LAPORAN DASAR BUDIDAYA TANAMAN. doc

LAPORAN DASAR BUDIDAYA TANAMAN
MULSA DAN PEMULSAAN

Oleh :

Nama
NIM
Kelas
Asisten
Prodi

: Dea Puspita Sari
: 155040207111114
:P
: Akbar Saitama
: Agroekoteknologi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2016

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu komoditas bahan
makanan pokok. Tanaman itu merupakan tanaman pangan dari golongan ubiubian. Di Indonesia tanaman ini disenangi petani karena mudah pengelolaannya
relatif tahan terhadap kekeringan, dan dapat tumbuh pada berbagai macam jenis
tanah. Ubi jalar diketahui sebagai penghasil karbohidrat yang produktif dan
bernilai ekonomis.
Mulsa adalah proses atau praktek yang meliputi tanah / tanah untuk
membuat lebih pada kondisi yang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman,
perkembanngan. Tujuan dari pemberian mulsa ini adalah melindungi agregat
tanah dari percikan air hujan, menekan pertubuhan gilma pada sekitar tanaman
budidaya, mengurangi dan masih banyak lagi tujun.
Dalam rangka meningkatkan produktivitas ubi jalar dilakukan usaha-usaha
untuk menghindari hasil produksi yang rendah. Salah satu cara yang dilakukan
adalah penggunaan mulsa, seperti MPHP sebagai cara budidaya yang telah
terbukti dapat meningkatkan hasil tanaman. Pemberian mulsa ini merupakan
pilihan yang bisa dilakukan dan tidak dilakukan pelaku sektor pertanian dalam
kegiatan tanamnya.

Oleh karena itu, diperlakukan suatu kegiatan praktikum mulsa dan
pemulsaan untuk mengetahui perbandingan pengaruh pengunaan MPHP dan tanpa
penggunanaan mulsa terhadap tanaman ubi jalar.
1.2 Tujuan
Praktikum mengenai mulsa dan pemulsaan pada ubi jalar ini bertujuan
untuk mengetahui perbandingan pertumbuhan dan perkembangan ubi jalar yang
menggunakan mulsa (MPHP) dan tanpa penggunaan mulsa. Dari data yang
diperoleh nantinya dapat disimpulkan apakah penggunaan mulsa dapat
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman ubi jalar.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Mulsa
Penggunaan mulsa merupakan salah satu cara untuk mmeninngkatkan hasil
produksi tanaman budidaya. Menurut Umbroh (1997) dalam Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan mulsa (mulch) adalah suatu bahan atau material yang
secara sengaja diletakkan pada permukaan tanah. Sedangkan menurut Evans dan
Thurnbull (2007) dalam buku yang sama megemukakan bahwa mulching adalah
suatu material yang diletakkan disekitar pohon untuk menekan gulma dengan cara
berat fisik (physical weight) dan menghilangkan sinar matahari dan mempunyai
keuntungan tambahan berupa berkurangnya kehilangan air dari permukaan tanah.

Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk
menjaga kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit
sehingga membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik (Burdiono, 2012).
2.2 Fungsi Pemulsaan
Pengaplikasian mulsa pada tanaman budidaya memiliki fungsi tertentu.
Menurut Tinambunan (2014) mulsa berfungsi menekan pertumbuhan gulma
sehingga tanaman akan tumbuh lebih baik. Pemberian mulsa pada permukaan
tanah

saat

musim

hujan

dapat

mencegah

erosi


permukaan

tanah.

Pemberian/pemasangan mulsa pada permukaan bedengan pada musim hujan dapat
mencegah erosi permukaan bedengan, sekaligus pada komoditas hortikultura
tertentu seperti melon, semangka, tomat terong dan sebagainya, mulsa dapat
mencegah percikan air hujan atau air siraman menempel pada kulit buah yang
kadang menyebabkan infeksi pada tempat percikan tersebut. Sedangkan
pemulsaan pada musim kemarau akan menahan panas matahari langsung sehingga
permukaan tanah bagian atas relatif rendah suhunya dan lembab, hal ini
disebabakan oleh penekanan penguapan sehingga air dalam tanah lebih efisien
pemanfaatannya (Sudjianto, 2009). Sedangkan menurut Fauzan dalam Budiono
(2012) fungsi langsung mulsa terhadap sifat kimia tanah terjadi melalui pelapukan
bahan-bahan mulsa. Fungsi ini hanya terjadi pada jenis mulsa yang mudah lapuk
seperti jerami padi, alangalang, rumput-rumputan, dan sisa-sisa tanaman lainnya.
Hal ini merupakan salah satu keuntungan penggunaan mulsa sisa-sisa tanaman

dibanding mulsa plastic yang sukar lapuk. Teknologi pemulsaan dapat mencegah

evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan
oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanam tidak
kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses
transpirasi. Melalui proses transpirasi inilah tanaman dapat menarik air dari dalam
tanah yang didalamnya telah terlarut berbagai hara yang dibutuhkan tanaman.
2.3 Macam-Macam Mulsa
Berdasrkan bahannya mulsa memiliki banyak macam. Mulsa yang umum
digunakan dalam budidaya pertanian adalah mulsa organik dan mulsa anorganik
(sintetis).
a. Mulsa organik
Mulsa organik dapat berupa sisa hasil tanaman seperti jerami padi,
batang jagung, brangkasan kacang-kacangan, kertas semen dll. Ketebalan
lapisan mulsa organik yang dianjurkan adalah antara 5-10cm. Mulsa yang
terlalu tipis akan kurang efektif dalam mengendalikan gulma (Marliah, 2011).
Menurut (Subhan dan Sumanna, 1994) dalam Marliah (2011) mulsa organik
lebih disukai terutama pada sistem pertanian organik. Pemberian mulsa
organik seperti jerami akan memberikan suatu lingkungan pertumbuhan yang
baik bagi tanaman karena dapat mengurangi evaporasi, mencegah penyinaran
langsung sinar matahari yang berlebihan terhadap tanah serta kelembaban
tanah dapat terjaga, sehingga tanaman dapat menyerap air dan unsur hara

dengan baik. Akan tetapi mulsa organik juga memiliki kekurangan seperti
tidak tersedia sepanjang musim tanam, tetapi hanya saat musim panen saja dan
tidak dapat digunakan lagi untuk masa tanam berikutnya (Khaira, 2014).
b. Mulsa Anorganik (Sintesis)
Mulsa sintetis berupa mulsa buatan pabrik, seperti plastik hitam
perak. Keuntungan dari mulsa sintesis adalah dapat memantulkan sinar
ultraviolet yang sangat berguna dalam proses fotosintesis sehingga
meningkatkan aktivitas dan proses kimiawi dalam tubuh tanaman. Jenis mulsa
sintetis yang paling banyak digunakan adalah bahan-bahan plastik berbentuk
helaian dengan daya tembus sinar yang beragam. Salah satunya adalah mulsa
plastik hitam perak (MPHP). Mulsa ini terdiri dari dua lapisan, yaitu perak

dibagian atas dan hitam dibagian bawah. Warna perak akan memantulkan
cahaya matahari sehingga proses fotosintesis menjadi optimal, selain itu dapat
menjaga kelembaban, mengurangi serangan hama dan penyakit. Sementara
warna hitam akan menyerap panas sehingga suhu di perakaran tanaman
menjadi hangat dan optimal untuk pertumbuhan akar. Keuntungan lain dari
mulsa plastik adalah dapat diperoleh setiap saat, memiliki sifat yang beragam
terhadap suhu tanah tergantung plastik, dapat menekan erosi, mudah diangkut
sehingga dapat digunakan setiap saat, menekan pertumbuhan tanaman

pengganggu dan dapat digunakan lebih dari satu musim tanam tergantung
perawatan bahan mulsa. Sementara kekurangannya adalah tidak memiliki efek
menambah kesuburan tanah karena sifatnya sukar lapuk dan harga untuk
membeli mulsa plastik relatif mahal. Mulsa plastik sesuai digunakan untuk
pembudidayaan tanaman yang struktur perakarannya dangkal, tajuk tanaman
berdaun tidak lebat dan tinggi tanaman diatas 0,5 meter. Karena mulsa MPHP
dapat memantulkan cahaya matahari sangat banyak, sedangkan cahaya
matahari yang diteruskan sangat kecil akam menyebabkan suhu tanah tetap
rendah. Suhu tanah rendah ini sesuai atau cocok untuk pembudidayaan
semangka hibrida, melon serta berbagai jenis cabai hibrida (Khaira, 2014).
2.4 Teknik Budidaya Ubi Jalar
Ubi jalar (Ipomea batatas L.) merupakan salah satu komoditas pertanian
penghasil karbohidrat yang memiliki peran penting sebagai cadangan pangan bila
produksi padi dan jagung tidak mencukupi lagi. Ubi jalar dapat diolah menjadi
menjadi berbagai produk makanan, semisal tepung granula, keripik dan kue,
selain itu ubi jalar dapat diolah menjadi gula fruktosa yang dapat digunakan
sebagai pemanis dalam industri minuman. Karena itulah ubi jalar memiliki
peluang baik jika dikembangkan. Pengembangan produksi ubi jalar ini dapat
dilakukan dengan teknik budidaya yang disampaikan Rukmana (2007) dalam
buku Ubi Jalar Budi Daya Dan Pasca Panen sebagai berikut:

a

Pembibitan
Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan
secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk. Perbanyakan tanaman

secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan
varietas baru.
Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekkan adalah
dengan stek batang. Bahan tanaman atau bibit berupa stek batang harus
memenuhi persyaratan, seperti (1) berasal dari varietas unggul, (2) bahan
tanaman berumur 2 bulan atau lebih, (3) pertumbuhan tanaman yang diambil
steknya dalam keadaan sehat, normal dan tidak terlalu subur, (4) ukuran
panjang stek antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak
berakar, serta (5) telah mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh
selama 1-7 hari.
Sementara tata cara dalam penyiapan bibit adalah sebagai berikut: (1)
memilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih yang
keadaan pertumbuhannya sehat dan normal, (2) memotong batang tanaman
untuk dijadikan stek sepanjang 20-25 cm dengan menggunakan pisau tajam

dan dilakukan pada pagi hari, (3) mengumpulkan stek pada suatu tempat
kemudian membuang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan
yang berlebihan, dan (4) mengikat bibit rata-rata 100 stek per ikatan lalu
disimpan di tempat teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.
b

Penyiapan Lahan
Membersihkan tanah dari rumput-rumput liar atau gulma, mengolah
tanah dengan cangkul atau bajak hingga gembur sambil membenamkan
rumput-rumput liar, membiarkan tanah kering selama minimal seminggu,
membuat guludan dengan ukuran lebar bawah 60 cm, tinggi 30-4- cm, jarak
antar guludan 70-100 cm dan panjang guludan disesuaikan dengan keadaan
lahan, kemudian merapikan guludan sambil memperbaiki saluran air diantara
guludan. Jadi kegiatan persiapan lahan ini diantaranya mengolah tanah hingga
gembur lalu tanah dibentuk guludan-guludan. Pengolahan tanah dilakukan
bersamaan dengan pembuatan guludan-guludan
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan guludan adalah ukuran
tinggi tidak melebihi 40 cm. Guludan yang terlalu tinggi cenderung
menyebabkan terbentuknya ubi berukuran panjang dan dalam sehingga
menyulitkan pada saat panen. Sebaliknya, guludan yang terlalu rendah dapat


menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan ubi, dan
memudahkan serangan hama boleng atau lanas oleh Cylas sp.
c

Teknik Penanaman
Penanaman ubi jalar di lahan kering atau tegalan bisaanya dilakukan
pada awal musim hujan atau awal musim kemarau bila keadaan cuaca
normal. Sementara di lahan sawah waktu yang paling tepat adalah segera
setelah padi rendengan, yakni pada awal musim kemarau.
Caranya adalah dengan membuat larikan-larikan dangkal arah
memanjang disepanjang puncak guludan dengan cangkul sedalam 10 cm atau
membuat lubang dengan tugal, jarak antar lubang adalah 25-30 cm, membuat
larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang tanam
untuk tempat pupuk. Menanamkan bibit ubi jalar kedalam lubang atau larikan
hingga pangkal batang (bibit) terbenan tanah ½-2/5 bagian, kemudian tanah
dekat pangkal batang dipadatkan. Memasukkan pupuk dasar berupa Urea
ditambah TSP dan KCL dari dosis anjuran ke dalam lubang atau larikan
kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. Hal tersebut dilakukan karena
tanaman ubi jalar sangat tanggap terhadap pemberian pupuk N (Urea) dan K

(KCL).

d

Pemulsaan
Penggunaan mulsa selain dapat meningkatkan hasil ubi jalar juga
bermanfaat untuk mengurangi kehilangan air tanah, mengendalikan gulma
atau rumput liar dan tidak perlu dilakukan pembalikan tajuk.

e

Pemeliharaan Tanaman
Pengairan. Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, pada
fase awal pertumbuhan memerlukan ketersediaan air yang memadai. Seusai
tanam, tanah atau guludan tempat penanaman ubi jalar harus diairi. Cara
pengairannya adalah dengan di-leb selama 15-30 menit hingga tanah atau
guludan cukup basah, kemudian airnya dialirkan ke saluran pembuangan.
Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinyu hingga tanaman ubi
jalar berumur 1-2 bulan. Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi
yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.
Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari. Hal yang

penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah menghindari agar
tanah tidak terlalu becek atau air menggenang.
Penyulaman. Selama 3 minggu setelah tanam, pertumbuhan ubi jalar
harus diamati secara kontinyu terutama bibit yang mati atau tumbuh
abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah
dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit baru dengan
menanam sepertiga bagian pangkal stek ditimbun tanah. Penyulaman
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat sinar matahari tidak
terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit untuk penyulaman
sebelumnya juga harus dipersiapkan atau ditanam di tempat yang teduh.
Pemupukan susulan. Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat
panen ubi jalar cukup tinggi sehingga perlu dilakukan pemupukan dengan
tujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah
kesuburan tanah dan menyediakan unsur hara bagi tanaman. Pemberian
pupuk ini harus dalam dosis tepat berdasarkan hasil analisis tanah atau
tanaman di daerah setempat. Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem
larikan (alur) atau sistem tugal.
2.5 Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak pada Ubi Jalar
Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak atau MPHP dapat meningkatkan
suhu rizosfir (selapis tanah yang melindungi permukaan akar). Peningkatan suhu
tanah dibawah MPHP akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dalam
menguraikan bahan organik yang tersedia sehingga terjadi pernambahan hara
tanah dan pelepasan karbon dioksida melalui lubang tanam (Fahrurrozi et al,
2001).
Menurut Wiryanta (2002), pemasangan MPHP sebaiknya dilakukan pada
siang hari sewaktu matahari sedang terik-teriknya sehingga mulsa dapat ditarik
dan terkembang secara maksimal. Dengan demikian guludan dapat tertutup
dengan baik. Alat-alat yang diperlukan untuk pemasangan MPHP sebagai berikut:
(1) pasak bambu berbentuk huruf U, (2) pisau atau gunting untuk memotong
mulsa, dan (3) mulsa plastik hitam perak atau MPHP.
Tahap-tahap pengerjaannya sebagai berikut :

1. Menyiapkan MPHP sepanjang bedengan dikurangi 0.5-1 meter (mulsa akan
memuai begitu terkena panas matahari dan tarikan).
2. Ujung-ujung MPHP ditarik secara berbarengan dan perlahan-lahan supaya
tidak sobek, lalu kedua ujungnya dipasak dengan menggunakan pasak dari
bambu.
3. Selanjutnya, salah satu sisi dipasangi pasak mulsa dengan jarak setiap 50 cm.
disusul sisi lainnya. Pemasangan pasak ini dilakukan sambil menarik secara
perlahan-lahan MPHP sehingga menutup bedengan atau guludan dengan rapat.
Setelah pemasangan MPHP selesai, dapat dilakukan penentuan calon lubang
tanam dan menentukan jarak tanamnya. Pelubangan MPHP dapat dilakukan
dengan menggunakan pisau atau cutter, selain itu dpat juga dilakukan dengan
bekas kaleng susu yang digunakan dengan cara menancapkan kaleng ke mulsa
sambil memutarnya. Jika kaleng terangkat tanah pun ikut terangkat sehingga
membentuk lubang penanaman.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Atrini (2012) bahwa
pemberian perlakuan penggunaan MPHP dapat memberikan hasil umbi per
tanaman cenderung baik antara perlakuan-perlakuan lainnnya. Pada perlakuan
penggunaan MPHP didapatka hasil rata-rata berat umbi pertanaman adalah 0,37kg
sedangkan perlakuan dengan menggunakan mulsa jerami 0,20kg. Hasil analisa
jumlah umbi pertanaman pada perlakuan penggunaan MPHP rata-rata
menghasilkan 2 buah sedangakan pada penggunaan mulsa jerami 1,56 buah.
Kelebihan dari penggunaan MPHP dalam produksi tanaman ubi jalar adalah
karena dapat menjaga kestabilan suhu dan kelembaban dalam tanah mulsa
mempengaruhi peningkatan pada produksi tanaman. Penggunaan mulsa ini juga
dapat menghasilkan berat umbi cukup tinggi karena MPHP dapat menjaga
evaporasi yang terlalu banyak serta dapat menghindari pembentukan akar pada
ruas-ruas batang yang ada di atas tanah, dengan demikian pembentukan umbi
dapat terpusat pada pangkal batang (Atrini, 2012).
Sementara kekurangan dari penggunaan MPHP dalam budidaya tanaman ubi
jalar adalah daya pantul MPHP lebih rendah dibanding mulsa organik seperti
jerami. Daya pantul yang rendah tersebut tidak banyak mengurangi radiasi yang
diterima dan diserap oleh tanaman sehingga suhu tanah pada siang hari belum

turun maksimal. Suhu tanah yang rendah dapat mengurangi laju respirasi akar
sehingga asimilat yang dapat disumbangkan untuk penimbunan cadangan bahan
makanan menjadi lebih banyak. Karena itu meskipun rata-rata bobot umbi yang
dihasilkan pada perlakuan dengan MPHP lebih tinggi dibanding tanpa MPHP,
tetap saja masih lebih tinggi perlakuan dengan mulsa organik seperti jerami
(Soenyoto, 2014).

3. BAHAN DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktikum mulsa dan
pemulsaan antara lain:
3.1.1

Alat

Tabel 1. Daftar Alat yang Digunakan dalam Praktikum Mulsa dan Pemulsaan
Alat

Fungsi

Meteran

Untuk mengukur jarak tanam

Gembor

Untuk menyiram tanaman

Kaleng susu

Untuk membuat lubang pada mulsa

Gunting

Untuk memotong mulsa

Bambu tipis

Sebagai pengait mulsa ke tanah

3.1.2

Bahan

Tabel 2. Daftar Bahan yang Digunakan dalam Praktikum Mulsa dan Pemulsaan
Bahan

Fungsi

Stek batang ubi jalar

Sebagai bahan tanam

MPHP

Sebagai mulsa atau perlakuan

Air

Untuk menyirami tanaman

3.2 Cara Kerja
Adapun metode pelaksanaan praktikum mulsa dan pemulsaan meliputi:
Menyiapkan alat dan bahan

Memotong mulsa menjadi dua bagian sama panjang

Memasang mulsa pada bedengan pertama dan ketiga

Memanaskan kaleng susu dan menempelkannya pada mulsa untuk membuat
lubang sesuai jarak tanam

Menanam bibit ubi jalar di lubang yang ditentukan

Melakukan penyiraman setiap hari atau menyesuaikan curah hujan

Mencatat hasil pengamatan setiap minggu
Gambar 1. Skema Diagram Alir Kegiatan Praktikum

4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1

4.1 Data Hasil Pengamatan
Panjang Tanaman Ubi Jalar
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan ubi jalar pada usia 2 sampai 5

minggu setelah tanam (mst), pengaruh perlakuan tanpa penggunaan mulsa dan
perlakuan dengan penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) terhadap
tinggi tanaman ubi jalar.
Tabel 3.. Perbandingan Rata-Rata Panjang Tanaman Ubi Jalar dengan Perlakuan
Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak
Tinggi Tanaman (cm)
Pola Tanam
2 mst
3 mst
4 mst
5 mst
Tanpa Mulsa
25,25
33,25
42,62
55,25
MPHP
28,75
39,75
52
67,5
Berdasarkan tabel 1.diketahui bahwa rata-rata panjang tanaman ubi jalar
dengan perlakuan tanpa mulsa secara berturut-turut pada usia 2 sampai 5 adalah
25,25cm; 33,25cm; 42,62cm; dan 55,25cm. Sedangkan rata-rata panjang tanaman
ubi jalar dengan perlakuan penggunanan MPHP secara berturut-turut adalah
28,75cm; 39,75cm; 52cm; dan 67,5cm. Berikut adalah grafik tinggi tanaman
jagung.

Gambar 2. Perbandingan Rata-Rata Panjang Tanaman Ubi Jalar dengan
Perlakuan Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam
Perak

Berdasrkan gambar 1. diketahui bahwa grafik pada tanaman ubi jalar selalu
mengalami kenaikan. Dari kedua grafik perlakuan dengan penggunaan MPHP
selalu lebih tinggi dari pada perlakuan tanpa penggunaan tanpa mulsa.
4.1.2

Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar
Berikut adalah tabel data hasil pengamatan tanaman ubi jalar pada usia 2

sampai 5 minggu setelah tanam (mst), pengaruh perlakuan tanpa mulsa dan
perlakuan dengan penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP) terhadap
jumlah daun tanaman ubi jalar.
Tabel 4. Perbandingan Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar dengan
Perlakuan Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak
Jumlah Daun Tanaman (helai)
Pola Tanam
2 mst
3 mst
4 mst
5 mst
Tanpa Mulsa
21,75
30,25
36,5
105,25
MPHP
32
41,5
50,5
90,75
Berdasarkan tabel 2. diketahui rata-rata jumlah daun tanaman ubi jalar
dengan perlakuan tanpa mulsa pada usia 2 sampai 5 minggu setelah tanaman
secara berturut-turut adalah 21,75 helai; 30,25 helai; 36,5 helai; dan 105,25 helai.
Sedangkan rata-rata jumlah daun tanaman ubi jalar dengan penggunaan MPHP
secara berturut-turut adalah 32 helai; 41,5 helai; 50,5 helai; dan 90,75 helai.

Gambar 3. Perbandingan Rata-Rata Jumlah Daun Tanaman Ubi Jalar dengan
Perlakuan Tanpa Mulsa dan Penggunaan Mulsa Plastik Hitam
Perak
Berdasarkan gambar 2. diketahui rata-rata jumlah daun tanaman ubi jalar
dengan perlakuan tanpa mulsa dan dengan menggunakan MPHP selalu mengalami

kenaikan setiap minggunya tetapi pada usia 5 minggu setelah tanam mengalami
kenaikan secara drastis. Pada 5 minggu setelah jumlah daun tanaman ubu jalar
dengan perlakuan tanpa mulsa memiliki jumlah daun lebih banyak dari pada
menggunakan MPHP.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data hasil praktikum mulsa dan pemulsaan yang telah
dilakukan. Ubi jalar dengan perlakuan penggunaan MPHP dan tanpa mulsa
menujukkan hasil yang berbeda dalam parameter panjang tanaman dan jumlah
daun. Pada perlakuan dengan menggunakan mulsa MPHP menunjukkan rata-rata
hasil perkembangan yang lebih baik daripada perlakuan tanpa penggunana mulsa.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Arga (2010), menyatakan bahwa dengan adanya
bahan mulsa di atas permukaan tanah, benih gulma tidak dapat tumbuh.
Akibatnya tanaman yang ditanam akan bebas tumbuh tanpa kompetisi dengan
gulma dalam penyerapan hara mineral tanah. Tidak adanya kompetisi dengan
gulma tersebut merupakan salah satu penyebab keuntungan yaitu meningkatnya
produksi tanaman budidaya. Data jumlah daun tanpa penggunaan mulsa pada
5mst terlihat penambahan jumlah daun yang sangat banyak diduga karena
pemberian pupuk urea pada minggu sebelumnya.

4. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa penggunaan MPHP pada
tanaman ubi jalar dapat meningkatkan pertumuhan tanaman ubi jalar. Hal ini
terbukti bahwa penggunaan mulsa dapat meningkatan produktivitas tanaman ubi
jalar, karena penggunaan dengan penggunaan mulsa kompetisi dengan gulma
berkurang dan unsure hara dalam tanah cukup teredia untuk perkembangan
tanaman ubi jalar.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 2012. Mulsa Daun Kering :
Pengendalian Gulma dan Penyubur Tanah di Hutan Tanaman. Bogor:
Kementrian Kehutanan. 7p
Burdiono, 2012. Pemanfaatan Sersah Tebu Sebagai Mulsa Terhadap Pemadatan
Tanah Akibat Lintasan Roda Traktor pada PG. Takalar. Skripsi. Universitas
Hasanuddin Makassar.
Khaira, M. Iqbal dan Khaira Sofa Anisa, 2014. Pengaruh Pemakaian Mulsa
Plastik Hitam Perak dan Aplikasi Dosis Zeolit pada Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Radish (Raphanus satufus L.). Fakulas Pertanian Universitas
Lampung
Marliah, A., Nurhayati dan Dewi Susilawati, 2011. Pengaruh Pemberian Pupuk
Organik dan Jenis Mulsa Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai
(Glycine max (L.) Merrill). Jurnal Floratek 6:192-201
Rukamana, Rahmat, 2007. Ubi Jalar Budi Daya dan Pasca Panen. Penerbit
Kanisius Yogyakarta.
Seonyoto, Edy, 2014. Pengaruh Dosis Pupuk Phonska dan Penggunaan Mulsa
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomea
batatas L.) Varietas Ayamurasaki. Jurnal Cendekia 12(3) : 100-107 ISSN :
1693-6094
Sudjianto, U., dan Veronica Krestiani, 2009. Studi Pemulsaan dan Dosis NPK
pada Hasil Buah Melon (Cuvumis melo L). Jurnal Sains dan Teknologi
2(2):1-7
Tinambunan, E., Lilik Setyobudi, dan Agus Suryanto. 2014. Penggunaan
Beberapa Jenis Mulsa Terhadap Produksi Baby Wortel (Daucus carota L.)
Varietas Hibrida. Jurnal Produksi Tanaman 2(1): 25-30.
Atrini, Dyah Yohana, 2012. Studi Pengaruh Penekanan Pertumbuhan Akar pada
Ruas-ruas Batang Atas terhadap Hasil Umbi Ubi Jalar (Ipomea batatas (L.)
Lamb). Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta
Wiryanta, Bernardinus T. Wayu, 2002. Bertanam Cabai pada Musim Hujan.
Penerbit Agromedia Pustaka Jakarta
Fahrurrozi, K. A., Stewart S. Jenni, 2001. The Early Growth of Muskmelon in
Mini-tunnel Containing A Thermal-water Tube. I. The Carbon dioxide
Concentration In The Tunnel. Journal Amer. Soc. For Hort. Sci. 126 : 757763
Arga. 2010. Pengantar Ilmu Pengendalian Gulma (Ilmu Gulma Buku I).
Rajawali .Press. Jakarta. p.122.

LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Pengamatan Ubi Jalar Tanpa Mulsa
Tabel 5. Data Pengamatan Panjang Tanaman Ubi jalar Perlakuan Tanpa Mulsa
Tinggi Tanaman (cm)
Sampel
2 mst
3 mst
4 mst
5 mst
Tanaman 1
31
35
43,5
45
Tanaman 2
24
37
46,5
63
Tanaman 3
29
42
67
90
Tanaman 4
31
45
51
72
Tanaman 5
20
35
49
49
Tanaman 6
27
29
33
62
Tanaman 7
26
39
48,5
60
Tanaman 8
28
30
40
50
Rata-rata
28
36,5
47,3125
61,375
Tabel 6. Data Pengamatan Jumlah Daun Ubi jalar Perlakuan Tanpa Mulsa
Jumlah Daun (helai)
Sampel
2 mst
3 mst
4 mst
5 mst
Tanaman 1
38
50
62
60
Tanaman 2
39
48
56
103
Tanaman 3
22
30
38
121
Tanaman 4
29
38
46
79
Tanaman 5
17
25
33
81
Tanaman 6
15
17
20
132
Tanaman 7
35
51
60
138
Tanaman 8
20
28
33
70
Rata-rata
26,875
35,875
43,5
98

Lampiran 2. Dokumentasi Tanaman Ubi Jalar

Gambar 4. Tanaman Ubi Jalar Perlakuan dengan MPHP dan Tanpa Mulsa