk pendatang atau imigran harus memiliki kualitas atau kemampuan tertentu dalam dirinya. Proses penarikan tenaga kerja dilakukan secara selektif, dengan menilai latar belakang, kapasitas pendidikan dan keahlian yang dimiliki. Pemerintah Australia tidak menerima begitu saja imigran asing. Mereka melihat kapasitas atau kapabilitas yang sesuai untuk dapat memenuhi kebutuhan tenaga yang masih belum dapat dipenuhi dari penduduk negaranya sendiri.41

Perjalanan Imigran ilegal secara berkelompok ke negara tujuan menggunakan kapal kayu atau disebut sebagai kapal sayur yang dikendalikan oleh seorang calo.

4.2 Rute Perjalanan Imigran Ilegal Status Pengungsi

42

41 Ibid

., hal. 13.

42

Lihat lampiran 2 gambar 2.

Imigran ilegal memiliki rute perjalanan yaitu dari Asia pertama kali masuk ke Malaysia. Imigran dibawa ke selatan sebelum menyeberang dengan kapal feri ke Pulau Batam. Tujuan selanjutnya ialah mencapai Pulau Jawa dan melanjutkan ke pulau-pulau Indonesia bagian selatan, seperti Pulau Bali, Pulau Flores atau Lombok. Dari pulau ini, imigran melalui perjalanan menuju


(68)

negara Australia. Jalur lain melalui Lautan Hindia langsung menuju Kota Medan, tanpa melalui Malaysia. Mereka kemudian terus menuju bagian Selatan Pulau Sumatera lalu ke Pulau Jawa melewati Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat turun ke bawah hingga sampai ke Australia. Dari arah Utara, yaitu Laut Cina Selatan, para imigran gelap juga ditemukan. Mereka langsung menuju wilayah Jambi dan Sumatera Selatan, kemudian melanjutkan perjalanan dengan arah yang sama ke Pulau Jawa, lanjut ke Sulawesi Selatan, ke wilayah Kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan terus menuju negara Australia.43

Imigran ilegal yang melalui perbatasan teritorial negara Malaysia banyak yang tertangkap. Imigran itu diinterogasi dan diperlakukan dengan tegas yang membuat imigran ilegal takut melewati Malaysia. Perlakuan tegas dari petugas keamanan Malaysia membuat imigran ilegal yang tidak memiliki paspor dan visa diusir pihak Malaysia serta membiarkan terus melakukan perjalanan menuju Australia melalui Indonesia. Hal ini berdampak semakin banyak imigran ilegal yang melalui Indonesia yang berakibat buruk bagi Indonesia.44

Data yang diperoleh memperlihatkan orang-orang dari negara Vietnam, Bangladesh, Srilanka, Afghanistan, Pakistan, Irak, Iran, serta Cina (RRC), merupakan pelaku kegiatan imigran ilegal. Masyarakat Indonesia lebih banyak terlibat sebagai perantara atau pihak yang Imigran ilegal selain melalui jalur air juga ada melalui jalur udara menggunakan pesawat terbang.

43

Manshur Zikri, op.cit., hal. 8.

44 Wawancara

dengan Agus Makabori, Kepala Sub Seksi Penindakan Keimigrasian di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia, Medan, 13 Juni 2013 .


(69)

mengirimkan ke negara ketiga untuk tujuan memperoleh uang, seperti yang dilakukan para nelayan menjadi nakhoda perahu yang ditumpangi imigran ilegal.45

Kantor Imigrasi

Hal di atas terbukti dalam arsip di bawah ini tentang negara asal imigran ilegal yang tertangkap keimigrasian Indonesia, sebagai berikut:

Tabel III

Laporan Imigran Ilegal Dari Kantor Imigrasi Di Indonesia Tahun 2000-2001

Negara Asal Ket

AFG IRN IRK PAL PAK Jumlah

Sibolga - - 53 - - 53 -

Medan - - 92 - - 92 -

Tj. Balai Asahan - - - 107 Warga negara tidak jelas

Bagan Siapi-api 12 - - - - 12 -

Batam 30 - 10 - - 30 -

Dumai - - 28 - - 10 -

Tanjung Pinang 6 41 - - - 75 -

Bandar Lampung - - 62 - - 226 Warga negara tidak jelas

Bogor - 1 - 3 - 66 -

Cilacap - - - 138 Warga negara tidak jelas

Tanjung Perak 67 8 - - - 5 -

Malang 66 - - - - 66 -

Ngurah Rai 9 - - - - 9 -

Denpasar 16 - - - - 16 -

Mataram - - - 233 Warga negara tidak jelas

Kupang 47 7 74 8 - 138 -

Singkawang 16 - - - 1 17 -

45 Wawancara

dengan Mochamad Azis, Pegawai Keimigrasian Polonia di Bandar Udara Polonia, Medan, 28 Juni 2013.


(1)

Peta tujuh puluh sembilan lintas batas imigrasi di seluruh Indonesia tahun 2005

Sumber: Kantor Imigrasi Kelas I Polonia, 28 Juni 2013.

Lampiran 5


(2)

Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Bandar Udara Polonia terminal kedatangan luar negeri

Sumber: Koleksi Pribadi, 28 Juni 2013.

Gambar 6 Lambang Kantor Resor Imigrasi Polonia

Sumber: Kantor Imigrasi Kelas II Polonia, 28 Juni 2013.

Lampiran 6


(3)

Tempat Pemeriksaan Imigrasi di Bandar Udara Polonia terminal kedatangan luar negeri

Sumber: Koleksi Pribadi, 28 Juni 2013.

Gambar 8 Pemeriksaan Paspor secara manual tahun 2005

Sumber: Koleksi Pribadi, 28 Juni 2013.


(4)

Gambar 9 Kantor Imigrasi Kelas I Polonia

Sumber: Kantor Imigrasi Kelas II Polonia, 8 Aprli 2013

Gambar 10 Paspor palsu secara alat sinar UV proteksi tahun 2006

Sumber: Koleksi Pribadi, 28 Juni 2013.

Lampiran 8


(5)

Tempat penampungan pengungsi di gedung Rudenim YPAP I Jl.Cempaka Medan Selayang.

Sumber: Koleksi Pribadi, 12 April 2013.

Gambar 12 Sertifikat UNHCR pengungsi tahun 2005

Sumber: Koleksi Pribadi, 28 Juni 2013.


(6)

Gambar 13 Sertifikat UNHCR pengungsi tahun 2005