HAKEKAT WAKTU kakubutek hakekat buku teks

HAKEKAT WAKTU
NAFSIYYAH ISLAMIYYAH

Penting Untuk dibaca..
HUKUM RIBA DAN ANCAMANNYA ZAKAT DALAM ISLAM
RAHASIA SUKSES|HUKUM SEBAB-AKIBAT
SHOLAT KHUSU' TEMUKAN DISINI KHOTBAH IDUL ADHA
RAHASIA PANJANG UMUR
DALIL DZAN DALAM AQIDAH
Enam Perkara Rahasia Allah

Beginilah Nasib Palestina

Artikel Terbaru



HUKUMAN PENGHINA NABI SAW : DIBUNUH




YANG MENGHALANGI AHLI WARIS



Selamat Datang di Majlis Taqarrub Ila Allah Semarang



DALIL / HUKUM MEMBACA QUNUT SHOLAT SUBUH



JADWAL TAKLIM MAJLIS TAQARRUB DI SEMARANG



PENDAPAT ULAMA TERKAIT RUKYAT GLOBAL




3 SKENARIO AS ATAS KEBERADAAN ISIS



PEDOMAN PEMBAGIAN WARIS



SOLUSI TOTAL KONFLIK PALESTINA:KHILAFAH ISLAMIYYAH



Ummat Islam Butuh Khilafah

Kategori


Agenda dakwah




Analisis



Aqidah Islamiyah



Dakwah



Hukum Islam



Khatbah




Motivasi



Nafsiyyah



sholat

Bahan Renungan Hati
Suatu hari sayyidina Umar bin Khottob, ra. tengah menambal jubahnya yang robek karena
sudah mulai usang. Padahal beliau saat itu sebagai kholifah (kepala Negara) Daulah Khilafah
yang kedua sepeninggal Abu Bakar Asiddiq, r.a. dan sangat mudah untuk meminta baitul mal
mengganti jubah yang baru, tapi bagi Umar, urusan rakyat lebih utama dibanding dirinya.
Disaat menambal jubahnya, datang sahabat yang memperhatikan cara jahitan Umar . Sahabat
umar berkata : “Wahai Umar, jahitan seperti itu tidak akan bisa bertahan lama”.

Mendengar sahabatnya itu Umar langsung menjawab :”Apakah engkau bisa menjamin

umur Umar akan lebih lama dari tambalan baju ini?”
Dialog tersebut menunjukkan gambaran betapa sosok Umar adalah cerminan dari sahabat
pilihan yang menyadari betul hakekat waktu, ajal, dan bagaimana seseorang harus bersikap
terhadap dunia. Bagi Umar , dunia tidak lebih dari persinggahan sementara , dan masih ada
episode panjang yang menanti serta kekal didalamnya. Dunia sebenarnya adalah babak
prakualifikasi yang sangat singkat, guna menuju babak yang sebenarnya setelah kematian
nanti.
Betapa singkatnya umur manusia di dunia sebagaimana telah digambarkan Allah SWT dalam
firmnan-Nya :
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, Kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam
satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu” (TQS. As-Sajdah : 5)
Demikian juga firman Allah berikut ini :
Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab:
“Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, Maka tanyakanlah kepada orangorang yang menghitung.” Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan
sebentar saja, kalau kamu Sesungguhnya mengetahui” Maksudnya: mereka hendaknya
harus mengetahui bahwa hidup di dunia itu hanyalah sebentar saja, sebab itu mereka
seharusnya janganlah hanya mencurahkan perhatian kepada urusan duniawi saja. QS. Al
Mu’minun (23) : 112-114)
Dari ayat diatas kita bisa hitung betapa singkatnya hidup kita di dunia ini. Jika 1 hari di
akhirat itu setara dengan 1000 tahun di dunia, lantas berapa jam sebenarnya kita hidup

didunia ini? Umpama umur kita 60 tahun, maka sebenarnya hidup kita jika dikonversikan di
alam akirat hanya 60/1000 hari, yaitu 0,06 hari. Sebentar dan hanya sekejab saja. Itulah
dunia, waktu yang singkat bagi yang mau memahami hakekat waktu di dunia ini.
Jika kita umpamakan pendeknya umur manusia didunia itu laksana seorang menempuh
perjalanan dari sabang sampai merauke dengan mengendarai mobil. Lalu mobil itu sampai di
tengah jalan singgah ke pom bensin untuk mengisi bahan bakar, lalu melaju kembali ke
tujuannya. Nah, disaat mengisi bahan bakar itulah sebenarnya waktu kita didunia, betapa
singkatnya waktu itu. Akan tetapi banyak dari kita yang terlena dengan waktu yang sangat
sempit, singkat dan cepat berlalu. Disamping waktu yang singkat dan melalaikan , sifat dari
waktu itu jika berlalu tidak bisa kembali lagi. Maka dari itu lebih banyak manusia itu merugi
dan menyesal setelah dia menemui ajalnya. Mari perhatikan jeritan manusia yang telah mati :
“Ya Allah, sekiranya engkau tangguhnya kami didunia barang sebentar saja , niscaya kami
akan berbuat baik”
Sekali-kali tidak, karena jika ajal telah menjemput , penyesalan sudah tidak ada lagi. Taubat
hanya terjadi didunia saja. Apalagi jika hidup hanya untuk memperturuti keinginan hawa
nafsi ( menumpuk harta, kedudukan dan kehormatan ) didepan manusia.
Kendati manusia diberi akal, diberi kecerdasan, terkadang justru terhadap hakekat hidup tidak
banyak menyadarinya. Padahal dalam Al Qur’an telah banyak menyinggungnya, dalam
hakekat waktu saja. Allah telah bersumpah dengan waktu semisal wal ashr, wa dhuha,
wallail, dan masih banyak lagi ayat tentang pentingnya menghargai waktu.

Mari perhatikan dalam surat Al Ashr, Allah mengingatkan kita :
“Demi massa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orangorang yang beriman dan beramal sholah. Berwasiat dalam kebenaran. Berwasiat dalam
kesabaran.”
Jalaslah bahwa kerugian pertama manusia sebenarnya diakibatkan karena ketiadaan iman

atau kelemahan iman. Oleh karena itu iman kepada Allah harus senantiasa dikaitkan dengan
hari akhir, karena disinilah sebenarnya kualitas iman itu teruji. Jika orientasi hidup lebih
dominan untuk dunia dan melalaikan akhirat berarti dia telah tertipu dengan dunia dan waktu
yag digunakan di dunia ini. Iman yang kuat akan melahirkan sosok seperti Umar bin Khottob
yang tidak bisa digadaikan dunia sekalipun beliau seorang kepala Negara saat itu.
Suatu ketika Umar bin Khottob menemukan seorang wanita miskin yang tengah memasa batu
untuk menghibur ke dua anaknya yang menangis kelaparan, lantaran tidak ada lagi yang
dimasak, Umar buru-buru ke baitul mal dan memikul sendiri gandum dan dibawa menuju
wanita misikin tersebut. Diperjalanan bertemu dengan ……, wahai amirul mu’minin, bisakah
gandum itu kami bawakan? Umar menjawab, Tidak..apakah kamu mau memikul dosaku?
Demikian tanggungjawab seorang Umar yang telah tercerahkan dengan Tauhid. Dengan iman
itulah Umar sangat takut pada Allah, jangan-jangan Allah akan mengazab besuk karena telah
menelantarkan rakyatnya yang tidak bisa makan. Bagaimana dengan pemimpin sekarang?
Allah SWT berfirman :
Mari kita renungkan firman Allah berikut ini :

“Dan tiadalah kehidupan dunia Ini melainkan senda gurau dan main-main. dan
Sesungguhnya akhirat Itulah yang Sebenarnya kehidupan, kalau mereka Mengetahui”.
(QS. Al Ankabut (29: 64)
Dunia tidak lebih dari permaian dan sendau gurau, maka hanya orang yang lalai saja yang
hidupnya berfokus pada dunia dan melupakan akhirat dan kematian. Kendati manusia secara
umum takut mati dan takut miskin, tapi kebanyakan mereka lupa akan akhirat, lupa siapa
pemberi rizki dan siapa yang menghendaki kematian itu sendiri.
Kerugian berikutnya adalah ketika manusia datang di padang mahsyar tanpa amal. Atau
sedikit amal ibadahnya tetapi banyak berlumur dosa.
Jika seorang telah beriman dan beramal sholeh, manusia masih tetap merugi karena
sebagaimana ayat di atas, manusia harus tawashoubil haq. Berwasiat dalam kebenaran, yaitu
menyampaikan kebenaran Islam walaupun terasa pahit sekalipun.
Kulilhaq walau kana muuron” karena perbuatan itu adalah perbuatan para nabi yang
senantiasa menyeru kepada haq, agar kalimat Allah senantiasa masuk pada dada ummat
manusia.
Kemudian berwasiat kepada kesabaran. Sabar dalam hal ini berkaitan dengan sikap hati yang
teguh dan terikat dengan perintah dan larang Allah, serta kesadaran hati untuk ridho terhadap
musibah yang datang dari Allah.
Jika semua kondisi sikap tauhid diatas belum terjadi pada kita, berarti hawa nafsu telah
mengalahkan kehendak fitrah manusia yang senantiasa ingin mentaqdiskan (mensucikan) Al

Kholiq.
Mari kita renungkan kembali firman Allah SWT ini :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi , dan silih bergantinya siang dan
malam terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.
Orang yang berakal pasti akan menyadari jika melihat fenomena ayat-ayat kauniyah (alam
semesta) beserta keteraturannya, dan menemukan bahwa pastilah Al Kholiq yang mengatur
semuanya itu.
Jika fenomena ini belumlah disadarinya, maka hawa nafsu akan senantiasa menjadi raja, dan
kehidupan ini yang akirnya menjadi tujuan hidup, atau setidaknya focus hidupnya untuk
dunia dan sedikit mengingat mati dan akhirat. Padahal kita mengingat mati atau tidak
kematian itu pasti akan menghampiri kita , sadar atau tidak.
Mari kita renungkan juga sabda Rasulullah:
“Barangsiapa mencintai dunia, maka Allah tidak akan menolong dalam hal apapun.
Disamping itu Allah akan menempatkan dalam hatinya 4 hal :

1) kesukaan yang berkepanjangan,
2). Kesibukan yang tiada henti
3). Kefakiran yang untuk selamanya,
4). Angan-angan yang tiada batasnya.”
Mari perhatikan sabda rosulullah :

“Orang yang kuat adalah orang yang mengabdikan kehidupan untuk akhirat, dan orang
yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya, dan hanya berangan-angan untuk
berbaut baik”.
Ada pepatah arab :
Nafsu akan membuat raja menjadi budak,
Aqal akan membuat budak menjadi raja.
Hal itu terjadi lantaran syaiton selalu menjadikan nafsu itu raja sebagai pengganti akal .
Sedang akal selalu dipimpin oleh wahyu dan selalu mengajak pada penghambaan dan karunia
Allah semata.
Oleh karena itu terapi metal agar selalu menjadikan waktu itu bernilai ibadah kepada Allah,
adalah menyadari akan ajal.
Disamping itu mari kita renungkan perintah rasulullah untuk muhasabah diri :
“Barangsiapa hari ini lebih baik dari kemarin, maka beruntung, dan barang siapa hari ini
sama dengan kemarin berarti merugi dan barang siapa hari ini lebih buruk dari kemarin
berarti celaka”.