BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Good Corporate Goverance - Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Good Corporate Goverance

  8 BAB II

  Ide dasar yang muncul dari good corporate governance ini adalah untuk memisahkan fungsi dan kepentingan di antara para pihak (stakeholder) dalam suatu perusahaan, yaitu pihak yang menyediakan modal atau pemegang saham, pengawas, dan pelaksana sehari-hari usaha perusahaan dan masyarakat luas.

  Forum for Corporate Governance in Indoseia (FCGI) mendefenisikan

  corporate governace sebagai:

  seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain

  governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).

  "Good Corporate Governance (GCG) secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder" (Monks, 2003) dalam Leosukmawijaya (2006).

  Menurut Finance Committee on Corporate Governance Malaysia "GCG merupakan suatu proses serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan urusan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan".

  Defenisi Corporate Governance menurut KEMPEN BUMN Nomor : Kep- 117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktek good corporate governance pada BUMN adalah “suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”

  Menurut Cadbury Comitte dalam Hong (2005 : 6) corporate governace dipandang "sebagai seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak- hak dan tanggung jawab".

2.2. Prinsip-Prinsip Good Corporate Goverance

  “Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting corporate

  governance , OCED telah mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip good

corporate governance dapat diterapkan secara luwes sesuai dengan keadaan,

  budaya, dan tradisi masing-masing” (Hong, 2005 : 8). Prinsip-prinsip OCED mencakup enam bidang utama:

  1. Corporate governance framework yang efektif.

  2. Hak-hak para pemegang saham (shareholders) dan perlindungannnya.

  3. Peran para karyawan dan para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya.

  9

  4. Pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu serta transparan sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi.

  5. Tanggung jawab pengurus (dewan komisari maupun direksi) terhadap perusahaan, pemegang saham, dan para pemangku kepentingan lainnya.

  Sedangkan menurut Tjager (2003 : 50-52) prinsip-prinsip good corporate

  governance , yaitu: 1.

  Fairness (Kewajaran) Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider

  trading ).

  Disclousere dan Transparency (Transparasi) Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan- perubahan yang mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan. Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang saham (stake holders).

  10

  3. Accountability (Akuntabilitas) Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif (effective

  oversight ) berdasarkan balance of power antara manajer, pemegang

  saham, dewan komisaris, dan auditor merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan dan para pemegang saham.

  4. Responsibility (Responsibilitas) Perananan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan.

  Ini merupakan tanggung jawab korporasi sebagai anggota masyarakat kebutuhan-kebutuhan masyarakat sekitarnya.

  Menurut KEMPEN BUMN Nomor : Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktek good corporate governance pada BUMN menjabarkan prinsip- prinsip GCG sebagai berikut: 1.

  Transparasi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.

  2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari

  11 pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

  3. Akuntabilitas, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip- prinsip korporasi.

  4. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi.

  5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3. Tujuan Good Corporate Governance

  Penerapan good corporate governance pada BUMN mempunyai tujuan sesuai dengan KEPMEN BUMN Nomor : Kep-117/M-MBU/2002, yaitu :

  1. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, tanggung jawab, dan adil agar perusahaaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.

  2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan, dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ.

  3. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap

  12 peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan disekitar BUMN.

  4. Meningkatkan konstribusi BUMN dalam perekonomian nasional.

  5. Meningkatkan investasi nasional.

  6. Mensukseskan program privatisasi.

2.4. Manfaat Good Corporate Goverance

  Menurut Maksum (2005 : 8-10) berbagai keuntungan yang diperoleh dengan penerapan corporate governance, yaitu:

  1. Dengan good corporate governance proses pengambilan keputusan akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal, dapat meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga hal ini jelas akan sangat berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sehingga kinerja perusahaan akan mengalami peningkatan. Berbagai penelitian telah membuktikan secara empiris bahwa penerapan good corporate

  governance akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara positif (Sakai dan Asaoka 2003; Jang Black dan Kim 2003).

  2. Good corporate governance akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang-kurangnya dapat diminimalkannya tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini tentu akan menekan kemungkinan kerugian bagi perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya sebagai akibat tindakan tersebut.

  13 Chtourou,dkk (2001) menyatakan bahwa penerapan prinsip-prinsip

  

corporate governance yang konsisten akan menghalangi kemungkinan

  dilakukannya rekayasa kinerja (earnings management ) yang mengakibatkan nilai fundamental perusahaan tidak tergambar dalam laporan keuangannya.

  3. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelolaan perusahaan tempat mereka berinvestasi. Peningkatan kepercayaan investor kepada perusahaan akan dapat memudahkan perusahaan mengakses tambahan dana yang diperlukan untuk berbagai keperluan perusahaan, terutama untuk tujuan ekspansi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh McKinsey & Company (2002) membuktikan bahwa lebih dari 70% investor mahal) saham perusahaan yang menerapkan corporate governance dengan baik dibandingkan dengan perusahaan yang penerapannya meragukan.

  4. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja sebagaimana disebut pada poin 1, dengan sendirinya juga akan menaikkan nilai saham mereka dan juga nilai dividen yang akan mereka terima. Bagi negara, hal ini juga akan menaikkan jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan yang berarti akan terjadi peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak. Apalagi bila perusahaan yang bersangkutan

  14 berbentuk perusahaan BUMN, maka peningkatan kinerja tadi juga akan dapat meningkatkan penerimaan negara dari pembagian laba BUMN.

  5. Karena dalam praktik good corporate governance karyawan ditempatkan sebagai salah satu stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka motivasi dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan meningkat. Peningkatan ini dalam tahapan selanjutnya tentu akan dapat pula meningkatkan produktivitas dan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap perusahaan.

  6. Dengan baiknya pelaksanaan corporate governance, maka tingkat kepercayaan para stakeholders kepada perusahaan akan meningkat sehingga citra positif perusahaan akan naik. Hal ini tentu saja akan dapat menekan biaya (cost) yang timbul sebagai akibat tuntutan para

  7. Penerapan corporate governance yang konsisten juga akan meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. Manajemen akan cenderung untuk tidak melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi berbagai aturan dan prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara transparan. Hasil penelitian Beasley,dkk (1996) dan Abbott,dkk (2000) menunjukkan bahwa penerapan corporate governance dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Menurut Hong (2005 : 14) implementasi good corporate governance juga akan mendorong pengelolaan perusahaan secara professional, transparan, dan

  15 efisien melalui proses pengambilan keputusan yang dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undang yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial terhadap stakeholders dan kelestarian lingkungan. Dengan implementasi good corporate governance, maka

  stakeholders utama yang terdiri dari: 1.

  Shareholders akan mengetahui dengan jelas bagaimana perusahaan dijalankan oleh pihak manajemen, karena shareholders berkepentingan bahwa perusahaan telah dijalankan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kaidah perusahaan yang sehat.

  2. Masyarakat dan dunia usaha akan mengikuti kemajuan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan sesuai dengan visi dan misi yang diemban dalam rangka mendukung pembangunan nasional. Karyawan yang ingin mengetahui bahwa pihak manajemen telah menjalankan perusahaan dengan efektif, efisien, dan transparan demi kepentingan semua pihak. Dengan demikian para karyawan mengetahui arah keputusan-keputusan yang diambil oleh pihak manajemen.

2.5. Dewan Komisaris

  Menurut Ghani (2003 : 33) “untuk melaksanakan pengawasan perusahaan agar tidak menyimpang dari visi, misi, dan koridor yang ditetapkan oleh pemilik/pemegang saham dilaksanakan oleh komisaris”. Berdasarkan kalimat tersebut dapat diketahui bahwa pengertian dari seorang dewan komisaris adalah sebagai pemilik/pemegang saham perusahaan yang akan mengawasi jalanya

  16 kegiatan operasional perusahaan agar dapat berjalan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan perusahaan.

  Menurut Mulyadi (2002 : 182), “dewan komisaris bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern”.

  Dalam KEPMEN BUMN Nomor : Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dijelaskan fungsi dewan komisaris/pengawas sebagai berikut: 1.

  Dalam melaksanakan tugasnya, Komisaris/Pengawas harus mematuhi Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  2. Komisaris/Dewan Pengawas bertanggung jawab dan berwenang mengawasi tindakan Direksi dan memberikan nasehat kepada Direksi

3. Komisaris/Dewan Pengawas harus memantau efektifitas praktek good corporate governance yang diterapkan BUMN.

2.6. Dewan Direksi

  Menurut Ghani (2003 : 33) “jabatan yang sering disebut sebagai Board of

  Director (BOD) merupakan jabatan politis yang memposisikan diri sebagai wakil

  pemilik perusahaan”. Ini berarti bahwa pemilik perusahaan (dewan komisaris) melimpahkan wewenangnya kepada dewan direksi untuk menjalankan seluruh kegiatan operasional perusahaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Dimana dewan direksi diberi kebebasan oleh dewan komisaris untuk mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mecapai visi dan misi

  17

  18 perusahaan serta untuk mendapatkan laba yang maksimal, namun tetap harus sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan juga pemerintah.

  Tugas dan tanggung jawab direksi dalam KEPMEN BUMN Nomor : Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu : 1.

  Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi harus mematuhi Anggaran Dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  2. Direksi bertugas untuk mengelola BUMN dan wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham/pemilik modal.

3. Setiap anggota Direksi harus orang yang berwatak baik dan mempunyai dengan jabatan yang didudukinya.

  4. Direksi harus melaksanakan tugasnya dengan baik demi melaksanakan tanggung jawab sosialnya serta memperhatikan kepentingan dari berbagai stakeholders sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2.7. Komite Nominasi dan Remunerasi

  Menurut KEPMEN BUMN Nomor : Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dijelaskan bahwa “komite nominasi bertugas menyusun kriteria seleksi dan prosedur nominasi bagi anggota Komisaris/Dewan Pengawas, Direksi, dan para eksekutif lainnya di dalam BUMN yang bersangkutan, membuat sistem penilaian dan memberikan rekomendasi tentang jumlah anggota Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi BUMN yang bersangkutan”.

  Remunerasi menurut Ghani (2003 : 53) adalah “istilah yang digunakan berkaitan dengan imbalan yang diterima pekerja sehubungan dengan pekerjaaannya. Masuk kategori ini adalah gaji, tunjangan, santunan, premi, lembur, dan insentif”.

  Tugas Komite Remunerasi dalam KEPMEN BUMN Nomor : Kep-117/M- MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu menyusun sistem penggajian dan memberikan tunjangan serta rekomendasi tentang:

1. Penilaian terhadap sistem tersebut

  Opsi yang diberikan, antara lain opsi atas saham 3. Sistem pensiun, dan 4. Sistem kompensasi serta manfaat lainnya dalam hal pengurangan karyawan.

2.8. Komite Manajemen Risiko

  Pengertian risiko menurut Kasidi (2010 : 4) adalah “kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian”.

  Berdasarkan pengertian risiko tersebut dapat dijelaskan bahwa risiko bagi perusahaan adalah dimana kegiatan operasional perusahaan yang berjalan di lapangan tidak sesuai dengan perencanaan perusahaan yang dapat memberikan kerugian bagi perusahaaan.

  19 Jenis-jenis risiko menurut Kasidi (2010:5) secara umum dapat dikelompokkan menjadi:

  1. Risiko spekulatif (speculative risk) Risiko spekulatif adalah risiko yang mengandung dua kemungkinan, yaitu kemungkinan yang menguntungkan atau kemungkinan yang merugikan. Risiko ini biasanya berkaitan dengan risiko usaha atau bisnis. Contohnya ; perjudian, pembelian saham, pembelian valuta asing, saving dalam bentuk emas, perubahan tingkat suku bunga perbankan.

  2. Risiko murni (pure risk) Risiko murni adalah risiko yang hanya mengandung satu kemungkinan, yaitu kemungkinan kerugian saja. Contoh; bencana alam seperti banjir, resesi ekonomi, dan sebagainya. Guna untuk menghadapi berbagai macam risiko yang nantinya dapat mengganggu kegiatan operasional perusahaan maka dibutuhkan komite manajemen risiko. Manajemen risiko menurut Anoraga (2000 : 328) merupakan “suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis, serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan, dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih baik”.

  Australian dan New Zealand Standart Risk of Management (AS/NZS

  1995:4360) dalam Hong (2005 : 10) risk management didefenisikan sebagai: metode yang sistematis dalam pengindentifikasian, penganalisaan, pengukuran, penananggulanggan, pengawasan, dan pengkomunikasian

  20 risko-risiko yang terkait dengan setiap aktivitas maupun fungsi atau prosesnya, sehingga dapat diharapkan bahwa perusahaan dapat meminimumkan kemungkinan terjadinya kerugian atau dapat memaksimumkan kemungkinan terjadinya realisasi dari kesempatan- kesempatan bisnis. Menurut Dwi Soepeno (2013), terkait fungsi pengawasan yang dimiliki oleh dewan komisaris yang salah satunya adalah penerapan manajemen risiko, komisaris membentuk komite kebijakan risiko/komite manajemen risiko. Komite kebijakan risiko/komite manajemen risiko bertugas membantu dewan komisaris dalam mengkaji sistem manajemen risiko yang disusun oleh direksi serta menilai toleransi risiko yang dapat diambil oleh perusahaan. Anggota komite terdiri dari anggota dewan komisaris, namun apabila perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan. Menurut Darmawi (2010 : 2), program manajemen risiko “pertama-tama mengindentifikasikan risiko-risiko yang dihadapi, sesudah itu mengukur atau menentukan besarnya risiko itu dan kemudian barulah dapat dicarikan jalan untuk untuk memperkecil ataupun mengendalikannya”.

  Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa komite manajemen risiko merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang memiliki tugas untuk mengindentifikasi risiko-risiko yang akan terjadi selama perusahaan menjalankan kegiatan operasionalnya. Setelah risiko-risiko tersebut terindentifikasi komite manajemen risiko diharapkan mampu menetukan langkah- langkah yang harus dilakukan atau solusi untuk menghadapi risiko tersebut sehingga kemungkinan terjadinya kerugian perusahaan dapat diminimalisirkan.

  21

2.9. Kinerja Keuangan

  22

  Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisa dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif (Sucipto, 2003).

  Kinerja keuangan suatu perusahaan atau entitas dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Menurut Munawir (2007 : 2) laporan keuangan pada dasarnya adalah “hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”.

  Menurut Anoraga (2000 : 294) laporan keuangan akan dapat dipergunakan 1.

  Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan 2. Untuk mengukur/menentukan efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi, serta untuk menentukan tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan 3. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab.

  Adapun tujuan laporan keuangan menurut Kasmir (2008 : 10-11), yaitu: 1.

  Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

  2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan saat ini.

  3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.

  4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

  5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

  6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.

  7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

  8. Informasi keuangan lainnya. tidak hanya sekedar cukup dibaca, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim digunakan”.

  Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti akan menganalisis kinerja keuangan perusahaan akan diukur berdasarkan rasio keuangan, yaitu Return on

  Assets (ROA) atau yang sering disamakan dengan Return on Investment (ROI).

2.10. Return on Assets (ROA)

  Menurut Kasmir (2008 : 201-202) “hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) atau return on total assets

  23 merupakan rasio yang menunjukkan hasil (retrun) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan”.

  Rasio ini tergolong dalam rasio profitabilitas yang menggambarkan hasil dari kegiatan operasional perusahaan dalam memperoleh laba dengan menggunakan seluruh sumber daya (assets) yang dimiliki perusahaan. Semakin besar rasio ini, maka akan menggambarkan semakin baik kinerja perusahaan dan sebaliknya. Adapun rumus untuk mencari rasio ini, yaitu

   Earning After Interest and Tax Return On Investment (ROI) = Total Assets

1. Laba

  Kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan memiliki berbagai macam tujuan, salah satunya adalah untuk memperoleh keuntungan atau Kasmir (2008 : 29) menyatakan “jika jumlah pendapatan lebih besar dari biaya, perusahaan dikatakan laba. Sebalikanya bila jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya, perusahaan dikatakan rugi”. Laba suatu perusahaan dapat kita ketahui dari laporan keuangan perusahaan yang berjenis laporan laba rugi.

  Laporan laba rugi menurut Anoraga (2000 : 294) merupakan “suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, dan rugi laba yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu”. Laba bersih yang diperoleh perusahaan merupakan laba setelah dikurangi dengan beban

  24 bunga dan pajak yang dikenal dengan istilah net income atau earning after tax and interest .

2. Aktiva tetap

  Aktiva tetap merupakan kekayaan perusahaan yang dimiliki bukan untuk tujuan dijual kembali melainkan untuk kegiatan operasi perusahaan.

  “Aktiva tetap (fixed assets) merupakan aktiva jangka atau aktiva yang relatif permanen” (Warren,dkk, 2005 : 504).

  Smith dan Skousen (1987 : 429-430) mengelompokkan aktiva tetap dalam dua kategori, yaitu : a.

  Aktiva tetap berwujud (fixed asstes), yaitu aktiva tetap berwujud dan dengan demikian dapat diamati dengan satu atau lebih panca indra.

  b.

  Aktiva tak berwujud (intangible asset) tidak dapat diamati secara Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2009 : 16.2) aset tetap adalah “aset berwujud yang: (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan (b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode”.

2.11. Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Referensi dan perbandingan yang diambil dari hasil penelitian beberapa peneliti antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2011) “Pengaruh Good

  Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan”. Penelitian ini

  25 membahas tentang pengaruh aktivitas dewan komisaris, dewan direksi, dewan komisaris independen, dan komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2007- 2009. Data yang digunakan merupakan data sekunder dan menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan sample.

  Sample yang digunakan sebanyak 19 bank selama tahun 2007-2009. Kesimpulan dari hasil penelitian diketahui bahwa aktvitas dewan komisaris dan komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, sedangkan dewan direksi dan dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Windah dan Andono (2013) “Pengaruh

  Penerapan Coprorate Governance Terhadap Kinerja Keuangan

  

Governance (IICG)”. Sample yang digunakan pada penelitian ini adalah

  perusahaan peserta Corporate Governance Perception Index (CGPI) pada tahun 2008-2011 sebanyak 62 perusahaan. Variabel independennya adalah perusahaan yang telah menerapkan GCG dengan menggunakan skor atau pemeringkatan terhadap masing-masing perusahaan dan variabel dependennya adalah kinerja keuangan yang diukur berdasarkan Return of Assets (ROA), Return of Equity (ROE), dan Tobin’s Q serta menggunakan variabel kontrol yaitu komposisi aset, kesempatan bertumbuh, dan ukuran perusahaan. Teknik analisa data menggunakan model regresi berganda, statistik deskriptif, dan

  26 pegujian asumsi klasik. Pengujian hipotesis dilakukan secara simutan dengan menggunakan uji F. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan Good Corporate

  

Governance (GCG) terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan

menggunakan ROA, ROE, dan Tobin’s Q.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Natalylova (2013) “Pengaruh Corporate

  

Governance Terhadap Corporate Social Responsibility dan Kinerja

Perusahaan yang Indonesia Suistainabilty Reporting Awards”.

  Penelitian dilakukan terhadap perusahaan yang mendapatkan Indonesia

  Suistainability Reporting Awards dan terdaftar di BEI pada tahun

  2006-2011 yaitu sebanyak 17 perusahaan. Variabel independen terdiri dari kepemilikan publik, kepemilikan institusional, ukuran dewan

  

Social Responsibility . Variabel control yang terdiri dari jenis industri

  dan komite nominasi dan remunerasi sedangkan variabel dependennya yaitu kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q.

  Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa kepemilikan publik, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komite audit, dan jenis industri tidak berpengaruh terhadap Corporate

  

Social Responsibility dan ukuran dewan komisaris, komite audit,

  kepemilikan publik, kepemilikan institusional, Corporate Social

  

Responsibility , dan komite nominasi dan remunerasi tidak berpengaruh

terhadap kinerja perusahaan.

  27

2.12. Kerangka Konseptual

  Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya dan penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Pada penelitian ini kinerja keuangan akan diindikasikan dengan faktor good corporate governance yang diproksikan dengan jumlah anggota dewan komisaris, jumlah anggota dewan direksi, jumlah anggota komite nominasi dan remunerasi, dan jumlah anggota komite manajamen risiko. Sehingga kerangka konseptual dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.1.

  Jumlah Anggota Dewan Komisaris H1 Jumlah Anggota H2 Dewan Direksi Kinerja Keuangan (Return on Assets)

  H3 Jumlah Anggota Komite Nominasi H4 dan Remunerasi Jumlah Anggota Komite Manajemen Risiko

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 1.

  Variabel independen (X

  1 ) Dewan Komisaris

  Dewan komisaris diukur dari jumlah anggota dewan komisaris termasuk dewan komisaris independen (skala nominal).

  28

  (X

  2 ) Dewan Direksi

  Dewan direksi diukur dari jumlah anggota dewan direksi (skala nominal).

  (X

  3 ) Komite Nominasi dan Remunerasi

  Komite nominasi dan remunerasi diukur berdasarkan jumlah anggota komite nominasi dan remunerasi (skala nominal).

  (X

  4 ) Komite Manajemen Risiko

  Komite manajemen risiko diukur berdasarkan jumlah anggota komite manajemen risiko (skala nominal).

2. Variabel dependen

  (Y) Kinerja Keuangan Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan jumlah aktiva tetap.

  EAIT ROA = x 100 %

   Total Assets

  Keterangan : ROA = Return on Assets EAIT = Earning Affter Interest and Tax (Laba Setelah

  Bunga dan Pajak)

  Total Assets = Total aktiva

  29

2.13. Hipotesis

  Dari uraian diatas, hipotesis dalam penelitian ini: H = Good corporate governance yang diproksikan dengan jumlah

  1

  anggota dewan komisaris, jumlah anggota dewan direksi, jumlah anggota komite nominasi dan remunerasi, dan jumlah anggota komite manajemen risiko secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang dproksikan dengan Return on

   Assets (ROA).

  H

  2 = Good corporate governance yang diproksikan dengan jumlah

  anggota dewan komisaris, jumlah anggota dewan direksi, jumlah anggota komite nominasi dan remunerasi, dan jumlah anggota komite manajemen risiko secara simultan berpengaruh signifikan Assets (ROA).

  30

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 57 80

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Property dan Real Estaate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2013

1 70 119

Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 47 87

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 41 110

Analisis Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 52 93

Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 56 110

Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 35 155

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 62 96

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance (GCG) 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG) - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

1 3 19