ANALISIS PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA BMT SIDOGIRI CABANG SIDODADI SURABAYA MENURUT PERSPEKTIF PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK).

ANALISIS PEMBAGIAN SISA HASIL USAHA BMT SIDOGIRI
CABANG SIDODADI SURABAYA MENURUT PERSPEKTIF
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK)

SKRIPSI

Oleh:
Hani Fathul Mufarochah
NIM : C04210120

Univesitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah
Surabaya
2017

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha BMT
Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya Menurut Perspektif Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK)” ini merupakan hasil penelitian di Kelurahan

Sidodadi Kecamatan Semampir Surabaya untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana
pembagian SHU yang ada di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya? dan
Bagaimana pembagian SHU menurut Perspektif Pernyataan Strandar Akuntansi
Keuangan (PSAK)?
Dalam menjawab pertanyaan tersebut digunakan jenis penelitian kualitatif.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi. Data yang
dikumpulkan selanjutnya disusun dan dianalisis dengan menggunakan pola pikir
deduktif, yakni memaparkan konsep PSAK untuk menganalisis tentang pembagian
sisa hasil usaha BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya.
Pembagian SHU menurut perspektif pernyataan standar akuntansi keungan
(PSAK) tentang laporan keuangan neraca, BMT Sidogiri Cabang Sidodadi
Surabaya telah mencantumkan aktiva, kewajiban dan kekayaan bersih BMT pada
tanggal neraca. Mengenai laporan perhitungan hasil usaha memuat pendapatan dari
transaksi anggota sebagai partisipasi anggota dan pendapatan dari non anggota
diakui sebagai non anggota. Mengenai laporan arus kas belum menyajikan selama
satu periode sehingga tidak diketahui informasi perubahan arus kas. Mengenai
laporan promosi ekonomi anggota, belum memisahkan antara transaksi ekonomi
anggota dan non anggota. Sedangkan mengenai catatan atas laporan keuangan
belum menyajikan akuntansi secara jelas dan terperinci.

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa BMT Sidogiri cabang
sidodadi Surabaya melakukan pembagian sisa hasil usaha perspektif pernyataan
standar akuntansi keuangan (PSAK). Namun sebagai lembaga yang telah dipilih
dan dipercayaan bagi sebagian banyak masyarakat muslim diharapkan dapat lebih
meningkatkan sistem laporan keuangan sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan ( PSAK) yang berlaku umum.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .................................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ......................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x

DAFTAR TRANSLITERASI .............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ............................................7
C. Rumusan Masalah ..................................................................................8
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................8
E. Kegunaan Hasil Penelitian .....................................................................9
F. Definisi Operasional...............................................................................9
G. Kajian Pustaka......................................................................................10
H. Metode Penelitian ................................................................................12
I. Sistematika Pembahasan ......................................................................17
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Baitul Māl Wat Tamwil (BMT) ...........................................................19
1. Definisi Baitul Māl Wat Tamwil (BMT) .......................................19
2. Prinsip dan Produk Baitul Māl Wat Tamwil (BMT) .....................21
B. Sisa Hasil Usaha (SHU) .......................................................................23
1. Definisi Sisa Hasil Usaha (SHU) ...................................................23
2. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) ..............................................25
3. Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) ..................27
C. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 ..................28

1. Definisi Standar Akuntansi Keuangan ...........................................28
2. Unsur-unsur Standar Akuntansi Keuangan Koperasi ....................31

viii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3. PSAK No. 27..................................................................................32
BAB III DATA PENELITIAN
A. Gambaran Umum Baitul Māl Wat Tamwil (BMT) Sidogiri Cabang
sidodadi Surabaya ................................................................................40
1. Latar Belakang Berdirinya BMT Sidogiri Cabang Sidodadi
Surabaya ........................................................................................40
2. Tujuan Berdirinya BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya ......41
3. Visi dan Misi ..................................................................................41
4. Modal BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya .........................42
5. Produk-produk BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya ............43
6. Bagi Hasil BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya Dengan Sistem
Mudharabah....................................................................................46
B. Pembagian Sisa Hasil Usaha BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

Surabaya ...............................................................................................54
C. Laporan Akuntansi Keuangan di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi
Surabaya Menurut PSAK No 27 ..........................................................56
1. Neraca ............................................................................................56
2. Laporan Perhitungan Sisa Hasil Usaha ..........................................58
3. Laporan Arus Kas ..........................................................................59
4. Laporan Promosi Ekonomi Anggota ..............................................60
BAB 1V ANALISIS DATA
A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha di BMT Sidogiri Cabang
Sidodadi Surabaya ...............................................................................61
B. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Menurut Perspektif Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) di BMT Sidogiri Cabang
Sidodadi Surabaya ...............................................................................65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................73
B. Saran .....................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi Islam semakin cerah dewasa ini, terbukti dengan
semakin banyaknya lembaga keuangan syariah di Indonesia baik lembaga
perbankan maupun lembaga non bank. Hal ini karena metode syariah terbukti
dapat bertahan di tengan-tengah goncangan ekonomi yang telah terjadi
beberapa tahun silam. Pada tahun 1973 misalnya, terjadi krisis minyak dunia,
kemudian dilanjutkan dengan krisis subprime pada tahun 2008.1 Ekomoni
syariah mampu tetap bertahan dan menunjukkan kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan ekonomi konvensional.
Perbankan syariah berkembang pesat berdasarkan laporan tahunan BI
pada tahun 2009 tercatat 31 unit bank syariah yang terdiri dari 6 Bank Umum
Syariah dan 25 Unit Usaha Syariah, selain itu jumlah Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS) telah mencapai 139 unit.2 Pertumbuhan sektor perbankan ini
juga diikuti dengan tumbuhnya lembaga syariah non bank, seperti asuransi

syariah, pegadaian syariah, Baitul Māl Wat Tamwīl (BMT), koperasi syariah,
reksa dana syariah, dan lembaga lainnya. Hal ini tentu saja membuktikan
bahwa gairah masyarakat kepada lembaga keuangan berbasis syariah semakin

Afandi, “Ekonomi Syariah Sebagai Solusi Krisis Global”, http: //www.analisadaily.com/ mobile/
pages/ news/ ekonomi-syariah-sebagai-solusi-krisis-global, diakses pada 23 April 2015.
2
Fahrur Ulum, Perbankan Syariah di Indonesia (Surabaya: Putra Media Nusantara, 2011), 69.
1

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

tinggi, sekaligus meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap teori islam
yang telah terbukti mampu bertahan dalam goncangan krisis global.
Perbankan syariah atau lembaga keuangan lain yang berbasis syariah
seperti koperasi syariah menggunakan konsep muḍārabah atau bagi hasil
dalam pelaksanaan kegiatannya, sedangkan perbankan konvensional atau

lembaga keuangan konvensional lainnya menggunakan sistem bunga dalam
pelaksanaannya. Hal ini lah yang menjadi perbedaan mendasar antara lembaga
keuangan syariah dengan lembaga keuangan konvensional.
Operasional simpan pinjam pola syariah berdasarkan keputusan menteri
negara

urusan

koperasi,

usaha

kecil,

dan

menengah

nomor


91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan Koperasi
Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang bergerak di bidang
investasi, pembiayaan, dan simpanan sesuai dengan pola bagi hasil syariah.3
Seperti halnya Baitul Māl Wat Tamwīl (BMT) yang merupakan
organisasi bisnis yang juga berperan sosial, dalam hal ini meliputi upaya
pengumpulan dana zakat, infaq, sedekah, wakaf dan sumber dana-dana sosial
yang lain, dan upaya penyaluran zakat kepada golongan yang paling berhak
sesuai dengan ketentuan yang ada. BMT Sidogiri cabang Sidodadi Surabaya
misalnya, merupakan lembaga keuangan mikro syariah yang memiliki
landasan hukum koperasi. BMT Sidogiri yang berada di Sidodadi Surabaya ini
juga menjalankan kegiatan usahanya dengan pola bagi hasil syariah, modal

3

Departemen Koperasi Indonesia, Pengusaha Kecil dan Menengah, Keputusan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah ( Indonesia:
Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah, 2000).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


3

awal yang berasal dari simpanan pokok anggota pada tiap tahunnya dihitung
hasil usaha dan laba atau sisa hasil usahanya kemudian dibagikan kepada
anggota.4
Sebenarnya prinsip bagi hasil (profit and loss sharing) yang diterapkan
lembaga keuangan syariah telah dipraktikkan masyarakat sebelum Islam
datang, dalam sejarahnya bagi hasil banyak diterapkan dalam kerjasama di
bidang pertanian, perdagangan, dan pemeliharaan ternak oleh masyarakat
Makkah dan Madinah. Menurut Muhammad Nafkir kerjasama yang lazim
dipraktikkan pada masa itu adalah mukhābarah dan muzāra’ah.5 Mukhābarah
adalah kerjasama pengelolaan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap
yang benihnya berasal dari penggarap, sedangkan muzāra’ah adalah kerja sama
pengelolaan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap yang benihnya
berasal dari pemilik lahan.6 Atau jika dikaitkan dengan usaha lain selain
pertanian maka pemilik lahan menjadi pemilik modal dan penggarap lahan
menjadi pengelola modal tersebut.
Modal merupakan harta yang dapat digunakan untuk menjalankan usaha
sehingga menghasilkan keuntungan. Sedangkan harta dalam surat An-Nisa 4:5

yang berbunyi:

4

Mokh Syaiful Bakhri, Sukses Ekonomi Syariah di Pesantren, Cet. I (Pasuruan: Cipta, 2011), 61.
Muhamad Nafkir H R, Bursa Efek & Investasi Syariah, Cet. I (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,
2009), 108.
6
Ibid., 109.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

‫هه ه‬
‫ٍه‬
‫ه‬
‫ه‬
‫( َ هيئًا َم هريئًا‬4) ُ ‫سا فَ ُكلُو‬
َ ْ ‫ص ُدقَاِ ّن ِْلَةً فَهإ ْن ط‬
َ ‫اء‬
َ‫س‬
ً ‫ْ لَ ُك ْم َع ْن َش ْيء م ْهُ نَ ْف‬
َ ّ‫َوَآتُوا ال‬
ًَ‫َوََ تُ ْؤتُوا الس َف َهاءَ أ َْم َوالَ ُك ُم ال يِ َج َع َل اُّ لَ ُك ْم قييَ ًاما َو ْارُزقُوُ ْم في َيها َوا ْك ُسوُ ْم َوقُولُوا َُْم قَ ْو‬

َ5ُ ‫َم ْع ُروفًا‬

Artinya : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna
akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan
Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari
hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.
Orang yang belum sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum balig
atau orang dewasa yang tidak dapat mengatur harta bendanya.7

Dengan kata lain, modal dapat diartikan sebagai suatu kepemilikan yang
bernilai, baik ditinjau dari segi materi maupun manfaat yang dijadikan oleh
Allah sebagai pokok kehidupan. Maka modal menunjuk pada semua
kepemilikan harta yang dapat dinilai dengan uang. Dalam dunia perbankan
syariah, modal bisa berasal dari pendiri atau dari orang lain yang menanamkan
saham untuk berinvestasi yang kemudian pada periode akhir tahun pembukuan,
masing-masing pemilik modal akan mengetahui jumlah keuntungan atau lebih
dikenal dengan dividen yang diperoleh melalui bagi hasil dari usaha yang telah
dilakukan.8 Sama halnya dengan koperasi yang modalnya bisa didapat dari
anggota atau perorangan, hanya saja pembagian dividen pada koperasi lebih
dikenal dengan sebutan Sisa Hasil Usaha atau yang disingkat mejadi SHU.

7

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan terjemahnya (Bandung: Jumanatul AliArt, 2006), 59.
8
Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, Cet. I (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),
53.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Tetapi sisa hasil usaha tidak sama dengan dividen, jika dividen diambil dari
hasil menanam saham yang dibagikan secara proporsional, tergantung dengan
besarnya modal yang dimiliki, sedangkan sisa hasil usaha dibagi sesuai dengan
aktifitas ekonomi anggota koperasi, sehingga besaran sisa hasil usaha yang
diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung dari besarnya partisipasi
modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi.9
Maksudnya adalah semakin besar transaksi anggota dengan koperasinya, maka
semakin besar pula sisa hasil usaha yang akan diterima oleh anggota.
Dalam perjalanannya banyak peraturan-peraturan yang harus dipatuhi
dalam menjalankan prinsip bagi hasil yang tentunya harus sesuai dengan
kaidah Islam, seperti diriwayatkan dalam hadist berikut,

‫ َكا َن َسي ُد ََ الْ َعباس بْن َعْب يد الْمطَلي ي‬:‫اس ر يضي ه َعْ ُهما أَنهُ قَ َال‬
‫ب إي َذا َدفَ َع‬
ُ
َ ُ َ َ ‫َرَوى ابْ ُن َعب ي‬
ُ ُ
‫ك بييه ًََْرا َوََ يَْ يزُل بييه َو ياد ًي َوََ يَ ْش َيَى بييه‬
ُ ُ‫احبي يه أَ ْن ََ يَ ْسل‬
َ ‫الْ َم َال ُم‬
َ ‫ض َاربَةً ا ْشتَ َر َط َعلَى‬
َ ‫ص‬
‫ي‬
‫ي‬
‫ي‬
‫صلى هُ َعلَْي يه َو َسل َم‬
َ ‫ات َكبَد َرطْبَ ٍة فَيإ ْن فَ َع َل ذَل‬
َ ‫ك‬
َ َ‫َدابةً ذ‬
َ ‫ض َم َن فَبَ لَ َغ ُش ْرطَهُ َر ُس ْوَل ه‬
ُ‫َج َاز‬
َ ‫فَأ‬
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul
Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara muḍārabah ia
mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni
lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan
tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut.
Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW. Dan
Rasulullah pun membolehkannya.” (HR Thabrani)10

Teguh, “Sisa Hasil Usaha Koperasi (SHU Koperasi)”, dalam http: //http makalah lodging 2010
comsisa-h-teguh. blogspot.com/, diakses pada 18 Juni 2015.
10
Kitab At Thabrani Digiital, Lidwa Pustaka..
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Di Indonesia sendiri prinsip bagi hasil khususnya pada Sisa Hasil Usaha
(SHU) diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau disingkat
dengan PSAK No 27 paragraf 58 yang berbunyi, sisa hasil usaha tahun berjalan
dibagi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada koperasi, dalam hal jenis
dan jumlah pembagian sisa hasil telah diatur secara jelas, maka bagian yang
tidak menjadi hak koperasi diakui sebagai kewajiban. Apabila jenis dan jumlah
pembagiannya belum diatur secara jelas maka sisa hasil usaha tersebut dicatat
sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam catatan atas
laporan keuangan. 11
Adapun peraturan perundangan yang berlaku tentang pembagian sisa
hasil usaha yaitu Menurut UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1 mengatakan bahwa
pembagian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata
berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi, tetapi juga
berdasarkan perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan ini
merupakan perwujudan kekeluargaan dan keadilan.12
Menurut pasal 45 ayat (1) UU No. 25/1992, secara lengkap sisa hasil
usaha merujuk pada beberapa definisi, di antaranya adalah sisa hasil usaha
koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun
buku dikurangi biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam
tahun buku yang bersangkutan, sisa hasil usaha setelah dikurangi dana
cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh

11

AIA, Standar Akuntansi Keuangan, Cet. I (Jakarta: Salemba Empat, 2002), 77.
Sonny Sumarsono, Manajemen Koperasi: Teori Dan Praktek, Cet. I (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2004), 5.
12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan
pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan
Rapat Anggota dan besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan
dalam Rapat Anggota, Penetapan besarnya pembagian kepada para anggota
dan jenis serta jumlahnya ditetapkan oleh Rapat Anggota sesuai dengan
AD/ART Koperasi, besarnya sisa hasil usaha yang diterima oleh setiap anggota
akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota
terhadap pembentukan pendapatan koperasi, semakin besar transaksi (usaha
dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin besar sisa hasil usaha
yang akan diterima.13
Berdasarkan uraian-uraian latar belakang di atas, maka penulis ingin
meneliti tentang: “Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha BMT Sidogiri
Cabang Sidodadi Surabaya Menurut Perspektif Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK)”.
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah
yang muncul adalah:
1. Bentuk sisa hasil usaha yang ada di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi
Surabaya.
2. Metode pembagian sisa hasil usaha BMT Sidogiri Cabang Sidodadi
Surabaya.

13

Y. Harsoyo, dkk. Ideologi Koperasi Menatap Masa Depan, (Yogyakarta: Pustaka Widyatama,
2006), 74.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

3. Prosentase pembagian sisa hasil usaha dalam RAT.
4. Sisa hasil usaha menurut perspektif Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK).
5. Kesesuaian pembagian sisa hasil usaha di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi
Surabaya dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
6. Penerapan peraturan perundangan dalam pembagian sisa hasil usaha di
BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi
masalah tersebut, yakni:
1. Pembagian sisa hasil usaha BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya.
2. Pembagian sisa hasil usaha menurut perspektif Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK).
3. Kesesuaian pembagian sisa hasil usaha di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi
Surabaya menurut perspektif Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, identifikasi dan batasan
masalah, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pembagian sisa hasil usaha yang ada di BMT Sidogiri Cabang
Sidodadi Surabaya?
2. Bagaimana pembagian sisa hasil usaha menurut perspektif Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)?
D. Tujuan Penelitian

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
pada penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pembagian sisa hasil usaha yang ada di BMT Sidogiri
Cabang Sidodadi Surabaya.
2. Untuk menjelaskan pembagian sisa hasil usaha menurut perspektif
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
E. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
kegunaan dalam dua aspek:
1. Aspek keilmuan (teoritis). Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperluas dan memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan dalam
penanaman saham dan pembagian sisa hasil usaha di BMT.
2. Aspek terapan (praktis). Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan bagi praktisi lembaga keuangan syariah non
bank khususnya koperasi dalam pembagian sisa hasil usaha maupun
penerapanya.
F. Definisi Operasional
Agar lebih memudahkan dalam memahami skripsi ini, maka penelitian
ini mendefinisikan beberapa istilah, antara lain:
1.

Sisa Hasil Usaha (SHU)
Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang diperoleh
dalam satu tahun buku dikurang dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban
lain termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

2.

BMT Sidogiri
BMT yaitu suatu lembaga keuangan yang dalam operasionalnya
berkaitan dengan penghimpunan dan penyaluran dana serta mengelola
dana-dana sosial. BMT Sidogiri sendiri merupakan Usaha Gabungan
Terpadu yang didirikan oleh beberapa guru dan pimpinan Madrasah
Miftahul Ulum (MMU) pondok pesantren Sidogiri, alumni Ponpes
Sidogiri dan para simpatisan yang berkantor pusat di Jl. Sidogiri Barat RT.
03 RW. 02 Kraton Pasuruan Jawa Timur dan memiliki payung hukum
koperasi dari Kanwil Dinas Koperasi PK dan M Provinsi Jatim dengan
surat keputusan Nomer: 09/BH/KWK. 13.VII/2000 tertanggal 22 Juli
2000.

3.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan
pedoman dalam melakukan praktek akuntansi dimana uraian pernyataan
di dalamnya mencakup semua aspek yang berkaitan dengan akuntansi,
yang dalam penyusunannya melibatkan sekumpulan orang dengan
kemampuan di bidang akuntansi yang tergabung dalam suatu lembaga
yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dengan kata lain,
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah buku petunjuk
bagi pelaku akuntansi yang berisi pedoman tentang segala hal yang ada
hubungannya dengan akuntansi.

G. Kajian Pustaka

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Kajian Pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian
yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang akan diteliti sehingga
terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan
pengulangan atau duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.14 Penulis
menelusuri kajian pustaka yang memiliki objek penelitian yang hampir sama
dengan objek penelitian ini. Adapun penelitian sebelumnya yaitu sebagai
berikut:
1. Abu Nur Hanifah Sidik., Tingkat Keuntungan Anggota BMT Pada
Pembiayaan Murābahah Dan Pembiayaan Mushārakah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam produk Murābahah dan
Mushārakah tidak ada tingkat perbedaan diantara keduanya dalam
pembagian bagi hasil yang diberikan.15
Letak perbedaan dengan penulis adalah dalam penelitian ini
pembahasan lebih difokuskan pada produk atau akad-akadnya,
sedangkan penulis lebih membahas tentang pembagian sisa hasil
usaha anggota secara keseluruhan dan dikaitkan dengan Pernyataan
Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) yang ada.
2. Lubuk Novi Suryaningrum., Pengaruh Modal Sendiri Terhadap
Perolehan SHU Pada KPRI Di Kota Semarang . Hasil penelitian ini
lebih membahas kepada pengaruh sisa hasil usaha yang diperoleh

14

Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Teknis Penulisan Skripsi, (Surabaya: UIN Sunan
Ampel Surabaya, 2014), 8.
15
Abu Nur Hanifah Sidik, Tingkat Keuntungan Anggota BMT Pada Pembiayaan Murabahah Dan
Pembiayaan Musyarakah, Skripsi, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2008.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

anggota jika menggunakan modal sendiri,16 sedangkan penulis lebih
meneliti kepada pembagian yang sesuai dengan Pernyataan Standart
Akuntansi Keuangan yang ada, apakah telah sesuai atau tidak.
3. Dara Ayu Aprilia., Sistem Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) di
Koperasi Serba Usaha “Makmur Sejati” Menurut Komplikasi
Hukum Ekonomi Syariah. Hasil penelitian ini lebih membahas
tentang pembagian sisa hasil usaha menurut komplikasi hukum
ekonomi syariah, sedangkan penulis lebih meneliti tentang sisa hasil
usaha yang disesuaikan dengan Perspektif Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK).17
4. Yayuk Suhendrawati., Konsistensi Pembagian Sisa Hasil Usaha
(SHU) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KP-RI)
Universitas Jember. Hasil penelitian ini membahas tentang
kesesuaian pembagian Sisa Hasil Usaha dengan UU Perkoperasian
yang berlaku, sedangkan penulis lebih membahas tentang pembagian
Sisa Hasil Usaha yang disesuaikan dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK).18

16

Lubuk Novi Suryaningrum., Pengaruh Modal Sendiri Terhadap Perolehan SHU Pada KPRI Di
Kota Semarang, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jember, 2007.
17
Dara Ayu Aprila., Sistem Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) Di Koperasi Serba Usaha
“Makmur Sejati” Menurut Komplikasi Hukum Ekonomi Syariah, Skripsi, Fakultas Syariah,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2014.
18
Yayuk Suhendrawati., Konsistensi Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Pegawai
Republik Indonesia (KP-RI) Universitas Jember, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,
Universitas Jember, 2013.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

H. Metode Penelitian
1. Data yang dikumpulkan
a. Meliputi data tentang sejarah BMT Sidogiri, struktur organisasi BMT
Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya dan visi misinya serta legalitasnya.
b. Meliputi data tentang pembagian sisa hasil usaha yang ada di BMT
Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya.
2. Sumber Data
a. Sumber data primer
Sumber data primer yaitu subyek penelitian yang dijadikan sebagai
sumber informasi penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau
pengambilan data secara langsung,19 atau yang lebih dikenal dengan
istilah wawancara. Dalam hal ini subyek penelitian yang dimaksud
adalah kepala cabang BMT Sidogiri Cabang Sidodadi, pihak karyawan,
para anggota yang tergabung, juga para simpatisan dan panduan teknis
dari BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber pendukung yang berasal dari
dokumen, pustaka maupun literatur lain yang meliputi:
1) IAI, Standar Akuntansi Keuangan.
2) Sonny Sumarsono, Manajemen Koperasi Teori dan Praktek.
3) Burhaniddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah.

19

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yokyakarta: Pustaka Belajar, Cet. VIII, 2007), 91.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

4) Ismail Nawawi, Ekonomi Islam: Perspektif Teori, Sistem, dan Aspek
Hukum.
5) Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Māl Wa Tamwil (BMT).
6) Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik.
7) Fahrur Ulum, Perbankan Syariah di Indonesia: Dari Entita,
Pengawasan Hingga Pengembangannya.
8) Nurul Huda Dan Mustafa Edwin Nasution, Current Issues Lembaga
Keuangan Syariah.
9) Rangkuti, Freddy. Riset Pemasaran.
10) Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format
Kuantitatif dan Kualitatif.
11) Mokh. Syaiful Bakhri, Sukses Ekonomi Syariah Di Pesantren:
Belajar Dari Kopontren Sidogiri, Koperasi BMT MMU Sidogiri Dan
Koperasi BMT UGT Sidogiri.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu seluruh kegiatan pengamatan terhadap suatu obyek atau
orang lain.20 Atau dalam hal ini penelitian secara langsung dengan
melakukan pengamatan di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya.
b. Wawancara, yaitu tanya jawab yang dilakukan antara orang yang
mencari informasi dengan orang yang memberi informasi dengan tujuan

20

Freddy Rangkuti, Riset Pemasaran, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1997), 42.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

untuk mengumpulkan data atau informasi tertentu. Dalam hal ini peneliti
melakukan tanya jawab secara langsung dengan beberapa praktisi yang
terlibat dalam proses pembagian sisa hasil usaha di BMT Sidogiri
Cabang Sidodadi Surabaya.
c. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada subyek penelitian, melainkan melalui dokumen.21
Penggalian data ini dilakukan dengan cara menelaah dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan pembagian sisa hasil usaha yang ada di BMT
Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya dan kesesuaiannya dengan
pembagian sisa hasil usaha menurut perspektif Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK).
d. Studi Pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara memperoleh dari
kepustakaan dimana penulis mendapatkan teori-teori dan pendapat ahli
serta beberapa buku referensi yang ada kaitannya dengan penelitian ini.22
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah data berhasil dihimpun dari lapangan, maka penulis
menggunakan teknik pengolahan data dengan tahapan sebagai berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali semua data yang telah diperoleh,
terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara
data yang ada dan relevansinya dengan penelitian.23 Dalam hal ini

21

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif, (Surabaya:
Airlangga University Press, 2001), 136.
22
Ibid.
23
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, Cet.VIII, 2007), 152.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

penulis mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan masalah
saja.
b. Organizing, yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam
penelitian yang diperlukan dalam kerangka paparan yang sudah
direncanakan dengan rumusan masalah secara sistematis.24 Penulis
melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan
menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis
untuk menganalisa data yang ada.
c. Penemuan Hasil, yaitu menganalisis data yang diperoleh dari penelitian
untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang
ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan
masalah.25
5. Teknik Analisis Data
Data yang telah berhasil dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis
secara deskriptif analitik, yaitu analisis yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati dengan metode yang telah ditentukan.26 Tujuan dari metode ini
adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai obyek penelitian
secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.27

24

Ibid., 153.
Ibid.
26
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format...,143.
27
Ibid.
25

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Data yang sudah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis
berdasarkan fakta-fakta yang ada sehingga analisa ini menghasilkan
kesimpulan yang merupakan solusi atau pemecahan yang bersifat umum
dari masalah yang ada.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan agar memudahkan
penulis dan pembaca sehingga lebih mudah untuk dipahami, oleh karena itu
penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, pada tiap bab terdiri dari
beberapa sub bab. Adapun sistematika pembahasannya adalah:
Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian (meliputi sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan
data, dan teknik analisis data), serta sistematika pembahasan.
Bab kedua adalah landasan teori, yang memuat tentang BMT, pembagian
sisa hasil usaha, konsep pembagian sisa hasil usaha menurut perspektif PSAK
No 27, isi dan penjelasanya, juga landasan dari pasal tersebut.
Bab ketiga adalah deskripsi hasil yang meliputi gambaran umum tentang
BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya, visi dan misi BMT tersebut,
deskripsi tentang mekanisme pembagian sisa hasil usaha di BMT Sidogiri
Cabang Sidodadi Surabaya, dasar & pertimbangan besaran sisa hasil usaha di
BMT tersebut, implikasinya bagi anggota dan lembaga itu sendiri.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Bab keempat adalah analisis tentang pembagian sisa hasil usaha yang
dilakukan BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya, yang meliputi pembagian
sisa hasil usaha, apakah telah sesuai atau tidak. Analisis ini dilakukan agar
menemukan solusi yang tepat agar BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya
dapat terus berkembang menjadi lebih baik lagi.
Bab kelima merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang sebaiknya dilakukan agar
BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya agar dapat meningkatkan dan terus
mengembangkan BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya ini menjadi
lembaga yang terus berkembang.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
KERANGKA TEORITIS

A. Baitul Māl Wat Tamwīl
1. Definisi Baitul Māl Wat Tamwīl
Bagi masyarakat Indonesia, koperasi sudah tidak asing lagi dalam
perekonomian di Indonesia. Di Indonesia koperasi diatur dalam UU No. 12
tahun 1967 yang diperbaharui menjadi UU No 25 tahun 1992. Menurut UU
No 25 tahun 1992 definisi koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang atau beberapa orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berazakan kekeluargaan.1
Lahirnya Bank Muamalat di Indonesia pada tahun 1992 sebagai
sentral perekonomian yang bernuansa Islam, telah mendapatkan tempat
dalam perekonomian Islam di Indonesia.2 Sehingga lahirlah lembaga
keuangan mikro ekonomi Islam yang populer dengan istilah BMT (Baitul Māl
Wat Tamwīl). Kelahiran BMT sangat menunjang sistem perekonomian
masyarakat di sekitarnya, Sehingga fungsi BMT sangat terasa dan nyata
hasilnya.3 Oleh karena itu, BMT dituntut menjadi instrumen koperasi yang
modern dan mampu mendekati semua kalangan khususnya pada tingkatan

1
Pemerintah Republik Indonesia, undang-undang No. 25 tahun 1992, tentang perkoperasian
Negara RI (Jakarta: 1992), 9.
2
Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, (Yogyakarta: PT. ISES Consulting
Indonesia, 2008), 23.
3
Ibid., 24.

19

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

menengah ke bawah.4 Menurut Ridwan BMT adalah kependekan kata dari
Balai Usaha Mandiri Terpaduatau Baitul Māl wat Tamwīl yaitu lembaga
keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.5 BMT adalah Balai Usaha Mandiri Terpadu yang isinya berintikan
konsep Baitul Māl Wat tamwīl.6
Secara konsepsi BMT adalah lembaga yang mencakup dua jenis
kegiatan sekaligus yaitu:
a. Kegiatan mengumpulkan dana dari berbagai sumber seperti: zakāt, infāq,
dan ṣadaqah serta sumber lainnya yang disalurkan kepada yang berhak
dalam rangka mengatasi kemiskinan.
b. Kegiatan produktif dalam rangka nilai tambah baru dan mendorong
pertumbuhan ekonomi yang bersumber daya manusia.7
BMT merupakan lembaga informal dalam bentuk kelompok simpan
pinjam (KSP) atau kelompok swadaya masyarakat (KSM). Secara prinsip
BMT memiliki sistem operasi yang tidak jauh berbeda dengan BPRS (Bank
Perkreditan Syariah). Namun memiliki ruang lingkup dan produk dengan
hasil yang berbeda.

4

Ibid., 38.
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa-Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press,
2004), 23.
6
Pusar Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK), Buku Pintar BMT Unit Simpan Pinjam dan
Grosir (1998), 1.
7
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), 106.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

2. Prinsip dan Produk Baitul Māl Wat Tamwīl (BMT)
Secara garis besar hubungan ekonomi berdasarkan syariah Islam
ditentukan oleh hubungan aqad yang terdiri dari lima buah konsep aqad yaitu
al-wadī’ah, syirkah, tijārah, ijārah, dan al-ajruwal umulah.8
a. Prinsip Simpanan Murni (al-wadī’ah), merupakan fasilitas yang diberikan
BMT untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana
untuk investasi mendapatkan keuntungan seperti produk deposito.9
b. Prinsip Bagi Hasil (syirkah), adalah sistem yang mengatur tata cara
pembagian keuntungan hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola
dana.
c. Prinsip Jual Beli (Al-tijārah), Prinsip ini secara garis besarnya terbagi
menjadi:
1) Bai’ al-murābahah.
2) Bai’ as-salam.
3) Bai’ al-istishnā.
d. Prinsip Sewa (Al-ijārah) Prinsip ini secara garis besar terbagi menjadi dua
jenis, yaitu:
1) Sewa murni (ijārah), dalam aplikasinya pihak BMT membeli terlebih
dahulu

barang

yang

dibutuhkan

oleh

nasabah

kemudian

menyewakannya kepada nasabah.10

8

Ibid., 107.
Ibid., 108.
10
Ibid.,110.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

2) Bai’ Muntahiya Bittamlik, merupakan penggabungan antara sewa dan
beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang
tersebut diakhir masa sewa.11
e. Prinsip Jasa (al-ajru wal umulah), Prinsip ini merupakan layanan non
pembiayaan yang diberikan oleh pihak BMT.
Dalam melaksanakan usahanya BMT berpegang teguh pada prinsip
sebagai berikut :
1) Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
2) Keterpaduan, artinya nilai-nilai spiritual dan moral.
3) Kekeluargaan, yaitu kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi.
4) Kebersamaan, yakni kesatuan pikir dan sikap antara semua elemen BMT.
5) Kemandirian, yakni mempunyai semangat kerja yang tinggi.12
Sedangkan produk inti dari BMT Menurut Andriani adalah:
1) Produk Penghimpun Dana
a) Al-Wadī’ah, penabung termotivasi untuk keamanan uangnya tanpa
mengharapkan keuntungan.
b) Al-Muḍārabah, penabung termotivasi untuk memperoleh keuntungan
dari tabungannya.
c) Amanah, tabungan ini untuk pinjaman khusus kepada kaum dhu’afa.

11
12

Ibid.,109.
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal..., 130.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

2) Produk Penyaluran Dana
a) Pembiayaan Muḍārabah, pembiayaan modal kerja, pengelola usaha
sepenuhnya diserahkan kepada nasabah sebagai debitur. Hasil
Keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama (misal
70% : 30% atau 75% : 25%).
b) Pembiayaan Musyārakah, sebagaian modal diberikan kepada anggota,
Pembagian keuntungan dilakukan sesuai perjanjian kedua belah pihak.
c) Pembiayaan Murābaha, Pembelian diberikan untuk barang yang
dijadikan modal kerja. Keuntungan bagi BMT dari harga yang
dinaikkan.
d) Pembiayaan Bai ‘Bitaman ajil, pembiayaan ini dilakukan dengan
cicilan dalam waktu yang agak panjang. BMT mendapatkan
keuntungan dari harga barang yang dinaikkan.
e) Pembiayaan Qordul Hasan, merupakan pinjaman yang diberikan
kepada

anggota

untuk

keperluan

yang

darurat.

Nasabah

mengembalikan pinjamannya sesuai dengan nilai yang diberikan oleh
BMT.13
B. Sisa Hasil Usaha
1. Definisi Sisa Hasil Usaha
Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit
sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan dengan pembagian

13

Andriani, Baitul Maal Wat Tamwil ,Konsep dan Mekanisme di Indonesia, (Kediri: STAIN,
Jurnal Empirisma, 2005), 253.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

laba. Secara definitif profit sharing diartikan distribusi beberapa bagian dari
laba pada para pegawai dari perusahaan.14 Sisa hasil usaha merupakan laba
bersih seperti lazimnya dalam dunia usaha yang dilaporkan pada akhir tiap
periode yang diperoleh dalam satu tahun, kemudian dikurangi dengan
penyusutan dan biaya dari tahun buku.15 Menurut Sonny Sumarsono SHU
adalah pendapatan yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan
biaya penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan.16 Setelah SHU dikurangi dengan biaya-biaya tertentu, barulah
akan dibagikan kepada anggota sesuai dengan pertimbangan jasa masingmasing.17
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia ketentuan penyajian laporan
perhitungan sisa hasil usaha adalah tahun berjalan dibagi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Jika jenis jumlah laba pembagian sisa hasil usaha
telah diatur secara jelas, maka bagian yang tidak menjadi hak diakui sebagai
kewajiban. Jika jenis dan jumlah pembagian belum diatur secara jelas, maka
dicatat sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dicatat atas laporan
keuangan.18 perhitungan hasil usaha harus memuat hasil usaha dengan
anggota atau rugi kotor dengan non anggota.

14

Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank syariah, (Yogyakarta:
UII Press, 2004), 13.
15
Amin Tunggal Wijaya, Akuntansi Untuk Koperasi, (Yogakarta: Harvarindo, 2002), 38.
16
Sonny Sumarsono, Manajemen Koperasi Teori dan Praktik, (Bandung: Graha Ilmu, 2001), 87.
17
Revrisond Baswir, Koperasi Indonesia, (Yogyakarta: BPFE, 2000), 16.
18
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2001. (Jakarta: Salemba
Empat, 2009), 18.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

2. Pembagian Sisa Hasil Usaha
Sistem bagi hasil adalah sistem yang dipakai lembaga keuangan
yang berbasis Islam, sedangkan dalam lembaga keuangan konvensional
sistem yang digunakan adalah bunga. Konsep bagi hasil adalah konsep atas
keuntungan proyek nasabah, dengan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya. Hal ini yang menjadi satu keunikan produk dalam sistem bagi
hasil.19
Menurut UU Koperasi No.25 Tahun 1992 pasal 34 bahwa
pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) yang berasal dari usaha yang
diselenggarakan untuk anggota koperasi boleh dibagikan kepada para
anggota.20
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.27
Pembagian Selisih Hasil Usaha harus dilakukan pada akhir periode
pembukuan.21 Menurut Sitio dan Tamba secara umum SHU koperasi dibagi
untuk:
a. Cadangan koperasi, adalah bagian dari penyisihan SHU yang tidak dibagi
dan dapat digunakan untuk modal sendiri serta untuk menutup kerugian
koperasi bila diperlukan.

19

Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank syariah, (Yogyakarta:
UII Press, 2004), 14.
20
Pemerintah RI, undang-undang nomor 25 tahun 1992, tentang perkoperasian..., 11.
21
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2001. (Jakarta: Salemba
Empat, 2009), 2.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

b. Jasa Anggota, anggota memiliki fungsi ganda yaitu pemilik (owner) dan
sekaligus pelanggan (customer). Dengan demikian, SHU yang diberikan
kepada anggotanya atas dua kegiatan ekonomi anggotanya sendiri, yaitu:
1) SHU atas jasa modal, yaitu SHU yang diterima anggota karena jasa
penanaman modalnya (simpanan) dalam koperasi.
2) SHU atas jasa usaha, adalah SHU yang diterima anggota karena jasa
transaksi sebagai pelanggan dalam koperasi.
c. Dana pengurus, adalah SHU yang disisihkan untuk pengurus atas balas
jasanya mengelola usaha koperasi.
d. Dana Pegawai, adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk membayar
gaji pegawai yang bekerja dalam koperasi.
e. Dana pendidikan, adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk
membiayai pendidikan pengurus, pengelola, dan pegawai koperasi untuk
meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia dalam mengelola
koperasi.
f. Dana sosial, adalah SHU untuk membantu anggota dan masyarakat sekitar
yang tertimpa musibah.
g. Dana Pembangunan Daerah Kerja, adalah penyisihan SHU untuk
mengembangkan daerah kerjannya. 22
Prisip Pembagian SHU, Menurut Arifin Sitio dan Halomoan Tamba
tercermin asas keadilan, demokrasi, tranparasi, dan sesuai dengan prinsip
koperasi, maka perlu diperhatikan prinsip pembagian SHU sebagai berikut:

22

Sitio Arifin, Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik, (Jakarta: Erlangga, 2002), 89.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

a. Pada hakikatnya SHU yang dibagi kepada anggota bersumber dari anggota
sendiri, sedangkan SHU yang bukan dari anggota dijadikan sebagai
cadangan koperasi. Oleh sebab itu, langkah pertama dalam pembagian
SHU memisahkan antara SHU yang bersumber dari transaksi anggota dan
SHU yang bersumber dari non anggota.
b. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha anggota sendiri,
SHU yang diterima anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal
yang diinvestasikannya dan dari transaksi yang dilakukannya. Oleh sebab
itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi
usaha anggota.
c. Pembagian SHU dilakukan secara transparan, Proses perhitungan SHU
dan jumlah SHU harus diumumkan secara transparan, sehingga anggota
dengan mudah menghitung secara kuantitatif. Prinsip ini pada dasarnya
merupakan proses pendidikan bagi anggota dalam membangun
kebersamaan.
d. SHU anggota dibayar secara tunai, karena dengan demikian koperasi
membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan
masyarakat mitra bisnisnya. 23
3. Faktor yang Memperngaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU)
Besarnya SHU pada koperasi tergantung dari kegiatan yang
dilakukan oleh koperasi itu sendiri. Menurut Andjar Pachta W. dkk, faktorfaktor yang mempengaruhi SHU yaitu:

23

Ibid., 90.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

a. Partisipasi anggota.
b. Jumlah modal sendiri.
c. Kinerja pengurus.
d. Jumlah unit usaha yang dimiliki.
e. Kinerja manajer.
f. Kinerja karyawan. 24
Faktor-faktor yang mempengaruhi SHU menurut Iramani dan
Kristijadi adalah:
a. Jumlah Anggota Koperasi.
b. Volume Usaha.
c. Jumlah Simpanan.
d. Jumlah Hutang ( Pinjaman ). 25
C. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
1. Definisi Standar Akuntansi Keuangan
Akuntansi (accounting) adalah aktivitas yang menyediakan
informasi dalam satuan moneter untuk pengambilan keputusan, perencanaan,
pengendalian sumber daya operasi, mengevaluasi prestasi dan pelaporan
keuangan kepada investor, kreditur, instansi yang berwenang serta
masyarakat.26 Ada yang memberikan definisi akuntansi sebagai perencanaan
dengan bahasa angka-angka yang berupa anggaran dan merumuskan

24

Andjar Pachta

Dokumen yang terkait

Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.36 Mengenai Pengukuran Dan Pengakuan Pendapatan Premi Asuransi Pada PT. Allianz Life Indonesia Cabang Medan

15 175 64

Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Penatausahaan Keuangan Daerah dan Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau

13 150 102

Tinjauan Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Koperasi Berdasarkan PSAK No. 27 pada Koperasi Serba Usaha Beringin Jaya Desa Perdamaian Kabupaten Langkat

6 71 95

Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.25 dan No.11 terhadap Penyajian Laporan Laba Rugi pada PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) Kuala Tanjung.

6 66 83

Penerapan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 Dalam Penyajian Laporan Laba Rugi Pada PT. Intan nasional iron industri medan.

2 40 60

Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Dalam Penyajian Laporan Laba Rugi Pada PT.(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan

1 52 89

Penerapan PSAP (Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan) Pernyataan No.1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat Sumatera Utara

1 43 81

Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.14 Tentang Persediaan pada PT. Lndofarma Global Medika Medan

1 36 56

AKUNTANSI BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) ARAFAH SOLO (Perspektif Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Syariah 2007).

0 4 11

Analisis Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 102

0 0 19