Karakteristik Pola Perjalanan Penduduk Kawasan Peri Urban Kota Medan

(1)

KARAKTERISTIK POLA PERGERAKAN PENDUDUK

KAWASAN PERI URBAN KOTA MEDAN

(STUDI KASUS : KECAMATAN SUNGGAL, KABUPATEN DELI SERDANG)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun Oleh :

05 0404 144

FAHREZA DJAFAR

BIDANG STUDI TRANSPORTASI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK USU

2011


(2)

ABSTRAK

Adanya konversi atau perubahan tata guna lahan yaitu pertanian menjadi non-pertanian (sektor jasa) di kawasan peri urban mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap struktur sosial penduduk. Diduga orang yang bekerja pada sektor jasa tersebut merupakan orang yang bekerja ke kota namun tinggal di kawasan peri urban. Akibatnya terjadi permasalahan yaitu perubahan pola pergerakan yang mana akan menyebabkan bangkitan bertambah.

Penelitian ini bertujuan menganalisa karakteristik perjalanan serta memodelkan bangkitan pergerakan yang dilakukan oleh penduduk yang tinggal di Kecamatan Sunggal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mengestimasi besarnya pergerakan yang keluar dari kecamatan tersebut sehingga nantinya dapat dilakukan forecasting untuk mengantisipasi permasalahan yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sampel dengan metode Stratified Random Samping. Survei primer dilakukan melalui pengisian kuesioner pada 110 keluarga yang bermukim di kawasan Kecamatan Sunggal.

Hasil dari kuesioner ditabulasikan menjadi variabel bebas dan variabel terikat, kemudian dianalisis melalui program SPSS-17. Persamaan regresi digunakan untuk memodelkan bangkitan pergerakan pada Kecamatan Sunggal.

Dari hasil uji model, diperoleh model bangkitan perjalanan terbaik di Kecamatan Sunggal yaitu Y = 1,018 + 0,969X1 + 0,104X2 + 0,322X4, dengan Y

adalah bangkitan perjalanan, jumlah anggota keluarga (X1), jumlah pendapatan (X2 dan jumlah anggota keluarga yang bekerja (X4).


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Karakteristik Pola Perjalanan Penduduk Kawasan Peri Urban Kota Medan”

Tugas Akhir ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti Ujian Sarjana Teknik Sipil Bidang Studi Transportasi pada Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU).

Penulis menyadari bahwa selesainya Tugas Akhir ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan semua pihak. Oleh karena itu, dengan penuh keiklasn hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

• Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

• Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

• Bapak Ir. Jeluddin Daud, M.Eng, selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan yang tiada hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

• Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

• Pegawai Administrasi yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian administrasi , Kak Lince dan rekan-rekan.


(4)

• Teristimewa buat Ayahanda Djafar Djuned dan Ibunda Husna Yoini tercinta atas segala dukungan, pengorbanan, cinta, kasih sayang, kepercayaan serta do’a yang tiada batas untuk penulis. Kepada adik-adikku tercinta Ade Fardhisa dan Iqbal Maulana terus berjuang dan tetap semangat.

• Rekan – rekan Angkatan 2005, Bangun Tambunan, Fandi Ahmad, Luthfi Alhadi, Andri Rivaldi, Mufazzil Yusra, Asrul Hanafi, Nasrul Jamil, Andreas Pandia, Rio Damuri, Habibi, Muhardi, Faiz Isma, Asril Zevri, Mizanuddin, Asroy Beni Noor, Abdi, Emon, Ibnu, Ahmad Tanjung, Fauzan, Yudo, Widi Kuntara, Tri Suarso, dan semua anak 05 yang tidak dapat disebutkan satu– persatu.

• Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan, hal ini disebabkan keterbatasan penulis. Dengan tangan terbuka dan hati yang tulus penulis mengharapkan kritik maupun saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2011 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Perumusan Masalah ... 6

I.3. Tujuan Penelitian... 7

I.4. Manfaat Penelitian ... 7

I.5. Hipotesa ... 7

I.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

I.7. Metodologi Penelitian... 8

I.8. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 12

II.1. Karakteristik Pola Pergerakan ... 12

II.2. Bangkitan Pergerakan ... 14

II.3. Konsep Pemodelan Bangkitan Pergerakan ... 17

II.3.1. Konsep Metode Analisis Regresi Linier Berganda ... 18

II.3.2. Konsep Metode Analisis Kategori... 21

II.4. Klasifikasi Pergerakan ... 22


(6)

II.4.2. Berdasarkan Waktu ... 22

II.4.3. Berdasarkan Jenis Orang ... 23

II.5. Tata Guna Lahan dan Transportasi ... 23

II.6. Permasalahan Transportasi ... 26

II.7. Perencanaan Transportasi ... 27

II.8. Migrasi... 28

II.9. Kawasan Kota ... 29

II.10.Peri Urban ... 29

BAB III. METODE PENELITIAN ... 33

III.1. Gambaran Umum Wilayah Studi... 33

III.1.1. Lokasi Penelitian ... 33

III.1.2. Geografis Kecamatan Sunggal ... 35

III.1.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

III.2. Bagan Alir Penelitian ... 37

III.3. Jenis dan Sumber Data ... 40

III.4. Pembuatan Daftar Kuesioner ... 40

III.5. Metode Pengambilan Sampel ... 41

III.6. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

III.7. Penyebaran Kuesioner... 45

III.8. Metode Analisis ... 46

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 49

IV.1. Umum ... 49

IV.2. Metode Analisa Data ... 49


(7)

IV.3.1. Karakteristik Rumah Tangga Penduduk... 50

IV.3.2. Karakteristik Perjalanan Penduduk ... 58

IV.4. Model Perhitungan Bangkitan Pergerakan ... 74

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

V.1. Kesimpulan ... 99

V.2. Saran... 102 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Tabel Desa Berdasarkan Struktur Ruangnya ... 36

Tabel III.2 Data Sampel Sementara ... 43

Tabel III.3 Deskripsi Statistik Data Sampel Untuk Uji Kecukupan Data ... 44

Tabel III.4 Interpretasi dari nilai R ... 47

Tabel IV.1 Jumlah Anggota Keluarga Responden ... 51

Tabel IV.2 Tingkat Pendidikan Terakhir Responden ... 53

Tabel IV.3 Jenis Pekerjaan ... 55

Tabel IV.4 Jumlah Pendapatan Perbulan Responden ... 56

Tabel IV.5 Tujuan Perjalanan ... 59

Tabel IV.6 Total Pergerakan Perminggu ... 61

Tabel IV.7 Jumlah Kepemilikan Kenderaan ... 62

Tabel IV.8 Pemilihan Moda Transportasi ... 64

Tabel IV.9 Alasan Pemilihan Moda... 65

Tabel IV.10 Jarak Dari Rumah Ke Tempat Tujuan ... 66

Tabel IV.11 Lama Waktu Perjalanan... 68

Tabel IV.12 Biaya Transportasi... 69


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Trip Production dan Trip Attraction ... 15

Gambar II.2 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan ... 15

Gambar II.3 Sistem Transportasi Mikro ... 24

Gambar II.4 Skema Zona Kota Desa...32

Gambar III.1 Lokasi Penelitian ... 33

Gambar III.2 Peta Struktur Ruang Kecamatan Sunggal ... 34

Gambar III.3 Diagram alir Penelitian ... 38

Gambar IV.1 Jumlah Anggota Keluarga ... 51

Gambar IV.2 Jumlah Angota Keluarga Bekerja ... 52

Gambar IV.3 Jumlah Anggota Keluarga Sekolah ... 52

Gambar IV.4 Tingkat Pendidikan Terakhir Responden ... 54

Gambar IV.5 Jenis Pekerjaan ... 55

Gambar IV.6 Jumlah Pendapatan Perbulan Responden ... 57

Gambar IV.7 Tujuan Perjalanan ... 59

Gambar IV.8 Total Pergerakan Perminggu ... 61

Gambar IV.9 Jumlah Kepemilikan Kenderaan... 63

Gambar IV.10 Pemilihan Moda Transportasi ... 64

Gambar IV.11 Alasan Pemilihan Moda ... 65

Gambar IV.12 Jarak Dari Rumah Ke Tempat Tujuan ... 67

Gambar IV.13 Lama Waktu Perjalanan ... 68

Gambar IV.14 Biaya Trasnportasi ... 70


(10)

ABSTRAK

Adanya konversi atau perubahan tata guna lahan yaitu pertanian menjadi non-pertanian (sektor jasa) di kawasan peri urban mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap struktur sosial penduduk. Diduga orang yang bekerja pada sektor jasa tersebut merupakan orang yang bekerja ke kota namun tinggal di kawasan peri urban. Akibatnya terjadi permasalahan yaitu perubahan pola pergerakan yang mana akan menyebabkan bangkitan bertambah.

Penelitian ini bertujuan menganalisa karakteristik perjalanan serta memodelkan bangkitan pergerakan yang dilakukan oleh penduduk yang tinggal di Kecamatan Sunggal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mengestimasi besarnya pergerakan yang keluar dari kecamatan tersebut sehingga nantinya dapat dilakukan forecasting untuk mengantisipasi permasalahan yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sampel dengan metode Stratified Random Samping. Survei primer dilakukan melalui pengisian kuesioner pada 110 keluarga yang bermukim di kawasan Kecamatan Sunggal.

Hasil dari kuesioner ditabulasikan menjadi variabel bebas dan variabel terikat, kemudian dianalisis melalui program SPSS-17. Persamaan regresi digunakan untuk memodelkan bangkitan pergerakan pada Kecamatan Sunggal.

Dari hasil uji model, diperoleh model bangkitan perjalanan terbaik di Kecamatan Sunggal yaitu Y = 1,018 + 0,969X1 + 0,104X2 + 0,322X4, dengan Y

adalah bangkitan perjalanan, jumlah anggota keluarga (X1), jumlah pendapatan (X2 dan jumlah anggota keluarga yang bekerja (X4).


(11)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia yang tinggi mengakibatkan pertumbahan jumlah kota metropolitan. Pertumbuhan kota metropolitan yang begitu pesat menjadi unggul dengan segala permasalahannya. Pada dasarnya membangun dan mengembangkan kota-kota kecil yang ada di sekeliling kota besar dapat mengurangi tekanan penduduk serta beban aktivitas perkotaan di kota inti. (Sinulingga, 1999)

Pertumbuhan penduduk di kota-kota metropolitan jika dibandingkan satu sama lain, maka tampak adanya tingkat pertumbuhan yang tidak merata. Keadaan tersebut diduga disebabkan oleh perbedaan daya tarik kota-kota metropolitan terhadap pendatang (migran), karena tingkat pembangunannya, tingkat pendidikan dan tingkat aksesibilitas kota-kota metropolitan itu sendiri terhadap kota inti yaitu suatu kota di mana kota tersebut menjadi pusat kegiatan bagi kota lainnya atau kota sekitarnya.

Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk perkotaan serta meningkatnya tuntutan kebutuhan kehidupan dalam aspek-aspek politik, ekonomi, sosial, budaya dan teknologi telah mengakibatkan kegiatan penduduk perkotaan yang beragam. Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan maupun kegiatannya yang telah mengakibatkan tingginya kebutuhan ruang perkotaan. Oleh karena


(12)

ketersediaan ruang di dalam kota tetap dan terbatas, maka peningkatan kebutuhan ruang untuk tempat tinggal selalu akan mengambil ruang di daerah pinggiran kota. (Yunus, 2000)

Perluasan kawasan perkotaan banyak dijumpai dengan terbentuknya sub-urban dimana bagian dari populasinya tetap bekerja di pusat kota. Perkembangan sub-urban ini biasanya tidak hanya dalam bentuk pemukiman baru melainkan juga disertai jenis-jenis aktivitas lainnya. Penduduk dari kawasan seperti ini yang bekerja di kawasan pusat kota tiap hari harus melakukan perjalanan untuk bekerja. (Filiyanti, 2005)

Salah satu fungsi perkotaan ialah memberikan fasilitas untuk pertukaran barang dan jasa, dari dan antarlokasi kegiatan ekonomi yang tersebar, yang mengakibatkan terjadinya pergerakan barang dan orang. Oleh karena itu, ukuran, bentuk struktur dan efisiensi dari daerah perkotaan dipengaruhi oleh sistem transportasi. Transportasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari tiga subsistem, yaitu sistem aktivitas, sistem pergerakan dan sistem jaringan. Sistem aktivitas di dalam kota terdiri dari berbagai aktivitas seperti: industri, perumahan, perdagangan, jasa, dan lain-lain. Aktivitas tersebut berlokasi pada sebidang lahan dan saling berintraksi satu sama lain membentuk tata guna lahan. Interaksi tersebut mengakibatkan timbulnya pergerakan manusia antar tata guna lahan. (Tamin, 2000)

Perjalanan terjadi karena orang melakukan aktifitas di tempat yang berbeda dengan daerah tempat mereka tinggal. Artinya keterkaitan antarwilayah ruang sangat berperan dalam menciptakan perjalanan. Menurut Tamin (1997) pola perjalanan dibagi dua yaitu perjalanan tidak – spasial dan perjalanan spasial.


(13)

Konsep mengenai ciri perjalanan tidak – spasial (tanpa batas ruang) di dalam kota, misalnya mengenai mengapa orang melakukan perjalanan, kapan orang melakukan perjalanan, dan jenis angkutan yang mereka gunakan. Sedangkan konsep mengenai ciri perjalanan spasial (dengan batas ruang) di dalam kota berkaitan dengan distribusi spasial tata guna lahan yang terdapat di dalam suatu wilayah. Dalam hal ini, konsep dasarnya adalah bahwa suatu perjalanan dilakukan untuk melakukan kegiatan tertentu di lokasi yang dituju, dan lokasi tersebut ditentukan oleh tata guna lahan kota tersebut.

Kota Medan sebagai ibukota provinsi tingkat I Sumatera Utara merupakan salah satu kota metropolitan yang memiliki kecenderungan seperti kota-kota besar lainnya. Kota Medan terlibat dengan konsep pengembangan kota metropolitanisasidengan kota dan kabupaten yang ada di sekitarnya yang dikenal dengan sebutan mebidang (Medan, Binjai, Deli Serdang). Kota Medan menjadi kota inti sedangkan kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang merupakan kota satelit. Oleh karena itu, Kota Medan sebagai kota inti secara fungsional mempunyai hubungan ruang yang kuat dengan wilayah sekitarnya (daerah pinggiran).

Kecenderungan yang terjadi di Kota Medan adalah adanya pola perjalanan yang memusat, khususnya perjalanan dari rumah menuju ke daerah perkantoran dan pusat pelayanan jasa. Hal ini disebabkan perkembangan yang sangat pesat pada pusat kegiatan komersial di tengah kota sementara pada waktu yang bersamaan kawasan – kawasan pemukiman baru yang berkembang di “daerah baru” tidak mendapatkan pelayanan yang memadai.


(14)

Jika ditinjau lebih jauh lagi akan dijumpai kenyataan bahwa lebih dari 90% perjalanan berbasis tempat tinggal, artinya mereka memulai perjalanannya dari tempat tinggal (rumah) dan mengakhiri perjalanannya kembali ke rumah. Oleh karena itu jarak antara tempat tinggal dengan tempat bekerja atau sekolah akan sangat menentukan karakteristik pola pergerakan penduduk. Semakin jauh tempat tinggal dengan tempat aktifitas sehari – hari maka akan semakin menambah beban lalulintas di jalan akibat adanya akumulasi lalulintas yang menuju ke pusat kota. Hal inilah yang menyebabkan gangguan pelayanan transportasi antara lain dengan timbulnya kemacetan di beberapa ruas jalan akses.

Daerah pinggiran kota adalah suatu daerah yang juga dikenal sebagai daerah “urban fringer” atau daerah “peri urban” atau nama lain yang muncul kemudian merupakan daerah yang memerlukan perhatian yang serius karena begitu pentingnya daerah tersebut terhadap peri kehidupan penduduk baik desa maupun kota di masa yang akan datang.

Wilayah peri urban (WPU) merupakan wilayah yang terletak di antara dua wilayah yang sangat berbeda kondisi lingkungannya, yaitu antara antara wilayah yang mempunyai kenampakan kekotaan di satu sisi dan wilayah yang mempunyai kenampakan kedesaan di sisi yang lain. Oleh karena wilayah kota dan desa mempunyai dimensi kehidupan yang sedemikian kompleks yang pada umumnya menunjukkan atribut yang saling berbeda, maka di daerah antara ini kemudian muncul atribut khusus yang merupakan hibrida dari keduanya. (Yunus, 2008).

Secara ilmiah penentuan batasan kawasan peri urban ini sangat sulit, namun menurut McGee (dalam Yunus, 2008) mengemukakan bahwa batas terluar dari kawasan peri urban ini adalah tempat dimana orang masih mau menglaju


(15)

untuk bekerja/melakukan kegiatan ke kota

Sunggal merupakan daerah pemukiman yang sedang berkembang dan dekat dengan kelompok lokasi kota inti. Hal ini tampak dari data bahwa jumlah lahan pertanian dari tahun 2007-2009 mengalami penurunan yaitu dari jumlah lahan total sebesar 3289 Ha turun menjadi 2717 Ha atau mengalami penurunan sebesar 9,52%. Sedangkan lahan pemukiman mengalami peningkatan dari tahun 2007-2009 yaitu dari jumlah pemukiman sebesar 54066 meningkat menjadi 58763 atau mengalami peningkatan sebesar 4,16%. Hal ini berarti terjadi pergeseran pusat-pusat pemukiman, yaitu sebagian penduduk dari lokasi kota inti pindah bermukim ke daerah pemukiman baru yang sedang berkembang. Ini merupakan Migrasi desa-kota yang dapat membawa dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya ialah bahwa migrasi akan mendorong ke arah modernisasi serta memperbaiki kehidupan para migran. Sedangkan dampak negatifnya munculnya problem perumahan dan kemacetan lalu lintas karena terbatasnya sarana dan prasarana. (Koestoer, 1996)

. Sebagai contoh ini terjadi di daearah administratif Jogjakarta. Pagi hari orang akan melakukan perjalanan dari kawasan pedesaan ke kawasan perkotaan, dan sebaliknya di sore hari, orang akan melakukan perjalanan pulang dari kawasan perkotaan ke kawasan pedesaaan. Dengan demikian dari waktu ke waktu kawasan peri urban ini akan semakin meluas baik ditinjau dari segi fisikal morfologis maupun dari segi sosial ekonomi. Hal ini terjadi juga pada kawasan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui semakin meningkatnya jumlah penduduk yang melakukan perjalanan menuju Kota Medan.


(16)

Dengan demikian penelitian ini nantinya akan diketahui pola perjalanan penduduk yang berasal dari Sunggal.

I.2 Identifikasi Permasalahan

Adanya konversi atau perubahan tata guna lahan lahan yaitu pertanian menjadi non-pertanian di kawasan peri urban mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap struktur sosial penduduk. Hal ini dapat dilihat dari ciri penduduk dalam hal mata pencaharian berubah dari sektor primer yaitu sektor pertanian (petani) menjadi sektor tersier yaitu sektor jasa (PNS, guru, dll). Diduga orang yang bekerja pada sektor jasa tersebut merupakan orang yang tinggal di kawasan peri urban namun bekerja ke kota. Akibatnya perjalanan penduduk di kawasan tersebut mengalami perubahan pola pergerakan. Pola pergerakan ini meliputi tujuan pergerakan, waktu & intensitas perjalanan, jenis kegiatan dan pemilihan moda. Sehingga apabila keadaan tersebut terjadi, maka jumlah bangkitan bertambah dan arus lalu lintas akan meningkat pada jam-jam sibuk (peak hour). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suriono (2006), diketahui bahwa telah terjadi perjalanan bersifat komuter dari Deli Serdang ke Kota Medan sebanyak 240.595 orang per hari atau sebanyak 23.081 orang per hari dari Sunggal ke Kota Medan, yang diprediksi akan terus meningkat pada setiap jenjang waktu. Hal ini mengakibatkan terjadinya kemacetan di beberapa ruas jalan yang menghubungkan wilayah pinggiran dengan pusat Kota Medan. Maka permasalahan pokok yang akan dijadikan bahan pembahasan dalam studi ini adalah “Bagaimanakah pola perjalanan penduduk kawasan peri urban tersebut? “.


(17)

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisa karakteristik perjalanan pada Kecamatan Sunggal.

2. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitan pergerakan dan Mendapatkan model bangkitan perjalanan pada Kecamatan Sunggal.

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Agar dapat digunakan untuk memprediksi jumlah perjalanan yang terjadi untuk masa yang akan datang sehingga dapat memudahkan bagi pembuat kebijakan untuk mengatur arus lalu lintas.

2. Berguna sebagai informasi tentang rencana dan proyeksi pengembangan kota. 3. Dapat memberikan informasi yang berguna bagi kepentingan pengembangan

perencanaan transportasi seperti perencanaan angkutan umum.

I.5 Keaslian Penelitian

Penelitian seperti ini sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh beberapa orang. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan antara lain :

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Denny Kumara yang berjudul ”Analisa Karakteristik Bangkitan dan Pola Perjalanan Penduduk Perumahan Pinggiran Kota” dengan menggunakan metode analisa regresi linier berganda menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap produksi perjalanan adalah jumlah kepala keluarga, jumlah penduduk usia ≥ 7 tahun, jumlah orang yang bekerja atau sekolah, dan jumlah kepemilikan sepeda motor. Sedangkan


(18)

faktor kepemilikan mobil dan tingkat pendapatan tidak berpengaruh terhadap jumlah perjalanan yang terjadi.

2. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh M.Efrizal Lubis yang berjudul ”Penetapan Model Bangkitan Pergerakan untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota Pematang Siantar” dengan menggunakan metode analisa regresi linier berganda menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap produksi perjalanan adalah jumlah anggota keluarga, jumlah kepemilikan mobil, jumlah kepemilikan sepeda motor dan jumlah orang yang sekolah.

I.6 Hipotesa

H0 : jumlah anggota keluarga, jumlah pendapatan keluarga, kepemilikan

kenderaan, jumlah anggota keluarga yang bekerja, jumlah anggota keluarga yang sekolah secara simultan berpengaruh terhadap bangkitan perjalanan.

I.7 Pembatasan Masalah

Dengan mempertimbangkan luasnya kajian yang dapat diambil dalam penelitian dan karena keterbatasan pada pelaksanaan penelitian maka digunakan batasan sebagai berikut :

1. Penelitian hanya dilakukan di kawasan Kecamatan Sunggal.

2. Metode analisa adalah regresi linier berganda berbasis rumah tangga, hanya memperhitungkan pergerakan yang meninggalkan kawasan.

3. Penelitian ini menganalisa bangkitan perjalanan yang berbasiskan rumah (home based trip) dimana awal pergerakan diawali dari rumah.


(19)

4. Dalam penelitian ini variabel – variabel yang digunakan untuk kepentingan analisa yaitu berupa karakteristik rumah tangga yaitu jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan kepemilikan kendaraan dan karakteristik bangkitan pergerakan yaitu tujuan perjalanan, moda yang digunakan, intensitas dan waktu melakukan perjalanan.

I.8 Metodologi Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, sebagai pencapaian tujuan dalam tugas akhir ini, sesuai dengan judul maka penelitian dilakukan dengan menggunakan analisa regresi linier berganda dengan memperhatikan nilai korelasi. Penelitian ini terlebih dahulu menentukan sampel dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling(Sampel Acak Berstrata).

Adapun yang diteliti adalah jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang bekerja dan sekolah, tingkat pendidikan, total pendapatan perkeluarga perbulan, kepemilikan kendaraan terhadap produksi perjalanan atau bangkitan rata – rata perkeluarga perhari yang mereka lakukan. jumlah anggota keluarga, jumlah anggota keluarga yang bekerja dan sekolah, tingkat pendidikan, total pendapatan perkeluarga perbulan, kepemilikan kendaraan sebagai variabel bebas dan produksi perjalanan sebagai variabel terikat.

Terdapat 2 (dua) macam cara untuk mendapatkan data – data ataupun bahan – bahan yang berhubungan dengan studi yang akan dibahas, antara lain: b. Studi Literature

Studi literature dimaksudkan untuk mendapatkan teori – teori yang berhubungan dengan studi ini. Dari teori – teori ini nantinya dikembangkan


(20)

kerangka – kerangka teoritis dan konsepsional yang berhubungan dengan studi ini. Dan dari studi literature ini pula dilakukan teknik dan cara melakukan studi penelitian.

c. Studi Lapangan

Studi lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data lapangan yang berhubungan dengan pola perjalanan penduduk. Dari data – data lapangan ini nantinya didapatkan hasil – hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan seperti yang tercantum dalam Tugas Akhir ini. Pengambilan data dalam penelitian ini digunakan 2 (dua) data sumber, yaitu:

1) Data Primer, merupakan data yang langsung diperoleh dari lapangan, yang dilakukan dengan cara survey dan pemberian kuesioner kepada responden yang berada di Sunggal.

2) Data Sekunder, berupa pengumpulan data dari instansi pemerintah maupun instansi terkait. Hasil yang diharapkan berupa uraian, data angka, atau peta mengenai keadaan wilayah, keadaan kota dan desa disekitarnya. Selain itu juga dapat diperoleh dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.

I.8 Sistematika penulisan

Untuk mencapai tujuan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan. Metode dan prosedur pelaksanaannya secara garis besar adalah sebagai berikut :


(21)

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, manfaat dan tujuan, metodologi dan sistematika penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini meliputi pengambilan teori-teori dari beberapa sumber bacaan yang mendukung analisis permasalahan yang berkaitan dengan tugas akhir ini.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan membahas tentang langkah-langkah kerja yang akan dilakukan dengan cara memperoleh data yang relevan dengan penelitian ini.

BAB IV. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :

1. Data primer, yaitu data-data lapangan yang berhubungan langsung dari hasil survei yang dilakukan di lapangan.

2. Data sekunder, yaitu data-data lapangan yang bersumber dari instansi yang terkait dan teori-teori yang diperoleh melalui buku-buku literatur.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan logis berdasarkan analisis data, temuan dan bukti yang disajikan sebelumnya, yang menjadi dasar untuk menyusun suatu saran sebagai suatu usulan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Karakteristik Pola Pergerakan

Pergerakan terbentuk akibat adanya aktifitas yang dilakukan bukan di tempat tinggalnya. Artinya keterkaitan antar wilayah ruang sangatlah berperan dalam menciptakan perjalanan dan pola sebaran tata guna lahan sangat mempengaruhi pola perjalanan orang (Tamin, 1997). Kamus umum bahasa Indonesia mendefenisikan perilaku sebagai kelakuan, tabiat, tingkah laku, sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan. Dalam konteks kolektif perilaku diartikan sebagai kegiatan orang secara bersama-sama dengan cara tertentu dan mengikuti pola tertentu pula. Jadi perilaku perjalanan dapat diartikan tingkah laku manusia dalam melakukan perjalanan ke tempat tujuannya.

Menurut Tamin (1997) pola pergerakan di bagi dua yaitu pergerakan tidak spasial dan pergerakan spasial. Konsep mengenai pergerakan tidak spasial (tanpa batas ruang) di dalam kota, misalnya mengenai mengapa orang melakukan pergerakan, kapan orang melakukan pergerakan, dan jenis angkutan apa yang digunakan.


(23)

1. Sebab Terjadinya pergerakan

Sebab terjadinya pergerakan dapat dikelompokan berdasarkan maksud perjalanan biasanya maksud perjalanan dikelompokkan sesuai dengan ciri dasarnya yaitu berkaitan dengan ekonomi, sosial budaya, pendidikan, agama. Kenyataan bahwa lebih dari 90 % perjalanan berbasis tempat tinggal, artinya mereka memulai perjalanan dari tempat tinggal (rumah) dan mengakhiri perjalanan kembali ke rumah.

2. Waktu Terjadinya pergerakan

Waktu terjadi pergerakan sangat tergantung pada kapan seseorang melakukan aktifitasnya sehari-hari. Dengan demikian waktu pergerakan sangat tergantung pada maksud perjalanannya.

3. Jenis Sarana Angkutan Yang Digunakan

Selain berjalan kaki, dalam melakukan perjalanan orang biasanya dihadapkan pada pilihan jenis angkutan seperti sepeda motor, mobil dan angkutan umum. Dalam menentukan pilihan jenis angkutan, orang memepertimbangkan berbagai faktor, yaitu maksud perjalanan, jarak tempuh, biaya, dan tingkat kenyamanan.

Sedangkan konsep mengenai ciri pergerakan spasial (dengan batas ruang) di dalam kota berkaitan dengan distribusi spasial tata guna lahan yang terdapat di dalam suatu wilayah. Dalam hal ini, konsep dasarnya adalah bahwa suatu perjalanan dilakukan untuk melakukan kegiatan tertentu di lokasi yang dituju, dan lokasi tersebut ditentukan oleh tata guna lahan kota tersebut. pergerakan spasial dibedakan menjadi pola perjalanan orang dan perjalanan barang.


(24)

a. Pola perjalanan orang

Dalam hal ini pola penyebaran spasial yang sangat berperan adalah sebaran spasial dari daerah industri, perkantoran dan pemukiman. Pola sebaran spasial dari ketiga jenis tata guna lahan ini sangat berperan dalam menentukan pola perjalanan orang, terutama perjalanan dengan maksud bekerja. Tentu saja sebaran spasial untuk pertokoan dan areal pendidikan juga berperan.

b. Pola perjalanan barang

Pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh aktifitas produksi dan konsumsi, yang sangat tergantung pada sebaran pola tata guna lahan pemukiman (konsumsi), serta industri dan pertanian (produksi). Selain itu pola perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh rantai distribusi yang menghubungkan pusat produksi ke daerah konsumsi.

II.2 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan

Bangkitan Pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan atau jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan adalah jumlah perjalanan yang terjadi dalam satuan waktu pada suatu zona tata guna lahan (Hobbs, 1995).

Waktu perjalanan bergantung pada kegiatan kota, karena penyebab perjalanan adalah adanya kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan dan mengangkut barang kebutuhannya. Setiap suatu kegiatan pergerakan mempunyai zona asal dan tujuan, dimana asal merupakan zona yang menghasilkan perilaku


(25)

pergerakan, sedangkan tujuan adalah zona yang menarik pelaku melakukan kegiatan. Jadi terdapat dua pembangkit pergerakan, yaitu :

1. Trip Production adalah jumlah perjalanan yang dihasilkan suatu zona 2. Trip Attraction adalah jumlah perjalanan yang ditarik oleh suatu zona Trip production dan trip attraction dapat dilihat pada Gambar II.1 berikut ini:

Trip Production Trip Attraction Gambar II.1 Trip Production Dan Trip Attraction

Trip production digunakan untuk menyatakan suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai asal dan/atau tujuan adalah rumah atau pergerakan yang dibangkitkan oleh pergerakan berbasis bukan rumah. Trip attraction digunakan untuk menyatakan suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat asal dan/atau tujuan bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan rumah (Tamin, 1997), seperti terlihat pada Gambar II.2 berikut ini:

bangkitan bangkitan tarikan tarikan

bangkitan bangkitan tarikan tarikan

Gambar II.2 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan RUMAH

TEMPAT BELANJA TEMPAT KERJA


(26)

Bangkitan dan tarikan pergerakan digunakan untuk menyatakan bangkitan pergerakan pada masa sekarang, yang akan digunakan untuk meramalkan pergerakan pada masa mendatang. Bangkitan pergerakan ini berhubungan dengan penentuan jumlah keseluruhan yang dibangkitkan oleh sebuah kawasan. Parameter tujuan perjalanan yang berpengaruh di dalam produksi perjalanan (Levinson, 1976), adalah:

1. Tempat bekerja 2. Kawasan perbelanjaan 3. Kawasan pendidikan 4. Kawasan usaha (bisnis) 5. Kawasan hiburan (rekreasi)

Dalam model konvensional dari bangkitan perjalanan yang berasal dari kawasan perumahan terdapat asumsi bahwa kecenderungan masyarakat dari kawasan tersebut untuk melakukan perjalanan berkaitan dengan karakteristik status sosial–ekonomi dari masyarakatnya dan lingkungan sekitarnya yang terjabarkan dalam beberapa variabel, seperti: kepemilikan kendaraan, jumlah anggota keluarga, jumlah penduduk dewasa dan tipe dari struktur rumah.

Menurut Warpani (1990), beberapa penentu bangkitan perjalanan yang dapat diterapkan di Indonesia:

a. Penghasilan keluarga

b. jumlah kepemilikan kenderaan c. Jarak dari pusat kegiatan kota d. Moda perjalanan


(27)

f . Saat/waktu

Dalam sistem perencanaan transportasi terdapat empat langkah yang saling terkait satu dengan yang lain (Tamin, 1997), yaitu:

1. Bangkitan pergerakan 2. Distribusi perjalanan 3. Pemilihan moda 4. Pembebanan jaringan

Untuk lingkup penelitian ini tidak semuanya akan diteliti, tetapi hanya pada lingkup bangkitan pergerakan.

II.3 Konsep Pemodelan Bangkitan Pergerakan

Model dapat didefenisikan sebagai alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk mencerminkan dan menyederhanakan suatu realita (dunia sebenarnya) secara terukur (Tamin, 1997), termasuk diantaranya:

1. Model fisik

2. Peta dan diagram (grafis)

3. Model statistika dan matematika (persamaan)

Semua model tersebut merupakan penyederhanaan realita untuk tujuan tertentu, seperti memberikan penjelasan, pengertian, serta peramalan. Pemodelan transportasi hanya merupakan salah satu unsur dalam perencanaan transportasi. Lembaga, pengambil keputusan, masyarakat, administrator, peraturan dan penegak hukum adalah beberapa unsur lainnya.

Model merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya dan model dapat memberikan petunjuk dalam perencanaan transportasi. Karakteristik sistem


(28)

transportasi untuk daerah-daerah terpilih seperti CBD sering dianalisis dengan model. Model memungkinkan untuk mendapatkan penilaian yang cepat terhadap alternatif-alternatif transportasi dalam suatu daerah (Morlok, 1991).

Model dapat digunakan untuk mencerminkan hubungan antara sistem tata guna lahan dengan sistem prasarana transportasi dengan menggunakan beberapa seri fungsi atau persamaan (model matematik). Model tersebut dapat menerangkan cara kerja sistem dan hubungan keterkaitan antar sistem secara terukur. Salah satu alasan penggunaan model matematik untuk mencerminkan sistem tersebut adalah karena matematik adalah bahasa yang jauh lebih tepat dibandingkan dengan bahasa verbal. Ketepatan yang didapat dari penggantian kata dengan simbol sering menghasilkan penjelasan yang jauh lebih baik dari pada penjelasan dengan bahasa verbal (Black, 1981).

Tahapan pemodelan bangkitan pergerakan bertujuan meramalkan jumlah pergerakan pada setiap zona asal dengan menggunakan data rinci mengenai tingkat bangkitan pergerakan, atribut sosial-ekonomi, serta tata guna lahan.

II.3.1 Konsep Metode Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam pemodelan bangkitan pergerakan, metode analisis regresi linear berganda (Multiple Linear Regression Analysis) yang paling sering digunakan baik dengan data zona (agregat) dan data rumah tangga atau individu (tidak agregat).

Metode analisis regresi linear berganda digunakan untuk menghasilkan hubungan dalam bentuk numerik dan untuk melihat bagaimana variabel saling


(29)

berkait. Ada beberapa asumsi statistik harus dipertimbangkan dalam menggunakan metode analisis regresi linear berganda, sebagai berikut:

1. Variabel terikat (Y) merupakan fungsi linear dari variabel bebas (X). 2. Variabel, terutama variabel bebas adalah tetap atau telah diukur tanpa galat. 3. Tidak ada korelasi antara variabel bebas.

4. Variansi dari variabel terikat terhadap garis regresi adalah sama untuk nilai semua variabel terikat.

5. Nilai variabel terikat harus tersebar normal atau minimal mendekati normal. Sebagian besar studi tentang bangkitan pergerakan yang berbasis rumah tangga menunjukkan bahwa variabel-variabel penting yang berkaitan dengan produksi perjalanan seperti perjalanan ketempat kerja, sekolah dan perdagangan (Tamin, 1997), yaitu:

1. Pendapatan rumah tangga 2. Kepemilikan kendaraan 3. Struktur rumah tangga 4. Ukuran rumah tangga 5. Nilai lahan

6. Kepadatan daerah pemukiman 7. Aksesibilitas

Empat faktor pertama (pendapatan, kepemilikan, struktur dan ukuran rumah tangga) telah digunakan pada beberapa kajian bangkitan pergerakan, sedangkan nilai lahan, kepadatan daerah pemukiman, dan aksesibilitas hanya sering dipakai untuk kajian mengenai zona.


(30)

Ada beberapa tahapan dalam pemodelan dengan metode analisis regresi linear berganda (Algifari, 2000), adalah sebagai berikut :

a. Tahap pertama adalah analisis bivariat, yaitu analisis uji korelasi untuk melihat hubungan antar variabel yaitu variabel terikat dengan variabel bebas. Variabel bebas harus mempunyai korelasi tinggi terhadap variabel terikat dan sesama variabel bebas tidak boleh saling berkorelasi. Apabila terdapat korelasi diantara variabel bebas, pilih salah satu yang mempunyai nilai korelasi yang terbesar utuk mewakili.

b. Tahap kedua adalah analisis multivariat, yaitu analisis untuk mendapatkan model yang paling sesuai (fit) menggambarkan pengaruh satu atau beberapa variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dapat digunakan analisis regresi linear berganda.

Analisis regresi linear berganda yaitu suatu cara yang dimungkinkan untuk melakukan beberapa proses iterasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pada langkah awal adalah memilih variabel bebas yang mempunyai korelasi yang besar dengan variabel terikatnya.

2. Pada langkah berikutnya menyeleksi variabel bebas yang saling berkorelasi, jika ada antara variabel bebas memiliki korelasi besar maka untuk ini dipilih salah satu, dengan kata lain korelasi harus kecil antara sesama variabel bebas.

3. Pada tahap akhir memasukkan variabel bebas dan variabel terikat ke dalam persamaan model regresi linear berganda:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 …….. + bn Xn Dimana:


(31)

Y = variabel terikat (jumlah produksi perjalanan), terdiri dari: a = konstanta (angka yang akan dicari)

b1,b2….bn = koefisien regresi (angka yang akan dicari) X1, X2 … Xn = variabel bebas (faktor-faktor berpengaruh)

II.3.2 Konsep Metode Analisis Kategori

Metode ini didasarkan pada adanya keterkaitan antara terjadinya pergerakan dengan atribut rumah tangga. Asumsi dasarnya adalah tingkat bangkitan pergerakan dapat dikatakan stabil dalam waktu untuk setiap strafikasi rumah tangga tertentu. Metode analisis kategori sering digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antar berbagai variabel yang berpengaruh terhadap aspek penentuan tujuan. Variabel yang biasa digunakan dalam analisis kategori adalah ukuran keluarga (jumlah orang), pemilikan kendaraan, dan pendapatan keluarga. Kategori ditetapkan menjadi tiga dan kemudian rata-rata tingkat bangkitan pergerakan (dari data empiris) dibebankan untuk setiap kategori. Kategori ini kemudian digunakan untuk menetukan sifat ketergantungan antar variabel. Secara matematis hubungan tersebut seperti dibawah ini :

=

= n

c c c

i T H

P 1

keterangan : Pi

T

= perkiraan jumlah trip yang dihasilkan oleh zona I

c

H

= rata – rata bangkitan lalu lintas per keluarga dalam kategori c


(32)

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linear berganda dengan alasan, yaitu:

1. Analisis kategori mempunyai lebih sedikit batasan dibandingkan dengan analisis regresi linear, misalnya analisis kategori tidak mengasumsikan adanya hubungan linear.

2. Pada analisis kategori tidak ada uji statistik untuk menguji keabsahan model, sedangkan analisis regresi linear dilakukan uji statistik.

II.4 Klasifikasi Pergerakan

Menurut Ofyar Z Tamin (1997), dalam perencanaan transportasi ada tiga klasifikasi pergerakan yang perlu diketahui antara lain berdasarkan tujuan pergerakan, waktu, dan jenis orang.

II.4.1 Berdasarkan Tujuan Pergerakan

Pada prakteknya, sering dijumpai bahwa model bangkitan pergerakan yang lebih baik bisa didapatkan dengan memodel secara terpisah pergerakan yang mempunyai tujuan berbeda. Dalam kasus pergerakan berbasis rumah, lima kategori yang sering digunakan adalah:

1. Pergerakan ke tempat kerja

2. Pergerakan ke sekolah atau universitas (pergerakan dengan tujuan pendidikan) 3. Pergerakan ketempat belanja

4. Pergerakan untuk kepentingan sosial dan rekreasi, dan 5. Lain-lain


(33)

II.4.2 Berdasarkan Waktu

Pergerakan dikelompokan menjadi pergerakan pada jam sibuk dan pada jam tidak sibuk. Proporsi pergerakan yang dilakukan oleh setiap tujuan pergerakan sangat berfluktuatif atau bervariasi sepanjang hari. Kebanyakan pergerakan pada jam sibuk pagi merupakan pergerakan utama yang dilakukan setiap hari (untuk bekerja dan pendidikan) yang tidak terjadi pada jam sibuk.

II.4.3 Berdasarkan Jenis Orang

Perilaku pergerakan individu sangat di pengaruhi oleh atribut sosial ekonomi, atribut yang dimaksud adalah :

1. Tingkat pendapatan, biasanya terdapat tiga tingkat pendapatan di Indonesia tinggi, menengah, dan rendah.

2. Tingkat pemilikan kendaraan. 3. Ukuran dan struktur rumah tangga.

II.5 Tata Guna Lahan dan Transportasi

Sistem transportasi perkotaan terdiri dari berbagai aktivitas seperti bekerja, sekolah, olahraga, belanja, dan bertamu yang berlangsung di atas sebidang tanah (kantor, pabrik, pertokoan, rumah, dan lain-lain). Potongan lahan ini biasa disebut tata guna lahan. Setiap tata guna lahan mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan membangkitkan pergerakan dan akan menarik pergerakan dalam proses pemenuhan kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan perjalanan di antara tata guna lahan tersebut dengan menggunakan jaringan transportasi. Hal ini merupakan pendekatan sistem transportasi mikro yang


(34)

menghubungkan antara sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan. Sebaran geografis antara tata guna lahan (sistem kegiatan) serta kapasitas dan lokasi dari fasilitas transportasi (sistem jaringan) digabungkan untuk mendapatkan arus dan pola pergerakan lalulintas di daerah perkotaan (sistem pergerakan).

Sumber : Tamin (1997)

Gambar II.3 Sistem Transportasi Mikro

Hubungan dasar antara sistem kegiatan, sistem jaringan, dan sistem pergerakan dapat disatukan dalam beberapa urutan tahapan, yang biasanya dilakukan secara berurutan sebagai berikut :

1. Aksesibilitas

Aksesibilitas adalah suatu kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain melalui sistem jaringan transportasi. Tahapan ini digunakan untuk mengalokasikan masalah yang terdapat dalam sistem transportasi dan mengevaluasi pemecahan alternatif.

2. Bangkitan pergerakan

Bangkitan pergerakan adalah banyaknya lalu lintas yang ditimbulkan oleh suatu zona atau daerah persatuan waktu. Tahapan ini merupakan

Sistem Kegiatan Sistem Jaringa n


(35)

pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona.

3. Sebaran pergerakan

Tahapan yang menghubungkan interaksi antara tata guna lahan, jaringan transportasi, dan arus lalu lintas. Lalu lintas yang dibangkitkan oleh suatu daerah atau zona akan disalurkan ke seluruh zona lain, dan ini dikenal sebagai lalu lintas antar zona atau sebaran pergerakan. Tujuan utama tahapan sebaran pergerakan adalah untuk mendapatkan gambaran bagaimana seluruh pergerakan yang berasal dari zona asal akan terbagi ke semua zona tujuan. Setelah sebaran pergerakan di ketahui, dapat diambil langkah-langkah kebijakan untuk mempengaruhi atau mengubah sebaran yang tidak dikehendaki. Atau merancang jaringan jalan guna menampung volume lalu lintas taksiran tersebut.

4. Pemilihan moda

Pemilihan moda digunakan untuk mengetahui bagaimana pelaku perjalanan memilih moda yang akan digunakan, dengan kata lain pemilihan moda dapat didefinisikan sebagai pembagian jumlah perjalanan ke dalam cara atau moda perjalanan yang berbeda-beda. Tahapan ini dapat menentukan faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi untuk perjalanan tertentu.


(36)

5. Pemilihan rute

Tahapan ini berguna untuk mempelajari penyaluran pergerakan kendaraan pada jaringan jalan yang ada atau pembebanan jaringan jalan dengan dengan lalu lintas antar zona yang kemungkinan lintas lebih dari satu. Dengan tahapan ini dapat dicari agar beban lalu lintas yang di pikul oleh jaringan jalan menjadi seimbang, sehingga semua kapasitas jalan akan tercapai secara optimal. Hal ini juga dapat menentukan faktor yang mempengaruhi pemilihan rute dari setiap zona asal dan ke setiap zona tujuan.

II.6 Permasalahan Transportasi

Hampir setiap orang menghendaki dapat bergerak dengan nyaman, aman, cepat, dan mudah. Menurut Warpani (1990), permasalahan transportasi tidak terlepas dari hal-hal berikut:

1. Tata Guna Lahan

Menyatakan bahwa tata guna lahan sangat terkait dengan jumlah bangkitan perjalanan, sehingga untuk mempelajari bangkitan perjalanan kita perlu terlebih dahulu mengetahui tataguna lahan daerah yang akan di teliti. Guna lahan menunjukan kegiatan perkotaan yang menempati petak yang bersangkutan. Setiap petak dapat dicirikan dengan tiga ukuran dasar, yaitu jenis kegiatan,intensitas penggunaan dan hubungan antar guna lahan.

2. Penduduk

Penduduk termasuk segi utama dalam perencanaan transportasi. Dalam seluruh lingkup perencanaan, penduduk tidak dapat diabaikan. Pelaku pergerakan


(37)

utama di jalan adalah manusia, karena itulah pengetahuan akan tingkah laku dan perkembangan penduduk merupakan bagian pokok dalam proses perencanaan transportasi.

3. Ciri sosial ekonomi

Aktivitas manusia sering kali di pengaruhi oleh keadaan social ekonominya sehingga pergerakan manusiapun dipengaruhi social ekonomi. Pekerjaan, penghasilan dan pemilikan kendaraan seseorang akan mempengaruhi jumlah perjalanan yang dilakukan, jalur perjalanan yang digunakan, waktu perjalanan,dan kendaraan yang digunakan

II.7 Perencanaan transportasi

Menurut Warpani (1990) Perencanaan transportasi adalah suatu proses yang tujuannya mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan manusia dan barang bergerak atau pindah tepat dengan aman dan murah. Pada dasarnya perencanaan transportasi adalah meramalkan kebutuhan transportasi di masa depan dikaitkan dengan masalah ekonomi,sosial, dan aspek fisik lingkungan. Perencanaan transportasi merupakan suatu proses yang dinamis, dan tanggap terhadap perubahan tata guna tanah, keadaan ekonomi, dan pola lalu lintas. Menurut Warpani (1990) perencanaaan transportasi sangat dibutuhkan sebagai konsekuensi dari:

1. Pertumbuhan

a. Jika di ketahui/diharapkan bahwa penduduk disuatu tempat akan bertambah dan berkembang dengan pesat.


(38)

b. Jika tingkat pendapatan meningkat, karena hal ini mengakibatkan meningkatnya jumlah kendaraan, perumahan, penurunan kepadatan rumah yang berarti peningkatan jumlah rumah.

2. Keadaan lalu lintas

a. Bila kemacetan di jalan akan meningkat

b. Bila sistem pemindahan massa tidak ekonomis lagi, dan dengan demikian perlu koordinasi

3. Perkembangan kota

Bila pemerintah kota menghendaki mempengaruhi perkembangan kota dengan perencanaan transportasi.

II.8 Migrasi

Pertumbuhan penduduk kota secara umum dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu pertumbuhan alamiah dan migrasi. Pertumbuhan alamiah adalah pertumbuhan akibat kelahiran dikurangi kematian, sedangkan pertumbuhan migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain dengan tujuan tertentu, seperti faktor sosial, ekonomi maupun politik. Dalam penelitian ini kajian terhadap fenomena pertumbuhan penduduk lebih disoroti dari aspek migrasi. Migrasi terdiri dari dua jenis, yaitu migrasi permanen dan migrasi sementara. Migrasi permanen adalah perpindahan penduduk yang berakhir pada menetapnya migran pada tujuannya, sedangkan migrasi sementara adalah perpindahan penduduk yang tidak menetap pada tujuan migran, tetapi kembali ke tempat semula. (Sinulingga, 1999)


(39)

Interaksi antara aspek-aspek psikologis keruangan akan menimbulkan akibat yang lain yaitu perpindahan orang-orang dari kota yang berfasilitas lengkap tetapi padat ke kota pinggiran yang mulai mengembangkan fasilitas-fasilitasnya. Migrasi yang seperti ini disebut migrasi dalam kota atau kadang-kadang disebut pergerakan bermukim. Fenomena ini dapat menjelaskan berkurangnya jumlah penduduk dari kota yang lebih padat penduduknya dan berkembangnya kota-kota yang relative belum padat termasuk kota-kota di pinggiran kota.

II.9 Kawasan Kota

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Depdikbud (1990) mengatakan maparkan bahwa kota adlah lingkungan yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyarakat. Dapat pula berarti sebagai daerah yang merupakan pusat kegiatan pemerintah, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Metropolitan adalah suatu kawasan yang menjadi pusat kegiatan baik pemerintah maupun industri dan perdagangan. Sedangkan pengertian kota metropolitan itu sendiri adalah kota besar yang mempunyai pengaruh kuat terhadap daerah sekelilingnya, dengan adanya kota satelit dan kota-kota pinggiran.

Berbagai kawasan mencoba memberikan batasan dan defenisi tentang kota namun dalam upaya merumuskan defenisi dan pengertian kota tidaklah mudah, para ahli mempunyai berbagai pandangan dan pendapat dengan alasan masing-masing. Rahardjo Adisasmita (2010) dalam Daldjoeni (1998) memaparkan defenisi kota dari berbagai pandangan para ahli:


(40)

1. Meyer melihat kota sebagai tempat bermukim bagi penduduknya, dan yang penting bukan terdiri dari rumah tinggal, jalan raya, rumah ibadah, taman dan sebagainya, meliputi pulapenduduk dan berbagai kegiatannya 2. Mumford memandang kota sebagai suatu tempat pertemuan yang kiblat

keluar. Malah sebelum kota menjadi tempat tinggal yang tetap, orangnya ulang-alik dari pedesaan untuk menjumpai secara teratur. Kota dianggap sebagai magnet yang semakin kuat daya tariknya bagi perekonomian maupun keagamaan

3. Max Weber menilai bahwa suatu tempat dikatakan kota, jika penghuninya sebagian besar telah mampu memenuhi kebutuhan lewat pasar setempat. Adapun barang-barangnya di buat setempat pula ditambah dari yang pedesaan, ini dasar kosmopolitan kota yang menjadi dasar hakikat kota 4. Christalleer dengan Central Place Theory-nya menunjukkan fungsi kota

sebagai penyelenggara dan penyedia jasa-jasa bagi daerah sekitarnya, kota sebagai pusat pelayanan. Sejauhmana kota menjadi pusat pelayanan tergantung pada sejauh mana daerah pedesaan sekitarnya memanfaatkan kota

5. With merumuskan kota sebagi wadah permukiman yang besar padat dan permanen dengan penduduk heterogen kedudukan sosialnya, oleh karena itu hubungan sosialantar penghuninya serba longgar, acuh dan relasinya tak pribadi

6. Marx dan Engels memandang kota sebagai perserikatan yang dibentuk guna melindungi hak milik guna memperbanyak produksi unit untuk mempertahankan diri para penduduknya


(41)

7. Harris dan Ullman melihat kota sebagai pusat untuk permukiman, pemanfaatan bumi dan manusia. Manusia disebut unggul dalam mengeksploitasi, buktinya pertumbuhan kota pesat dan mekar terus menerus, buktinya pertumbuhan kota pesat dan mekar terus menerus, tetapi disamping mekar terjadi kemiskinan bagi manusianya, sehingga muncul berbagai masalah sosial

8. Menurut Bintarto: dari segi geografi kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialisme atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya (1983)

Serangkaian defenisi kota yang dikembangkan oleh para ahli dalam Ilham (1990) menyajikan sebagai berikut:

1. Kota secara umum dapat diartikan sebagai tempat konsentrasi penduduk dengan segala aktifitasnya

2. Kota adalah kelompok orang-orang dengan jumlah tertentu hidup dan berpola hubungan rasional, ekonomis dan individualistis

3. Pengertian kota secara struktural, adalah suatu daerah/area atau wilayah yang secara administratif memiliki batas-batas dengan didalamnya terdapat komponen-komponen yang meliputi antara lain penduduk dengan besaran tertentu (population size), sistem ekonomi, sistemsosial, saran maupun infra strukturn yang kesemuanya


(42)

merupakan suatu kelengkapan secara keseluruhan. Pengertian kota secara fungsional adalah sebagai pusat permukiman penduduk, maupun pertumbuhan dalam sistem pengembangan kehidupnan sosio kultural yang luas

4. Dalam buku penerapan pasal 14, 15 UUPA (tenteng Land Use Planning terhadap Pembangunan Nasional) diberikan batasan bahwa kota adalah sebagai pusat-pusat kehidupan masyarakat

5. Menurut P.J.M Nas dengan mengutip pendapat Wirth, kota adalah sutau permukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya karena jumlah penduduknya dan kepadatannya, keadaan daerahnya merupakn tempat tinggal permanen dan sifat heterogen di kota, maka hubungan sosial menjadi longgar, acuh dan tidak pribadi (Impersonal Relation)

6. Pada hakikatnya kota mempunyai dua pengertian:

• Pertama, kota sebagai suatu wadah yang mempunyai batasan administrasi wilyah, seperti kotamadya, kota administratif, sebagaimana telah diatur dalm perundang-undangan

• Kedua, kota adalah sebagai lingkungan perkotaan yang mempunyai ciri non agraris, misalnya Ibukota Kabupaten, Ibukota Provinsi yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan, permukiman dan pusat administrasi pemerintah

Kota sebagai lingkungan kehidupan perkotaan dapat tumbuh dan berkembang melalui dua macam proses yaitu:


(43)

• Proses perubahan yang terjadi dengan sendirinya (proses alamiah)

• Proses perubahan yang dibentuk, diarahkan, dikendalikan melalui proses perencanaan kota

Proses perubahan yang terjadi dengan sendirinya dapat menimbulkan berbagai masalah yang tidak menunjang bagi tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan. Oleh sebab itu, perubahan perlu dibentik secara sadar, diarahkan, dikendalikan melalui proses perencanaan kota. Perencanaan kota mencakup suatu perencanaan kota yang bersifat menyeluruh dan perencanaan yang bersifat sektoral

7. Kota adalah pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan wilayah adminisi yang diatur dalam peraturan perundangan serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan kekotaan. Sedangkan perkotaan, adalah satu kumpulan pusat-pusat permukiman yang berperan didalam suatu wilyah pengembangan dan atau wilayah Nasional sebagai simpul jasa distribusi

II.9 Peri Urban

Peri urban (daerah pinggiran kota) atau yang dikenal urban fringe sebagai suatu wilayah peluberan kegiatan perkembangan kota telah menjadi perhatian banyak ahli di berbagai bidang ilmu seperti geografi, sosial, dan perkotaan sejak tahun 1930 dikemukakan dalam literatur. Menurut Subroto (Yunus, 2008) besarnya perhatian tersebut terutama tertuju pada berbagai permasalahan yang


(44)

diakibatkan oleh proses ekspansi kota ke wilayah pinggiran yang berakibat pada perubahan fisikal misal perubahan tata guna lahan, demografi, keseimbangan ekologis serta kondisi sosial ekonomi.

Pokok persoalan yang terdapat di daerah pinggiran kota pada dasarnya dipicu oleh proses transformasi spasial dan sosial akibat perkembangan daerah urban yang sangat intensif. Dari kecenderungan di atas maka salah satu arah perkembangan kota yang perlu dicermati adalah perkembangan spasial yang berdampak pada perkembangan sosial ekonomi penduduk pinggian kota.

Salah satu isu yang perlu mendapat perhatian adalah menyangkut fenomena daerah pinggiran kota dan proses perubahan spasial dan sosial ekonomi di daerah ini. Daerah pinggiran kota didefinisikan sebagai daerah pinggiran kota yang berada dalam proses transisi dari daerah perdesaan menjadi perkotaan. Sebagai daerah transisi, daerah ini berada dalam tekanan kegiatan-kegiatan perkotaan yang meningkat yang berdampak pada perubahan fisikal termasuk konversi lahan pertanian dan non pertanian dengan berbagai dampaknya.

Perluasan kota dan masuknya penduduk kota ke daerah pinggiran telah banyak mengubah tata guna lahan di daerah pinggiran terutama yang langsung berbatasan dengan kota. Banyak daerah hijau yang telah berubah menjadi permukiman dan bangunan lainnya (Bintarto, 1986). Hal ini menyebabkan terjadinya proses densifikasi permukiman di daerah pinggiran kota.

Sementara itu Bintarto (1989) dalam Subroto (1997) mengemukakan adanya lima wilayah kota dan desa sebagai susunan wilayah-wilayah interaksi konsentrik, yaitu:


(45)

2. Sub Urban atau Faubourrgh, suatu area yang lokasinya dekat pusat kota (city) dengan luas yang mencakup daerah penglaju (commuters)

3. Sub Urban Fringe, suatu area yang melingkari suburban dan merupakan daerah peralihan antara urban dengan rural

4. Urban Fringe, semua daerah disekitar urban yang mempunyai sifat-sifat mirip kota

5. Rural Urban Fringe, suatu (jalur) daerah yang terletak antara daerah urban dan daerah rural yang ditandai dengan mixed landusing

Yang diperjelas seperti dalam gambar dibawah ini.

Gambar II.4 Skema Zona Kota-Desa


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Gambaran Umum Wilayah Studi III.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di propinsi Sumatera Utara yaitu di Kabupaten Deli Serdang tepatnya di Kecamatan Sunggal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar III.1.

Desa Sunggal Kanan

Gambar III.1 Lokasi Penelitian

Jl. Setia Indah Jl. Setia Makmur

Jl. Tj. Ba lai

Jl. Se i M en cir im

Kmpg. Lalang Diski

P D A M


(47)

(48)

III.1.2 Geografis Kecamatan Sunggal

Dalam tahun 1986 luas daerah Kecamatan Sunggal menciut menjadi 92,52 km persegi dengan 17 desa dan 159 dusun disebabkan perluasan kota Binjai, desa yang menjadi wilayah kota Binjai adalah Desa Tunggurono dan Desa Mulyorejo.

Luas kecamatan Sunggal pada tahun 2009 adalah 92,52 km2 yang terdiri dari 17 desa dan 152 dusun dengan ibukota kecamatan adalah Desa Sei Semayang.

Kecamatan Sunggal daerahnya landai (dataran rendah) dengan ketinggian 20s/d 40 m di atas permukaan laut, dengan suhu udara pada umumnya panas dan sedang yang dipengaruhi iklim musim kemarau dan penghujan.

Kecamatan Sunggal dibataskan oleh kabupaten-kabupaten seperti berikut:

- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Binjai dan Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak dan Kecamatan Labuhan Deli

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pancur Batu dan Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang

Di Kecamatan Sunggal terdapat 2 sungai yang berasal dari lereng bukit barisan dan bermuara ke selat malaka yaitu sungai tuntungan dan sungai belawan.


(49)

III.1.3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Sunggal umumnya dilalui oleh Jalan Besar Medan-Binjai. Jalan ini merupakan jalan utama yang melalui Kecamatan Sunggal. Pada kiri kanan Jalan Besar Sunggal banyak terdapat pabrik-pabrik industri. Ini dikarenakan kedudukan Kecamatan Sunggal terhadap Kota Medan adalah strategis. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu :

a. Fungsi sebagai penampung limpahan penduduk dari pusat Kota Medan. Adanya fungsi ini membawa konsekuensi bahwa arus penduduk yang mengalir ke kawasan ini akan membutuhkan sarana dan prasarana pendukung yang akan berdampak terhadap percepatan perkembangan kawasan Sunggal.

b. Dilewati jalur arteri primer yang menghubungkan Kota Binjai dan Kota Medan. Jalur jalan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam mendukung perkembangan wilayah, karena jalan ini memiliki kepadatan yang cukup tinggi.

Kecamatan Sunggal diarahkan untuk kegiatan dengan tingkat kepadatan sedang. Pusat-pusat perdagangan, jasa, permukiman, industri maupun rekreasi di wilayah Kecamatan Sunggal tersebar di beberapa desa/kelurahan di antaranya Desa Purwodadi, Paya Geli, Medan Kerio dan Sunggal Kanan. Desa-desa ini merupakan desa yang perkembangan kegiatan perkotaannya cukup pesat. Hal ini tercermin dari tingginya tingkat perubahan penggunaan lahan dari tidak terbangun menjadi terbangun. Berikut adalah tabel desa berdasarkan struktur ruangnya.

Tabel III.1 Tabel Desa Berdasarkan Struktur Ruangnya

No Desa Penggunaan tanah Fasilitas

1 Suka Maju Permukiman rumah

2 S.M.Diski Perdagangan dan jasa, terminal dan pasar tingkat kecamatan

Pasar dan terminal, pendidikan 3 Kp.Lalang Perdagangan dan jasa, industri Pasar, pabrik 4 Paya Geli Perdagangan dan jasa, Taman, lap. olahraga


(50)

permukiman, rekreasi

5 Puji Mulyo permukiman rumah

6 Muliorejo Industry pabrik

7 Sei Beras

Sekata permukiman perumahan

8 Serbajadi permukiman perumahan

9 Purwodadi Jasa, rekreasi, permukiman Pendidikan, kesehatan, lap.olahraga, rumah 10 Tanjung

Selamat Permukiman Rumah

11 Helvetia Permukiman Rumah

12 Sei

Mencirim Perdagangan, Permukiman Toko, rumah

13 Sei

Semayang

Permukiman,rekreasi, jasa , Permukiman

Pendidikan dan kesehatan, taman dan lap.olahraga,

komp perkantoran 14 Medan

Kerio Permukiman Perumahan

15 Telaga Sari Permukiman Rumah

16 Sunggal Kanan

Perdagangan dan jasa, Permukiman

Pendidikan, kesehatan, pasar

17 Tanjung

Gusta Permukiman, perdagangan Toko, pasar Sumber : Bappeda Deli Serdang

III.2 Bagan Alir Penelitian

Kerangka pemecahan masalah sangat berguna agar dapat melihat secara jelas langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan, karena dengan adanya kerangka tersebut maka dapat diketahui arah penelitian dan parameter-parameter apa yang akan digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Bagan alir metode penelitian dapat dilihat pada Gambar III.3 berikut:


(51)

Maksud dan Tujuan Penelitian

Studi Pustaka Topik Penelitian

Karakteristik Pola Perjalanan Penduduk Kawasan Peri Urban Kota Medan

1.

2.

3.

Gambar III.3 Diagram Alir (Flow Chart) Penelitian

Survei Pendahuluan

Pengumpulan Data

Pengumpulan Data Primer 1. Data diri responden (jumlah

anggota, pendidikan, pekerjaan, penghasilan)

2. Tujuan perjalanan 3. Moda yang digunakan 4. Lama melakukan perjalanan 5. Frekuensi perjalanan

Pengumpulan Data Sekunder 1. Peta dan batas wilayah 2. Data geografis dan komposisi

penduduk wilayah studi

3. Data yang diperoleh dari instansi terkait ( BPS, Bappeda)

Kompilasi data

Kesimpulan dan Saran Uji Korelasi


(52)

Dalam mencapai maksud dan tujuan dari penelitian ini dilakukan beberapa tahapan yang dianggap perlu. Pelaksanaannya secara garis besar sebagai berikut :

1. Tahap pertama adalah melakukan survei pendahuluan sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi dan karakteristik lokasi penelitian.

2. Tahap kedua adalah melakukan studi literatur dalam usaha memperoleh teori-teori yang berhubungan dengan penyelesaian tugas akhir ini.

3. Tahap ketiga adalah menentukan jumlah dan distribusi sampel yang sesuai pada daerah penelitian. Keterbatasan waktu, biaya, tenaga mendorong seorang peneliti untuk menggunakan sampel dalam penelitiannya.

4. Tahap keempat adalah pengorganisasian data yang dibutuhkan, metode pengumpulan data dan penyajian data yang diperoleh dari survei. Berdasarkan sumbernya data dapat digolongkan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau objek yang diteliti. Data primer sangat berperan dalam mendukung tujuan penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi-instansi terkait. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari BPS Provinsi Sumatera Utara dan Bappeda.

5. Tahap akhir adalah analisa data hasil survei untuk mengambil kesimpulan dari tujuan penelitian ini.


(53)

III.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti.

Dalam penulisan ini data primer yang dimaksud adalah data yang sumbernya diperoleh langsung dari responden/penduduk yang tinggal di Kecamatan Sunggal, yaitu data jumlah anggota keluarga (orang), jumlah penghasilan rata-rata keluarga (rupiah), jumlah kepemilikan kendaraan (unit), jumlah keluarga yang bekerja (orang), dan jumlah keluarga yang sekolah (orang).

Sedangkan data sekunder adalah data yang lebih dulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi diluar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya data yang asli. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait dan perpustakaan.

III.4 Pembuatan Daftar Kuesioner

Daftar yang akan digunakan dalam penelitian ini dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan pewawancara dalam melakukan pendataan dan mempermudah tiap anggota keluarga dalam mengisinya serta mempermudah pengisian tabel. Daftar yang dibuat berdasarkan variabel-variabel yang terdiri dari:

A. Daftar karakteristik responden yang melakukan perjalanan, yang berisi : 1. Nama

2. Jenis kelamin 3. Usia


(54)

4. Tingkat pendidikan terakhir 5. Jumlah anggota keluarga 6. Pekerjaan

7. Pendapatan keluarga

B. Daftar variabel-variabel untuk karakteristik bangkitan : 1. Tujuan perjalanan

2. Kepemilikan kendaraan 3. Jarak dari lokasi aktivitas 4. Lama waktu perjalanan

5. Moda transportasi yang digunakan 6. Alasan penggunaan moda

7. Total perjalanan keluarga perminggu 8. Biaya transportasi

III.5 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel adalah mendapatkan sampel dengan jumlah relatif kecil dibandingkan dengan jumlah populasi tetapi mampu mempresentasikan seluruh populasi tersebut. Untuk itu sangat penting menentukan cara yang tepat dalam menarik sampel yang dimaksud agar benar-benar mampu mempresentasikan kondisi seluruh populasi.

Mengingat karakteristik social ekonomi penduduk di kawasan Sunggal umumnya heterogen, maka teknik penarikan sampel yang dipergunakan adalah sampel acak berstrata (Stratified Random Sampling). Stratified Random Sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan informasi awal berkaitan


(55)

dengan stratifikasi populasi. Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan jumlah yang sama untuk setiap strata dari populasi.

Untuk memudahkan dan menentukan besarnya ukuran sampel dalam suatu penelitian maka dapat digunakan data dari survai pendahuluan, biasanya data awal yang diambil akan diolah sebanyak 30 data sampel. Dari 30 data sampel yang diambil tersebut selanjutnya diolah sehingga akan dapat diketahui berapa besar ukuran sampel dan selanjutnya hanya tinggal menambah kekurangannya.

Secara matematis, besarnya sampel dari populasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Menghitung standar error dari rata-rata sampel:

( )

z Se x

Se = , standar error dari rata-rata sampel

Di mana : Se(x) = Standar error dari rata-rata sampel Se = Sampling error

Z = Tingkat kepercayaan

Dengan tingkat kepercayaan 95% dan sampling error 5% maka jumlah data yang dibutuhkan adalah :

( )

[

]

2

2 '

x Se

S

n= , untuk populasi yang tidak terbatas

N n n n ' 1 ' +

= , untuk populasi yang terbatas

Dimana :

n’ = Jumlah sampel data tidak terbatas n = Jumlah sampel data terbatas N = Jumlah populasi


(56)

S = Standar deviasi dari variabel yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan jumlah sampel, misalnya produksi perjalanan Dalam penelitian ini, kriteria pengambilan sampel dengan pembagian strata berdasarkan tingkat penghasilan rumah tangga yang dikategorikan kedalam kelas rendah, menengah dan tinggi.

III.6 Populasi Dan Sampel Penelitian

Untuk mempelajari populasi diperlukan sampel yang diambil dari populasi yang bersangkutan, oleh karena itu dibutuhkan penarikan sampel. Jumlah rumah tangga untuk kecamatan Sunggal adalah 51.988. Maka jumlah total populasi di kabupaten ini adalah 51.988 rumah tangga.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini diuraikan dengan penjelasan dibawah ini. Jumlah data yang diambil untuk data pendahuluan adalah 30 data karena secara statistik disyaratkan bagaimanapun model populasi yang disampel asal variantnya terhingga, maka rata-rata sampel akan mendekati distribusi normal. Untuk N ≥ 30 pendekatan ini sudah berlaku. Data produksi perjalanan yang diperoleh akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan jumlah sampel, dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel III.2 Data Sampel Sementara Untuk Pengambilan Sampel yang Sebenarnya No Sampel Produksi Perjalanan Perhari No Sampel Produksi Perjalanan Perhari No Sampel Produksi Perjalanan Perhari

1 6 11 6 21 5

2 5 12 6 22 3

3 5 13 5 23 5

4 6 14 3 24 5

5 5 15 3 25 6


(57)

7 2 17 5 27 6

8 5 18 5 28 3

9 5 19 5 29 5

10 5 20 6 30 5

47 52 46

Jumlah Total = 145

Tabel III.3 Deskripsi Statistik Data Sampel Untuk Uji Kecukupan Data Produksi Perjalanan/keluarga/hari

N Minimum maksimum Mean Sta.deviasi

30 2 6 4,833 1,240

Uji kecukupan data dimaksud untuk memastikan bahwa data yang diambil adalah data yang akurat dan jumlah sampel yang diambil dapat mewakili populasi yang ada. Spesifikasi tingkat kepercayaan 95% kemungkinan sampling error tidaklebih dari 5% dari sampel mean. Untuk convident level (z) 95% dari tabel statistik diperoleh angka 1,96 dari standar error. Agar error yang diterima tidak lebih dari 5% maka jumlah sampel data harus dicari dengan perhitungan sebagai berikut:

Sampling error (Se) yang dapat diterima = 0,05 x rata-rata produksi perjalanan = 0,05 x 4,833 Perjalanan/kel./hari = 0,24 Perjalanan/kel./hari

Maka: Se(x) = Se / z = 0,24 / 1,96 = 0,122

Besarnya jumlah sampel :

( )

[

]

2

2 '

x Se

S


(58)

N n n n ' 1 ' +

= , untuk populasi yang terbatas

Maka:

( )

[

]

2

2 ' x Se S n =

n’ = (1,240)2 / [0,122]

n’ = 107 (untuk data yang tidak terbatas)

2

n = 107 / (1+107/51.988) n = 107 (untuk data terbatas)

Dari hasil perhitungan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah data sampel yang harus dipenuhi adalah 107 sampel.

Dengan pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya penulis menggunakan cara pertama dengan rumus diatas dengan penambahan sample sehingga jumlah sample yang diambil yaitu sebanyak 110 sampel.

III.7 Penyebaran Kuesioner

Penyebaran kuesioner kepada masyarakat yang dalam melakukan aktivitas sehari-harinya haruslah mempertimbangkan hal–hal sebagai berikut:

1. Waktu yang meliput i hari dan saat pelaksanaan penyebaran kuesioner, yaitu : - Waktu penyebaran kuesioner dilakukan pada hari kerja yaitu Senin sampai

sabtu, yang merupakan waktu aktivitas harian para penduduk Sunggal. Akan tetapi dikarenakan keterbatasan biaya dan waktu, maka penyebaran kuesioner dilakukan pada hari senin, rabu, dan sabtu.

- Waktu penyebaran kuesioner dilakukan pada sore hari ketika sudah berada di tempat tingga l masing-masing.


(59)

2. Lokasi penyebaran kuesioner akan dilakukan pada rumah/perumahan yang berada di Kecamatan Sunggal yaitu Purwodadi, Medan Kerio, Paya Geli dan Sunggal Kanan

III.8 Metode Analisis

Untuk menjawab perumusan masalah yang telah ditetapkan, yaitu berapa besar pengaruh variabel bangkitan pergerakan (X) seperti : jumlah anggota keluarga (orang), jumlah penghasilan rata-rata keluarga (rupiah), jumlah kepemilikan kenderaan (unit), jumlah keluarga yang bekerja (orang), jumlah keluarga yang sekolah (orang), jenis pekerjaan, terhadap produksi perjalanan (Y), perlu dilakukan beberapa tahapan penting untuk menganalisis data yang diperoleh melalui survei kue sioner.

Uji korelasi dan proses kalibrasi dilakukan dengan menggunakan bantuan Software SPSS (Statistical Product and Service Solution) yaitu suatu program statistik yang mampu memproses data statistik secara cepat dan tepat serta menyajikannya dalam berbagai output yang dikehendaki para pengambil keputusan. Adapun beberapa tahapan yang perlu dilakukan adalah :

a. Tahap pertama adalah analisis bivariat, yaitu analisis uji korelasi untuk melihat hubungan antar variabel yaitu variabel terikat dengan variabel bebas. Variabel bebas harus mempunyai korelasi tinggi terhadap variabel terikat dan sesama variabel bebas tidak boleh saling berkorelasi. Apabila terdapat korelasi diantara variabel bebas, pilih salah satu yang mempunyai nilai korelasi yang terbesar untuk mewakili.


(60)

Interpretasi koefisien korelasi untuk mengetahui nilai r apakah tinggi atau rendah dapat dikelompokan sebagai berikut:

Tabel III.4 Interpretasi dari Nilai r

R Interpretasi

0 0,01 - 0,20 0,21 - 0,40 0,41 - 0,60 0,61 - 0,80 0,81 - 0,99

1

Tidak Berkolerasi Sangat Rendah

Rendah Agak Rendah

Cukup Tinggi Sangat Tinggi Sumber : Usman H.

b. Tahap kedua adalah analisis multivariat, yaitu analisis untuk mendapatkan model yang paling sesuai (fit) menggambarkan pengaruh satu atau beberapa variabel bebas terhadap variabel terikatnya, dapat digunakan analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda yaitu suatu cara yang dimungkinkan untuk melakukan beberapa proses iterasi dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pada langkah awal adalah memilih variabel bebas yang mempunyai korelasi yang besar dengan variabel terikatnya.

2. Pada langkah berikutnya menyeleksi variabel bebas yang saling berkorelasi, jika ada antara variabel bebas memiliki korelasi besar maka dipilih salah satu, dengan kata lain korelasi harus kecil antara sesama variabel bebas.


(61)

3. Pada tahap akhir memasukkan variabel bebas dan variabel terikat ke dalam persamaan model regresi linear berganda, yaitu :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 …….. + bn Xn Dimana:

“Y” = variabel terikat (jumlah produksi perjalanan), terdiri dari: a = konstanta (angka yang akan dicari)

b1,b2….bn = koefisien regresi (angka yang akan dicari) “X1, X2 … Xn“ = variabel bebas (faktor-faktor berpengaruh) Faktor-faktor berpengaruh:

X1 = jumlah anggota keluarga rata-rata (orang) X2 = jumlah penghasilan keluarga (rupiah) X3 = jumlah kepemilikan kenderaan (unit) X4 = jumlah keluarga yang bekerja (orang) X5 = jumlah keluarga yang sekolah (orang)


(62)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

IV.1 Umum

Pada bab ini akan melakukan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan dari penelitian di lapangan. Tahap analisis ini merupakan tahapan untuk mencapai tujuan dengan pendekatan-pendekatan yang menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang bersifat angka seperti 1, 2, 3 dan seterusnya. Teknik ini digunakan untuk menganalisis informasi kuantitatif (data yang dapat diukur, dan diinformasikan dalam bentuk seperti persamaan, tabel dan sebagainya). Sedangkan data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kalimat atau uraian, yang mempunyai peranan untuk menjelaskan secara deskriptif suatu masalah. (Tika, 1997)

IV.2 Metode Analisa Data

Pada bagian ini dilakukan analisis dari penelitian di lapangan. Analisa yang digunakan dalam studi ini adalah metode Analisa Deskriptif dan Analisa Regresi dengan menggunakan program SPSS versi 17.0. Melalui analisa ini diupayakan untuk memperoleh gambaran mengenai kecenderungan pada responden. Setelah diperoleh beberapa kemungkinan dari analisis yang dilakukan maka diharapkan dapat diambil kesimpulan bagaimana sebenarnya karakteristik pola pergerakan penduduk kawasan peri urban di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang sehingga dapat diambil cara pemecahannya.


(63)

IV.3 Analisa Deskriptif

Metode Deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian (Nazir, 1985). Pada umumnya metode deskriptif hanya mengandalkan data yang ditemukan di lapangan, namun demikian peneliti dapat juga melakukan analisis terhadap hubungan-hubungan variabel (Bachtiar, 1997).

IV.3.1 Karakteristik Rumah Tangga Penduduk di Kecamatan Sunggal

Hasil identifikasi karakteristik penduduk di wilayah studi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum responden yang tinggal di Kecamatan Sunggal. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada BAB III bahwa dari seluruh penduduk yang ada di Kecamatan Sunggal tersebut maka jumlah penduduk yang menjadi sampel pada penelitian ini sebanyak 110 orang. Adapun variabel yang akan dianalisis dilihat dari karakteristik penduduk wilayah studi adalah meliputi Jumlah anggota keluarga responden, Tingkat pendidikan responden, Jenis pekerjaan responden, Tingkat pendapatan perbulan responden yang menggunakan data nominal (Setiohadi, 2009).

IV.3.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga merupakan salah faktor penting yang mempengaruhi mobilitas seseorang. Dimana semakin banyak jumlah anggota keluarga dalam satu rumah akan berdampak terhadap jumlah pelaku pergerakan yang dilakukan keluarga itu setiap hari serta akan menambah jumlah perkembangan penduduk. Walaupun hal ini tidak berlangsung secara otomatis dan


(64)

berlaku secara absolut tapi dapat mewakili kondisi nyata. Dari Tabel IV.1 dapat dilihat rincian Jumlah anggota keluarga responden.

Tabel IV.1 Jumlah Anggota Keluarga Responden

Anggota Keluarga Anggota Keluarga Bekerja Anggota Keluarga Sekolah <3 3-4 5-6 >6 1 2 3 >4 1 2 3 >4

10 28 57 15 2 67 38 3 16 44 48 2

9% 26% 52% 14% 2% 61% 34% 3% 14% 40% 44% 2% Sumber : Data Primer

Gambar IV.1 Jumlah Anggota Keluarga Responden

Jumlah anggota keluarga kurang dari 3 orang hasil dari respondensi adalah sebanyak 9 persen, kemudian untuk Jumlah anggota keluarga 3-4 orang sebanyak 26 persen. Untuk jumlah anggota keluarga 5-6 orang sebanyak 52 persen, dan untuk jumlah anggota keluarga lebih dari 6 orang sebanyak 14 persen. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa sebagian besar penduduk dari Sunggal memiliki anggota keluarga antara 5-6 orang yang tinggal di dalam satu rumah


(65)

sehingga dengan banyaknya jumah anggota keluarga maka pelaku pergerakan akan semakin meningkat dan perkembangan jumlah penduduk akan bertambah.

Gambar IV.2 Jumlah Anggota Bekerja

Dalam gambar IV.2 menunjukkan dalam satu rumah tangga terdapat 2 orang anggota keluarga yang bekerja paling banyak dengan persentase 61%.

Gambar IV.3 Jumlah Anggota Sekolah

Data hasil kuesioner yang diperoleh menunjukkan 3 anggota keluarga yang bersekolah dalam satu rumah tangga adalah yang paling banyak didapati dengan persentase 44%.


(1)

5. Pekerjaan penduduk Sunggal sebagai pegawai swasta banyak yang menuju ke Kota Medan. Jadi jelas bahwa kemacetan di Kota Medan salah satu penyebabnya diakibatkan munculnya pergerakan dari daerah Sunggal.

6. Pola tujuan perjalanan penduduk Sunggal masih sangat tergantung ke pusat Kota Medan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya jumlah perjalanan yang dilakukan penduduk Sunggal untuk menuju kawasan potensial di pusat Kota Medan. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya fasilitas di kawasan Sunggal seperti perkantoran, sekolah yang bermutu dan tempat belanja yang baik.

7. Model terbaik yang digunakan yaitu Y = 1,018 + 0,969X1 + 0,104X2 + 0,322X4, dengan koefisien determinan (R2

8. Koefisien determinasi yang lebih besar menunjukkan kuat hubungan yang lebih besar antara variabel terikat dengan variabel bebas.

) sebesar 0,885 dan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,941.

9. Faktor yang mempengaruhi bangkitan pergerakan di kecamatan Sunggal adalah jumlah anggota keluarga (X1), jumlah pendapatan (X2) dan jumlah anggota keluarga yang bekerja (X4)

10. Nilai Koefisien Korelasi (R) yang dihasilkan model, yaitu: (R4)= 88,5% yang berarti bahwa korelasi antara jumlah anggota keluarga, jumlah pendapatan dan jumlah anggota keluarga yang bekerja mempunyai hubungan yang cukup kuat yaitu sebesar 88,5%.


(2)

V.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh Penulis adalah:

1. Perlu adanya pengembangan sarana potensial di wilayah kawasan ini, untuk mengurangi ketergantungan kawasan perumahan tersebut terhadap pusat Kota Medan dan juga agar mengurangi beban pelayanan lalu lintas pada pusat Kota Medan.

2. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan serta sebagai bahan pendukung untuk perencanaan pengembangan kawasan dan perencanaan transportasi bagi Kecamatan Sunggal.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

1. Yunus, H.S. 1999. Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2. Yunus, H.S. 2008. Dinamika Wilayah Peri-Urban Determinan Masa Depan

Kota. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

3. Bangun, Filiyanti T.A. 2005. Strategi, Metode, dan Teknik Penerapan Transport Demand Management Serta Pengaruhnya di Indonesia dan di Beberapa Kota besar di Dunia. Jurnal: Jurusan Teknik Sipil FT USU.

4. Sinulingga, B. 1999. Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

5. Koestoer, R.H. 1996. Penduduk dan Aksesibilitas Kota. Universitas Indonesia. Jakarta.

6. Warpani, S. 1990. Merencanakan Sistem Perangkutan. Penerbit ITB. Bandung.

7. Tika, M. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara. Jakarta.

8. Kumara, D. 2002. Analisa Karakteristik Bangkitan dan Pola Perjalanan Penduduk Perumahan Pinggiran Kota. Tesis Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro. Semarang.

9. Efrizal, M. 2008. Penetepan Model Bangkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan di Kota Pematang Siantar. Tesis Program Pasca Sarjana. USU. Medan.

10. Amelia, E. 2004. Penentuan Model Bangkitan Pergerakan Pada Kawasan Perumahan Pinggiran Kota Medan. Tesis Program Pasca Sarjana. USU.


(4)

11. Suriono. 2006. Identifikasi Daerah Pinggiran Kota Berdasarkan Pergerakan Komuter Dengan Menggunakan Angkutan Umum. Tesis Program Pasca Sarjana. USU. Medan.

12. Priyatno, D. 2009. Belajar Olah Data Dengan SPSS 17. Penerbit Andi. Yogyakarta.

13. Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. ITB. Bandung.

14. Morlok, E.K. 1991. Pengantar Teknik Dan Perencanaan Transportasi. Erlangga. Jakarta.

15. Setiyohadi, Imam. 2008. Karakteristik dan Pola Pergerakan Penduduk Kota Batam dan Hubungannya Dengan Perkembangan Wilayah Hinterland. Tesis tidak diterbitkan. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.

16. Bintarto, R. 1986. Urbanisasi dan Permasalahannya. Ghalia Indonesia. Jakarta.

17. Algifari. 2000. Analisis Regresi (Teori, Kasus, dan Solusi). Penerbit BPFE. Yogyakarta.

18. Black, J.A. 1981. Urban Transport Planning (Theory and Practice). Cromm Helm. London.

19. Hobbs, F.D. 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Penerbit UGM Press. Yogyakarta.

20. Levinson, H.S. 1976. Transportation and Traffic Engeneering Handbook. New Jersey.

21. Usman, H. 1995. Pengantar Statistika. Penerbit PT. Bumi Aksara. Jakarta. 22. Nazir, M. 1983. Metodologi Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.


(5)

KUESIONER DATA POLA PERJALANAN PENDUDUK PADA

KECAMATAN SUNGGAL

Νama Responden : Umur :

Alamat :

A. Umum

Petunjuk :

• Pilihlah jawaban yang menurut anda paling benar..

• Setiap pertanyaan jawablah hanya dengan satu jawaban saja.

1. Beberapa jumlah anggota keluarga anda yang tinggal dalam 1 rumah ? a. < 3 orang c. 5 - 6 orang

b. 3 - 4 orang d. > 6 orang

2. Berapa jumlah anggota keluarga Anda yang bekerja ?

a. 1 orang c. 3 orang

b. 2 orang d. > 4 orang

3. Berapa jumlah anggota keluarga Anda yang masih bersekolah ?

a. 1 orang c. 3 orang

b. 2 orang d. > 4 orang 4. Tingkat pendidikan terakhir :

b. SD c. SMA

c. SMP d. Perguruan Tinggi

5.Pekerjaan atau profesi :

a. Pegawai negeri c. Wiraswasta

b. Pegawai swasta d. Pelajar/Mahasiswa

6. Berapa jumlah penghasilan / pendapatan bersih rata-rata keluarga anda perbulan?

a. Rp. < 1 juta c. Rp. 2 - 3 juta b. Rp. 1-2 juta d. Rp. > 3 juta

B. Karakteristik Perjalanan Responden

7. Tujuan perjalanan yang Anda lakukan : a. Bekerja c. Belanja


(6)

8. Berapa kali anda melakukan perjalanan (aktivitas) dalam satu minggu ? a. Setiap hari c. 5 kali

b. 6 kali d. < 5 kali

9. Berapa jumlah kenderaan bermotor yang anda miliki ? a. Tidak ada c. > 2 unit b. 1-2 unit

10. Jenis moda apa yang selalu Anda gunakan untuk melakukan perjalanan ? a. Sepeda motor c. Angkutan umum

b. Mobil d. Lain-lain(sebutkan:………)

11. Alasan Anda Menggunakan moda tersebut untuk melakukan perjalanan ? a. Tepat Waktu

b. Pakai angkutan umum lebih dari 1 kali c. Hemat / Aman / Nyaman / Bebas

12. Berapa jarak tempuh rata-rata Anda dalam melakukan perjalanan ? a. 0 – 5 km c. 10 – 15 km

b. 5 -10 km d. > 15 km

13. Berapa lama waktu rata-rata Anda dalam melakukan perjalanan ? a. < 1 jam c. > 2 jam

b. 1 – 2 jam

14. Berapa biaya yang Anda keluarkan per bulan untuk biaya transportasi ? a. < Rp 500.000 c. Rp 1 juta – Rp 1,5 juta

b. Rp 500.000 – Rp 1 juta d. > Rp 1,5 juta