TEOLOGI KONSEP DAN PRINSIP TENTANG PELAY

TEOLOGI, KONSEP DAN PRINSIP
TENTANG PELAYANAN KRISTIANI
Pendahuluan
Pelayanan adalah sesuatu yang mendasar di dalam kehidupan bergereja. Karenanya,
tanggung jawab untuk melayani tidak hanya dipercayakan kepada orang-orang khusus seperti
pendeta, penatua, ataupun diaken saja, melainkan di mulai dari jemaat yang terpanggil untuk
melayani karena iman mereka kepada Tuhan dan respon untuk menjadi seorang Kristen.1
Pelayanan pada dasarnya dalam Alkitab dimulai oleh Allah sendiri yang bekerja;
menciptakan alam semesta dan kemudian menciptakan manusia dengan tangan-Nya sendiri.
Allah mengambil debu tanah dan mulai membentuk manusia, hingga akhirnya manusia
tercipta menjadi makhluk yang segambar dan serupa dengan Allah (Kej. 1:27-28). Kemudian
Allah menempatkan manusia itu di taman Eden dan memberi perintah kepada manusia itu,
untuk mengusahakan dan memelihara taman itu; “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan
menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kej.
2:15).”
Melalui hal ini kita melihat dasar pelayanan yang pertama adalah inisiatif Allah, Allah
yang bekerja dan mengotori tangan-Nya untuk mencipta(melayani manusia). Kemudian Allah
memberikan perintah kepada manusia untuk mengusahakan taman dan memeliharanya (sering
disebut sebagai mandat budaya), melalui hal ini kita belajar bahwa Allah sedang memberi
perintah kepada manusia untuk melayani Allah melalui perintah-Nya. Dengan demikian
pelayanan adalah perintah dan kehendak Allah. Di dalam perintah ini, Allah juga hadir dan

bersama-sama dengan manusia. Kemuliaan Allah terpancar melalui manusia. Dalam hal kita
1 J.L. Ch. Abineno, Garis-Garis Besar Hukum Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 35.

melihat bahwa pelayanan bukan hanya sekedar perintah tetapi juga ada hubungan yang intim
antara manusia dengan Allah.
Pemahaman pelayanan seperti di atas sangat perlu dimiliki oleh setiap orang yang
menyebut dirinya pelayan. Oleh karena dalam pengamatan saya pemahaman pelayanan dari
zaman ke zaman mengalami penurunan makna, sehingga tidak sedikit orang yang mengatakan
dirinya pelayan (hamba Tuhan) tetapi memiliki mental dan sikap seperti bos. Dengan
demikian dalam makalah ini sebagai hasil refleksi dan wawasan secara pribadi saya akan
memaparkan mengenai teologi pelayanan, konsep-konsep pelayanan maupun prinsip-prinsip
pelayanan yang perlu diterapkan di dalam zaman masa kini. Semua hal ini akan menjadi bagi
dari isi makalah ini.
Teologi Pelayanan
Makna Pelayanan dalam Alkitab
Dalam Perjanjian Lama pelayanan menggunakan dua kata kerja untuk menunjukkan
arti pelayanan yaitu, srt (sarat) dan bd (abad). Pertama, kata “srt” muncul 97 kali
diterjemahkan sebagai “pelayan atau pembantu/asisten,” “melayani atau membantu manusia
yang lain (Kej.39:4; 40:4),” “melayani berhubungan dengan penyembahan kepada Allah (1
Raj. 8:11). Dengan demikian melayani berarti melakukan segala sesuatu yang berguna bagi

orang lain yang berhubungan dengan Allah dan mendatang kemulian bagi nama Tuhan.
Perjanjian Baru ditemukan tiga kata dasar yang merujuk kepada “pelayanan,” yaitu
doulos, leitourgos, dan diakonos. Kata “doulos” muncul 124 kali dalam Injil Sinoptik, suratsurat Paulus, dan Kisah Para Rasul, yang diterjemahkan sebagai “budak,” “hamba,” “pegawai
raja,” “orang yang bergantung pada.” Seorang budak biasanya bekerja untuk keperluan demi
melaksanakan kehendak orang lain. Setiap budak laki-laki atau perempuan tidak berhak
untuk menolak apa yang ingin dilakukan oleh kemauan tuannya. Hal ini sama dengan yang

diungkapkan oleh Paulus dalam Roma 6:19-23, konteks dari ayat ini adalah memperlihatkan
suatu perilaku kehidupan seseorang dari masa sebelum dan sesudah dibaptis. “Orang yang
belum dibaptis diperbudak oleh dosa yaitu perbuatan dari kecemaran dan kedurhakaan,”
“namun, setelah dibaptis telah mengenal Kristus dan menjadi taat kepada kebenaran-Nya.”
Rasul Paulus menegaskan kembali dari ayat 19, seperti manusia yang menghambakan diri
pada dua tuan, menjelaskan perilaku kehidupan manusia yang menghambakan diri pada dosa,
maka ia tidak mempunyai pilihan dan kebebasan/hak, serta hidup di dalam perbudakan dosa.
Dalam ayat 22 artinya, apabila menganggap Allah selaku tuannya, maka ia akan melakukan
kehendak Allah dengan sukarela atau taat kepada kebenaran-Nya. Dalam hal ini Paulus
menjelaskan bahwa pelayanan adalah pekerjaan yang dilakukan bukan atas dasar kemauan,
pilihan dan kebebasan diri sendiri tetapi oleh kehendak siapa yang sedang dilayani.
Konsep-konsep Pelayanan
Panggilan Allah

Pelayanan adalah misi Allah, pelayanan adalah pelayanan Allah. Oleh karena itu
pelayanan adalah sebuah panggilan. Setiap orang percaya dipanggil Allah untuk melayani.
Ketika Allah menciptakan Adam dan Hawa, Allah memanggil mereka untuk bekerja dan
mengusahakan taman itu. Allah memanggil manusia itu untuk menjadi representatif kasih
Allah di bumi. Oleh karena itulah, Allah menciptakan manusia itu segambar dan serupa
denganNya (Kej. 1:27-28). Dalam setiap tokoh di Alkitab, kita melihat Allah memanggil
mereka untuk pelayanan. Allah memanggil Adam dan Hawa, Nuh, Abraham, Yusuf, Musa,
Yosua, Hakim-hakim, Nabi-nabi, dan pengajar-pengajar dan penginjil-penginjil. Hal ini juga
yang dilakukan oleh Yesus ketika berada di dunia, Ia memanggil murid-muridNya, dan
memanggil semua yang mendengar kepadaNya untuk ambil bagian dalam pelayanan. Hal ini
juga yang menjadi perintahNya, untuk menjadikan semua orang menjadi murid Kristus (Mat.
28:19-20).

Melakukan Kehendak Bapa
Dalam perjanjian baru Yesus kembali menegaskan bahwa pelayanan adalah kasih
karunia allah dan melakukan kehendak Bapa. Yesus mengatakan bahwa “Aku diutus oleh
Bapa, dan yang kulakukan adalah kehendak Bapa-Ku.” Hal ini juga terlihat ketika Yesus
memberikan perumpamaan tentang Anak bungsu dan anak sulung yang terhilang. Yesus
sedang menyinggung orang-orang farisi dan ahli taurat yang melayani hanya melakukan
perintah tetapi tidak memiliki hubungan dengan Bapa/Allah.

Di dalam pelayanan yang dilakukan oleh Yesus, kita melihat bahwa Yesus yang
menjadi manusia dipenuhi oleh Roh Allah, dimana Ia mengatakan“”Roh Tuhan ada pada-Ku,
oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang
miskin; dan Ia telah mengutus Aku, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang
tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang
tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Lukas 4:18-19). Hal yang
sama juga kita lihat ketika Yesus dibaptis oleh Yohanes, ketika Yesus hendak dicobai oleh
iblis di padang gurun dan ketika Yesus berpuasa. Kita melihat bahwa di dalam tulisan Lukas,
(secara khusus kitab Lukas) menggambar Yesus yang dipenuhi oleh Roh dalam melakukan
pelayanan. Dengan Kuasa Roh Yesus melakukan pelayanan dan mengusir setan-setan, dan
melakukan mujizat-mujizat. Hal ini juga berlanjut ketika Yesus naik ke surga, ia berpesan
kepada murid-muridNya untuk menantikan janji Bapa, “Jawab-Nya: “Engkau tidak perlu
mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.Tetapi kamu
aka n menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”( Kis. 1:7-8).
Kemudian kita melihat bahwa di dalam Kisah Para Rasul tulisan Lukas, para Rasul dipenuhi
Roh Kudus untuk melakukan kehendak Allah, memberitakan kabar keselamatan seperti yang
telah Yesus lakukan. Para Rasul dan jemaat mula-mula maupun para diaken-diaken semuanya

terlibat melayani setiap hari dan mereka membagi bagikan apa yang mereka miliki. Dalam
masa ini juga terjadi mujizat-mujizat dan yang dilakukan oleh para Rasul dan jemaat yang

dipenuhi Roh Kudus. Kita melihat bahwa pelayanan begitu berkembang dan pesat ketika
yang melayani dipenuhi oleh Roh Kudus. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gereja
yang dipenuhi Roh Kudus akan berkembang dalam pelayanan dan melibatkan seluruh pribadi
orang-orang untuk melayani (melakukan kehendak Allah) di dalam seluruh aspek kehidupan.
Kasih Karunia
Pelayanan adalah kasih Karunia. Allah bisa saja melakukan semuanya dengan
berfirman. Allah maha kuasa, Ia dapat melakukan apa saja, tetapi Ia memilih untuk
memberikan tanggung jawab ke pada kita. Kita tahu bahwa Nuh hidup di dalam zaman yang
begitu sangat rusak benar, hingga Allah “menyesal” menjadikan manusia itu. Kemudian Nuh
menjadi orang yang disebutkan hidup benar, tidak bercela, dan bergaul intim dengan allah
(Kej. 6:9). Kemudian Allah memberikan perintah kepada Nuh untuk membuat sebuah
BAHTERA, yang akan memuat seluruh keluarganya dan seluruh binatang yang ada didarat
dan dari segala yang hidup dibawa setiap pasang, karena Allah hendak mendatangkan air bah
untuk membinasakan segala yang bernyawa di dalam bumi. Nuh melakukan tepat seperti apa
yang Allah perintahkan kepadanya (Kej.6:22, “Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat
seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.”)
Dalam hal ini kita kembali melihat bahwa unsur-unsur pelayanan yang di munculkan
oleh Nuh yaitu: Iman, Ketaatan (melakukan tepat seperti yang diperintahkan Allah,
Ketekunan (membangun Bahtera dalam waktu 100 tahun), Kekudusan (Kej. 6:9, Hubungan
dengan Tuhan (Kej. 6:9), Bersaksi kepada sekelilingnya sekalipun tidak ada yang mau

mendengarkannya. Nuh mampu melakukan semuanya, namun dibalik semua itu satu hal
yang paling penting sehingga Nuh mampu melakukannya adalah kasih karunia, “Tetapi Nuh
mendapat kasih karunia di mata TUHAN.” (Kej. 6:8). Dalam hal ini jelas bahwa pelayanan

dan kehidupan Nuh, didasarkan atas kasih karunia Allah. Dengan demikian dapat kita
simpulkan bahwa kasih karunia lah yang memampukan Nuh untuk hidup bergaul dengan
Allah,dan melakukan segala perintah Allah. Jadi bagi kita saat ini, pelayanan adalah kasih
karunia dari Allah. Oleh karena itu, jika kita dipakai oleh Tuhan dalam pelayanan dengan luar
biasa, maka hal ini mengingatkan kita untuk tetap rendah hati dan tetap memberikan
kemuliaan hanya kepada Tuhan.

Prinsip-prinsip Pelayanan
Kemurnian Hati
Dalam pelayanan kita melihat perkembangan pelayanan dalam kisah Kain dan Habel.
Kain yang memberikan persembahan dan kemudian tidak berkenan kepada Tuhan, sementara
korban persembahan dari Habel diterima oleh Tuhan. Hal ini mengakibatkan hati kain sangat
marah dan mukanya muram (Kej. 4:5). Kemudian Allah menegur Kain, Firman TUHAN
kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan
berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah
mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa

atasnya."(Kej. 4:6-7). Namun, meskipun Allah telah menegur Kain, tetapi hatinya tetap
panas dan akhirnya membunuh Habel, adiknya sendiri. Kita melihat dalam hal ini,
sebenarnya sedang memberikan pemahaman bahwa menjaga hati yang tetap murni dalam
memberikan korban persembahan adalah hal yang utama dari pada korban itu sendiri. Ketika
kita melayani, hendaklah kita tetap memiliki hati yang murni dan Tulus. Jauh setelah kisah
ini, Amsal mengatakan untuk kita menjaga hati;” Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan,
karena dari situlah terpancar kehidupan.”(Ams. 4:23).
Kemurnian hati juga akan bersangkut paut dengan motivasi yang tulus untuk kemulian
Tuhan, bukan untuk kemulian diri kita sendiri. Hal ini menjadi awasan bagi setiap orang yang

ambil bagian dalam pelayanan untuk tetap menjaga motivasi yang murni, sehingga kita dalam
pelayan tidak untuk mencari kepentingan sendiri atau golongan tertentu. Kisah Ananias
menjadi awasan bagi kita di masa kini, di mana Allah menghukum mereka karena motivasi
yang tidak murni (Kis. 5).
Ketaatan
Allah memanggil Abraham dari negerinya (Ur-Kasdim) ke tanah yang belum pasti.
Belum pasti karena Abraham tidak tahu persis dan Allah masih akan menunjukkan negeri itu
kepada Abraham. Tetapi Abraham menerima perintah Allah tersebut dan mengikutinya.
Dalam hal ini kita melihat komponen iman dalam kehidupan dan pelayanan Abraham kepada
Allah. Selain itu kita juga melihat komponen ketaatan dalam pelayanan dan ketaatannya akan

perintah Allah. Hal lain yang terlihat jelas dalam kehidupan Abraham adalah kerinduannya
setiap perjalanannnya mendirikan mezbah-mezbah, sebagai tempat untuk berkomunikasi
dengan Tuhan. Melalui hal ini kita melihat bahwa pelayanan berbicara mengenai hubungan
pribadi dengan allah. Hal lainnya juga yang dapat kita lihat adalah bahwa Abraham dalam
mengikuti perintah Tuhan harus berpisah dengan sanak-saudaranya, kemudian orangtuanya di
Haran, dan keponakannya Lot yang selama ini menemani dia. Kita melihat ada pengorbanan
yang dilakukan Abraham dalam mengikuti panggilan Tuhan. Hal ini jugalah yang kita lihat di
dalam kehidupan keturunan Abraham, Ishak, Yakub dan Yusuf (sering kita sebut para Patriak).
Oleh karena it pelayanan harus dilakukan dengan unsur iman, ketaatan, ketekunan, kerja
keras, menjadi saksi dan pengorbanan
Kehambaan
Melayani berarti menjadi hamba bagi semua orang untuk kemulian nama Tuhan.
Pelayanan harus menjangkau orang-orang yang ada diluar gedung gereja, dengan arti
menjangkau orang-orang yang belum percaya. Dengan demikian kita harus menjadi hamba

bagi semua orang, untuk dapat memenangkan sebanyak mungkin orang. Kita menjadi hamba
bagi orang-orang yang ada di dalam gedung gereja maupun bagi orang orang yang belum
percaya. Hal inilah yang dikatakan oleh Paulus ketika memberikan nasehat kepada jemaat di
Korintus untuk menjadi hamba agar dapat memenangkan sebanyak mungkin orang kepada
Kristus (1 Kor. 9:19).

Prinsip kehambaan ini juga yang diajarkan oleh Yesus kepada ke dua belas muridNya.
Yesus berkata kepada murid-muridNya “sama seperti Anak Manusia yang datang bukan untuk
dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak
orang" (Mat. 20:28). Hal ini diungkapkan oleh Yesus ketika murid-murid bertanya siapakah
yang lebih besar diantara mereka. Yesus menjawab mereka bahwa yang terbesar adalah siapa
yang menjadi hamba bagi semua, siapa yang mau melayani bukan yang dilayani. Hal ini juga
yang diingatkan oleh Paulus kepada jemaat di Filipi agar mengikuti teladan Yesus yang
walaupun Ia adalah Allah, tetapi telah menjadikan diriNya hamba untuk dapat memenangkan
semua orang (Filipi 2:5-11). Prinsip ini sering terlupakan oleh para pelayan masa kini
sehingga menganggap diri “besar” dan ternama berdasarkan jumlah jemaat dan berapa banyak
orang yang bisa diaturnya. Pemahaman seperti ini akan membawa kita kepada prinsip “bos”
bukan lagi prinsip kehambaan. Oleh karena itu, mari kita kembali dalam pelayanan dengan
terus teguh dalam prinsip kehambaan ini.

Kesetiaan
Pada masa kini banyak orang menilai segala sesuatu berdasarkan hasil. Hal ini juga
tidak terlepas dari dunia pelayanan dalam gereja. Keberhasilan seseorang dalam pelayanan
diukur berdasarkan banyaknya jumlah jemaat, besarnya gedung gereja dan keuangan yang

dimiliki oleh gereja. Hal ini bukanlah salah, tetapi jika kita hanya berdasarkan hal ini dalam

menilai keberhasilan pelayanan, maka itu menjadi salah. Nuh menerima panggilan Tuhan dan
ia taat dan setia melakukan perintah Tuhan. Nuh setia membangun bahtera dan juga setia
memberitakan kabar yang dia terima dari Tuhan. Namun, ratusan tahun Nuh berkhotbah dan
bersaksi tidak ada satu orangpun yang bertobat, tetapi ia tetap setia. Kesetian berbicara
mengenai hubungan. Seorang yang setia adalah orang yang tetap terhubung dengan tuannya.
Tuhan memang memberikan kita tugas dan perintah. Namun, Tuhan juga mau kita menikmati
Dia di dalam hidup kita. Kesetian akan teruji ketika kita berhasil dalam pelayanan ataupun
ketika kita “tidak berkembang” dalam pelayanan. Keberhasilan secara materi, jumlah jemaat,
dan kehormatan akan menunjukkan apa kita akan tetap setiap kepada Tuhan. Demikian juga
sebaliknya, kekurangan, keterbatasan dalam pelayanan juga akan menunjukkan apakah kita
orang yang setia atau justru meninggalkan pelayanan. Oleh karena itu, kesetian sangat
diperlukan dalam pelayanan. Kita harus senantiasa terhubung dengan Tuhan sekalipun
pelayanan kita “berhasil” ataupun kita sedang “menderita.”
Kesimpulan
Melalui beberapa pembahasan di atas, kita melihat bahwa pelayanan adalah memenuhi
kehendak allah (God’s will). Hal selanjutnya adalah bahwa di dalam pelayanan ada yang
terpenting yaitu hubungan dengan Tuhan setiap hari. Pelayanan itu adalah seluruh aspek
kehidupan sehari-hari yang dilakukan melalui setiap pekerjaan. Jadi pelayanan adalah apa
yang kita kerjakan setiap harinya. Pelayanan adalah totalitas kehidupan kita. Totalitas
kehidupan kita yang senantiasa terhubung dengan Tuhan dan hanya melakukan apa saja yang

menyenangkan hati Tuhan.