aplikasi herbisida pada tanaman padi

LAPORAN PRAKTIKUM
PESTISIDA PERTANIAN

Acara

: Aplikasi Herbisida pada Tanaman Padi

Tanggal

: 12 Oktober 2015

Tempat

: Laboratorium HPT

Tujuan

: Mengetahui efektifitas herbisida dalam mengendalikan

gulma pada tanaman padi


Nama

: Miftachul Hudah

NIM

: 141510501192

Golongan : C

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman pangan yang banyak dibududayakan di Indonesia adalah tanaman
padi. Hal tersebut karena hampir seluruh penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi
sebagai bahan pangan pokok. Guna memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat

Indonesia khususnya maka kuantitas dari hasil panen tanaman pagi harus tinggi.
Apabila hasil menurun maka akan menyebabkan kekurangan stok pangan
komoditas padi atau beras. Oleh karena itu untuk menjaga kualitas dan kuantitas
hasil panen padi diperlukan upaya perlindungan tanaman pada tanaman padi.
Faktor utama yang menyebabkan penurunan tingkat produksi padi adalah
organisme pengganggu tanaman (OPT). Salah satu jenis organisme pengganggu
tanaman adalah gulma. Gulma dikatakan penganggu karena keberadaannya akan
menyebabkan kompetisi unsur hara, ruang, dan cahaya dengan tanaman utama.
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan mekanis
maupun dengan cara lain seperti penggunaan herbisida. Penggunaan herbisida
merupakan cara cepat dalam mengatasi populasi gulma yang berkembang cepat
sehingga mngganggu tanaman utama. Herbisida dapat membunuh gulma secara
cepat sehingga mengefisiensi waktu pengendalian.
Pengaplikasian pestisida untuk melakukan upaya perlindungan harus
memperhatikan beberapa hal diantaranya dosis, takaran, cara aplikasi, waktu
aplikasi, serta peralatan yang digunakan. Dalam hal aplikasi yang sering kali
terabaikan adalah dosis atau takaran pestisida. Umumnya petani menggunakan
bahan kimia ini dalam dosis yang melebihi anjuran sehingga berdampak negatif
bagi lingkungan maupun bagi menusia. Manusia baik yang mengaplikasikan
herbisida maupun yang mengkonsumsi produk hasil pertanian bisa mengalami

keracunan. Keracunan ringan yakni berupa sakit kepala, keracunan berat yakni
berupa kejang-kejang, dan keracunan kronis dapat menyebabkan terjadinya
kanker. Beberapa kebiasaan buruk setelah melakukan pengaplikasian insektisida
di lapang juga sebaiknya dihilangkan, seperti tidak membersihkan tubuh dengan
baik, tidak menggunakan alat pengaman, tidak membersihkan alat-alat dengan

baik, melakukan kegiatan lain setelah penyemprotan sebelum membersihkan diri,
dan lain-lain. Oleh karena itu petani perlu menambah wawasannya mengenai
insektisida baik cara pengaplikasian maupun pengaruh yang ditimbulkan agar
dampak negatif yang timbul dapat diminimalisir atau dihindari.
Pengaplikasian herbisida perlu dipelajari mengenai teknis yag benar serta tipe
pestisida yag digunakan, sehingga pengendalian bisa tepat sasaran. Penggunaan
herbisida secara sembarangan tanpa memperhatikan peraturan yang ada akan
membehayakan tanaman maupun pengguna. Oleh karena itu perlu dilakukan
pembelajaran serta pengarahan yang tepat agar penggunaan herbisida dapat
dilakukan dengan bijaksana.
1.2 Tujuan
1.

Mengetahui efektifitas herbisida dalam mengendalikan gulma pada tanaman

padi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai jenis OPT dapat menyebabkan gangguan pada proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. organisme tersebut meliputi serangga,
tanaman, gulma, moluska, burung, mamalia, ikan, nematoda (cacing gelang) dan
mikroba yang bersaing dengan tanaman budidaya. Umumnya tanaman budidaya
akan kalah ketika terjadi kompetisi dengan organisme pengganggu dalam
penyerapan makanan. Gangguan-gangguan ini perlu dilakukan penedalaian atau
yang disebut dengan upaya perlindungan tanaman (Agrawal et al, 2010).
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan
kondisi yang tidak diinginkan manusia. Keberadaan gulma pada areal tanaman
budidaya menimbilkan kerugian baik dari segi kualitas maupun kuantitas
produksi. Kerugian yang dihasilkan gulma adalah penurunan hasil pertanian
akibat persaingan air, cahaya, dan nutrisi dalam tanah. Gulma juga dapat berperan
sebagai inang pengganti dari hama dan penyakit, serta sebagian jenisnya memiliki
sifat alelopati yang dapat meracuni tanaman budidaya (Visitia R., dan Indah P.,
2013).
Gulma merupakan salah satu faktor pembatas produksi tanaman padi, oleh
karena gulma menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pokok. Dalam

system pengendalian OPT gulma seringkali diabaikan kerena dianggap tidak
memiliki pengaruh terhadap produktifitas. Padahal kenyataannya gulma dapat
menurunkan hasil sebesar 20-40% dari hasl produksi. Penurunan produksi
dikarenakan gulma dapat menurunkan aktivitas tanaman pokok akbibat perebutan
sumberdaya (Antralia, 2012).
Pengendalian gulma secara manual saat ini mengalami kendala berupa
tenaga kerja. Pengendalian yang saat ini praktis digunakan adalah pengendalian
menggunakan zat racun yang biasa disebut herbisida. Herbisida mengendaliakan
gulma secara cepat dan nyata. Hal ini dibuktikan oleh suatu penelitian yang
menunjukkan bahwa aplikasi herbisida tertentu dalam dosis yang sesuai dapat
mengendalikan gulma dengan bukti bobot kering biomassa gulma yang rendah
dibandingkan dengan perlakuan tanpa herbisida (Guntoro dkk., 2013).

Penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma dapat dilakukan dalam
waktu yang berbeda-beda diantaranya adalah pengaplikasian pra-tanam. Herbisida
pra-tanam yaitu herbisida yang diaplikasikan sebelum tanaman ditumbuhkan.
Contoh jenis herbisida pra-tanam adalah atrazine. Herbisida ini bersifat selektif
dan dapat diaplikasikan sebelum tanam dan tidak meracuni tanaman. Herbisida
selektif adalah herbisida yang hanya bersifat racun terhadap jenis gulma tertentu
sehingga tidak meracuni tanaman utama (Muatajab dkk., 2014).

Penggunaan herbisida yang ideal yaitu tidak meracuni tanaman, efektif
mengendalikan gulma, dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan.
Herbisida yang diaplikasikan pada awal sebelum tanam disebut herbisida pratanam.

Herbisida

ini

merupakan

herbisida

yang

tidak

menghambat

perkecambahan tanaman. Tidak semua jenis herbisida dapat diaplikasikan
sebelum tanam karena masih adanya resiko fitotoksik oleh beberapa herbisida

yang sifatnya kurang selektif (pujisiswanto, 2014).
Herbisida memiliki hasil yang memuaskan apabila digunakan dalam
pengendalian gulma, namun penggunaan herbisida juga menimbulkan efek berupa
komposisi spesies dan kepadatan (density) gulma disuatu tempat dalam waktu
yang lama. Penggunaan hebisida keefektifannya dipengaruhi oleh beberapahal
seperti adanya trikoma pada daun, tajuk tanaman yang kuat dan berkayu yang sulit
ditembus oleh pestisida yang sifatnya sistemik khususnya (Supawan dan Hariyadi,
2014).
Dampak penggunaan herbisida secara terus menerus yaitu akan membawa
kerugian berupa resistensi beberapa jenis gulma. Alternative yang dapat diambil
guna mengurangi resiko tersebut adalah dengan melakukan pencampuran
beberapa bahan aktif herbisida. Pencampuran herbisida dapat meningkatkan
pengendalian gulma menjadi efektif dan ekonomis, sehingga dois aplikasi dapat
ditekan lebih rendah disbanding dosis herbisida yang diaplikasikan secara terpisah
(Hasanuddin, 2013).
Penggunaan herbisida secara tidak bijaksana dapat menyebabkan beberapa
dampak negative seperti dampak terhadap lingkungan, organisme bukan sasaran,
serta resistensi gulma. Untuk menanggulangi permasalahan-permasalahan tersebut

maka perlu dilakukan penyuluhan kepada pihak petani agar dapat memakai bahan

racun tersebut sesuai ketentuan dan standart keamanan. Dengan demikian maka
berbagai kerugian yang mungkin muncul dikemudian hari dapat ditekan
seminimal mungkin (Adnan dkk., 2012).
Pemakaian alat pelindung dalam pengaplikasian inestisida sangat penting
bagi kesehatan penyemprot maupun orang disekelilingnya. Pengaplikasian
insektisida tanpa menggunakan alat mengaman akan menimbulkan beberapa efek
negatif bagi penyemprot atau petani. Efek negatif bagi penyemprot akan terjadi
apabila semprotan bahan aktif terhirup langsung. Efek ini dianggap lebih serius
dibandingkan dengan penyerapan atau menelan racun (Win, 2010).

BAB 3 METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Pestisida Pertanian acara “Aplikasi Herbisida pada
Tanaman Padi” ini dilakukan pada hari Senin tanggal 12 Oktober 2015 pukul
12.30 – selesai di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1.


Hebisida DMA dan Ally plus

2.

Benih kedelai

3.

Benih kacang tanah

4.

Benih jagung

5.

Tanah tegalan

3.2.2 Alat
1.


Timba plasitik

2.

Gelas ukur

3.

Hand sprayer

4.

Penutup hidung dan mulut

5.

Kaos tangan

6.


Polybag 20 cm

7.

Mangkuk

3.3 Cara Kerja
1.

Menyiapkan media tanaman untuk kedelai, jagung, kacang tanah pada
polybag dengan menggunakan tanah tegal yang diperkirakan terdapat biji-biji
gulma.

2.

Membasahi media tanam sampai kapasitas lapang, kemudian menanam benih
jagung, kedelai, dan kacang tanah pada media.

3.

Membuat larutan herbisida DMA dan Ally plus deengan konsentrasi yang
disesuaikan.

4.

Melakukan penyemprotan pada benih yang sudah ditanam.

5.

Melakukan perawatan dan pengamatan.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Tabel Perlakuan dengan Herbisida
No
1.

Gambar
Benih Jagung

Keterangan
Perlakuan 1 dan 2
pada benih jagung
kondisi benih yang
disemprot tidak ada
yang tumbuh atau
berkecambah.

2.

Benih Kacang Tanah

Perlakuan 1 dan 2
pada benih kacang
tanah kondisi benih
yang disemprot
tumbuh atau
berkecambah
sebanyak 8
kecambah.

Jumlah
Kelompok 1 :
-U1:0
-U2:0
Kelompok 2 :
-U1:0
-U2:0
Kelompok 3 :
-U1:0
-U2:0
Kelompok 4 :
-U1:1
-U2:0
Kelompok 5 :
-U1:0
-U2:0
Kelompok 6 :
-U1:0
-U2:0
Kelompok 7 :
-U1:0
-U2:0
Kelompok 8 :
-U1:0
-U2:0
Kelompok 1 :
-U1:1
-U2:0
Kelompok 2 :
-U1:0
-U2:0
Kelompok 3 :
-U1:0
-U2:0
Kelompok 4 :
-U1:0
-U2:0
Kelompok 5 :
-U1:1
-U2:5
Kelompok 6 :

3.

b.
No
1.

Benih Kedelai

Perlakuan 1 dan 2
pada benih kedelai
kondisi benih yang
disemprot tumbuh
atau berkecambah
sebanyak 41
kecamabah.

-U1:1
-U2:0
Kelompok 7 :
-U1:0
-U2:0
Kelompok 8 :
-U1:0
-U2:0
Rata-rata :
Kelompok 1 :
-U1:0
-U2:0
Kelompok 2 :
-U1:0
-U2:0
Kelompok 3 :
-U1:0
-U2:0
Kelompok 4 :
-U1:0
-U2:0
Kelompok 5 :
- U 1 : 10
- U 2 : 10
Kelompok 6 :
-U1:1
- U 2 : 10
Kelompok 7 :
-U1:0
- U 2 : 10
Kelompok 8 :
-U1:6
-U2:4

Tabel Perlakuan Kontrol
Gambar
Benih Jagung (kontrol)

Keterangan
Perlakuan kontrol
pada benih jagung
kondisi benih yang
tidak disemprot
tidak tumbuh atau
berkecambah.

Jumlah
Kontrol : 0

2.

3.

Benih Kacang Tanah (kontrol) Perlakuan kontrol
Kontrol : 3
pada benih kacang
tanah kondisi benih
yang tidak
disemprot tumbuh
atau berkecambah
sebanyak 3
kecambah.

Benih Kedelai (kontrol)

Perlakuan kontrol
pada benih kedelai
kondisi benih yang
tidak disemprot
tumbuh atau
berkecambah
sebanyak 5
kecamabah.

Kontrol : 5

c. Tabel Gulma
No
1.

Gambar
Gulma daun sempit

Keterangan
Daun bulat sempit
berwarna hijau,
belum diketahui
jenisnya.

Jumlah
Jumlah
28,
kontrol kedelai.

pada

4.1 Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pada tanaman jagung tidak
mengalami perkecambahan pada perlakuan kontrol dan herbisida kali ini. Benih
kedelai berkecambah perlakuan konsentrasi mampu berkecambah sebanyak 41
buah dari total 160 benih yang ditanam, dan kontrol sebanyak 5 benih dari 10
benih yang ditanam. Benih kacang tanah dengan perlakuan herbisida tumbuh
sebanyak 8 buah dari total 16 0 benih yang ditanam dan perlakuan kontrol
sebanyak 3 buah dari total 10 benih yang ditanam. Berdasarkan hasil diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa herbisida berpengaruh terhadap penurunan daya

kecambah benih. Benih dengan perlakuan herbisida tingkat perkecambahannya
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tanpa perlakuan yang mencapai 50% dari
total benih yang ditanam. Herbisida secara langsung menghambat pertumbuhan
gulma pada pengujian kali ini namun daya kecamba semua jenis benih mengalami
penurunan sangan drastis setelah terpapar herbisida.
Bedasarkan ciri gulma yang ditemukan pada perlakuan kontrol praktikum
kali ini adalah jenis gulma berdaun sempit. Morfologi dari gulma ini
menunjukkan gulma ini adalah rumput mutiara (Hedyitis Corymbosa). Morfologi
dari gulma jenis ini yaitu tumbuh rindang dan berserak, agak lemah, tinggi 15-50
cm, batang berbentuk persegi dan memiliki banyak percabangan. Daun
berhadapan bersilang, tulang daun satu ditengah. Klasifikasi gulma ini yaitu dari
keluarga Rubisceae. Gulma jenis ini mempengaruhi perkembangan tanaman dan
menyebabkan kopetisi unsur hara. Hal ini dikarenakan gulma ini memiliki akar
yang dangkal sehingga menyebabkan persaingan dengan akar tanaman utama
dibagian top-soil. Menurut Visitia R., dan Indah P. (2013), kerugian yang
dihasilkan gulma adalah penurunan hasil pertanian akibat persaingan air, cahaya,
dan nutrisi dalam tanah. Gulma juga dapat berperan sebagai inang pengganti dari
hama dan penyakit, serta sebagian jenisnya memiliki sifat alelopati yang dapat
meracuni tanaman budidaya.
Penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma dapat dilakukan dalam
waktu yang berbeda-beda diantaranya adalah pengaplikasian pra-tanam. Herbisida
pra-tanam yaitu herbisida yang diaplikasikan sebelum tanaman ditumbuhkan.
Contoh jenis herbisida pra-tanam adalah atrazine (Muatajab dkk., 2014).
Herbisida juga ada yang diaplikasikan sebelum benih berkecambah (preemergence) dan saat gulma sudah muncul dilahan (post-emergence). Contoh
herbisida dengan cara aplikasi pre-plant adalah jenis atrazine, kemudian untuk
post-emergence biasanya insektisida kontak atau juga sistemik seperti Gramaxone
dan Round up. Setiap penggunaan dengan macam waktu aplikasi yang berbeda
memiliki keuntungan dan kekurangan masing-masing. Keuntungan dari herbisida
yang diaplikasikan sebelum tanaman muncul salah satunya adalah tindakan
preventif yang memberikan kesempatan tanaman utama untuk mendapat hara

sebanyak mungkin, tetapi biasanya pertumbuhan akan terganggu, sedangkan
dalam sistem aplikasi setelah tanam biasanya menyebabkan tanaman utama
beresiko terkena pengaruh racun, namun keuntungannya tanaman tidak
mengalami hambatan pertumbuhan saat proses perkecambahan.
Pengaruh herbisida dalam mengendalikan gulma secara pra tumbuh
maupun pasca tumbuh yaitu dengan cara kerja menghambat transpor elektron
pada fotosistem II, da n ada juga yang bekerja dengan menghambat fungsi dari
enzim yang esensial bagi kehidupan tanaman yaitu enzim HPPD (p-hidroksi-fenilpiruvat dehidrogenase) yang menyebabkan pigmen karotenoid tidak terbentuk,
sehingga mengganggu fotosin-tesis yang pada akhirnya akan menimbul-kan gejala
bleaching kemudian mati (Hasanuddin, 2013). Ketika metabolisme suatu
tumbuhan gulma terganggu maka secara signifikan populasinya akan menurun
sehingga memberikan dampak baik bagi tanaman utama karena tidak ada
persaingan nutrisi, ruang dan cahaya.
Herbisida selektif adalah herbisida yang hanya bersifat racun terhadap
jenis gulma tertentu sehingga tidak meracuni tanaman utama (Muatajab dkk.,
2014). Herbisida yang memiliki selektifitas tinggi akan membawa keuntungan
berupa terkendalinya gulma pada suatu lahan tanpa khawatir penurunan produksi
tanaman utama. Sifat selektif pada suatu herbisida akan menyebabkan gulma yang
hanya menjadi sasaran akan menurun populasinya. Sifat selektif menyebabkan
herbisida tidak berpengaruh terhadap tanaman bukan sasaran atau tanaman yang
dibudidayakan sehingga tingkat keberhasilan pengendalian akan semakin besar.

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.

Herbisida berpengaruh nyata terhadap penghambatan tumbuhnya gulma,
namun juga menurunkan daya perkecambahan suatu benih.

2.

Herbisida yang bersifat selektif akan lebih besar tingkat keberhasilan
pengendaliannya karena tidak berpengaruh terhadap tanaman utama.

3.

Mekanisme herbisida dalam mempengaruhi tanaman gulma adalah dengan
menghambat transpor elektron pada fotosistem II, dan ada juga yang bekerja
dengan menghambat fungsi dari enzim yang esensial bagi kehidupan tanaman
yaitu enzim HPPD (p-hidroksi-fenil-piruvat dehidrogenase).

5.2 Saran
Sebaiknya praktikum dilaksanakan dengan benih perlakuan waktu aplikasi yang
berbeda sehingga data akan lebih akurat mengenai pengaruh herbisida terhadap
vigor benih.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Hasanuddin, dan Manfarizah. 2012. Aplikasi Beberapa Dosis Herbisida
Glifosat Dan Paraquat Pada Sistem Tanpa Olah Tanah (Tot) Serta
Pengaruhnya Terhadap Sifat Kimia Tanah, Karakteristik Gulmadan Hasil
Kedelai. Agrista, 16(3): 135-145.
Agrawal, A. dan B. Sharma. 2010. Pesticides Induced Oxidative Stress in
Mammalian Systems. Biological & Medical Research, 1(3): 90-104.
Antralina, M. 2012. karakteristik gulma dan komponen hasil tanaman padi sawah
(oryza sativa l.) sistem sri pada waktu keberadaan gulma yang berbeda.
Agribisnis dan pembagian wilayah, 3(2): 9-16.

Efikasi Herbisida Penoksulam
pada Budidaya Padi Sawah Pasang Surut untuk Intensifikasi
Lahan Suboptimal. Lahan Suboptimal, 2(2): 144-150.

Guntoro, D., K. agustina, Yursida. 2013.

Hasanuddin. 2013. Aplikasi beberapa Dosis Herbisida Campuran Atrazina dan
Mesotriona pada Tanaman Jagung: I. Karakteristik Gulma. Agrista,
17(1): 36-44.
Mustajab, D.R.J. Sembodo, san H. Hamim. 2014. Efikasi Herbisida Atrazin
terhadap Gulma Umum pada Lahan Budidaya Tanaman Jagung (Zea
mays L.). Pertanian Terapan, 15(1): 8-14.
Pujisiswanto, H., Prapto Y., Endang S., dan Bambang H.S. 2014. Pengaruh Asam
Asetat Sebagai Herbisida Pratumbuh Terhadap Perkecambahan Jagung.
Pertanian Terapan,15(1): 61-67.
Supawan, I.G. dan Hariyadi. 2014. Efektivitas Herbisida IPA Glifosat 486 SL
Untuk Pengendalian Gulma Pada Budidaya Tanaman Karet (Hevea
brasiliensis Muell. Arg) Belum Menghasilkan. Bul. Agrohorti, 2(1) : 95 –
103.
Visitia R., D., K.I. Purwani. 2013. Studi Potensi Studi Potensi Bioherbisida
Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa) terhadap Gulma Rumput
Teki (Cyperus rotundus). Sains dan Seni Pomits, 2(2): 2337-3520.
Win , D. T. 2010. Pesticides. AU J. T., 14(1) : 47-55.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22