Tugas Budidaya Tanaman Obat. pdf

TUGAS TERSTRUKTUR
BUDIDAYA TANAMAN HIAS DAN OBAT
Budidaya Tanaman Obat Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dan
Peppermint (Mentha piperita L.)

Disusun oleh :

Muhammad Azka Fardani
NIM A1L014153

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PRODI AGROTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2017

I.

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai beragam spesies
tanaman obat yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Sejak zaman dahulu,
nenek moyang bangsa Indonesia telah menggunakan tetumbuhan tersebut
sebagai ramuan obat baik dalam bentuk jamu maupun sebagai bahan tambahan
dalam masakan. Dewasa ini, timbul gaya hidup di masyarakat untuk kembali
memanfaatkan tanaman obat untuk menjaga kesehatan tubuh maupun untuk
keperluan pengobatan. Umumnya masyarakat mendapatkan obat herbal
tersebut dari apotek maupun kedai jamu dalam bentuk kapsul maupun simplisia.
Masih banyak masyarakat yang belum menyadari dan mengetahui informasi
tentang berbagai macam tumbuhan berkhasiat yang ternyata mudah didapatkan
di sekitarnya. Sebagai contohnya adalah tempuyung dan daun peppermint yang
banyak tumbuh di pekarangan rumah. Tanaman tempuyung ternyata berkhasiat
sebagai obat penyakit ginjal, sedangkan peppermint mempunyai kandungan
minyak atsiri yang berkhasiat menghangatkan tubuh. Makalah ini akan
membahas mengenai manfaat dan cara budidaya tanaman tempuyung dan
peppermint.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, sebagai berikut.
1. Mengetahui manfaat dari tanaman tempuyung.

2. Mengetahui manfaat dari tanaman peppermint.

1

II.

PEMBAHASAN

A. Tanaman obat Tempuyung
1. Identifikasi tanaman tempuyung
Klasifikasi tanaman tempuyung dalam (Steenis, 1975 dalam ) sebagai
berikut.
Divisio

: Spermatophyta

Sub Divisio

: Dicotyledonae


Classis

: Dicotyledonae

Sub Classis

: Sympetalae

Ordo

: Asterales

Familia

: Asteraceae (Compositae)

Genus

: Sonchus


Spesies

: Sonchus arvensis L.

Gambar 1. Tempuyung tumbuh di tembok rumah
Sumber : dokumentasi pribadi
Morfologi tanaman:
Tanaman tempuyung (Sonchus arvensis L.) termasuk dalam famili
Asteraceae ini merupakan tanaman terna tahunan. Tempuyung memiliki ciri
fisik yang khas, yaitu tumbuh tegak dengan tinggi 0,6-2 m, bagian batang
dipenuhi bulu halus. Daun tunggal berbentuk lanset atau lonjong dengan
panjang 6-48 cm dan lebar 3-12 cm, tepi daun menyirip tidak beraturan dan
berwarna hijau muda. Bunga berbentuk bonggol yang tergabung dalam
malai, bertangkai, mahkota berbentuk jarum dengan warna kuning cerah.
Buah tempuyung berbentuk kotak dan berusuk lima, berwarna kuning

2

dengan panjang hingga 4 mm. Tanaman ini memiliki getah putih dengan
batang yang berongga dan akar tunggang yang kuat. Tempuyung memiliki

biji berwarna coklat kekuningan, ringan dan berbulu seperti kapas yang
dapat digunakan dalam perbanyakan secara generatif. Selain itu,
perbanyakan vegetatif dapat dilakukan melalui stek tunas dan menggunakan
bonggol akar (Winarto, 2004).
2. Ekologi tanaman
Tempuyung (Sonchus arvensis L.) memiliki daya adaptasi besar
terhadap cekaman kekeringan. Jenis iklim yang sesuai untuk budi daya
tempuyung adalah tipe B2 dan C menurut Oldeman. Tanaman ini juga dapat
ditanam di bawah naungan 50%. Berdasarkan jenis dan tingkat kesuburan
tanah, tempuyung dapat tumbuh pada media tumbuh yang relatif lebih luas,
dari kondisi tanah gembur hingga tanah yang relatif berlempung. Bahkan
pada kondisi tanah dengan kandungan liat yang lebih tinggi dari kandungan
pasirnya, tempuyung dapat tumbuh dengan baik (Rahardjo dan Rosita,
2003). Morfologi benih tempuyung berbulu, memungkinkan tanaman ini
memiliki penyebaran yang luas karena benih mudah terbawa angin.
Tempuyung dapat tumbuh liar pada ketinggian 50-1.650 m dpl (Dalimartha,
2005).
3. Bagian tanaman yang digunakan
Seluruh bagian tanaman tempuyung dapat dimanfaatkan sebagai obat.
Terlebih daunnya yang memiliki khasiat tinggi untuk pengobatan.

4. Kandungan senyawa biofarmaka
Kandungan kimia yang terdapat pada daun tempuyung, yaitu berupa
ion-ion mineral, seperti Si, K, Mg, Na, dan senyawa organik flavonoid
(kaempferol, luteolin-7-O-glukosida, apigenin-7-O-glukosida) (Rohaeti et
al., 2011), kumarin (skepoletin), taraksasterol, inositol dan asam fenolat
(sinamat, kumarat, vanilat) (Yuliarti, 2013). Menurut Pramono et al. (1993)
terdapat dua senyawa flavonoid dari daun Sonchus arvensis L., yaitu
apigenin7-glukosida dan luteolin 7-glukosida yang mampu memecah batu
ginjal berkalsium.

3

5. Manfaat farmakologis
Simplisia tempuyung berfungsi sebagai nefrolitiasis dan diuretik yang
mampu memecah batu ginjal berkalsium dan membantu memperlancar
buang air kecil (Wahid, 1998). Selain dapat memecah batu ginjal,
tempuyung juga memiliki manfaat sebagai anti hiperurisemia atau obat
asam urat (Assari, 2012), anti bakteri atau sebagai obat disentri dan diare
(Sukadana dan Rahayusanti, 2011), dan anti oksidan (Khan, 2012). Menurut
Puteri (2009) simplisia tempuyung dapat berfungsi sebagai anti diabetes

karena memiliki aktivitas inhibitor maltase yang tinggi.
6. Cara budidaya
Tempuyung umumnya tumbuh liar di tempat terbuka yang terkena
sinar matahari atau sedikit terlindung dan pada tanah yang agak lembab,
seperti pinggir parit, pinggir jalan, sela-sela batu, tebing dan tembok miring.
Media tanam yang digunakan dalam budidaya tempuyung adalah campuran
tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 dan pupuk anorganik.
Tempuyung dapat ditananam menggunakan biji (generatif) dengan
membenamkan biji sedalam 3 cm dalam tanah. Jarak tanam yang digunakan
yaitu 15 x 20 cm. Pupuk kandang diberikan di awal tanam dengan dosis 1
ton per ha. Perawatan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan dan
pemupukan. Waktu panen yang paling baik untuk tempuyung adalah
sebelum

tumbuhan

tersebut

berbunga,


sehingga

akan

diperoleh

pertumbuhan vegetative yang maksimal. Panen pertama biasanya dilakukan
di umur tumbuhan 75 sampai dengan 90 hari setelah tanam. Panen
dilakukan dengan memotong daun dan batang hingga pada bagian pangkal
menggunakan gunting yang taja,. Tanaman ini akan segera tumbuh lagi
dengan kemunculan tunas serta daun baru (Wardani, 2014).

4

B. Tanaman obat Peppermint
1. Identifikasi tanaman peppermint
Klasifikasi tanaman peppermint dalam Setyawati (2017) adalah:
Regnum

: Plantae


Divisio

: Magnoliophyta

Classis

: Magnoliopsida

Ordo

: Lamiales

Famila

: Lamiaceae

Genus

: Mentha


Species

: Mentha piperita L.

Gambar 2. Tanaman obat peppermint
Sumber : dokumentasi pribadi
Morflogi tanaman:
Tanaman peppermint (Mentha piperita L.) termasuk herba tahunan
dari keluarga Labiatae. Pertumbuh batang tegakan atau sedikit menjalar,
tinggi tanaman tinggi antara 10-60 cm, percabangan simpodial, batang
berbentuk segi empat. Tangkai daun dan permukaan daun diselimuti oleh
bulu-bulu yang berwarna kuning kehijauan dengan tekstur permukaan daun
licin. Daunnya berpasangan, sarna daun hijau, panjang 2-6,5 cm dan lebar
1-2 cm, bentuk daun lanset, ujung daun runcing, tepi daun beringgit
dangkal. Daun berbau harum segar saat diremas dan terasa dingin. Bunga
tumbuh pada tangkai, berwarna ungu pucat (kadang putih atau merah
jambu), masing-masing bunga panjangnya 3-4 mm (CNPS, 2014).

5


2. Ekologi tanaman
Mentha piperita L. termasuk tanaman hari penjang yang memerlukan
16 jam penyinaran untuk dapat berbunga. Tanaman ini secara komersial
ditanam di daerah beriklim sedang, tumbuh pada ketinggian 1200-2100 m
di atas permukaan laut. Suhu optimum yang dikehendaki adalah 16-23o C.
3. Bagian yang dimanfaatkan
Bagian tanaman yang digunakan adalah bagian daun baik digunakan segar
maupun dikeringkan.
4. Senyawa biofarmaka yang terkadung
Minyak peppermint memiliki beberapa kandungan utama yaitu
mentol, menton, isomenton, piperiton dan mentil asetat, dengan mentol
sebagai kandungan tertinggi. Dari semua species yang ada peppermint
paling banyak mengadung menthol (90%), yaitu sejenis fitokimia. Selain
itu daun mint juga mengandung flavonoid, phenolic acids, triterpenes,
vitamin C dan provitamin (precursor vitamin) A, mineral fosfor, besi,
kalsium dan potasium. Berdasarkan hasil penelitian Aziza et al., (2013)
minyak peppermint mengandung 37 komponen dan terdapat tiga kompenen
utama yaitu karvon (30,89%), piperitenon oksida (14,58 %), dan bornilen
(12,75 %).
5. Manfaat farmakologis
Tanaman peppermint menghasilkan minyak peppermint (peppermint
oil) yang digunakan sebagai penambah aroma dan rasa pada makanan dan
minuman, obat, parfum, kosmetik, dan produk penyegar lainnya. Ekstrak
tanaman peppermint dapat membunuh beberapa jenis bakteri, fungi, dan
virus. Mentol biasa dimanfaatkan sebagai obat karminatif (penenang),
antispasmodik

(anti

batuk)

dan

diaforetik

(menghangatkan

dan

menginduksi keringat).
6. Cara budidaya
Tanaman peppermint tumbuh di daerah dataran tinggi yang beriklim
sejuk. Suhu udara yang optimum untuk pertumbuhan tanaman peppermint
adalah 24 oC dengan lama penyinaran lebih dari 12 jam. Di Indonesia,
peppermint tidak dapat berbunga karena lama penyinaran kurang dari 12

6

jam. Kondisi tanah yang sesuai yaitu gembur, lembab dan banyak
mengandung bahan organik dengan pH tanah 6-7. Jarak tanam ideal untuk
budidaya peppermint yaitu 25 cm x 25 cm. Lahan yang dipersiapkan
sebaiknya ada di lokasi yang terbuka, sehingga tanaman ini bisa
mendapatkan sinar matahari yang cukup. Penyiraman pada musim kemarau
dilakukan dua kali sehari dengan memperhatikan kondisi tanah.
Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan yang dilakukan
hanyalah penyiangan mengingat peppermint termasuk kelompok tanaman
yang tidak banyak disukai hama. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman
peppermint dapat memperlambat pertumbuhan tanaman terganggu. Gulma
akan bersaing dengan tanaman peppermint dalam mendapatkan hara, air,
CO2 dan tempat tumbuh.
Panen daun peppermint bisa dilakukan saat usia tanam sudah
memasuki enam bulan. Pemanenan daun mint bisa dilakukan sampai
dengan usia tanaman mint dua tahun. Daun peppermint yang siap petik
adalah daun yang berusia dua minggu semenjak pupus. Usia daun ini sudah
menghasilkan aroma wangi mint yang menyengat sekaligus menyegarkan.

7

III.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di dalam makalah ini, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Tanaman tempuyung berkhasiat untuk memecah batu ginjal berkalsium,
memperlancar buang air kecil, obat asam urat, anti bakteri, obat disentri, diare,
anti oksidan dan berfungsi sebagai anti diabetes karena memiliki aktivitas
inhibitor maltase yang tinggi.
2. Tanaman peppermint berkhasiat sebagai obat karminatif (penenang),
antispasmodik (anti batuk) dan diaforetik (menghangatkan dan menginduksi
keringat).

8

DAFTAR PUSTAKA

Assari A. 2012. Uji aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol daun tempuyung pada
mencit jantan. (Skripsi). Fakultas Farmasi, Universitas Pajajaran,
Jatinangor.
Aziza, S. Alfisyah Nur, Rurini Retnowati dan Suratmo. 2013. Isolasi dan
karakterisasi terhadap minyak mint dari daun mint segar hasil distilasi uap.
Kimia Student Journal. Vol. 2, No. 2. pp.580-586.
CNPS. 2014. (On-line) http://calscape.org/Mentha-arvensis-(), diakses tanggal 2
Oktober 2017.
Dalimartha S. 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Cet. 4. Puspa Swara,
Jakarta.
Khan RA. 2012. Evaluation of flavonoids and diverse antioxidant activities of
Sonchus arvensis. Chemistry Central Journal. 6(126): 1-7. doi:
10.1186/1752153X-6-126.
Kurniawati, A. 2005. Fenologi tanaman mentha (Mentha piperita L.) dalam
kaitannya
dengan
sinthesis
menthol.
(On-line)
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/10245/ani_kurniawati.pdf, diakses 2
Oktober 2017.
Pramono S, Sumarno, Wahono S. 1993. Flavonoid daun Sonchus arvensis L.
senyawa aktif pembentuk kompleks dengan batu ginjal berkalsium. Warta
Tumbuhan Obat Indonesia. 2(3):5 – 7.
Puteri MG, Bhandar MR, Jun. 2009. Indonesian Medical Plants and Their anti
Diabetic Potencies. Martirosyan DM, editor. Funcitional Foods for Cronic
Diseases Ed ke-4. Los Angeles (US): FI Publishing.
Rahardjo M, Rosita SMD. 2003. Agroekosistem tanaman obat. Jurnal Bahan Alam
Indonesia. 2(3):89-95.
Raja, R. R. 2012. Medicinally Potential Plants of Labiatae (Lamiaceae) family : An
overview. Res. J Med Plant : 1-11.
Rohaeti E, Heryanto R, Rafi M, Wahyuningum, Darusman L K. 2011. Prediksi
kadar flavonoid total tempuyung (Sonchus arvensis L.) menggunakan
kombinasi spektroskopi IR dengan regresi kuadrat terkecil parsial. Jurnal
Kimia. 5(2):101-108.
Setyawati, D. 2017. Pengaruh air kelapa (Cocos nucifera L.) terhadap induksi tunas
stek tanaman peppermint (Mentha piperita L.). (Skripsi). Jurusan Biologi
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung,
Lampung.
Steenis, C. G. G. J. V. 1975. Flora untuk Sekolah di Indonesia. PT.
PradnyaParamitha. Jakarta.
9

Sukadana, I.M. dan Rahayusanti S. 2011. Senyawa antibakteri BIS (2-Etil Heksil)
Ester dan triterpenoid dalam ekstrak n-Heksana daun tempuyung. Majalah
Obat Tradisional. 16(1): 1-6.
Wahid P. 1998. Budidaya dan pemuliaan tanaman obat. Warta Tumbuhan Obat
Indonesia. 4(1): 4-8.
Wardani, Yulisda Eka. 2014. Produksi simplisia daun tempuyung (Sonchus
arvensis L.) dengan berbagai dosis pupuk kandang kambing. (Skripsi).
Departemen Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Winarto, W. P. 2004. Tempuyung: Tanaman Penghancur Batu Ginjal. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Yuliarti W. 2013. Isolasi, identifikasi dan uji antioksidan asam fenolat dalam daun
tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan metode 1,1-difenil-2pikrilhidrasil (DPPH). Chem Info Journal. 1(1):294-304. doi:
10.3799/sm.1.19.46.

10

Lampiran 1. Simplisia daun tanaman tempuyung

Simplisia daun tanaman tempuyung
Lokasi diperoleh : Jl. Kenanga, Kel. Grendeng, Purwokerto Utara

11

Lampiran 2. Simplisia daun tanaman peppermint

Simplisia daun tanaman peppermint
Lokasi diperoleh : Jl. Anggrek Dalam, Kel. Grendeng, Purwokerto Utara

12