Komunikasi antarbudaya: studi pada penduduk urban dengan penduduk asli Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya.

(1)

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

(Studi pada Penduduk Urban dengan Penduduk Asli Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) dalam Bidang

Ilmu Komunikasi

Oleh: Nur Adli Amaliya

NIM. B96213105

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Nur Adli Amaliya, B96213105 2017. Komunikasi Antarbudaya (Pola Komunikasi Masyarakat Urban dengan Masyarakat Asli Kelurahan Menanggal

Kecamatan Gayungan Kota Surabaya). Skripsi Program Studi Ilmu

Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci : Komunikasi, Antarbudaya, Masyarakat.

Penelitian ini membahas tentang tentang komunikasi antarbudaya masyarakat urban dengan masyarakat asli di kelurahan menanggal kecamatan gayungan kota surabaya. Segala hal yang dilakukan oleh masyarakat urban dan masyarakat asli dalam berkomunikasi dilingkungannya dikaji dalam penelitian ini. Masalah yang dijawab dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana pola komunikasi antarbudaya masyarakat urban dengan masyarakat asli dikelurahan menanggal kecamatan gayungan kota surabaya ? , 2) Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat mereka dalam berkomunikasi antarbudaya?

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Subyek penelitian adalah masyarakat urban yang telah tinggal di kelurahan menanggal selama kurang lebih lima tahun dan masyarakat asli yang telah tinggal kelurahan menanggal ini selama lebih dari tiga puluh lima tahun. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunnjukkan bahwa masyarakat menyampaikan pesan secara verbal dan nonverbal. Pesan-pesan tersebut disampaikan masyarakat secara langsung dan tidak langsung. Model komunikasi komunikasi antarbudaya yang terjadi pada masyarakat urban maupun masyarakat asli terjadi karena aktivitas yang dilakukan sehari0hari bersama dan dalam kurun waktu yang lama.

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, peneliti menyarankan agar pemerintahan seperti kelurahan setempat lebih perhatian terhadap masyarakat urban suapaya keberadaan mereka juga berpengaruh untuk tempat tinggal mereka saat ini yaitu kelurahan menanggal kecamatan gayungan kota surabaya.


(7)

DAFTAR ISI

Bagian Pembukaan

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

Bagian Inti (Isi) BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 6

F. Definisi Konsep Penelitian ... 7

a. Komunikasi Antarbudaya ... 8

b. Penduduk Asli... 9

c. Penduduk Urban ... 10

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 11

H. Metode Penelitian ... 13

a. Pendekatan ... 14

b. Jenis Penelitian ... 15

c. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 15

d. Jenis dan Sumber Data ... 15

e. Tahapan Penelitian ... 16

f. Teknik Pengumpulan Data ... 20

g. Teknik Analisis Data ... 21

h. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 22


(8)

BAB II : KAJIAN TEORITIS A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Dasar Komunikasi Antarbudaya ... 25

2. Model Proses Komunikasi Antarbudaya ... 43

a) Konsep Dasar Poses Komunikasi Antarbudaya ... 43

b) Dimensi Proses Komunikasi Antarbudaya ... 44

c) Faktor-faktor yang Memengaruhi proses komunikasi ... 45

3. Etika Budaya Penduduk Urban ... 46

4. Komunikasi Masyarakat Urban dengan Masyarakat Asli dalam Komunikasi Sosial ... 51

B. Kajian Teori Teori Interaksi Simbolik ... 52

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subjek, Objek, dan Lokasi Penelitian 1) Subjek Penelitian ... 59

2) Objek Penelitian ... 60

3) Lokasi Penelitian ... 60

B. Deskripsi Data Penelitian 1. Pola Komunikasi Antarbudaya yang dilakukan Oleh Warga RW 03 yang berbeda budaya ... 65

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Melakukan Komunikasi ... 70

a. Faktor Pendukung ... 72

b. Faktor Penghambat ... 73

BAB IV : ANALISIS DATA A. Hasil Temuan Penelitian 1) Proses Komunikasi yang Memiliki Latar Belakang Kebudayaan Yang Berbeda ... 76

2) Faktor Pendukung dalam melakukan Komunikasi Antarbudaya .. 83

3) Faktor Penghambat dalam melakukan Komunikasi Antarbudaya . 84 B. Konfirmasi dengan Teori Teori Interaksi Simbolik ... 91

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 97


(9)

Bagian Akhir ( Lampiran ) Daftar Pustaka

Biodata Penulis


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekuatan pembaharuan yang selama ini menjadi momok masyarakat tetapi tidak mungkin dihindari ialah sentuhan budaya. Definisi kebudayaan atau budaya adalah “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”. Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang komunikasi, telah memperlancar mobilitas penduduk serta komunikasi yang mendorong peningkatan intnsitas kontak-kontak budaya, secara langsung maupun tidak langsung. Asumsi dasarnya adalah komunikasi merupakan proses budaya. Artinya, komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain tak lain adalah sebuah pertukaran kebudayaan atau percampuran atau akulturasi.

Budaya adalah keseluruhan nilai, norma, kepercayaan dan pemahaman dari interpretasi terhadap pengalaman yang melingkupi sekelompok manusia. Budaya membentuk pola kehidupan dan memandu bagaimana cara manusia berfikir, merasakan dan berkomunikasi. Budaya punya pengaruh yang maat besar dalam mempengaruhi persepsi kita.1

Proses komunikasi merefleksikan nilai dan perspektif dalam kebudayaan. Komunikasi juga dapat membentuk dan mereproduksi kebudayaan. Nama-nama yang diberikan dalam kebudayaan mencerminkan keyakinan yang ada disana. Komunikasi juga mengubah wajah kebudayaan. Komunikasi dapat memberikan

1

Wood, T Julia, Komunikasi Interpersonal Interaksi Keseharian (Jakarta: Salmbe Humanika, 2013) Hlm. 81


(11)

2

makna berbeda pada objek dan situasi. Bahasa mempengaruhi cara pandang dan cara berfikir manusia.

Hubungan antara budaya dan komunikasi sangat penting dipahami untuk memahami komunikasi antar budaya, oleh karena itu melalui pengaruh budauya lah orang-orang belajar komunikasi.2 Misalnya seorang yang berasal dari Jawa, Jakarta atau dari Medan belajar berkomunikasi seperti orang Jawa, orang-orang Betawi dan orang-orang Medan lainnya. Perilaku mereka dapat mengundang makna, sebab perilaku mereka tersebut dipelajari dan diketahui. Dan perilaku tersebut terikat oleh budaya. Orang-orang memandang mereka melalui kategori-kategori, konsep-konsep dan label-label yang dihasilkan budaya mereka.

Komunikasi antarbudaya pada dasarnya adalah komunikasi yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dari orang-orang yang melakukan proses komunikasi tersebut. Aspek-aspek budaya dalam komuikasi seperti bahas, isyarat, non verbal, sikap kepercayaan, watak, nilai dan orientasi pikiran akan lebih banyak ditemukan sebagai perbedaan besar yang sering kali menyebabkan distorsi dalam komunikasi. Namun, dalam masyarakat yang bagaimanapun berbedanya kebudayaan tetaplah akan terdapat kepentingan-kepentingan bersama untuk melakukan komunikasi.3

Perilaku komunikasi dengan interaksi tentang pola komunikasi pada masyarakat

Pendatang atau penduduk urban terhadap masyarakat setempat dikelurahan Menanggal kecamatan Gayungan Kota Surabaya menjadi menarik untuk di teliti.

2

Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmat, Komunikasi Antar Budaya (PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2005) Hlm.24

3

Alex, H. Rumandor dkk, Komunikasi Antar Budaya, (Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2001) Hlm.21


(12)

3

Kota Surabaya yang saat ini memang sedang berkembang pesat di bidang perekonomiannya menjadi salah satu destinasi favorit bagi masyarakat pedesaan yang ingin memperbarui kehidupannya di kota besar dengan harapan ketika di kota mereka dapat bekerja di perusahaan-perusahaan besar dengan gaji yang melebihi pendapatan mereka selama di tempat asalnya. Secara keseluruhan Kota Surabaya saat ini di dominasi para pendatang dari berbagai suku. Di antaranya adalah suku Madura, suku Sunda, dan suku Betawi.

Sebagian besar para masyarakat urban ini mendatangi suatu wilayah di Kota Surabaya berdasarkan rekomendasi dari tetangga desa atau keluarganya yang telah urbanisasi terlebih dahulu. Di kecamatan Gayungan, terdapat lebih dari 300 jiwa jumlah masyarakat urban. Kecamatan Gayungan memiliki beberapa sumber penghasilan salah satunya adalah pabrik sabun yang telah berdiri lebih dari 35 tahundi Kecamatan Gayungan ini. selain pabrik ada toko atau supermarket yang juga menjadi daya tarik para muda-mudi asal pedesaan untuk memperbaiki karirnya.

Kelurahan menanggal merupakan sebuah wilayah yang memiliki posisi perbatasan antara Kota Surabya dengan Sidoarjo ini menjadi destinasi favorit para masyarakat desa yang ingin memperbaiki kehidupannya dari segi ekonomi, pendidikan maupun sosial. Walaupun hingga saat ini wilayah tersebut di dominasi oleh pendatang baru yang bertempat tinggal selama lebih dari lima tahun, namun masih ada masyarakat asli kelurahan menanggal kecamatan Gayungan yang mana mereka sudah memiliki tempat tinggal sendiri atau masih ada juga yang menyewa rumah. Tetapi masih saja di sekitar kelurahan Menanggal kecamatan Gayungan sendiri.


(13)

4

Oleh karena itu antara komunikator dan komunikan berasal dari kebudayaan yang berbeda. Fenomena yang sering muncul, yang terkait dengan komunikasi antar budaya adalah sebuah aktivitas komunikasi yang terjadi antara kaum urban dengan masyarakat lokal dalam kehidupan kesehariannya dan sering kali terjadi pada tempat umum. Seperti para pedagang yang terdapat di pasar desa Menanggal, yang dimana pada masing-masing pedagang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda ketika terjadi kontak tatap muka antara pedagang satu dengan pedagang lainnya, maka disitu terjadilah sebuah aktifitas komunikasi. Dalam berbaur antara pedagang satu dengan pedagang lainnya terjadi komunikasi tegur sapa yang tercipta dan terjalin demi menimbulkan suasana kekeluargaan dan nyaman antara para pedagang.

Komunikasi yang terjadi dengan latar belakang budaya yang berbeda, tak jarang hal ini menimbulkan kesalah pahaman dalan proses komunikasinya. Demikian juga dengan komunikasi yang terjadi antara kaum urban dan masyarakat asli pada Desa Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya. Penelitian ini memilih judul Komunikasi Antat Budaya Kaum Urban Dengan Masyarakat Asli di Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya. Judul ini terinspirasi dari sering nampaknya fenomena-fenomena atau kejadian-kejadian yang sering muncul dalam kehidupan bermasyarakat antara kaum urban dengan masyarakat asli di kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya ini.


(14)

5

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian

Agar tidak terjadi masalah diluar lingkup dan kekaburan masalah penelitian, peneliti merasa perlu melakukan pemfokusan penelitian. Adapun pemfokusan penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses komunikasi antarbudaya antara penduduk urban dengan penduduk asli di Kelurahan Menanggal Kota Surabaya?

2. Faktor apa saja yang mendukung serta menghambat komunikasi antarbudaya antara penduduk urban dengan penduduk asli Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya ?

Adapun proses yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari proses penyampaian pesan baik secara verbal maupun nonverbal dalam suatu komunikasi.

C. Tujuan Penelitian

1. Ingin mengetahui proses komunikasi antarbudaya antara penduduk urban dengan penduduk asli di Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya 2. Ingin menemukan faktor-faktor yang menjadi pendukung komunikasi antarbudaya

antara penduduk urban dengan penduduk asli di Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya

3. Ingin menemukan faktor-faktor yang menjadi penghambat komunikasi antar budaya antara penduduk urban dengan penduduk asli di Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya.


(15)

6

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang komunikasi antarbudaya

2. Secara teoritis, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan pebendaharaan kepustakaan bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi prodi ilmu komunikasi khusunya yang berkaitan dengan Komunikasi Antarbudaya Pada Penduduk Urban dengan Penduduk Asli Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya. Serta sebagai masukan pada penelitian-penelitian mendatang.

3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan juga berguna bagi masyarakat. Dimana hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan informasi masyarakat sebagai motivasi agar tetap mencintai dan melestarikan budaya-budaya yang menjadi identitas bangsa Indonesia.

E. Kajian Hasil Penelitian Tedahulu

Kajian penelitian terdahulu dapat memberikan gambaran ilmu kepada peneliti, agar penelitian dapat dilakukan dengan maksimal. Berikut penelitian terdahulu yang ditemukan oleh peneliti ;

Moh. Rokhmidin tahun 2012, Skripsi dengan judul “Komunikasi Antar Budaya Dalam Bertetangga Masyarakat Rumah Susun Penjaringan Surabaya” pada hasil temuan penelitian ini terletak pada lingkup kehidupan bertetangga beda

Budaya dirumah susun penjaringan Surabaya meliputi interaksi sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat rumah susun dengan tetangga mereka, dimana


(16)

7

mereka saling berbincang untuk laki-laki biasanya berkumpul di warung kopi, saat jam jaga malam, atau saat kerja bakti. Sedangkan yang ibu biasanya bertemu biasanya bertemu saat mereka pergi berbelanja, ngobrol sore diwaktu senggang dan saat pertemuan ibu-ibu PKK. Perbedaan penelitian dalam penelitian Moh. Rokhamidin subjek yang diteliti adalah komunikasi antarbudaya dalam bertetangga, sedangkan dalam penelitian ini subjek lebih terfokuskan kepada pola komunikasi antara masyarakat asli atau lokal dengan kaum urban desa menanggal kecamatan gayungan.

Vita Viitriani tahun 2013, Skripsi berjudul “Komunikasi Antar Budaya Kehidupan Pesantren (Studi Pada Santri Etnid Jawa Madura dan NTT di Pondok Pesantren Nurul Falah Surabaya). Hasil temuan pada penelitian tersebut perilaku komunikasi antar budaya yang terjadi di Pondok Pesantre menunjukkan tidak banyak adanya perbedaan atau diskriminasi antara santri yang beretnis Jawa, Madura dan NTT di Pondok Pesantren Nurul Falah Surabaya. Perebedaan penelitian ini adalah pada penelitian Vita Vitriani, mengambil santri pondok pesantren sebagai informan, sedangkan pada peneliti ini lebih fokus pada budaya masyarakat urban dngan masyarakat atau penduduk asli kelurahan menanggal kecamatan gayungan.

F. Definisi Konsep Penelitian

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari ambiguitas pada pemahaman beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini.


(17)

8

1. Komunikasi Antar Budaya

Terdapat beberapa pengertian komunikasi antarbudaya yang telah diuraikan oleh beberapa ahli, diantaranya Fred. E. Jandt yang mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai interaksi tatap muka diantara orang yang berbeda-beda budaya. Komunikasi antarbudaya merupakan bagian dari komunikasi multikultural. Colliers dan Thomas mengartikan komunikasi antarbudaya sebagai komunikasi yang terjadi diantara orang yang memiliki perbedaan budaya.

Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi). Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi4.

Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok5.

Budaya atau kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan simbol pemaknaan, penggambaran (image), struktur aturan, kebiasaan, nilai, pemrosesan informasi dan pengalihan pola-pola konvensi pikiran, perkataan dan perbuatan atau tindakan yang dibagikan diantara para anggota suatu system sosial dan kelompok sosial dalam suatu masyarakat.

4

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1996) hlm. 236-238

5

Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2003) hlm. 11-42


(18)

9

Kebudayaan sebagai konsep sistem sekaligus menerangkan bahwa

“keseluruhan” seluruh arti dan makna simbol dapat dibedakan namun arti dan

makna simbol-simbol itu tidak dapat dipisahkan. Manusia dapat membedakan arti dan makna simbol melalui kebudayaan.

Apa yang disebut dengan “keseluruhan” tersebut menerangkan bahwa kebudayaan merupakan sistem untuk mengorganisasikan simbol hasil ciptaan bersama. Simbol-simbol itu kelak digunakan bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan anggota kelompok yang diwujudkan dalam proses komunikasi antar anggota kelompok tersebut.

2. Penduduk Asli

Penduduk adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.6

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa penduduk adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama7.

Selain itu banyak pula para tokoh yang mengemukakan beberapa definisi mengenai masyarakat, diantaranya :

1) R. Linton: seorang tokoh Antropologi mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasaikan dirinya, berpikir tentang dirinya dalam suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

6

Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), hlm.85 7


(19)

10

2) Hasan Sadily mendifinisikan, masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia dengan pengaruh bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.8

3. Penduduk Urban

Penduduk urban adalah orang-orang yang melakukan kegiatan urbanisasi yaitu berpindahnya penduduk desa ke kota. Penduduk urban dalam penelitian adalah penduduk yang tinggal di Kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya. Adanya istilah penduduk urban yakni dari teori perubahan masyarakat dimana Ferdinand Tonnies berhasil membedakan konsep tradisional dan modern, yaitu Gemeinschaft (yang diartikan sebagai kelompok atau asosiasi) dan Gesellschaft (yang diartikan sebagai masyarakat modern-istilah Pioter Sztompka). Setelah sebelumnya Weber menegaskan bahwa ia melihat bahwa perubahan masyarakat terlihat pada pola kecenderungan menuju rasionalisasi kehidupan sosial dan organisasi sosial di segala bidang pertimbangan instrumental, penekanan efisiensi, menjauhkan diri dari emosi dan tradisi, impersonalitas, manajemen birokrasi dan sebaliknya.9

8

Harwantiyoko dan Neljte F. Katuuk, MKDU Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Gundar,1992) hlm.146 9


(20)

11

G. Kerangka Pikir Penelitian

Latar belakang budaya seseorang akan memberikan pengaruh pada persepsinya terhadap tetangga atau masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Latar belakang tersebut meliputi kepercayaan, norma dan nilai yang akan menjadi sebuah makna yang dipahami untuk membentuk suatu penilaian terhadap orang lain, dalam kasus masyarakat urban yang hidup pada daerah tertentu (perkotaan) tersebut adalah masyarakat asli daerahnya. Seiring dengan perjalanan kehidupan bermasyarakat. Persepsi tersebut bisa memberikan pengaruh dalam komunikasi antarbudaya yang terjadi didalamnya. Komunikasi dalam latar belakang budaya

MASYARAKAT KELURAHAN MENANGGAL

Penduduk Urban Penduduk Asli

Komunikasi Antarbudaya

TEORI INTERAKSI SIMBOLIK


(21)

12

dan asal usul yang berbeda merupakan suatu pross yang kompleks untuk mencapai kesepakatan demi mencari solusi atas perbedaan latar belakang budaya masyarakat urban dengan penduduk asli.

Peran komunikasi dalam penduduk urban dan penduduk asli sangat penting, terutama dalam usaha untuk mengurangi ketidakpastian maupun kesalahpahaman yang sering terjadi. Dalam usaha menghindari konflik maupun mengatasi persoalan yang muncul, kedua latar belakang budaya harus melakukan penyesuaian. Penyesuaian tersebut dapat menghasilkan beragam solusi, apakah menganut salah satu budaya yang dianggap sesuai untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari atau memunculkan budaya baru sebagai bentukan dari budaya masing-masing individu (third culture) atau bahkan tetap menerapkan maisng-masing nilai budaya yang sesuai dengan konteks kejadian. Pilihan solusi tersebut akan dapat teramati dalam perilaku sehari-hari antara penduduk urban dengan penduduk asli kelurahan Menanggal kecamatan Gayungan kota Surabaya.

Dalam proses ini peneliti menggunakan teori Interaksi Simbolik. Pendekatan terhadap komunikasi berfokus pada pemberian makna yang telah kita miliki kepada perilaku yang kita observasi dilingkungan kita. Berbagai makna telah tumbuh sepanjang hidup kita sebagai akibat dari pengaruh budaya kita diri kita dan sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman pribadi dalam budaya tersebut.ketika kita mengamati suatu perilaku dalam lingkungan kita, kita masing-masing menukik ke perbendaharaan makna kita yang unik dan memilih makna yang kita yakini sebagai makna paling pantas bagi perilaku yang kita amati dan konteks sosial dimana perilaku itu terjadi.


(22)

13

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan

Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif Cresswell mendefinisikan penelitian kualitatif yang kurang bertumpu pada sumber-sumber informasi, tetapi membawa ide-ide yang sama. Pendekatan kualitatif mengarahkan kepada pemahaman yang lebih luas tentang makna konteks tingkah laku dan proses yang terjadi dalam pola-pola amatan dari faktor-faktor berhubungan. Pendekatan itu juga menelaah berbagai persepsi yang dimiliki partisipan pada situasi yang sama dan memungkinkan peneliti menelaah sejarah persona; dan faktor-faktor yang berkembang.10

Penelitian kualitatif adalah deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut mecakup transkip wawancara, catatan lapangan, fotografi, videotape, dokumen pribadi, memp dan rekaman-rekaman resmi jenis lainnya. Dalam pencarian mereka untuk pemahaman, peneliti kualitatif tidak mereduksi halaman demi halaman dari narasi dan data lain kedalam simbol-simbol numerik. Mereka mencoba menganalisis data dengan segala kekayaan sedapat dan sedekat mungkin dengan bentuk rekaman dan transkripnya.11

Pendekatan kualitatif digunakan karena dengan metode ini peneliti ining menemukan dan memahami proses komunikasi antar budaya masyarakat urban dengan masyarakat asli dikeluarahan Menanggal kecamatan Gayungan kota

10

Julia Brannen, Memadu Metode Penelitian, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 2002, hal 17 11


(23)

14

Surabaya, peneliti ingin mendeskripsikan hasil-hasil temuan itu dengan menggunakan metode ini. Metode ini juga digunakan atau diapakiuntuk mencapai dan memperoleh suatu cerita, pandangan yang segar dan cerita mengenai segala sesuatu yang sebagian besar sudah dan dapat diketahui dan dengan metode ini peneliti mampu untuk memberikan penjelasan suatu penjelasan secara terperinci tentang penumena yang sulit disampaikan dengan metode kuantitatif.12

b. Jenis Penelitian

Penelitian ini menekankan pada komunikasi antarbudaya dalam Masyarakat Urban dengan Masyarakat Asli didesa Menanggal kecamatan Gayungan kota Surabaya. Oleh karena itu, jenis penelitian yang tepat adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskripsif adalah prosedur penelitian berdasarkan data deskriptif, yaitu berupa lisan atau kata tertulis dari seorang subyek yang telah diamati dan emmiliki karateristik bahwa data yang diberikan merupakan data asli yang tidak diubah serta menggunakan cara yang sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Alasan peneliti menggunakan metode ini adalah karena penelitian kualitatif lebih banyak mementingka proses daripada hasil. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas diamati dalam proses.13

Dengan menggunakan kualitatif deskriptif, analisa penelitian dapat disajikan dengan memberikan gambaran secara teliti dan detail mengenai informasi-informasi yang diperoleh peneliti berkaitan dengan pokok

12

Anselm Straus & Juliet Corbin, dasar-dasar penelitian kualitatif, PT Bina Ilmu Offset, Surabaya, Hal.13

13

Lexy J moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006) Hlm.111


(24)

15

permasalahan. Karena tujuan utamanya untuk memahami fenomena sosial yang ada dilingkungan sekitar, maka penelitian ini merupakan penelitian dasar.14

c. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

Subyek dari penelitian ini adalah penduduk urban yang sudah tinggal dikeluarahn menanggal kecamatan gayungan kota surabaya selama lebih dari lima tahun. Dan penduduk asli yang sudah tinggal dikeluarahan menanggal kecamatan gayungan kota surabaya selama lebih dari tiga puluh lima tahun.

Obyek penelitian adalah kajian ilmu komunikasi khususnya pada komunikasi antarbudaya yang terdapat pada penduduk urban dan pensusuk asli desa tersebut. Dan lokasi penelitisan ini bertempat di keluarahan menanggal kecamatan gayungan kota surabaya yang emmang sudah disebutkan pada judul penelitian ini.

d. Jenis dan Sumber Data a. Jenis data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data dokumen dan lain-lain.15 Data kualitatif merupakan data ataua informasi yang paling terutama digali dan dikumpulkan serta dikaji untuk keperluan penelitian ini

1) Data Primer

Merupakan data pokok dari penelitian ini yakini yang diperoleh secara langsung dari penelitian perorangan, kelompok dan organisasi.16 Dalam penelitiana ini yang menjadi sumber data primer adalah infroman penelitian yaitu

14

Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif (Surakarta : Universitas Sebelas Maret Press, 2002) Hlm.112

15

Moleong, Metodologi Penelitian, hlm.157 16

Rosady Ruslam , Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (PT Rajagrafindo Persada, 2006), Hlm. 26-28


(25)

16

penduduk urban dan penduduk asli yang berada dikelurahan menanggal kecamatan gayungan kota surabaya. Data primer ini berkaitan dengan aktifitas komunkiasi sehari-hari penduduk urban dengan penduduk aslisetempat.

2) Data Sekunder

Sumber data yanh tidak langsung didapatkan penulizdari informan yang memberikan data kepada penulis, atau data tersrbut yang menyangkut hal yang sangat pribadi sehingga tidak dapat di ungkapkan.17 Data tersebut seperti, data yang diambil dari arsip yang dapat menggambarkan nilai-nilai ataupun kepercayaan yang dianut oleh kedua latar belakang budaya masyarakat tersebut. b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah informan yang didasarkan pada kajian pokok penelitian untuk menggali dan berdasarkan tema penelitian yang ada. Informannya adalah masyarakat urban yang telah tinggal selama lebih dari lima tahun didesa menanggal kecamatan gayungan kota surabaya dan masyarakat asli yang telah tinggal didesa tersebut selama lebih dari tiga puluh lima tahun. Obyek penelitian adalah kajian ilmu komunikasi khususnya pada komunikas antarbudaya yang terdapat pada penduduk urban dan penduduk asli kelurahan tersebut. Dan lokasi penelitian ini bertempat di kelurahan Menanggal kecamatan Gayungan Kota Surabaya yang memang sudah disebutan pada judul penelitian ini. 3) Jenis dan Sumber data

a. Jenis Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data dokumen dan lain-lain. data kualitatif merupakan

17


(26)

17

data atau informasi yang paling terutama digali dan dikumpulkan serta dikaji untu keperluan penelitian ini.

1. Data Primer

Merupakan data pokok dari penelitian ini yakni yang diproleh secara langsung dari penelitian perorangan, kelompok dan organisasi. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah informan penelitian yaitu penduduk urban dan penduduk asli yang berada di kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya. Data primer ini berkaitan dengan aktifitas komunikasi sehari-hari penduduk urban dengan penduduk asli setempat.

2. Data Sekunder

Sumber data yang tidak langsung didapatkan penulis dari informan yang memberikan data kepada penulis atau data tersebut yang menyangkut hal yang sangat pribadi sehingga tidak dapat diungkapkan. Data tersebut seperti data yang diambil dari arsip yang dapat menggambarkan nilai-nilai ataupun kepercayaan yang dianut oleh kedua latar belakang buday amasyarakat tersebut.

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah informan yang didasarkan pada kajian pokok penelitian untuk menggali dan berdasarkan tema penelitian yang ada. Informannya adalah penduduk urban yang telah tinggal selama lebih dari lima tahun di kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabay dan penduduk asli yang telah tinggal di kelurahan tersebut selama lebih dari tiga puluh lima tahun.


(27)

18

Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, perlu mengetahui tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian. Tahap ini terdiri atas tahap-tahap pra lapangan, tahap pekerja lapangan, dan tahap analisis data.

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangam adalah tahap yang mempersoalkan segala macam persiapan yang akan dilakukan sebelum peneliti terjun langsung ke dalam kegiatan itu sendiri, dan tahap pra-lapanganterdiri atas:

1) Menysuun rancangan penelitian, dan menentukan saran yang menarik untuk dijadikan fokus oenelitian, kemudian dilanjutkan dengan oemilihan temoat untuk dijadikan tempat penelitian yang sesuai dengan judul yang peneliti ambil. 2) Menurus perizinan, peneliti mengajukan permohonan izin kepada kepala program studi ilmu komunikasi dan kemudian diserahkan kepada keluarga atau masyarakat yang akan diajdikan informan

3) Memilih dan memanfaatkan informan, dalam hal ini peneliti harus selektif dalam memilih informan. Peneliti memilih orang yang sudah banyak pengalaman dengan latar penelitian.

4) Menyiapkanperlengkapan penelitian dalam hal ini semua perlengkapan yang bersifat teknis maupun non teknis disiapkan secara sempurna, terutama pada saat interview dengan informan mulai dari tape recorder, peralatan tulis menulis dan lainnya yang dibutuhkan oleh peneliti.

5) Etika penelitian, merupakan hal yang penting dalam penelitian karena jika dalam melakukan penelitian ini peneliti tidak bisa menjaga etikanya maka bisa berpengaruh terhadap intansi yang dibawanya. Dan menjaga hubungan baik antara peneliti dengan orang-orang yang menjadi informan


(28)

19

b. Tahap Perkerjaan Lapangan

Pada tahap pekerjaan lapangan, fokus peneliti berada pada bagaimana mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan seakurat mungkin, karena hal ini akan sangat mempengaruhi hasil dari penelitian.

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Sebelim memasuki lapangan, terlbih dahulu peneliti memahami latar lapangan yang akan diteliti. Dan peneliti juga harus mempersiapkan diri secara fisik dan mental. Selain itu, penampilan peneliti harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Mempersiapkan pedoman wawancara kepada masyarakat kelurahan Menanggal Kecamatan gayungan kota surabaya agar peneliti mempunyai gambaran tentang pertanyaan apa saja yang ingin diajukan kepada informan yang ada dilapangan.

2) Memasuki lapangan

Peneliti memasuki lapangan penelitian yakni masyarakat urban dan masyarakat asli dan selanjutnya melakukan proses penelitian sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi peneliti :

a. Tahap analisis data

Setelah semua data terkumpul, peneliti akan mengklarifikasi serta menganalisis data tersebut, kemudian diambil mana data yang sesuai dengan masalah penelitian. Sehingga tidak semua data yang peneliti peroleh pada tahap sebelumnya diikutsertakan, melainkan akan dianalisis terlebih dahulu, yang akhirnya penelitian ini isa dioertanggung jawabkan kebenarannya karena didukung oleh data data yang tidak valid, yang nantinya bisa mempengaruhi hasil penelitian.


(29)

20

Penulisan laporan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian, sehingga dari tahap ini peneliti mempunyai pengaruh terhadap hasil penlisan laporan akrena peneliti tinggal menyusun menjadi laporan yang sistematis. Penulisan laporan yang sesuai dengan prosedur penulisan yang baik akan menghasilkan kualitas yang baik pula terhadap hasil penelitian.

5. Teknik pengumpulan data

Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dan berdasarkan jenis data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian, maka teknik dalam mengumpulkan data adalah sebagi berikut:

a. Wawancara secara mendalam (indept interviewing)

Wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang kedapatan masyarakat urban dapat menyesuaikan diri dengan amsyarakat asli secara berkala dengan jangka waktu yang pasti berbeda-beda pada setiap orang

b. Observasi langsung

Observasi dilakukan tidak hanya mencatat suatu kejadian atau peristiwa, akan tetapi juga segala sesuatu atau sebanyak mungkin hal-hal yang diduga ada kaitannya. Setelah mengadalkan pengamatan, peneliti selanjutnya akan membuat catatan berisi tentang aktifitas yang telah diamati, secara lengkap disebut sebagai catatan lapangan. Bogdan dan biklen mendefinisikan catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulam data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Observasi langsung yang pasif, dilakukan dengan cara yang membuat masyarakat tersebut tetap nyaman untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Meskipun peneliti tidak melakukan observasi setiap jam, tetapi poin-poin yang termasuk penting


(30)

21

dapat teramati. Didukung dengan teknik wawancara, observasi dapat dilaksanakan.

c. Dokumen

Melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari masyarakat mengenai sejarah serta nilai-nilai yang dipahami masyarakat urban dan masyarakat lokal. Dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat atau dokumen resmi. Menurut Guba dan Licoln, dokumen digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dapat dipertanggung jawabkan.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasi data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam hal menggunakan teknik interaktif, teknik ini digunakan agar data dan informasi yang telah dikumpulkan dapat selalu diperbandingkan sehingga diperoleh data dan informasi yang akurat. Melalui proses siklus, penelitian akan melakukan aktivitas yang berkelanjutan dalam tahapan-tahapan pengumpulan data yaitu:

a. Reduksi Data

Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyerdehanaan abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh dilapangan studi. Pada reduksi data, peneliti memfokuskan pada data lapangan yang telah terkumpul.


(31)

22

Data lapangan tersebut selanjutnya dippilih dan dipilah dalam arti menentukan derajat relavansinya dengan maksud penelitian.

b. Sajian Data

Yaitu deskripsi kumpulaninformasi tersusun yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan dan bahan.

c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Merupakan satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Membuat rumusan proposisi yang terkait dan mengangkatnya sebagai temuan penelitian. Teknik analisis data dalam hal ini dilakukan setelah data-data diperoleh melalui teknik observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Kemudian data-data tersebut dianilisis secara saling berhubungan untuk mendapatkan dugaan sementara, yang dipakaai dasar untuk pengumpulan data berikutnya, lalu dikonfirmasikan dengan informan secara terus menerus. Proses ini berjalan terus tanpa ada akhirnya dan mengkuti jalan tanpa putus-putusnya.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data dibutuhkan teknik pengecekan keabsahan data. Cara untuk memperoleh keabsahan data antara lain :

a. Ketekunan Pengamatan

Mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Menggunakan watu senbai mungkin dan tekun mengamati dan memusatkan perhatian pada hal-hal yang relevan dengan fokus masalah.


(32)

23

Setelah data terkumpul melalui proses pencarian yang valid, kemudian peneliti melanjutkan dengan memeriksa keabsahan data. Teknik trianggulasi yang akan digunakan dalam penelitian in adalah trianggulasi sumber. Seluruh data dan informasi dikumpulkan dari sumber yang berbeda, sehingga terjadinya keraguan dalam penyusunan dan analisis data dapat dikurangi. Data atau informasi dari suatu pihak harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya. Melalui cara ini informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagagi pihak dapat dibandingkan, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Dan cara ini juga mencegah munculnya subjektivitas yang dapat membuat keraguan pada hasil penelitian.

e. Diskusi dengan Teman Sejawat

Mendiskusikan hasil penelitian dengan teman sejawat yang mengetahui tentang obyek yang diteliti dan permasalahannya. Peneliti berdiskusi tentang segala hal mengenai penelitian yang peneliti lakukan. Dengan berdiskusi dengan teman sejawat maka akan memberikan masukan-masukan kepada peneliti sehingga pada akhirnya peneliti merasa mantap dengan hasil penelitisnnya.

f. Kecukupan Referensi

Kecukupan referensi tersebut berupa bahan-bahan yang tercatat yang digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis penafsiran data. Jika alat elektronik tidak tersedia cara lain sebagai pembanding kritik dapat digunakan.


(33)

24

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan atau pembahasan terdiri dalinlima bab terperinci sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian peneliti terdahulu, definisi konsep, kerangka pikir penelitian, mtode penelitian dan sistematika pembahasan

BAB II Kerangka Teoritis

Pada bab ini menguraikan tentang kerangka teoritik yang meliputi pembahasan kajian pustaka dan kajian teoritik yang berkaitan dengan Komunikasi Antarudaya Masyarakat Urban dengan Masyarakat Lokal di Desa Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya.

BAB III Penyajian Data

Pada bab ini berisikan gambaran singkat tentang Masyarakat setempat, dan deskripsi data penelitian

BAB IV Analisi Data

Pada bab ini membahas temuan penelitian dan menganalisis data konfirmasi BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisa skripsi yang anntinya akan memuat kesimpulan dan saran.


(34)

25

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Komunikasi Antar Budaya (Studi Penduduk Urban dengan Penduduk Asli kelurahan Menanggal Kecamatan Gayungan Kota Surabaya)

1. Konsep Dasar Komunikasi Antarbudaya a) Pengertian Komunikasi Antar Budaya

Dalam setiap prosesnya komunikasi selalu melibatkan ekspetasi, persepsi, tindakan dan penafsiran. Maksudnya adalah ketika kita berkomunikasi dengan orang lain maka kita dan orang yang menjadi komunikan akan menafsirkan pesan yang diterima baik berupa pesan verbal mapun nonverbal dengan standard penafsiran dari budaya nya sendiri. Kita pun dalam memaknai dan menyandikan tanda atau lambang yang akan kita jadikan pesan menggunakan standard budaya yang kita miliki. Yang menjadikan komunikasi antar budaya berbeda dengan komunikasi pada umumnya adalah latar belakang budayanya. Ada banyak pengertian yang diberikan para ahli komunikasi dalam menjelaskan komunikasi antar budaya, diantaranya adalah ;

1) Menurut Aloweri , Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa sebagaimana dikutip oleh Arnawati Arbi, komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan. Misalnya antara suku bangsa, etnik, ras dan kelas sosial.

2) Menurut Guo Ming Chen dan Willian J. Starosta sebagaimana dikutip oleh Dedy Mulyana berpendapat bahwa komunikasi antar budaya adalah proses negosiasi atau pertukaran system simbolik yang membimbing perilaku


(35)

26

manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.

3) Menurut Deddy Mulyana, komunikasi antar budaya (Inter Cultural Communication) adalah proses pertukaran fikiran dan makna antara orang-orang yang berbeda budayanya.

4) Stewar L. Tubbs-Sylvia Moss mendefinisikan komunikasi antar budaya sebagai komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi)

Dari beberapa definisi diatas, penulis berkesimpulan bahwa komunikasi antar budaya dapat diartikan sebagai komunikasi yang terjadi diantara orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Ada beberapa istilah yang sering disepadankan dengan istilah komunikasi antar budaya, diantaranya adalah komunikasi antar etnik ( Inter Ethnic Communication) , dan komunikasi Internasional.

1) Komunikasi antar etnik adalah komunikasi antar anggota etnik yang berbeda atau dapat saja komunikasi antar etnik terjadi diantara anggota etnik yang sama tetapi memiliki latar belakang budaya yang berbeda atau sub kultur yang berbeda atau dapat saja komunikasi antar etnik terjadi diantara anggota etnik yang sama tetapi memiliki latar belakang budaya yang berbeda atau sub kultur yang berbeda. Kelompok etnik adalah kelompok orang yang ditandai dengan bahasa dan asal-usul yang sama. komunikasi antar etnik juga merupakan bagian dari komunikasi antar budaya, namun komunikasi antar budaya belum tentu merupakan komunikasi antar etnik


(36)

27

2) Komunikasi antar ras adalah sekelompok orang yang ditandai dengan arti biologis yang sama. dapat saja orang yang berasal dari ras yang berbeda memiliki kebudayaan yang sama, terutama dalam hal bahasa dan agama. Komunikasi antar ras dapat juga dimasukkan dalam komunikasi antar budaya, karena secara umum ras yang berbeda memilki bahasa dan asal-usul yang berbeda juga. Komunikasi antar budaya dalam konteks komunikasi antar ras sangat berpotensi terhadap konflik, karena orang yang berbeda ras biasanya memilki prasangka-prasangka atau stereotip terhadap orang yang berbeda dengan ras dengannya. Dalam hal ini tentunya mempengaruhi orang-orang yang berbeda ras tersebut didalam berkomunikasi.

3) Komunikasi Lintas Budaya adalah studi tentang perbandingan gagasan atau konsep dalam berbagai kebudayaan. Perbandingan antara aspek atau minat tertentu dalam suatu kebudayaan atau perbandingan antar suatu aspek atau umat tertentu dengan satu atau kebudayaan lain. 4) Komunikasi Internasional, dapat diartikan sebagai komunikasi yang dilakukan antara komunikator yang mewakili suatu Negara untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dngan berbagai kepentingan negaranya kepada komunikan yang mewakili Negara lain dengan tujuan untuk memperoleh dukungan yang lebih luas. Keharmonisan dalam komunikasi antarbudaya juga dipengaruhi oleh keefektifan komunikasi yang dilakukan oleh para pelaku komunikasi tersebut. Suatu komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber berkaitan erat dengan rangsangan yang


(37)

28

ditangkap dan dipahami oleh penerima pesan tersebut. Intinya antara sender (S) dan receiver (R) ada kesamaan dalam memahami makna psan yang telah disampaikan. Bila ini terjadi maka komunikasi dapat dikatakan berjalan dengan baik.

b) Karakteristik Aktivitas Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya merujuk pada fenomena komunikasi bahwa para partisipan yang berbeda dalam latar belakang cultural menjalin kontak satu sama lain secara langsung ataupun tidak langsung.

Menurut Rahardjo, ketika komunikasi antarbudaya mempersyaratkan dan berkaitan dengan kesamaan dan perbedaan cultural antara pihak yang terlibat, karakteristik kultural dari para partisipan bukan merupakan fokus studi dari komunikasi antarbudaya, melainkan proses komunikasi antara inividu dengan individu dan kelompok dengan kelompok lainnya.

Karakteristik sebuah aktivitas komunikasi efektif apabila terdapat persamaan makna pesan antara komunikator dan komunikan, demikian halnya dengan komunikasi antarbudaya. Akan tetapi, hal ini menjadi lebih sulit karena adanya unsure perbedaan kebudayaan antara pelaku komunikasinya. Itulah sebabnya , usaha untuk menjalin komunikasi antar budaya dalam praktiknya bukan merupakan persoalan sederhana.1

Mc. Daniel menyebutkan beberapa masalah potensial yang sering terjadi didalamnya, seperti pencarian kesamaan, penarikan diri, kecemasan , pengurangan

1


(38)

29

ketidak pastian , stereotip, prasangka , rasisme, kekuasaan, etnosentrisme, dan culture shock.2

Untuk itu, Lewis dan Slade menguraikan tiga kawasan yang paling problematik dalam lingkup pertukaran antarbudaya, yaitu kendala bahasa, perbedaan nilai, dan perbedaan pola perilaku kultural.3

a. Kendala bahasa merupakan sesuatu yang tampak, tetapi hambatan tersebut lebih mudah untuk ditanggulangi karena bahasa dapat dipelajari

b. Perbedaan nilai merupakan hambatan yang serius terhadap munculnya kesalahpahaman budaya sebab ketika dua orang yang berasal dari kultur yang berbeda melakukan interaksi, perbedaan tersebut akan menghalangi pencapaian kesepakatan yang rasional tentang isu-is penting.

c. Kesalahpahaman antarkultural dikarenakan perbedaan perilaku kutural lebih diakibatkan oleh ketidakmampuan tiap-tiap kelompok budaya untuk member apresiasi terhadap kebiasaan yang dilakukan oleh setiap kelompok budaya tersebut.

Rahardjo menyebutkan beberapa faktor penghambat komunikasi antarbudaya, yaitu :4

a. Etnosentrisme merupakan tingkatan individu menila budaya orang lain sebagai interior terhadap budaya mereka;

b. Stereotip merupakan generalisasi tentang beberapa kelompok orang yang sangat menyederhanakn realitas;

2

Larry A. Samovar, Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel, Komunikasi Lintas Budaya, Jakarta: Salemba Humanika, 2007, hlm. 316

3

Glen Lewis, Christina Slade, Critical Communication, Australia: Prentice Hall, 1994, lm. 211.

4


(39)

30

c. Prasangka merupakan sikap yang kaku terhadap kelompok yang didasarkan pada keyakinan atau prakonsepsi yang keliru, juga dapat dipahami sebagi penilaian yang tidak didasari oleh pengetahuan dan pengujian terhadap informasi yang tersedia.

c) Bentuk Komunikasi Antarbudaya

Menurut DeVito (1997), bnetuk-bentuk komunikasi antarbudaya, yaitu sebagai berikut ;5

a) Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda. Misalnya, antara orang katolik Roma dengan Episkop, atau antara orang Islam dengan Yahudi.

b) Komunikasi antara subkultur dan kultur yang berbeda. Misalnya, antara dokter dan pengacara, atau antara tunateradan tunarungu.

c) Komunikasi antara subkultur dan kultur yang dominan. Misalnya, antara kaum homoseks dan kaum heteroseks, atau antara kaum manula dengan kaum muda.

d) Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda, yaitu antara pria dan wanita.

Dipahami bahwa komunikasi antarbudaya terjadi apabila pengirim pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesan-nya adalah anggota budaya yang lainnya.

Dalam keadaan demikian, baik penerima pesan maupun pengirim pesan dihadapkan pada masalah-masalah penyandian pesan. Hal ini karena dalam situasi

5

Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, Kuliah Dasar, Jakarta : Profesional Books, 1997, hlm.479.


(40)

31

komunikasi suatu pesan disandi dalam suatu budaya dan harus disandi balik dalam budaya lain.

Untuk melengkapi pemahaman mengenai pengertian komunikasi antarbudaya, berikut adalah beberapa definisi yang dapat dijadikan rujukan, yaitu sebagai berikut :6

a) Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda budaya. Ketika komunikasi terjadi antara orang-orang berbeda bangsa, kelompok ras, atau komunitas bahasa komunikasi tersebut disebut komunikasi antarbudaya.

b) Komunikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji cara budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi : makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya bersangkutan, hal-hal yang layak dikomunikasikan,cara mengomunikasikannya ( verbal nonverbal), dan pelaksanaan komunikasi tersebut.

c) Komunikasi antarbudaya adalah pernyataan diri antarpribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya.

d) Komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan yang disampaikan secara lisan,tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya.

e) Komunikasi antarbudaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau

6

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003, hlm.xiii.


(41)

32

model lainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.

f) Komunikasi antarbudaya adalah pengalihan informasi dari seorang yang berkebudayaan tertentu kepada orang yang berkebudayaan lain. g) Komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk

simbol yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang budaya.

h) Komunikasi antarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan seorang melalui saluran tertentu kepada orang lain dari latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek tertentu

i) Komunikasi antarbudaya adalah proses pembagian informasi, gagasan atau perasaan diantara orang-orang yang berbeda latar belakang budayanya.

Proses pembagian informasi itu, selain dapat dilakukan secara lisan dan tertulis, juga dapat dilakukan melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi atau bantuan hal lain sekitarnya yang memperjelas pesan.7

d) Pentingnya Faktor Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya

Beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya budaya dalam komunikasi adalah sebagai berikut:8

a) Mobilitas

Mobilitas masyarakat diseluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya perjalanan yang dilakukan dari satu Negara ke Negara lain dan dari satu benua ke benua yang lain.

7

Alo Liliweri, Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2001,hlm.17

8


(42)

33

Tujuannya adalah mengenal daerah baru dan orang-orang yang berbeda serta untuk menggali peluang-peluang ekonomi yang berbeda serta untuk menggali peluang-peluang ekonomi. Hal tersebut menyebabkan hubungan antarpribadi semakin berkembang menjadi hubungan antarbudaya.

b) Saling kebergantungan Ekonomi

Secara ekonomis banyak Negara bergantung pada Negara lain. dengan kata lain, ke hidupan eonomis suatu Negara sangat bergantung pada kemampuan Negara tersebut untuk berkomunikasi dengan Negara lain yang memiliki kebudayaan yang berbeda. Untuk itu, setiap bangsa harus mampu berkomunikasi secara efektif dngan kultur-kultur yang berbeda.

c) Teknologi Komunikasi

Pesatnya teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang masuk dalam budaya kita. Teknologi telah membuat komunikasi antarbudaya mudah, praktis, dan tidak terhindarkan. Misalnya, film-film impor yang dilihat secara tidak langsung mengajari kita untuk mengenal adat dan kebiasaan serta riwayat bangsa lain.

Kemudian melalui telepon, kita dapat berhubungan langsung sampai pelosok dunia.

a) Pola Imigrasi

Imigrasi akan menyebabkan masuknya seseorang atau sekelompok orang kedalam suatu Negara. Hal ini menambah pengalaman kita dalam bergaul, bekerja, atau bersekolah dengan orang-orang yang berbeda budaya. Hal tersebut menyebabkan kita memahami budaya lain.


(43)

34

b) Kesejahteraan politik

Kesejahteraan politik saat ini sangat bergantung pada kesejahteraan politik kultur dengan Negara lain. Dengan kata lain, kesejahteraan politik Negara kita bergantung pada kesejahteraan Negara lain.

e) Aspek yang dikembangkan dalam Komunikasi Antarbudaya

a) Sasaran Pengembangan Komunikasi Antarbudaya

Aspek utama dari komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antarpribadi antara komunikator dan komunikan yang kebudayaannya berbeda. Dalam kajian ilmu komunikasi, yang dimaksudkan dngan aspek komunikasi adalah semua ihwal yang menjadi objek materiil ilmu komunikasi.9

Sasaran komunikasi antarbudaya, yaitu :

1) Melaksanakan tugas yang berhubungan dengan orang-orang dari latar belakang budaya kebudayaan yang berbeda;

2) Meningkatkan hubungan antarpribadi dalam suasana antarbudaya; 3) Tercapai penyesuaian antarpribadi.

b) Bentuk Sasaran Pengembangan Komunikasi Antarbudaya

Menurut DeVito, bentuk-bentuk komunikasi antarbudaya, yaitu sebagai berikut: 1) Komunikasi antara kelompok agama yang berbeda. Misalnya, antara orang

islam dan orang Yahudi.

2) Komunikasi antara subkultur yang berbeda. Misalnya, antara dokter dengan pengacara, atau antara tunanetra dengan tunarungu.

9

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi, Penyunting Deddy Mulyana,Ed.1 Bandung: Remaja Rosdakarya,1996, Hlm.79.


(44)

35

3) Komunikasi antara subkultur dan kultur yang dominan. Misalnya, antaa kaum homoseks dan kaum heteroseks. Atau antara kaum manula dan kaum muda.

4) Komunikasi antara jenis kelamin yang berbeda, yaitu antara pria dan wanita.

c) Cara mengurangi Ketidakpastian

Secara khusus, fungsi komunikasi antarbudaya adalah mengurangi ketidakpastian. Hal ini karena ketika memasuki wilayah orang lain, kit aakan menemui orang-orang yang berbeda dalam aspek (sosial,budaya,ekonomi,status, dan lain-lain).

Menurut Gundykunstt dan Kim, usaha untuk mengurangi ketidakpastian itu dapat dilakukan melalui tiga tahap seleksi, yaitu:

1) Prakontak atau tahap pembentukan kesan melalui simbol verbal ataupun nonverbal (komunikan suka berkomunikasi atau menghindari komunikasi). 2) Initial contact and impression, yakni tanggapan lanjutan atau kesan yang muncul dari kontak pertama, misalnya bertanya pada diri sendiri : apa saya seperti dia, apa dia mengerti saya, apa merugikan waktu saya jika berkomunikasi dengan dia, atau pertanyaan lainnya yang serupa.

3) Closure, mulai membuka diri yang semula tertutup melalui atribusi dan pengembangan kepribadian implisit.


(45)

36

f) Interaksi Dalam Komunikasi Antarbudaya

1) Pengertian Interaksi

Menurut kamus bahasa, interaksi adalah hal saling melakukan aksi, berhubungan, memengaruhi antarhubungan. Interaksi adalah jenis tindakan atau aksi yang terjadi ketika dua atau lebih objek memengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari hubungan satu arah apada sebab akibat.10

2) Interaksi sebagai Proses Asimilasi

Dalam komunikasi, interaksi budaya adalah hubungan antara dua atau lebih cara/pola hidup pada masyarakat mengenai segala bentuknya dalam proses komunikasi. Interaksi atau hubungan antarbudaya adalah proses asimilasi dan akulturasi kebudayaan sehingga saling memengaruhi satu sama lain di antara dua kebudayaan tersebut.11

Komunikasi antarbudaya mengacu pada komunikasi antara orang-orang dari kultur (budaya) yang berbeda-beda, antara orang-orang dari kultur (budaya) yang berbeda-beda, antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai, atau cara berperilaku kultural yang berbeda.

3) Hakikat Interaksi dan Hubungan Antarbudaya

Hakikat adalah unsur utama yang mewujudkan sesuatu. Hakikat mengacu pada faktor utama yang lebih fundamental. Hakikat interaksi antarbudaya adalah mengenai adanya penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain.

10

Anak Agung Ngurah Adhiputra, Konseling Lintas Budaya, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, hlm.3.

11


(46)

37

Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi dan komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan, atau mewariskan buaya. Edward T. Hall menegaskan bahwa komunikasi adalah budaya dan budaya adalah komunikasi. Pada satu sisi, komunikasi merupakan mekanisme untuk menyosialisasikan norma-norma buadaya masyarakat, baik secara horizontal dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, maupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya merupakan normaatau nilai yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu.

Secara alamiah, proses komunikasi antarbudaya berakar dari relasi antarbudaya berakar dari relasi antarbudaya yang menghendaki adanya interaksi sosial. Oleh karena itu, dalam kenyataan sosial disebutkan bahwa manusia tidak dapat dikatakan berinteraksi sosial jika tidak berkomunikasi.

Interaksi antarbudaya yang efektif sangat bergantung pada komunikasi antarbudaya. Konsep ini sekaligus menerangkan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya akan tercapai (komunikasi yang sukses) apabila bentuk hubungan antarbudaya menggambarkan upaya yang sadar dari peserta komunikasi untuk memperbarui relasi antara komunikator dengan komunikan, menciptakan dan memperbarui menejemen komunikasi yang efektif, lahirnya semangat kesetiakawanan, persahabatan, hingga berhasilnya pembagian teknologi, mengurangi konflik yang seluruhnya merupakan bentuk dari komunikasi antarbudaya.


(47)

38

g) Komunikasi dan Proses Simbolik Dalam Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi didefinisikan sebagai apa yang terjadi bila makna diberikan kepada suatu perilaku. Bila seseorang memperhatikan perilaku kita dan memberinya makna, maka komunikasi telah terjadi terlepas dari apakah kita menyadari atau tidak dan menyengajanya atau tidak.12 Kita harus menyadari bahwa tidak mungkin bagi kita untuk tidak berperilaku. Setiap perilaku memiliki potensi komunikasi. Maka tidaklah mungkin bagi kita untuk tidak berkomunikasi, dengan kata lain kita tidak dapat tidak berkomunikasi.

Pendekatan terhadap komunikasi berfokus pada pemberian makna yang telah kita miliki kepada perilaku yang kita observasi dilingkungan kita. Berbagai makna telah tumbuh sepanjang hidup kita sebagai akibat dari pengaruh budaya kita diri kita dan sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman pribadi dalam budayatersebut. Ketika kita mengamati suatu perilaku dalam lingkungan kita, kita masing-masing menukik ke perbendaharaan makna kita yang unik dan memilih makna yang kita yakini sebagai makna paling pantas bagi perilaku yang kita amati dan konteks sosial dimana perilaku itu terjadi.

Proses pemaknaan dalam komunikasi ini biasanya berlangsung lancar, tetapi tidak jarang juga terjadi kemacetan dan salah penafsiran terhadap suatu pesan atau member makna yang salah kepada perilaku yang kita amati. Terutama dalam konteks komunikasi antar budaya yang mana pelaku-pelaku komunikasinya memiliki latar budaya yang berbeda.

12

Ahmad Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya Satu Perspektif Multidimensi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013). Hlm.15


(48)

39

Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Menurut Susanne K Langer dalam buku komunikasi antarbudaya satu perspektif multidimensi karya Ahmad Sihabudin yaitu :

“Kebutuhan dasar yang memang hanya ada pada manusia adalah kebutuhan akan simbolisasi. Fungsi simbol ini adalah satu diantara kegiatan-kegiatan dasar manusia seperti makan, melihat, dan bergerak. Ini adalah proses fundamental dari pikiran, dan berlangsung setiap waktu. Prestasi-prestasi manusia bergantung pada penggunaan simbol-simbol”.13

Pada konteks komunikasi antarbudaya proses simbolisasi merupakan proses yang sangat penting, baik simbolisasi dalam bentuk verbal maupun simbolisasi nonverbal. Komunikasi merupakan proses simbolik karena aktivitas berkomunikasi menggunakan simbol-simbol bermakna yang diubah kedalam kata-kata (verbal) utuk ditulis dan diucapkan atau simbol (nonverbal) untuk diperagakan. Simbol komunikasi itu dapat berbentuk tindakan dan aktivitas manusia, atau tampilan objek yang mewakili makna tertentu. Makna disini adalah persepsi, pikiran atau perasaan yang dialami seseorang yang pada gilirannya dikomunikasikan kepada orang lain.14 Lambang atau simbol merupakan sesuatu yang dipergunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama.15 Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal, memungkinkan perkembangan bahasa dan

13

Ahmad Sihabudin, Komunikasi Antarbudaya Satu Perspektif Multidimensi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013)., Hlm. 64.

14

Alo Liliweri, Mak a Budaya Dala ………, Hl .5 15

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2014), Hal.131


(49)

40

menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata ataupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tertentu.

Lambang dan simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk mengekspresikan gagasan tertentu berdasarkan kesepakatan dalam lingkungan sosial budaya. Pada hakikatnya lambang tidak memiliki makna, kitalah yang memberi makna. Jadi makna sebuah lambang adanya ada pikiran atau persepsi seseorang atau sekelompok masyarakat. Untuk mendukung keberhasilan komunikasi sosial budaya diperlukan kesepakatan dalam member makna atas lambang-lambang yang digunakan. Komunikasi akan mengalami distorsi, tatkala orang-orang yang berkomunikasi itu berasal dari latar belakang sosio budaya yang berbeda serta memberi arti atau makna lambang yang berbeda pula.

Lambang mempunyai beberapa sifat seperti berikut ini :

a) Lambang bersifat sembarang, manusaka , atau sewenang-wenang.

Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata (lisan atau tulisan), isyarat anggota tubuh, makanan dan cara makan, tempat tinggal, jabatan (pekerjaan), olahraga, hobi, peristiwa, hewan, tumbuhan, gedung, alat (artefak), angka, bunyi, waktu, dan sebaginya. Semua itu bisa menjadi lambang. Lambang hadir dimana-mana dan tidak henti-hentinya menerpa kita. Namun alam tidak memberikan penjelasan kepada kita mengapa manusia menggunakan lambang-lambang tertentu untuk merujuk pada hal-hal tertentu, baik yang konkret ataupun yang abstrak.16

16

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003). Hlm.93-94


(50)

41

b)Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna, kitalah yang member makna pada lambang.

Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambang itu sendiri. Kalaupun ada orang yang mengatakan kata-kata itu mempunyai makna, yang dia maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang untuk member makna (yang telah disetujui bersama) terhadap kata-kata itu. Persoalan akan timbul bila para peserta komunikasi tidak member makna yang sama pada suatu kata.

Sebagian orang percaya bahwa angka-angka tertentu mengandung makna-makna tertentu, misalnya : kualitas (bagus atau jelek), kekuatan keberuntungan, atau kesialan. Dalam kasus dandanan juga bisa menjadi suatu simbol tetentu bagi seseorang. Sebagai satu-satunya makhluk yang menggunakan lambang, manusia sering lebih mementingkan lambang daripada hakikat yang dilambngkannya. Meskipun tidak ada hubungan yang alami antara lambang dengan apa yang dilambangkan , banyak orang yang menganggap bahwa terdapat hubungan demikian. Sebagian orang bahkan ada kalanyamenggantungkan nasib dan keselamatan mereka pada lambang-lambang tertentu.17

c) Lambang itu bervariasi

Lambang itu bervariasi dari suatu budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dan dari suatu konteks waktu ke konteks waktu lain. begitu juga makna yang diberikan kepada lambang tersebut. Dalam memaknai suatu lambang, kita hanya memerlukan kesepakatan mengenai suatu lambang. Kalau kita sepakat semua, kita bisa saja menamai suatu hal sesuai dengan kesepakatan yang telah

17

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003). Hlm.96-97


(51)

42

ditentukan. Akan tetapi , makna yang diberikan kepada suatu lambang boleh jadi berubah dalam perjalanan waktu, meskipun perubahan makna itu berjalan lambat.

Dalam pandangan masyarakat Bugis-Makassar, ayam betina yang diberikan kepada seseorang merupakan simbol penghinaan atas kegagalan dan sekaligus melambangkan pengecutan yang memalukan, yang bisa memancing keberangan orang yang menerimanya. Namun bagi orang Sunda akan menerima pemberian ayam betina ini dengan suka cita untuk kemudian disembelih dan digoreng atau dipanggang. Hal ini jelas menunjukkan bahwa makna yang diberikan seseorang atau suatu masyarakat berbeda dari suatu budaya dengan budaya yang lainnya.

Pemaknaan terhadap suatu perilaku juga boleh jadi brubah dari waktu ke waktu meskipun dalam budaya yang sama. Jika diperhatikan lebih seksama, perilaku kultural manusia itu pada dasarnya berbeda dari masa ke masa dan juga pemaknaannya.18

h. Komunikasi Antarbudaya dan Kebersamaan Dalam Interaksi

Berkat kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi, peradaban manusia kini sampai pada tahap yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan berbagai budaya lain, baik budaya dalam negeri maupun luar negeri. Interaksi budaya tersebut sebagian bisa bersifat tatap muka dan sebagian lagi lewat media massa, sebagian interaksi bersifat selintas atau berjangka pendek dan sebagian lagi berjangka panjang atu permanen.19

Fenomena komunikasi antarbudaya tersebut tampaknya selalu kita alami setiap saat baik secara sengaja ataupun tidak, sebab dalam komunikasi

18

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003). Hlm.104-105

19


(52)

43

antarbudaya tidak hanya meliputi budaya antar pelakunya saja yang berbeda budaya namun masih banyak unsur lain yang dapat dikategorikan sebagai komunikasi antar budaya. Beberapa contoh yang dapat dikategorikan sebagai komunikasi antarbudaya meliputi pergaulan antar anak dari luar Jawa dalam lingkungan masyarakat, konsultasi ibu hamil dengan bidan setempat , dan bahkan diskusi antara orang tua dan anak juga bisa dikatakan sebagai komunikasi antarbudaya meskipun tingkat kebudayaan tersebut kecil.

Komunikasi adalah suatu fenomena yang rumit, apalagi bila pelakunya berasal dari budaya yang berbeda. Komunikasi melibatkan ekspetasi, persepsi, pilihan, tindakan, dan penafsiran.20 Setiap kita berkomunikasi dengan seseorang, tidak diragukan lagi orang tersebut berasal dari suatu lingkungan budaya tertentu, bukan orang yang tiba dari ruang hampa sosial. Oleh karena itu , ia dipengaruhi oleh latar belakang budayanya, meskipun tidak berarti bahwa semua anggota budaya tersebut berperilaku seragam. Tetapi anda akan melihat pola yang kurang lebih sama, menunjukkan kemiripan pada sikap dan perilaku kebanyakan orang dari budaya tersebut.21

2. Model Proses Komunikasi Antarbudaya

a) Konsep Dasar Proses Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi merupakan sebuah proses dan interaksi antara komunikan dan komunikator yang melakukan pertukaran pesan secara langsung ataupun tidak

20

John C Condon dan Fathi Yousef, Introduction To Intercultural Communication. New York : Macmillan. 1985. Hlm. 33. Dalam Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintasbudaya, Cet ke-2 (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005) Hlm. 7.

21


(53)

44

langsung. Komunikasi dapat dikatakan hal yang paling krusial dalam kehidupan ini.22

Secara umum, komunikasi antarbudaya adalah proses saling berbagi informasi, pengetahuan, perasaan, dan pengalaman yang dilakukan oleh mansia dari berbagai budaya. Setiap budaya memiliki nilai dan sikap yang dikomunikasikan, mislnya cara orang jepang mmbungkukkan badan satu sama lain saat menyambut tamu berbeda dengan gaya penyambutan bangsa lainnya.

Pada hakikatnya, proses komunikasi antarbudaya sama dengan proses komunikasi lainnya, yakni proses yang interaktif, transaksional, dan dinamis. Komunikasi antarbudaya yang interaktif dilakukan oleh komunikator dengan komunikan dalam dua arah/timbal balik.

Komunikasi transaksional meliputi tiga unsur, yaitu keterlibatan emosi tinggi yang berkesinambungan atas pertukaran pesan ; berkaitan dengan masa lalu, kini, da yang akan datang; dan berpartisipasi dalam komunikasi antrabudaya untuk menjalankan suatu peranan.

b) Dimensi Proses Komunikasi Antarbudaya

Ada tiga dimensi dalam mencari kejelasan dan mengintegrasi berbagai konsep kebudayaan dalam komunikasi antarbudaya, yaitu tingkat masyaraat kelompok budaya dari para partisipan, konteks sosial terjadinya proses komunikasi antarbudaya, dan saluran yang dilalui oleh pesan komunikasi antarbudaya, baik secara verbal maupun nonverbal.

22


(54)

45

Adapun dimensi dalam proses komunikasi antarbudaya, yatitu sebagai berikut :

1) Komunikasi antarbudaya merujuk pada bermacam tingkatan lingkup dan kompleksitas organisasi sosial

2) Komunikasi antarbudaya merujuk pada sosial komunikasi antarbudaya yang meliputi organisasi, pendidikan, akulturasi imigran, difusi inovasi, dan sebagainya. Pada dasarnya, komunikasi dalam semua konteks sosial memiliki persamaan dalam unsusr-unsur dasar dan proses komunikasi, tetapi dengan pengaruh kebudayaan yang tercakup dalma latar belakang pengalaman individu membentuk pola persepsi, pemikiran, penggunaan pesan verbal dan perilaku nonverbal dan hubungan ang ada di dalalamnya. 3) Berkaitan dengan saluran komunikasi. Saluran tersebut dibagi atas saluran

antarpribadi,/perseorangan dan media massa. Bersama dengan dua dimensi sebelumnya, dimensi ketiga ini memngaruhi proses dari hasil keseluruhan proses komunikasi antarbudaya.

c) Faktor-faktor yang Memengaruhi proses komunikasi

Menurut Gudykunst dan Kim, ada empat fsktor/filter konseptual yang memengaruhi komunikasi (melakukan penyandian pesan dan penyandian balik pesan), yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Budaya

Faktor budaya meliputi faktor yang menjelaskan kemiripan dan perbedaan agama, budaya, sikap, dan bahasa.


(55)

46

2. Faktor Sosiobudaya

Pengaruh sosiokultur akan tampak pada proses penataan sosial yang berkembang berdasarkan interaksi dengan orang lain ketika pola-pola perilaku menjadi konsisten dengan berjalannya waktu.

3. Faktor Psikobudaya

Dimensi psikokultur mencakup proses penataan pribadi. Penataan pribadi adalah proses yang member stabilitas pada proses psikologis. Faktor-faktor dalam psikobudaya adalah stereotip dan sikap terhadap kelompok lain.

4. Faktor Lingkungan

Lingkungan akan memengaruhi kita dalam melakukan penyandian dan penyandian balik suatu pesan. Lingkungan mencakup iklim, lokasi geografis, lingkungan fisik, dan persepsi kita atas suatu lingkungan.

3. Etika Budaya Penduduk Urban

Kehidupan masyarakat tergantung dari jenis Community dimana ia berada. Masyarakat kota sebagai Community, seperti pula masyarakat pedesaan, adalah suatu kelompok teritorial di mana penduduknya menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sepenuhnya.

Sosiologi membagi Community atas jenis rural, jika anggota masyarakatnya bersifat relatif sedikit dan bermata pencaharian agraris dan jenis urban jika jumlah warganya relatif banyak dan matapencaharian utama perdagangan atau industri.


(56)

47

Masyarakat perkotaan sering disebut urban Community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya. Kondisi-kondisi yang diperlukan bagi suatu kota (urban/city) ada enam :

1 Pembagian kerja dalam spesialisasi yang jelas;

2 Organisasi sosial lebih berdasarkan pekerjaan dan klas sosial dari pada kekeluargaan,

3 Lembaga pemerintahan lebih berdasarkan teritorium daripada kekeluargaan

4 suatu sistem perdagangan dan pertukangan; 5 Mempunyai sarana komunikasi dan dokumentasi

6 Berteknologi yang rasional. Makin besar kota makin tegas ciri-ciri tersebut.

Masyarakat kota merupakan suatu kelompok terorganisasi yang tinggal secara kompak di wilayah tertentu dan memiliki derajat interkomunikasi yang tinggi. Sehubungan ini Borgardus menunjuk pada latar belakang yang berupa kegiatan berdagang dan berindustri sebagai yang pokok.

Para warganya menempati suatu lingkungan buatan di mana teknologi membantu segala tata cara kerjanya. Masyarakat kota menarik karena pemakaian kendaraan bermotornya, keserbatergesa-gesaanya dan gangguan jiwa yang dideritanya. Masyarakat kota acap kali meragukan sikap hemat, percaya kepada diri sendiri dan kepuasan kerja merupakan dasar dari kesejahteraan bangsa.

Masyarakat kota sebenarnya merupakan produk dari kekuatan sosial yang bersifat kompleks. Hal ini tergantung dari sejarah perkembangan kota yang


(57)

48

bersangkutan. Mungkin kota tersebut berlatar belakang kemajuan pertanian, perdagangan, pemerintahan, politik dan sebagainya.

Perkembangan masyarakat kota didorong oleh banyak faktor. Di antaranya;

a. Pertambahan penduduk kota itu sendiri sudah menambah gengsi kepada warganya. Kontrak sosial antara manusianya yang beraneka itu bersifat mengharuskan. Tanpa itu manusia akan merasa hidup terpencil.

b. Penemuan mesin dan tenaga uap ditambah lagi dengan penggunaan modal besar dalam usaha dagang dan industri menciptakan pabrik-pabrik besar. Ini menarik banyak tenaga kerja dari daerah pertanian melalui tingginya upah dan aneka jaminan sosial. Akhirnya produksi massal dari industri kota itu sendiri mendorong perkembangan kota lanjut.

c. Peranan transportasi dan komunikasi besar di kota. Dua itu yang menjamin kekompakan kehidupan masyarakat kota. Jika itu macet maka segala kegiatan akan lumpuh.

d. Kesempatan untuk maju dan berhasil lebih banyak tersedia di kota dibandingkan dengan di desa.

e. Kota menawarkan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang cukup sebagai sarana kenaikan jenjang sosial. Ilmu dan seni memenuhi kebutuhan manusia.

f. Pengisian waktu senggang tersedia cukup, demikian pula berabagai hiburan dan olahraga.


(58)

49

Talcott Parsons. mendeskripsikan tipe masyarakat kota yang diantaranya memiliki ciri:

a. Netral Afektif, Masyarakat Kota Memperlihatkan sifat yang lebih mementingkan Rasionalis dan sifat rasionalitas ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau Association. Mereka tidak mau mencampuradukan perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.

b. Orientasi Diri, Manusia dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri, pada umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistic

c. Universalisme, Berhubungan dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran rasional merupakan dasar yang sangat penting untuk universalisme.

d. Prestasi, Mutu atau prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima berdasarkan kepandaian dan keahlian yang dimilikinya.

e. Heterogenitas, Masyarakat kota lebih memperlihatkan sifat heterogen, artinya terdiri dari lebih banyak komponen dalam susunan penduduknya.


(1)

98

dapat berjalan baik dan efektif sehingga dapat menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam menafsirkan pesan yang disampaikan.

Sedangkan lambang nonverbal yang digunakan saat berkomunikasi adalah lambang yang bukan bahasa, lambang ini meliputi isyarat anggota tubuh antara lain mata, kepala, bibir dan tangan. Selain itu gambar juga bisa disebut sebagai lambang nonverbal. Lambang nonverbal yang ditemui dalam penelitian ini meliputi isyarat yang dilakukan saat berkomunikasi seperti menunjuk benda atau gambar yang dimaksudkan dalam pesan yang disampaikan, selain itu sikap perhatian berupa menatap mata lawan bicara juga merupakan lambang yang dapat dijumpai ketika masyarakat sedang melakukan komunikasi.

Selanjutnya pola komunikasi antarbudaya yang kedua adalah pola komunikasi antarbudaya langsung. Pola komunikasi antarbudaya langsung ini merupakan pola komunikasi yang didalamnya terdapat umpan balik (feedback) dari komunikan kepada komunikator sebagai penentu utama keberhasilan komunikasi. Dalam pola komunikasi ini proses komunikasi berjalan terus karena adanya umpan balik tersebut. Hal ini dapat ditemukan dalam proses komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan latar belakang kebudayaan berbeda yang mana proses komunikasi ini dilakukan secara langsung melalui tatap muka selama di sekolah sehingga umpan balik (feedback) bisa langsung diberikan saat berkomunikasi. Selain itu dengan adanya umpan balik ini, komunikasi yang dilakukan oleh


(2)

99

masyarakat kelurahan menanggal bisa berjalan terus menerus sehingga terbentuk suatu komunikasi yang berkelanjutan.

Faktor pendukung dan faktor penghambat merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam melakukan komunikasi antarbudaya karena faktor-faktor ini dapat membantu keberhasilan dalam melakukan komunikasi antarbudaya tersebut. Ada banyak faktor pendukung dan faktor penghambat yang dapat ditemukan dalam proses komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh masyarakat yang memiliki latar belakang kebudayaan berbeda. Faktor pendukung yang terdapat pada proses komunikasi antarbudaya yang dilakukan oleh masyarakat urban dan masyarakat asli ini adalah adanya ketertarikan saat berkomunikasi, kemampuan berkomunikasi, sikap saling percaya, sikap ramah dan sopan santun, kemampuan beradaptasi, kejelasan informasi, bahasa dan lambang. Sedangkan faktor penghambat komunikasi antarbudaya ini adalah watak individu, persepsi pelaku komunikasi, pengaruh budaya lain, dan perbedaan bahasa.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah penulis paparkan, maka terdapat beberapa saran dari penulis sebagai berikut :

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang Pola Komunikasi Antarbudaya dan semoga penelitian ini dapat berguna dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya pada


(3)

100

1. Ketika kita ingin melakukan suatu kegiatan komunikasi antarbudaya, ada baiknya terlebih dahulu kita memahami bagaimana komunikasi antarbudaya tersebut. Kita hendaknya memahami hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya, fungsinya yaitu agar kita bisa melaksanakan kegiatan komunikasi antarbudaya tersebut secara lancar dan efektif sehingga dapat meminimalisir adanya konflik yang timbul akibat perbedaan kebudayaan dan etnis.

2. Ada baiknya pihak Kelurahan Menanggal Kota Surabaya memberikan bekal seputar keragaman budaya yang terjadi di lingkungan tempat tinggal ini agar bisa memahami dan mengambil manfaat dari keragaman budaya yang ada sekaligus dapat meminimalisir terjadinya konflik antar warga yang berkaitan dengan perbedaan kebudayaan serta meminimalisir terjadinya missed communication.

3. Masyarakat di kelurahan menanggal kota Surabaya ini ada baiknya mencoba mengenal lebih dalam lagi seputar kebudayaan-kebudayaan yang ada di sekitar tempat tinggal agar mereka dapat memahami berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adhiputra, Anak Agung Ngurah. 2013. Konseling Lintas Budaya. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Brannen Julia, 2002. Memadu Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Offset

Budyat , Muhammad dan Leila Mona Ganiem, 2012. Teori Komunikasi

Antarpribadi. Cet ke-2. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Bungin, Burhan. Metode Penulisan Sosial. 2001. Surabya : Airlangga University

pers

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka

Effendy, Onong Uchjana . 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung;

Remaja Rosdakarya

Eilers , Franz Josef. 1995. Berkomunikasi Antara Budaya. Surabaya:Nusa Indah

Emzir, 2012. metodologi penelitian kualitatif analisis data. Jakarta : PT

Rajagrafindo persada, Jakarta

Harwantiyoko. 1992 . MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Gundar

Julia , T Wood. 2013. Komunikasi Interpersonal Interaksi Keseharian. Jakarta :

Salemba Humanika

Kriyantoko, Rachmat. 2007. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana

Prenada Media Group

Samovar, Larry A. 2007. Komunikasi Lintas Budaya. Jakarta: Salemba

Humanika

Glen, Lewis. Komunikasi Antar manusia, Kuliah Dasar. 1997. Jakarta :

Profesional Books

Liliweri, Alo. 2001. Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya.

Yogyakarta:Pustaka Pelajar

______. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya.


(5)

_______. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Morissan, 2013. Teori Komunikasi : Individu Hingga Massa. Jakarta : Kencana

Prenada Media Group

Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja Rosda Karya

_______. 2005. Komunikasi Antar Budaya. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Noor, Arifin. 1997. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: CV Pustaka Setia

Nasution S. , Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. 1992. Bandung : Tarsito

Pusat Bahasa DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahas Indonesia

Rahardjo , Pradekso, 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Riswandi, 2009. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Ruslam, Rosady. 2006. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi,. PT.

Rajagrafindo Persada

Rumandor, H. Alex, 2001. Komunikasi Antar Budaya. Jakarta:Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka

Sihabudin, Ahmad. Komunikasi Antarbudaya Satu Perspektif Multidimensi.

Jakarta : Bumi Aksara

_______. 2013. Komunikasi Antarbudaya Satu Perspektif Multidimensi. Jakarta

: Bumi Aksara

Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press

Tubbs , Stewart L., 1996. Human Communication: Konteks-konteks Komunikasi

Bandung: Remaja Rosda Karya

Sumber Internet

http://www.slideshare.net/Hennov/teori-perubahan-masyarakat-daront, diakses 1-November-2016.


(6)

BIODATA PENULIS

Nama : NUR ADLI AMALIYA

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Surabaya, 7 Mei 1995

Alamat : Menanggal 5 Tomat Nomer 10

NIM : B96213105