Maulid Dan Nabi Dan SAW.doc

1. Pendahuluan
Maulid Nabi merupakan sebuah perayaan hari lahirnya Nabi
Muhammad SAW. Perayaan ini umum di masyarakat Indonesia. Bukan
hanya itu, Di negara-negara lain juga ada perayaan sejenis ini. Biasanya
perayaan ini pada 12 Rabiul Awal tahun Hijriyah.
Dalam perkembangannya, perayaan maulid Nabi, biasanya di
hadiri oleh ulama-ulama, pejabat, hingga masyarakat pada umumnya. Pada
perayaan ini semua orang bersuka ria menyambut hari kelahiran Nabi
dengan cara membaca sejarah Nabi SAW, sholawat, dan serta
menghidangkan makanan. Sehingga semua orang dapat merasakan
kegembiraan kelahiran Nabi SAW.
Ternyata perayaan maulid ini sudah ada sejak zaman dahulu.
Pertama kali orang yang merayakan maulid ini adalah Raja Muzhaffar.
Juga telah di bahas permasalahan ini sejak saat itu. Penulis akan mencoba
membahas tentang perayaan maulid Nabi ini dengan memaparkan sejarah,
dalil-dalil hadits, serta pendapat ulama-ulama terdahulu.

2. Pengertian Maulid Nabi
Secara etimologis, maulid Nabi Muhammad SAW bermakna
(hari), tempat atau waktu kelahiran Nabi yakni peringatan hari lahir Nabi
Muhammad SAW. Secara terminologi, maulid Nabi adalah sebuah

upacara keagamaan yang diadakan kaum muslimin untuk memperingati
kelahiran Rasulullah SAW dengan harapan menumbuhkan rasa cinta pada
Rosululullah SAW.

Yang merupakan tradisi yang berkembang di

masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Secara subtansi,
peringatan ini adalah wujud ekspresi kegembiraan dan penghormatan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, dengan cara menjunjung Nabi,
mengenang, memuliakan dan mengikuti perilaku yang terpuji dari diri
Rasulullah SAW.1
3. Sejarah Maulid Nabi
Perayaan maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan
oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak, pada masa
pemerintahan Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138 H-1193 M). Adapula
yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal dari Sultan
Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan
kepada Nabi Muhammad Saw, serta meningkatkan semangat juang kaum
muslimin saat itu, yang sedang terlibat dalam Perang Salib melawan
pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem.2

Versi lain menyatakan bahwa perayaan maulid ini dimulai pada
masa Dinasti Daulah Fatimiyyah di Mesir pada akhir abad keempat
Hijriyah. Hal itu seperti yang ditulis pada kitab al-A'yad wa Atsaruha ‘alal
Muslimin oleh Sulaiman bin Salim as-Suhaimi. Disebutkan bahwa para
Khalifah

Bani

Fatimiyyah

mengadakan

perayaan-perayaan

setiap

1

Hizbut Tahrir Indonesia, Peringatan Maulid Nabi Saw, Agar Tidak Menjadi Tradisi dan
Seremoni Belaka, Buletin al-Islam, hlm. 1, Edisi 348/Tahun XIV, 2007

2

REPOSITORI STAIN KUDUS, http://eprints.stainkudus.ac.id/892/6/6.%20BAB%20II.
pdf, diakses hari Rabu tanggal 18 April 2018 pukul 22.00

tahunnya, di antaranya adalah perayaan tahun baru, Asyura, maulid Nabi
Saw bahwa termasuk maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husein
serta maulid Fatimah dan lain-lainnya. Versi lainnya lagi menyebutkan
bahwa perayaan maulid dimulai tahun 604 H oleh Malik Mudaffar Abu
Sa’id Kaukabri.3
4. Maulid Nabi SAW Menurut Para Ulama
a. Ibnu Ubaid
Dalam karyanya Rasailuhu al-Kubra sebagaimana dikutip oleh
Ja’far Murtadha al-‘Amaly menggambarkan sebagai berikut:
“Peringatan maulid adalah salah satu hari besar dari sekian
banyak hari besar lainnya. Dengan semua yang dikerjakan pada
waktu itu, karena merupakan ungkapan dari rasa senang dan
gembira karena adanya hari besar tersebut, dengan memakai
baju baru, mengendarai kendaraan yang baik, adalah masalah
mubah (yang dibolehkan) tak seorangpun yang menentangnya.”4

b. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqalani

Dikutip oleh Ja’far Murtadha al-Amaly berkata,
“Apa saja yang dikerjakan pada Maulud itu, dengan mencari
pemahaman arti syukur kepada Allah, membaca al-Qur’an,
sejarah hidup Nabi, makan-makanan, bersedekah, menyanyikan
sesuatu yang bersifat pujian kepada Nabi dan kezuhudannya,
dan kalaulah hal itu diikuti dengan permainan-permainan yang
diperbolehkan, maka tentu hukumnya peringatan itu mubah,
dengan tetap tidak mengurangi nilai kesenangan pada hari itu.
Hal itu tidak dilarang dan perlu di teruskan. tapi kalau diikuti
dengan hal-hal yang diharamkan atau dimakruhkan, maka
dilarang. Begitulah apa yang menjadi perbedaan dengan yang
pertama.”5
3

Nico Kaptein, Perayaan Hari Sejarah Lahir Nabi Muhammad Saw, Asal-Usul Sampai
Abad Ke 10/16, terj Lilian D, Tedjasudhana, INIS, Jakarta 1994, hlm 10
4


Ja’far Murtadha al-Amaly, Perayaan Haul dan Hari-hari Besar Islam Bukan Suatu yang
Haram, Pustaka Hidayah, Bandung, 1996, hlm. 21
5

Ibid., hlm. 22

‫أصل عمل المولد بدعة لم تنقل عن السلف الصالح من القرون اللثاة و لكنها مع ذلك قد اشتملت‬
‫ و قد‬: ‫على محاسن و ضدها فمن تحرى في عملها المحاسن و تجنب ضدها كانت بدعة و قال‬
‫ظهر لي تخرجها على أصل اابت‬
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata:
“Asal peringatan maulid adalah bid’ah yang belum pernah
dinukil dari kaum salaf saleh yang hidup pada tiga abad
pertama, tetapi demikian peringatan maulid mengandung
kebaikan dan lawannya, jadi barangsiapa dalam peringatan
maulid berusaha melakukan hal-hal yang baik saja dan menjauhi
lawannya (hal-hal yang buruk), maka itu adalah bid’ah
hasanah.” Al-Hafidh Ibnu Hajar juga mengatakan : “Dan telah
nyata bagiku dasar pengambilan peringatan maulid di atas dalil
yang tsabit (shahih)”.6
5. Dalil-dalil Tentang Maulid Nabi SAW

Dalil pertama,
ۚ َ ‫ف‬
َ َ‫جاء‬
َ ‫ص عَل َ ۡي‬
ُ ‫هۦ‬
ُ ّ ‫وك ُ لل ن‬
‫ه‬
ِ ‫م ۡنأ َ ۢنبَا‬
َٰ ‫في‬
ِ ‫ك‬
ِ ‫ذ‬
ِ ‫ه‬
ِ ِ‫ت ب‬
ِ ‫ك‬
َ ‫و‬
ُ ّ ‫ما نُثَب‬
ُ ‫لر‬
َ ‫ل‬
ّ ‫ق‬
َ ‫ؤادَ َك‬

ِ ‫س‬
ّ ‫ء ٱ‬
َ
ٞ ِ ‫م ۡو‬
‫ين‬
ََ ِ ‫من‬
ِ ‫م ۡؤ‬
َ ‫ۡٱل‬
ُ ‫ى ل ِ ۡل‬
ٰ ‫و ِذ ۡك َر‬
َ ‫و‬
ّ ‫ح‬
َ ‫عظ َ ة‬
َ ‫ق‬
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah
kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam
surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan
peringatan bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S. Hud : 120).
Dalil kedua,


َ ِ ‫فبِذَٰل‬
ۡ ‫ف‬
َ ‫ك‬
َ ‫هۦ‬
َ ِ ‫ق ۡل ب‬
ُ
‫ون‬
َ ‫و‬
ُ ْ ‫حوا‬
ِ ِ ‫مت‬
ِ ّ ‫ل ٱلل‬
َ ‫ع‬
ُ ‫م‬
ُ ‫ف ۡلي َ ۡف َر‬
َ ‫ما ي َ ۡج‬
ّ ‫م‬
ّ ‫ر‬ٞ ‫خ ۡي‬
َ ‫وب ِ َر ۡح‬
َ ‫ه‬
َ ‫ه‬

ِ ‫ض‬
“Katakanlah : Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah
dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu
adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". (Q.S. Yunus :
58)
Dalil ketiga,

6

Dr. Kh. Mukhotob Hamzah, MM., dkk. PENGANTAR STUDI ASWAJA ANNADHDLIYAH. Bantul. 2017. LKIS. Hlm 274-275.

َ ۚ
ْ ‫صَلّوا‬
ِ ّ ‫هََا ٱ ل‬
َ ّ ‫صل‬
ّ ِ‫إ‬
َ ‫ذ‬
َ ّ ‫ون عَلَى ٱلنّب ِ ّي يَٰٓأي‬
َ ‫ين ءَا‬
ُ َ ‫ملَٰٓئِكَت‬

َ ‫و‬
َ ّ ‫ن ٱلل‬
َ ْ ‫من ََُوا‬
َ ُ ‫هۥ ي‬
َ ‫ه‬
‫ما‬
ِ ‫عَل َ ۡي‬
َ ‫و‬
ً ‫موا ْ ت َ ۡسلِي‬
ُ ّ ‫سل‬
َ ‫ه‬
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu
untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (Q.S.
Al-Ahzab : 56).
Dalil keempat,
‫قل رسول ل ص من سن في ساسما سنة حسنة حسنة فله أجرها و أجر من عمل بها بعده من‬
)‫ (روسه مسلا‬.‫غير أن ينقص من أجورها شيء‬
“Barangsiapa yang memulai (merintis) dalam Islam sebuah perkara
baik maka ia akan mendapatkan pahala dari perbuatan baiknya

tersebut, dan ia juga mendapat pahala dari orang yang
mengikutinya setelahnya, tanpa berkurang pahala mereka
sedikitpun”. (HR. Muslim).
Dalil kelima,
Pendapat Imam Jalaluddin As-Suyuthi, ada sebuah pertanyaan tentang
perayaan maulid Nabi pada bulan Rabiul Awal bagaimana hukumnya
menurut Syara’. Apakah terpuji atau tercela? Dan apakah orang yang
melakukan diberi pahala ataukah tidak? Beliau menjawab “Jawabannya
menurut saya bahwa semula perayaan maulid Nabi yaitu manusia
berkumpul, membaca Al-qur’an dan kisah-kisah teladan Nabi sejak
kelahirannya sampai perjalanan hidupnya, kemudian menghidangkan
makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu
yang dilakukan tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah hasanah. Orang
yang melakukan diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi,
menampakkan sukacita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad
SAW.”7
Dalil keenam,

7

Jal al-Din as-Suyuti, al-Hawi li al-Fatawa, Juz 1, Bairut. Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1982.
Hlm 251- :252

Pendapat Ibnu Taimiyah beliau berkata: “Orang-orang yang melaksanakan
perayaan maulid Nabi akan diberi pahala. Demikian juga yang dilakukan
oleh sebagian orang, adakalanya bertujuan meniru kalangan Nasrani yang
memperingati kelahiran Isa, dan adakalanya juga dilakukan sebagai
ekpresi rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi. Allah akan memberi
pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan
dosa atas bid’ah yang mereka lakukan”.8
Dalil ketujuh,
Menurutku (Imam as-Suyuthi): “Pada dasarnya peringatan maulid, berupa
kumpulan

orang-orang,

berisi

bacaan

beberapa

ayat

al-Quran,

meriwayatkan hadits-hadits tentang permulaan sejarah Rasulullah SAW
dan tanda-tanda yang mengiringi kelahirannya, kemudian disajikan
hidangan lalu dimakan oleh orang-orang tersebut dan kemudian mereka
bubar setelahnya tanpa ada tambahan-tambahan lain, adalah termasuk
bid’ah hasanah yang pelakunya akan memperoleh pahala. Karena perkara
semacam itu merupakan penampakan akan rasa gembira dan suka cita
dengan kelahiran dengan yang mulia. Orang yang pertama kali merintis
peringatan maulid ini adalah penguasa Irbil, Raja al-Muzhaffar Abu Said
Kaukabri ibn Zainudin ibn Buktukin, salah seorang Raja yang mulia,
agung, dan dermawan. Beliau memiliki peninggalan dan jasa-jasa yang
baik, dan dialah yang membangun al-jami’ al-Muzhaffari di lereng gunung
Qosiyyun.”(Al-Imam al-hafizh as-Suyuthi dalam Husn al-Maqshid fi’amal
al-Maulid).9

Dalil kedelapan,

8

Sayyid Muhammad ibn Alwi al=Maliki al-Hasani, Manhaj al-Salaf fi Fahmi Nushush
Baina al-Nadzariyah wa al-Tahtbiq ( Beirut: Maktabah al-Ashriyah, 2008),hal.399
9

Dr. Kh. Mukhotob Hamzah, MM, opcit. Hlm, 276

Peringatan maulid Nabi belum pernah dilakukan dari kaum salafus soleh
yang hidup pada 3 abad pertama yang mulia, melainkan baru ada setelah
itu di kemudian. Dan umat Islam di semua daerah dan kota-kota besar
senantiasa

mengadakan

peringatan

maulid

pada

bulan

kelahiran

Rasulullah. Mereka mengadakan jamuan-jamuan makan yang luar biasa
dan di isi dengan hal-hal yang menggembirakan dan baik. Pada malam
harinya, mereka mengeluarkan berbagai macam sedekah, mereka
menampakan kegembiraan dan suka cita. Mereka melakukan kebaikankebaikan dari biasanya. Mereka bahkan meramaikan bahkan dengan
membaca buku-buku maulid. Dan tampaklah keberkahan Nabi dan maulid
secara merata. Dan semua ini telah teruji.”(al-Imam al-Hafizh as-Sakhawi
dalam al-Ajwibah al-Mardliyyah).10

10

Dr. Kh. Mukhotob Hamzah, MM, opcit. Hlm, 277

Kesimpulan
1. Maulid Nabi adalah perayaan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW

pada 12 Rabiul Awal dengan cara berkumpul, membaca Al-qur’an dan
kisah-kisah teladan Nabi sejak kelahirannya sampai perjalanan
hidupnya, kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati
bersama.
2. Orang yang pertama kali menyelenggarakan perayaan maulid Nabi

SAW adalah al-Muzhaffar Abu Said Kaukabri ibn Zainudin ibn
Buktukin.
3. Hukum maulid Nabi SAW menurut Imam As-Suyuthi adalah Bid’ah

Hasanah.

DAFTAR PUSTAKA
As-Suyuti, Jal al-Din. al-Hawi li al-Fatawa, Juz 1. Dar al-Kutub al-Ilmiyah:
Beirut. 1982
Hamzah, Mukhotob. PENGANTAR STUDI ASWAJA AN-NADHDLIYAH. LKIS:
Bantul. 2017
Hizbut Tahrir Indonesia. Peringatan Maulid Nabi Saw, Agar Tidak Menjadi
Tradisi dan Seremoni Belaka. Buletin al-Islam. Edisi 348/Tahun XIV. 2007
Kaptein, Nico. Perayaan Hari Sejarah Lahir Nabi Muhammad Saw, Asal-Usul
Sampai Abad Ke 10/16. terj Lilian D, Tedjasudhana. INIS: Jakarta. 1994
Muhammad, ibn Alwi al-Maliki al-Hasani. Manhaj al-Salaf fi Fahmi Nushush
Baina al-Nadzariyah wa al-Tahtbiq. Maktabah al-Ashriyah: Beirut. 2008
REPOSITORI STAIN KUDUS, http://eprints.stainkudus.ac.id/892/6/6.%20BAB
%20II.pdf
Murtadha, Ja’far al-Amaly. Perayaan Haul dan Hari-hari Besar Islam Bukan
Suatu yang Haram. Pustaka Hidayah. Bandung. 1996.