Minimarket Matikan Pasar Tradisional docx

Selasa, 31 Januari 2012 08:00
Gesekan bisnis pasar tradisional dengan keberadaan minimarket
nampaknya menjadi perseteruan abadi. Di tengah ekspansi dan inovasi bisnis
minimarket yang menggurita, bisnis warung tradisional justru bernasib
sebaliknya. Sekjen Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Ngadiran
mengatakan perkembangan dan pertumbuhan gerai minimarket saat ini sudah
sangat mengkhawatirkan pedagang pasar. Selain mengalami penurunan omzet,
banyak pedagang atau warung tradisional harus gulung tikar.
APPSI mengklaim ada belasan ribu warung tradisional di Jakarta dan
Tangerang yang sudah tutup hingga awal tahun 2012 ini. Mereka umumnya
selama ini yang menjual barang-barang yang juga dijual di minimarket dan
berdekatan dengan minimarket."Adapun kios yang total tutup ada sebagai contoh
di Jakarta sudah lebih 10 ribu tutup dan Tangerang lebih 5.000 kios tutup di
Lampung & daerah lain juga sudah mulai banyak yang redup bahkan tutup
sehingga jadi PKL saja," katanya kepada detikFinance, Senin (30/1/2012). Ia
mengatakan dengan banyaknya warung yang tutup, berdampak langsung pada
omset pedagang pasar. Maklum saja, para pemilik warung menjadi konsumen
utama pedagang pasar, selain konsumen rumah tangga.
"Omzet warung turun cukup lumayan dan berdampak terhadap omzet
pedagang pasar karena warung belanja ke pedagang pasar untuk dijual," katanya.
Menurutnya pihak pedagang pasar bukan anti keberadaan minimarket, namun

perlu ada penataan zonasi yang ketat oleh pemerintah daerah (pemda). Sebab
selama ini di lapangan banyak minimarket yang berdiri saling berdekatan bahkan
saling menjatuhkan diantara mereka. "Mayoritas oknum pejabat pemda dubleg
maka tidak berpihak kepada pewarung UMKM dan pedagang pasar tradisional,
semestinya mereka kaji dan pahami UU No. 26 Tahun 2007 tentang tata ruang
sehingga harus ada perda tata ruang dulu baru dikaitkan dengan perizinan," tegas
Ngadiran.
Berdasarkan data 2011 soal populasi minimarket di DKI Jakarta sudah
mencapai 2.162 gerai. Dari jumlah itu sebanyak 1.383 tidak memiliki izin
lengkap, 712 tidak berizin, dan hanya 67 yang memiliki izin lengkap. Sementara

berdasarkan data Nielsen menyebutkan, awalnya total minimarket di 2005 hanya
mencapai 6.465 outlet, di 2006 bertambah menjadi 7.356 outlet, di 2007 sebanyak
8.889 outlet atau 0,5 % dari toko tradisional yang mencapai 1,9 juta toko.
Ambil contoh, hingga Desember 2009 Nielsen mencatat jumlah outlet
Indomaret bertambah menjadi 3.892 outlet dari tahun sebelumnya 3.093 outlet.
Alfamart mencapai 3.373 outlet naik dari tahun sebelumnya 2.779 outlet.
Rencananya tahun ini mereka akan menambah 1.000 gerai baru di seluruh
Indonesia.


Tujuan Analisis:
Praktik monopoli, kartel, oligopoli, merger, duopoli, persekongkolan dan
bahkan ada sebuah instansi yang saling mematikan. Cara bisnis demikian bukan
hanya menguntungkan dan merugikan pelakunya juga berdampak pada ekonomi
nasional. Penulis akan mendeskripsikan teori yang diangkat dari ketentuan
perundang-undangan persaingan usaha.
Masalah:
1. Ketertarikan konsumen pada minimarket sehingga warung dan toko-toko
kecil jarang dikunjungi.
2. Banyaknya minimarket yang tidak memiliki surat izin lengkap.
3. Letak minimarket yang saling berdekatan bahkan mereka saling
menjatuhkan.
4. Keberadaan minimarket menurunkan omset pasar tradisional yang
mengakibatkan pasar tradisional gulung tikar.
5. Perilaku komsumsif akibat banyaknya minimarket
Problem Solving:
1. Ketertarikan konsumen pada minimarket sehingga warung dan toko-toko
kecil jarang dikunjungi.
Sudah terlihat sangat jelas, bagaimana perbedaan antara minimarket
dengan warung atau toko biasa. Salah satunya bisa kita lihat dari “Pengaturan

penataan produk”. Sebuah minimarket memiliki penataan produk yang terbuka
dan teratur. Konsep terbuka merajuk pada kemudahan konsumen melihat setiap
produk yang dimiliki toko tersebut. Sedangkan konsep teratur merujuk pada
penataan yang terpola untuk setiap produk yang dijual, misalnya penataan produk
berdasarkan kategori, merek, ukuran produk dan sebagainya. Konsep terbuka dan
teratur ini akan membantu konsumen dengan cepat mencari produk yang menjadi
kebutuhannya, bahkan menciptakan impulse buying-pembelian yang tidak
direncanakan sebelumnya dan terjadi saat konsumen sedang berbelanja di sebuah
minimarket. (Michael:2010).

Begitu juga, ada variabel-variabel tertentu yang membuat konsumen lebih
tertarik pada minimarket dibanding warung atau toko-toko kecil, antara lain:


Variabel Produk

Kotler (1994:508) mendefinisikan produk sebagai segala sesuatu yang
dapat ditawarka ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau
dikonsumsikan sehingga dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan. Dalam
pengembangannya, minimarket menyediakan barang-barang lebih lengkap

dibanding dengan warung ataupun toko-toko kecil (Amirullah:2002)


Variabel Harga

Karena harga dapat secara langsung berkaitan dengan tiap-tiap macam
stategi pemasaran, maka minimarket memodifikasi harga kedalam 5 cara:
a)
b)
c)
d)
e)

Diskon Tunai (membayar tepat waktu)
Diskon Kuantitas (pembelian dalam jumlah besar)
Diskon Fungsional (diskon khusus pada anggota saluran)
Diskon Musiman (membeli pada luar musimnya)
Potongan Harga
 Variabel Promosi
Startegi promosi sangat efektif untuk mempengaruhi konsumen.


Minimarket memasang spanduk-spanduk menarik dipinggir jalan ataupun
menggunakan media seperti majalah, koran, TV dan radio untuk mempengaruhi
konsumen. (Amirullah:2002)


Variabel Distribusi

Sebagian besar konsumen menginginkan barang yang disajikan dengan
mudah. Mudah dalam dijangkau dan tersedia banyak. (Amirullah:2002)
Hal-hal di atas bukan hanya bisa dilakukan oleh minimarket, namun
warung dan toko-toko kecilpun bisa melakukannya. Dengan melakukan inovasi
seperti yang dilakukan minimarket , agar usaha warung mereka masih bisa berdiri
dan berjalan.
2. Banyaknya minimarket yang tidak memiliki surat izin lengkap

Kegiatan usaha dimana pun selalu memerlukan berbagai dokumen
penunjang usaha beserta izin-izin yang diperlukan sebelum menjalankan
kegiatannya. Dokumen dan izin-izin ini diperlukan untuk melindungi kepentingan
usaha itu sendiri dari berbagai hal. Kemudian dokumen dan izin-izin ini juga

diperlukan bagi instansi tertentu sebagai data untuk melakukan berbagai
penyimpangan yang mungkin terjadi. Juga untuk memudahkan instansi tertentu
untuk mengambil tindakan tertentu, sehingga tidak menimbulkan kerugian kepada
pihak-pihak tertentu pula apabila perusahaan melakukan penyimpangan. (KasmirJakfar:2004)
Banyaknya izin dan jenis-jenis izin yang dibutuhkan tergantung dari jenis
usaha yang dijalankan. Adapun izin yang dimaksud adalah:





Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Izin-izin Usaha
Sertifikat Tanah atau surat-surat berharga yang dimiliki

Menindak lanjuti masalah yang saya analisis, banyaknya minimarket yang
memiliki surat izin. Bisa kita lihat, sebenarnya Perda telah menetapkan sanksi
bagi usaha-usaha yang tidak memiliki izin. Seperti yang termaktub dalam Perda
DKI Jakarta Pasal 38 ayat a , Kepala Daerah berwenang melakukan penutupan

atau penghentiankegiatan pada tempat usaha yang tidak memiliki izin. Apabila
usaha yang telah dihentikan tersebut masih tetap melaksanakan kegiatan
usahanya, maka kepala Daerah berwenang memberikan sanksi dengan
menetapkan uang paksa sebesar tarif retribusi yang harus dibayar atas
keterlambatan perhari untuk mematuhi ketentuan penghentian kegiatan usaha
tersebut. Ketentuan pidana, bagi setiap pelanggar pasal ini ialah pidana kurungan
paling lama 6 (enam) bulang atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00. (Perda
DKI Jakarta)
Apabila masih saja ada usaha yang tidak memiliki izin dan masih bisa
berjalan dengan lancar, itu terjadi karena Pemerintah Daerah yang kurang tegas
dalam menanggapinya. Seharusnya, Perda meneliti mana saja usaha-usaha yang
telah berizin dan tidak. Melihat persaingan tidak sehat antara warung-warung

kecil dengan minimarket ataupun super market ini, bisa saja disebabkan karena
terlalu banyak minimarket ataupun super market yang beredar dan tanpa
sepengetahuan Perda bahwa banyak pula minimarket ataupun super market yang
tidak memiliki izin usaha.
3. Letak minimarket yang saling berdekatan bahkan mereka saling
menjatuhkan
Fenomana belakangan ini juga menunjukkan kalau banyak sekali gerai

Alfamaret dan Indomaret yang terletak saling berdampingan atau hanya terpisah
beberapa meter saja. Fenomana ini banyak ditemui terutama di kota-kota besar.
Konsumen pun seakan bingung disuruh memilih untuk berbelanja di minimarket
yang

mana,

mengingat

lokasi

keduanya

yang

kerap

berdekatan.

Kenapa banyak gerai supermarket Alfamaret dan Indomaret yang terletak

berdampingan? Ternyata fenomena ini memang bukan kebetulan terjadi. Pihak
dari kedua minimarket seakan saling menantang satu sama lain dengan ‘berperang
secara konfrontasi’ dengan membangun dua gerai berbeda merk di lokasi yang
berdekatan. Dan semuanya akan dikembalikan lagi ke konsumen untuk memilih
berbelanja

di

minimarket

yang

mana,

Alfamaret

atau

Indomaret.


(zakipedia.blogspot.com)
Keduanya juga kerap menampilkan inovasi-inovasi baru yang dibuat untuk
lebih menarik konsumen. Selain pelayanan yang memuaskan, lokasi yang
nyaman, produk yang berkualitas dan sisi teknis lainnya, juga ada beberapa
inovasi lainnya, seperti membuat maskot minimarket, jingle minimarket, dan lainlain. (zakipedia.blogspot.com)
Dalam hal penentuan lokasi gerai Indomaret, metodenya relative fleksibel.
Di Jakarta misalnya, diplot dulu daerah utara, selatan, barat dan timur. Kemudian
dipilah lagi per kecamatan dan kabupaten. Nah, di tiap kecamatan dibuka
kesempatan pembukaan dua-tiga toko. Bila dalam perkembangannya kinerja
gerai-gerai itu bagus, akan ditambah lagi kesempatan pembukaan gerai lainnya.
Kendati begitu, manajemen IP tidak asal buka saja, tapi bernegosiasi dulu dengan

pemilik waralaba Indomaret yang lama di daerah itu, akankah layak atau tidak
apabila ditambah gerai baru lagi. (awanragil.multiply.com).
Pengaturan jarak minimarket di kabupaten/kota lainnya mungkin berbedabeda, tetapi di wilayah DKI Jakarta, seperti telah dijelaskan sebelumnya,
ditentukan harus berjarak minimal 0,5 km dari pasar terdekat. Jadi, sebelum
Adanya pengajuan protes terhadap keberadaan minimarket yang “saling
berdekatan”, perlu dipastikan dulu bagaimana aturan mengenai pendirian
minimarket menurut perda di wilayah setempat. Jika menemukan indikasi
pelanggaran perda yang dilakukan pengelola minimarket di sekitar lingkungan

daerah, maka minimarket terkait dapat dilaporkan kepada Perda setempat.
(www.hukumonline.com)
Jadi, berdekatannya lokasi antara dua minimarket bukanlah masalah besar.
Karena mereka bersaing secara sehat. Namun, anggapan masyarakat bahwa
mereka saling menjatuhkan. Padahal, kenyataannya tidak.
4. Keberadaan minimarket menurunkan omset pasar tradisional yang
mengakibatkan pasar tradisional gulung tikar
Pada dasarnya pesaing bisnis (usaha) mempunyai tujuan yang sama yakni
berusaha memenangkan pertarungan/persaingan bisnis. Para pemain bisnis
bekerja keras dengan mengimplementasikan berbagai strategi dan inovasi untuk
menguasai pasar agar produk/barang dan pelayanan jasa yang berkualitas dan
lebih baik, harga yang lebih kompetitif dari pada harga yang ditawarkan oleh
pesaing.
Seperti masalah yang sedang saya analisis ini, tentang Keberadaan
minimarket menurunkan omset pasar tradisional yang mengakibatkan pasar
tradisional gulung tikar. Terjadi sebuah persaingan antara minimarket dan pasar
tradisional. Persaingan diantara keduanya bisa disebut dengan persaingan usaha
tidak sehat yang telah termaktup dalam pasal 1 angka 6 Undang-Undang No. 5
Tahun 1999 tentang Undang-Undang Antimonopoli. Persaingan usaha tidak sehat
adalah persaingan usaha antar pelaku bisnis dan usaha dalam menjalankan

kegiatan produksi atau pemasaran barang dan atau jasa, yang dilakukan dengan
cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha. Dalam
hal ini, beberapa minimarket telah melawan hukum serta menghambat persaingan
usaha. Yakni, beberapa diantaranya tidak memiliki surat izin usaha dan dengan
banyaknya keberadaan minimarket dengan penataan lokasi yang kurang tepat
mengakibatkan warung-warung kecil menutup usahanya.
Dalam ketentuan Undang-Undang Antimonopoli secara jelas dan tegas
menetapkan laranga bagi pelaku usaha untuk melakukan price fixing, diskriminasi
harga, predatory pricing dan larangan menjual barang atau jasa lebih murah dari
harga yang disepakati. Ketentuan tersebut berlaku bagi semua pelaku usaha baik
besar, menengah maupun kecil.
Tujuan larangan tersebut agar diantara pelaku usaha tercipta persaingan
yang efektif-dengan adanya persaingan harga yang ditentukan melalui mekanisme
pasar. Jika terjadi persaingan harga di antara pelaku usaha maka, harga akan
cenderung turun, hal ini akan menguntungkan konsumen. Larangan ketentuan
Undang-Undang Antimonopoli mengenai pengawasan harga tersebut ada yang
bersifat per se dan rule of reason. Bersifat per se artinya, setiap pelaku usaha yang
melakukan perjanjian mengenai penetapan harga (price fixing) suatu barang atau
jasa otomatis dilarang. Besifat rule of reason artinya, perjanjian tersebut harus
mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat di pasar yang sama dan baru akan
dilarang. (Udin Silalahi:2007)
Pemprov DKI Jakarta secara tegas mengeluarkan larangan bagi
minimarket dan super market untuk menjual barang atau jasa yang sama lebih
murah dengan harga di warung atau harga di toko. Mungkin anda akan bertanyatanya, bukankah setiap pelaku usaha bebas menjual barang atau jasa tertentu
dengan harga yang diinginkan?. Sebenarnya Pemprov DKI Jakarta ingin
menunjukkan rasa kepeduliannya terhadap pelaku usaha warung atau toko supaya
warung dan toko yang lokasinya dekat dengan lokasi minimarket atau super mrket
mampu bersaing dipasar yang menjadi target pemasaran.

Maksud dan tujuan Pemprov DKI Jakarta adalah baik, tetapi tidak sesuai
dengan konsep persaingan usaha. Setiap pelaku usaha bebas menjual barang atau
jasa dengan harga yang diinginkan, kecuali jika usaha tersebut mempunyai posisi
dominan dan mempunyai kekuatan pasar yang besar serta melakukan penjulan
harga dibawah harga pasar sesuai dengan tingkat harga di pasar yang
bersangkutan. Hal itu dilarang, karena dapat mengakibatkan persaingan usaha
tidak sehat. Akan tetapi jik pelaku usaha tersebut tidak mempunyai posisi
dominan dan kekuatan pasar dan kekuatan pasar yang dominan, maka hal itu tidak
dilarang, sepanjang tidak mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat di pasar
yang bersangkutan. (Udin Silalahi:2007)
Intervensi langsung langsung Pemprov DKI Jakarta untuk menetapkan,
bahwa minimrket dan super market tidak boleh menjual barang barang atau
jasanya lebih murah dengan harga yang ada pada warung atau toko tidak sesuai
dengan konsep Undang-Undang Antimonopoli. Lembaga yang akan mengawasi
harga barang atau jasa di pasar yang bersangkutan adalah Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU).
Kalau ada suatu pelaku usaha menjual barang atau jasanya di bawah harga
pasar, KPPU dapat memberi peringatan dan memeriksa usaha tersebut. KPPU
tidak boleh memberi suatu vonis kepada pelaku usaha yang menjual barang atau
jasa di bawah harga pasar sesegera mungkin tanpa melakukan pemeriksaan yang
teliti . KPPU harus meneliti lebih jauh bagaimana struktur pasar dipasar yang
bersangkutan. Jika pelaku usaha tersebut mempunyai pesaing yang seimbang,
maka KPPU tidak perlu segera menindak usaha tersebut. KPPU harus menunggu
reaksi pasar. Kalau pesaing-pesaing tersebut dapat mengimbangi harga yang
ditetepkan oleh perusahaan yang menjual barang atau jasa di bawah harga pasar ,
maka KPPU tidak perlu menindak perusahaan yang menjual barang atau jasa
dibawah harga pasar tersebut. Dengan demikian terjadilah harga pasar untuk suatu
barang atau jasa tertentu yang ditentukan oleh persaingan. Inilah salah satu tujuan
diterbitkannya Undang-Undang Antimonopoli. (Udin Silalahi:2007)
Jika terjadi seperti studi kasus yang saya analisis, maka KPPU harus
segera bertindak. Walaupun tidak ada satu pasal dalam Undang-Undang

Antimonopoli yang menyebutkan KPPU bisa menindak pelaku usaha yang
menjual barang atau jasa di bawah harga pasar, KPPU dapat menindak pelaku
usaha yang menjual barang atau jasa dibawah harga pasar dengan menggunakan
penafsiran teleologisch dalam penerapan Undang-Undang Antimonopoli. Artinya,
penerapan

Undang-Undang Antimonopolo

dapat

ditafsirkan

berdasarkan

tujuannya, yaitu untuk menciptakan Persaingan Usaha yang sehat.
Sebagai jalan keluar agar para pemilik warung dan toko kecil mampu
bersaing dengan minimarket dan super market, maka pemilik warung dan toko
sebaiknya melakukan suatu kartel pembelian (oligopsoni). Undang-Undang
Antimonopoli tidak melarang adanya kartel pembelian (Pasal 13 ayat 1),
sepanjang hal itu dilakukan oleh warung kecil dan toko kecil (Pasal 50 huruf h).
Hal itu dapat dilakukan atas nama pemilik warung dan toko kecil untuk
membentuk kerja sama dengan satu perjanjian oligopsoni dengan mendapatkan
pasokan barang dari pemasok yang juga memasok barang yang sama ke
minimarket atau super market. Dengan demikian warung, toko kecil, minimarket
dan super market membayar harga yang sama kepada pemasok barang yang sama.
Dengan demikian pula persaingan harga secara sehat akan terjadi di pasar yang
bersangkutan.
Maka disarankan bagi warung-warung keci yang sudah menutup usahanya
untuk membuka lagi usaha warung mereka. Dengan membentuk koperasi
pembelian seperti yang sudah dijelaskan di atas. Agar mereka tetap bisa mengolah
usaha warungnya serta bersaing secara sehat dengan minimarket ataupun super
market.
Untuk melakukan kartel pembelian, sebaiknya pemilik warung dan toko
kecil membentuk suatu koperasi pembelian supaya penanganannya terorganisir
dan profesioanal. Pertanyaannya, apakah pemasok barang ke minimarket dan
super market tersebut bersedia memasok barangnya kepada koperasi pembelian
tersebut?
Menurut Hukum Persaingan Pemasok tersebut juga harus memasok
barang-barangnya kepada koperasi pembelian tersebut. Pemasok tidak punya

alasan untuk menolak permintaan koperasi sejauh koperasi pembelian memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan oleh pemasok. Jika pemasok tersebut tidak mau
memasok barang-barangnya kepada koperasi pembelian tersebut, maka koperasi
pembelian dapat melaporkan tindakan diskriminasi itu kepada KPPU. (Udin
Silalahi:2007)
5. Perilaku komsumsif akibat banyaknya minimarket
Keberadaan minimarket berhasil membuat pola masyarakat menjadi
konsumtif. Terbukti keberadaan minimarket tersebut tetap bertahan dan diminati
banyak konsumen, penulis berpendapat Tim marketing dari kedua perusahaan
tersebut, sangat jelih dalam mengatur persainganya dan jarak minimarket yang
saling berhadap-hadapan, kedua perusahaan ini juga masih tetap maju dan
bertahan dalam bisnisninya.
Perilaku konsumtif di masyarakat saat ini sangat sering kita temui di
berbagai tempat perbelanjaan atau mall. Masyarakat perkotaan biasanya kerap
berperilaku konsumtif dimana sisi geografis, perkembangan fashion dan teknologi
sangat up date atau terbaru. Dampak negative yang disebabkan oleh perilaku
konsumtif pemborosan, inflansi, dan timbulnya kesenjangan social. Selain
memiliki dampak negative, perilaku konsumtif juga memiliki dampak positif.
Dampak positif itu di antara lain adalah: memberikan kepuasan kepada konsumen,
memberikan keuntungan yang lebih besar kepada produsen, dan mempercepat
roda perekonomian. (myzizul990.blogspot.com).

Saran:
Meskipun banyak minimarket yang beredar, warung dan toko-toko kecil pun
masih bisa berjalan. Dengan mengadakan kartel pembelian, dengan memasok
barang pada pemasok yang sama dengan minimarket. Lalu, untuk lokasi
minimarket yang berdekatan, ada jarak tertentu yang telah ditentukan Perda
setempat. Perilaku konsumtifpun muncul karena banyak minimarket yang beredar,
namun adanya perilaku komsumtif memiliki dampak positiv dan negativ. Bagi
minimarket yang belum mempunyai surat izin usaha yang lengkap, diharapkan
Perda setempat mengidentifikasi dan memberi peringatan untuk mereka
melengkapi surat izin usahanya.

Daftar Rujukan
1. Silalahi Udin .2007. perusahaan saling mematikan dan bersekongkol .
bagaimana cara memenangkan? Jakarta: PT.Elex Media Komputindo
2. Kasmir, Jakfar .2004. Studi Kelayakan Bisnis . Jakarta: Prenada Media

3. Adiwijaya Michael .2010. 8 Jurus Jitu mengelola ritel ala Indonesia.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Jakarta: PT.Elex Media Komputindo
Amirullah . 2002. Perilaku Konsumen . Yogyakarta:Graha Ilmu
http://finance.detik.com
http://zakipedia.blogspot.com
www.hukumonline.com
awanragil.multiply.com
http://myzizul990.blogspot.com