BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Pasar Perusahaan 2.1.1 Pengertian Nilai Pasar Perusahaan - Pengaruh Kebijakan Dividen Perusahaan Terhadap Nilai Pasar Perusahaan Pada Perusahaan Investasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Pasar Perusahaan

2.1.1 Pengertian Nilai Pasar Perusahaan

  Nilai Pasar (Market Value) adalah perkiraan jumlah uang pada tanggal penilaian, yang dapat diperoleh dari transaksi jual beli atau hasil penukaran suatu asset, antara pembeli yang berminat membeli dengan penjual yang berminat menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang penawarannya dilakukan secara layak dan kedua pihak masing-masing mengetahui, bertindak hati-hati dan tanpa paksaan. Untung wahyudi et.al, (2006:30)

  Nilai pasar untuk penggunaan yang ada (Market value for existing use) adalah nilai pasar dari suatu asset berdasarkan kelanjutan dari penggunaan yang ada, dengan asumsi bahwa asset tersebut dapat dijual di pasar terbuka untuk penggunaan yang ada saat itu, tetapi tetap sesuai dengan definisi nilai pasar tanpa memperhitungkan apakah penggunaan yang ada menggambarkan penggunaan terbaik dan tertinggi dari asset tersebut. (Sukamulja, 2004:42)

  Menurut Untung wahyudi et.al, (2006:34), nilai pasar perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya. Nilai pasar perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan nilai pasar perusahaan.

  Beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh asset perusahaan (Sukamulja, 2004:47). Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, sala h satunya Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena rasio ini bisa menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan.

  Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Nilai buku merupakan nilai dari kekayaan, hutang, dan ekuitas perusahaan berdasarkan pencatatan historis. Sedangkan nilai pasar merupakan presepsi pasar yang berasal dari investor, kreditur, dan stakeholder lain terhadap kondisi perusahaan, biasanya tercermin pada nilai pasar perusahaan. Selain itu, nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan memiliki nilai yang baik jika kinerja perusahaannya juga baik. Nilai perusahaan tercermin dari harga sahamnya. Untung wahyudi et.al, (2006:30)

2.1.2 Faktor Penentu Nilai Pasar Perusahan

  Menurut Fritz Kleinsteuber (2004:313), tinggi rendahnya nilai pasar perusahaan dipengaruhi oleh motivasi yang mendominasi masing-masing perusahaan yang ingin bergabung atau bertransaksi jual-beli saham. Disamping itu nilai perusahaan juga dipengaruhi oleh berbagai macam faktor intern dan ekstern.

  Faktor intern yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah potensi mereka mendapatkan hasil penjualan produk dan keuntungan serta nilai harta netto mereka. Sedangkan faktor ekstern yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah prospek masa depan kehidupan politik, ekonomi dan bidang usaha dimana perusahaan yang bersangkutan beroperasi. Faktor ekstern lainnya adalah minat perusahaan lain terhadap perusahaan yang dituju. Apabila perusahaan yang dituju juga diminati banyak perusahaan lain, nilai perusahaan tersebut akan naik.

2.2 Kebijakan Dividen

2.2.1 Pengertian Kebijakan Dividen

  Dividen adalah pembagian kepada para pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik (Stice, Stice, Skousen, 2009 : 902).

  Dividen merupakan proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham. Jumlah yang diperoleh sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliki pemegang saham dan disesuaikan dengan keuntungan yang diperoleh perusahaan. (Aribowo, 2007:22). Sedangkan menurut Gallagher and Andrew (2000:392) deviden merupakan deviden adalah pembayaran dalam bentuk tunai yang dibayarkan oleh perusahaan untuk pemegang saham.

  Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan pembayaran yang dilakukan perusahaan kepada para pemegang saham karena berpartisipasi dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

  Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau internal financing (Setiawati, 2012).

  Menurut Suad Husnan (2002:333) kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak dari para pemegang saham, yang pada dasarnya laba tersebut dapat dibagikan sebagai dividen untuk diinvestasikan kembali.

  Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan deviden merupakan suatu kebijakan untuk menetapkan berapa bagian dari laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham dan berapa besar bagian laba bersih itu akan ditanam kembali sebagai laba ditahan oleh perusahaan untuk re-investasi.

2.2.2 Teori-Teori Mengenai Kebijakan Dividen

  Pengaruh kebijakan deviden terhadap nilai pasar perusahaan yang

dicerminkan dari harga saham telah menarik perhatian beberapa pengamat atau

peneliti bidang keuangan untuk melakukan penelitian. Terdapat beberapa pendapat

dan teori yang mengemukakan tentang dividen diantranya yaitu (Setiawati, 2012:71) :

  1. Dividend Irrelevance Theory (ketidakrelevanan dividen) Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak

mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya.

Peningkatan pembayaran dividen hanya dimungkinkan apabila laba yang diperoleh

perusahaan juga meningkat. Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga saham

akibat pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga saham karena

adanya penjualan saham baru. Oleh karenanya pemegang saham dapat menerima kas

dari perusahaan saat ini dalam bentuk pembayaran dividen atau menerimanya dalam

  

bentuk capital gain. Kemakmuran pemegang saham sekali lagi tidak dipengaruhi oleh

kebijakan dividen saat ini maupun dimasa datang.

2. The Bird in Hand Theory

  Teori ini sependapat dengan Gordon dan Lintner (1992) yang berpendapat

bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa

pembayaran dividen daripada menunggu capital gain.

  3. Tax Preferance Theory Teori ini menyatakan bahwa Investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi dari pada dividen dalam bentuk kas. Oleh karenanya perusahaan sebaiknya menentukan dividen payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen. Karena dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi dari pada capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividen yield yang tinggi.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

  Pada praktiknya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan dividen, antara lain (Atmaja, 2010:60):

  1. Pembatasan dalam Perjanjian utang Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen secara tunai. Bentuk pembatasan tersebut misalnya dividen hanya dapat dibayarkan dari laba yang diperoleh pada masa setelah perjanjian hutang ditandatangani (maka dividen tidak dapat dibayar dari laba ditahan tahun-tahun lalu), dividen hanya dapat dibayar jika modal kerja bersih (aktiva lancer dikurangi kewajiban lancar) telah mencapai jumlah tertentu.

  2. Posisi pemegang saham sebagai membayar pajak Posisi pemilik perusahaan sebagai membayar pajak sangat mempengaruhi keinginannya untuk memperoleh dividen. Dividen tunai yang diterima oleh para pemegang saham merupakan objek dari pajak penghasilan. Oleh sebab itu, bagi para pemegang saham yang penghasilan kena pajaknya tinggi akan lebih senang jika nilai saham yang dimilikinya meningkat daripada memperoleh dividen tunai yang besar, karena dividen tunai tersebut akan terkena pajak penghasilan sedangkan dengan tambahannya nilai saham, maka harga sahamnya bertambah tinggi dan tidak kena pajak penghasilan.

  3. Posisi likuiditas Apabila dividen dapat dilakukan apabila perusahaan memiliki uang kas yang cukup untuk dibagikan sebagai dividen. Bila perusahaan membutuhkan dana yang sifatnya sangat mendesak, perusahaan dapat menggunakan laba yang diperoleh untuk membiayai keperluan tersebut dan tidak membayar dividen kepada pemegang saham. Dalam hal ini perusahaan mengalami kelemahan dalam posisi likuiditasnya, yang berarti kemampuan perusahaan untuk membayar dividen sangat kecil.

  4. Stabilitas laba Perusahaan yang mempunyai laba stabil seringkali dapat memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membagikan dividen dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, perusahaan yang tingkat laba tidak stabil cenderung untuk menyimpan laba dalam bentuk laba ditahan.

  5. Kebutuhan dana untuk investasi Perusahaan yang berkembang selalu membutuhkan dana baru untuk diinvestasikan pada proyek-proyek yang menguntungkan. Sumber dana baru yang merupakan modal sendiri (equity) dapat berupa penjualan saham baru dan laba ditahan. Manajemen cenderung memanfaatkan laba ditahan karena penjualan saham baru menimbulkan biaya peluncuran saham (flotation cost). Oleh karena itu, semakin besar kebutuhan dana investasi, semakin kecil dividend payout ratio .

  6. Tingkat ekspansi aktiva Semakin cepat suatu perusahaan perkembang, semakin besar kebutuhan untuk membiayai ekspansi aktivanya. Bila kebutuhan di masa depan semakin besar, perusahaan akan cenderung untuk menahan laba. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki ekspansi aktiva tinggi cenderung untuk membagikan dividen yang relatif lebih rendah.

7. Peluang ke pasar modal

  Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan dengan baik, akan lebih mudah untuk menarik dana dari pasar modal. Sehingga dengan mudah untuk membelanjai kebutuhan dananya dengan pembelanjaan dari luar. Tetapi lain halnya dengan perusahaan yang baru berdiri atau kecil, akan sulit akan lebih banyak mengandung risiko bagi penanaman modal potensial. Karena dalam perusahaan kecil kemampuan perusahaan untuk menaikkan modal terbatas, maka perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai operasinya. Jadi perusahaan yang sudah besar cenderung untuk member tingkat pembayaran yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru.

  Sedangkan faktor-faktor kebijakan dividen menurut Samira, Hamid dan Masoud (2013) kebijakan dividen dipengaruhi oleh asset keuangan, pendapatan tetap, nilai buku ekuitas, investasi, hutang dan arus kas bersih operasional. Dilihat dari faktor kebijakan dividen dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.2.3.1 Asset keuangan

  Aset atau aktiva adalah Produk bernilai yang dikuasai atau dimiliki suatu perusahaan, baik berupa harta benda (properti), hak atau suatu tuntutan terhadap aset maupun jasa yang dimiliki.

  Aset merupakan benda yang mudah diubah menjadi tunai. Aset merupakan kunci sebuah perusahaan mencatat nilai keuangan aset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Aset merupakan uang dan barang berharga lain milik individu atau bisnis. Aset merupakan manfaat ekonomi yang diperoleh oleh seseorang atau suatu perusahaan yang dapat digunakan di masa mendatang dan merupakan hasil dari kejadian atau transaksi di masa lalu. Aset memiliki sifat sebagai manfaat ekonomi(economic benefits) dan bukan sebagai sumber ekonomi (economic

  

resources) . Hal ini dikarenakan manfaat ekonomi tidak membatasi bentuk ataupun

jenis dari sumber ekonomi yang dapat dikategorikan sebagai asset.

  Aset keuangan dapat disebut juga sebagai aset tidak berwujud. Hal ini dikarenakan nilai dari aset ini tergantung pada arus uang/kas yang akan kita terima di masa yang akan datang. Semakin besar arus uang/kas yang kita peroleh, maka semakin besar pula aset keuangan yang kita terima. Aset adalah segala sesuatu yang memiliki nilai artinya dapat kita jual dan mendapatkan uang. Aset terbagi dua yaitu : a.

  Asset berwujud yaitu asset yang nilainya sesuai dengan wujudnya misalnya bangunan, mesin yang harganya sesuai dengan ongkos pembuatannya (walaupun tanah tidak ada ongkos pembuatannya namun tanah termasuk asset berwujud).

  b.

  Asset tidak berwujud yaitu asset yang nilainya tidak sebanding dengan wujud fisiknya misalnya surat berharga saham yang wujud fisiknya hanya secarik kertas yang ongkos pembuatannya relatif murah dan tidak sama dengan nilai atau harga jika secarik kertas tersebut kita jual.

  Aset Keuangan adalah asset yang tidak berwujud. Nilai dari asset ini tergantung dari nilai arus kas/uang yang akan kita terima dimasa yang akan datang, semakin besar nilai arus kas yang akan kita terima dimasa yang akan datang maka semakin tinggi nilai dari asset keuangan tersebut. Pihak yang setuju untuk melakukan pembayaran kas/ klaim atas asset keuangan tersebut disebut emiten atau issuer sedangkan penerima klaim disebut sebagai investor.

  Aset keuangan adalah

  Aset Keuangan adalah asset yang tidak berwujud. Nilai dari asset ini tergantung dari nilai arus kas/uang yang akan kita terima dimasa yang akan datang, semakin besar nilai arus kas yang akan kita terima dimasa yang akan datang maka semakin tinggi nilai dari asset keuangan tersebut. Pihak yang setuju untuk melakukan pembayaran kas/ klaim atas asset keuangan tersebut disebut emiten atau issuer sedangkan penerima klaim disebut sebagai investor.

2.2.3.2 Pendapatan tetap

  Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang masih bingung dalam penggunaan istilah pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai income.

  Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 23.1), kata “income diartikan sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai pendapatan, penghasilan

  (income) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain”).

  Pendapatan tetap adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa

  

(fees), bunga, dividen, royalti dan sewa.” Definisi tersebut memberikan pengertian

  yang berbeda dimana income memberikan pengertian pendapatan yang lebih luas,

  

income meliputi pendapatan yang berasal dari kegiatan operasi normal perusahaan

  maupun yang berasal dari luar operasi normalnya. Sedangkan revenue merupakan penghasil dari penjualan produk, barang dagangan, jasa dan perolehan dari setiap transaksi yang terjadi.

  Pengertian pendapatan tetap dikemukakan oleh Dyckman (2002 : 234) bahwa pendapatan adalah “arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang berlangsung”.

  Definisi pendapatan menurut Niswonger (1999 : 45), memberikan penekanan pada konsep pengaruh terhadap ekuitas pemilik, yaitu “pendapatan

  

(revenue) adalah peningkatan ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh proses

penjualan barang dan jasa kepada pembeli.

  Adanya penafsiran yang berlainan terhadap pengertian pendapatan tetap bagi pihak yang berkompeten disebabkan karena latar belakang disiplin yang berbeda dengan penyusunan konsep pendapatan bagi pihak tertentu. Konsep pendapatan belum dapat dijelaskan secara universal oleh pemakai akuntansi, karena pemakai informasi laporan keuangan khususnya laporan laba rugi yang memuat tentang pendapatan berguna untuk masing

  • – masing pemakai laporan yang berbeda-beda tergantung dari sudut mana ia memandang.

  Pendapatan tetap dalam laporan keuangan harus diukur dengan nilai wajar yang diterima atau dapat diterima, dengan demikian informasi yang diberikan dalam laporan keuangan menjadi lebih jelas. Dalam melaksanakan operasi perusahaan, pendapatan tetap merupakan salah satu elemen utama yang harus diperhatikan agar kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang diinginkan perusahaan. Pendapatan tetap terdiri dari aset tetap berwujud dan aset tetap tidak berwujud. Pendapatan tetap bersifat permanen yakni dapat dipergunakan lebih dari satu tahun atau dari satu siklus akuntansi.

2.2.3.3 Nilai buku ekuitas

  Nilai buku secara harafiah berarti nilai bisnis menurut pembukuannya atau laporan keuangannya. Dalam hal ini, nilai buku diperhitungkan dari laporan neracanya, dan itu adalah selisih antara total aset sebuah perusahaan dengan total utang. Selain nilai lembar per saham terdapat nilai buku per saham (book value per share). Ini menunujukkan ekuitas yang dimiliki pemegang saham biasa dalam aset bersih perusahaan dari kepemilikan setiap lembar saham. Ingatlah bahwa aset bersih perusahaan harus sama dengan total ekuitas.

  Nilai buku ekuitas menggambarkan jumlah buku ekuitas pemegang saham yang dilaporkan dan dikurangi oleh saham preferen dan dilaporkan dalam neraca perusahaan. Cara menghitung nilai buku ekuitas adalah dengam menjumlahkan akun ekuitas saham biasa dikurangi klaim yang didahulukan, seperti dividen saham preferen. Unsur-unsur nilai buku adalah: a.

  Modal dasar untuk memulai perusahaan ditambah dengan jumlah saham tambahan dikurangi biaya atas saham yang diperoleh kembali.

  b.

  Akumulasi laba ditahan c. Penyesuaian akuntansi

2.2.3.4 Investasi

  Kata investasi merupakan berasal dari bahasa Inggris, yaitu investment yang memiliki arti menanam. Investasi merupakan proses mengelola suatu aset yang dapat memberikan suatu hasil investasi di kemudian hari. Investasi adalah modal perusahaan dalam bentuk aset seperti plant and equipment dan aset tersebut dapat menghasilkan pendapatan dan arus kas (cash flow). Penggeluaran modal yang diinvestasikan dalam suatu proyek oleh perusahaan akan menentukan arah strategi dari perusahaan sehingga dapat menghasilkan suatu return yang maksimal bagi perusahaan. Manajemen perusahaan bertugas untuk memaksimalkan nilai perusahaan (value of the firm) dari perusahaan. Dengan memaksimalkan nilai perusahaan maka pemegang saham juga akan menerima hasil dari investasinya tersebut.

  Investasi adalah penanaman modal (baik modal tetap maupun modal tidak tetap) yang digunakan dalam proses produksi untuk memperoleh keuntungan suatu perusahaan (Sumastuti, 2006). Secara umum investasi adalah menanamkan uang atau jasa untuk memperoleh pendapatan usaha, investasi dilakukan untuk pelaksanaan proyek-proyek. Kegiatan proyek selalu dibutuhkan oleh negara yang sedang membagun proyek itu sendiri dalam hal ini merupakan unit operasi membangun yang diharapkan dapat meningkat.

  Pengertian investasi telah dicoba dijelaskan oleh beberapa penyusun literatur diantaranya : Seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2005:284), “Investasi atau penanaman modal (capital expenditure) adalah pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Dari devinisi tersebut bahwa investasi dilakukan untuk jangka waktu yang lama atau jangka waktu yang sebentar yang nantinya di harapakan mampu menghasilkan keuntungan yang nantinya bisa dijadikan sebagai patokan dalam membandingkan atas keberhasilan investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan karena pada umumnya perusahaan melakukan investasi dalam jumlah yang besar pada berbagai aktiva tetap”.

  Sedangkan menurut Kusnadi dalam bukunya Pengantar Bisnis (2005:407) menyatakan bahwa investasi adalah: ”Segenap pengeluaran sumber dana untuk memperoleh barang modal (capital expenditure

  )”. Menurut Kusnadi (2005:107) tujuan investasi adalah sebagai berikut :

  ”Tujuan investasi setidak-tidaknya ditujukan untuk mempertahankan tingkat kapasitas produksi yang telah dicapainya, karena barang modal seperti bangunan, peralatan, mesin, kendaraan dan lain sebagainya akan mengalami penurunan kemampuan dalam menghasilkan barang dan jasa (produksi) dengan lewatnya waktu, maka akan mempertahankan kapasitas yang ada, investasi mutlak untuk dilakukan dan apabila investasi tidak dilakukan maka kapasitas produksi akan mengalami penurunan dan akan mengakibatkan tidak dapat dipenuhinya kebutuhan masyarakat”.

  Dari definisi-definisi di atas maka penulis menyimpulkan pengertian investasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menyalurkan atau menanamkan dana atau modal pada saat ini dengan tujuan untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang.

  Mengingat bahwa aktiva tetap mengambarkan jumlah pengeluaran atau investasi yang besar, maka harus cukup banyak mendapatkan perhatian yang diberikan sehubungan dengan keputusan-keputusan yang diambil, tidak hanya yang berkenaan dengan pembelian suatu aktiva tetapi juga pengeluaran- pengeluaran selanjutnya yang diperlukan oleh aktiva tetap tersebut. Pengeluaran- pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan dengan harapan bahwa pengeluaran tersebut akan memberikan manfaat atau hasil dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.

  Proyek investasi dapat digolongkan berdasarkan pengaruh dalam proses keputusan investasi (Dayananda, 2005:47):

1. An independent project

  Penerimaan atau penolakan yang tidak saling berhubungan langsung dengan penolakan proyek lain.

2. Mutually exclusive Dua atau lebih proyek tidak dapat dilaksanakan secara serentak.

  Penerimaan terhadap suatu proyek menyebabkan penolakan terhadap proposal proyek alternatif.

  3. A contingent project Penerimaan atau penolakan yang bergantung pada keputusan menerima atau menolak satu atau lebih proyek yang lain.

2.2.3.5 Hutang

  Menurut Hanafi (2004:29) mengungkapkan bahwa : “Hutang didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang mungkin timbul dimasa mendatang dari kewajiban organisasi sekarang untuk mentransfer asset atau meberikan jasa kepihak lain di masa mendatang, sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu” (Mamduh. M. Hanafi, 2004 :29)

  Menurut Munawir (2004:18), “Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasa l dari kreditor”. (S.

  Munawir, 2004:18) Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak-pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal suatu perusahaan. Hutang terdiri atas hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang tidak lancar (hutang jangka panjang).

  Menurut Nurwahyudi dan Mardiyah (2004) bahwa Hutang adalah pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan perusahaan di masa yang akan datang karena tindakan atau transaksi sebelumnya.” Pengorbanan ekonomi dapat berbentuk uang,aktiva,jasa-jasa atau dilakukannya pekerjaan tertentu. Hutang mengakibatkan adanya ikatan yang memberikan hak kepada kreditur untuk mengklain aktiva perusahaan.

  Kebijakan hutang merupakan kebijakan pendanaan yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dalam rangka memperoleh sumber pendanaanuntuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Kebijakan hutang juga merupakan salah satu kebijakan pendanaan yang berasal dari eksternal perusahaan. Kebijakan hutang memiliki pengaruh pendisiplinan perilaku manajer. Hutang akan mengurangi agency conflict dan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang meningkatkan leverage sehingga meningkatkan kemungkinan kesulitan- kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Kekhawatiran akan kebangkrutan mendorong manajer agar efisien, sehingga memperbaiki biaya agensi. Hutang memaksa perusahaan membayar pokok hutang dan bunga sehingga mengurangi

  

free cash flow dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan

diri sendiri.

  Kebijakan hutang sering diukur menggunakan debt to equity ratio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin tinggi level hutang perusahaan, maka kemungkinan resiko keuangan dan kegagalan perusahaan juga akan semakin tinggi. Oleh karena itu, semakin rendah tingkat level hutang perusahaan akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Peningkatan level hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima. Tingkat level hutang yang rendah diharapkan dapat mengurangi resiko keuangan dan tingkat kebangkrutan perusahaan.

2.2.3.6 Arus Kas bersih operasional

  Dalam laporan arus kas perusahaan, aktivitas penerimaan kas dan pembayaran kas digolongkan menjadi tiga yaitu aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Aktivitas operasi mencakup pengaruh kas dari transaksi yang menghasilkan pendapatan dan beban yang kemudian dimasukkan dalam penentuan laba. Sumber kas ini umumnya dianggap sebagai ukuran terbaik dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana yang cukup guna terus melanjutkan usahanya (Weygandt, et al., 2008:324).

  Arus kas dari kegiatan operasi (cash flow from operating activities) adalah arus kas yang berasal dari transaksi yang memengaruhi laba bersih. Contohnya transaksi yang mencakup pembelian dan penjualan barang (Revee, et al., 2010:263). Menurut Ardiyos (2010:654), arus kas operasi adalah laba sebelum bunga dan penyusutan dikurangi pajak. Merupakan suatu ukuran atas kas/uang tunai yang dihasilkan dari operasi, namun tidak menghitung belanja modal atau kebutuhan modal kerja.

  Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi dalam PSAK No. 2

  paragraf 14 (IAI, 2009) adalah sebagai berikut: a. Penerimaan kas dari penjualan barang dan pembelian jasa; b. Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi, dan pendapatan lain; c. Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; d. Pembayaran kas dan untuk kepentingan karyawan; e.

  Penerimaan dan pembayaran kas oleh entitas asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat polis lainnya; f.

  Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus sesuai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi; g. Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan atau diperjanjikan (dealing).

  Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan sehingga arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar.

  Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan (IAI, 2009). Karena transaksi dan peristiwa atau kejadian yang efeknya ikut dipertimbangkan dalam penentuan laba-rugi operasi menjadi kategori aktivitas operasi, penerimaan kas dari penjualan dan/atau penyerahan jasa akan merupakan bagian terpenting dari arus kas masuk bagi perusahaan secara umum, sedangkan penerimaan kas yang lain dapat berasal dari pendapatan bunga, dividen, dan pendapatan lain-lain yang sejenis. Bagian penting dari arus kas keluar meliputi pembelian persediaan, biaya gaji dan upah karyawan, utilitas, sewa, dan dapat juga berupa biaya lain sejenis seperti bunga dan pajak. Jumlah neto dari kas yang diperoleh dari dan digunakan untuk melakukan aktivitas operasi perusahaan harus ditunjukkan dalam laporan arus kas (Harnanto, 2002: 131).

  Informasi dari arus kas yang umumnya diberi perhatian lebih oleh para pengguna adalah besarnya angka dari arus kas operasi perusahaan. Hal ini didukung oleh PSAK No. 2 paragraf 12, yang menyatakan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi ini merupakan indikator utama untuk menentukan apakah kegiatan operasi suatu perusahaan mampu menghasilkan arus kas yang cukup untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan serta membayar pinjaman dan dividen tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Informasi arus kas juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai entitas karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.

  Arus kas operasi menjadi perhatian penting, mengingat bahwa dalam jangka panjang untuk kelangsungan hidup suatu bisnis harus menghasilkan arus kas bersih yang positif dari aktivitas operasi. Arus kas bersih yang positif menunjukkan bahwa perusahaan memiliki pembiayaan yang cukup. Apabila suatu perusahaan memiliki arus kas negatif dari aktivitas operasi, maka tidak akan dapat meningkatkan kas dari sumber lain dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari penghasilan atau pendapatan utama perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.

2.5 Penelitian Terdahulu

  Penelitian ini juga pernah di angkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk mempelajari penelitian- penelitian terdahulu atau sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini.

  Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini adalah Samira Honarbakhsh, Hamid Birjandi and Masound Birjandi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “The Effects of Dividend Policy on Market Value on

  CompaniesListed In Tehran Stock Exchange

  ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aset keuangan, pendapatan tetap, nilai buku ekuitas, hutang, investasi dan arus kas operasional terhadap nilai pasar perusahaan berpengaruh secara signifikan dan positif.

  Nusa Muktiadji dan Felicia (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar Perusahaan

  ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebijakan Dividen berpengaruh signifikan terhadap Nilai Intrinsik dan nilai pasar perusahaan.

  Sedangkan Sujata Kapoor (2009) dalam penelitiannya yang berjudul

  “Impact of

dividend policy on shareholders’ value: a study of indian firms.” Hasil penelitian

  menunjukkan bahwa: IT, FMCG dan sektor jasa berpengaruh positif dan signifikan baik parsial maupun simultan terhadap nilai pasar perusahaan signifikan baik parsial maupun simultan terhadap nilai pasar perusahaan.

  Selanjutnya Rosiana Yolanda (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh laba akuntansi, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar perusahaan pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek di Indonesia

  ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laba akuntansi, arus kas

  2 = Nilai pasar

  .

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa aset keuangan, pendapatan tetap, nilai buku ekuitas, hutang, investasi dan arus kas operasional terhadap nilai pasar perusahaan secara signifikan dan positif.

  2 Nusa Muktiadji dan Felicia

  Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar Perusahaan

  Independen:

  X

  1 = Kebijakan

  dividen Variabel dependen yaitu: Y

  1 = Nilai

  intrinsic Y

  perusahaan Populasi dalam penelitian ini mengambil data selama 5 tahun terakhir .

  operasi bersih Dependen yaitu: Nilai pasar perusahaan

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebijakan Dividen berpengaruh signifikan terhadap Nilai Intrinsik dan nilai pasar perusahaan

  3 Sujata Kapoor

  Impact of dividend policy on shareholders’

  Independen :

  X

  1

  = Sektor IT

  X

  2

  = FMCG (Fast Populasi dalam penelitian ini adalah Periode

  Populasi dalam penelitian ini mengambil data selama 5 tahun terakhir

  6 = Arus kas

  operasi dan nilai buku ekuitas tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. Euis Soliha dan Taswan (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kebijakan hutang terhadap nilai pasar perusahaan.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan dan hutang pengaruh yang signifikan terhadap nilai pasar perusahaan.

  X

  Tinjauan peneliti terdahulu dapat dilihat pada tabel II.1 sebagai berikut.

Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu

  No Nama Peneliti

  Judul Penelitian Variabel Populasi Hasil Penelitian

  1 Samira Honarbakhsh, Hamid Birjandi and Masound Birjandi

  The Effects of Dividend Policy on Market Value on CompaniesListed In Tehran Stock Exchange

  Independen yaitu:

  X

  1 = Asset

  keuangan

  2

  X

  = Pendapatan tetap

  X

  3 = Nilai buku

  ekuitas

  X

  4

  = Utang

  X

  5

  = Investasi perusahaan

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa: IT, value: a study of indian firms Moving Consumer Goods)

  X

  3 = Nilai buku

  Menurut Sugiyono (2003 : 56) Kerangka konseptual merupakan kerangka mengenai konsep masalah yang sedang dibahas agar penelitian menjelaskan konsep yang dipakai agar terjadi pemahaman yang sama antara peneliti dan pembaca penelitian.

  Sumber : data diolah (2015)

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, tingkat profitabilitas, ukuran perusahaan dan hutang pengaruh yang signifikan terhadap nilai pasar perusahaan

  Populasi dalam penelitian ini seluruh perusahaan manaufaktur yang telah go publik sejak 1993 hingga 1997

  INSD= Kepemilikan Manajerial PROFIT= Tingkat Profitabilitas Perusahaan SIZE=Ukuran Perusahaan DEBT= hutang Variabel Dependen : PBV= Nilai pasar Perusahaan

  Independen yaitu:

  5 Euis Soliha dan Taswan Pengaruh Kebijakan hutang terhadap nilai pasar perusahaan

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa laba akuntansi, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai pasar perusahaan

  Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI 2004-2007

  ekuitas Dependen : Y = Nilai pasar perusahaan

  X

  3 = Sektor Jasa

  operasi

  2 = Arus kas

  X

  = Laba akuntansi

  1

  X

  Independen :

  Pengaruh laba akuntansi, arus kas operasi dan nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar perusahaan pada perusahaan- perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek di Indonesia

  4 Rosiana Yolanda

  2001 sampai dengan 2008 FMCG dan sektor jasa berpengaruh positif dan signifikan baik parsial maupun simultan terhadap nilai pasar perusahaan

  Dependen : Y = Nilai pasar perusahaan

2.6 Kerangka Konseptual

  Ukuran perusahaan memainkan peranan dalam menjelaskan rasio pembayaran dividen dalam perusahaan. Perusahaan yang besar cenderung lebih

  

mature dan mempunyai akses yang lebih mudah dalam pasar modal. Hal tersebut

  akan mengurangi ketergantungan mereka pada pendanaan internal, sehingga perusahaan akan memberikan pembayaraan dividen yang tinggi. Oleh karena itu, semakin besar ukuran perusahaan, kebijakan dividen yang diambil terhadap besarnya dividen yang dibayarkan semestinya juga ikut meningkat

  Penelitian ini menguji bagaimana faktor kebijakan dividen dengan asset keuangan, pendapatan tetap, nilai buku ekuitas, investasi, hutang dan arus kas bersih operasional sebagai variabel indikatornya berpengaruh terhadap nilai pasar perusahaan.

  Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut :

  Kebijakan Dividen H1

  Aset Keuangan (X )

1 Pendapatan tetap

  H2 (X

  2 )

  Nilai buku ekuitas H3

  (X

  3 )

  Nilai Pasar H4

  Investasi Perusahaan

  (X )

  4 H5

  Hutang (X )

  5 H6

  Arus kas bersih operasional (X

  6 )

  H7

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

  Sumber : Hasil Pengolahan Penulis

2.7 Hipotesis

  Menurut Noor (2013), hipotesis berasal dari kata yaitu hipo (belum tentu benar) dan tesis (kesimpulan). Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui hasil penelitian. Adapun hipotesis dari permasalahan di atas adalah : H1 : Aset keuangan berpengaruh signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. H2 : Pendapatan tetap berpengaruh signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. H3 : Nilai buku ekuitas berpengaruh signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. H4 : Investasi berpengaruh signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. H5 : Hutang berpengaruh signifikan terhadap nilai pasar perusahaan. H6 : Arus kas bersih operasional berpengaruh signifikan terhadap nilai pasar perusahaan.

  H7 : Aset keuangan, pendapatan tetap, nilai buku ekuitas, investasi, hutang dan arus kas operasional berpengaruh signifikan secara parsial maupun simultas terhadap nilai pasar perusahaan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kebijakan Dividen Perusahaan Terhadap Nilai Pasar Perusahaan Pada Perusahaan Investasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

4 73 97

Pengaruh Kinerja Keuangan,Struktur Modal ,Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Pada Peruhaan Yang Terdaftar Di BEI

17 97 109

Analisis Pengaruh Kinerja Arus Kas, Profitabilitas Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 59 82

Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Nilai Pasar Saham Perusahaan Industri Manufaktur Terbuka Di Bursa Efek Indonesia

0 19 122

Kebijakan Dividen Dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Food And Beverages Di Bursa Efek Indonesia

1 12 151

Pengaruh Keputusan Investasi Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2013

3 24 72

Pengaruh Struktur Modal Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Semen Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2010

0 13 151

Pengaruh Rasio Hutang Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Penelitian Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Sub Sektor Kimia Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 6 114

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Nilai Perusahaan - Pengaruh CAMEL & Indeks Corporate Governace Terhadap Nilai Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal - Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Makro Ekonomi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate Di Bursa Efek Indonesia

0 0 14