Revitalisasi Pasar Tradisional di Tengah

Revitalisasi Pasar
Tradisional Di Tengah
Arus Pasar Modern
PAPER TEORI PERUBAHAN SOSIAL
MAHFUZI IRWAN & DIDIK KURNIAWAN
PRODI PENDIDIKAN NONFORMAL – PROGRAM PASCASARJANA UNY 2016
Perkembangan pasar modern telah banyak menggusur keberadaan pasar tradisional yang secara jelas
bahwa pasar tradisional memiliki kekuatan atau ketahanan dalam menghadapi krisis ekonomi. Adanya
pasar tradisional telah banyak berperan dalam pembangunan sosial ekonomi sehingga perlu
menapatkan perhatian agar perannya tetap ada dalam dunia perekonomian. Untuk itu perlu adanya
pembatasan pada pembangunan pasar modern agar tidak mematikan pasar tradisional. Dan yang paling
penting adalah revitalisasi pasar tradisional sebagai upaya mewujudkan pembangunan berkeadilan.

BAB I
PENDAHULUAN

Menjamurnya pasar modern, dari minimarket hingga supermarket mulai dari daerah
perkotaan hingga perkampungan di berbagai daerah membuat kalangan pedagang pasar
tradisional makin terjepit. Pedagang mengaku sulit bersaing karena selain barang dagangan yang
beragam, harga yang ditawarkan di pasar modern pun saat ini tergolong murah. Diduga
menurunnya daya beli masyarakat di pasar tradisional selama ini akibat konsumen lebih suka

memilih belanja di pasar modern, ketimbang di pasar tradisional. Selama ini pasar tradisional
distigmakan dengan kondisi pasar yang becek dan bau, tawar-menawar yang rumit, tidak aman,
risiko pengurangan timbangan, penuh sesak, dan sejumlah alasan lainnya.
Padahal, pasar tradisional juga masih memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki
pasar modern, di antaranya adalah masih adanya kontak sosial saat tawar-menawar antara
pedagang dan pembeli. Tidak seperti pasar modern yang memaksa konsumen untuk mematuhi
harga yang sudah dipatok. Bagaimanapun juga pasar tradisional lebih menggambarkan denyut
nadi perekonomian rakyat kebanyakan. Di tempat itu, masih banyak orang yang
menggantungkan hidupnya, mulai dari para pedagang kecil, kuli panggul, hingga pedagang
asongan. Berdasarkan permasalahan yang ada tersebut dalam paper ini ini kita akan membahas
bagaimana revitalisasi fungsi pasar dalam meningkatkan sosial perekonomian di Indonesia dan
bagaimana cara untuk lebih meningkatkan mutu dari pasar tradisional agar dapat bersaing
dengan pasar modern.
Ini merupakan fenomena perubahan sosial yang terjadi di lingkungan tempat tinggal kita,
setiap desa dan kota pasti memiliki pusat perbelanjaan baik itu pasar tradsional maupun pasar
modern yang sifatnya lebih terkesan mewah. Para pedagang yang bergantung dari pasar
tradisional mulai sesak napas melihat persaingan yang ada. Tentunya hal tersebut perlu ditangani
agar proses pembangunan lebih terasa adil. Pedagang tradisional masih memiliki pedagangpedagang yang setia, di satu sisi pasar modern dibutuhkan untuk kemajuan perekonomian suatu
daerah. Banyak cara yang bisa dilakukan,salah satunya dengan pendekatan pendidikan
nonformal.


1

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Latar Belakang Masalah
Perkembangan pasar di Indonesia terus mengalami peningkatan, khususnya pasar

modern. Jumlah pasar modern di Indonesia mencapai 23.000 unit. Jumlah tersebut mengalami
peningkatan sebesar 14 % dalam Tiga tahun terakhir (Kemendag.2014). apabila dirincikan,
jumlah pasar modern tersebut dibagi ke beberapa kategori maka pasar modern ada 23.000
dengan rincian14.000 lebih merupakan Minimarket sedangkan 9000 adalah Supermarket
(Kompas.2014). Angka yang cukup besar dalam perkembangan pasar. Sehingga tidak jarang
terlihat di hampir seluruh perkotaan, bahkan pedesaan minimarket-minimarket berjejer
disepanjang jalan. Namun berbeda halnya dengan pasar tradisional, tidak seperti pasar
modernyang mengalami peningkatan jumlahnya, pasar tradsional justru mengalami penurunan.
Berdasarkan survei AC Nielsen tahun 2013 jumlah pasar rakyat berjumlah 13.550 menurun

menjadi 13.450 di tahun 2009 dan pada tahun 2011 menurun menjadi 9.950 (Antara News
desember 2014). Data ini membuktkan bahwa ternyata semakin berkembang dan meningktanya
jumlah pasar modern semakin menurun pula jumah pasar tradisonal/pasar rakyat. Ini menjadi
ketimpangan social bagi para pedagang, khususnya pedagang pasar tradisional. Hal tersebut
diperkuat dengan angka perbandingan pertumbuhan pasar rakyat di Indonesia terus mengalami
penurunan sebesar 8,1 % sementara pasar modern tumbuh 31,4 %. Sungguh perbandingan yang
luar biasa. Hal ini tentu berdampak dengan kesejahteraan masyarakat yang bermata pencaharian
pedagang pasar tradisonal akan mengalami penyempitan lahan konsumen. Berdasarkan data
pada tahun 2011 sebanyak 12,5 % penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai pedagang
pasar rakyat atau setara 30 Juta Jiwa.
Jenis Pasar

Tahun 2014

Pertumbuhan

Pasar Modern

23.000 Unit


31,4 %

Pasar

9.950 Unit

- 8,1 %

Rakyat/Tradisional

Sumber : Kemendag 2014
2

Di Kota Yogyakarta terdapat sekitar 14 toko modern sementara jumlah pasar tradisional
sebanyak 32 buah (Tribun Jogja, 2012). Dengan munculnya berbagai macam toko modern
seperti Indomaret, Alfamart dan Circle K yang telah menjamur di seluruh wilayah
Yogyakarta

memberikan berbagai dampak baik positif maupun negatif


Kota

bagi masyarakat.

Dampak positif yang diberikan antara lain mempermudah akses masyarakat mendapatkan barang
konsumsi

yang mereka butuhkan karena minimarket memiliki kelengkapan barang-barang

kebutuhan sehari-hari. Selain itu letaknya yang berada dekat dengan pemukiman maupun akses
jalan membuat minimarket mudah dijangkau. Hal lain yang berkitan dengan dampak positif yang
diberikan minimarket adalah fasilitas yang nyaman dan bersih, harga-harga yang terjangkau dan
seringnya diskon maupun potongan-potongan harga terhadap produk-produk tertentu. Dalam hal
penciptaan lapangan pekerjaan, minimarket dapat menambah peluang kerja bagi masyarakat
yang pada akhirnya mampu meningkatkan penghasilan dan mengurangi pengangguran.Selain
dampak-dampak positif yang telah disebutkan di atas, maraknya pasar modern juga memberikan
berbagai dampak negatif bagi masyarakat.
Dampak negatif yang utama dengan munculnya ritel modern adalah mematikan pasar
dan ritel tradisional. Persaingan keberadaan pasar tradisional maupun toko kebutuhan sehari-hari
(toko kelontong) tradisional muncul


karena fasilitas, kenyamanan maupun pelayanan dari

minimarket yang lebih baik sehingga membuat konsumen lebih memilih ritel modern tersebut.
Hal ini jelas dapat mematikan keberadaan pasar dan warung tradisional yang jumlahnya lebih
besar dan menyangkut hajat hidup masyarakat yang lebih luas. Penurunan omset yang didapat
penjual pasar

warung tradisional akan berkurang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan

sebelum munculnya minimarket di sekitar mereka.
Persaingan antara pasar modern dengan pasar tradisional semakin tak terkendali akhirakhir ini di Kota Yogyakarta.

Di Kota Yogyakarta terdapat sekitar 14 toko modern sementara

jumlah pasar tradisional sebanyak 32 buah (Tribun Jogja, 2012). Dengan munculnya berbagai
macam toko modern seperti Indomaret, Alfamart dan Circle K yang telah menjamur di seluruh
wilayah Kota Yogyakarta memberikan berbagai dampak baik positif maupun negatif bagi
masyarakat. Dampak positif yang diberikan antara lain mempermudah akses masyarakat
mendapatkan barang konsumsi yang mereka butuhkan karena minimarket memiliki kelengkapan

barang-barang kebutuhan sehari-hari. Selain itu letaknya yang berada dekat dengan pemukiman

3

maupun akses jalan membuat minimarket mudah dijangkau. Hal lain yang berkitan dengan
dampak positif yang diberikan minimarket adalah fasilitas yang nyaman dan bersih, harga-harga
yang terjangkau dan seringnya diskon maupun potongan-potongan harga terhadap produkproduk tertentu.
Dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan, minimarket dapat menambah peluang kerja bagi
masyarakat yang pada akhirnya mampu meningkatkan penghasilan dan mengurangi
pengangguran.Selain dampak-dampak positif yang telah disebutkan di atas, maraknya pasar
modern juga memberikan berbagai dampak negatif bagi masyarakat. Dampak negatif yang
utama dengan munculnya ritel modern adalah mematikan pasar dan ritel tradisional. Persaingan
keberadaan pasar tradisional maupun toko kebutuhan sehari-hari (toko kelontong) tradisional
muncul

karena fasilitas, kenyamanan maupun pelayanan dari minimarket yang lebih baik

sehingga

membuat konsumen lebih memilih ritel modern tersebut.


mematikan keberadaan pasar dan

Hal ini jelas

dapat

warung tradisional yang jumlahnya lebih besar dan

menyangkut hajat hidup masyarakat yang lebih luas. Penurunan omset yang didapat penjual
pasar

warung tradisional akan berkurang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sebelum

munculnya minimarket di sekitar mereka
B.

Pengertian Pasar
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan


infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan
imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang
fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang
memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran. Persaingan sangat penting dalam
pasar, dan memisahkan pasar dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan,
tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada
setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis,
lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan.
Beberapa contoh termasuk pasar petani lokal yang diadakan di alun-alun kota atau tempat parkir,
pusat perbelanjaan dan pusat perbelanjaan, mata uang internasional dan pasar komoditas, hukum
menciptakan pasar seperti untuk izin polusi, dan pasar ilegal seperti pasar untuk obat-obatan
terlarang. Dalam ilmu ekonomi mainstream, konsep pasar adalah setiap struktur yang
4

memungkinkan pembeli dan penjual untuk menukar jenis barang, jasa dan informasi. Pertukaran
barang atau jasa untuk uang adalah transaksi.
C.

Revitalisasi Pasar
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota


yang dulunya pernah vital hidup akan tetapi mengalami kemunduran dan degradasi. Proses
revitalisasi sebuah kawasan atau bagian kota mencakup perbaikan aspek fisik dan aspek ekonomi
dari bangunan maupun ruang kota. Revitalisasi fisik merupakan strategi jangka pendek yang
dimaksudkan untuk mendorong terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi jangka panjang.
Revitalisasi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik (termasuk juga ruang ruang publik)
kota, namun tidak untuk jangka panjang. Melihat fungsi dan peran pasar tradisional yang
strategis dalam peningkatan pendapatan dan penyerpan tenaga kerja, maka dalam pembangunan
sector perdagangan merupakan salah satu program prioritas yang telah dikembangkan mulai
tahun 2004-2009 merupakan Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri.
Program tersebut secara simultan dan sinergis akan terus dikembangkan untuk memperkuat pasar
dalam negeri melalui pemantapan suplai serta menjaga kelancaran dan efisiensi distribusi barang
kebutuhan masyarakat di berbagai wilayah tanah air.
Dibalik peran pasar tradisional yang strategis tersebut diperlukan upaya-upaya dalam
rangka meningkatkan daya saing pasar tradisional yang identik dengan sebuah lokasi
perdagangan yang kumuh, semrawut, kotor dan merupakan sumber kemacetan lalu lintas. Citra
Pasar Tradisional yang kurang baik tersebut sudah semestinya mendapat perhatian yang cukup
besar karena didalamnya terkait dengan hajat hidup orang banyak. Pembenahan Pasar
Tradisional menjadi tempat belanja yang bercitra positif adalah suatu tantangan yang cukup
berat dan harus diupayakan sebagai rasa tanggung jawab kepada publik. Pembenahan pasar

tradisional tentu saja bukan hanya tugas pemerintah tetapi juga masyarakat, pengelola pasar dan
para pedagang tradisional untuk bersinergi menghapus kesan negatif tersebut sehingga pasar
tradisional

masih

tetap

eksis

di

tengah

persaingan.

(http://pasartradisional.balidenpasartrading.com/index.php?r=statispage/view&id=2 diakses pada
01 Juni 2016).
Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa
tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal - hal sebagai berikut.

5

1.

Intervensi fisik

Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan khususnya
dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Intervensi fisik
mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan
peningkatan

kualitas

dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, system

tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan (urban realm). Isu lingkungan (environmental
sustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya

memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran
jangka panjang.
2.

Rehabilitasi ekonomi

Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi
kegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development), sehingga mampu
memberikan nilai tambah bagi kawasan kota (P. Hall/U. Pfeiffer, 2001).
Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses
rehabilitasi

kegiatan

ekonomi.

Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi

campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru).
3. Revitalisasi sosial/institusional
Revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang
menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat beautiful place. Kegiatan tersebut harus
berdampak

positif

masyarakat/warga

serta

(public

dapat
realms).

meningkatkan dinamika

dan

kehidupan

sosial

Kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk

menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu
didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik.
D.

Pasar Tradisional merupakan sektor informal
Konsep sektor informal pertama kali muncul di dunia ketiga, yaitu ketika dilakukan

serangkaian penelitian tentang pasar tenaga kerja perkotaan di Afrika. Keith Hart dalam Damsar
(1997:158), orang yang memperkenalkan pertama kali konsep tersebut pada tahun 1971,
mengemukakan bahwa penyelidikan empirisnya tentang kewiraswastaan di Acca dan kota-kota
lain Afrika bertentangan dengan apa yang selama ini diterima dalam perbincangan tentang
pembangunan ekonomi. Sektor informal adalah aktifitas ekonomi yang mengambil tempat di luar

6

norma formal dari transaksi ekonomi yang dibentuk oleh Negara dan dunia bisnis. Sector
informal tidak berarti illegal. Secara umum, istilah sector informal mengacu pada usaha kecil
atau mikro yang dikelola secara individual atau keluarga. (O’Hara, 2001).
Adapun karakteristik sektor informal meliputi :
1. Mudah untuk dimasuki atau dilakukan
2. Bergantung pada sumberdaya asli/yang ada di sekitarnya
3. Kepemilikan usaha oleh keluarga
4. Lingkup usaha berskala kecil
5. Padat kerja dan mengadopsi tekhnologi sederhana
6. Keahlian yang dibutuhkan bukan berasal dari system sekolah formal
7. Tidak mengikuti aturan dan pasar yang kompetitif
8. Unit kerja/usaha berada di luar jangkauan admistrasi formal yang mencakup sektor formal.
9. Kebutuhan modal relatif kecil (http://blog.ui.edu/teguh1 diakses tanggal 01-06-2016).

E.

Kendala Dalam Pengelolaan Revitalisasi pasar Tradisional

Adapun beberapa kendala yang dihadapi dalam pengelolaan revitalisasi pasar tradisional
ialah sebagai berikut:
1. Sumber Daya Manusia, baik para pegawai Dinlopas maupun pedagangnya.

Kebanyakan

pendidikan masih belum memadai dan bekerja seperti yang dipahami saja tanpa adanya etos
kerja dan profesionalitas.
2. Fasilitas yang masih kurang seperti kamar mandi umum dan lahan parkir. Proses transaksi
tanpa memperdulikan adannya keperluan umum yang seharusnya disediakan sebagai layanan
penunjang belum disediakan.
3. Pasar tradisional merupakan pusat ekonomi rakyat yang orientasinya adalah pelayanan, bukan
untuk bisnis.

7

F.

Program yang dapat dilaksanakan untuk kegiatan
Untuk menjalan program yang tujuannya memperbaiki pasar tradisional apabila diilihat

dari aspek pendidikan khususunya pendidikan nonformal ada beberapa hal yang bisa untuk
dijadikan sebagai contoh, sebagai berikut:
1.

Pengembangan sumber daya manusia manusia.

Pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
terutama dalam merevitalisasi kesiapan pasar tradidional agar mampu bersaing secara sehat dan
mempunyai kemampuan dalam menghadapi kemajuan dan tantangan ke depan. Perlu diadakan
pelatihan dan pembinaan. Pelatihan dan pembinaan ini khusus pegawai yang berada dalam
naungan Dinas Pengelola Pasar yang nantinya akan mengelola pasar tradisional.
Adapun pembekalan dalam bentuk pelatihannya meliputi:




Rapat rutin internal setiap pagi sesudah apel.



Selasa.



Outbond.



Aplikasi Touch Screen bagi petugas Administrator Touch Screen.





In-house training dalam enam bulan pertama dilaksanakan seminggu sekali setiap

Pelatihan yang diselenggarakan instansi terkait.

Pelatihan Aplikasi SIM HO, SIUP, TDP, Izin Penelitian, IMBB bagi operator. Pelatihan

Pelatihan Aplikasi Antrian bagi petugas pemandu antrian.
Pelatihan Aplikasi Pelayanan perizinan bagi petugas pendaftaran. (Dokumen
Pembentukan SINTAP (UPTSA/Dinas Perizinan Kota Yogyakarta dan



Implementasinya).



Perizinan bagi pejabat Struktural dan petugas lapangan Dinas Perizinan.



Pelatihan dan pengenalan Aplikasi Touch Screen, Aplikasi Antrian, Aplikasi Pelayanan

Pelatihan Teknisi Komputer dan Programmer Web bagi staff Bidang Sistem Informasi.
Pelatihan Pelayanan Prima badi karyawan Dinas Perizinan bekerjasama dengan Daya
Prosuremen Mandiri dan Asia Foundation (Dokumen Pembentukan SINTAP
(UPTSA/Dinas Perizinan Kota Yogyakarta dan Implementasinya).

8

Adapun agenda yang perlu disiapkan dalam rangka membina dan pengelola pedagang pasar
tradional meliputi:
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran.
2. Program Pemeliharaan Sarana Prasarana Kebersihan, Ketertiban dan Keamanan
Pasar.
3. Program Optimalisasi Pemanfaatan Lahan dan Pengelolaan Retribusi
4. Program Pengembangan Pasar (pemberdayaan pasar dan komunitas, pengembangan dan
pembuatan media promosi pasar).

G.

Teori Pembangunan Sosial

1.

Teori Kevin Lynch - Image of The City
Teori ini mempelajari tentang fisik yang terlihat maupun yang memiliki makna sosial di

dalam daerah tertentu, fungsinya, sejarah, atau bahkan dari namanya. Teori ini akan mengulas
tentang persoalan bentuk yang terlihat dan diambil bahwa dalam bentuk desain yang sebenarnya
harus digunakan untuk memperkuat makna dan tidak meniadakan sesuatu makna yang sudah ada
sebelumnya. (http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2. Diakses

hari

rabu pukul

05.28wib)
2.

Teori Modernisasi
Teori Pembangunan sosial menekankan bahwa pembangunan itu dari manusia untuk

manusia itu sendiri. Pokok pikiran dalam hal ini adalah : dalam proses pembangunan akan
menghasilkan hasil yang lebih besar apabila peran masyarakat lebih besar. Pembangunan
memerlukan 4 jenis infrastruktur, yaitu phisik, sosial, mental dan psikologis. Hal yang terpenting
dalam proses pembangunan adalah kemampuan manusia dalam berpikir. Dalam hal ini
revitalisasi pasar dimaksudkan memberikan cara pandang kontekstual, pengembangan mentalpikiran, intervensi fisik dan revitalisasi institusional. Hal ini dilakukan dalam rangka menguatkan
sekaligus pendayagunaan agar pasar tradisional menjadi daya tarik dan saling melengkapi
dengan pasar modern.

9

H.

Peran PLS

1.

Pendampingan terhadap Program Pengembangan Pasar

komunitas,

(pemberdayaan pasar dan

pengembangan dan pembuatan media promosi pasar). PLS menjadi fasilitator

pelaksanakan pendampingan dan mendukung pengembangan pasar dengan konsep komunitas
berbasis masyarakat dengan pengembangan, inovasi dan pembuatan promosi pasar tradisional
agar mampu menarik animo lebih luas.
2.

PLS mengembangkan SDM dengan pembelajaran hadap masalah, pendidikan orang

dewasa dan membekali pedagang dengan aktualisasi diri dan keterampilan berkomunikasi yang
baik, pola hidup sehat dan bersih serta mengembangkan SDM secara berkala dan efektif.
3.

Menyelenggarakan program dalam rangka mencerdaskan konsumen untuk belanja. Bisa

dengan pelatihan, workshop dan sebagainya.

10

BAB III
PENUTUP

a.

Kesimpulan

Perkembangan pasar modern telah banyak menggusur keberadaan pasar tradisional yang
secara jelas bahwa pasar tradisional memiliki kekuatan atau ketahanan dalam menghadapi krisis
ekonomi. Adanya pasar tradisional telah banyak berperan dalam pembangunan sosial ekonomi
sehingga perlu menapatkan perhatian agar perannya tetap ada dalam dunia perekonomian. Untuk
itu perlu adanya pembatasan pada pembangunan pasar modern agar tidak mematikan pasar
tradisional. Dan yang paling penting adalah revitalisasi pasar tradisional sebagai upaya
mewujudkan pembangunan berkeadilan. Selanjutnya Pemerintah dan Pemerintah Daerah baik
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai dengan bidang tugas masing-masing
melakukan pembinaan dan pengawasan Pasar dan Toko Modern.

b.

Saran
Hal-hal yangharus dilakukan baik oleh pasar tradisional maupun pasar modern adalah :

Pasar Tradisional :
1.

Mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk pemberdayaan;

2.

Meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola;

3.

Memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang Pasar Tradisional
yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi;

4.

Mengevaluasi pengelolaan.

Pasar Modern :

1.

Memberdayakan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dalam membina Pasar
Tradisional;

2.

Mengawasi pelaksanaan kemitraan

11

Keserasian keberadaan antara pasar tradisional dan pasar modern dapat membuat
pertumbuhan ekonomi makin berkembang pesat. Dengan adanya keserasian tersebut diharapkan
tidak akan terjadi lagi perebutan pelanggan. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut perlu
mendapatkan dukungan dan perhatian dari berbagai pihak. Mulai dari Pemerintah Daerah hingga
masyarakat itu sendiri. Apabila sudah terjalin kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah
dengan masyarakat maka akan dapat menciptakan kemudahan-kemudahan baik dari segi
permodalan maupun managemennya. Kestabilan pasar membuat lebih mudah memprediksi
arahan kedepan dalam perkembangan suatu usaha.

12

DAFTAR PUSTAKA

Nawawi, Hadari dan Martini Hadari, 1995, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Pres

Nugroho D. Rian 2003. Kebijakan Public: Formulasi, Implementasi. dan Evaluasi, Jakarta.
PTGramedia

Rozaki, Abdur, 2012, Pasar Tradisiona: dibawah Bayang-bayang Dominasi Peran Pasar
Modern, IRE, Yogyakarta

Wahab, Solichin 1997. Analisis Kebijaksanaan : Dari Formulasi ke lmplementasi
Kebijaksanaan Negara., Jakarta . Bumi Aksara..

Wahab, Solichin, 1998. Analisis Kebijakan Publik : Teori dan Aplikasinya. Malang. Fakultas
ltmu Administrasi Universitas Brawijaya.

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik : Teori, Proses dan Studi Kasus, Yogyakarta :
PT. Buku Seru

Zuhriyati, Erni, dkk 2012, Kepemimpinan Transformatif Dalam Inovasi Pemerintah di
Pemerintahan Kota Yogyakarta di Era Herry Zudianto, Working Paper No
001/JKSG/2012, JSKG School of Governement, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

13