Uji stabilitas metildopa dengan metode d

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Parameter obat itu dikatakan baik mutunya bila Kadar zat berkhasiat
dalam sediaan obat tersebut harus memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam
Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya. Untuk mendapatkan kadar yang
memenuhi persyaratan, sediaan obat tersebut harus dianalisa dengan suatu metode
yang tepat (Gandjar dan Rohman, 2007).
Beberapa obat yang cukup stabil, dapat dipengaruhi oleh suhu,
kelembapan sehinnga dapat mengalami penguraian. Penguraian pada suatu produk
dapat dihitung melalui persamaan laju reaksi. Persamaan Laju reaksi dapat
menunjukkan hubungan konsentrasi suhu dengan waktu. Tipe degradasi obat
yang paling umum adalah degradasi obat orde nol (0), orde satu (1) dan orde dua
(2) (Gandjar dan Rohman, 2007).
Orde reaksi adalah bilangan yang menyatakan besar pengaruh konsentrasi
reaktan terhadap laju reaksi. Reaksi pada orde nol adalah reaksi yang tidak
bergantung pada konsentrasi pereaksi. Pada reaksi orde satu dihasilkan laju reaksi
yang berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksinya. Pada orde reaksi orde dua
adalah reaksi yang laju reaksinya berubah secara kuadrat tehadap perubahan
konsentrasi pereaksinya (Sunarya,Y.2012).
Stabilitas adalah kapasitas suatu sediaan farmasi untuk mempertahankan

spesifikasi yang telah ditentukan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas,
dan kemurniannya. Tujuan uji stabilitas adalah meneliti karakteristik tentang

1

bagaimana mutu bahan atau produk berubah dengan berjalannya waktu di bawah
pengaruh lingkungan, memberikan informasi mengenai kondisi pemrosesan,
pengangkutan, dan penyimpanan yang harus dilakukan untuk bahan atau sediaan
tersebut; dan menentukan masa uji ulang bahan obat atau produk obat.
Data stabilitas bahan baku memberikan informasi tentang bentuk sediaan
yang dapat dibuat, formula sediaan yang dibuat, cara/proses produksi yang harus
dilakukan, cara penyimpanan bahan, bahan kemasan yang harus digunakan untuk
produk jadi, dan waktu kadaluwarsa bahan baku itu sendiri. Sedangkan data
stabilitas sediaan jadi memberikan informasi tentang kondisi penyimpanan
sediaan jadi, interval test kadar zat aktif dalam sediaan tersebut, dan waktu
kadaluwarsa sediaan tersebut (Anonima, 2017).
Metildopa atau Methyldopum merupakan obat pilihan utama untuk
hipertensi kronik parah pada kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg)
yang dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin.
Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah digunakan dalam jangka waktu

yang lama dan belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan
perkembangan anak (Anonimc, 2017).
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, sifat fisika dan kimia Metildopa
yaitu agak sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam asam klorida 3N, larut
dalam etanol, praktis tidak larut dalam eter. Metildopa dapat ditetapkan kadarnya
dengan berbagai cara antara lain Spektrofotometri Ultraviolet, Titrasi Bebas Air,
dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Ditjen POM, 1995).

2

Dalam literatur penetapan kadar Metildopa dapat dilakukan dengan cara
titrasi bebas air karena Metildopa merupakan senyawa basa lemah dimana titrasi
bebas air basah lemah hanya dapat dititrasi oleh asam yang sangat kuat yang
mampu memprotonasi asam asetat, karena asam asetat merupakan penerima
proton yang sangat lemah sehingga tidak berkompetisi secara efektif dengan basabasa lemah dalam hal penerima proton. Titran yang sering digunakan adalah asam
perklorat. Asam perklorat dalam larutan asam asetat merupakan asam asetat yang
paling kuat diantara asam-asam lainnya. (Gandjar dan Rohman, 2007).
Dari ketiga metode penetapan kadar Metildopa penulis tertarik untuk
mencoba penetapan kadar Metildopa secara Titrasi Bebas Air karena metode ini
cukup sederhana baik dalam pengerjaan atau alat-alat yang digunakan. Uji

stabilitas Metildopa dalam sediaan tablet dengan metode dipercepat dengan
pemanasan suhu tinggi. Pada penelitian ini diambil suhu 90oC dan 110oC, karena
kadar dan konsentrasi pada suhu tersebut telah mengalami penguraian atau
degradasi, dimana sebelumnya telah dilakukan orientasi terlebih dahulu.
Pada suhu kurang dari 90oC obat belum terurai dalam jangka waktu yang
singkat, jika digunakan suhu dibawah 90oC maka waktu yang digunakan cukup
lama. Semakin tinggi suhunya maka akan semakin cepat pula obat tersebut untuk
terurai yang ditandai dengan penurunan kadar dan konsentrasinya semakin
menurun. Kemudian ditentukan persamaan regresi dan orde reaksinya maka
didapat harga k (konstanta laju reaksi) dari Metildopa. Laju reaksi dinyatakan
sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap satuan waktu.

3

1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah Metildopa dalam sediaan tablet dapat ditentukan orde reaksinya?
2. Apakah Metildopa dalam sediaan tablet dapat ditentukan harga k
(konstanta laju reaksi)?
3. Apakah Metildopa dalam sediaan tablet dapat ditentukan masa
kadaluarsanya?

1.3 Hipotesis
1. Diduga Metildopa dalam sediaan tablet dapat ditentukan orde reaksinya
dengan metode dipercepat.
2. Diduga Metildopa dalam sediaan tablet dapat ditentukan harga k
(konstanta laju reaksi).
3. Diduga Metildopa dalam sediaan tablet dapat ditentukan masa
kadaluarsanya.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Menentukan orde reaksi pada Metildopa dalam sediaan tablet dengan
metode dipercepat.
2. Menentukan harga k (konstanta laju reaksi) pada Metildopa dalam sediaan
tablet.
3. Menentukan masa kadaluarsa pada Metildopa dalam sediaan tablet dengan
metode dipercepat.

4

1.5 Manfaat Penelitian
1. Untuk menambah wawasan tentang uji stabilitas.
2. Untuk menambah ilmu pengetahuan tentang titrasi bebas air dalam uji

stabilitas.
3. Untuk mengetahui cara-cara yang digunakan untuk pengujian stabilitas
obat Metildopa.
1.6 Kerangka Pemikiran
Parameter

Variabel Bebas

T
S
s
a
u
S
t
b
h
u
a
l

u
h
b
e
u
i
t
9
l
0
1
i
M
1
t
e
0
a
t
s

i
l
d
o
p
a

5

Variabel Terikat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Metildopa
2.1.1

Sifat Fisikokimia

Rumus bangun


:

Nama kimia

: L-3-(3,4-Dihidroksifenil)-2metilalanina ahidrat[555-30-6]

Rumus molekul

: C10H13NO4

Berat molekul

: 211,22 g/mol

Pemerian

: Serbuk halus tablet, putih sampai putih kekuningan, tidak
berbau, dapat mengandung gumpalan rapuh.

Kelarutan


: Agak sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam asam
klorida 3N, sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam
eter.

Persyaratan kadar : Tablet Metildopa mengandung metildopa C10H13NO4 tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah
yang tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995).

6

2.1.2

Sinonim Metildopa
a. Aldoril® (kombinasi)
b. Dopamet
c. Medopa
d. Aldomet
(Tjay dan raharja, 2002).


2.2 Farmakologi Metildopa
Hipertensi adalah suatu kondisi medis yang kronis dimana tekanan darah
(TD) meningkat diatas Td yang disepakati normal. TD terbentuk dari interaksi
antara aliran darah dan tahanan pembuluh darah perifer (Tjay dan raharja, 2002).
Obat-obat hipertensi pada golongan anti-adrenergik (simpatolitik) dapat
dibagi menjadi central acting dan adrenoseptor blokers. Golongan adrenoseptor
blocker dibagi menjadi α-blocker dan β-blocker. Sedangkan golongan central
acting menghambat pelepasan adrenalin atau noradrenalin dari ujung saraf
adrenergik. Yang termasuk golongan ini salah satunya metildopa, klonidin dan
reserpin (Kabo Peter, 2011).
Metildopa merupakan obat golongan α2-agonis (anti-adrenergik) yang
cocok sebagai pilihan utama untuk hipertensi kronik parah (preeklamsia) pada
kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang dapat menstabilkan
aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin. Stimulasi ini akan mengurangi
aliran simpatik dari pusat vasomotor di otak (Anonimc, 2017).
Metildopa diubah menjadi metabolit, yaitu alpha-methylnorepinephrine, di
SSP, di mana ia merangsang penghambatan reseptor alfa-adrenergik sentral, yang

7


mengarah ke penurunan nada simpatik, resistensi perifer total, dan tekanan darah.
Penurunan aktivitas renin plasma, serta penghambatan produksi baik norepinefrin
dan serotonin pusat dan perifer juga dapat menyebabkan efek obat antihipertensi.
Hal

ini

dilakukan

melalui

dihydroxyphenylalanine (dopa)

penghambatan

dekarboksilasi

yang prekursor norepinefrin dan

dari

prekursor

serotonin-di SSP dan di sebagian besar jaringan perifer berkurang. Sehingga
metil-dopa memiliki efek menurunkan tekanan darah (Kabo Peter, 2011).
2.2.1

Indikasi Metildopa
Hipertensi esensial yang ringan atau yang berat, hipertensi nefrogenik,

hipertensi pada taraf kehamilan (Anonimb, 2012).
2.2.2

Dosis Metildopa
Oral permulaan : 250 mg 2 kali sehari setelah makan selama beberapa hari,

kemudian perlahan-lahan dinaikkan sampai 500 mg (Tjay dan raharja, 2002).
2.2.3

Kontra Indikasi Metildopa
Penyakit hati yang aktif spthepatitis akut dan sirosis hati, bila pengobatan

sebelumnya dengan alfa metildopa telah timbul gangguan hati, hipersensitif
(Anonimb, 2012).
2.2.4

Efek Samping Metildopa
Efek samping yang timbul pada pengguna metildopa yang sering

ditemukan adalah sedasi dan vertigo, hipotensi ortostatik. Efek samping lainnya
adalah penurunan libido, gejala parkinson dan hiperprolaktinemia, dan anemia
hemolitik. Namun efek samping ini bersifat reersibel atau menghilang setelah obat
dihentikan (Ganiswarna, S, 1995).

8

2.3

Metode Analisa Kuantitatif
Pemilihan metode analisa ditentukan oleh beberapa faktor seperti

kecepatan, ketepatan, ketelitian, selektivitas, tersedianya peralatan, jumlah
sampel, tingkat analisis. Faktor terakhir ini merupakan faktor yang tidak dapat
diabaikan. Selain pertimbangan konsentrasi komponen yang dianalisis (Gandjar
dan Rohman, 2007).
2.3.1 Tahap-Tahap Analisa Kuantitatif
Tahapan penentuan analisis kuantitatif adalah :
1. Usaha mendapatkan sampel
Penarikan sampel harus dapat mewakili yang akan dianalisi secara utuh.
Sampel harus tersedia dengan mudah dalam bentuk murni atau dalam keadaan
kemurnian yang diketahui. Pada umumnya total banyaknya ketidak murnian tidak
lebih dari 0,01-0,02%. Zat tersebut harus mudah dikeringkan dan lebih terlalu
higroskopis sehingga tidak menarik air selama penimbangan.
2. Pengubahan konstituen yang diinginkan ke bentuk yang dapat terukur
Mengubah konstituen yang diinginkan ke bentuk yang dapat diukur. Ini
bersangkutan dengan metode pemisahan. Pemilihan teknik umumnya didasarkan
pada ketelitian dan ketepatan yang diperlukan.
3. Pengukuran konstituen yang diinginkan
Berbagai sifat-sifat kimia atau fisika dapat digunakan sebagai suatu cara
identifikasi kualitatif dan pengukuran kuantitatif. Jika sifatnya adalah spesifik
untuk pengukuran, maka tahap pemisahan dan perlakuan awal sampel dapat
disederhanakan.

9

4. Perhitungan dan interpretasi data analitik
Langkah terakhir dalam suatu analisis adalah perhitungan persentase dari
analit di dalam sampel. Dasar-dasar yang menyangkut dalam perhitungan,
biasanya dilakukan secara statistika yang berguna untuk menyatakan makna dari
data analitik (Khopkar, 2008).
2.4. Analisa Titrimetri (Volumetri)
Titrimetri atau analisis volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan
jumlah zat kimia yang luas pemakaiannya didasarkan pada pengukuran volume
larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk bereaksi secara stoikiometri dengan zat
yang ditentukan. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan.
Pada satu segi, cara ini menguntungkan karena pelaksanaannya mudah,
cepat, ketelitian dan ketetapannya cukup tinggi. Pada segi lain, cara ini
menguntungkan karena dapat digunakan untuk menentukan kadar berbagai zat
yang mempunyai sifat yang berbeda-beda (Rivai, H, 1995).
Analisa titrimetri dapat dilakukan dengan cara memenuhi syarat- syarat
sebagai berikut :
1. Reaksi harus berlangsung sesuai persamaan reaksi kimia.
2. Reaksi harus berlangsung sampai benar lengkap pada titik ekivalen.
3. Indikator harus ada untuk digunakan kepada analis bila harus berhenti
dengan penambahan titran.
4. Reaksi berlangsung cepat, sehingga titran dapat berlangsung dalam
beberapa menit.
(Underwood, A.L, 1980)

10

2.4.1

Penggolongan Volumetri (Trititrimetri)
Analisis secara volumetri berdasarkan reaksi kimia dapat dikelompokkan

menjadi 4 jenis:
(1) Titrasi asam – basa didasarkan pada reaksi perpindahan proton antar
senyawa yang mempunyai sifat- sifat asam basa. Penentuan senyawasenyawa tersebut biasanya digunakan dalam analisis senyawa- senyawa
organik. Titik akhir titrasi ditetapkan dengan titrasi babas air.
(2) Titrasi kompleksometri didasarkan pada reaksi zat- zat pengompleks
organik tertentu dengan ion logam, menghasilkan senyawa kompleks yang
mantap. Titik akhir titrasi ditetapkan dengan indikator logam secara
potensiometri.
(3) Titrasi pengendapan didasarkan pada reaksi pembentukan endapan yang
sukar larut. Misalnya dengan titrasi perak nitrat. Titik akhir titrasi
ditentukan dengan argentometri.
(4) Titrasi oksidasi – reduksi didasarkan pada proses perpindahan elektron
antara zat pengoksidasi dan zat pereduksi. Zat pengoksidasi dititrasi
dengan larutan baku zat pereduksi kuat. Titik akhir titrasi ditentukan
dengan iodometri.
(Rivai, H, 1995)
2.4.2

Titrasi Bebas Air
Titrasi bebas air adalah suatu cara titrasi yang memakai pelarut bukan air.

Cara titrasi ini digunakan untuk penetapan kadar asam lemah, yang memiliki Pk
di atas 6. Pada asam basa lemah digunakan air sebagai pelarutnya maka akan

11

timbul kesukaran sebab hasil titrasi yang terjadi atau garam yang terbentuk akan
dihidrolisa air sehingga perubahan warna indikator pada titik akhir titrasi menjadi
kurang jelas.
Titrasi bebas air mempunyai dua keuntungan yaitu untuk titrasi asamasam atau basa-basa yang sangat lemah, dan pelarut yang digunakan adalah
pelarut organik yang juga mampu melarutkan analit-analit organik, misalnya
asam perklorat dan asam asetat. Titrasi ini harus bebas air, karena air dapat
bersifat asam lemah dan basa lemah. Oleh karena itu, dengan adanya air, air dapat
berkompetisi dengan asam-asam atau basa-basa yang sangat lemah dalam hal
menerima atau memberi proton, karena adanya kompetisi ini deteksi titik akhir
titrasi sangat sulit ditentukan (Gandjar dan Rohman, 2007).
Titrasi bebas air dapat dibedakan menjadi dua:
1. Titrasi Bebas Air Basa Lemah
Untuk titrasi bebas air basa lemah hanya asam yang sangat kuat yang
mampu memprotonasi asam asetat, karena asam asetat merupakan penerima
proton yang sangat lemah sehingga tidak berkompetisi secara efektif dengan basabasa lemah dalam hal menerima proton. Titran yang sering digunakan adalah
asam perklorat. Asam perklorat dalam larutan asam asetat merupakan asam yang
paling kuat diantara asam-asam umum yang digunakan untuk titrasi basa lemah
dalam medium bebas air. Biasanya ditambah dengan asam asetat anhidrat dengan
tujuan untuk menghilangkan air yang ada dalam asam perklorat.

12

2. Titrasi Bebas Air Asam Lemah
Untuk titrasi bebas air asam lemah, pelarut yang digunakan adalah
pelarut-pelarut yang tidak berkompetisi secara kuat dengan asam lemah dalam hal
memberikan proton. Titran yang sering digunakan adalah natrium metoksida,
litium metoksida dalam methanol, atau tetrabutil ammonium hidroksida dalam
dimetilformamid.
Untuk mendeteksi dan memberikan perubahan warna yang tajam pada titik
akhir titrasi digunakan indikator. Indikator asam dan basa akan memiliki warna
yang berbeda, dimana dalam keadaan tak terionisasi (dalam larutan asam) dengan
phenolptalein tidak berwarna dan terionisasi (dalam larutan basa) akan berwarna
merah keunguan (Gandjar dan Rohman, 2007).
Beberapa jenis indikator yang digunakan pada penetapan kadar asam basa
secara titrasi bebas air:
1. Oraset biru
2. Kuinaldin merah
3. Kristal violet
4. Metil kuning
5. Fenolftalein
6. Timol biru
(Anonimd, 2014).
Titrasi asam basa merupakan penentuan suatu kadar zat baik asam atau
basa berdasarkan atas reaksi asam-asam atau sering disebut juga reaksi netralisasi.
Titrasi asam basa dilakukan dengan penambahan tetes demi tetes titran kedalam

13

titrat sampai mencapai keadaan ekuivalenyang ditandai dengan yang berubahnya
warna indikator yang disebut dengan titik akhir titrasi. Berikut adalah defenisi
asam dan basa berdasarkan teori yang berbeda dan saling melengkapi:
1. Menurut Arrhenius. Asam adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam
air akan melepaskan ion H+. Sementara basa adalah senyawa yang bila
dilarutkan dalam air akan melepaskan ion OH-.
2. Menurut Bronsted dan Lowrey. Asam adalah senyawa yang dapat memberikan
proton atau yang dikenal dengan donor proton. Sementara basa adalah
senyawa yang penerima proton atau dikenal dengan akseptor proton.
3. Menurut Lewis. Asam adalah senyawa yang dapat menerima sepasang
elektron bebas atau disebut juga akseptor pasangan elektron bebas. Sementara
basa adalah senyawa yang melepaskan sepasang elektron bebas.
Macam-macam dari reaksi netralisasi yaitu:
a. Netralisasi asam kuat denga basa kuat. Memiliki titik ekuivalen pada pH = 7.
b. Netralisasi asam lemah dengan basa kuat. Memiliki titik ekuivalen pada
pH < 7.
c. Netralisasi basa lemah dengan asam kuat. Memiliki titik ekuivalen pada
pH > 7.
d. Netralisasi basa lemah dengan asam lemah. Memiliki titik ekuivalen
tergantung dari Ka dan Kbnya. Jika Ka > Kb maka titik ekuivalen pada
pH < 7. Jika Kb > Ka maka titik ekuivalen pada pH > 7. Jika Ka = kb maka
titik ekuivalen pada pH = 7.
(Anonimd, 2014).

14

Untuk mentitrasi basa lemah secara titrasi bebas air dapat dipakai berbagai
pelarut antara lain :
a. Pelarut bersifat asam atau pelarut protogenik seperti asam asetat dan asam
formiat.
b. Pelarut ampiprotik seperti methanol, ethanol, dan glikol, akan lebih baik kalau
dicampur dengan benzen.
Asam perklorat merupakan asam yang jauh lebih luas digunakan untuk
titrasi basa lemah, sebab ia merupakan asam yang sangat kuat yang mudah
didapat. (Underwood, 1980).
2.5 Stabilitas Obat
Stabilitas adalah kapasitas suatu sediaan farmasi untuk mempertahankan
spesifikasi yang telah ditentukan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas,
dan kemurniannya. Tujuan uji stabilitas adalah untuk menentukan parameter
kinetika sehingga waktu kadaluwarsa dapat diperediksi, meneliti karekteristik
tentang bagaimana produk berubah dibawah pengaruh faktor lingkungan seperti
suhu, kelembaban, cahaya, dan oksigen, untuk menentukan uji ulang untuk bahan
obat atau masa guna produk, memberi informasi mengenai kondisi pemrosesan,
pengangkutan, dan penyimpanan yang harus dilakukan untuk bahan atau sediaan
tersebut (Anonima, 2017).
2.5.1

Uji Stabilitas Dipercepat
Uji stabilitas dipercepat merupakan uji yang menggunakan kondisi

penyimpanan ekstrim utnuk meningkatkan kecepatan penguraian suatu obat. Uji
tersebut digunakan untuk menunjang tanggal kadaluwarsa sementara jika tanggal

15

masa edar lengkap tidak tersedia. Jika pabrik mengganti kemasan produk obat, uji
stabilitas harus dilakukan pada produk kemasan baru dan tanggal kadaluwarsa
menunjukkan hasil dari uji stabilitas (Sinko, P. J. 2011).
Kondisi ekstrim yang umum digunakan adalah suhu. Suhu yang tinggi
akan mempercepat penguraian zat aktif. Menurut persamaan arrhensius dimana
kecepatan penguraian obat dengan konsentrasi suhu dan waktu dapat dihitung
melalui persamaan laju reaksi menggunakan harga orde reaksi, Didasarkan atas
prinsip kinetika kimia dengan konstanta laju reaksi (nilai k) untuk penguraian obat
pada berbagai temperatur dan waktu yang dinaikkan, dan nilai

k 25 digunakan

untuk memperoleh ukuran stabilitas obat pada kondisi penyimpanan biasa
sehingga dapat ditentukan tanggal kadaluwarsa sementara dari suatu produk.
(Sinko, P. J. 2011).
2.5.2 Teori Hukum Laju Reaksi
Beberapa obat yang cukup stabil, dapat dipengaruhi oleh suhu,
kelembapan sehinnga dapat mengalami penguraian. Penguraian pada suatu produk
dapat dihitung melalui persamaan laju reaksi. Persamaan Laju reaksi dapat
menunjukkan hubungan konsentrasi suhu dengan waktu. Tipe degradasi obat
yang paling umum adalah degradasi obat orde nol (0) dan orde satu (1)
1.

Degradasi Orde 0
Dalam kinetika reaksi orde 0, kecepatan degradasi obat tidak tergantung

pada konsentrasi reaktan sehingga akan mengalami degradasi. Tipe degradasi orde
0 ini merupakan tipe degradasi hidrolisis obat pada sediaan suspensi atau tablet
yang mana obat pada awalnya berada pada bentuk padat lalu secara perlahan-

16

lahan melarut. Oleh karena itu, kecepatan degradasinya kurang lebih sama dengan
degradasi dalam larutan bebas karena konsentrasi obat pada keadaan setimbang
adalah konstan (Gandjar dan Rohman, 2007).
2. Degradasi Orde 1
Reaksi kinetika degrasi obat orde satu

(1) telah dipelajari secara luas.

Reaksi orde satu (1) merupakan tipikal reaksi hidrolisis obat dalam larutan.
Reaksi orde satu (1) semu merupakan reaksi degradasi sejenis reaksi orde satu (1)
yang melibatkan air. Karena air dalam jumlah berlebih sehingga dianggap konstan
(meskipun sebenarnya air juga berperan dalam reaksi degradasi, sehingga reaksi
tersebut dianggap reaksi orde satu (1). Pada reaksi orde satu (1), tetapan kecepatan
mempunyai unit satuan jam-1 atau detik-1.
3. Degradasi orde dua (2)
Degradasi orde dua (2) keseluruhan mempunyai hukum laju dengan jumlah
eksponen m+n sama dengan 2. Seperti pada reaksi pada orde nol (0) dan orde satu
(1) akan dibatasi pada reaksi yang melibatkan dekompetisi satu reaktan mengikuti
hukum laju (Gandjar dan Rohman, 2007).
Hukum laju reaksi orde 0 adalah :
Laju reaksi = k [A]0 =k
Untuk reaksi orde ke-nol, laju reaksinya tetap. Laju reaksi tidak berubah terhadap
konsentrasi. Hukum laju turunannya untuk reaksi orde nol adalah :
[A]t = -kt + [A]0
Dimana : A adalah konsentrasi A pada waktu t

17

t adalah waktu
k adalah konstanta laju
pada orde nol ini nilai [A] terhadap t menghasilkan garis lurus dengan
kemiringan –k

(Sunarya,Y, 2012).
Hukum laju reaksi orde pertama adalah ;
Δ[ A]
=−k [ A ]
Δt

Dimana dapat diperoleh hukum integral untuk reaksi orde pertama dengan
mengaplikasikan persamaan. Hasil dari penurunannya adalah :
ln [A]t = (-k)t +ln [A]0
Dimana : [A]t adalah konsentrasi A pada waktu t
[A]0 adalah konsentrasinya pada t=0
k adalah konstanta laju
Terdapat beberapa hal penting tentang persamaan hukum laju reaksi orde
pertama, yaitu :
1. Persamaan menunjukkan bagaimana konsentrasi A bergantung
pada waktu
18

2. Persamaan tersebut merupakan persamaan linear dengan bentuk:
y = mx + b, dimana garis y terhadap garis x merupakan garis lurus
dengan kemiringan m dan perpotongan pada titik b.
y = ln [A] ;

x=t;

m=-k;

b= ln [A]0

(Sunarya,Y, 2012).
Hukum laju reaksi orde kedua adalah :
Laju =

Δ[ A ]
Δt

= k [A]2

Hukum laju integral orde kedua mempunyai bentuk:

[ A ]0
¿
1
1
=k t +
¿
[ A ]t

19

Laju reaksi menyatakan berapa banyak reaktan atau produk berubah
dengan waktu dan biasanya dinyatakan dengan mol per liter waktu. Nilai 1/ [A]
terhadap t akan menghasilkan garis lurus dengan kemiringan k, sehingga
konsentrasi [A] bergantung pada waktu t.
Salah satu tujuan dalam kajian kinetika kimia adalah menurunkan
persamaan yang dapat digunakan untuk memprediksi hubungan antara laju reaksi
dan konsentrasi.
Laju reaksi = k [A]m [B]n
Suku [A], [B], merupakan molaritas reaktan. Eksponen yang diperlukan
m, n biasanya berupa angka bulat, positif, kecil, meskipun dalam beberapa kasus
dapat berupa nol, pecahan, dan atau negatif. Eksponen harus ditentukan secara
percobaan dan biasanya tidak berkaitan dengan koefisien stoikiometrik.
Dengan hukum laju untuk suatu reaksi, dapat :
 Menghitung laju reaksi untuk konsentrasi reaktan yang diketahui
 Menurunkan persamaan yang dinyatakan konsentrasi reaktan sebagai fungsi
waktu
Reaksi kimia berjalan lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Arrhenius
menunjukkan bahwa konstanta laju banyak reaksi kimia bervariasi dengan suhu
sesuai dengan rumus :
K = Ae-Ea/RT
Dengan mengambil logaritma alami kedua sisi persamaa, didapat rumus :
ln k =

20

Ea
RT

ln k dengan 1/T adalah suatu garis sehingga memberikan metode grafis untuk
menetukan energi aktivasi suatu reaksi (Sunarya,Y, 2012).

2.6

Cara Perhitungan Kadar
Secara skematis cara perhitungan kadar dapat dilukiskan sebagai berikut:
V x N = Jumlah gram ekivalen (grek) :
Kesetaraaan

Jumlah Nol

x Kesetaraaan

x BM

kadar (%)

Berat
(100%) x (: Berat Sampel)

Sehingga untuk menghitung kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara
volumetri dapat menggunakan rumus-rumus umum berikut:
1. Jika sampelnya padat (sampel ditara dengan menggunakan timbangan
analitik) maka rumus untuk menghitung kadar adalah sebagai berikut:
kadar

b V titrasi x N titrasi x BE
=
x 100 … … …(6−8)
b Berat sampel (mg )

( )

2. Jika sampelnya cair (sampel diambil secara kuantitatif misal dengan
menggunakan pipet volume) maka rumus untuk menghitung kadar adalah
sebagai berikut:
kadar

V titrasi x N titrasi x BE

( bb )= Berat sampel ( mg ) x 1000 x 100 … … …(6−9)

BE (berat ekivalen) sama dengan berat molekul sampel dibagi dengan valensinya
(Gandjar dan Rohman, 2007).

21

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalahn eksperimen. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat kadar yang tersisa pada sampel metildopa setelah
dilakukan pemenasan pada sampel dengan menggunakan suhu tinggi selama
waktu yang telah ditentukan. Penetapan kadar dilakukan dengan metode titrasi
babas air.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian Uji Stabilitas Metildopa Dengan Metode Dipercepat, dilakukan
pada tanggal 07 Febuari s/d 30 Maret 2017 di Laboratorium Kimia Bahan Dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.3 Alat-alat Yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : neraca analitik,
buret, statif dan klem, gelas ukur, batang pengaduk, beaker glass, pipet tetes,
Erlenmeyer, corong, spatel, oven, dan alat gelas lainnya.
3.4 Bahan Yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metildopa dalam
sediaan tablet (PT. Actavis). Bahan-bahan berkualitas p.a-E Merck : HClO 4,
Kristal violet, Kalium Biftalat, Asam asetat glasial, Asam asetat anhidrat, akuades
3.5 Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang sering dipakai ada dua, yakni variabel bebas dan
variabel terikat.

22

a. Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang menjadi sebab
atau berubahnya dependent variabel. Variabel bebas yang digunakan dalam
penelitian yakni tablet metildopa..
b. Variabel terikat (dependent variabel) adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas, variabel ini
disebut variabel respon. Variabel terikat dalam penelitian yakni stabilitas
dari tablet metildopa dengan metode dipercepat.
3.6 Pembuatan Pereaksi
3.6.1

Pembuatan Larutan Asam Perklorat 0,1N
Tiap 1000 ml larutan mengandung 10,05 g HClO 4 60% (Mr 100,46).

Campur 8,5 ml asam perklorat (p) dengan 500 ml asam asetat glacial (p) dan 21
ml asetat anhidrat (p), dinginkan, tambahkan asam asetat glacial (p) secukupnya
hingga 1000 ml (Depkes RI, 1995).
3.6.2

Pembuatan Indikator Kristal Violet
Larutkan 50 mg Kristal violet (p) dalam 25 ml asam asetat glacial (p)

(Depkes RI, 1995).
3.7 Pembakuan Pereaksi
3.7.1

Pembakuan Larutan asam Perklorat 0,1 N
Ditimbang dengan seksama lebih kurang 100 mg kalium biftalat (p) yang

sebelumnya telah dikeringkan pada suhu 120 oC selama 2 jam, dilarutkan dalam 10
ml asam asetat glacial (p) dalam Erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 3 tetes
indikator kristal violet, dan dititrasi dengan larutan asam perklorat 0,1 N sampai
warna ungu berubah menjadi hijau biru. Dilakukan penetapan blanko (Depkes RI,
1995). 1 ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 20,41 kalium biftalat.

23

3.8 Pola Penelitian
3.8.1

Penentuan Uji Stabilitas Metildopa Dalam Sediaan Tablet Secara
Titrasi Bebas Air
Ditimbang dengan seksama lebih kurang 100 mg Tablet Metildopa

dilarutkan dalam 50 ml asam asetat glasial (p) dengan pemanasan lalu
ditambahkan 3 tetes indikator Kristal violet. Dititrasi dengan asam perklorat 0,1 N
hingga warna hijau biru (Depkes RI, 1995).
1 ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 21,12 mg Metildopa.
3.8.2

Penentuan Uji Stabilitas Tablet Metildopa misal pada Suhu 90 oC
Dengan Waktu (4jam) Dengan konsentrasi (100 mg) Secara Titrasi
Bebas Air
Ditimbang dengan seksama lebih kurang 100 mg Tablet Metildopa

Dilarutkan dalam 50 ml asam asetat glasial (p) dengan pemanasan lalu
ditambahkan 3 tetes indikator Kristal violet. Dititrasi dengan asam perklorat 0,1 N
hingga warna hijau biru.
3.8.3

Penentuan Uji Stabilitas Tablet Metildopa misal pada Suhu 90 oC
Dengan Waktu (8jam) Dengan konsentrasi (100 mg) Secara Titrasi
Bebas Air
Ditimbang dengan seksama lebih kurang 100 mg Tablet Metildopa

dilarutkan dalam 50 ml asam asetat glasial (p) dengan pemanasan lalu
ditambahkan 3 tetes indikator Kristal violet. Dititrasi dengan asam perklorat 0,1 N
hingga warna hijau biru
3.8.4

Penentuan Uji Stabilitas Tablet Metildopa misal pada Suhu 90 oC
Dengan Waktu (17jam) Dengan konsentrasi (100 mg) Secara Titrasi
Bebas Air
Ditimbang dengan seksama lebih kurang 100 mg Tablet Metildopa

dilarutkan dalam

50 ml asam asetat glasial (p) dengan pemanasan lalu

24

ditambahkan 3 tetes indikator Kristal violet. Dititrasi dengan asam perklorat 0,1 N
hingga warna hijau biru
3.8.5

Penentuan Uji Stabilitas Tablet Metildopa misal pada Suhu 110 oC
Dengan Waktu (2jam) Dengan konsentrasi (100 mg) Secara Titrasi
Bebas Air
Ditimbang dengan seksama lebih kurang 100 mg Tablet Metildopa

dilarutkan dalam

50 ml asam asetat glasial (p) dengan pemanasan lalu

ditambahkan 3 tetes indikator Kristal violet. Dititrasi dengan asam perklorat 0,1 N
hingga warna hijau biru
3.8.6

Penentuan Uji Stabilitas Tablet Metildopa misal pada Suhu 110 oC
Dengan Waktu (4jam) Dengan konsentrasi (100 mg) Secara Titrasi
Bebas Air
Ditimbang dengan seksama lebih kurang 100 mg Tablet Metildopa

dilarutkan dalam

50 ml asam asetat glasial (p) dengan pemanasan lalu

ditambahkan 3 tetes indikator Kristal violet. Dititrasi dengan asam perklorat 0,1 N
hingga warna hijau biru
3.8.7

Penentuan Uji Stabilitas Tablet Metildopa misal pada Suhu 110 oC
Dengan Waktu (7jam) Dengan konsentrasi (100 mg) Secara Titrasi
Bebas Air
Ditimbang dengan seksama lebih kurang 100 mg Tablet Metildopa

dilarutkan dalam

50 ml asam asetat glasial (p) dengan pemanasan lalu

ditambahkan 3 tetes indikator Kristal violet. Dititrasi dengan asam perklorat 0,1 N
hingga warna hijau biru

25

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Dasar Pemilihan Metoda
Dasar literatur penetapan kadar Metildopa dapat dilakukan dengan cara
titrasi bebas air, karena Metildopa merupakan senyawa yang besifat basa lemah,
untuk menentukan kadar asam/basa yang lemah umumnya dapat dilakukan secara
titrasi bebas air.
4.2 Pembakuan Larutan Asam Perklorat
Dari hasil yang diperoleh, normalitas asam perklorat yang didapat adalah
0,0743 N. Perhitungan penentuan normalitas asam perklorat dapat dilihat pada
lampiran 1. Hal 34.
4.3 Penetapan Kadar Metildopa Secara Titrasi Bebas Air
Metildopa adalah senyawa yang bersifat basa lemah, untuk penetapan
kadar asam/basa lemah umumnya dilakukan secara titrasi bebas air. Pelarut yang
digunakan adalah pelarut bukan air, karena pada asam/basa lemah bila dipakai
pelarut air maka akan timbul kesukaran, sehingga perubahan warna indikator pada
titik akhir titrasi kurang jelas. Pelarut yang digunakan pada titrasi bebas air adalah
pelarut yang relatif tidak bersifat basa yaitu asam asetat glasial dengan pentiter
yang digunakan adalah Asam Perklorat 0,1 N dengan menggunakan Kristal violet.
4.4 Penetapan Kadar Metildopa Dalam Sediaan Tablet Secara Titrasi Bebas
Air
Diperoleh kadar

rata-rata 100,06%, bila dibandingkan menurut syarat

Farmakope Indonesia Edisi IV syarat Metildopa dalam sediaan tablet tidak kurang

26

dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Hal
ini menunjukkan kadar yang diperoleh dari hasil penelitian memenuhi persyaratan
yang ditetapkan.
Dari hasil penetapan kadar Metildopa dalam sediaan tablet secara titrasi
bebas air dapat dilihat pada lampiran 2 Hal 35.
4.5 PenentuanKadar Metildopa Dalam Sediaan Tablet Pada Suhu 90 oC
Dengan Waktu (4jam) Dengan Konsentrasi (100,4 mg) Secara Titrasi Bebas
Air
Diperoleh kadar rata-rata 90,66%, bila dibandingkan menurut Farmakope
Indonesia Edisi IV syarat Metildopa dalam sediaan tablet tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Hal ini
menunjukkan kadar yang diperoleh dari hasil penelitian memenuhi batas
persyaratan yang ditetapkan.
Data hasil penetapan kadar Metildopa secara titrasi bebas air dapat dilihat
pada lampiran 3 hal 36.
4.6 Penentuan Kadar Metildopa Dalam Sediaan Tablet Pada Suhu 90 oC
Dengan Waktu (8jam) Dengan Konsentrasi (100,4 mg) Secara Titrasi Bebas
Air
Diperoleh kadar rata-rata 84,40%, bila dibandingkan menurut Farmakope
Indonesia Edisi IV syarat Metildopa dalam sediaan tablet tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Hal ini
menunjukkan kadar yang diperoleh dari hasil penelitian memenuhi batas
persyaratan kerusakan karena kadar yang diperoleh dibawah kadar yang
sebenarnya.

27

Data hasil penetapan kadar Metildopa dalam sediaan tablet secara titrasi
bebas air dapat dilihat pada lampiran 4 hal 37.
4.7 Penentuan Kadar Metildopa Dalam Sediaan Tablet Pada Suhu 90 oC
Dengan Waktu (17jam) Dengan Konsentrasi (100,4 mg) Secara Titrasi
Bebas Air
Diperoleh kadar rata-rata 73,46%, bila dibandingkan menurut Farmakope
Indonesia Edisi IV syarat Metildopa dalam sediaan tablet tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Hal ini
menunjukkan kadar yang diperoleh dari hasil penelitian memenuhi batas
persyaratan kerusakan karena kadar yang diperoleh dibawah kadar yang
sebenarnya.
Data hasil penetapan kadar Metildopa dalam sediaan tablet secara titrasi
bebas air dapat dilihat pada lampiran 5 hal 38.
4.8 Penentuan Kadar Metildopa Dalam Sediaan Tablet Pada Suhu 110 oC
Dengan Waktu (2jam) Dengan Konsentrasi (100,4 mg) Secara Titrasi Bebas
Air
Diperoleh kadar rata-rata 89,09%, bila dibandingkan menurut Farmakope
Indonesia Edisi IV syarat Metildopa dalam sediaan tablet tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Hal ini
menunjukkan kadar yang diperoleh dari hasil penelitian memenuhi batas
persyaratan kerusakan karena kadar yang diperoleh dibawah kadar yang
sebenarnya.
Data hasil penetapan kadar Metildopa dalam sediaan tablet secara titrasi
bebas air dapat dilihat pada lampiran 13 hal 51.

28

4.9 Penentuan Kadar Metildopa Dalam Sediaan Tablet Pada Suhu 110 oC
Dengan Waktu (4jam) Dengan Konsentrasi (100,4 mg) Secara Titrasi Bebas
Air
Diperoleh kadar rata-rata 84,40%, bila dibandingkan menurut Farmakope
Indonesia Edisi IV syarat Metildopa dalam sediaan tablet tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Hal ini
menunjukkan kadar yang diperoleh dari hasil penelitian memenuhi batas
persyaratan kerusakan karena kadar yang diperoleh dibawah kadar yang
sebenarnya.
Data hasil penetapan kadar Metildopa dalam sediaan tablet secara titrasi
bebas air dapat dilihat pada lampiran 14 hal 52.
4.10 Penentuan Kadar Metildopa Dalam Sediaan Tablet Pada Suhu 110 oC
Dengan Waktu (7jam) Dengan Konsentrasi (100,3 mg) Secara Titrasi
Bebas Air
Diperoleh kadar rata-rata 76,66%, bila dibandingkan menurut Farmakope
Indonesia Edisi IV syarat Metildopa dalam sediaan tablet tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Hal ini
menunjukkan kadar yang diperoleh dari hasil penelitian memenuhi batas
persyaratan kerusakan karena kadar yang diperoleh dibawah kadar yang
sebenarnya.
Data hasil penetapan kadar Metildopa dalam sediaan tablet secara titrasi
bebas air dapat dilihat pada lampiran 15 hal 53.

29

Metildopa memiliki pemeriaan berupa serbuk atau hablur putih sampai putih
kekuningan dan tidak berbau. Dalam penelitian ini dilakukan pemanasan pada
sampel dengan menggunakan suhu tinggi dan konstan. Pemanasan dilakukan
dengan oven. Kemudian didinginkan, setelah itu dilarutkan dengan menggunakan
pelarut asam asetat glasial untuk mempercepat reaksi dan dititrasi dengan asam
perklorat 0,0743 N dengan menggunakan indikator kristal violet. Titik akhir titrasi
yang terjadi adalah warna hijau biru.
Tujuan dilakukannya pemanasan obat dimaksudkan untuk mengetahui pada
suhu berapa obat akan terurai dengan cepat. Semakin tinggi suhunya maka akan
semakin cepat bahan obat tersebut untuk terurai, yang ditandai dengan konsentrasi
semakin menurun. Metode ini dikenal sebagai sstabilitas yang dipercepat. Uji
stabilitas dipercepat adalah uji yang menggunakan kondisi penyimpanan ekstrim
atau dilakukan pada suhu yang tinggi untuk mempercepat penguraian zat aktif.
Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi yang
berlangsung per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan konsentrasi zat terlarut
dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi. Laju reaksi akan meningkat tajam
dengan naiknya suhu pemanasan.
Pada penelitian ini kadar metildopa dalam sediaan tablet tanpa pemanasan
sebagai pembanding 100,06%. Hal ini memenuhi persyaratan farmakope edisi IV
yaitu metildopa dalam sediaan tablet mengandung tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 110,0%dari jumlah yang tertera pada etiket.

30

4.11 Penentuan Konstanta Laju Reaksi
Setelah dihitung kadar sebelum pemanasan dan sesudah pemanasan dapat
dihitung persamaan regresinya maka didapat harga r dan k pada masing-masing
orde yaitu pada suhu 90 ℃

orde 0, r = -0,9982, k = 1,953, dan kv = 20,22% ;

orde 1, r=-1,0016, k = 0,0213, dan kv = 15,21% ; orde 2, r =1,0920, k = 0,00025,
kv =7,92%. Dan pada suhu 110 ℃

orde 0, r = -0,9984, k=4,2474, kv=26,01% ;

orde 1 r =-1,0183, k=0,0461, dan kv =22,72% ; orde 2 r=1,0665, k = 0,00053 dan
kv = 22,08%. Maka dapat ditentukan harga k pada orde 2, karena pada suhu 110
℃ harga k lebih besar dari pada suhu 90 ℃ dan harga r mendekati 1, maka

dapat dihitung konstanta laju reaksi 1,0835 × 10-5

L
.
Mol . jam

Data hasil penentuan konstanta laju reaksi uji stabilitas Metildopa dalam
sediaan tablet dapat dilihat pada lampiran 23 hal 66.

31

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Orde reaksi pada Metildopa dalam sediaan tablet diperoleh pada orde dua
2. Harga k (konstanta laju reaksi) yang diperoleh pada Metildopa dalam

sediaan tablet yaitu 1,0835 x 10-5

L
Mol . jam

3. Dari hasil penelitian uji stabilitas pada Metildopa dalam sediaan tablet
kadarnya menurun karena mengalami penguraian dan diperoleh masa
kadaluarsa adalah 14 bulan 12 hari
5.2 Saran
Disarankan pada penelitian selanjutnya agar dapat melakukan uji stabilitas
Metildopa dalam sediaan tablet dengan metode dan suhu yang berbeda.

32

DAFTAR PUSTAKA
Anonima. (2017). Uji Stabilitas.
http//digilib. Itb.ac.id> files>disk1. pdf. diakses 29 maret 2017
Anonimb.(2013), ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia) Volume 47, Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta: Hal. 320
Anonimc. (2017). Penggunaan Metildopa Pada Ibu Hamil.
https://yosefw.wordpress.com/2008/01/01/penggunaan-metildopa-padaibu-hamil-dengan-hipertensi-kronik/. Diakses 19 maret 2017
Anonimd. (2017). Reaksi Netralisasi.
http//www.nurulfajrymaulida.blogspot.com/2014/09catatan-praktikumasf-1.html. diakses 31 maret 2017
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta: Hal. 545 – 547
Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta. Hal. 78-79, 120-127,131-146.
Kabo peter .(2011). Bagaimana menggunakan obat obat kardiovaskular secara
rasional. FKUI. Jakarta: Hal. 19,23,63,77-78.
Khopkar, S. M. (2007). Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press. Jakarta: Hal.3-7.
Rivai, Harrizul (1995), Asas Pemeriksaan Kimia, Ul-Press, Jakarta: Hal. 49 - 53
Sinko, P.J. (2011). Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika edisi 5,
diterjemahkan Tim Ahli Bahasa ITB, Penerbit EGC, Jakarta: Hal. 499,
537 – 539.
Sulistia Gan. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi IV, Bagian Farmakologi
FKUI, Gaya Baru. Jakarta: Hal. 333.
Sunarya, Yayan., (2012)., Kimia Dasar 2, Yrama Widya, Bandung: Hal. 201- 209,
219, 224 - 225
Tjay.T. Hoan dan Rahardja.(2007). Obat-Obat Penting.Edisi ke-6.Penerbit PT
Elex Media Komputindo. Jakarta: Hal. 538 543.
Underwood, A. L.
(1980). Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat.
Penerjemah: Soendoro R.Erlangga. Jakarta: Hal. 47- 53.

33

Lampiran 1. Data Pembakuan Asam Perklorat 0,0743 N
No.
1.
2.
3.

Berat Kalium Biftalat (mg)
100,2
100,3
100,4

Volume Asam Perklorat 0,09606 N (ml)
6,6 ml
6,8 ml
6,7 ml

Perhitungan:
Normalitas Larutan Asam Perklorat :

Berat kalium Biftrat
( Vs−Vb ) x BM Kalium Biftalat

Keterangan :
Vs

= volume titrasi sampel ( ml)

Vb

= volume blanko (ml)

N

= Normalitas

W

= Berat sampel (mg)

BM = Berat molekul (g/mol)
Titrasi I :

100,2mg
( 6,6 ml−0,1 ml ) x 204,2 g/mol
:

Titrasi II :

100,3 mg
( 6,8 ml−0,1ml ) x 204,2 g /mol
:

Titrasi III :
:

100,2 mg
=0,0754 N
1327,3

100,3 mg
=0,0733 N
1368,14

100,4 mg
( 6,7 ml−0,1 ml ) x 204,2 g/mol
100,2 mg
=0,0744 N
1347,72

34

N 2+¿ N
3
N¿
Normalitas Rata−Rata=¿
1+ ¿

3

= 0,0743 N

Lampiran 2. Data Penetapan Kadar Metildopa Dalam Sediaan Tablet Secara
Titrasi Bebas Air
No.
1.
2.
3.

Berat Sampel
(mg)
100,4 mg
100,4 mg
100,3 mg

Volume
HCLO4 (ml)
6,9 ml
6,6 ml
6,4 ml

Kadar (%)

Kadar Rata Rata (%)

100,03 %
101,60 %
98,57 %

100,06 %

Contoh perhitungan:
Berat 20 tablet = 8,627 mg
Perhitungan % kadar titrasi:
kadar=

( Vs−Vb ) x N x BE
x 100
W
Keterangan :
Vs

= volume titrasi sampel ( ml)

Vb

= volume blanko (ml)

N

= Normalitas

W

= Berat sampel (mg)

Volume blanko = 0,1 ml
kadar 1=

( 6,5 ml−0,1 ml ) x 0,0743 N x 211,22
x 100
100,4 mg

= 100,03 %
kadar 2=

( 6,6 ml−0,1 ml ) x 0,0743 N x 211,22
x 100
100,4 mg
= 101,60 %

35

kadar 3=

(6,4 ml−0,1 ml ) x 0,0743 N x 211,22
x 100
100,4 mg

= 98,57 %
Kadar 2+¿ Kadar
3
Kadar¿
kadar rata rata=¿

1+¿

3

= 100,06 %
Lampiran 3. Penetapan Kadar Uji Stabilitas Metildopa Dalam Sediaan Tablet
Pada Suhu 90oC Secara Titrasi Babas Air
Waktu 4 jam
No.
1.

kadar=

Berat Sampel (mg)
100,4 mg

Volume HCLO4 (ml)
5,9 ml

( Vs−Vb ) x N x BE
x 100
W
Keterangan :
Vs = volume titrasi sampel ( ml)
Vb = volume blanko (ml)
N

= Normalitas

W = Berat sampel (mg)
BE = Berat ekivalen
kadar 1=

( 5,9 ml−0,1 ml ) x 0,0743 N x 211,22
x 100
100,4 mg

= 90,66 %

36

Lampiran 4. Penetapan Kadar Uji Stabilitas Metildopa Dalam Sediaan Tablet
Pada Suhu 90oC Secara Titrasi Babas Air
Waktu 8 jam
No.
1.
kadar=

Berat Sampel (mg)
100,4 mg

Volume HCLO4 (ml)
5,5 ml

( Vs−Vb ) x N x BE
x 100
W
Keterangan :
Vs = volume titrasi sampel ( ml)
Vb = volume blanko (ml)
N

= Normalitas

W = Berat sampel (mg)
BE = Berat ekivalen
kadar 1=

( 5,5 ml−0,1 ml ) x 0,0743 N x 211,22
x 100
100,4 mg
= 84,40 %

37

38

Lampiran 5. Penetapan Kadar Uji Stabilitas Metildopa Dalam Sediaan Tablet
Pada Suhu 90oC Secara Titrasi Babas Air
Waktu 17 jam
No.
1.

Berat Sampel (mg)
100,4 mg

kadar=

Volume HCLO4 (ml)
4,8 ml

( Vs−Vb ) x N x BE
x 100
W

Keterangan :
Vs = volume titrasi sampel ( ml)
Vb = volume blanko (ml)
N

= Normalitas

W = Berat sampel (mg)
BE = Berat ekivalen
kadar 1=

( 4,8 ml−0,1ml ) x 0,0743 N x 211,22
x 100
100,4 mg
= 73,46 %

39

Lampiran 6. Perhitungan Kadar Uji Stabilitas Metildopa Dalam Sediaan Tablet
Pada Suhu 90oC Secara Titrasi Babas Air
Orde Nol
No
.
1
2
3

Waktu
(x)
4
8
17
Σ x= 29
´x =
9,7

Konsentrasi (y)

xy

X2

Y2

90,66
84,40
73,46

362,64
675,2
1248,82

16
64
49

Σ y= 248,52
´y = 82,84

Σ xy=
2286,66

Σ x2= 369

8219,2356
7123,36
5396,3716
Σ y2=
20738,967
2

Persamaan Regresi : y = ax + b
a=

Σ xy−( Σ x ) ( Σ y ) /n
2−( Σ x ) 2/ 3
Σx
¿

2286,66−( 29 ) ( 248,52 ) /3
369−( 29 ) 2/3
¿

2286,66−2402,36
369−280,33
¿

−115,7
88,67

= - 1,3048
b=

´y – ax

= 82,84

– ( 1,3048 x 9,7)

= 95,49

40

Jadi persamaan regresinya adalah:
Y

= ax b
= 1,3048 x + 95,49



Σ y 2+

Σ y2
n

¿
2
2 (Σ x )
[Σ x −
]¿
n
√¿
Σ xy −( Σ x ) ( Σ y ) /n
r=
¿
20738,96+

(248,52) 2
3

¿
(29)2
[369−
]¿
3
√¿
2286,66−( 29 ) ( 248,52 ) /3
¿
¿
¿2078,96−20587,39
¿
[369−280,33]¿
¿
√¿
2286,66−( 2402,36 )
¿
¿
[88,67][¿ 151,57]
−115,7
¿
√¿

√ 13439,7119
¿
−115,7
¿
¿

115,9
¿
−115,7
¿
¿
=

0,9982
41

42

Lampiran 7. Data Penetapan Kadar Uji Stabilitas Metildopa Dalam Sediaan
Tablet Dengan suhu 90oC
No
.
1
2
3

Waktu (x)

Konsentrasi (y)

4
8
17

90,66
84,40
73,46

Gambar Grafik Penetapan Kadar Uji Stabilitas Metildopa Orde Nol Dengan suhu
90oC

Konsentrasi VS Waktu
100
90
80
70
60

Konsentrasi VS Waktu

50
40
30
20
10
0

4

8

17

43

Lampiran 8. Perhitungan Kadar Uji Stabilitas Metildopa Dalam Sediaan Tablet
Pada Suhu 90oC Secara Titrasi Babas Air
Ordo Satu
No
.
1
2
3

Waktu
(x)
4
8
17
Σ x= 29
´x =
9,7

Log Konsentrasi
(y)
1,9574
1,9263
1,8660
Σ y= 5,7497
´y = 1,9165

xy

X2

Y2

7,8296
15,4104
31,722
Σ xy=
54,962

16
64
289
Σ x2= 369

3,8314
3,7106
3,4819
Σ y2=
11,0239

Persamaan Regresi : y = ax + b
a=

Σ xy−( Σ x ) ( Σ y ) /n
Σ x 2−( Σ x ) 2/ 3
¿

54,962−( 29 )( 5,7497 ) /3
369−( 29 ) 2/3
¿

54,962−55,580
369−280,3
¿

−0,618
88,7

= - 0,006967
b =

´y – ax

= 1,9165

– ( 0,006967 x 9,7)

= 1,9840

44

Jadi persamaan regresinya adalah:
Y = ax

b

= 0,006967 x + 1,9840



Σ y 2+

Σ y2
n

¿
2
2 (Σ x )
[Σ x −
]¿
n
√¿
Σ xy −( Σ x ) ( Σ y ) /n
r=
¿
(5,7497) 2
3
¿
( 29 )2
[369−
]¿
3
√¿
54,962−( 29 )( 5,7497 ) /3
¿
¿
11,0239−

¿ 11,0239−11,0196
¿
[369−280,33]¿
¿
√¿
54,962− (55,580 )
¿
¿
[88,7][¿ 0,0043]
−0,618
¿
√¿

√ 0,38141
¿
−0,618
¿ ¿

¿

=

−0,618
0,617

1,0016

45

46

Lampiran 9. Data Penetapan Kadar Uji Stabilitas Metildopa Pada Orde Satu
Dengan suhu 90oC
No
.
1
2
3

Waktu
(x)
4
8
17

Log Konsentrasi
(y)
1,9574
1,9263
1,8660

Gambar Grafik Penetapan Kadar Uji Stabilitas Metildopa Orde Satu Dengan suhu
90oC

Konsentrasi VS Waktu
1.98
1.96
1.94
1.92

Konsentrasi VS Waktu

1.9
1.88
1.86
1.84
1.82

4

8

17

47

Lampiran 10. Perhitungan Kadar Uji Stabilitas Metildopa Dalam Sediaan Tablet
Pada Suhu 90oC Secara Titrasi Babas Air
Ordo Dua
No
.
1
2
3

Waktu
(x)
4
8
17
Σ x= 29
´x =
9,7

1/Konsentrasi (y)
0,0110
0,0118
0,0136
Σ y= 0,0364
´y = 0,01213

xy

X2

Y2

0,044
0,0944
0,2312
Σ xy=
0,3696

16
64
289
Σ x2= 369

0,000121
0,000139
0,000184
Σ y2=
0,000444

Persamaan Regresi : y = ax + b
a=

Σ xy−( Σ x ) ( Σ y ) /n
Σ x 2−( Σ x ) 2/ 3
¿

0,3696−( 29 ) ( 0,0364 ) /3
369−( 29 ) 2/3
¿

0,3696−0,3518
369−280,3
¿

0,0178
88,7

= 0,00020
b =

´y – ax

= 0,01213

– ( 0,00020 x 9,7)

= 0,01019

48

Jadi persamaan regresinya adalah:
Y = ax

b

= 0,00020 x + 0,01019



Σ y2
Σy +
n
¿
2
2 (Σ x )
[Σ x −
]¿
n
√¿
Σ xy −( Σ x ) ( Σ y ) /n
r=
¿
2

0,000444−

(0,0364) 2
3

¿
( 29 )2
[369−
]¿
3
√¿
0,3696−( 29 ) ( 0,0364 ) /3
¿
¿
¿ 0,000444−11,0,000441
¿
[369−280,33]¿
¿
√¿
0,3696−( 0,3518 )
¿
¿
[88,7][¿ 0,000003]
0,0178
¿
√¿

√ 0,0002661
¿
0,0178
¿
¿

¿

0,0178
0,0163

= 1,0920

49

50

Lampiran 11. Data Penetapan Kadar Uji Stabilitas Metildopa Pada Orde Dua
Dengan suhu 90oC
No
.
1
2
3

Waktu
(x)
4
8
17

1/Konsentrasi (y)
0,0110
0,0118
0,0136

Gambar Grafik Penetapan Kadar Uji Stabilitas Metildopa Orde Dua Dengan suhu
90oC

Konsentrasi VS Waktu
0.02
0.01
0.01
0.01

Konsentrasi VS Waktu

0.01
0.01
0
0
0

4

8

17

51

Lampiran 12. Perhitungan Ordo Pada Suhu 90oC
Ordo Nol
[A]t = -Kt + [A]0
K=

[ A]t−[ A ]0
t

No

Waktu (t)

[A]t

Ki

1
2
3
4

0
4
8
17

100,06
90,66
84,40
73,46

0
2,35
1,957
1,56
´
K
=1,953

K 1=
K 2=

(Ki

K)

(Ki

0
0,4
0,004
0,39

0
0,16
0,000016
0,1521
Σ(Ki

100,06−90,66 9,4
=
=2,35
4
4

100,06−82,40 15,66
=
=1,9575
8
8

K 3=

100,06−73,46 26,6
=
=1,56
17
17

´ K 1+ K 2+ K 3 = 5,86 =1,953
K=
3
3
SD=



2



Σ ( Ki−K )
0,3121
=
=√ 0,156058=0,395
n−1
3−1
KV =

¿

SD
x 100


0,395
x 100 =20,22
1,953

52

K)2

K)2 = 0,3121

Lanjutan Lampiran 12
Ordo Satu
Log [A]t = -Kt / 2,303+log [A]0
K=

2,303
(log[ A]0−log[ A]t)
t

No

Waktu (t)

Log [A]t

1
2
3
4

0
4
8
17

2,0002
1,9574
1,9263
1,8660

Ki
0
0,0246
0,0212
0,0181
´
K
=0,0213

(Ki

K)

0
0,003
- 0,0001
- 0,0032

(Ki

0
0,00001089
0,00000001
0,0000102
Σ(Ki K)2 =
0,0000211

K 1=

2,303
2,303
(2,0002 – 1,9574)=
(0,0428)=0,0246
4
4

K 2=

2,303
2,303
(2,0002 – 1,9263)=
(0,0739)=0,0212
8
8

K 3=

2,303
2,303
(2,0002 – 1,8660)=
(0,1342)=0,0181
17
17
´ K 1+ K 2+ K 3 = 0,0639 =0,0213
K=
3
3

SD=



2



Σ ( Ki−K )
0,0000211
=
=√ 0,00001055=0,00324
n−1
3−1
KV =

SD
0,00324
x 100 =
x 100 =15,21
´
0,0213
K

53

K)2

Lanjutan Lampiran 12
Ordo Dua
1
1

[ A ]0 [ A ]t

= - K.t

No

Waktu (t)

1
2
3
4

0
4
8
17

1
[ A ]t
0,0099
0,0110
0,0118
0,0136

K 1=

Ki
0
0,00027
0,00023
0,00027
´ =
K
0,00025

(Ki

K)

0
0,000014
0,0002
0,000014

(Ki

0
1,96 x 10-10
4 x 10-10
1,96 x 10-10
Σ(Ki K)2 =
7,92 x 10-10

0,0110−0,0099 0,0011
=
=0,0246
4
4

K 2=

0,0118−0,0099 0,0019
=
=0,00023
8
8

K 3=

0,0136−0,0099 0,0046
=
=0,00027
17
17

´ K 1+ K 2+ K 3 = 0,00077 =0,00025
K=
3
3



2



−10
Σ ( Ki−K )
7,92 x 10
SD =
=
= √ 3,96 x 10−10 =1,98 x 10−5
n−1
3−1

SD
1,98 x 10−10
KV = ´ x 100 =
x 100 =7,92
0,00025
K

54

K)2

Lampiran 13. Penetapan Kadar Uji Stabilitas Melidopa Dalam Sediaan Tablet
Pada Suhu 110oC Secara Titrasi Bebas Air
Waktu 2 jam
No.
1.
kadar=

Berat Sampel (mg)
100,4 mg

Volume HCLO4 (ml)
5,8 ml

( Vs−Vb ) x N x BE
x 100
W
Keterangan :
Vs = volume titrasi sampel ( ml)
Vb = volume blanko (ml)
N

= Normalitas

W = Berat sampel (mg)
BE = Berat ekivalen
kadar 1=

( 5,8 ml−0,1 ml ) x 0,0743 N x 211,22
x 100
100,4 mg
= 89,09 %

55

Lampiran 14. Penetapan Kadar Uji Stabilitas Melidopa Dalam Sediaan Tablet
Pada Suhu 110oC Secara Titrasi Bebas Air
Waktu 4 jam
No.
1.
kadar=

Berat Sampel (mg)
100,4 mg

Volume HCLO4 (ml)
5,5 ml

( Vs−Vb ) x N x BE
x 100
W
Keterangan :
Vs

= volume titrasi sampel ( ml)

Vb

= volume blanko (ml)

N

= Normalitas

W

= Berat sampel (mg)

BE = Berat ekivalen
kadar 1=

( 5,5 ml−0,1 ml ) x 0,0743 N x 211,22
x 100
100,4 mg
= 84,