Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS Matkul M

Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS
Matkul : Manajemen Keuangan
Dosen pengampu : ZAKKY FAHMA AULIYA SE,MM

Oleh :
ARIS PRAYOGO (212138)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
SYARIAH EKONOMI ISLAM 2013

Latar belakang
Dengan hancurnya komunisme dan sistem ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an
membuat sistem kapitalisme disanjung sebagai satu-satunya sistem ekonomi yang sahih. Tetapi
ternyata, sistem ekonomi kapitalis membawa akibat negative dan lebih buruk, karena banyak
negara miskin bertambah miskin dan negara kaya yang jumlahnya relatif sedikit semakin kaya.
Dengan kata lain, kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang banyak terutama di
negara-negara berkembang. Bahkan menurut Joseph E. Stiglitz (2006) kegagalan ekonomi
Amerika dekade 90-an karena keserakahan kapitalisme ini. Ketidakberhasilan secara penuh dari
sistem-sistem ekonomi yang ada disebabkan karena masing-masing sistem ekonomi mempunyai
kelemahan atau kekurangan yang lebih besar dibandingkan dengan kelebihan masing-masing.
Kelemahan atau kekurangan dari masing-masing sistem ekonomi tersebut lebih menonjol

ketimbang kelebihannya.
Karena kelemahannya atau kekurangannya lebih menonjol daripada kebaikan itulah yang
menyebabkan muncul pemikiran baru tentang sistem ekonomi terutama dikalangan negaranegara muslim atau negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu sistem
ekonomi syariah. Negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim mencoba untuk
mewujudkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada Al-quran dan Hadist, yaitu sistem
ekonomi Syariah yang telah berhasil membawa umat muslim pada zaman Rasulullah
meningkatkan perekonomian di Zazirah Arab. Dari pemikiran yang didasarkan pada Al-quran
dan Hadist tersebut, saat ini sedang dikembangkan Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi
Syariah di banyak negara Islam termasuk di Indonesia.
Ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah merupakan perwujudan dari paradigma
Islam. Pengembangan ekonomi Syariah dan Sistem Ekonomi Syariah bukan untuk menyaingi
sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu
sistem ekonomi yang mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan
dari sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi ini dimaksudkan untuk
mengatur hidup manusia guna mewujudkan ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia
dan di akhirat sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata umat Muslim
tetapi, seluruh umat yang ada di muka bumi. Ketentraman hidup tidak hanya sekedar dapat

memenuhi kebutuhan hidup secara melimpah ruah di dunia, tetapi juga dapat memenuhi
ketentraman jiwa sebagai bekal di akhirat nanti. Jadi harus ada keseimbangan dalam pemenuhan

kebutuhan hidup di dunia dengan kebutuhan untuk akhirat.
Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh sendi kehidupan
manusia dan alam semesta, kegiatan perekonomian manusia juga diatur dalam islam dengan
prinsip illahiyyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan milik manusia, melainkan
titipan dari allah swt agar dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kepentingan umat manusia yang
pada akhirnya semua akan kembali kepada allah swt untuk dipertanggungjawabkan.
Pengertian Ekonomi Syariah
Ekonomi Syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalahmasalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh ilai-nilai islam. Ekonomi Syariah berbeda dari
kapitalisme, sosialisme, maupun Negara kesejahteraan (welfare state). Berbeda dengan
kapitalisme karena islam sendiri menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh yang
miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. Selain itu, Ekonomi dalam kaca mata islam
merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang memiliki dimensi ibadah.
Menurut bahasa, Ekonomi islam terdiri dari dua kata yaitu Ekonomi dan Islam. Kata “ekonomi”
berarti perihal pengurus dan pengatur kemakmuran dan sebagainya. Dan kata “syariah” yaitu
hokum atau undang-undang yang di tentukan oleh Allah swt untuk hamba-hambaNYA
sebagaimana terkandung dalam kitab suci Al-Qur’an dan diterangkan oleh Rosulullah dalam
bentuk sunnahnya. Jadi ekonomi syariah adalah ekonomi atau perihal yang mengatur dan
mengurus kemakmuran berdasarkan agama atau aturan-aturan yang telah disyariatkan oleh
islam, atau pengaturan kemakmuran berdasarkan prinsip ekonomi dalam islam.
Berikut ini definisi Ekonomi dalam islam menurut para ahli;

1. S.M. hasanuzzaman
“ilmu ekonomi islam adalah pengetahuan dan aplikasi ajaran-ajaran dan aturan-aturan
syariah yang mencegah ketidak adilan dalam pencarian dan pengeluaran sumber-sumber
daya, guna memberikan kepuasan bagi manusia yang memungkinkan mereka
melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka terhadap Allah dan masyarakat.”

2. M. Akram Khan
“ilmu ekonomi islam bertujuan mempelajari kesejahteraan manusia (falah) yang dicapai
dengan mengorganisir sumber-sumber daya bumi atas dasar kerjasama dan partisipasi.”
3. Louis Cantori
“ilmu ekonomi islam tidak lain merupakan upaya untuk merumuskan ilmu ekonomi yang
erorientasi manusia dan berorientasi masyarakat yang menolak akses individualism
dalam ilmu ekonomi klasik.”
Ruang Lingkup Ekonomi Syariah
Beberapa ekonom memberikan penegasan bahwa ruang lingkup dari ekonomi islam
adalah masyarakat muslim dan Negara muslim itu sendiri. Ruang lingkup ekonomi islam yang
tampaknya menjadi administrasi kekurangan sumber-sumber daya manusia dipandang dari
konsepsi etik kesejahteraan dalam islam. Oleh karena itu, ekonomi islam tdak hanya mengenai
sebab-sebab material kesejahteraan, tetapi juga mengenai hal-hal non material yang tunduk
kepada larangan islam tentang konsumsi dan produksi.

Tujuan Ekonomi Syariah
Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam system islam mengarah pada tercapainya
kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan. Tujuannya dalah membantu
manusia mencapai kemenangan didunia dan diakhirat.
Seorang fuqaha asal mesir bernama Prof. Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga sasaran
hokum islam yang menunjukan bahwa islam diturukan sebagai rahmat bagi seluruh umat
manusia, yaitu;
1. Penyucian jiwa agar setiap manusia bias menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan
lingkungannya.
2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencangkup aspek
kehidupan dibidang hokum dan muamalah.
3. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa
maslahah yang menjadi puncak sasaran diatas mencangkup lima jaminan dasar;
 Keselamatan keyakinan agama (al-din)
 Keselamatan jiwa(al-nafs)
 Keselamatan akal (al-aql)

 Keselamatan keluarga dan keturunan (al-nasl)
 Keselamatan harta benda (al-mal)


Konsep Ekonomi Syariah
Ekonomi Syariah adalah sebuah sistem ilmu pengetahuan yang menyoroti masalah
perekonomian, sama seperti konsep ekonomi konvensional lainnya. Hanya, dalam sistem
ekonomi ini, nilai-nilai Islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap aktivitasnya. Dari
pemahaman ekonomi Islam ini, menunjukkan bahwa sistem ekonomi ini bukan hanya ditujukan
bagi

umat

Islam

saja.

Sebab,

semua

umat

manusia


bisa

dan

berhak

untuk

menggunakan konsepyang ada dalam sistem ekonomi berbasis ajaran Islam tersebut. Jika diurai,
ekonomi Islam ini berasal dari ajaran yang terdapat dalam Al Qur’an. Para ahli ekonomi
Islamlah yang kemudian menerjemahkan dan menciptakan aplikasinya bagi kehidupan
masyarakat. Beberapa tokoh Iekonomi slam di antaranya adalah Abu Yusuf (731-798). Abu
Yusuf adalah seorang tokoh ekonomi di bidang keuangan umum dengan menghasilkan gagasan
tentang peranan negara, pekrejaan umum dan perkembangan pertanian yang masih berlaku
hingga sekarang.
Tokoh ekonomi Islam lainnya adalah Ibn Taimiya yang memaparkan tentang konsep
harga ekuivalen. Tusi (1201-1274), mengembangkan gagasan tentang pentingnya nilai
pertukaran, pembagian kerja dan kesejahteraan rakyat. Dan yang paling terkenal, Ibnu Khaldun
yang ditasbihkan sebagai Bapak Ilmu Pengetahuan Sosial dunia, memberikan definisi tentang

ilmu ekonomi yang lebih luas.

Dasar Hukum Ekonomi Islam
Sebuah ilmu tentu memiliki landasan hukum agar bisa dinyatakan sebagai sebuah bagian
dari konsep pengetahuan, demikian pula dengan ekonomi Islam. Ada beberapa dasar hukum
yang menjadi landasan pemikiran dan penentuan konsep ekonomi Islam.
Beberapa dasar hukum Islam tersebut di antaranya adalah :

1. Al Qur’an. Ini merupakan dasar hukum utama konsep ekonomi Islam, karena Al Qur’an
merupakan ilmu pengetahuan yang berasal langsung dari Allah. Beberapa ayat dalam Al Qur’an
merujuk pada perintah manusia untuk mengembangkan sistem ekonomi yang bersumber pada
hukum Islam. Di antaranya terdapat pada QS. Fuskilat: 42, QS. Az Zumar: 27 dan QS. Al
Hasy:22.
2. Hadist dan Sunnah. Pengertian hadist dan sunnah adalah sebuah perilaku Nabi yang tidak
diwajibkan dilakukan manusia, namun apabila mengerjakan apa yang dilakukan Nabi
Muhammad, maka manusia akan mendapatkan pahala. Keduanya dijadikan dasar hukum
ekonomi Islam mengingat Nabi Muhammad SAW sendiri adalah seorang pedagang yang sangat
layak untuk dijadikan panutan pelaku ekonomi modern.
3. Ijma’, yaitu sebuah prinsip hukum baru yang timbul sebagai akibat adanya perkembangan
jaman. Ijma’ adalah konsensus baik dari masyarakat maupun cendekiawan agama, dengan

berdasar pada Al Qur’an sebagai sumber hukum utama.
4. Ijtihad atau Qiyas. Merupakan sebuah aktivitas dari para ahli agama untuk memecahkan
masalah yang muncul di masyarakat, di mana masalah tersebut tidak tersebut secara rinci dalam
hukum Islam. Dengan merujuk beberapa ketentuan yang ada, maka Ijtihad berperan untuk
membuat sebuah hukum yang bersifat aplikatif, dengan dasar Al Qur’an dan Hadist sebagai
sumber hukum yang bersifat normatif.

Prinsip-Prinsip Ekonomi Syariah
Sistem keuangan dan perbankan Islam adalah merupakan bagian dari konsep yang lebih
luas tentang ekonomi Islam, yang tujuannya sebagaimana dianjurkan oleh para ulama adalah
memperkenalkan sistem nilai dan etika Islam ke dalam lingkungan ekonomi. Karena dasar etika
ini maka keuangan dan perbankan Islam bagi kebanyakan muslim adalah bukan sekedar sistem
transaksi komersial. Persepsi Islam dalam transaksi finansial itu dipandang oleh banyak kalangan
muslim sebagai kewajiban agamis. Kemampuan lembaga keuangan Islam menarik investor
dengan sukses bukan hanya tergantung pada tingkat kemampuan lembaga itu menghasilkan

keuntungan, tetapi juga pada persepsi bahwa lembaga tersebut secara sungguh-sungguh
memperhatikan restriksi-restriksi agamis yang digariskan oleh Islam.
Islam berbeda dengan agama-agama lainnya, karena agama lain tidak dilandasi dengan postulat
iman dan ibadah. Dalam kehidupan sehari-hari, Islam dapat diterjemahkan ke dalam teori dan

juga diinterpretasikan ke dalam praktek tentang bagaimana seseorang berhubungan dengan orang
lain. Dalam ajaran Islam, perilaku individu dan masyarakat diarahkan ke arah bagaimana cara
pemenuhan kebutuhan mereka dilaksanakan dan bagaimana menggunakan sumber daya yang
ada. Hal ini menjadi subyek yang dipelajari dalam Ekonomi Islam sehingga implikasi ekonomi
yang dapat ditarik dari ajaran Islam berbeda dengan ekonomi tradisional. Oleh sebab itu, dalam
Ekonomi Islam, hanya pemeluk Islam yang berimanlah yang dapat mewakili satuan ekonomi
islam.
Prinsip-prinsip ekonomi islam itu secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut;
1.

Dalam Ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai pemberian atau

titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus memanfaatkannya seefisien dan seoptimal
mungkin dalam produksi guna memenuhi kesejahteraan secara bersama di dunia yaitu untuk diri
sendiri dan untuk orang lain. Namun yang terpenting adalah bahwa kegiatan tersebut akan
dipertanggung-jawabkannya di akhirat nanti.
2.

Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu, termasuk kepemilikan alat


produksi dan faktor produksi. Pertama, kepemilikan individu dibatasi oleh kepentingan
masyarakat, dan Kedua, Islam menolak setiap pendapatan yang diperoleh secara tidak sah,
apalagi usaha yang menghancurkan masyarakat.
3.

Kekuatan penggerak utama Ekonomi Islam adalah kerjasama. Seorang muslim apakah ia

sebagai pembeli, penjual, penerima upah, pembuat keuntungan dan sebagainya harus berpegang
pada tuntunan Allah SWT dalam Al Qur’an: ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan perdagangan yang dilakukan
dengan suka sama suka diantara kamu…’ (QS 4 : 29).
4.

Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai kapital produktif yang akan

meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Al Qur’an

mengungkap kan bahwa, ‘Apa yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya sebagai harta rampasan
dari penduduk negeri-negeri itu, adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya

beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu…’ (QS 57:7). Oleh karena itu, Sistem
Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh beberapa orang saja.
Konsep ini berlawanan dengan Sistem Ekonomi Kapitalis, dimana kepemilikan industri
didominasi oleh monopoli dan oligopoli, tidak terkecuali industri yang merupakan kepentingan
umum.
5.

Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk

kepentingan orang banyak. Prinsip ini didasari Sunnah Rasulullah yang menyatakan bahwa,
“Masyarakat punya hak yang sama atas air, padang rumput dan api” (Al Hadits). Sunnah
Rasulullah tersebut menghendaki semua industri ekstraktif yang ada hubungannya dengan
produksi air, bahan tambang, bahkan bahan makanan harus dikelola oleh negara. Demikian juga
berbagai macam bahan bakar untuk keperluan dalam negeri dan industri tidak boleh dikuasai
oleh individu.
6.

Orang muslim harus takut kepada Allah dan hari akhirat, seperti diuraikan dalam Al Qur’an

sebagai berikut: ‘Dan takutlah pada hari sewaktu kamu dikembalikan kepada Allah, kemudian
masing-masing diberikan balasan dengan sempurna usahanya. Dan mereka tidak teraniaya…’
(QS 2:281). Oleh karena itu Islam mencela keuntungan yang berlebihan, perdagangan yang tidak
jujur, perlakuan yang tidak adil, dan semua bentuk diskriminasi dan penindasan.
7.

Seorang muslim yang kekayaannya melebihi tingkat tertentu (Nisab) diwajibkan membayar

zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya (sebagai sanksi atas
penguasaan harta tersebut), yang ditujukan untuk orang miskin dan orang-orang yang
membutuhkan. Menurut pendapat para alim-ulama, zakat dikenakan 2,5% (dua setengah persen)
untuk semua kekayaan yang tidak produktif (Idle Assets), termasuk di dalamnya adalah uang
kas, deposito, emas, perak dan permata, pendapatan bersih dari transaksi (Net Earning from
Transaction), dan 10% (sepuluh persen) dari pendapatan bersih investasi.
8.

Islam melarang setiap pembayaran bunga (Riba) atas berbagai bentuk pinjaman, apakah

pinjaman itu berasal dari teman, perusahaan perorangan, pemerintah ataupun institusi lainnya. Al

Qur’an secara bertahap namun jelas dan tegas memperingatkan kita tentang bunga. Hal ini dapat
dilihat dari turunnya ayat-ayat Al Qur’an secara berturut-turut dari QS 39:39, QS 4:160-161, QS
3:130-131 dan QS 2:275-281.
Ringkasnya beberapa prinsip ekonomi syariah adalah sebagai berikut :
1.

Riba
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Sedangkan menurut istilah teknis riba

berarti pengambilan dari harta pokok atau modal secara batil (Antonio, 1999). Ada beberapa
pendapat dalam menjelaskan riba. Namun secara umum terdapat benang merah yang
menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun
pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam.
2.

Zakat

Zakat merupakan instrumen keadilan dan kesetaraan dalam Islam. Keadilan dan kesetaraan
berarti setiap orang harus memiliki peluang yang sama dan tidak berarti bahwa mereka harus
sama-sama miskin dan sama-sama kaya. Negara islam wajib menjamin terpenuhinya kebutuhan
minimal warga negaranya, dalam bentuk sandang, pangan, papan, perawatan kesehatan dan
pendidikan.Tujuan utamanya adalah untuk menjembatani perbedaan sosial dalam masyarakat
dan agar kaum muslimin mampu menjalani kehidupan sosial dan material yang bermartabat dan
memuaskan.
3.

Haram
Sesuatu yang diharamkan adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah sesuai yang telah

diajarkan dalam Alquran dan Hadist. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa praktek dan
aktivitas keuangan syariah tidak bertentangan dengan hukum Islam, maka diharapkan lembaga
keuangan syariah membentuk Dewan Penyelia Agama atau Dewan Syariah. Dewan ini
beranggotakan para ahli hukum Islam yang bertindak sebagai auditor dan penasihat syariah yang
independen.
Aturan tegas mengenai investasi beretika harus dijalankan. Oleh karena itu lembaga keuangan
syariah tidak boleh mendanai aktivitas atau item yang haram, seperti perdagangan minuman
keras, obat-obatan terlarang atau daging babi. Selain itu, lembaga keuangan syariah juga

didorong untuk memprioritaskan produksi barang-barang primer untuk memenuhi kebutuhan
umat manusia.
4.

Gharar dan Maysir

Al-quran melarang secara tegas segala bentuk perjudian (QS. 5:90-91). Alquran menggunakan
kata maysir untuk perjudian, berasal dari kata usr (kemudahan dan kesenangan): Penjudi
berusaha mengumpulkan harta tanpa kerja dan saat ini sitilah itu diterapkan secara umum pada
semua bentuk aktivitas judi. Selain mengharamkan judi. Islam juga mengharamkan setiap
aktivitas bisnis yang mengandung unsur judi. Islam juga mengharamkan setiap aktivitas bisnis
yang mengandung unsur judi. Hukum Islam menetapkan bahwa demi kepentingan transaksi yang
adil dan etis, pengayaan diri melalui permainan judi harus dilarang.
5. Takaful
Takaful adalah kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa arab kafala, yang berarti
memperhatikan kebutuhan seseorang.Pada hakikatnya, konsep takaful didasarkan pada rasa
solidaritas, responsibilitas, dan persaudaraan antara para anggota yang bersepakat untuk
bersama-sama menanggung kerugian tertentu yang dibayarkan dari aset yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, praktek ini sesuai dengan apa yang disebut dalam konteks yang berbeda
sebagai asuransi bersama (mutual insurance), karena para anggotanya menjadi penjamin
(insurer) dan juga yang terjamin (insured).

Ciri khas ekonomi syariah
Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur’an, dan hanya prinsip-prinsip yang mendasar
saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur’an dan Sunnah banyak sekali membahas
tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai produsen, konsumen dan
pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi]. Sebagaimana diungkapkan dalam
pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi syariah menekankan empat sifat, antara lain:
 Kesatuan (unity)

 Keseimbangan (equilibrium)
 Kebebasan (free will)
 Tanggungjawab (responsibility)
Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik,
karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah
kepercayaannya di bumi. Di dalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam sangat
mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi bahasa berarti “kelebihan”]. Dalam Al Qur’an surat
Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa Orang-orang yang makan (mengambil) riba]tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila[. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.

Kesimpulan
Sistem ekonomi

Islam memiliki

dasar asas yakni kepemilikan (al-Milkiyah),

pengelolahan kepemilikan dan distribusi kepemilikan ditengah kehidupan manusia. Dari uraian
landasan-landasan nilai yang melingkupinya, sistem ekonomi Islam hadir sebagai tawaran
alternatif atas kebuntuhan sitem ekonomi dominan atas permasalahan ekonomi dewasa ini.
Sistem Ekonomi Islam yang terjelaskan di atas sangat diilhami dan diselimuti dengan landasan
nilai etis dan tampaknya menjadi penting sebagai aturan perilaku ekonomi yang semakin
mengarah pada dehumanisasi, eksploitasi dan ketidakadilan serta ketimpangan sosial yang
menjadi realitas sosial kehidupan manusia dalam bingkai sistem ekonomi kapitalistik.
Gerakan yang komperhensif yang mensinergikan antara nilai material-duniawi dengan nilai
spiritual-ukhrowi dalam interaksi sosial-ekonomi hemat saya adalah identitas nilai etis yang
mendasari ekonomi Islam yang tidak sekedar positivistik sebagaimana konsep dasar yang
menjiwai sistem ekonomi dominan ”konvensional” lainnya dewasa ini.