BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Usaha Kecil - Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil Warung Teh Susu Telur (Tst) Di Jalan Halat Medan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pengertian Usaha Kecil

  Usaha kecil menurut surat edaran Bank Indonesia No. 26/1/UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal kredit Usaha Kecil (KUK) adalah usaha yang memiliki total aset maksimum Rp 600 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati. Pengertian usaha kecil ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha swasta dan koperasi, sepanjang aset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp 600 juta.

  Menurut UU No. 9/1995 tentang Usaha Kecil yang dimaksud dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

  Usaha kecil yang dimaksud di sini meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Adapun usaha kecil informal adalah berbagai usaha yang belum terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya. masing-masing. Mungkin langsung tergambar pada benak sebagian orang adalah sebuah toko kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari, atau seorang penjual es yang menggunakan gerobak atau bahkan seorang pedagang roti keliling yang menjajakan dagangannya dengan menggunakan sepeda yang telah dimodifikasi.

  (Tobing, 2009:3) Definisi usaha kecil menengah (UKM) menurut Biro Pusat Statistik (BPS) lebih mengacu kepada klasifikasi skala usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap.

  UKM menurut Biro Pusat Statistik (BPS) adalah usaha skala kecil yang menggunakan kurang dari lima orang karyawan atau usaha menengah yang menyerap tenaga kerja antara lima hingga sembilan belas orang (Tobing, 2009:4).

2.1.2 Kepemimpinan

  Kepemimpinan menurut Tjiharjadi (2012:18) adalah pengaruh, tidak lebih, tidak kurang, kapasitas menerjemahkan visi ke dalam realitas, sebagai kesadaran dan keinginginan untuk mempengaruhi orang lain, yang selanjutnya memberikan tanggapan atas keinginan sendiri untuk mengikutinya, serta penyebab berbagai tindakan yang digerakan orang secara cermat dengan terencanan yang bertujuan untuk penyelesaian agenda pemimpin, juga sarana komunikasi kepada orang tentang nilai dan potensinya kemudian dengan sangat jelas datang untuk menemukannya dalam diri sendiri. tanda keberhasilan pada masing-masing usaha. Setiap orang memiliki kepemimpinan yang berbeda-beda, kepemimpinan yang berhasil yaitu berawal dari efektifitas, pengambilan keputusan, kreatifitas, dinamis, perubahan, memiliki inspirasi dan menjalankan visi, (Tjiharjadi, 2012:22).

  1. Efektifitas Pemanfaatan sumber daya, sarana, prasarana dalam jumlah tertentu yang ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa kegiatan yang dijalankan, Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektifitasnya.

  2. Pengambilan Keputusan Suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti sebagai suatu cara pemecahan masalah.

  3. Kreatifitas Kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data dan informasi yang ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

  4. Memiliki Inpirasi Percikan ide-ide kreatif yang waktu dan tempatnya jarang dikenali, kecuali sudah melatih diri dengan kebiasaan dan dikarenakan akibat-hasil dari proses

  Menjalankan Visi Suatu pernyataan mengenai tujuan dari sebuah organisasi yang disampaikan melalui produk atau jasa yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai yang didapatkan juga aspirasi dan cita-cita di masa yang akan datang.

  6. Perubahan Suatu usaha yang sistematik untuk menciptakan ulang suatu organisasi dengan cara melakukan adaptasi pada perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dan lingkungan internal untuk mencapai sasaran baru.

  7. Dinamis Penuh semangat dan tenaga untuk cepat bergerak dalam menyesuaikan diri dengan keadaan yang terjadi secara tiba-tiba.

  Menurut Anoraga (2004:33), memimpin dapat diartikan sebagai suatu seni atau proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebuah kelompok/organisasi. Menurut Herujito (2001:179) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni kemampuan untuk mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar perilaku mereka sesuai dengan perilaku yang diinginkan oleh pimpinan.

  Gaya Kepemimpinan merupakan aspek penting bagi seorang pemimpin, karena seorang pemimpin harus berperan sebagai organisasi kelompoknya untuk yang berhubungan dengan penugasan anggota organisasi dalam rangka mencapai tujuan kelompok atau organisasi.

  Dari defenisi ini tampak bahwa seorang pemimpin bertugas mendorong bawahan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan yang ada. Seorang pemimpin harus menjadi fasilitator anggota kelompoknya dalam mencapai tujuan bersama. Sebagai contoh, pemimpin sebuah orkestra yang dinamakan dirigen berusaha untuk menghasilkan nada yang selaras dari berbagai alat musik. Berkualitas tidaknya kelompok orkestra tersebut sangat ditentukan oleh dirigennya.

  Menurut Tjiptono (2001:79), pemimpin yang baik harus memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

  1. Tanggung jawab yang seimbang Keseimbangan disini adalah antara tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang harus melaksanakan pekerjaan tersebut.

  2. Model peranan yang positif Peranan adalah tanggung jawab, perilaku atau prestasi yang diharapkan dari seseorang yang memiliki posisi khusus tertentu. Oleh karena itu, pemimpin yang baik harus dapat dijadikan panutan dan contoh bawahannya.

  Memiliki keterampilan yang baik Pemimpin yang baik harus dapat menyampaikan ide-idenya secara ringkas dan jelas, serta dengan cara yang tepat.

4. Memiliki pengaruh positif

  Pemimpin yang baik memiliki pengaruh yang baik terhadap karyawannya dan menggunakan pengaruh tersebut untuk hal-hal yang positif. Pengaruh adalah seni menggunakan kekhusukan untuk menyakinkan orang lain akan sudut pandangan orang lain ke arah suatu tujuan atau sudut pandang tertentu.

2.1.3 Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen

  Menurut Tjiharjadi (2012:22), kepemimpinan dan manajemen terdapat persamaan dan perbedaan yang jelas, karena keduanya mempunyai hubungan yang saling melengkapi, adapun perbedaan kepemimpinan dan manajemen dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

TABEL 2.1 Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen

  Kepemimpinan Manajemen

  Efektifitas Efisiensi Pengambilan Keputusan Perencanaan Dinamis Kertas Kerja Kreatifitas Peraturan Perubahan Regulasi Memiliki Inspirasi Pengendalian Menjalankan Visi Konsistensi

  Sumber: Tjiharjadi (2012:22)

   Teori dan Gaya Kepemimpinan

  Menurut Tjiharjadi (2012:40), teori kepemimpinan yang populer digunakan diantaranya sebagai berikut:

  1. Teori Pembawaan (The Trait Theory) Teori ini berkembang tahun 1940-an dengan memusatkan pada karakteristik pribadi seorang pemimpin, meliputi bakat-bakat pembawaan, ciri-ciri pemimpin, faktor fisik, kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan berkomunikasi.

  2. Teori Perilaku (Behaviorist Theory) Teori ini lebih terfokus kepada tindakan-tindakan yang dilakukan pemimpin dari pada memperhatikan atribut yang melekat pada diri seorang pemimpin.

  3. Teori Jalan Tujuan (Path-Goal Theory) Teori yang paling kontemporer, teori ini nilai strategis dan efektivitas seorang pemimpin didasarkan pada kemampuannya dalam menimbulkan kepuasan dan motivasi para anggota dengan penerapan reward dan punishment.

  Gaya Kepemimpinan (Leadership style) Seorang pemimpin akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan. Pemilihan gaya kepemimpinan yang benar dan tepat dapat mengarahkan pencapaian tujuan perorangan maupun tujuan organisasi, perusahaan maupun lembaga pemerintahan.

  Dengan gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dapat mengakibatkan pencapaian tujuan perusahaan akan terbengkalai dan pengarahan terhadap karyawan anggota atau pegawai.

  Menurut Veithzal (2005:78) ada beberapa gaya kepemimpinan, diantaranya : a. Gaya kepemimpinan Otokratik: Pemimpin dipandang sebagai orang yang memberi perintah dan dapat menuntut, kepuasan ada di tangan pemimpin.

  b.

  Gaya kepemimpinan Demokratik atau Partisifatif: Pemimpin dipandang sebagai orang yang tidak akan melakukan suatu kegiatan tanpa mengkonsultasikan terlebih dahulu pada bawahannya. Pemimpin di sini mengikutsertakan pendapat bawahan sebelum ia membuat keputusan.

  c.

  Gaya kepemimpinan Free Rein: Pemimpin hanya menggunakan sedikit kekuasaan dan memberi banyak kebebasan kepada bawahan untuk melakukan kegiatan. Jadi pemimpin di sini memberi keluasan pada bawahan untuk menentukan tujuan perusahaan dan cara untuk mencapainya. Pemimpin hanya berfungsi sebagai fasilitator melalui pemberian informasi dan sebagai orang yang berhungan dengan kelompok lain. Prilaku tersebut telah memberi hasil yang menyenangkan baginya sehingga ia terdorong untuk selalu mengulangnya lagi. Begitupun sebaliknya, bila konsekuensi dari suatu perilaku membawa akibat yang tidak menyenangkan, perilaku tersebut tidak akan diulang lagi. digunakan oleh seorang pemimpin dalam mengarahkan atau mempengaruhi bawahan yaitu:

  1. Gaya Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (Task Oriented style).

  Gaya kepemimpinan ini, seorang pemimpin akan mengarahkan dan mengawasi bawahannya secara ketat agar mereka bekerja sesuai dengan harapannya. pemimpin dengan gaya ini lebih mengutamakan keberhasilan pekerjaan daripada pengembangan kemampuan bawahan.

  2. Gaya Kepemimpinan yang berorientasi pada pekerja (Employee Oriented Style) Gaya kepemimpinan ini berusaha mendorong dan memotivasi bawahannya untuk bekerja dengan baik. Mereka mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut tugas atau pekerjaan bawahan. Di sini hubungan pemimpin dan bawahan terasa sangat akrab, saling percaya, dan saling menghargai.

  Menurut Tjiharjadi,dkk (2012:29), gaya kepemimpinan yang berkembang kemudian masih cukup banyak, tetapi disini hanya akan dikemukakan tiga gaya kepemimpinan yang cukup menarik perhatian para pengamat dan praktisi pengembangan sosial.

  1. Kepemimpinan karismatik (Charismatic Leadership) Pengikut memberikan atribut-atribut heroik atau kepemimpinan yang luar biasa bila mereka mengamati perilaku-perilaku para pemimpin itu. a.

  Memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas b.

  Mengkomunikasikan visi itu dengan efektif c. Mendemonstrasikan konsistensi dan fokus d.

  Mengetahui kekuatan-kekuatan sendiri dan memanfaatkannya.

  e.

  Bertindak berdasakan krisis (crisis based) f. Berani mengambil risiko g.

  Membuat perubahan, dipersepsikan sebagai agen perubahan yang radikal

  2. Teori Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional (Transformational and transactional Leadership ).

  Pemimpin-pemimpin transaksional membimbing atau memotivasi pengikutnya ke arah tujuan yang telah ditentukan dengan cara menjelaskan ketentuan-ketentuan tentang peran dan tugas. Pemimpin-pemimpin transformasional memberikan pertimbangan yang bersifat individual, stimulasi intelektual, dan memiliki kharisma.

3. Teori gaya kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership)

  Salah satu gaya kepemimpinan yang sangat membantu para pemimpin untuk memenangkan persaingan.

  Kepemimpinan transformasional dibangun atau berkembang dari kepemimpinan transaksional. Berikut beberapa perbedaan karakteristik

  Perbedaan Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksioanal

  No Kepemimpinan Transformasional No Kepemimpinan Transaksional

  1. Bekerja dalam situasi

  1. Mengubah situasi

  2. Menerima keterbatasan

  2. Mengubah apa yang biasa dilakukan

  3. Patuh pada peraturan dan nilai

  3. Berbicara tentang tujuan luhur organisasinya

  4. Timbal balik dan tawar- menawar

  4. Memiliki acuan nilai kebebasan, keadilan dan kesamaan

  Sumber: Tjiharjadi,dkk (2007:31)

  Berdasarkan karakteristik kepemimpinan transaksional dan transformsional, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional lebih sesuai diterapkan pada lingkungan yang dinamis yang ditandai oleh perubahan-perubahan yang sangat cepat.

2.1.5 Keberhasilan Usaha

  ,

  Menurut Kashmir (2006:172) keberhasilan usaha dalam hal ini diindikasikan dalam lima hal yaitu, jumlah penjualan meningkat, hasil produksi meningkat, keuntungan atau profit bertambah, perkembangan dan pertumbuhan usaha, berkembang cepat dan memuaskan. Ukuran keberhasilan usaha dalam menerapkan strategi pemasarannya adalah mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan. Semakin banyak pelanggan yang menerima produk atau jasa yang ditawarkan, maka mereka semakin puas, dan ini berarti strategi yang dijalankan sudah cukup berhasil.

  Ukuran mampu meraih pelanggan sebanyak mungkin hanya merupakan salah satu lainnya, misalnya tingkat laba yang diperoleh dan ukuran lainnya.

  Menurut Ranto (2007:20) keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi kaya, karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa membentuk, mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak berbentuk, tidak berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun kecilnya ukuran suatu usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik maka nilai berusahanya jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai dengan bergelimang fasilitas.

  Menurut Nasution (2001:12), sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah.

  Menurut Hutagalung (2008:50), sukses tidak terjadi secara kebetulan, secara instan dan tidak pula turun tiba-tiba dari langit. Sukses adalah buah dari proses sistematis, perjalanan panjang dan kerja keras. Sukses selalu diukur dengan uang, harta, jabatan, keluarga, ketenaran nama. Sukses besar berarti akumulasi dari kesemuanya.

   Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha,yaitu: (Hutagalung dkk, 2010:8) 1.

  Motivasi Hasil penelitian yang dilakukan oleh Center for Entrepreneurial Research menemukan 69 % siswa menegah atas ingin mulai menjalankan usaha mereka sendiri. Motivasi utamanya adalah be their own bosses.

  2. Usia Usia berkaitan dengan keberhasilan bila dihubungkan dengan lamanya seseorang menjadi wirausaha. Dengan bertambahnya pengalaman ketika usia seseorang bertambah maka usia akan berkaitan dengan keberhasilan.

  3. Pengalaman Pengalaman dalam mengelola usaha memberi pengaruh pada keberhasilan usaha skala kecil. Dengan demikian, tingkat keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan usaha bisa menjadi tolak ukur pengalaman dalam berusaha.

  4. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan usaha skala kecil, dengan asumsi bahwa pendidikan lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih baik dalam mengelola usaha.

   Keberhasilan dan Kegagalan Usaha

  Anoraga (2002: 154) Seorang wirausaha harus mampu membuat rencana usaha (bussiness plan). Rencana usaha merupakan dokumen yang disiapkan secara seksama yang menerangkan mengenai pola dari usaha yang akan digeluti. Adapun langkah untuk menuju keberhasilan usaha meliputi: 1.

  Kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu maupun uang 2. Mengembangkan hubungan, baik dengan mitra usaha maupun dengan semua pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan

  3. Memiliki ide atau visi bisnis yang jelas 4.

  Membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan, dan menjalankannya Penyebab wirausaha gagal dalam menjalankan usahanya: 1.

  Kurangnya kehandalan SDM dan tidak kompeten dalam manajerial serta kurangnya pengalaman ketika menjalankan strategi perusahaan. Strategi baik yang dibuat tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya kompetensi dalam manajerial. Menempatkan orang-orang yang tidak kompeten di tempat yang sangat strategis akan memperburuk jalannya usaha. Kompetensi dalam manajerial sangat membantu keberhasilan perusahaan karena meletakan orang-orang yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat bekerja karyawan akan mempermudah usaha dan strategi perusahaan untuk dilaksanakan.

  2. Kurangnya pemahaman bidang usaha yang diambil karena tidak dapat digeluti mengantar pada kehancuran usaha. Pemaham bisnis atau bidang usaha yang diambil secara kontekstual dan riel sangat membantu arah, tujuan, misi, dan visi perusahaan. Kejelasan bidang usaha yang telah ditentukan sangat membantu dan mempermudah mengambil kebijakan manajerial dan strategi yang dibuat.

  3. Kurangnya kehandalan pengelolaan administrasi dan keuangan (modal dan kendali kredit). Pengelolaan adminsitrasi dan keuangan yang apaadanya akan mempersulit majunya perusahaan. Pencatatan adminsitrasi dan keuangan secara sembarang akan semakin memperburuk kondisi usaha karena tidak dapat membaca transaksi dan aktivitas yang telah terjadi. Aktivitas yang telah dilalui seperti pembayaran utang-piutang, jumlah pesanan, jadwal kirim, proses produksi, dll akan tidak dapat terselesaikan dengan baik. Penangan modal dan kredit dari bank atau swasta apabila tidak dicatat pengeluaran dan alokasi penggunaannya akan semakin memperburuk kondisi keuangan. Alangkah baiknya dalam melakukan aktivitas selalu berpedoman “Segala yang telah dikerjakan harus dicatat dan segala yang tercatat harus dapat dikerjakan dengan baik” sehingga perusahaan yang menggunakan prinsip tersebut dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

  4. Gagal dalam perencanaan. Kegagalan dalam menerapkan rencana biasanya karena rencana yang telah dibuat berdasarkan pengalaman orang lain atau sebuah mendukung kegagalan dalam melaksanakan atau menerapkan rencana adalah dari dalam diri sendiri.

  5. Tempat usaha dan lokasi yang kurang memadai. Tempat usaha dan lokasi sangat menentukan kelancaran bisnis yang digeluti. Salah memilih, membangun, atau membuka tempat usaha yang harapannya dapat memperbesar usaha justru kandas karena kesalahan tersebut. Tempat usaha seharusnya diperiksa dulu kelayakannya seperti budaya, karakter, strata sosial, pendapatan, selera, keamanan masyarakat di sekitarnya.

  6. Kurangnya pemahaman dalam pengadaan, pemeliharaan, dan pengawasan bahan baku dan sarana peralatan. Kemampuan dalam pengadaan, pemeliharaan, pengawasan bahan baku dan peralatan yang dimiliki sangatlah penting. Karena apabila tidak memiliki kemapuan dalam bidang ini akan membuat biaya operasioanal semakin tinggi dan kerugian akan terjadi.

7. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi perubahan teknologi.

  Seorang yang berwirausaha harus berani melakukan perubahan dalam organisasinya. Salah satu perubahan yang dapat membantunya adalah perubahan teknologi yang sedang berkembang. Ketidakmampuan mengikuti perubahan teknologi tidak membuat organisasi mati begitu saja tetapi pergerakan organisasinya berlahan-lahan lambat dan berangsur-angsur ketinggalan dengan Hambatan birokrasi. Birokrasi sangat membantu dalam kearsipan dan adminsitrasi organisasi tetapi apabila birokrasi sangat lambat dan menghambat sama sekali maka akan memperlambat laju kinerja organsiasi.

9. Keuntungan yang tidak mencukupi. Keuntungan yang akan diperoleh dalam berwirausaha adalah dasar motivasi ketika seseorang merencanakan bidang usaha.

  Akan tetapi keuntungan yang diperolah di luar dari jangkauan biaya yang telah dikeluarkan atau perkiraan laba yang diperoleh sebelumnya akan mengakibatkan kelangsungan usaha yang cepat berhenti. Motivasi karena bayangan keuntungan yang diperoleh sangat tinggi adalah sikap yang kurang objektif apabila belum mengetahui kondisi lingkungan bisnis yang sebenarnya. Hal yang paling penting sebelum memperoleh laba yang tinggi adalah cepat kembalinya modal awal yang digunakan sebagai operasional awal.

  10. Tidak adanya produk yang baru. Produk yang telah dibuat dan berhasil memenangi pasar belum tentu akan bertahan lama karena banyak kompetitor yang selalu melakukan inovasi maupun perbaikan produk mereka untuk tampil di pasar. Pengusaha yang tidak pernah menampilkan produk baru yang kreatif maupun inovatif akan mempercepat berhenti usahanya. Hal ini terjadi karena tidak mampu bersaing oleh kompetitor yang telah mengeluarkan produk baru dan menarik perhatian pasar.

   Penelitian Terdahulu

  Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Bengkel Barspeed Medan

  Medan) Rencana Pemasaran, Rencana Produksi, Rencana Organisasi, dan Manajemen, serta Rencana Keuangan

  Accessories Sun Plaza

  Palladium dan Q-ta

  Accessories Grand

  Analisis Faktor Yang Mendorong Keberhasilan Usaha Baru” (Studi Kasus pada Crispo

  4 Ulina, Georgia (2008)

  Kepemimpinan Transformasional secara parsial atau masing-masing (uji t) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Keberhasilan Usaha.

  Kepemimpinan Tranformasional sebagai variabel indenpenden dan keberhasilan usaha sebagai variabel dependen.

  3 Manthey, Faisal Reza (2011)

  Penelitian ini mendapatkan ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu yang beragam, review atas penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.3.

  Hasil analisis dan evaluasi regresi linier sederhana adalah bahwa gaya kepemimpinan (b) yang bernilai 0.293 berarti positif.

  Variabel independen: Gaya kepemimpinan, variabel dependen: Prestasi kerja. Metode Deskriptif.

  Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap prestasi kerja karyawan di PT. Pertamina Instalasi Medan Group

  2 Dalimunthe, Syahdan Taufik (2011)

  Pengaruh terhadap keberhasilan usaha pada industri adalah tanggung jawab.

  Komitmen, Percaya diri, Tanggung jawab, Orientasi masa depan, dengan menggunakan metode statistik deskriptif.

  Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Industri Pakaian di Jl. Denai Medan

  1 Syahputra, Hadi (2010)

TABEL 2.3 Penelitan Terdahulu No Nama Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian

  Rencana keuangan merupakan faktor utama yang mendorong keberhasilan usaha Crispo Accessories Grand Palladium dan Q-ta

  5 Prasetyo, Erfandy (2012)

  Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Keberhasilan Usaha Pada Usaha Café Mandiri dan Café Joulie Kompleks Setia Budi 2 Medan

  Faktor Pemasaran, Produksi, Organisasi dan Manajemen serta Keuangan. Metode Kualitatif

  Dari hasil penelitian menunjukan setiap faktor mendorong keberhasilan usaha pada kedua café tersebut.

  6 Tobing, Hendry (2010)

  Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Keberhasilan Usaha Baru Pada Rumah Makan Mie Sop Kampong di Jalan Dr. mansyur

  Faktor Pemasaran, Produksi, Organisasi dan Manajemen serta Keuangan.

  Dari hasil penelitian menunjukan setiap faktor mendorong keberhasilan usaha..

  Sumber: Penelitian Terdahulu

2.3 Kerangka Penelitian

  Kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan varibel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiono, 2004:49).

  Tjiharjadi, dkk (2012:22), mengindikasikan kepemimpinan yang berhasil yaitu berawal dari efektifitas, pengambilan keputusan, kreativitas, perubahan, dinamis, memiliki inspirasi dan menjalankan visi. Menurut Kashmir (2006:172) keberhasilan usaha dalam hal ini di indikasikan dalam lima hal, yaitu: jumlah penjualan meningkat, hasil produksi meningkat, keuntungan atau profit bertambah, perkembangan dan pertumbuhan meningkat, berkembang cepat dan memuaskan. kepemimpinan dan keberhasilan usaha dapat dilihat pada gambar berikut ini:

  Sumber: Tjiharjadi (2012) dan Khasmir (2006), diolah

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

  Keberhasilan Usaha

  Kepemimpinan 1. Efektifitas 2. Pengambilan Keputusan 3. Kreatifitas 4. Dinamis 5. Perubahan 6. Memiliki Inspirasi 7. Menjalankan Visi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil Warung Teh Susu Telur (Tst) Di Jalan Halat Medan

4 111 86

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewirausahaan - Pengaruh Keterampilan Berwirausaha Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Doorsmeer Sabena

0 1 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Kecil - Analisis Pengaruh Pemadaman Secara Berkala Oleh PLN Terhadap Kegiatan Usaha Mikro Di Kecamatan Medan Baru

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kreativitas - Pengaruh Kreativitas dan Keterampilan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Kerajinan Rotan di Medan

0 2 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Pengawasan - Pengaruh Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja Pada PT. Astra International Bagian Depo Amplas Medan

0 1 14

BAB II TI NJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kepemimpinan 2.1.1.1 Defenisi Kepemimpinan - Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Kecerdasan Emotional Terhadap Keberhasilan Usaha pada Studi Foto

0 0 35

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Citra - Pengaruh Citra Tokoh Politik Terhadap Minat Memilih Pada Pemilu Presiden 2014 di Medan

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Komunikasi - Pengaruh Komunikasi Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Ptpln (Persero) Area Binjai

0 0 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 PengertianKewirausahaan - Pengaruh Managerial Skill Terhadap Keberhasilan Usaha Industri Kreatif Di Kota Medan

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Kreativitas 2.1.1.1 Pengertian Kreativitas - Pengaruh Kreativitas Dan Inovasi Terhadap Keberhasilan Usaha Industri Kreatif Di Kecamatan Medan Petisah

0 0 21