TEORI PEMAHAMAN PARAGRAF

TEORI PEMAHAMAN PARAGRAF
TEORI PEMAHAMAN PARAGRAF

A. Penalaran dalam Paragraf
Penalaran dalam paragraf adalah logika yang digunakan penulis untuk mengembangkan paragraf
sehingga gagasan yang ingin disampaikan kepada pembaca dapat tertuang dengan baik. Karena
itu, istilah penalaran paragraf acapkali disebut sebagai pola pemgembangan paragraf. Di satu
pihak, “dia” sebagai istilah penalaran atau proses berpikir, tetapi di pihak lain sekaligus
digunakan sebagai metode di dalam mengembangkan gagasan-gagasan paragraf. Dalam berbagai
soal ujian pun seringkali kedua istilah ini (penalaran paragraf dan pola pengembangan paragraf)
disamakan saja.
Berikut ini beberapa pola penalaran paragraf yang sering disebut- sebut dalam berbagai soal
ujian.

1. Induksi
Induksi adalah proses berpikir yang dimulai dari satu atau beberapa fakta-fakta individual atau
fenomena-fenomena khusus untuk ditarik sebuah simpulan (inferensi). Penalaran induksi sering
disebut sebagai corak berfikir ilmiah karena sebelum menemukan simpulan, fakta individual dan
fenomena khusus tersebut harus diteliti, dicermati, dan dievaluasi lebih dahulu. Paragraf yang
dimulai dengan gejala khusus dan diakhiri dengan simpulan disebut paragraf induksi dan
kadang-kadang disebut juga paragraf khusus umum.

Contoh : Minyak bumi merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbarui. Sumber minyak
bumi kita terbatas, sedangkan kebutuhan kita akan minyak bumi terus meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan industri. Jika terus menerus dikuras, sumber
energi tersebur akan habis. Kita tidak dapat memperbaikinya lagi. Untuk menghindari
terjadinya krisis energi, sudah saatnya kita perlu mencari sumber energi alternatif.

2. Generalisasi
Generalisasi merupakan salah satu bentuk penalaran induktif, yakni proses penalaran yang
bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan satu simpulan (inferensi) yang
bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Kata sejumlah fenomena harus
mendapatkan tekanan. Berdasarkan fakta-fakta kusus tersebut ditariklah simpulan umum, yang
tidak hanya berlaku bagi fakta-fakta atau fenomena-fenomena yang telah disebutkan, tetapi

simpulan itu juga berlaku bagi fenomena-fenomena lain yang sejenis. Jadi, paragraf generalisasi
juga berbentuk khusus umum sebagaimana paragraf induksi.
Contoh : Manusia sebagai makhluk hidup memerlukan air. Ikan adalah hewan yang hidup
dengan mengandalkan air. Padi adalah tanaman sawah yang tidak dapat hidup tanpa air. Jadi
semua makhluk hidup memerlukan air.
Dari contoh d iatas jelas bahwa generalisasi merupakan salah satu bentuk penalaran induksi.
Manusia merupakan fakta yang mewakili spesies makhluk hidup tertentu, ikan salah satu data

yang mewakili kelompok hewan, dan padi merupakan fenomena individual sebagai sampel
tumbuh-tumbuhan. Berangkat dari sinilah simpulan diambil yang berlaku bagi semua jenis
makhluk hidup di luar data yang disebutkan.
Sebagai variasi, kadang-kadang penulis menempatkan gagasan umum pada awal paragraf diikuti
dengan rinciannya, dan pada akhir paragraf simpulan itu diulang, walaupun tidak selalu persis.
Bentuk inilah yang dikenal dengan istilah paragraf deduksi-induksi atau paragraf campuran.

3. Analogi
Penalaran analogi dibedakan menjadi dua, yakni analogi induktif dan analogi deduktif. Analogi
induktif adalah penalaran yang bertolak dari suatu kesamaan aktual antara dua hal, untuk
diturunkan sebuah simpulan. Dengan kata lain, analogi induktif adalah pengambilan simpulan
berdasarkan pengalaman. Karena kedua hal tersebut mempunyai kemiripan dalam hal-hal yang
penting, mereka disumpulkan akan sama pula dalam aspek-aspek lain yang kurang penting.
Contoh : Ramadhan adalah alumni fakultas teknik ITB. Ia memiliki reputasi dan prestasi yang
luar biasa di perusahaan Fikri Company. Ia mampu mengatasi kesulitan yang diderita oleh
perusahaan itu.Gagasan-gagasannya sangat cemerlan. Pada saat penerimaan karyawan baru,
perusahaan menerima Ssaskia dengan mudah karena ia juga alumni fakultas teknik ITB.
Perusahaan menganggap Saskia tentu akan menjadi karyawan yang berprestasi sebagus
Ramadhan.
Analogi deklaratif sering disebut juga analogi penjelas, yakni metode untuk menjelaskan

sesuatu yang baru, belum dikenal, sulit, dan abstrak dengan mempergunakan atau
membandingkannya dengan sesuatu yang lama, sudah dikenal, mudah, dan konkret. Jadi analogi
deklaratif lebih dekat kepada perbandingan daripada dengan induksi.
Contoh : Bahasa Aaustronesia merupakan induk bahasa-bahasa Nusantara. Seperti halnya
sebatang pohon, bahasa Austronesia merupakan batangnya yang besar. Ia mempunyai cabangcabang yang banyak , yakni bahasa Melayu, Tagalok, Jawa, Bugis, Bali, Dayak, Sunda, dan
lain-lain. Cabang-cabang tersebut ada yang tumbuh menjadi besar ada yang kecil. Dari cabang
tersebut tumbuh ranting-rantingnya yang merupakan dialek dari bahasa-bahasa tersebut.
Misalnya cabang bahasa Jawa mempunyai ranting berupa bahasa Jawa dialek Surabaya, dialek
Surakarta-Yogyakarta, dialek Banyumas dan lain-lain.

4. Kausal
Hubungan kausal seringkali diterjemahkan dengan istilah hubungan sebab-akibat, tanpa
membedakan apakah sebab mendahului akibat atau sebaliknya. Tetapi kadang-kadang dalam
berbagai soal ujian dibedakan menjadi beberapa pola, yakni sebab ke akibat, akibat ke sebab,
akibat ke akibat.
Sebab akibat merupakan penalaran yang dimulai dengan sebab yang bergerak menuju akibat
sebagai simpulannya. Ada sebab tunggal dengan akibat tunggal, sebab tunggal dengan akibat
ganda, ada sebab ganda dengan akibat tunggal, dan sebab ganda dengan akibat ganda pula,
bahkan ada pula sebab akibat berantai.
Contoh : Pemerintah berketetapan menaikkan harga BBM. Kenaikan ini membuat biaya

angkutan meningkat karena pengusaha angkutan tentu tidak ingin rugi. Tidak pelak lagi semua
harga kebutuhan pokok merangkak naik. Akibatnya rakyat kecillah yang paling menderita.
Paragraf di atas merupakan contoh hubungan sebab akibat berantai. Jika dibuat skema akan
menjadi sebab—akibat 1 (sebab 2)—akibat 2 (sebab 3)—akibat.
Akibat-sebab adalah pola penalaran yang menempatkan akibat pada awal kemudian bergerak ke
sebab yang menimbulkan akibat dalam pernyataan awal tadi. Sebagaimana hubungan sebab
akibat, terdapat hubungan akibat tunggal dengan sebab tunggal, akibat tunggal dengan sebab
ganda, akibat ganda dengan sebab tunggal, akibat ganda dengan sebab ganda, dan ada pula
akibat sebab berantai,
Contoh : Ia memang pantas mendapatkan prestasi sangat memuaskan. Ia begitu tekun belajar.
Di kelas dia begitu antusias dalam mengikuti pelajaran. Tidak pernah dia melalaikan tugastugas sekolah. Waktu-waktu luang pun selalu ia pergunakan untuk membaca referensi di
perpustakaan.
Paragraf di atas merupakan contoh penalaran dengan akibat tunggal dan sebab ganda.
Akibat-akibat adalah pola penalaran yang mengambil simpulan berdasarkan fakta yang sudah
merupakan akibat tanpa melihat apa penyebabnya.
Contoh : Sepulang dari pasar di kota, ibu terkejut melihat jalan menuju ke rumah becek dan
berlumpur. Saluran di tepi gang itu penuh dan meluap. “Waduh gawat, kalau begitu jemuranku
pasti basah semua”, pikir ibu.

5. Deduksi


Penalaran deduksi merupakan kebalikan dari penalaran induksi. Dalam deduksi orang
menempatkan simpulan umum pada awal paragraf kemudian diikuti dengan proposisi baru
terhadap fenomena khusus berdasarkan kesamaan sifat atau keadaan seperti yang terjadi pada
simpulan umum tadi. Acapkali paragraf deduksi juga disebut paragraf spesialisasi sebagai lawan
dari istilah generalisasi.
Contoh : Kesadaran akan pentingnya kelestarian lingkungan harus dimiliki oleh penduduk
bumi d imana pun berada. Negara-negara “ utara” yang telah begitu banyak menyita
keramahan lingkungan karena teknologinya harus mengendalikan diri. Di “selatan” manusia
tidak boleh sesukanya sendiri mengeksploitasi alam untuk mengejar kebutuhannya.
Kesepakatan-kesepakatan internasional yang telah kita buat semestinya menjadi panduan
semua pihak, bukan hanya di negara-negara berkembang tetapi lebih-lebih bagi negara maju
yang konon menjadi barometer dan panutan.
6. Urutan
Pola urutan biasanya terjadi karena hubungan alamiah. Objek yang ingin disajikan penulis secara
alamiah menuntut penyajian dalam bentuk urutan. Di samping itu, pola urutan juga bisa
disebabkan oleh tuntutan logis antarobjeknya. Kita mengenal ada paragraf kronologis, sudut
pandangan, klimaks dan antiklimaks, dan proses.
a. Kronologis
Paragraf kronologis dikembangkan berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa.

Pengembangan paragraf ini cocok untuk jenis narasi atau deskripsi.
Contoh : Pukul lima pagi terdengar ledakan keras dari arah kota. Kurang lebih sepuluh menit
kemudian terdengar ledakan yang kedua. Kali suaranya ini lebih dahsyat. Mungkin tempatnya
lebih dekat dengan kampungku. Tidak lama kemudian disusul rentetan tembakan dan ledakan
dari berbagai arah. Sebelum matahari terbit orang-orang sudah berlarian menyelamatkan diri
dengan jerit dan teriakan yang memilukan di sela-sela desingan peluru dan dentuman meriam.
Aku sudah tidak ingat lagi persisnya pukul berapa karena aku turut larut dalam hiruk pikuk itu.

b. Sudut pandangan
Istilah sudut pandangan ini sebenarnya agak membingungkan. Dalam unsur intrinsik sastra kita
mengenal istilah ini bersinonim dengan point of view atau cara bercerita. Di sini sudut pandangan
diartikan sebagai tempat atau posisi yang dipilih penulis untuk menggambarkan objek dalam
paragrafnya. Istilah ini lebih tepat disebut sebagai urutan ruang atau urutan tempat.
Contoh : Halaman depannya ditanami rumput halus yang terpangkas rapi. Beberapa sudut
ditanami bunga-bunga yang dominan warna merah dan kuning. Persis di kanan kiri tangga
teras terdapat pot bonsai besar yang mengeliat indah. Teras depan berlantai granit itu akan

menyambut kehadiran tamu dengan kesejukan pertama, sebelum pintu berukir jepara terbuka
menuju ruang tamu yang lapang.


c. Klimaks dan antiklimaks
Pengembangan paragraf yang dimulai dari gagasan bawahan yang dianggap lebih rendah,
sederhana, atau lemah dan berangsur-angsur menuju ke gagasan yang lebih tinggi, lebih penting,
atau lebih kuat disebut pengembangan klimaks. Sebagai variasinya, sering penulis membuat
urutan sebaliknya, dikenal dengan istilah antiklimaks.
Contoh : Bentuk mobil van mengalami perubahan pesat. Pada awalnya mobil van berbentuk
minibus misalnya VW Combi. Bentuk ini diikuti oleh mitsubhisi colt, isuzu minibus, daihatsu
van, suzuki carry, dan lain-lain. Kini muncul model van dengan moncong seperti sedan,
misalnya toyota kijang, isuzu panther, dan mitsubishi kuda. Bahkan kini mobil van dirancang
dengan tekhnologi dan kenyamanan sedan yang mampu bersaing sebagai kendaraan pribadi
yang menjanjikan kemewahan, kenyamanan, dan sekaligus ketangguhan beraksi di segala
medan, misalnya kijang inova.

d. Proses
Paragraf proses adalah paragraf yang disusun menurut urutan tindakan, perbuatan, langkahlangkah, cara, atau kejadian untuk menghasilkan sesuatu. Paragraf proses memiliki kemiripan
dengan paragraf kronologis. Biasanya keduanya menggunakan konjungsi antarparagraf atau
antarkalimat mula-mula, kemudian, setelah itu, sesudah itu, selanjutnya, dan sebagainya.
Perbedaannya terletak pada titik berat topik yang dibahas dan tujuan penulis. Pada paragraf
kronologis urutan waktu menjadi tekanan utama sedangkan dalam paragraf proses urutan
langkah yang dipentingkan. Di samping itu, paragraf kronologis lebih cocok untuk jenis

karangan narasi atau deskripsi, sedangkan paragraf proses lebih banyak digunakan untuk
karangan eksposisi.
Perhatikan contoh berikut!
Pertama-tama kita pilih bahan bakunya, yaitu kedelai yang baik. Sebelum direbus kedelai
dibersihkan terlebih dahulu dengan air. Selama proses penyiapan, kedelai harus dijaga agar
tidak terkena bahan kimia, misalnya sabun karena akan merusak proses peragian. Langkah
berikutnya merebusnya hingga matang, kemudian membersihkan kulitnya. Setelah bersih benar
kedelai ditiriskan. Tinggallah kini membubuhi ragi dan membungkusnya. Jika prosesnya lancar,
sesudah dua hari tempe yang lezat dan bergizi siap dikonsumsi untuk digoreng atau dimasak
dengan variasi menu yang bermacam-macam.

7. Perbandingan dan pertentangan
Perbandingan dan pertentangan adalah pola pengembangan dengan cara menunjukkan kesamaan
atau perbedaan dua objek/dua gagasan atau lebih dari aspek-aspek tertentu. Jika sebuah paragraf
menitikberatkan pada persamaan objeknya disebut paragraf perbandingan, sedangkan jika
paragraf menitikberatkan pada perbedaannya disebut paragraf pertentangan.
Dalam kenyataan, keduanya sulit dibedakan karena paragraf pertentangan memang merupakan
paragraf perbandingan. Biasanya sebuah perbandingan baru disebut pertentangan jika keduanya
seolah-olah berlawanan atau sengaja dibenturkan secara tajam. Misalnya, satu objek dikatakan
baik objek yang lain dikatakan buruk, yang satu dikatakan murah dan yang lain disebutkan

mahal dan seterusnya.
Paragraf perbandingan dan pertentangan dibedakan dua. Jika penulis mengambarkan objek
pertama secara lengkap terlebih dahulu baru disusul dengan objek kedua selengkapnya, disebut
paragraf perbandingan/pertentangan utuh. Jika penulis mengambarkan keduanya bergantian
dalam satu paragraf, dikenal dengan istilah paragraf perbandingan/pertentangan bergantian.
Contoh paragraf perbandingan utuh :
Kota mempunyai pesona bagi kebanyakan orang. Walaupun hidup berjejal, tingkat polusi cukup
tinggi, dan persaingan kehidupan begitu keras, tidak pernah menyurutkan pendatang untuk
berbondong-bondong berebut “ nasi” di kota. Fasilitas yang begitu banyak dan tingginya
peredaran uang di kota membuat kesulitan-kesulitan itu sebagai tantangan yang harus dilayani
bukan untuk dijauhi.
Sebaliknya sebagian penduduk memilih hidup di desa. Kenyamanan udara dan kedamaian hidup
kekeluargaan membuat desa menjadi tempat menambatkan sisa hidup yang menyenangkan.
Kesederhanaan dan keramah-tamahan merupakan puncak kebahagiaan bagi sebagian orang
yang memilih tinggal di desa.

Contoh paragraf pertentangan bergantian :
Dari segi kesehatan, pemakaian sabun cair dinilai oleh beberapa kalangan lebih aman daripada
sabun padat. Sabun cair bisa digunakan sekali tanpa bercampur dengan orang lain. Sedangkan
sabun padat bisa digunakan bergantian dengan orang lain. Dengan demikian, sabun padat

memberikan peluang penularan penyakit kulit lebih besar. Hal ini tidak akan terjadi pada
pemakai sabun cair. Kelemahannya, pemakaian sabun cair lebih boros daripada sabun padat.
Harga sabun cair relatif mahal, sedangkan sabun padat cukup murah sehingga terjangkau oleh
kantong. Tinggal mana yang akan kita pilih, sehat tetapi boros atau beresiko tetapi murah.
8. Contoh

Dalam menguraikan idenya penulis sering memerlukan contoh agar jelas bagi pembaca.
Gagasan-gagasan yang terlalu umum memerlukan ilustrasi yang konkret berupa contoh-contoh.
Perlu ditekankan di sini, bahwa contoh dalam paragraf ini tidak berfungsi sebagai argumen atau
bertujuan ingin membuktikan pendapat penulis seperti dalam tulisan argumentasi, tetapi sekedar
alat untuk memperjelas maksud penulis. Biasanya pengalaman-pengalaman pribadi penulis
merupakan bahan yang efektif untuk dijadikan contoh dalam paragraf.
Contoh : Pemakaian bahan bakar yang berlebihan perlu dihindari jika kita tidak ingin
mengalami krisis energi di masa mendatang. Banyak kebiasaan buruk kita yang dianggap sepele
tetapi sebenarnya jika dibiarkan akan berakibat cukup fatal. Misalnya memanaskan mobil
berlama-lama, selain tidak bermanfaat juga merupakan bentuk pemborosan dan kebiasaan
buruk yang perlu dihindari. Mobil masa kini telah dirancang cukup canggih sehingga
pemanasan cukup dilakukan antara dua sampai tiga menit. Demikian pula pemakaian listrik,
kita sering membiarkan lampu menyala sepanjang hari walaupun sudah cukup terang dan tidak
digunakan. Kesadaran ini perlu ditanamkan pada setiap orang sejak kecil.


9. Klasifikasi
Klasifikasi adalah sebuah proses pengelompokkan objek atau sesuatu yang dianggap memiliki
kesamaan tertentu. Klarifikasi bekerja dalam dua tahap yang berlawanan. Tahap pertama adalah
mempersatukan objek-objek secara keseluruhan. Kemudian tahap kedua memisahkan objekobjek tersebut sesuai dengan kelompok-kelompoknya atas dasar kesamaan yang dimiliki.
Klasifikasi dalam paragraf terhadap objek yang konkret mungkin tidak sulit. Akan tetapi, kita
mungkin mengalami kesulitan jika objeknya berupa gagasan-gagasan yang abstrak.
Contoh : Ketika bahasa Indonesia masih merupakan bahasa Melayu orang sudah mulai
membagi-baginya. Mula-mula dibedakan atas bahasa Melayu rendah dan bahasaMmelayu
tinggi. Kemudian masih dibedakan lagi menjadi bahasa bangsawan, bahasa dalam, bahasa
dagang dan bahasa kucukan. Namun, pengelompokan ini dirasakan belum memadai. Kita masih
mengetahui beda bahasa buku dengan bahasa ujaran. Sedangkan bahasa ujaran juga masih
berbeda-beda antara bahasa percakapan para nelayan dengan bahasa guru, petani, atau
padagang.

10. Definisi
Paragraf definisi berusaha menjelaskan pengertian tertentu, makna istilah, atau
ilmu/pengetahuan dengan memberikan keterangan dalam bentuk kalimat-kalimat. Termasuk di
dalamnya adalah penjelasan istilah berdasarkan asal usul kata atau etimologinya dan makna
leksikal atau makna kamus dari istilah tersebut.

Contoh : Istilah “demokrasi” biasanya diterjemahkan dengan kata kedaulatan rakyat. Secara
harfiah kata “demokrasi” diturunkan dari bahasa Yunani “demos” yang berarti rakyat dan
“kratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Pada hakikatnya demokrasi merupakan
mentalitas, cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam membina kehidupan berbangsa dan
bernegara yang menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingan siapa pun. Oleh karena
itu, rakyatlah yang memiliki kekuasaan untuk menentukan arah dan tujuan kehidupan berbangsa
dan bernegara.

B. Bentuk Paragraf
Pembagian paragraf dapat menggunakan tolok ukur di mana penulis menempatkan kalimat
utama dalam sebuah paragraf. Yang dimaksud dengan kalimat utama atau kalimat topik adalah
kalimat yang mengandung gagasan utama paragraf.
Berdasarkan letak kalimat utamanya paragraf dibedakan menjadi lima macam, yakni paragraf
deduktif, induktif, deduktif-induktif, ineratif, dan deskriptif atau naratif.

1. Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal paragraf.
Pengertian awal paragraf ini tidak harus diartikan pada kalimat pertama. Mungkin pada kalimat
kedua atau beberapa kalimat pada bagian awal walaupun bukan kalimat pertama.
Contoh : Kebudayaan Indonesia akhir-akhir ini mempunyai dua arah kecenderungan yang
berlawanan atau paradoks. Di satu pihak kebudayaan berkembang secara linear manuju
modernisasi sejalan dengan perkembangan ekonomi dan iptek. Di pihak lain ada kecenderungan
terjadi kebudayaan “daur ulang” (recycling), yaitu penggalian kembali bentuk, aspek, dan nilainilai kebudayaan lama.

2. Paragraf induktif adalah bentuk paragraf yang menempatkan kalimat utama pada bagian
akhir. Biasanya kalimat utama pada paragraf induktif menggunakan kongjungsi penyimpul
antarkalimat, seperti jadi, maka, dengan demikian, akhirnya, dan lain-lain.
Akan tetapi, kebiasaan ini bukan sesuatu yang mutlak. Kita perlu mencermati tingkat
kepentingan setiap gagasan yang terdapat dalam paragraf tersebut. Bentuk paragraf induktif ini
sangat efektif untuk mengemukakan argumentasi.
Contoh : Secara umum dapat saja dikatakan bahwa pesatnya pertumbuhan penduduk di
negara-negara selatan merupakan salah satu penyebab utama kerusakan lingkungan. Meskipun
demikian, dalam mentuk interpretasiyna yang naif, penonjolan angka pertumbuhan penduduk ini
bisa menyelubungi fakta yang sesungguhnya. Justru penyebab utama kerusakan lingkungan
adalah industrialisasi yang tak terkendali di negara-negara utara.

3. Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang menempatkan kalimat topik pada awal
sekaligus akhir paragraf. Kalimat terakhir merupangan pengulangan atau penegasan kalimat
utama. Dalam praktiknya kalimat terakhir tidak selalu persis dengan kalimat pertama tetapi
mungkin mengambil bentuk variasi dengan inti gagasan yang tetap sama.
Contoh : Perkembangan di bidang teknologi dan komunikasi membawa dampak luas dalam
kehidupan manusia. Dengan kemajuan teknologi, manusia bisa memperoleh kemudahan yang
sebelumnya tak pernah terpikirkan. Kemajuan komunikasi mengakibatkan dunia ini seolah-olah
menjadi semakin sempit. Di berbagai belahan dunia manusia bisa melakukan komunikasi
langsung tanpa hambatan jarak. Jadi, revolusi kehidupan telah terjadi karena pencapaian
kemajuanm teknologi dan komunikasi tersebut.

4. Paragraf ineratif secara teoretis diartikan paragraf yang mempunyai kalimat topik pada
bagian tengah. Kalimat pertama seolah-olah merupakan pengantar untuk menuju pada puncak.
Kemudian, sesudah bagian puncak ini penulis masih menambahkan kalimat-kalimat penjelas
lagi. Jenis paragraf ini jarang ditemukan dan kurang lazim digunakan.
Contoh : Awalnya terjadi pertentangan terhadap kebijakan pemakaian seragam itu. Sebagian
menilai keseragaman merupakan simbol pembelengguan terhadap kebebasan. Mereka mengira
kebebasan adalah segalanya. Tetapi akhirnya mereka sadar, ternyata berseragam lebih
nyaman daripada berpakaian bebas yang mengakibatkan persaingan negatif. Dengan
berpakaian seragam tidak tampak perbedaan mencolok antara si kaya dan si miskin. Dengan
pakaian seragam dapat tereliminasi kecemburuan sosial di antara sesama teman.

5. Paragraf naratif/deskriptif adalah bentuk paragraf yang tidak memiliki kalimat topik atau
kalimat utama. Akan tetap,i tidak berarti paragraf deskriptif/naratif tidak mempunyai gagasan
utama. Penulis menempatkan gagasan utamanya tersebar dalam seluruh kalimat. Untuk
menemukan gagasan utamanya, pembaca harus mengambil simpulan dari seluruh kalimat yang
ada.
Contoh : Cahaya matahari pagi menerobos lewat celah dedaunan dan ranting-ranting pohon.
Embun pagi yang jernih memantulkan cahaya kemilau bak mutiara bergelayutan di leher gadis
ayu yang gemulai. Kicau burung bersahutan mengabarkan desir hari yang mulai merambat.
Sejuknya angin pagi menyapa bumi dengan keramahan yang alami.
Pada contoh di atas tidak ada kaliman yang dipentingkan. Seluruhan kalimat bersama-sama
mendukung gagasan utama paragraf, yakni pagi hari yang indah.

C. Jenis Paragraf Berdasarkan Sifat dan Tujuannya.
Ada lima macam jenis paragraf berdasarkan sifat dantujuannya, yakni deskripsi, narasi,
eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

1. Deskripsi
Kata deskripsi berasal dari verba to describe (Ing.) yang artinya menguraikan, merinci,
memerikan, melukiskan. Paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertujuan memberikan
kesan/impresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, peristiwa, dan semacamnya
yang ingin disampaikan penulis. Dengan deskripsi yang baik pembaca dapat dibuat seolah-oleh
melihat, mendengar, merasakan, atau terlibat dalam peristiwa yang diuraikan penulis baik secara
inderawi, logika, maupun emosi. Hampir semua jenis wacana secara utuh melibatkan paragraf
deskripsi untuk memberikan penjelasan dan ilustrasi atas gagasan-gagasan dalam wacana
tersebut.
Berdasarkan kesan atau impresi yang dialami pembaca paragraf deskripsi dibedakan dua, yakni
deskripsi ekspositoris dan deskripsi impresionostis. Deskripsi ekspositoris lebih banyak
melibatkan kesan berdasarkan logika dan pikiran pembaca. Objek yang memerlukan rincian
angka dan ukuran-ukuran detail lebih cocok untuk disampaikan dengan deskripsi ekspositoris.
Karena sifatnya yang demikian jenis deskripsi ini sering rancu dengan paragraf eksposisi.
Contoh :
Pertempuran di Atlantik Selatan antara Argentina dan Inggris selama dua bulan lebih itu
menelan banyak korban. Inggris kehilangan 228 orang. Termasuk 19 prajurit pilihannya, tiga
penerbang, dan dua awak helikopter. Pesawat yang hilang adalah delapan Harrier (lima
ditembak jatuh, tiga mengalami kecelakaan) dan sebelas helikopter. Kapal yang menjadi korban
tidak kurang dari 17 buah, meliputi kapal perusak, frigat, pendarat, dan kapal peti kemas. Di
pihak Argentina paling tidak tercatat 82 tentara tewas, 342 hilang, dan 106 cidera. Korban
kendaraan perang Argentina meliputi 19 pesawat dan sebuah helikopter hilang, 5 buah kapal
tenggelam termasuk sebuah kapal selam dan perahu nelayan.

Deskripsi impresionistis adalah paragraf yang menguraikan objek dengan tujuan agar
memperoleh tanggapan emosional dari pembaca. Biasanya penulis memulainya dengan mengacu
kesan indera kemudian merambah kepada keterlibatan emosi pembacanya. Namun, tidak jarang
deskripsi impresionistis melibatkan kesan logika terlebih dahulu, kemudian bergerak
menimbulkan rasa haru dan melibatkan emosi pembaca.
Contoh :

Ia terlentang seharian di atas trotoar panas itu. Tubuhnya yang tinggal tulang terbalut kulit itu
tertutup oleh pakaian kotor dan dekil yang telah robek di sana sini sehingga perutnya yang
kempis itu menyeringai dari sela-sela baju. Bau anyir menyeruak dari borok di kedua kakinya
yang melebar dengan warna merah kecoklatan bercampur dengan nanah yang meleleh
dikerumuni lalat yang berjejal seperti cendol. Setiap arang yang lewat di dekatnya menutup
hidung dan menghindar dari bau yang menyengat itu. Sebentar-sebentar ia menggaruk-garuk
bagian tubuhnya yang dipenuhi kudis dengan kukunya yang panjang dan hitam itu
meninggalkan baluran-baluran merah memanjang.

2. Narasi.
Narasi (naration) secara harfiah bermakna kisah atau cerita. Paragraf narasi bertujuan
mengisahkan atau bercerita. Paragraf narasi acapkali mirip dengan paragraf deskripsi. Bedanya,
narasi mementingkan urutan (biasanya kronologis), memiliki tokoh, dan terdapat konflik di
dalamnya. Walaupun tidak tampak tajam, konflik ini merupakan bagian penting dari sebuah
narasi.
Paragraf narasi bukan hanya terdapat pada karya fiksi (cerpen dan novel) tetapi narasi juga
dikenal dalam tulisan ilmiah, misalnya biografi atau autobiografi dan analisis proses.
Contoh :
Tahun 1977 Dr. Asvarez dan rekan-rekannya dari universitas California , Berkeley mendapati
saesuatu yang aneh. Ketika sedang meneliti lapisan lumpur di Italia-sebagaimana yang mereka
lakukan di Denmark sebalumnya-mereka menemukan kandungan iridium berkadar tinggi di
antara pembatas dua lapisan lumpur itu. Pada tahun berikutnya kapal peneliti AS Glomar
Challenger Two juga menemukan iridium berkadar tinggi di perairan New Mexico bagian utara.
Bahan yang hanya bisa ditemukan dalam jumlah sedikit di muka bumi ini diyakini dari pecahan
meteorit angkasa luar yang secara perlahan mengumpul sejak jutaan tahun yang lalu.

3. Eksposisi
Paragraf eksposisi bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan penyuluhan/informasi,
mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca
menerima atau mengikutinya. Paragraf eksposisi tepat untuk menyajikan pengetahuan/ilmu baru,
definisi, pengertian, langkah-langkah, metode, cara dan proses. Sebagian besar buku teks dan
pelajaran berbentuk eksposisi.
Contoh : Rokok, alkohol, dan narkotika adalah tiga jenis bahan yang sama-sama dapat
mengakibatkan ketergantungan fisik dan psikhis para pemakainya, walaupun dengan kadar
yang berbeda-beda. Penggunaan salah satu dari ketiganya dalam waktu yang lama, sering, dan
terus menerus dapat menimbulkan kebiasaan dan meningkat menjadi ketagihan. Zat-zat kimia

yang dikandung oleh rokok, alkohol, dan narkotika akan mempengaruhi metabolisme tubuh
manusia dan menimbulkan ketergantungan dan kebutuhan fisik. Zat-zat yang menimbulkan
ketergantungan fisik ini disebut zat adiktif.
4. Argumentasi
Istilah argumentasi diturunkan dari verba to argue (Ing) artinya membuktikan, atau
menyampaikan alasan. Paragraf argumentasi bertujuan menyampaikan alasa. Paragraf
argumentasi bertujuan menyampaikan gagasan, ide, pendapat, konsepsi, atau opini penulis
disertai data sebagai bukti dan alasan untuk meyakinkan pembaca atas kebenaran gagasan itu.
Dengan argumentasi penulis berusaha mempengaruhi jalan pikiran pembaca agar menerima
kebenaran yang dikemukakannya. Proses dalam sebuah sidang peradilan merupakan salah satu
contoh perbantahan dan adu argumentasi antara jaksa penuntut dan pembela. Kedua belah pihak
ingin membuktikan kebenaran menurut versi masing-masing dengan membawa barang bukti,
menghadirkan saksi, dan pengakuan terdakwa atauy yang berperkara sebagai alat untuk
meyakinkan hakim agar mengambil keputusan seperti yang diinginkan masing-masing pihak.
Simpulan merupakan salah satu ciri argumentasi.
Contoh :
Masih ada solusi yang baik untuk mengatasi polemik kapal ikan di perairan kita. Penambahan
jumlah kapal besar di perairan Sulawesi, Maluku, dan Irian tidak perlu diikuti dengan
pemindahan kapal kecil ke wilayah lain. Membatasi impor kapal kapal ikan juga kurang
menguntungkan jika kenyataannya wilayah perairan kita memerlukan tambahan untuk dapat
mengeksploitasi secara optimal. Yang terpenting adalah rasionalisasi jumlah dan ukuran kapal
sesuai dangan pemberlakuan wilayah fishing ground dan fishing base.

5. Persuasi
Kata persuasi diturunkan dari verba to persuade (Ing) yang artinya membujuk atau
menyarankan. Paragraf persuasi merupakan kelanjutan atau pengembangan argumentasi.
Persuasi mula-mula memaparkan gagasan dengan alasan untuk meyakinkan pembaca, kemudian
diikuti dengan ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran kepada pembaca. Beda argumentasi
dan persuasi terletak pada sasaran yang ingin dibidik oleh paragraf tersebut. Argumentasi
menitikberatkan sasaran pada logika pembaca sedangkan persuasi pada emosi/perasaan pembaca
walaupun tidak melapaskan logika. Persuasi yang baik akan diawali atau disertai dengan
argumentasi yang baik pula. Sebuah persuasi tanpa argumentasi akan mirip iklan atau akan
menghasilkan paragraf yang bombastis. Sebuah persuasi dapat berkembang menjadi agitasi dan
provokasi.
Contoh :
Setiap detik penduduk di bumi bertambah lima jiwa. Bisa dipastikan bahwa pertumbuhan
penduduk yang demikian pesat akan menjadi masalah global. Bumi tempat kita bermukim ini

adalah makhluk terbatas. Mulai dari penyediaan ruang hunian sampai dengan penyediaan
sumber daya alam yang memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, semua pihak harus sadar akan
bahaya tersebut. Di satu sisi kita perlu mengendalikan pertambahan penduduk dan di sisi lain
kita harus berusaha keras mencari penemuan-penemuan baru untuk memenuhi tuntutan
kehidupan yang tak terelakkan tersebut.

3. Kohesi dan Koherensi

Kohesi dalam istilah IPA diartikan tarik-menarik antarmolekul yang sejenis, misalnya molekul
air dengan molekul air. Di dalam paragraf, kohesi merupakan tarik-menarik antar- unsur
paragraf, yakni kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan
kalimat, bahkan paragraf dengan paragraf. Jika tarik-menarik antarunsur ini mampu menjalin
hubungan yang serasi, kompak, dan menimbulkan pengertian yang baik, maka muncullah
koherensi paragraf. Dengan kata lain koherensi adalah keserasian dan kekompakan yang tercipta
oleh adanya kohesi dalam paragraf.
Ada beberapa penanda kohesi yang sering digunakan dalam paragraf.

1. Pengulangan Unsur yang Sama
Untuk menandai pertalian antarkalimat dalam satu paragraf sering kita temukan kata atau frase
yang ditulis berulang dalam kalimat-kalimat berikutnya. Pengulangan ini menandai hubungan
yang kohesif antarunsur-unsur tersebuyt. Istilah lain dari pengulangan unsur adalah paralelisme.
Contoh : Terumbu karang di beberapa wilayah mengalami kerusakan. Padahal terumbu
karang merupakan tempat kehidupan biota laut yang penting. Karena ulah beberapa nelayan
yang menangkap ikan dengan bahan peledak kelangsungan hidup terumbu karang tersebut
terancam. Bahkan di beberapa wilayah perairan di Indonesia, kerusakan terumbu karang
tersebut sudah mencapai titik kritis.

2. Penggunaan Kata Ganti atau Ponomina
Kata ganti sangat efektif untuk menandai pertalian antarkalimat dalam paragraf atau wacana.
Termasuk di dalamnya kata ganti orang/pronomina dan kata ganti tunjuk. Jika kata yang
digantikan mendahui kata ganti disebut hubungan anaforis, dan jika kata ganti mendahului kata
yang digantikan disebut hubungan kataforis.
Contoh :

a.

Titik membeli mobil baru. Ia mengendarainya untuk berwisata ke Bali.

b.

Dengan mobil barunya itu Titik berwisata ke Bali.

c.

Boyke akan menjemput Tria. Ia sudah berpakaian rapi.

Pemakaian ia pada kalimat pertama merupakan penanda kohesi anaforis karena mengacu pada
kata Titik sebagai anteseden yang mendahuluinya. Sedangkan –nya pada contoh kedua
merupakan penanda kohesi kataforis. Contoh ketiga tidak hohesif karena kata ganti ia
membingungkan pembaca, siapa yang sudah berpakaian rapi. Boyke atau Tria?

3. Penggunaan Penanda Koreferensi
Penanda kohesi sering menggunakan kata yang maknanya berbeda dengan kata yang diacunya.
Akan tetapi, kedua kata itu mengacu pare referen yang sama atau menunjuk pada sesuatu yang
sama.
Contoh : Pagi-pagi Pak Hamid telah berangkat ke sawah. Petani yang rajin itu memikul bajak
seraya menggiring dua ekor lembu.
Kedua kalimat itu koheren dan kohesif karena Pak Hamid dan petani mengacu kepada referen
yang sama.

4. Persesuaian Alami
Kadang-kadang dalam sebuah paragraf kita temukan kata yang memiliki hubungan persesuaian
alami. Walaupun kedua kata berbeda maknanya, mereka merujuk pada satu kumpulan yang
sama.
Contoh : Ayah mempunyai kuda sumbawa yang bagus. Paman memiliki dua ekor.

5. Hubungan Metafora
Hubungan metafora mirip dengan hubungan koreferensi. Kedua kata atau frasa dalam paragraf
mempunyai bentuk dan arti yang berbeda tetapi ada semacam pertalian makna kias dan makna
lugas.
Contoh : Tidak mengherankan jika Erna sekarang tumbuh menjadi gadis cantik. Dulu ibunya
memang bunga desa yang menjadi incaran para pemuda.

5. Penggunaan konjungsi.
Konjungsi merupakan penanda kohesi yang paling produktif digunakan penulis untuk menjalin
hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk, antarkalimat dalam paragraf, dan antarparagraf
dalam wacana yang lengkap. Ada bermacam-macam hubungan yang dinyatakan dengan
konjungsi sebagai penanda kohesi, antara lain :
a. Hubungan sebab akibat atau akibat sebab yang ditandai dengan konjungsi sebab, sebab itu,
karena, karena itu, oleh karena itu, maka, maka itu.
Contoh : Kita perlu biaya banya untuk menanggulangi bencana tersebut. Oleh karena itu, kita
harus bergotong royong.
b.

Hubungan pertentangan, ditandai dengan konjungsi tetapi, namun.

Contoh : Harga beras sudah murah tetapi persediaan di pasar masih kurang.
c.

Hubungan pengutamaan, dinyatakan dengan konjungsi malahan, bahkan.

Contoh : Mereka sangat apresiatif terhadap pertunjukan itu, bahkan banyak yang memberikan
sumbangan spontan untuk kelangsungan kesenian tersebut.
d.

Hubungan perkecualian, dinyatakan dengan konjungsi kecuali.

Contoh : Semua siswa mengikuti gerak jalan masal itu kecuali beberapa yang sedang menderita
sakit.
e.

Hubungan konsesif, ditandai dengan konjungsi walaupun, meskipun, biarpun, dsb.

Contoh : Walaupun ia anak orang kaya, ia tetap berpenampilan sederhana.
f.

Hubungan tujuan, dinyatakan dengan konjungsi agar, supaya.

Contoh : Setiap anak perlu membaca karya sastra supaya jiwanya tidak kering.

BAB II
APLIKASI PEMAHAMAN PARAGRAF
DALAM SOAL PILIHAN GANDA
1. MENENTUKAN GAGASAN UTAMA PARAGRAF

1.

Paragraf Deduktif

Kalimat utama terletak pada awal paragraf.

Contoh
Pendidikan merupakan alat strategis untuk merebut masa depan. Artinya, pendidikan
merupakan usaha sadar generasi masa kini untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi
masa depannya. Kita sadar bahwa zaman selalu berubah. Apa yang dihadapi generasi masa kini
berbeda dengan yang dihadapi generasi masa depan. Dari fakta di seluruh dunia, bangsa-bangsa
yang maju adalah bangsa yang mampu mempersiapkan SDM-nya melalui pendidikan yang
berkualitas seperti Jepang, Korea, Singapura, dll. Padahal negara-negara itu termasuk miskin
dalam SDA.
Gagasan pokok paragraf di atas terletak pada awal paragraf. Perhatikan dengan saksama, bahwa
kalimat-kalimat yang lain berfungsi sebagai penjelas, semua memperkuat argumen bahwa
pendidikan merupakan alat strategis untuk merebut masa depan.

Contoh soal
Rakyat menunggu pemerintah menurunkan harga BBM. Ketika harga minyak dunia melonjak
hingga lebih dari USD $ 120 per barel, harga premium dalam negeri ditetapkan Rp 6.000,00 per
liter. Itu pun sudah dengan subsidi. Kini harga minyak dunia turun drastis hingga mencapai level
USD $58 per barel. Padahal kondisi ekonomi rakyat akibat kenaikan BBM sduah
memprihatinkan. Mestinya, minyak dalam negeri bisa kembali ke level Rp 4.500,00 hingga Rp
5.000,00.
Gagasan pokok paragraf di atas adalah
a.

rakyat menunggu penurunan harga BBM

b.

lonjakan harga minyak dunia hinga lebih dari USD $120 per barel

c.

subsidi harga BBM dalam negri

d.

penurunan minyak dunia saat ini USD $ 58 per barel

e.

kondisi ekonomi rajyat memprihatinkan akibat kenaikan harga BBM

Kunci jawabannya adalah A kerena gagasan pokok terdapat pada awal paragraf. Jadi, jika
pertanyaan berubah menjadi “Apakah kalimat utama paragraf di atas?” jawabannya adalah
Rakyat menunggu pemerintah menurunkan harga BBM.

2.

Paragraf Induktif

Kalimat utama terletak pada akhir paragraf

Contoh
Berita itu diawali dengan kejadian sederhana. Seorang siswa kelas 12 menegur keras siswa kelas
10 yang tidak menaati peraturan. Teguran itu sampai berupa tindakan fisik dengan maksud
membuat jera. Berita yang berkembang di sekolah, kelas 10 di tampar kelas 12. Sampai di luar
sekolah berita berubah kelas 10 dipukuli kelas 12. Semakin jauh berita kembang menjadi terjadi
penganiayaan terhadap kelas 10. Memang, bias sebuah berita akan berbanding lurus dengan
jauhnya sumber kejadian.
Gagasan pokok paragraf di atas terdapat pada kalimat terakhir, yakni Memang, bias sebuah
berita akan berbanding lurus dengan jauhya sumber kejadian. Konjungsi semacam
memang, jadi, oleh karena itu, akhirnya, maka, akibatnya, akhirnya, dan sejenisnya
acapkali menjadi indikator sebagai penyimpul paragraf.

Contoh soal
Sumber energi fosil merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbarui. Sumber energi ini
antara lain berupa minyak bumi, batu bara, LPG. Ladang-ladang produksi di Indonesia sudah
banyak dieksploitasi. Kapasitas produksinya semakin menurun, seraya kebutuhan akan energi
semakin meningkat. Oleh karenanya, sudah saatnya kita mencari sumber energi alternatif jika
kita tidak ingin mengalami krisis energi.
Ide pokok paragraf di atas adalah ….
a.

Sumber energi fosil tidak dapat diperbarui.

b.

Jenis-jenis sumber energi fosil

c.

Banyaknya eksploitasi pada ladang produksi di Indonesia

d.

Penurunan kapasitas produksi sumber energi di Indonesia

e.

Sudah saatnya kita mencari sumber energi alternatif

Kunci jawabannya adalah E. Paragraf di atas merupakan paragraf persuasi dengan
dimunculkannya kalimat, Oleh karenanya, sudah saatnya kita mencari sumber energi
alternatif jika kita tidak ingin mengalami krisis energi. Seandainya paragraf di atas berhenti
pada kalimat keempat, gagasan paragraf terdapat pada kalimat, Sumber energi fosil merupakan

sumber energi yang tidak dapat diperbarui. Jenisnya menjadi paragraf eksposisi. Dengan
munculnya kalimat persuasi pada akhir, maka paragraf tersebut berubah menjadi paragraf
persuasi. Konjungsi oleh karena itu merupakan indikator kalimat utama paragraf.
3.

Paragraf Deduktif-Induktif (Campuran)

Gagasan pokok paragraf terdapat pada awal sekaligus akhir paragraf.Orang sering “salah kaprah”
menamainya paragraf campuran. Bentuknya dapat berupa pengulangan kalimat pertama, atau
kedua kalimat (pertama dan terakhir) dirangkaikan sebagai simpulan gagasan pokok paragraf.

Contoh
Kebijakan ekonomi nasional harus berpihak kepada rakyat. Kemerdekaan bertujuan untuk
menyejahterakan kehidupan rakyat. Peraturan dan perundang-undangan yang ditetapkan oleh
DPR dan pemerintah tidak boleh hanya berpihak pada kepentingan kapital besar yang justru
berpotensi besar juga terjadinya kolusi, korupsi, dan nepotisme. Jika itu yang terjadi rakyat akan
mengalami kemiskinan dan kesengsaraan. Maka, rakyat kecillah yang harus menjadi fokus
perkonomian nasional.
Gagasan pokok paragraf di atas terdapat pada kalimat pertama dan terakhir. Kalimat terakhir
pada dasarnya merupakan pengulangan kalimat pertama dengan sedikit perubahan redaksional.

Contoh soal
Perkelahian pelajar harus dihindari. Kerakter remaja yang reaksioner dan mudah tersinggung
merupakan pemicu terjadinya perkelahian. Bermula dari masalah-masalah sepele, seperti saling
memandang dengan melotot atau mencibir, berebut pacar, tersempet di jalan
tidak sengaja,
dll kemudian berubah menjadi perkelahian antarsekolah. Ini merupakan pebuatan yang sangat
tercela dan membahayakan.
Gagasan utama paragraf di atas adalah ….
a.

Perkelahian pelajar harus dihindari.

b.

Karakter remaja yang reaksioner mengakibatkan terjadinya perkelahian pelajar.

c.

Pelajar yang berkelahi disebabkan oleh masalah-masalah yangsepele.

d.

Perkelahian pelajar harus dihindari karena tercela dan membahayakan.

e.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perkelahian pelajar.

Kunci jawabannya adalah D karena kalimat pertama dan terakhir merupakan simpulan dari
gagasan pokok paragraf.

4.

Paragraf Deskriptif (Naratif)

Paragraf ini tidak memiliki kalimat utama. Gagasan pokoknya tersebar pada seluruh kalimat.
Untuk menentukannya harus menyimpulkan seluruh isi paragraf. Umumnya paragraf ini
merupakan sebuah deskripsi (lukisan/rincian) atau narasi (kisahan).

Contoh
Matahari pagi belum sepenggalah. Sinarnya menghangatkan alam. Embun yang menempel di
dedaunan memantulkan cahaya berbinar-binar dan berseri. Angin gunung berhembus sepoi, sejuk
dan nyaman menyapa setiap insane. Burung burung berlompatan pada ranting-ranting sambil
bercereceh riang.
Gagasan pokok paragraf di atas adalah Pagi yang indah di di lereng gungung. Simpulan ini
berdasarkan semua fenomena kalimat yang mendukung suasana nyaman dan indah. Ungkapan
“angin gunung” menandakan bahwa peristiwa itu terjadi di lereng gunung bukan di perkotaan
atau di pantai.

Contoh soal
Ketika kecil kehidupan Paidi sangat sederhana, bahkan bisa dikatakan menderita.Ayahnya telah
meninggal saat ia masih dalam kandungan. Ia anak bungsu dari lima bersaudara. Ibunya bekerja
sebagai pedagang jamu racikan di pasar-pasar desa. Setelah remaja ia menumpang di rumah
salah satu saudaranya yang menjadi blantik, pedagang sapi. Ia disekolahkan tetapi harus bekerja
keras memelihara puluhan ekor sapi sepulang sekolah. Kondisi ini membuatnya menjadi manusia
yang ulet, tekun, tabah, dan pantang menyerah. Setelah dewasa ia menjadi pengusaha yang
sukses. Namun sayAing, ibunya belum sempat menikmati kesuksesannya karena telah meninggal
saat ia 12 tahun.
Gagasan pokok paragraf di atas adalah ….
a.

Penderitaan Paidi ketika masih kecil.

b.

Paidi hidup sukses sebagai pengusaha

c.

Riwayat hidup kesuksesan Paidi

d.

Keuletan, ketekunan, ketabahan Paidi pantang menyerah

e.

Ibunya tidak turut menikmati kesuksesan Paidi

Kunci jawabanya adalah C, paragraf di atas merupakan narasi dan kisah perjalanan dan riwayat
hidup Paidi dari kecil hingga mencapai sukses.

5.

Paragraf Ineratif

Gagasan utamanya terletak di tengah paragraf. Secara teoretik memang ada, tetapi dalam
praktiknya amat jarang kita temukan paragraf ineratif.
Contoh
Peserta pemilu kali ini lebih dari 140. Partai-partai baru bermunculan dengan adanya kebebasan
berorganisasi dan berserikat. Partai lama yang tidak memenuhi persyaratan perolehan suara pada
pemilu yang lalu dipoles dan berganti nama baru. Fenomena ini sesunggunya hanya akan
membingungkan rakyat. Betapa tidak, sebegitu banyak partai yang harus dipilih. Rakyat pun
tidak banyak tahu apa, siapa, dan bagaimana mereka. Yang diketahui hanya bertebarannya
gambar-gambar, poster, dan slogan para pengurus partai yang berebut simpati rakyat agar dipilih
menjadi anggota dewan.
Gagasan pokok paragraf di atas adalah Banyaknya partai politik membingungkan rakyat.
Kalimat 1 – 3 merupakan pengantar, kalimat 5 – 6 merupakan penjelasan tambahan mengapa
rakyat bingung.

Contoh soal
Jumlah penduduk di Indonesai berkembang sangat cepat. Ketika program keluarga berencana
ditinggalkan oleh penggagasnya, Suharto, KB menjadi sesuatu yang patut ditinggalkan pula.
Berbagai argumen yang sering dibumbui kepercayaan dan agama memperkuat gejala itu.
Akibatnya, tuntutan akan kebutuhan perumahan menjadi tidak terkendali. Jumlah penduduk yang
banyak tentu memerlukan perumahan yang banyak pula. Sawah dan ladang produktif pun
berubah menjadi beton dan tembok.
Gagasan pokok paragraf di atas adalah ….
a.

Cepatnya perkembangan penduduk di Indonesia saat ini.

b.

Kebutuhan perumahan tidak terkendali akibat cepatnya perkembangan penduduk

c.

Kegagalan program KB setelah ditinggalkan Suharto.

d.

Agama dijadikan argumen untuk meninggalkan program KB

e.

Berubahnya sawah dan ladang produktif perumahan

Kunci jawabanya adalah B. Kalimat 1 – 3 merupakan pengantar. Kalimat 5 – 6 merupakan
penjelasan tambahan bagaimana tuntutan perumahan tidak terkendali.Konjungsi akibatnya juga
merupakan indikator bahwa paragraf itu ingin menegaskan akibat pertumbuhan penduduklah
yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.
B.

LATIHAN SOAL PILIHAN GANDA: MENENTUKAN IDE POKOK PARAGRAF

Pilihlah sebuah jawaban yang tepat!
1.
Kebudayaan merupakan manifestasi dari sudut pandang masyarakat terhadap dunia dan
lingkungan di sekitarnya. Masyarakat yang hidup di lingkungan agraris memiliki kebudayaan
yang berbeda dengan masyarakat yang hidup di tepi pantai. Alat-alat dan bangunan yang dibuat
masyarakat agraris berbeda pula dengan yang dibuat masyarakat nelayan. Demikian juga, karya
seni yang tercipta akan diilhami oleh alam di sekitarnya. Alam akan memperkaya keragaman
budaya masyarakat yang tinggal di situ.
Kalimat utama pargraf di atas adalah
1. Kebudayaan merupakan manifestasi dari sudut pandang masyarakat terhadap dunia dan
lingkungan di sekitarnya.
2. Masyarakat yang hidup di lingkungan agraris memiliki kebudayaan yang berbeda dengan
masyarakat yang hidup di tepi pantai.
3. Alat-alat dan bangunan yang dibut masyarakat agraris berbeda dengan yang dibuat
masyarakat nelayan
4. Demikian juga karya seni yang tercipta, akan diilhami oleh alam di sekitar masyarakat
tersebut.
5. Alam akan memperkaya keragaman budaya masyarakat tersebut.
2.
Masyarakat menunggu-nunggu turunnya harga BBM. Ketika harga minyak dunia melonjak
sampai lebih dari USD 120$ per barel, Harga minyak dalam negri melambung sampai Rp 6.000,untuk jenis premium. Masyarakat pun menjerit. Kini harga minyak dunia merosot tajam hingga
kurang dari USD 60$ per barel. Jika harga ini diperhitungkan oleh pemerintah, harga minyak
dalam negeri akan mengalami penurunan pula.
Gagasan pokok paragraf di atas adalah ….
1. Masyarakat menunggu penurunan harga minyak.
2. Harga minyak dunia pernah melonjak
3. Masyarakat menjerit karena harga minyak melonjak
4. Kini harga minyak dunia meorsot tajam
5. Dampak penurunan harga minyak dunia

3.
Kejaksaan Agung sepertinya mengulur dan menunda-nunda eksekusi terpidana mati kasus
bom Bali. Jaksa Agung mengisyaratkan eksekusi akan dilaksanakan pada minggu pertama bulan
November 2008. Kenyataanya baru tanggal 9 November 2008 dini hari, ketiga terpidana itu
dieksekusi. Kejaksaan Agung ingin melakukan tugas berat itu dengan cermat dan teliti.
Akhirnya, kita tahu alasan penundaan itu adalah ingin segalanya berjalan dengan sempurna.
Gagasan utama paragraf di atas adalah ….
a.

Penundaan eksekusi terpidana mati oleh Kejaksaan Agung

b.

Isyarat Jaksa Agung eksekusi terpidana mati pada minggu I bulan November 2008

c.

Pelaksanaan eksekusi mati baru pada tanggal 9 November 2008

d.

Kecermatan dan ketelitian Kejaksaan Agung dalam melaksakan eksekusi

e.

Kita tahu, alasan penundaan eksekusi itu agar segalanya berjalan dengan sempurna

4. Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Peristiwa heroik arek-arek
Surabaya pada hari itu, 63 tahun yang lalu, tercatat sebagai sejarah perjuangan bangsa Indonesia
yang luar biasa. Dengan senjata seadanya, mereka bertempur habis-habisan melawan sekutu
yang akan mencengkeram kembali tanah air tercinta. Pantas kiranya peristiwa itu dicatat sebagai
tinta emas perjuangan bangsa. Hari pahlawan memang merupakan kaca brenggala, cermin bagi
generasi muda untuk meneruskan perjuangan itu dengan gigih, berjuang membangun bangsa.
Gagasan utama paragraf di atas adalah ….
a.

Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.

b.

Peristiwa itu merupakan perjuangan heroik arek-arek Surabaya.

c.

Perjuangan arek-arek Surabaya melawan sekutu memang luar biasa

d.

Mereka mampu melawan sekutu dengan senjata seadanya.

e.

Hari Pahlawan merupakan cermin bagi perjuangan generasi muda

5.
Melihat kasus dengan menggeneralisasikan masalah tidak selalu tepat. Sebagai contoh,
kasus pernikahan Syekh Puji dengan Ulfah, seorang remaja yang baru berusia 12 tahun, oleh
sebagian kalangan dinilai melanggar HAM. Ada yang lebih ekstrem lagi, kasus itu dikatakan
sebagai pencabulan anak di bawah umur yang melanggar hokum positif. Setelah dilakukan
klarifikasi terhadap Ulfah, ternyata si anak merasa senang menjadi istri Syekh Puji. Ia bahkan
tidak mau dipisahkan dengan suaminya, karena ia merasa sangat bahagia sebagi istri Syekh yang
usianya sebaya dengan ayahnya. Jadi, menyelesaikan masalah tidak dapat dilakukan dengan
sudut pandang generalisasi.

Ide pokok paragraf di atas adalah ….
a.

Penyelesaian masalah tidak dapat dilakukan dengan menggeneralisasikan.

b.

Kasus pernikahan Syekh Puji dengan gadis di bawah umur.

c.

Pernikahan dengan anak dibawah umur melanggar HAM

d.

Pengakuan Ulfa yang merasa bahagia menjadi istri Syekh Puji.

e.

Sudut pandang orang bias berbeda-beda dengan yang menjalani.

6.
Rafa mengikuti alur hidupnya seperti air mengalir. Semenjak belia ia tidak suka neko-neko.
Permasalahan dan problem yang dihadapi sebagai anak sekolah ia jalani dengan sederhana dan
apa adanya. Ia tidak suka mendramatisasi kejadian-kejadian yang dialami. Bahkan ketika orang
lain melihat prestasinya sangat istimewa karena selalu berhasil menjadi juara kelas, ia
menganggapnya biasa-biasa saja. “