Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

Hernita Nasution 110522115

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel independen terdiri dari dewan komisaris, dewan direksi, komite nominasi dan remunerasi, dan komite manajemen risiko. Variabel dependen, yaitu kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA).

Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan analisis regresi. Pengujian hipotesis menggunakan analisis koefisien determinasi, uji statistik t dan uji statistik F. Populasi penelitian adalah perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 sampai 2012.

Berdasarkan hasil penelitian secara simultan dewan komisaris tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, sedangkan dewan direksi, komite nominasi dan remunerasi, dan komite manajemen risiko memiliki pengaruh yang signifikan. Secara parsial dewan komisaris, dewan direksi, komite nominasi dan remunerasi, dan komite manajemen risiko memliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Ini menunjukkan bahwa good corporate governance yang diproksikan dengan dewan komisaris, dewan direksi, komite nominasi dan remunerasi, dan komite manajemen risiko berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA). Kata kunci : dewan komisaris, dewan direksi, komite nominasi dan remunerasi,


(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE TO THE FINANCIAL PERFORMANCE OF PLANTATION COMPANIES

LISTED IN INDONESIA STOCKEXCHANGE

This research aims to know whether good corporate governance affect to the financial performance of plantation companies were listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The independent variables consist of board of commissioners, board of directors, nomination and remuneration committee, and risk management committee. Dependent variable is financial performance as measured by Return On Assets (ROA).

The method used to analyst data for this research is quantitative method with do testing assumptions of classical and regression analysis. Testing of hypothesis used coefficient of determination analysis, statistical test F, and statistical test t. The population in this research is plantation companies that listed in Indonesia Stock Exchange period 2009 to 2012.

Based on the results of research simultaneously board of commissioners did not have a significant influence to financial performance, while the board of directors, nomination and remuneration committee, and risk management committee has a significant effect. Partially board of commissioners, board of directors, nomination and remuneration committee and risk management committee have a significant influence impact to the financial performance of the company. This point out that good corporate governance is proxied board of commissioners, board of directors, nomination and remuneration committee, and risk management committee influential to financial performance is proxied with Return On Assets (ROA).

Keywords : board of commissioners, board of directors, nomination and

remuneration committee, risk management committee, and Return On Assets (ROA)


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta tak lupa pula penulis mengucapkan shalawat beriring salam kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya ke alam yang berpengetahuan.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Strata 1 pada Program Studi Akuntansi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Judul dari skripsi ini adalah “PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

Selama proses perkuliahan hingga penulisan skripsi ini penulis telah banyak menerima bimbingan, arahan, motivasi, dan juga semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu atas terlaksanannya penyusunan skripsi ini dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof, Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr.Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak., dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan arahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Erwin Abu Bakar, MBA, Ak., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan masukkan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ayahanda tercinta Alm. H. Ishak Nasution, S.E., yang selalu berjuang memberikan pendidikan yang terbaik dan kasih sayang untuk kedua putrinya dan kakak Heranisty Nasution,S.Sos., yang selalu memanjakan adiknya.

7. Papa Drs. H. Imron Lubis, Mama Hj. Hafni Nasution, Bou Kardina Nasution, kakak Yunita, abang Ahmad Abri, keponakanku Fachri dan Bibi, dan seluruh keluarga besar Nasution Jalan Sei Tuan No. 51

8. Uak A.M. Nasution yang selalu menanyakan kapan selesai kuliah, Uda Husin, Ibu Deliana, S.E., Ak., Msi yang selalu memberikan motivasi, Ria, Ade, Egi, Kak Lia dan Ratna yang selalu memberikan semangat.

9. Bapak Robert L.Tobing, S.E., Ak., M.Si., Kak Dila, Kak Dewi, Kak Ragil, dan seluruh keluarga besar LD Consulting.

10. Ibu Magdalena Sirait, S.Si., Bapak Syalman Chody, S.Sos., Ibu Tiarlina Manik SH, Bapak Agus Indratno SH, Bang Aldy, Kak Rani, Bang Imam, dan seluruh keluarga besar di Deli Serdang.


(5)

11. Seluruh pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya.

Medan, April 2014 Penulis

Hernita Nasution 110522115


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1. Tujuan penelitian ... 5

2. Manfaat penelitian ... 6

1.4. Sistematika Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Good Corporate Goverance ... 8

2.2. Prinsip-Prinsip Good Corporate Goverance ... 9

2.3. Tujuan Good Corporate Goverance ... 12

2.4. Manfaat Good Corporate Goverance ... 13

2.5. Dewan Komisaris ... 16

2.6. Dewan Direksi ... 17

2.7. Komite Nominasi dan Remunerasi ... 18

2.8. Komite Manajemen Risiko ... 19

2.9. Kinerja Keuangan ... 22

2.10. Return on Assets (ROA) ... 23

1. Laba ... 24

2. Aktiva tetap ... 25

2.11. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 25

2.12. Kerangka Konseptual ... 28

2.13. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 31

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 32

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

3.5. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 33

3.6. Teknik Analisis Data ... 35

1. Pengujian asumsi klasik ... 35

a. Uji normalitas ... 35


(7)

c. Uji heteroskedastisitas ... 38

d. Uji autokorelasi ... 39

2. Analisis regresi ... 40

3. Pengujian hipotesis ... 41

a. Analisis koefisien determinasi (R2) ... 41

b. Uji statistik t ... 42

c. Uji statistik F ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum ... 44

4.2. Hasil Penelitian ... 45

1. Pengujian asumsi klasik ... 45

a. Uji normalitas ... 46

b. Uji multikolinearitas ... 50

c. Uji heteroskedastisitas ... 51

d. Uji autokorelasi ... 53

2. Analisis regresi ... 55

3. Pengujian hipotesis ... 57

a. Analisis koefisien determinasi (R2) ... 57

b. Uji statistik t ... 58

c. Uji statistik F ... 60

4.3. Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 62

1. Pengaruh parsial ... 62

2. Pengaruh simultan ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Hasil Penelitian ... 66 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

3.1. Daftar Perusahaan Perkebunan yang Menjadi Sampel

Penelitian ... 32

3.2. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 33

3.3. Hubungan Antar Variabel ... 41

4.1. Kolmogorov Smirnov ... 49

4.2. Hasil Uji Multikolinearitas ... 50

4.3. Hasil Uji Autokorelasi ... 54

4.4. Analisis Regresi ... 55

4.5. Analisis Koefisien Determinasi ... 57

4.6 Hasil Uji Statistik t ... 59


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ... 27

4.1. Grafik Histogram ... 47

4.2. Grafik Normal Plot ... 48

4.3. Grafik Scatterplot ... 52


(10)

ABSTRAK

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel independen terdiri dari dewan komisaris, dewan direksi, komite nominasi dan remunerasi, dan komite manajemen risiko. Variabel dependen, yaitu kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA).

Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan melakukan pengujian asumsi klasik dan analisis regresi. Pengujian hipotesis menggunakan analisis koefisien determinasi, uji statistik t dan uji statistik F. Populasi penelitian adalah perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 sampai 2012.

Berdasarkan hasil penelitian secara simultan dewan komisaris tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, sedangkan dewan direksi, komite nominasi dan remunerasi, dan komite manajemen risiko memiliki pengaruh yang signifikan. Secara parsial dewan komisaris, dewan direksi, komite nominasi dan remunerasi, dan komite manajemen risiko memliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Ini menunjukkan bahwa good corporate governance yang diproksikan dengan dewan komisaris, dewan direksi, komite nominasi dan remunerasi, dan komite manajemen risiko berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA). Kata kunci : dewan komisaris, dewan direksi, komite nominasi dan remunerasi,


(11)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE TO THE FINANCIAL PERFORMANCE OF PLANTATION COMPANIES

LISTED IN INDONESIA STOCKEXCHANGE

This research aims to know whether good corporate governance affect to the financial performance of plantation companies were listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The independent variables consist of board of commissioners, board of directors, nomination and remuneration committee, and risk management committee. Dependent variable is financial performance as measured by Return On Assets (ROA).

The method used to analyst data for this research is quantitative method with do testing assumptions of classical and regression analysis. Testing of hypothesis used coefficient of determination analysis, statistical test F, and statistical test t. The population in this research is plantation companies that listed in Indonesia Stock Exchange period 2009 to 2012.

Based on the results of research simultaneously board of commissioners did not have a significant influence to financial performance, while the board of directors, nomination and remuneration committee, and risk management committee has a significant effect. Partially board of commissioners, board of directors, nomination and remuneration committee and risk management committee have a significant influence impact to the financial performance of the company. This point out that good corporate governance is proxied board of commissioners, board of directors, nomination and remuneration committee, and risk management committee influential to financial performance is proxied with Return On Assets (ROA).

Keywords : board of commissioners, board of directors, nomination and

remuneration committee, risk management committee, and Return On Assets (ROA)


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membawa perubahan terhadap perkembangan ekonomi suatu negara. Kondisi ini menyebabkan berbagai jenis perusahaan hadir dan berkembang untuk menghasilkan barang dan jasa yang akan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Setiap perusahaan tersebut akan bersaing untuk memasarkan produk yang dihasilkannya agar laku terjual dipasaran. Hal ini tentunya akan berdampak terhadap persaingan bisnis global, dimana setiap perusahaan akan berusaha keras untuk mewujudkan visi dan misinya masing-masing.

Di Indonesia saat ini banyak terdapat perusahaan yang bergerak dalam bidang industri dan jasa dengan visi dan misi yang berbeda-beda, salah satunya yaitu perusahaan perkebunan. Perusahaan perkebunan merupakan perusahaan yang memiliki kegiatan operasional dimulai dari proses menanam tanaman hingga mengolah hasil tanaman tersebut menjadi produk jadi. Contohnya, hasil tanaman kelapa sawit yang diolah untuk menghasilkan minyak goreng dan tanaman teh yang diolah untuk menghasilkan bubuk teh.

Guna untuk mencapai visi dan misi tersebut dibutuhkan berbagai macam cara, salah satunya yaitu penerapan Good Corporate Governance (GCG). Selain itu, penerapan Good Corporate Governance (GCG) diharapkan juga akan dapat membantu perusahaan untuk menentukan langkah atau cara memperoleh


(13)

keuntungan dalam jangka panjang guna untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan (going concern).

Istilah corporate governance menjadi pusat perhatian di Indonesia sejak mengalami krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997. Krisis yang diperburuk oleh krisis politik di tanah air sepanjang tahun tersebut hingga pertengahan 2001 mengakibatkan bangsa Indonesia terpuruk dalam kondisi yang tidak pasti.

Prinsip GCG mulai diterapkan setelah menandatangani Letter of Intent

(LOI) yang bekerjasama dengan IMF, dimana bagian terpentingnya adalah pencatuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan-perusahaaan di Indonesia.

Corporate governance menurut Tjager,dkk (2003:28-29) adalah “mengenai suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi”.

Penerapan good corporate governance terhadap perusahaan milik negara maupun swasta di Indonesia juga diharapkan mampu menjaga hubungan antara dewan direksi dengan dewan komisaris guna untuk mencapai tujuan organisasi. Kinerja dewan direksi dan dewan komisaris nantinya akan diukur oleh komite nominasi dan remunerasi guna menentukan jumlah profit yang layak mereka terima, begitu juga untuk para karyawan.

Komite manajemen risiko juga dibutuhkan dalam penerapan good corporate governance, dimana komite ini diharapkan mampu untuk memprediksi risiko yang akan terjadi dan berdampak terhadap kegiatan operasional perusahaan.


(14)

Berdasarkan hasil prediksi tersebut dapat ditentukan pengendalian yang harus dilakukan agar dampak dari risiko tersebut dapat diminimalisir sehingga kegiatan operasional perusahaan akan tetap berjalan. Hong (2005:4) menyatakan bahwa

secara teoritis, praktek good corporate governance dapat meningkatkan nilai (value) perusahaan dengan meningkatkan kinerja melalui transparansi dan akuntabilitas, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan pengelola perusahaan dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan melalui persepsi dan opini pemodal (investor) yang lebih positif terhadap perusahaan-perusahaan yang telah menetapkan praktek

good corporate governance. Sebaliknya, corporate governance yang buruk menurukan tingkat kepercayaan para investor.

Pemegang saham (investor) menurut Ardiyos (2010:515) “merupakan pihak yang menanamkan modalnya pada suatu usaha atau pada sekuritas dengan harapan mendapatkan laba”. Modal tersebut akan digunakan oleh pihak manajemen perusahaan untuk memperoleh aktiva (asset) yang akan mendukung kegiatan operasional perusahaan. Aktiva terdiri dari dua bagian, yaitu aktiva lancar (current asset) dan aktiva tetap (fixed asset). Aktiva lancar (current asset)

merupakan aktiva yang diharapkan dapat ditukar menjadi kas dan dijual atau digunakan dalam jangka satu tahun atau kurang melalui operasi normal perusahaan. Menurut Warren, et.al (2005:504) aktiva tetap (fixed asset)

merupakan “aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen”.

Tingkat pengembalian modal yang ditanamkan dengan laba yang diperoleh dapat dilihat di dalam laporan keuangan yang juga sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan, dimana hal ini merupakan hasil dari penerapan good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode adalah laporan laba rugi. Selain itu hasil dari


(15)

praktek good corporate governance juga dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan, yaitu tingkat pengembalian terhadap aktiva (return on assets). Laporan keuangan tersebut juga bermanfaat untuk membantu investor, kreditor, calon investor dan para pengguna lainnya dalam rangka membuat keputusan investasi, keputusan kredit, analisis saham serta menentukan prospek suatu perusahaan di masa yang akan datang.

Trinanda dan Didin Mukodim (2010) dalam Windah,dkk (2013 : 5), hasil penelitiannya menujukkan bahwa “Corporate Governance berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity, Return On Investment, Return On Assets, dan Net

Profit Margin. Artinya penerapan Corporate Governance yang baik akan mengakibatkan kinerja keuangan juga baik”. Hal ini menggambarkan bahwa manajemen perusahaan menyadari manfaat jangka panjang dari penerapan

corporate governance yaitu adanya dampak keuangan secara langsung seperti peningkatan laba bersih dan akan menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang sehat.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memilih judul “PENGARUH

GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERDAHAP KINERJA KEUANGAN

PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah good corporate governance yang diproksikan dengan jumlah anggota dewan komisaris, jumlah anggota dewan direksi, jumlah


(16)

anggota komite nominasi dan remunerasi, dan jumlah anggota komite manajemen risiko secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang dproksikan dengan Return on Assets (ROA)? 2. Apakah good corporate governance yang diproksikan dengan jumlah

anggota dewan komisaris, jumlah anggota dewan direksi, jumlah anggota komite nominasi dan remunerasi, dan jumlah anggota komite manajemen risiko secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang dproksikan dengan Return on Assets (ROA)? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, yaitu:

a. Menganalisis pengaruh good corporate governance yang diproksikan dengan jumlah anggota dewan komisaris, jumlah anggota dewan direksi, jumlah anggota komite nominasi dan remunerasi, dan jumlah anggota komite manajemen risiko terhadap kinerja keuangan yang dproksikan dengan Return on Assets (ROA) secara parsial.

b. Menganalisis pengaruh good corporate governance yang diproksikan dengan jumlah anggota dewan komisaris, jumlah anggota dewan direksi, jumlah anggota komite nominasi dan remunerasi, dan jumlah anggota komite manajemen risiko terhadap kinerja keuangan yang dproksikan dengan Return on Assets (ROA) secara simultan.


(17)

2. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal :

a. Untuk mengetahui pengaruh good corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan perkebunan.

b. Sebagai masukan atau bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam penerapan dan pengungkapan good corporate governance yang telah diterapkan selama ini.

c. Sebagai referensi mengenai good corporate governance bagi mahasiswa Program Studi Akuntansi khususnya dan masyarakat pada umumnya.

1.4. Sistematika Penelitian

Adapun sistematika penelitian Pengaruh Good Corporate Governance

Terdahap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia adalah:

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika

penelitian.

BAB II : Tinjauan Pustaka yang terdiri dari teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan masing-masing variabel yang diteliti dan teori lain yang berasal dari penelitian yang telah ada sebelumnya.

BAB III : Metode Penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, metode


(18)

pengumpulan data, defenisi operasional dan metode

pengukuran variabel, teknik analisis data, analisis regresi, dan pengujian hipotesis.

BAB IV : Hasil dan Pembahasan terdiri atas hasil penelitian yang telah dilakukan penulis.

BAB V : Kesimpulan dan Saran yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran penulis.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Good Corporate Goverance

Ide dasar yang muncul dari good corporate governance ini adalah untuk memisahkan fungsi dan kepentingan di antara para pihak (stakeholder) dalam suatu perusahaan, yaitu pihak yang menyediakan modal atau pemegang saham, pengawas, dan pelaksana sehari-hari usaha perusahaan dan masyarakat luas.

Forum for Corporate Governance in Indoseia (FCGI) mendefenisikan

corporate governace sebagai:

seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).

"Good Corporate Governance (GCG) secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder" (Monks, 2003) dalam Leosukmawijaya (2006).

Menurut Finance Committee on Corporate Governance Malaysia "GCG merupakan suatu proses serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan urusan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan".


(20)

Defenisi Corporate Governance menurut KEMPEN BUMN Nomor : Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktek good corporate governance pada BUMN adalah “suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”

Menurut Cadbury Comitte dalam Hong (2005 : 6) corporate governace

dipandang "sebagai seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab".

2.2. Prinsip-Prinsip Good Corporate Goverance

“Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting corporate governance, OCED telah mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip good corporate governance dapat diterapkan secara luwes sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi masing-masing” (Hong, 2005 : 8). Prinsip-prinsip OCED mencakup enam bidang utama:

1. Corporate governance framework yang efektif.

2. Hak-hak para pemegang saham (shareholders) dan perlindungannnya. 3. Peran para karyawan dan para pemangku kepentingan (stakeholders)


(21)

4. Pengungkapan (disclosure) yang akurat dan tepat waktu serta transparan sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi.

5. Tanggung jawab pengurus (dewan komisari maupun direksi) terhadap perusahaan, pemegang saham, dan para pemangku kepentingan lainnya. Sedangkan menurut Tjager (2003 : 50-52) prinsip-prinsip good corporate governance, yaitu:

1. Fairness (Kewajaran)

Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading).

2. Disclousere dan Transparency (Transparasi)

Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan. Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang saham (stake holders).


(22)

3. Accountability (Akuntabilitas)

Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif (effective oversight) berdasarkan balance of power antara manajer, pemegang saham, dewan komisaris, dan auditor merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan dan para pemegang saham.

4. Responsibility (Responsibilitas)

Perananan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerja sama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan.

Ini merupakan tanggung jawab korporasi sebagai anggota masyarakat yang tunduk kepada hukum dan bertindak dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat sekitarnya.

Menurut KEMPEN BUMN Nomor : Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktek good corporate governance pada BUMN menjabarkan prinsip-prinsip GCG sebagai berikut:

1. Transparasi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.

2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari


(23)

pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

3. Akuntabilitas, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi.

4. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi.

5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3. Tujuan Good Corporate Governance

Penerapan good corporate governance pada BUMN mempunyai tujuan sesuai dengan KEPMEN BUMN Nomor : Kep-117/M-MBU/2002, yaitu :

1. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, tanggung jawab, dan adil agar perusahaaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.

2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan, dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ.

3. Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap


(24)

peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan disekitar BUMN.

4. Meningkatkan konstribusi BUMN dalam perekonomian nasional. 5. Meningkatkan investasi nasional.

6. Mensukseskan program privatisasi.

2.4. Manfaat Good Corporate Goverance

Menurut Maksum (2005 : 8-10) berbagai keuntungan yang diperoleh dengan penerapan corporate governance, yaitu:

1. Dengan good corporate governance proses pengambilan keputusan akan berlangsung secara lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal, dapat meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. Ketiga hal ini jelas akan sangat berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sehingga kinerja perusahaan akan mengalami peningkatan. Berbagai penelitian telah membuktikan secara empiris bahwa penerapan good corporate governance akan mempengaruhi kinerja perusahaan secara positif (Sakai dan Asaoka 2003; Jang Black dan Kim 2003).

2. Good corporate governance akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang-kurangnya dapat diminimalkannya tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini tentu akan menekan kemungkinan kerugian bagi perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya sebagai akibat tindakan tersebut.


(25)

Chtourou,dkk (2001) menyatakan bahwa penerapan prinsip-prinsip

corporate governance yang konsisten akan menghalangi kemungkinan dilakukannya rekayasa kinerja (earnings management) yang mengakibatkan nilai fundamental perusahaan tidak tergambar dalam laporan keuangannya.

3. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelolaan perusahaan tempat mereka berinvestasi. Peningkatan kepercayaan investor kepada perusahaan akan dapat memudahkan perusahaan mengakses tambahan dana yang diperlukan untuk berbagai keperluan perusahaan, terutama untuk tujuan ekspansi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh McKinsey & Company (2002) membuktikan bahwa lebih dari 70% investor institusional bersedia membayar lebih (mencapai 26 – 30% lebih mahal) saham perusahaan yang menerapkan corporate governance

dengan baik dibandingkan dengan perusahaan yang penerapannya meragukan.

4. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja sebagaimana disebut pada poin 1, dengan sendirinya juga akan menaikkan nilai saham mereka dan juga nilai dividen yang akan mereka terima. Bagi negara, hal ini juga akan menaikkan jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan yang berarti akan terjadi peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak. Apalagi bila perusahaan yang bersangkutan


(26)

berbentuk perusahaan BUMN, maka peningkatan kinerja tadi juga akan dapat meningkatkan penerimaan negara dari pembagian laba BUMN. 5. Karena dalam praktik good corporate governance karyawan

ditempatkan sebagai salah satu stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka motivasi dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan meningkat. Peningkatan ini dalam tahapan selanjutnya tentu akan dapat pula meningkatkan produktivitas dan rasa memiliki (sense of belonging) terhadap perusahaan.

6. Dengan baiknya pelaksanaan corporate governance, maka tingkat kepercayaan para stakeholders kepada perusahaan akan meningkat sehingga citra positif perusahaan akan naik. Hal ini tentu saja akan dapat menekan biaya (cost) yang timbul sebagai akibat tuntutan para

stakeholders kepada perusahaan.

7. Penerapan corporate governance yang konsisten juga akan meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. Manajemen akan cenderung untuk tidak melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi berbagai aturan dan prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara transparan. Hasil penelitian Beasley,dkk (1996) dan Abbott,dkk (2000) menunjukkan bahwa penerapan corporate governance dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan.

Menurut Hong (2005 : 14) implementasi good corporate governance juga akan mendorong pengelolaan perusahaan secara professional, transparan, dan


(27)

efisien melalui proses pengambilan keputusan yang dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undang yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial terhadap stakeholders dan kelestarian lingkungan. Dengan implementasi good corporate governance, maka

stakeholders utama yang terdiri dari:

1. Shareholders akan mengetahui dengan jelas bagaimana perusahaan dijalankan oleh pihak manajemen, karena shareholders berkepentingan bahwa perusahaan telah dijalankan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kaidah perusahaan yang sehat.

2. Masyarakat dan dunia usaha akan mengikuti kemajuan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan sesuai dengan visi dan misi yang diemban dalam rangka mendukung pembangunan nasional.

3. Karyawan yang ingin mengetahui bahwa pihak manajemen telah menjalankan perusahaan dengan efektif, efisien, dan transparan demi kepentingan semua pihak. Dengan demikian para karyawan mengetahui arah keputusan-keputusan yang diambil oleh pihak manajemen.

2.5. Dewan Komisaris

Menurut Ghani (2003 : 33) “untuk melaksanakan pengawasan perusahaan agar tidak menyimpang dari visi, misi, dan koridor yang ditetapkan oleh pemilik/pemegang saham dilaksanakan oleh komisaris”. Berdasarkan kalimat tersebut dapat diketahui bahwa pengertian dari seorang dewan komisaris adalah sebagai pemilik/pemegang saham perusahaan yang akan mengawasi jalanya


(28)

kegiatan operasional perusahaan agar dapat berjalan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan perusahaan.

Menurut Mulyadi (2002 : 182), “dewan komisaris bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern”.

Dalam KEPMEN BUMN Nomor : Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dijelaskan fungsi dewan komisaris/pengawas sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan tugasnya, Komisaris/Pengawas harus mematuhi Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Komisaris/Dewan Pengawas bertanggung jawab dan berwenang mengawasi tindakan Direksi dan memberikan nasehat kepada Direksi jika dipandang perlu oleh Komisaris/Dewan Pengawas.

3. Komisaris/Dewan Pengawas harus memantau efektifitas praktek good corporate governance yang diterapkan BUMN.

2.6. Dewan Direksi

Menurut Ghani (2003 : 33) “jabatan yang sering disebut sebagai Board of Director (BOD) merupakan jabatan politis yang memposisikan diri sebagai wakil pemilik perusahaan”. Ini berarti bahwa pemilik perusahaan (dewan komisaris) melimpahkan wewenangnya kepada dewan direksi untuk menjalankan seluruh kegiatan operasional perusahaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Dimana dewan direksi diberi kebebasan oleh dewan komisaris untuk mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mecapai visi dan misi


(29)

perusahaan serta untuk mendapatkan laba yang maksimal, namun tetap harus sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan juga pemerintah.

Tugas dan tanggung jawab direksi dalam KEPMEN BUMN Nomor : Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance

Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu :

1. Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi harus mematuhi Anggaran Dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Direksi bertugas untuk mengelola BUMN dan wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham/pemilik modal.

3. Setiap anggota Direksi harus orang yang berwatak baik dan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan jabatan yang didudukinya.

4. Direksi harus melaksanakan tugasnya dengan baik demi melaksanakan tanggung jawab sosialnya serta memperhatikan kepentingan dari berbagai stakeholders sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2.7. Komite Nominasi dan Remunerasi

Menurut KEPMEN BUMN Nomor : Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dijelaskan bahwa “komite nominasi bertugas menyusun kriteria seleksi dan prosedur nominasi bagi anggota Komisaris/Dewan Pengawas, Direksi, dan


(30)

para eksekutif lainnya di dalam BUMN yang bersangkutan, membuat sistem penilaian dan memberikan rekomendasi tentang jumlah anggota Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi BUMN yang bersangkutan”.

Remunerasi menurut Ghani (2003 : 53) adalah “istilah yang digunakan berkaitan dengan imbalan yang diterima pekerja sehubungan dengan pekerjaaannya. Masuk kategori ini adalah gaji, tunjangan, santunan, premi, lembur, dan insentif”.

Tugas Komite Remunerasi dalam KEPMEN BUMN Nomor : Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu menyusun sistem penggajian dan memberikan tunjangan serta rekomendasi tentang:

1. Penilaian terhadap sistem tersebut

2. Opsi yang diberikan, antara lain opsi atas saham 3. Sistem pensiun, dan

4. Sistem kompensasi serta manfaat lainnya dalam hal pengurangan karyawan.

2.8. Komite Manajemen Risiko

Pengertian risiko menurut Kasidi (2010 : 4) adalah “kemungkinan terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian”. Berdasarkan pengertian risiko tersebut dapat dijelaskan bahwa risiko bagi perusahaan adalah dimana kegiatan operasional perusahaan yang berjalan di lapangan tidak sesuai dengan perencanaan perusahaan yang dapat memberikan kerugian bagi perusahaaan.


(31)

Jenis-jenis risiko menurut Kasidi (2010:5) secara umum dapat dikelompokkan menjadi:

1. Risiko spekulatif (speculative risk)

Risiko spekulatif adalah risiko yang mengandung dua kemungkinan, yaitu kemungkinan yang menguntungkan atau kemungkinan yang merugikan. Risiko ini biasanya berkaitan dengan risiko usaha atau bisnis. Contohnya ; perjudian, pembelian saham, pembelian valuta asing, saving dalam bentuk emas, perubahan tingkat suku bunga perbankan.

2. Risiko murni (pure risk)

Risiko murni adalah risiko yang hanya mengandung satu kemungkinan, yaitu kemungkinan kerugian saja. Contoh; bencana alam seperti banjir, gempa, gunung meletus, tsunami, tanah longsor, topan, kebakaran, resesi ekonomi, dan sebagainya.

Guna untuk menghadapi berbagai macam risiko yang nantinya dapat mengganggu kegiatan operasional perusahaan maka dibutuhkan komite manajemen risiko. Manajemen risiko menurut Anoraga (2000 : 328) merupakan “suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis, serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan, dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih baik”.

Australian dan New Zealand Standart Risk of Management (AS/NZS 1995:4360) dalam Hong (2005 : 10) risk management didefenisikan sebagai:

metode yang sistematis dalam pengindentifikasian, penganalisaan, pengukuran, penananggulanggan, pengawasan, dan pengkomunikasian


(32)

risko-risiko yang terkait dengan setiap aktivitas maupun fungsi atau prosesnya, sehingga dapat diharapkan bahwa perusahaan dapat meminimumkan kemungkinan terjadinya kerugian atau dapat memaksimumkan kemungkinan terjadinya realisasi dari kesempatan-kesempatan bisnis.

Menurut Dwi Soepeno (2013), terkait fungsi pengawasan yang dimiliki oleh dewan komisaris yang salah satunya adalah

penerapan manajemen risiko, komisaris membentuk komite kebijakan risiko/komite manajemen risiko. Komite kebijakan risiko/komite manajemen risiko bertugas membantu dewan komisaris dalam mengkaji sistem manajemen risiko yang disusun oleh direksi serta menilai toleransi risiko yang dapat diambil oleh perusahaan. Anggota komite terdiri dari anggota dewan komisaris, namun apabila perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan.

Menurut Darmawi (2010 : 2), program manajemen risiko “pertama-tama mengindentifikasikan risiko-risiko yang dihadapi, sesudah itu mengukur atau menentukan besarnya risiko itu dan kemudian barulah dapat dicarikan jalan untuk menghadapi atau menangani risiko itu. Ini berarti orang harus menyusun strategi untuk memperkecil ataupun mengendalikannya”.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa komite manajemen risiko merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris yang memiliki tugas untuk mengindentifikasi risiko-risiko yang akan terjadi selama perusahaan menjalankan kegiatan operasionalnya. Setelah risiko-risiko tersebut terindentifikasi komite manajemen risiko diharapkan mampu menetukan langkah-langkah yang harus dilakukan atau solusi untuk menghadapi risiko tersebut sehingga kemungkinan terjadinya kerugian perusahaan dapat diminimalisirkan.


(33)

2.9. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisa dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif (Sucipto, 2003).

Kinerja keuangan suatu perusahaan atau entitas dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan. Menurut Munawir (2007 : 2) laporan keuangan pada dasarnya adalah “hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”. Menurut Anoraga (2000 : 294) laporan keuangan akan dapat dipergunakan untuk :

1. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan

2. Untuk mengukur/menentukan efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi, serta untuk menentukan tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan

3. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab.

Adapun tujuan laporan keuangan menurut Kasmir (2008 : 10-11), yaitu: 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang


(34)

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan saat ini.

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. 8. Informasi keuangan lainnya.

Selain itu, Kasmir (2008 : 11) juga menyatakan bahwa “laporan keuangan tidak hanya sekedar cukup dibaca, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim digunakan”.

Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti akan menganalisis kinerja keuangan perusahaan akan diukur berdasarkan rasio keuangan, yaitu Return on Assets (ROA) atau yang sering disamakan dengan Return on Investment (ROI). 2.10. Return on Assets (ROA)

Menurut Kasmir (2008 : 201-202) “hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) atau return on total assets


(35)

Earning After Interest and Tax Return On Investment (ROI) =

Total Assets

merupakan rasio yang menunjukkan hasil (retrun) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan”.

Rasio ini tergolong dalam rasio profitabilitas yang menggambarkan hasil dari kegiatan operasional perusahaan dalam memperoleh laba dengan menggunakan seluruh sumber daya (assets) yang dimiliki perusahaan. Semakin besar rasio ini, maka akan menggambarkan semakin baik kinerja perusahaan dan sebaliknya. Adapun rumus untuk mencari rasio ini, yaitu

1. Laba

Kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan memiliki berbagai macam tujuan, salah satunya adalah untuk memperoleh keuntungan atau yang dikenal dengan istilah laba (profit).

Kasmir (2008 : 29) menyatakan “jika jumlah pendapatan lebih besar dari biaya, perusahaan dikatakan laba. Sebalikanya bila jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya, perusahaan dikatakan rugi”. Laba suatu perusahaan dapat kita ketahui dari laporan keuangan perusahaan yang berjenis laporan laba rugi.

Laporan laba rugi menurut Anoraga (2000 : 294) merupakan “suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, dan rugi laba yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu”. Laba bersih yang diperoleh perusahaan merupakan laba setelah dikurangi dengan beban


(36)

bunga dan pajak yang dikenal dengan istilah net income atau earning after tax and interest.

2. Aktiva tetap

Aktiva tetap merupakan kekayaan perusahaan yang dimiliki bukan untuk tujuan dijual kembali melainkan untuk kegiatan operasi perusahaan. “Aktiva tetap (fixed assets) merupakan aktiva jangka atau aktiva yang relatif permanen” (Warren,dkk, 2005 : 504).

Smith dan Skousen (1987 : 429-430) mengelompokkan aktiva tetap dalam dua kategori, yaitu :

a. Aktiva tetap berwujud (fixed asstes), yaitu aktiva tetap berwujud dan dengan demikian dapat diamati dengan satu atau lebih panca indra. b. Aktiva tak berwujud (intangible asset) tidak dapat diamati secara

langsung.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2009 : 16.2) aset tetap adalah “aset berwujud yang: (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan (b) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode”.

2.11. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Referensi dan perbandingan yang diambil dari hasil penelitian beberapa peneliti antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2011) “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan”. Penelitian ini


(37)

membahas tentang pengaruh aktivitas dewan komisaris, dewan direksi, dewan komisaris independen, dan komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2009. Data yang digunakan merupakan data sekunder dan menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan sample. Sample yang digunakan sebanyak 19 bank selama tahun 2007-2009. Kesimpulan dari hasil penelitian diketahui bahwa aktvitas dewan komisaris dan komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, sedangkan dewan direksi dan dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Windah dan Andono (2013) “Pengaruh Penerapan Coprorate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Hasil Survei The Indonesian Institute Perception Governance (IICG)”. Sample yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan peserta Corporate Governance Perception Index (CGPI) pada tahun 2008-2011 sebanyak 62 perusahaan. Variabel independennya adalah perusahaan yang telah menerapkan GCG dengan menggunakan skor atau pemeringkatan terhadap masing-masing perusahaan dan variabel dependennya adalah kinerja keuangan yang diukur berdasarkan Return of Assets (ROA), Return of Equity (ROE), dan Tobin’s Q serta menggunakan variabel kontrol yaitu komposisi aset, kesempatan bertumbuh, dan ukuran perusahaan. Teknik analisa data menggunakan model regresi berganda, statistik deskriptif, dan


(38)

pegujian asumsi klasik. Pengujian hipotesis dilakukan secara simutan dengan menggunakan uji F. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan ROA, ROE, dan Tobin’s Q.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Natalylova (2013) “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Corporate Social Responsibility dan Kinerja Perusahaan yang Indonesia Suistainabilty Reporting Awards”. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan yang mendapatkan Indonesia

Suistainability Reporting Awards dan terdaftar di BEI pada tahun 2006-2011 yaitu sebanyak 17 perusahaan. Variabel independen terdiri dari kepemilikan publik, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, dan komite audit. Variabel intervening yaitu Corporate Social Responsibility. Variabel control yang terdiri dari jenis industri dan komite nominasi dan remunerasi sedangkan variabel dependennya yaitu kinerja perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa kepemilikan publik, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komite audit, dan jenis industri tidak berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility dan ukuran dewan komisaris, komite audit, kepemilikan publik, kepemilikan institusional, Corporate Social Responsibility, dan komite nominasi dan remunerasi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.


(39)

H1 H2 H3

H4 2.12. Kerangka Konseptual

Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya dan penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Pada penelitian ini kinerja keuangan akan diindikasikan dengan faktor good corporate governance yang diproksikan dengan jumlah anggota dewan komisaris, jumlah anggota dewan direksi, jumlah anggota komite nominasi dan remunerasi, dan jumlah anggota komite manajamen risiko. Sehingga kerangka konseptual dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 1. Variabel independen

(X1) Dewan Komisaris

Dewan komisaris diukur dari jumlah anggota dewan komisaris termasuk dewan komisaris independen (skala nominal).

Jumlah Anggota Dewan Komisaris

Jumlah Anggota Dewan Direksi Jumlah Anggota Komite Nominasi

dan Remunerasi Jumlah Anggota Komite Manajemen

Risiko

Kinerja Keuangan


(40)

EAIT

ROA = x 100 %

Total Assets

(X2) Dewan Direksi

Dewan direksi diukur dari jumlah anggota dewan direksi (skala nominal).

(X3) Komite Nominasi dan Remunerasi

Komite nominasi dan remunerasi diukur berdasarkan jumlah anggota komite nominasi dan remunerasi (skala nominal).

(X4) Komite Manajemen Risiko

Komite manajemen risiko diukur berdasarkan jumlah anggota komite manajemen risiko (skala nominal).

2. Variabel dependen (Y) Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

Return on Assets (ROA) yang dihitung dari laba bersih dibagi dengan jumlah aktiva tetap.

Keterangan :

ROA = Return on Assets

EAIT = Earning Affter Interest and Tax (Laba Setelah Bunga dan Pajak)


(41)

2.13. Hipotesis

Dari uraian diatas, hipotesis dalam penelitian ini:

H1 = Good corporate governance yang diproksikan dengan jumlah anggota dewan komisaris, jumlah anggota dewan direksi, jumlah anggota komite nominasi dan remunerasi, dan jumlah anggota komite manajemen risiko secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang dproksikan dengan Return on Assets (ROA).

H2 = Good corporate governance yang diproksikan dengan jumlah anggota dewan komisaris, jumlah anggota dewan direksi, jumlah anggota komite nominasi dan remunerasi, dan jumlah anggota komite manajemen risiko secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang dproksikan dengan Return on Assets (ROA).


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian kausal yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan perkebunan memiliki aktivitas operasional yang berbeda dengan jenis perusahaan lain. Dimana perusahaan perkebunan tidak hanya mengolah bahan mentah menjadi barang jadi, namun juga melakukan proses penanaman tanaman untuk memperoleh bahan baku yang akan diolah menjadi barang setengah jadi ataupun barang jadi. Perkebunan merupakan bidang yang menjanjikan untuk berkembang di Indonesia.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu teknkik non probability sampling yang dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan suatu kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yaitu:

1. Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2009 – 2012.

2. Memiliki laporan keuangan yang lengkap dan audited pada periode 2009 – 2012.


(43)

3. Data yang dimiliki perusahaan lengkap dan sesuai dengan variabel yang diteliti baik variabel independen dan dependen.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 8 perusahaan dari 9 perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga total sampel pada penelitian ini berjumlah 32 sampel.

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan Perkebunan yang Menjadi Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3

1 AALI Astra Agro Lestari Tbk. √ √ √ 1

2 GZCO Gozco Plantations Tbk. √ √ √ 2

3 JAWA Jaya Agra Wattie Tbk × × √

4 LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk. √ √ √ 3

5 SGRO Sampoerna Agro Tbk. √ √ √ 4

6 SMAR Smart Tbk. √ √ √ 5

7 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk. √ √ √ 6

8 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk. √ √ √ 7

9 UNSP Bakrie Sumatra Plantations Tbk. √ √ √ 8 Sumbe

3.3. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui website BEI di penelitian yang digunakan merupakan data time series yang mencakup data periode tahun 2009 – 2012. Data ini dipandang cukup mewakili kinerja keuangan perusahaan perkebunan pada periode tersebut.


(44)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini dikumpulkan dari laporan keuangan tahunan perusahaan perkebunan selama periode 2009 – 2012 dengan menggunakan metode dokumentasi. Dokumentasi artinya barang-barang tertulis. Metode dokumentasi dilakukan dengan :

1. Pedoman dokumentasi yang memuat garis besar atau kategori yang akan dicari datanya.

2. Chek list, yaitu variabel yang akan dikumpulkan datanya.

3.5. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur sehingga peneliti dapat mengetahui baik atau buruk pengukuran tersebut, definisi operasional variabel penelitian dalam penelitian ini di deskripsikan melalui matriks berikut ini :

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel Nama

Variabel

Variabel Penelitian

Defenisi Parameter

Variabel Independen

Dewan Komisaris

Dewan komisaris adalah sebagai

pemilik/pemegang saham perusahaan yang akan mengawasi

jalanya kegiatan operasional perusahaan agar dapat berjalan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan perusahaan. Dewan komisaris harus mematuhi anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta harus memantau efektifitas praktek good

corporate governance yang

diterapkan.

Jumlah anggota dewan komisaris.


(45)

Nama Variabel

Variabel Penelitian

Defenisi Parameter

Dewan Direksi Komite Nominasi dan Remunerasi Komite Manajemen Risiko

Dewan direksi bertugas untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan wajib mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham/pemilik modal.

Komite nominasi dan remunerasi pada umumnya merupakan satu bagian dalam suatu perusahaan. Komite nominasi bertugas untuk menyusun kriteria seleksi dan prosedur nominasi bagi anggota dewan komisaris, dewan direksi, dan para eksekutif lainnya, membuat sistem penilaian dan memberikan rekomendasi tentang jumlah anggota dewan komisaris dan direksi. Komite Remunerasi bertugas untuk menyusun sistem penggajian, tunjangan, dan sistem pensiun yang akan diterima oleh seluruh karyawan termasuk juga dalam hal pengurangan karyawan. Komite manajemen risiko dibentuk oleh dewan komisaris. Komite ini memiliki tugas untuk

mengindentifikasi risiko – risiko yang akan terjadi, mengukur besarnya risiko tersebut, dan mencari cara atau solusi untuk menghadapi risiko tersebut.

Jumlah anggota dewan direksi. Jumlah anggota komite nominasi dan remunerasi. Jumlah anggota komite manajemen risiko. Variabel Dependen Kinerja Keuangan (Return on Assets)

Return on Assets (ROA) merupakan merupakan rasio yang menunjukkan hasil (retrun) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaaan. Rasio ini tergolong dalam rasio profitabilitas yang menggambarkan hasil dari kegiatan operasional perusahaan dalam memperoleh laba dengan menggunakan seluruh assets

Laba bersih dibagi dengan jumlah aktiva tetap


(46)

Nama Variabel

Variabel Penelitian

Defenisi Parameter

yang dimiliki perusahaan. Semakin besar rasio ini, maka akan

menggambarkan semakin baik kinerja perusahaan dan sebaliknya.

3.6. Teknik Analisis Data 1. Pengujian asumsi klasik

Pengujian asumsi klasik yang digunakan yaitu, uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastitas, dan uji autokorelasi yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Uji normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel independen dan variabel dependen memiliki distribusi normal atau tidak. Menurut Ghozali (2005 : 110), ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu:

1) Analisis grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis


(47)

lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan :

a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi klasik.

b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi klasik.

2) Analisis statistik

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji non-parametik Kolmogorov Smirnov test (K-S).


(48)

Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:

a) Data terdistribusi tidak normal jika nilai signifikan (sig.) atau nilai profabilitas < 0,05

b) Data terdistribusi normal jika nilai signifikan (sig.) atau nilai profabilitas > 0,05.

b. Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi memiliki korelasi antar variabel bebas (independen). Menurut Ghozali (2006 : 91) “model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen”. Variabel independen yang saling berkorelasi merupakan variabel-variabel tidak ortogonal. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:

1) Nilai R2 yang dihasilkan sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.

2) Menganalisis matrik variabel-variabel bebas. Jika antara variabel bebas terdapat korelasi yang cukup tinggi (> 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas tidak berarti tidak terdapat multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel bebas.


(49)

3) Multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran tersebut menggambarkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Artinya, setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10 ini berarti terdapat multikolonieritas.

c. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas yang bertujuan untuk mengetahui apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas, Ghozali (2006 : 105). Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Menurut Situmorang dan Lutfi (2012 : 108) beberapa alasan yang menyebabkan varian tidak sama karena:

1) Mengikuti error-learning model

2) Heteroskedastisitas juga muncul sebagai akibat pencilan suatu data observasi tertentu atau outliners, yaitu beberapa pengamatan yang mempunyai perbedaan besar dengan pengamatan lainnya. 3) Spesifikasi model yang tidak baik, yaitu mengeluarkan variabel

penting dari model dan memasukkan variabel tidak penting ke dalam model.


(50)

4) Kemencengan atau skewness dari distribusi satu atau lebih variabel regresor yang tercakup dalam model.

5) Muncul akibat kesalahan transformasi data dan kesalahan bentuk fungsional.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi variable terikat (independen) yaitu ZPRED dengan residualnya SPRESID. Mendeteksi ada tidaknya heteroskedastiditas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y perdiksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisinya yaitu:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:105).

d. Uji autokorelasi

Tujuan uji autokorelasi adalah menguji apakah pada model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada suatu periode dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka


(51)

Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4 + e

disebut problem autokorelasi. Menurut Ghozali (2006 : 96) “model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi”. Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik melalui uji Durbin – Watson (DW test). Nilai DW test selanjutnya akan di uji berdasarkan ketentuan ada tidaknya gejala autokorelasi dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :

1) Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi.

2) Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound (dl) maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada autukorelasi positif.

3) Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl), maka koefisien autokorelasi < 0, berarti ada autokorelasi negatif.

4) Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan (Lestari, 2011:34).

2. Analisis regresi

Analisis regresi yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan:


(52)

a = Konstanta

X1 = Jumlah anggota dewan komisaris X2 = Jumlah anggota dewan direksi

X3 = Jumlah anggota komite nemunerasi dan remunerasi X4 = Jumlah anggota komite manajemen risiko

b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi dari variabel independen e = Error

3. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis pada penelitian ini diukur dari nilai analisis koefisien determinasi, nilai uji statistik t, dan nilai uji statistik F. Pengujian hipotesis tersebut sebagai berikut:

a. Analisis koefisien determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi (R2) banyak digunakan dalam berbagai penelitian. Selain mudah digunakan, analisis ini juga dimengerti dan diaplikasikan. Menurut Ghozali (2006 : 83) menyatakan bahwa

koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel dependen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk mempredeksi variasi variabel dependen.


(53)

Untuk memastikan hubungan antar variable dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.3

Hubungan Antar Variabel

Nilai Interpretasi

0.0 -0.19 Sangat Tidak Erat 0.2 – 0.39 Tidak Erat

0.4 -0.59 Cukup Erat 0.6 -0.79 Erat

0.8-0.99 Sangat Erat

Sumber : Analisis Data untuk Riset Manajemen dan Bisnis

b. Uji statistik t

Menurut Ghozali (2006 : 84) “uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen”. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

1) Nilai Sig t > tingkat signifikasi (0,05), artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

2) Nilai Sig t < tingkat signifikasi (0,05) artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variable independen terhadap variabel dependen.

c. Uji statistik F

“Uji statitik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat”


(54)

Ghozali (2006 : 84). Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel pada, yaitu:

1) Bila F hitung < F tabel pada α = 5% , maka variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

2) Bila F hitung > F tabel pada α = 5%, variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.


(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum

Istilah corporate governance menjadi pusat perhatian di Indonesia sejak mengalami krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 dan prinsip GCG mulai diterapkan setelah menandatangani Letter of Intent (LOI) yang bekerjasama dengan IMF.

Corporate governance yang merupakan suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi.

Prinsip-prinsip good corporate governance yang diterapkan dalam praktek

good corporate governance terdiri dari fairness (kewajaran), disclousere dan

transparency (transparasi), accountability (akuntabilitas), dan responsibility

(responsibilitas).

Penerapan good corporate governance diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan yang akan mempermudah perusahaan untuk memperoleh pendanaan yang lebih kompetitif untuk mendukung pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan kontribusi perusahaan dalam perekonomian nasional.


(56)

Good corporate governance pada penelitian ini diukur berdasarkan hasil kinerja keuangan perusahaan perkebunan yang diukur dari Return on Asset

(ROA). Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (retrun) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Keadaan ini akan menggambarkan hasil dari kegiatan operasional perusahaan dalam memperoleh laba dengan menggunakan seluruh sumber daya (assets) yang dimiliki perusahaan.

Return on Assets (ROA) yang bernilai positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasional perusahan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila Return on Assets

(ROA) yang bernilai negatif, maka hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kerugian.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui website BEI di terdaftar di Bursa Efek Indonesia ada sebanyak 9 (sembilan) perusahaan. Dari jumlah tersebut, hanya 8 (delapan) perusahaan yang memenuhi kriteria sampel penelitian. Data penelitian mencakup data periode 2009 – 2012 yang dipandang cukup mewakili kinerja keuangan perusahaan perkebunan pada periode tersebut. 4.2. Hasil Penelitian

1. Pengujian asumsi klasik

Pengujian asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini yaitu, uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastitas, dan uji autokorelasi.


(57)

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel independen dan variabel dependen memiliki distribusi normal atau tidak. Menurut Ghozali (2005 : 110) ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dengan analisis grafik dan uji statistik.

1) Analisis Grafik

Cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Menurut Situmorang dan Lufti “kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satunya adalah bahwa: mean, mode, dan median pada tempat yang sama. Jika ketiga tedensi sentral tersebut tidak terletak pada satu tempat, maka berarti kurva tersebut juling ke kiri atau ke kanan”. Normalitas dapat diketahui dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan analisis grafik pada uji normalitas, yaitu: a) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi klasik.

b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan


(58)

pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi klasik.

Berikut adalah hasil analisis grafik pada uji normalitas dalam grafik histogram:

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 17 Gambar 4.1 Grafik Histogram

Pada grafik histogram terlihat bahwa variabel berdistribusi normal hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut yang tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Ciri-ciri khusus grafik histogram juga terlihat pada gambar diatas yaitu, mean, mode, dan median terletak pada tempat yang sama yang berarti kurva tersebut tidak juling ke kiri atau ke kanan sehingga hal ini juga menggambarkan bahwa variabel berdistribusi normal.


(59)

Berikut adalah hasil analisis grafik pada uji normalitas dalam grafik normal plot:

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 17

Gambar 4.2 Grafik Normal Plot

Berdasarkan grafik normal plot di atas disimpulkan bahwa grafik memberikan pola distribusi yang normal. Dimana data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

Dari kedua gambar grafik di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi pada pengujian memenuhi asumsi klasik. Hal ini didasarkan pada grafik histogram dan grafik normal plot yang memberikan pola distribusi normal terhadap data variabel penelitian.


(60)

2) Analisis statistik

Disamping analisis grafik uji normalitas juga harus dilengkapi dengan analisis statistik yang dapat dilakukan melalui Kolmogorov Smirnov test (K-S) dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

c) Data terdistribusi tidak normal jika nilai signifikan (sig.) atau nilai profabilitas < 0,05

d) Data terdistribusi normal jika nilai signifikan (sig.) atau nilai profabilitas > 0,05.

Berikut adalah hasil analisis statistik pada uji normalitas: Table 4.1

Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 32

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .79361209

Most Extreme Differences Absolute .139

Positive .128

Negative -.139

Kolmogorov-Smirnov Z .784

Asymp. Sig. (2-tailed) .570

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 17

Berdasarkan Tabel 4.1. Kolmogorov Smirnov nilai Z menunjukkan angka 0,784 dan Asymp. Sig.(2-tailed) 0,570. Nilai


(61)

Asymp. Sig.(2-tailed) pada uji statistik tersebut menunjukkan angka yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa data pada penelitian ini terdistribusi normal.

b. Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Ada atau tidaknya multikolinearitas pada penelitian ini dilihat berdasarkan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10 berarti terdapat multikolonieritas dan sebaliknya jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 berarti tidak terdapat multikolonieritas. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas:

Tabel 4.2

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

X1 = Dewan Komisaris .743 1.346

X2 = Dewan Direksi .893 1.120

X3 = Komite Nominasi dan Remunerasi

.555 1.802

x4 = Komite Manajemen Risiko

.567 1.764

a. Dependent Variable: Y = Kinerja Keuangan

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 17

Berdasarkan hasil pengolahan data SPSS 17 pada tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa:


(62)

1) Pada variabel dewan komisaris (X1) tidak terjadi multikolinearitas dengan variabel lain karena nilai tolerance sebesar 0,743 > 0,10 dan nilai VIF sebesar 1,346 < 10.

2) Pada variabel dewan direksi (X2) tidak terjadi multikolinearitas dengan variabel lain karena nilai tolerance sebesar 0,893 > 0,10 dan nilai VIF sebesar 1,120 < 10.

3) Pada variabel komite nominasi dan remunerasi (X3) tidak terjadi multikolinearitas dengan variabel lain karena nilai tolerance

sebesar 0,555 > 0,10 dan nilai VIF sebesar 1,802 < 10.

4) Pada variabel komite manajemen risiko (X4) tidak terjadi multikolinearitas dengan variabel lain karena nilai tolerance

sebesar 0,567 > 0.10 dan nilai VIF sebesar 1,764 < 10.

Dari hasil pengolahan data di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas atau tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Hal ini dilihat dari nilai tolerance masing-masing variabel yang lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF yang lebih kecil dari 10.

c. Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap


(63)

(homoskedastisitas) atau tidak berbeda sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi variable terikat (independen) yaitu ZPRED dengan residualnya SPRESID. Dasar analisinya yaitu:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:105).

Berikut adalah hasil uji heteroskedastisitas :

Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS 17


(1)

diminimalisirkan sehingga kemungkinan terjadinya kerugian pada perusahaan akan dapat dihindari.

2. Pengaruh simultan

Dewan komisaris, dewan direksi, komite nominasi dan remunerasi, komite manajemen risiko dan seluruh pegawai harus bekerja sama dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan guna mencapai visi dan misi perusahaan. Jika visi dan misi tersebut tercapai, maka entitas tersebut telah memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Dimana hasil dari kinerja tersebut dapat dilihat di dalam laporan keuangan perusahaan.

Berdasarkan hasil pengujian variabel independen dalam penelitian ini yaitu dewan komisaris, dewan direksi, komite nominasi dan remunerasi, dan komite manajemen risiko dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap variabel dependen, yaitu kinerja keuangan. Hal ini didasarkan pada hasil uji statistik dimana nilai F hitung > F tabel = 12,221 > 2,728, sehingga dapat disimpulkan bahwa good corporate governance yang diproksikan dengan jumlah anggota dewan komisaris, jumlah anggota dewan direksi, jumlah anggota komite nominasi dan remunerasi, dan jumlah anggota komite manajemen risiko secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return on Asstes (ROA).


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen, yaitu dewan komisaris, dewan direksi, komite nominasi dan remunerasi, dan komite manajemen risiko memiliki pengaruh terhadap variabel independen, yaitu kinerja keuangan perusahaan perkebunan. Kinerja keuangan perusahaan perkebunan dalam penelitian ini diproksikan dengan Return on Asset (ROA). Ini merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian data yang telah dikemukan dalam bab 4 dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa good corporate governance yang diproksikan dengan jumlah anggota dewan komisaris tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifkasi variabel independen dewan komisaris sebesar 0,071, dimana nilai ini berada diatas tingkat signifikasi (0,05). Ini dapat terjadi karena dewan komisaris tidak secara langsung berpartisipasi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan melainkan hanya


(3)

bertugas untuk mengawasi jalannya kegiatan operasional perusahaan yang dilaksanakan oleh dewan direksi.

2. Secara parsial good corporate governance yang diproksikan dengan jumlah anggota dewan direksi, jumlah anggota komite nominasi dan remunerasi, dan jumlah anggota komite manajemen risiko memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaaan perkebunan yang diproksikan dengan Return on Asstes (ROA).

3. Secara simultan good corporate governance yang diproksikan dengan jumlah anggota dewan komisaris, jumlah anggota dewan direksi, jumlah anggota komite nominasi dan remunerasi, dan jumlah anggota komite manajemen risiko berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return on Asstes (ROA). Hal ini menunjukkan bahwa keempat variabel tersebut memiliki pengaruh penting dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagi perusahaan perkebunan

Berdasarkan hasil penelitian secara simultan good corporate governance dalam hal ini dewan komisaris, dewan direksi, komite nominasi dan remunerasi dan komite manajemen risiko memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan sehingga diharapkan pada tahun yang akan datang good corporate governance pada perusahaan perkebunan dapat lebih ditingkatkan lagi.


(4)

Untuk perusahaan perkebunan yang belum terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange) diharapkan agar dapat segera terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga jumlah perusahaan perkebunan yang terdaftar akan semakin lebih banyak lagi.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah variabel independen dalam mengukur good corporate governance dan variabel dependen untuk mengukur kinerja kinerja keuangan perusahaan khususnya untuk perusahaan perkebunan. Hal ini dikarenakan masih banyak lagi variabel yang dapat diteliti dalam good corporate governance dan rasio untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji, 2000. Manajemen Bisnis, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Ardiyos, 2010. Kamus Besar Akuntansi, Citra Harta Prima, Jakarta.

Ghani, A, 2003. Sumber Daya Manusia Perkebunan Dalam Persfektif, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Hong, Goei Siauw, dkk, 2005. Beyond Book Value: Lessons Learned from PT.Perkebunan Nusantara III in Creating Value, PT. RAY Indonesia, Jakarta.

Kasidi, 2010. Manajemen Risiko, Ghalia Indonesia, Bogor.

Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta. Lestari, Ekowati Dyah, 2011. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap

Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009),Universitas Diponegoro, Semarang.

Maksum, Azhar, 2005. Tinjauan Atas Good Corporate Governance di Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Mulyadi, 2002. Auditing, Buku 1, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta. Munawir, S, 2007. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty,

Yogyakarta.

Natalylova, Kartina. 2013. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Corporate Social Responsibility dan Kinerja Perusahaan yang Mendapatkan Indonesia Suistainabilty Reporting Awards.

Kartina.pdf (25 Jan. 2014)

Situmorang, Syafrizal Helmi dan Muslich Lutfi, 2012. Analisis Data untuk Riset Manajemen dan Bisnis, USU Press, Medan.

Smith, Jay M dan K. Fred Skousen, 1987. Akuntansi Intermediate, Jilid I, Edisi Kesembilan, Erlangga, Jakarta.

Tjager, Nyoman, dkk, 2003. Corporate Governance: Tantangan Dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia, PT. Prenhallindo, Jakarta.

Warren, Reeve, dan Fees, 2005. Pengantar Akuntansi, Buku 1, Edisi 21, Salemba Empat, Jakarta.


(6)

Windah, Gabriela Cynthia dan Fidelis Arastyo Andono, 2013. “Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Hasil Survei The Indonesian Institute Perception Governance (IICG) Periode 2008-2011”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya,

Nomor 1 hal 1-20.

Volume 2 Ikatan Akuntan Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,

Jakarta.

Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-117/M/MBU/2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance Pada BUMN.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Property dan Real Estaate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2013

1 70 119

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 41 110

Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 35 155

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 14 22

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013).

0 2 14

“PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2012.

1 8 16

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011.

0 0 15

Pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan (studi empiris di perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia.

0 0 97

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Good Corporate Goverance - Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9