Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Dalam Penyajian Laporan Laba Rugi Pada PT.(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DALAM PENYAJIAN LAPORAN LABA RUGI PADA PT.(PERSERO) ANGKASA PURA II

BANDAR UDARA POLONIA MEDAN Oleh :

Nama : SRI EKA WITATI Nim : 040522092

Departemen : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

“ Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Dalam Penyajian Laporan laba Rugi Pada PT.( Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 5 Maret 2008 Yang membuat pernyataan

Sri Eka Witati NIM : 040522092


(3)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirrabbil ‘aalamin penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara serta shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Dalam penulisan skripsi penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan batas kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, namun sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan, baik dari sudut penyajian materi maupun teknik penulisan.

Selama menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik materil maupun moril. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si.,Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, MAcc., Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

iii

3. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak, selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Wali penulis yang selama penelitian ini berlangsung memberikan bimbingan dan masukan hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Abikusno Dharsuky, MM, Ak., selaku Dosen Pembanding dan Penguji I dan Ibu Dra. Hj. Narumondang Bulan. Siregar, MM, selaku Dosen Pembanding Dan Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun bagi penulis.

5. Seluruh Pegawai Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara, serta pegawai perpustakaan Ekonomi USU.

6. Pimpinan dan Seluruh Staff PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, terutama Divisi Administrasi dan Komersial yaitu Dinas Kepegawaian dan umum, Dinas Akuntansi, Dinas Komersial dan Dinas Keuangan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian serta memberikan data-data yang diperlukan penulis.

7. Teristimewa buat Orang Tuaku Ayahanda Suwanto dan Ibunda Siti Halimah yang telah memberi dukungan dan doa kepada penulis sampai saat ini. Terima kasih atas doa-doa panjang yang tak pernah henti untuk eka agar Allah selalu memudahkan aktivitas eka.

8. Seluruh keluarga besar di Perbaungan yang selalu siap membantu. Istimewa juga buat sahabat terbaikku Herman yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungannya.


(5)

iv

9. Seluruh teman-teman stambuk ’04 departemen Akuntansi Ekstensi Universitas Sumatera Utara, juga teman-teman kost di Setia Kawan15D. Akhir kata penulis mengucapkan do’a kepada Allah SWT semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin Yaa Rabbal ‘alamin.

Medan, 05 Maret 2008 Penulis

Sri Eka Witati NIM : 040522092


(6)

vii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian... 3

E. Kerangka Konseptual ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan ... 5

1. Komponen Laporan Keuangan ... 8

2. Teknik Analisis Laporan Keuangan ... 8

B. Pengertian Laporan Laba Rugi ... 13

C. Pengertian Pendapatan dan Beban ... 14

D. Pengakuan Pendapatan dan Beban ... 17

E. Penentuan Laba ... 23

F. Standar Akuntansi Keuangan Mengenai Laporan Laba Rugi ... 25


(7)

viii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

B. Jenis Data ... 36

C. Teknik Pengumpulan Data ... 36

D. Metode Analisis Data ... 37

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Gambaran Umum PT. Angkasa Pura II Polonia Medan ... 38

a. Sejarah Singkat Perusahaan... 38

b. Struktur Organisasi Perusahaan ... 39

2. Sumber-Sumber Pendapatan dan Biaya ... 44

3 Pengakuan Pendapatan dan Beban ... 50

4. Penyajian Laporan Laba Rugi ... 51

5. Laporan Laba Rugi Common Size dan Trend... 54

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Pendapatan ... 59

2. Analisis Beban ... 61

3. Analisis Penentuan Laba ... 62

4. Analisis Penyajian Laporan Laba Rugi ... 64

5. Analisis Common Size dan Trend pada Laporan Laba Rugi .. 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 72

B. SARAN ... 75


(8)

ix

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Tabel 2.1. Laporan Laba Rugi Single Step ... 33

2. Tabel 2.2. Laporan Laba Rugi Multiple Step ... 35

3. Tabel 4.1. Pendapatan Aeronautika ... 44

4. Tabel 4.2. Pendapatan Non Aeronautika ... 45

5. Tabel 4.3. Pendapatan Diluar Usaha ... 47

6. Tabel 4.4. Biaya Usaha ... 48

7. Tabel 4.5. Biaya Diluar usaha ... 50

8. Tabel 4.6. Laporan Laba Rugi Komparatif Tahun 2005 dan 2006 ... 53

9. Tabel 4.7. Laporan Laba Rugi Common Size ... 56


(9)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Gambar 1.1 Kerangka Konseptual. ... 4 2. Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 43


(10)

vii

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Tabel 2.1. Laporan Laba Rugi Single Step ... 33

2. Tabel 2.2. Laporan Laba Rugi Multiple Step ... 35

3. Tabel 4.1. Pendapatan Aeronautika ... 44

4. Tabel 4.2. Pendapatan Non Aeronautika ... 45

5. Tabel 4.3. Pendapatan Diluar Usaha ... 47

6. Tabel 4.4. Biaya Usaha ... 48

7. Tabel 4.5. Biaya Diluar usaha ... 50

8. Tabel 4.6. Laporan Laba Rugi Komparatif Tahun 2005 dan 2006 ... 53

9. Tabel 4.7. Laporan Laba Rugi Common Size ... 56


(11)

vii

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Gambar 1.1 Kerangka Konseptual. ... 4 2. Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 43


(12)

v ABSTRAK

Laporan laba rugi merupakan salah satu laporan yang memberikan gambaran ringkas mengenai pendapatan dan beban yang disusun secara sistematis dari suatu unit usaha pada periode tertentu. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji penerapan Standar Akuntansi Keuangan dalam penyajian laporan laba rugi perusahaan apakah telah sesuai atau tidak sesuai dengan PSAK, maka diambillah objek penelitian pada PT.(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pendapatan utama perusahaan diperoleh dari pendapatan Aeronautika dan Non Aeronautika, dimana pendapatan dan beban diakui berdasarkan basis akrual. Penetapan laba dilakukan dengan cara membandingkan seluruh beban dengan pendapatan yang terjadi dalam suatu periode. Dengan demikian, kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini bahwa PT.(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan telah menerapkan Standar Akuntansi Keuangan dalam penyajian laporan laba rugi.


(13)

vi ABSTRACT

Income statement is one of the report that give the summary of description about revenue and expenses were prepared systematically way from one business unit for one period. This research is meant to study the applying financial accounting standard in presentation of income statement. Whether have according to or not with financial accounting standard statement. So, writer took the research object at PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan. In this research the writer use the descriptive analysis method.

Data that used is primary and secondary data. Technique data collecting through interview and documentation. The result of this research is known that main revenue obtained from Aeronautika and non Aeronautika revenue. Revenue and Expense are recognition actual basis method. Profit fixed doing by compare the Revenue and Expense value in one period.

Thereby, the conclusion from this research is that PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan have applying Financial Accounts Standard in income statement presentation.


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum tujuan jangka pendek berdirinya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk kelangsungan hidup perusahaan dan perluasan usaha jika memungkinkan. Kemajuan dan keberhasilan yang dicapai oleh suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada periode tertentu. Oleh karena itu, laba dapat dijadikan sebagai dasar ukuran berhasil atau tidaknya perusahaan dalam kegiatan operasionalnya dan juga sebagai salah satu barometer untuk mengukur tingkat kemajuan perusahaan dari satu periode ke periode yang lain.

Dalam menghadapi pertumbuhan ekonomi dunia yang semakin pesat dimana terbukanya arus informasi secara global setiap perusahaan dituntut untuk dapat bekerja efektif dan efisien sehingga dapat mencapai tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk mengikuti perkembangan bisnis yang semakin kompleks tersebut, diperlukan keseimbangan informasi yang sesuai. Salah satu bentuk informasi tersebut adalah berupa laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh perusahaan. Dalam menyusun laporan keuangan tersebut haruslah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU) yang berlaku di Indonesia yang telah dituangkan dalam Standar Akuntansi Keuangan yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Demikian pula dengan penyusunan laporan laba rugi yang menjadi salah satu komponen laporan keuangan haruslah sesuai dengan SAK yang telah


(15)

2

ditetapkan oleh IAI agar informasi yang disampaikan tidak memberikan pengertian yang rancu dan ambiguity bagi pengguna informasi tersebut. Sehingga mempermudah pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan.

PT.(PERSERO) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan yang menjadi penelitian penulis adalah sebuah BUMN yang bergerak dalam bidang jasa bandar udara, pemeliharaan fasilitas bandar udara serta kegiatan tugas-tugas lain sesuai dengan kebijaksanaan yang telah digariskan direksi, dimana perusahaan bertanggung jawab untuk menyusun dan menyajikan laporan keuangan yang harus sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan pemakai laporan keuangan tersebut. Melihat begitu pentingnya penyajian laporan keuangan yang berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) penulis merasa tertarik untuk menuangkannya dalam skripsi yang diberi judul “Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Dalam Penyajian Laporan Laba Rugi Pada PT.(PERERO) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan) “

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan masalah pada penelitian penulis yaitu :

Apakah PT.(PERSERO) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan telah menerapkan Standar Akuntansi Keuangan yang telah ditetapkan oleh IAI dalam penyajian laporan laba rugi?


(16)

3

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah PT.(PERSERO) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan telah menerapkan Standar Akuntansi Keuangan yang telah ditetapkan oleh IAI dalam penyajian laporan laba rugi.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh penulis dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis sebagai wadah menuangkan pemikiran dan mengembangkan kemampuan untuk meneliti, serta menambah pengetahuan tentang ilmu Akuntansi khususnya mengenai laporan keuangan.

2. Bagi PT. (PERSERO) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam hal penyajian laporan laba rugi yang sesuai dengan Standar Akuntansi keuangan yang telah ditetapkan oleh IAI. 3. Bagi Pihak lain, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian

sejenis.

F. Kerangka Konseptual

1Neraca 1.Lap. Laba/Rugi 2.Lap. Perubahan Ekuitas 3.Lap. Arus Kas


(17)

4


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Keuangan

Sebelum membahas pengertian laporan laba rugi, penulis akan membahas pengertian laporan keuangan terlebih dahulu. Laporan keuangan adalah suatu laporan yang dibuat oleh manajemen perusahaan pada waktu-waktu tertentu yang menggambarkan posisi keuangan pada satu tanggal tertentu dan laba rugi operasi dalam suatu periode tertentu.

Tujuan dari laporan keuangan secara umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian serta arus kas.

Pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yaitu :

1. Investor

Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus


(19)

membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Investor juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

2. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pasca kerja dan kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.


(20)

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan.

6. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

7. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang diperkerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya

Adapun tujuan laporan keuangan menurut Bernsten dalam buku Sofyan Syafri

Harahap (2006 : 18)

a. Screening : laporan keuangan ditujukan untuk mengetahui situasi dan kondisi

perusahaan dari laporan keuangan tanpa operasi langsung kelapangan..

b. Understanding : laporan keuangan ditujukan untuk memahami perusahaan,

kondisi keuangan dan hasil usahanya.

c. Forecasting : laporan keuangan ditujukan untuk meramalkan kondisi keuangan

perusahan dimasa yang akan datang.

d. Diagnosis : laporan keuangan ditujukan untuk melihat kemungkinan adanya

masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain dalam perusahaan.

e. Evaluation : laporan keuangan ditujukan untuk menilai prestasi manajer dalam


(21)

1. Komponen Laporan Keuangan

Menurut IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 01. 07) laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini:

1. Neraca

2. Laporan Laba Rugi

3. Laporan Perubahan Ekuitas 4. Laporan Arus Kas

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

2. Teknik Analisis Laporan Keuangan

Pengertian analisis laporan keuangan menurut Sofyan Safri harahap (2006 : 190)

Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.

Dengan kata lain informasi yang diperoleh dari hubungan-hubungan ini menambah pandangan dari sisi lain memperdalam informasi dari data yang ada terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga lebih bermanfaat bagi para pengambil keputusan.

Tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan

Analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur itu dari tahun ketahun dan untuk mengetahui arah perkembangannya.


(22)

Berikut ini akan diuraikan tentang manfaat analisis laporan keuangan berdasarkan pada kepentingan para pemakai laporan yaitu :

a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas dan lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.

b. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata(explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit)

c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

d. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

e. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi peningkatan.

f. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.

g. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

h. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.

i. Dapat memahami situasidan kondisis keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan lainnya.

j. Memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.


(23)

1. Analisis komparatif (perbandingan) adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih dengan menunjukkan :

a. Data absolute atau jumlah-jumlah dalam rupiah b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase d. Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio e. Persentase dari total

2. Analisis persentase trend adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya apakah menunjukkan tendensi tetap naik atau bahkan turun.

3. Analisis common size adalah suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan penjualannya.

4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya kerja dalam periode tertentu.

5. Analisis sumber dan penggunaan kas adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu.


(24)

6. Analisa rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

7. Analisis perubahan laba kotor adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari satu periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode tersebut.

8. Analisis break even adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicaapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak mengalami kerugian tetapi juga belum memperoleh keuntungan.

Jenis-jenis analisis yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah a. Analisis common size

Analisis common size ini untuk melihat struktur keuangan baik dari laba rugi, neraca atau arus kas. Untuk melihat struktur keuangan ini maka laporan keuangan dikonversikan kebentuk persentase dengan mengkaitkannya dengan pos-pos penting. Teknik ini menggunakan pola penyederhanaan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan atau bisa disebut juga pengawaman laporan keuangan. Proses ini juga memerlukan angka dasar yang ditetapkan sebagai dasar penghitungan angka konversi. Tanpa mengabaikan angka lain, biasanya untuk laporan laba rugi, yang menjadi pos dasar adalah penjualan. Angka penjualan dianggap 100% sehingga komponen pos laba rugi dibawahnya dikaitkan dengan angka penjualan dikonversikan keangka persentase. Sama dengan halnya dengan laporan laba rugi, pada neraca yang dipakai total aset atau total utang dan modal


(25)

sebagai dasar dengan angka 100% berarti pos-pos aset akan dipersentasekan ketotal utang dan modal itu. Dengan demikian neraca akan menjadi angka-angka awam dalam bentuk persentase ke total aset.

b. Analisis trend

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan keadaan suatu perusahaan dimasa yang akan datang baik kecenderungan naik, turun, maupun tetap. Teknik analisis ini biasanya dipergunakan untuk menganalisis laporan keuangan yang meliputi minimal tiga periode atau lebih. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan perusahaan melalui rentang perjalanan waktu yang sudah lalu dan memproyeksi situasi masa itu kemasa berikutnya. Berdasarkan data historis dicoba melihat kecenderungan yang mungkin akan muncul dimasa yang akan datang. Menghitung analisis trend pertama harus dipilih tahun dasar kemudian jumlah tahun dasar dinyatakan dalam 100%, selanjutnya jumlah untuk seluruh tahun dinyatakan dalam persentase terhadap jumlah tahun dasar. Tahun dasar ini dapat ditentukan dengan melihat arti suatu tahun, bisa tahun pendirian, tahun perubahan, atau tahun reorganisasi dan tahun bersejarah lainnya. Analisis trend ini memberikan gambaran proses yang panjang dari posisi keuangan perusahaan, pendapatan serta sumber dan penggunaan dana bagi para pemakai laporan keuangan. Bagaimana juga para pemakai perlu mengenali analisis trend khusus untuk melihat kepekaan terhadap inflasi.


(26)

Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan, enam bulan dan setahun. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi, kelebihan ini disebut dengan laba sebaliknya jika beban melebihi pendapatan maka disebut rugi. Laporan laba rugi biasanya disajikan langsung dari neraca lajur, tetapi urutan-urutan pencantuman beban dapat berubah-ubah. Salah satu metode untuk mengurutkan beban adalah menyusunnya berdasarkan besarnya beban, dimulai dari beban yang paling besar jumlahnya. Beban rupa-rupa biasanya ditempatkan pada urutan terakhir tanpa memperhatikan besarnya beban tersebut.

Menurut Niswonger (2005 : 24) laporan laba rugi adalah “laporan yang mengikhtisarkan dari pendapatan dan beban sebuah perusahaan dalam periode waktu tertentu”.

C. Pengertian Pendapatan Dan Beban Pengertian Pendapatan

Akuntansi bertujuan untuk menyediakan informasi yang dapat dipergunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu informasi yang dapat dihasilkan adalah informasi tentang pendapatan yang diperlukan oleh berbagai pihak untuk kepentingan masing-masing. Berikut ini pengertian pendapatan

IAIDalam Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 23. 06) pendapatan adalah “arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.


(27)

Menurut Smith Skousen, dkk (2004 : 230) “ Pendapatan merupakan arus masuk atau peningkatan aktiva lainnya sebuah entitas atau pembentukan hutangnya (atau kombinasi keduanya) dari pengantaran barang atau penghasilan barang, memberikan pelayanan, atau melakukan aktivitas lain yang membutuhkan operasi pokok atau sentuhan entitas yang berlangsung”.

Pendapatan dapat timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi berupa penjualan barang, penjualan jasa dan penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty dan dividen. Pendapatan tersebut harus diukur dengan nilai yang wajar, imbalan yang diterima atau yang dapat diterima.

Pendapatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Pendapatan usaha (operasional)

Pendapatan usaha adalah pendapatan yang berasal dari aktivitas utama perusahaan. Pendapatan dari sumber ini jumlahnya cukup material dan sifatnya normal dan terjadi berulang-ulang (rutin).

2. Pendapatan non usaha (non operasional)

Pendapatan non usaha adalah pendapatan yang bukan berasal dari aktivitas utama perusahaan, jumlahnya tidak material dan tidak sering terjadi. Jenis pendapatan non operasional antara lain pendapatan yang berasal dari penggunaan aktiva atau sumber ekonomi perusahaan yang lain oleh pihak lain dan pendapatan yang diperoleh dari penjualan aktiva diluar barang dagangan atau hasil produksi.

Pengertian Beban

Dalam membicarakan beban sering kali dalam praktiknya disamakan dengan biaya. Namun sebenarnya bila ditinjau dari asal katanya beban adalah expense sedangkan


(28)

biaya adalah cost. Biaya adalah pengeluaran yang belum habis masa manfaatnya dan masih harus dibebankan pada periode berikutnya, sedangkan beban adalah pengeluaran yang sudah habis masa manfaatnya dan telah dibebankan seluruhnya pada periode berjalan.

Menurut Smith Skousen, dkk (2004 : 230) beban merupakan “arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut”.

IAI Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2007 : Kerangka DasarPenyusunan dan penyajian Laporan Keuangan. 70) Beban adalah “Penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal”.

Pada perusahaan jasa umumnya beban dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Beban usaha

Beban usaha adalah biaya-biaya yang terjadi dalam rangka menjalankan usaha pokok perusahaan sehubungan dengan operasi perusahaan untuk melakukan penjualan barang/jasa. Dalam laporan laba rugi beban usaha biasanya mencakup: beban penjualan, beban administrasi dan umum

Beban Penjualan adalah keseluruhan beban yang dikorbankan dalam rangka melaksanakan penjualan barang/jasa, misalnya beban komisi penjualan dan beban gaji


(29)

bagian penjualan. Sedangkan beban administrasi dan umum adalah keseluruhan beban yang dikorbankan dalam hubungannya dengan kegiatan administrasi dan umum, misaslnya beban gaji, beban perlengkapan kantor, beban pemeliharaan dan perawatan umum.

2. Beban diluar usaha

Beban diluar usaha adalah beban-beban yang terjadi tidak berkaitan dengan usaha pokok perusahaan, seperti beban bunga bank, kerugian atas penjualan aktiva tetap, dll.

D. Pengakuan Pendapatan dan Beban Pengakuan Pendapatan

Persamaan persepsi dan pandangan akan pengakuan pendapatan mengaju kepada kedayagunaan informasi akuntansi yang relevan dan realiable. Persamaan tersebut hanya dapat didukung atas pernyataan objektif dan kriteria pengakuan pendapatan.

Menurut Belkaoui (2001 : 127) karakteristik pendapatan adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan itu didasarkan atas transaksi aktual yang diadakan oleh perusahaan

(terutama yang berasal dari penjualan barang atau jasa dikurangi dengan biaya yang dibutuhkan untuk mencapai penjualan tersebut)

2. Pendapatan itu didasarkan pada periode postulat dan merujuk pada kinerja keuangan perusahaan selama satu periode tertentu.

3. Pendapatan itu didasarkan pada prinsip realisasi.

4. Pendapatan itu memerlukan pengukuran biaya dalam biaya historis bagi perusahaan.

5. Pendapatan itu meminta bahwa pendapatan yang telah direalisasi pada suatu periode harus dikaitkan dengan biaya relevan yang layak atau sesuai.

Pengakuan pendapatan berarti adanya penerimaan nilai baru kedalam aktiva perusahaan sebagai akibat dari pembukuan. Pengakuan pendapatan dapat dilakukan apabila adanya penerimaan uang tunai atau timbulnya tuntutan hukum atas uang tunai yang berasal dari transaksi ekonomi yang dilakukan. Oleh karena itu saat diakuinya pendapatan sangat penting. Hal ini untuk menghindari kerancuan dalam penyusunan dan


(30)

penyajian laporan laba rugi, juga untuk menghindari kesalah pahaman yang dapat menyesatkan para pemakainya dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 23. 13) Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi :

a. Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.

b. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual.

c. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal.

d. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut.

e. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal.

Standar Akuntansi Keuangan (2007 : 23. 19) Pendapatan atas penjualan jasa diakui jika dipenuhi seluruh kondisi berikut dipenuhi :

1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.

2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan.

3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal.

4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.

Pendapatan yang timbul dari penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain tersebut harus diakui dengan dasar sebagai berikut :

a. Bunga harus diakui atas dasar proporsi waktu yang memperhitungkan hasil efektif aset tersebut.

b. Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan.

c. Dalam metode biaya (cost method), dividen tunai, harus diakui bila hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.


(31)

Perbedaaan saat pengakuan pendapatan akan mempengaruhi jumlah pendapatan yang akan dilaporkan. Secara umum ada dua dasar pengakuan pendapatan yaitu :

1. Accrual Basis

Dasar akrual ini mengakui pendapatan pada saat periode terjadinya transaksi pendapatan. Dengan dasar ini pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian dan bukan pada saat kas diterima. Pengakuan pendapatan berdasarkan metode ini antara lain :

a. Selama kegiatan produksi

Yaitu dalam hal sewa, bunga dan komisi yang dianggap sebagai pendapatan berdasarkan perjanjian yang telah dibuat sebelumnya.

b. Untuk kontrak jangka panjang

Yaitu pendapatan diakui berdasarkan kemajuan pekerjaan atau persentase penyelesaian

c. Pendapatan dari cost plus fixed fee contract

Yaitu kontrak yang dibuat berdasarkan fee yang sudah tetap ditambah dengan biaya –biaya tertentu.

d. Perubahan aset karena pertumbuhan yang mengakibatkan bertambahnya pendapatan seperti : peternakan dan hutan tanam industri untuk industri perkayuan.

2. Cash Basis

Menurut dasar ini yang menjadi perhatian utama yaitu pada waktu menentukan pengakuan pendapatan adalah kejadian-kejadian penting dalam siklus operasi perusahaan.


(32)

Dengan melihat segala kegiatan dan peristiwa yang mendukung terjadinya pendapatan, maka pengakuan pendapatan dibagi atas empat yaitu :

a. Pendapatan diakui selama berlangsungnya produksi

Metode ini biasanya terjadi pada perusahaan-perusahaan konstruksi yang memiliki kontrak pembangunan yang sifatnya jangka panjang yang membutuhkan waktu penyelesaian yang lebih dari satu periode. Dalam pekerjaan, harga kontrak sudah ditetapkan sebelumnya dengan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kontraknya.

b. Pendapatan diakui pada saat selesainya produksi

Metode pengakuan pendapatan ini maka perusahaan akan mengakui pendapatannya apabila produksi yang dilakukan telah selesai seluruhnya. Biasanya dijumpai pada perusahaan-perusahaan yang memeproduksi logam mulia dan hasil pertanian.

c. Pendapatan diakui pada saat kas diterima

Pengakuan pendapatan hingga diterimanya uang tunai digunakan apabila dipenuhinya kriteria dibawah ini :

1. Apabila tidak memungkinkan untuk mengukur nilai aktiva yang diterima secara cukup tepat.

2. Apabila masih ada biaya-biaya yang material jumlahnya yang masih harus dikeluarkan dan biaya-biaya itu tidak dapat ditaksir jumlahnya secara tepat. Biasanya diterapkan oleh perusahaan yang melaksanakan penjualan cicilan atas barang dagangannya.


(33)

Metode ini mengakui pendapatan pada saat produk atau barang dagangannya yang diserahkan ataupun jasa-jasa telah diberikan kepada pelanggan. Pengakuan pendapatan berdasarkan penjualan didasarkan paada berikut ini :

1. Harga jual telah dapat ditentukan dengan pasti.

2. Produk telah berada diluar perusahaan dan suatu aktiva harus telah menggantikannya karena suatu pertukaran telah terjadi.

3. Untuk sebagian besar perusahaan, penjualan merupakan peristiwa keuangan yang paling penting dalam kegiatan ekonomi perusahaan.

4. Sebagian besar biaya produksi atau pengadaan produksi tersebut telah terjadi dan dengan mudah dapat ditetapkan.

Pengakuan Beban

Dalam pengakuan beban ada dua dasar atau basis pencatatan yaitu :

1. Accrual Basis yaitu beban diakui walaupun belum ada pengeluaran atau pembayaran

kas atas beban yang terjadi.

2. Cash Basis yaitu pencatatan dan pengakuan beban hanya akan dilakukan jika telah

terjadi pembayaran atau pengeluaran kas. Selama belum dibayar dan belum ada pengeluaran kas maka beban tersebut tidak diakui.

Untuk mendapatkan pengukuran yang akurat maka penentuan dan pengakuan beban harus sama dengan pengakuan pendapatan sehingga penentuan labanya juga akurat. Jika beban diakui secara accrual basis, maka pendapatan juga diakui secara

accrual basis dan harus ditetapkan secara konsisten dari periode keperiode berikutnya.

Menurut Stice, dkk (2004: 235) pengakuan beban dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:


(34)

1. Pengakuan penandingan (direct matching)

Mengaitkan atau menghubungkan beban pada pendapatan tertentu sering disebut proses pengaitan atau penandingan (matching) misalnya harga pokok penjualan jelas merupakan beban langsung yang dapat dikaitkan atau ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan oleh penjualan barang dan dilaporkan pada periode yang sama dengan pengakuan pendapatan. Hal yang sama beban pengiriman dan komisi penjualan biasanya berkaitan langsung dengan pendapatan. Beban langsung tidak hanya mencakup beban yang sudah terjadi tetapi juga beban yang diantisipasi berhubungan dengan pendapatan pada periode yang sama. Setelah penyerahan barang kepada pelanggan masih ada beban penagihan, karena tidak tertagihnya piutang usaha dan beban garansi yang mungkin terjadi atas barang yang rusak. Beban ini terhubung langsung dengan pendapatan dan harus diestimasi serta dikaitkan dengan pendapatan yang diakui untuk periode tersebut.

2 Pengakuan segera (immediate recognition)

Pengakuan segera digunakan apabila beban tidak berkaitan langsung dengan pendapatan, tetapi beban tersebut dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa yang secara tidak langsung membantu menghasilkan pendapatan. Sehingga beban yang terjadi diakui sebagai beban dalam periode yang bersangkutan karena barang dan jasa tersebut langsung digunakan. Contohnya beban administrasi seperti gaji bagian kantor, utilitas dan beban iklan.

3. Alokasi yang sistematik dan rasional ( systematic and rational alocatin)

Sedangkan pengakuan beban secara alokasi sistematik dan rasional berkaitan dengan aktiva yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Seperti harga perolehan bangunan yang dialokasikan dan dibebankan pada periode sepanjang umur ekonomis yang diharapkan atau ditetapkan denga cara yang rasional dan sistematik. Begitu juga halnya dengan peralatan mesin, hak paten dan aktiva lainnya. Beban-beban ini sangat tidak logis bila dikaitkan langsung dengan pendapatan periode perolehannya secara keseluruhan, karena kontribusinya tidak hanya pada periode pada saat perolehan aktiva tersebut. Beban yang termasuk dalam kategori ini adalah beban penyusutan dan beban amortisasi.

E. Penentuan Laba Pengertian Laba

Laba dalam ilmu akuntansi lebih menekankan pada segi teknisnya yaitu bagaimana menentukan atau menghitung laba dan melaporkannya didalam laporan laba rugi.

Commite On Terminology dalam Harahap (2003 : 228) menyatakan “ Laba adalah jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi”.


(35)

Pendapat diatas menjelaskan bahwa laba dalam akuntansi merupakan hasil dari pendapatan baik operasional maupun non operasional dikurang dengan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan laba.

Penentuan Laba

Penentuan laba pada umumnya dilakukan dengan menandingkan pendapatan (revenue) dengan biaya (cost) atau disebut juga dengan matching of costs with revenues. Dalam mengukur laba ada dua pendekatan yang dipakai yaitu :

1. Pendekatan penilaian (penilaian aktiva bersih perusahaan)

Dalam pendekatan penilaian aktiva bersih perusahaan bahwa laba adalah suatu konsep residual. Secara operasional, pendekatan ini membutuhkan pengukuran aktiva dan kewajiban suatu perusahaan pada dua titik waktu. Jika selisih aktiva dan kewajiban yang dikenal sebagai aktiva bersih atau ekuitas meningkat setelah semua investasi atau distribusi ekuitas yang baru dieleminasi, maka laba telah dihasilkan, apabila tidak ada perubahan maka tidak ada laba.

2. Pendekatan transaksi

Pendekatan transaksi disebut juga sebagai metode penandingan yaitu memusatkan perhatian pada kejadian-kejadian usaha yang mempengaruhi elemen-elemen tertentu laporan keuangan yaitu pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.

Secara umum terdapat dua basis akuntansi yang berkaitan dengan pengukuran laba, yaitu: a. Cash Basis

Dalam konsep ini disebutkan bahwa penghasilan dari penjualan barang atau jasa dan dari sumber lain baru dibukukan bila sudah diterima tunai, beban yang berhubungan dengan berkurangnya harta, barang dagangan dan beban yang lain


(36)

baru dibukukan bila sudah dibayar tunai. Dalam konsep ini terdapat penekanan unsur kas yang menjadi dasar penentuan laba.

b. Accrual Basis

Dalam konsep accrual basis ini menyebutkan bahwa pendapatan telah dibukukan apabila barang atau jasa sudah dijual walaupun pembayaran belum diterima. Beban juga sudah dibukukan bila sudah dibebankan baik yang sudah dibayar tunai maupun yang belum dibayar.

F. Standar Akuntansi Keuangan Mengenai Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi dipergunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi yang perlu dilakukan adalah membandingkan laporan laba rugi perusahaan dengan periode sebelumnya, dan membandingkan laporan laba rugi suatu perusahaan dengan laporan laba rugi perusahaan lainnya yang sejenis pada periode yang sama. Pembandingan laporan laba rugi tersebut tidak akan bermanfaat apabila pedoman atau dasar penyusunan dan penyajiannya berbeda-beda. Untuk itu agar ada keseragaman dalam penyusunan dan penyajian laporan laba rugi maka dibuat suatu pedoman atau standar yang kita kenal dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Laporan laba rugi suatu perusahaan harus disusun sedemikian rupa sehingga memberikan gambaran yang jelas dan tepat mengenai hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Penyajiannya harus memuat secara terperinci unsur-unsur pendapatan


(37)

dan beban dan disusun dalam bentuk urutan kebawah (staffel) dengan pemisahan penghasilan utama dengan penghasilan dari bidang usaha lain serta pos luar biasa.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:01.56) laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa, menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut :

1. Pendapatan 2. Laba rugi usaha 3. Beban pinjaman

4. Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas

5. Beban pajak

6. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan 7. Pos luar biasa

8. Hak minoritas

9. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.

Menurut Thomas R Dyckman (2001:26) unsur-unsur laporan laba rugi adalah a. Bagian operasi. Bagian yang melaporkan pendapatan dan Beban dari operasi

utama perusahaan.

1. Bagian Penjualan atau pendapatan .Sub bagian ini menyajikan penjualan, diskon, retur penjualan, harga dan informasi lainnya yang berhubungan. Tujuannya adalah untuk memperoleh jumlah bersih pendapatan penjualan 2. Bagian harga pokok penjualan. Sub bagian yang memperlihatkan harga pokok

barang yang dijual untuk mendapatkan penjualan.

3. Beban penjualan. Sub bagian yang mencantumkan daftar beban-beban yang berasal dari upaya perusahaan untuk melakukan penjualan.

4. Beban administrasi atau umum. Sub bagian yang melaporkan beban administrasi atau umum.

b. Bagian non operasi. Laporan pendapatan dan beban yang berasal dari aktivitas skunder atau tambahan dari perusahaan. Selain itu keuntungan dan keunggulan khusus yang jarang muncul atau tidak biasa, tetapi tidak keduanya, biasanya juga dilaporkan dalam bagian ini. Umumnya pos-pos ini dibagi menjadi dua bagian utama :

1. Pendapatan dan keuntungan lain. Daftar pendapatan yang dihasilkan atau keuntungan yang terjadi dari transaksi non operasi, yang umumnya berupa nilai bersih dari beban yang terkait.

2. Beban dan kerugian lain. Daftar beban atau kerugian yang terjadi dari transaksi non operasi , yang umumnya berupa nilai bersih dari setiap pendapatan yang berhubungan.


(38)

c. Pajak Penghasilan. Bagian pendek yang melaporkan pajak penghasilan yang dikenakan atas laba dari operasi berlanjut.

d. Operasi yang dihentikan. Keuntungan atau kerugian material yang berasal dari disposisi segmen bisnis.

e. Pos-pos luar biasa. Keuntungan dan kinerja material yang bersifat tidak biasa dan yang terjadi.

f. Pengaruh kumulatif dari perubahan prinsip akuntansi. g. Laba per saham

G. Penyajian Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi memuat laba ataupun rugi yang dialami perusahaan dalam suatu periode akuntansi yang didapatkan dari penandingan antara pendapatan dan beban. Laporan laba rugi harus disusun dengan dan disajikan dengan benar dan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU) sehingga dapat memenuhi kebutuhan para pemakainya.

Konsep laporan laba rugi yang digunakan ada dua yaitu :

1. Current operating concept of income ( konsep laba operasi berjalan) 2. All inclusive concept of income (konsep laba menyeluruh)

Menurut current operating concept of income (konsep laba berjalan), laba hanya akan mencerminkan perubahan-perubahan nilai dan peristiwa-peristiwa yang dapat dikendalikan oleh manajemen. Perubahan-perubahan dianggap relevan hanyalah perubahan yang berasal dari kegiatan perusahaan yang normal, sedangkan hasil atau beban oleh keadaan atau kejadian luar biasa dimasukkan kedalam laporan laba ditahan. Laba menurut metode ini dapat memberikan ukuran yang baik mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan juga berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi laba periode yang lalu dan memperkirakan laba periode yang akan datang. Ada beberapa keuntungan penggunaan dengan metode ini yaitu :


(39)

a. Menyajikan laba yang lebih bermanfaat untuk penandingan antara periode dan antar perusahaan.

b. Walaupun harus ada pengungkapan penuh dan tersendiri atas pos-pos non operasional, tetapi analisis keuangan dan pemakai data akuntansi lainnya sering menekankan satu angka untuk laba bersih selama satu periode tertentu sehingga laba bersih operasi yang sedang berjalan akan lebih berguna sebagai pengukur performansi operasi yang sedang berjalan.

Sedangkan menurut metode all inclusive concept of income (konsep laba menyeluruh) bahwa seluruh pos-pos yang mempengaruhi laba yang ditahan kecuali pembagian dividen penyesuaian untuk perkiraan pemilik dimasukkan dalam perhitungan laba. Menurut metode ini suatu laporan laba rugi haruslah dapat menggambarkan aktivitas perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan demikian laporan laba rugi selain berisikan kejadian-kejadian normal perusahaan juga berisikan kejadian-kejadian luar biasa yang disajikan pada kategori tersendiri dalam laporan laba rugi, sehingga laporan laba rugi akan menunjukkan laba usaha operasi dan laba sesudah operasi normal perusahaan.

Alasan-alasan penggunaan metode ini adalah :

1. Laba bersih tahunan yang dilaporkan dan dijumlahkan selama umur perusahaan haruslah sama dengan total laba bersih perusahaan itu.

2. Pengabaian beban tertentu dan kreditnya dari perhitungan laba bersih memberi kesempatan untuk memanipulasi atau meratakan angka tahunan.


(40)

3. Perhitungan laba rugi yang meliputi semua beban dan kredit yang diakui selama tahun itu dapat dikatakan lebih mudah dipersiapkan dan dipahami oleh para pemakai laporan laba rugi.

4. Dengan pengungkapan penuh sifat perubahan laba selama tahun itu pembaca laporan dianggap lebih mampu membuat klasifikasi yang tepat untuk sampai pada pengukuran laba secara tepat.

5. Perbedaan antara beban dan pendapatan operasi dan non operasi tidak dapat ditetapkan secara jelas.

Standar Akuntansi Keuangan menganut Konsep all inclusive concept seperti yang disebutkan di bawah ini : laba atau rugi bersih untuk periode berjalan terdiri dari unsur-unsur berikut yang masing-masing harus diungkapkan pada laporan laba rugi :

a. Laba atau rugi dari aktivitas normal b. Pos luar biasa.

Pos-pos luar biasa (extraordinary items) didefinisikan sebagai pos-pos material yang secara signifikan berbeda dengan aktivitas bisnis utama perusahaan. Kriteria untuk pos-pos luar biasa adalah sbb:

1. Bersifat tidak biasa (unusual nature)

Kejadian atau transaksi yang mendasari harus memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan merupakan jenis yang secara jelas tidak berhubungan dengan atau hanya bersifat insidentil berkaitan dengan aktivitas normal dan umum perusahaan dengan memperhitungkan lingkungan dimana perusahaan beroperasi.


(41)

Kejadian atau transaksi yang mendasari harus merupakan jenis yang tidak diharapkan akan terjadi kembali dimasa yang akan datang (foreseeable future), dengan memperhitungkan lingkungan dimana perusahaan beroperasi.

APB menyatakan bahwa keuntungan dan kerugian yang bukan merupakan pos luar biasa adalah :

a. Penurunan atau penghapusan piutang, persediaan, peralatan yang dilease kepada pihak lain, biaya riset dan pengembangan yang ditangguhkan, serta aktiva tak berwujud lainnya.

b. Keuntungan atau kerugian dari pertukaran atau translasi valuta asing, termasuk yang berhubungan dengan devaluasi dan revaluasi berskala besar.

c. Keuntungan atau kerugian atas pelepasan segmen bisnis.

d. Keuntungan atau kerugian lain dari penjualan atau pembebasan properti pabrik atau peralatan yang dipakai dalam operasi.

e. Pengaruh pemogokan termasuk yang dialami oleh pesaing dan pemasok penting. f. Penyesuaian akrual atas kontrak jangka panjang.

Pos-pos yang diuraikan diatas tidak dianggap sebagai pos luar biasa karena bersifat biasa dan diperkirakan akan terjadi sebagai akibat dari aktivitas bisnis yang normal atau berlanjut. Hanya dalam situasi yang jarang terjadi suatu kejadian atau transaksi secara jelas memenuhi kriteria sebagai pos luar biasa. Berikut disajikan contoh laporan laba rugi setelah kerugian dan keuntungan dari pos luar biasa.


(42)

Contoh 1: asumsikan bahwa Schindler Company memiliki laba sebelum pajak penghasilan dan pos luar biasa sebesar $250.000 serta kerugian luar biasa akibat bencana banjir sebesar $100.000. Dengan mengasumsikan tarif pajak 30 %.

Jawab :

Laba sebelum pajak penghasilan dan pos luar biasa $ 250.000

Pajak penghasilan $ 75.000

Laba sebelum pos luar biasa $ 175.000

Pos luar biasa kerugian akibat bencana banjir $100.000

Dikurangi: Pengurangan pajak penghasilan yang berlaku $ 30.000 $70.000

Laba bersih $105.000

Contoh 2 : asumsikan bahwa Schindler Company memiliki laba sebelum pajak penghasilan dan pos luar biasa sebesar $250.000 serta keuntungan luar biasa dari penjualan investasi saham sebesar $100.000. Jika tarif pajak penghasilan diasumsikan 30 %.

Jawab :

Laba sebelum pajak penghasilan dan pos luar biasa $ 250.000

Pajak penghasilan $ 75.000

Laba sebelum pos luar biasa $ 175.000

Keuntungan luar biasa-penjualan investasi saham $ 100.000

Dikurangi: Pengurangan pajak penghasilan yang berlaku $ 30.000 $70.000


(43)

Menurut Kieso, dkk (2002:154) dalam menyajikan laporan laba-rugi secara umum ada format yaitu :

a. Laporan laba-rugi bentuk langsung (single step income statement) b. Laporan laba-rugi bentuk bertahap (multiple step income statement)

Dalam laporan laba rugi bentuk langsung (single step income statement), semua data diklasifikasikan dalam du kategori yaitu pendapatan dan beban. Semua pendapatan seperti pendapatan jasa, pendapatan penjualan, dan pendapatan bunga dikelompokkan bersama dalam bagian pertama laporan dan lantas dijumlahkan untuk menghitung jumlah pendapatan. Semua beban , termasuk biaya pokok penjualan, beban operasi, dan beban lainnya dikelompokkan bersama dan dijumlahkan untuk menghitung jumlah beban. Untuk menghitung laba bersih, maka jumlah pendapatan tadi dikurangkan dengan jumlah beban. Terdapat dua alasan atas pemakaian single stepincome statement ini. Pertama, perusahaan tidak merealisasikan laba atau pendapatan apapun sampai jumlah pendapatan melebihi jumlah beban sehingga masuk akal membagi laporan laba rugi kedalam dua kategori. Kedua, format ini lebih sederhana dan lebih mudah dibaca dari pada multiple

step income statement. Karena banyak pengguna awam laporan keuangan yang mungkin

saja menjadi bingung melihat bermacam-macam unsur pada laporan laba rugi, maka banyak perusahaan yang menganut gaya penyajian single step income statement. Tujuannya adalah agar pembaca laporan lebih mudah menafsirkan laporan laba rugi yang disajikan oleh perusahaan. Berikut ini contoh laporan laba rugi bentuk langsung (single


(44)

Sumber : Henry Simamora, 2000, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis Sedangkan laporan laba rugi bertahap (multiple step income statement) terdiri dari beberapa bagian, sub bagian dan sub jumlah. Banyaknya rincian yang disajikan dalam masing-masing bagian tersebut berbeda-beda dari satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Multiple step income statement memberikan informasi yang lebih kaya tentang perihal perusahaan dengan membedakan antara aktivitas-aktivitas operasi dan non operasinya.

Keunggulan bentuk ini adalah memperlihatkan sejumlah sub total yang tidak tampak dalam laporan laba rugi dengan bentuk single step. Contohnya : untuk mencari

Tabel. 2.1 PT. Alam Semesta Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun Yang Berakhir pada 31 Desember 200X

Pendapatan :

Penjualan Bersih Rp. 7.919.000 Pendapatan Bunga 70.000

Jumlah Pendapatan Rp.7.989.000 Beban-beban

Harga Pokok Penjualan Rp. 4.429.000 Beban Penjualan 520.000 Beban Umum dan Administrasi 285.000 Beban Bunga 30.000

Jumlah Beban (5.264.000)


(45)

angka laba kotor, maka penjualan bersih dikurangkan dengan beban pokok penjualan. Perbandingan laba kotor dari satu periode ke periode lainnya akan berguna dalam menilai kinerja perusahaan dan memprediksi arus kas di masa depan dari penjualan produk perusahaan. Identifikasi yang terpisah atas pendapatan operasi juga bermanfaat untuk tujuan prediktif karena sifatnya yang rutin.Berikut ini disajikan contoh laporan laba rugi


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitia

BAB III

METODE PENELITIAN

Sumber : Henry Simamora, 2000, Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis

Tabel 2.2 PT. Alam Semesta Laporan Laba Rugi

Untuk Tahun Yang Berakhir pada 31 Desember 200X Pendapatan Penjualan :

Penjualan Rp. 8.000.000 Retur Penjualan Rp 54.000

Pot. Penjualan 27.000 (81.000)

Penjualan Bersih Rp.7.919.000

Persediaan awal Rp.1.519.000

Pembelian Rp. 4.000.000 Retur Pembelian (16.000) Pot. Pembelian (12.000) Beban Transportasi Masuk 48.000

Pembelian Bersih 4.020.000

Barang Tersedia Untuk Dijual Rp.5.459.000

Persediaan akhir ( 1.030.000)

Harga Pokok Penjualan 4.429.000

Laba Kotor Rp.3.490.000

Beban-beban Operasi :.

Beban-beban Penjualan :

Beban gaji Penjualan Rp. 410.000

Beban Iklan 60.000

Beban peny.peralatan Kantor 20.000 Beban transportasi Keluar 30.000

Juml. Beban Penjualan Rp. 520.000 Beban-beban Umum dan Adm.

Beban Gaji Kary. Kantor Rp. 148.000 Beban Perleng. Kantor 20.000 Beban Asuransi 40.000 Beban Sewa Kantor 62.000 Beban Lain-Lain 15.000

Juml. Beban Umum dan Adm. Rp. 285.000

Jumlah Beban Operasi 805.000

Laba Operasi Rp.2.685.000

Pendapatan Lain-lain

Pendapatan Bunga Rp. 70.000

Beban Lain-lain

Beban Bunga (30.000) 40.000


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian bertempat di PT.(PERSERO) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan. Dimulai pada bulan Juli 2007 sampai dengan Oktober 2007.

B. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan oleh penulis terdiri dari : a. Data primer

Data primer yang penulis kumpulkan adalah hasil wawancara berupa tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang terkait yaitu Divisi Akuntansi, Keuangan, Komersial, dan Personalia.

b. Data sekunder

Berupa literatur-literatur yang berhubungan dengan laporan laba rugi yang berguna untuk memperkuat uraian teoritis dalam penulisan skripsi ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah a. Teknik wawancara yaitu penulis melakukan serangkaian tanya jawab atau

wawancara secara langsung dengan para karyawan di perusahaan itu.

b. Teknik dokumentasi yaitu penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap dokumen-dokumen yang terdapat di perusahaan, seperti data laporan laba rugi.


(48)

Untuk menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu metode dengan menyusun data yang diperoleh kemudian di interpretasikan dan dianalisis sehingga memberikan informasi yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi.


(49)

1

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.

a. Sejarah Singkat Perusahaan

Bandar Udara Polonia Medan dikelola oleh perusahaan umum Angkasa Pura II yang sebelumnya dikelola Bandar Udara Polonia dibawah naungan PT.(persero) Angkasa Pura I perusahaan Angkasa Pura merupakan salah satu BUMN yang didirikan berdasarkan peraturan pemerintah (PP) No. 33 tanggal 15 november 1962 dengan nama Perusahaan Negara Angkasa Pura “Kemayoran”.

Pada periode 1959 hingga tahun 1982. Pengelolahan Bandar Udara Polonia dilaksanakan oleh dua instansi, yaitu TNI-AU dan jawatan penerbangan sipil. Tahun 1982 sampai sekarang pengolahan Bandar Udara Polonia dibagi menjadi dua daerah kegiatan militer dan penerbangan sipil dengan batas penguasaan dan landasan pacu pesawat. Kantor cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan mempunyai kegiatan dibidang jasa Bandar Udara, pemeliharaan fasilitas Bandar Udara serta kegiatan tugas-tugas lain sesuai dengan kebijaksanaan yang digariskan direksi.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.533 / MK / 1994 pada tanggal 22 Januari 1994 PT.(Persero) Angkasa Pura II mendapat tambahan tugas


(50)

2 untuk mengelola bandar udara polonia Medan dan dilanjutkan lagi berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan No. 278 / AU.001 / SKJ / 1994 tanggal 9 April 1994 dibentuk empat cabang bandar udara diantaranya terletak di Bandung, Pekan Baru, Padang. Banda Aceh. Mulai tahun 2000 jajaran yang masuk PT. Persero) Angkasa Pura II berjumlah menjadi 10 bandar udara yang terletak di berbagai daerah di Indonesia, diantaranya Palembang, Balik Papan, Jakarta, Medan, Tanjung Pinang.

Dalam melaksanakan kegiatan usaha atau tugas-tugas tersebut, kantor cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan bertugas menyiapakan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan pelayanan operasi keselamatan lalu lintas, memelihara fasilitas teknik peralatan, operasional Bandar Udara dan komersil.

b. Struktur Organisasi Perusahaan

Pihak-pihak yang mengelola perusahaan diatur sedemikian rupa dalam suatu strukur organisasi. Struktur organisasi merupakan hasil dari proses pengorganisasian. Struktur organisasi merupakan suatu kerangka dasar tertentu yang menunjukkan hubungan satuan-satuan organisasi dan individu-individu yang berada di dalam suatu organisasi. Melalui struktur organisasi maka tugas-tugas wewenang dan tanggung jawab setiap pejabat dapat diketahui dengan jelas dan tegas. Sehingga diharapkan setiap satuan-satuan organisasi dapat bekerja bersama-sama secara harmonis.

Pada PT.(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan, struktur organisasi sesuai dengan keputusan direksi PT.(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia yang masih memberlakukan struktur organisasi PT. Angkasa Pura I nomor KEP.58 / OM.00 / AP-I / 1994 tertanggal 4 September 1998 tentang


(51)

3 pemberlakuan organisasi, peraturan, sistem dan prosedur pada kantor cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan yang terdiri dari :

1. Kepala Cabang

2. Divisi Pelayanan Operasi Lalu-Lintas Udara (LLU)

Dalam Pelaksanaan tugas dan fungsinya Divisi Pelayanan Operasi Lalu-Lintas Udara ini dibantu oleh beberapa dinas yang bertanggung jawab kepadanya yaitu : a. Dinas Pelayanan Aero Drome dan Approach Control

b. Dinas Pelayanan Area Control

c. Dinas Pelayanan Bantuan Operasi Penerbangan 3. Divisi Pelayanan Operasi Bandar Udara

Dalam Pelaksanaan tugas dan fungsinya Divisi Pelayanan Operasi Bandar Udara ini dibantu oleh beberapa dinas yang bertanggung jawab kepadanya yaitu :

a. Dinas Pelayanan Bandar Udara

b. Dinas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Kebakaran c. Dinas Pengamanan Bandar Udara

4. Divisi Teknik Elektronika dan Listrik

Dalam Pelaksanaan tugas dan fungsinya Divisi Teknik Elektronika dan Listrik ini dibantu oleh beberapa dinas yang bertanggung jawab kepadanya yaitu :

a. Dinas Telekomunikasi dan Teknik Elektronika Bandara b. Dinas Teknik Navigasi Udara dan Radar Udara

c. Dinas Teknik Listrik


(52)

4 Dalam Pelaksanaan tugas dan fungsinya Divisi Teknik Umum Dan Peralatan ini dibantu oleh beberapa dinas yang bertanggung jawab kepadanya yaitu :

a. Dinas Teknik Bangunan

b. Dinas Teknik Landasan dan Tata Lingkungan c. Dinas Pengamanan Bandar Udara

6. Divisi Administrasi dan Komersil

Divisi administrasi dan komersil mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Menyiapkan dan melakukan kegiatan pengelolaan usaha komersil 2. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan keuangan 3. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan akuntansi

4. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan perlengkapan

5. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan administrasi kepegawaian, ketata usahaan dan umum.

Dalam Pelaksanaan tugas dan fungsinya Divisi Administrasi dan Komersil ini dibantu oleh beberapa dinas yang bertanggung jawab kepadanya yaitu :

a. Dinas Komersial b. Dinas Keuangan c. Dinas Akuntansi d. Dinas Perlengkapan

e. Dinas Kepegawaian dan Umum


(53)

5 Officer incharge sebanyak-banyaknya terdiri dari 5 orang yang kedudukannya setingkat dengan kepala divisi yang merupakan pelaksanaan non structural dalam menanggulangi permasalahan operasional tingkat pertama di bandar udara yang bertugas secara bergantian mengkoordinir kegiatan tersebut. Dalam melaksanakan tugas officer in charge bertanggung jawab langsung kepada kepala cabang.

Berikut ini adalah bagan dari stuktur organisasi PT(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan.


(54)

DINAS TEKNIK BANGUNAN DINAS TEKNIK MEKANIKAL DAN PERALATAN DINAS TEKNIK LANDASAN DAN TATA LINGKUNGAN DINAS TEKNIK TELEKOMUNIKASI & ELEKTRONIKA BANDARA DINAS TEKNIK LISTRIK DINAS NAVIGASI UDARA DAN RADAR DINAS PELAYANAN ADC & APP/TMA DINAS PELAYANAN BOP RANGTIKA DINAS PELAYANAN ACC DINAS PELAYANAN BANDAR UDARA DINAS PENGAMANAN DINAS PKP-PK DIVISI PELAYANAN OPERASI LLU DIVISI PELAYANAN OPERASI BANDARA DIVISI TEKNIK UMUM DAN PERALATAN DIVISI ADMINISTRASI DAN KOMERSIAL DINAS KOMERSIAL DINAS KEUANGAN DINAS AKUNTANSI DINAS PERLENGKAPAN DINAS KEPEG. DAN UMUM OIC

Max. 5 org

DIVISI TEKNIK ELEKTRONIKA

DAN LISTRIK KEPALA CABANG

Sumber : PT(Persero) Angkasa Pura II Bandar UdaraPolonia Medan Gambar 4.1 Struktur Organisasi


(55)

7

2. Sumber-Sumber Pendapatan dan Biaya

Pendapatan PT.(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan bersumber dari :

a. Pendapatan Usaha, yang terdiri dari : 1. Pendapatan Aeronautika

2. Pendapatan Non Aeronautika b. Pendapatan diluar Usaha

Tabel 4.1

Pendapatan Aeronautika

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006

No. Nama Perkiraan Jumlah

1. Pendapatan jasa pendaratan domestic Rp. 3.118.181.420.00 2. Pendapatan jasa penempatan domestik Rp. 151.966.800.00 3 Pendapatan jasa penyimpanan domestik Rp. 0 4. Pendapatan jasa lampu landasan dometik Rp. 0 5. Pendapatan jasa pelayanan penumpang doms. Rp. 36.875.079.934.00 6. Pendapatan jasa pelayanan penerbangan doms. Rp. 3.628.073.400.00 7. Pendapatan jasa pendaratan internasional Rp. 12.186.272.991.90 8. Pendapatan jasa penempatan internasional Rp. 157.452.142.40 9. Pendapatan jasa penyimpanan internasional Rp. 0 10. Pendapatan jasa lampu landasan internasional Rp. 0 11. Pendapatan jasa pel penumpang pesawat intrl Rp. 31.793.970.001.00 12. Pendapatan jasa pelayanan penerbangan intrl. Rp. 2.851.579.678.45 13. Pendapatan jasa pelayanan penerbangan lintas Rp. 34.114.370.007.90


(56)

8 14. Pendapatan jasa parking surcharge domestic Rp. 0 15. Pendapatan jasa parking surcharge intrl. Rp. 0 16. Pendapatan jasa pemakaian conveyor Rp. 0 17. Pendapatan jasa pemakaian counter – Rp. Rp. 853.564.035.00 18. Pendapatan jasa pemakaian counter – U$ Rp. 1.530.248.157.20 19. Pendapatan jasa pemakaian timbangan Rp. 0 20. Pendapatan jasa pemakaian aviobridge Rp. 0 Total Pendapatan Aeronautika Rp. 127.260.758.567.85 Sumber : PT.(Persero) AngkasaPura II Bandar Udara Polonia Medan

Tabel 4.2

Pendapatan Non Aeronautika

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006

No. Nama Perkiraan Jumlah

1. Pendapatan sewa ruangan Rp. 5.099.171.193.00

2. Pendapatan sewa tanah Rp. 732.881.712.00

3. Pendapatan konsesi restaurant Rp. 515653.185.00 4. Pendapatan konsesi land tranportasi Rp. 142.133.525.00 5. Pendapatan konsesi porter service Rp. 38.640.000.00 6. Pendapatan konsesi money changer Rp. 19.901.713.00 7. Pendapatan konsesi hotel reservasi Rp. 12.317.932.00 8. Pendapatan konsesi book & stationery Rp. 13.260.000.00 9. Pendapatan konsesi snack & bar Rp. 580.298.852.00 10. Pendapatan konsesi cleaning service Rp. 5.158.440.00 11. Pendapatan konsesi C.C.T.V Rp. 5.439.050.00


(57)

9 12. Pendapatan konsesi catering Rp. 468.825.316.00 13. Pendapatan konsesi gift & souvenir shop Rp. 322.171.192.00 14. Pendapatan konsesi veem Rp. 412.012.016.00

15. Pendapatan konsesi batik Rp. 59.416500.00

16. Pendapatan konsesi asuransi Rp. 61.557.000.00 17. Pendapatan konsesi ground hand- Rp Rp. 1.092.020.499.00 18. Pendapatan konsesi ground hand- U$ Rp. 75.997.746.30 19. Pendapatan konsesi lain-lain Rp. 455.610.773.00 20. Pendapatan parkir kendaraan Rp. 3.531.349.140.00 21. Pendapatan pemasangan listrik Rp. 1.802.222.604.00 22. Pendapatan pemasangan reklame Rp. 1.456.020.798.00 23. Pendapatan rekening air Rp. 236.830.310.00 24. Pendapatan sewa pesawat telepon Rp. 117.644.592.00 25. Pendapatan pemakaian pesawat telepon Rp. 116.179.665.00 26. Pendapatan pas pelabuhan/peron Rp. 1.999.132.509.00

27. Pendapatan peron Rp. 317.809.088.00

28. Pendapatan sewa pair kabel Rp. 128.051.328.00 28. Pendapatan jasa penanganan kargo Rp. 420.702.049.00 29. Pendapatan sewa tempat antenna Rp. 42.466.794.00 Total pendapatan Non Aeranautika Rp. 20.280.875.521.30 Sumber : PT.(Persero) AngkasaPura II Bandar Udara Polonia Medan

Tabel 4.3

Pendapatan DiLuar Usaha


(58)

10

No. Nama Perkiraan Jumlah

1. Pendapatan bunga yang diterima Rp. 342.474.027.22 2. Pendapatan denda yang diterima Rp. 45.125.151.00 3. Pendapatan selisih kurs valas Rp. 8.508.706.275.81 4. Pendapatan insidentil –Rp. Rp. 93.148.489.71 5. Pendapatan penjualan – U$ Rp. 9.223.364.00

6. Pendapatan lelang Rp. 111.450.000.00

7. Pendapatan C.P.R yang dibayar Rp. 300.000.00 8. Pendapatan bunga deposito Rp. 394.154.831.88

9. Pendapatan rupa-rupa Rp. 859.614.822.20

Total Pendapatan Diluar Usaha Rp. 10.364.196.961.82 Sumber : PT.(Persero) AngkasaPura II Bandar Udara Polonia Medan

Biaya pada PT.(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan bersumber dari :

a. Biaya usaha b. Biaya diluar usaha

Tabel 4.4 Biaya Usaha

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006

No. Nama Perkiraan Jumlah

1. Biaya pegawai Rp. 38.632.104.348.03


(59)

11

3. Biaya lembur Rp. 1.355.517.000.00

4. Biaya pengobatan pegawai Rp. 4.062.137.363.00 5. Biaya makanan dan minuman Rp. 1.142.927.500.00 6. Biaya pemeliharaan bangunan dan lapangan Rp. 1.051.777.550.00 7. Biaya pemeliharaan bangunan gedung Rp. 1.193.804.955.00 8. Biaya pemeliharaan alat bantu navigasi Rp. 2.771.309.170.00 9. Biaya pemeliharaan pengangkutan Rp. 298.452.912.00 10. Biaya pemeliharaan alat-alat kantor Rp. 82.243.100.00 11. Biaya pemeliharaan mesin-mesin kantor Rp. 12.945.000.00 12. Biaya pemeliharaan mebel air Rp. 94.309.939.00 13. Biaya pemeliharaan instalasi listrik Rp. 154.264.100.00 14. Biaya pemeliharaan instalasi air Rp. 37.527.250.00

15. Biaya pemeliharaan AC Rp. 410.105.907.00

16. Biaya pemeliharaan instalasi telepon Rp. 18.755.500.00 17. Biaya pemeliharaan alat elektronik & mekanik Rp. 119.360.748.00 18. Biaya pemeliharaan mekanik lain Rp. 72.107.000.00 19. Biaya pemeliharaan public inf. System Rp. 13.147.500.00 20. Biaya pemeliharaan detector Rp. 16.054.000.00 21. Biaya pemeliharaan peralatan bengkel Rp. 2.450.000.00

22. Biaya kebersihan Rp. 1.024.430.823.00

23. Biaya persediaan Rp. 1.873.941.472.00

24. Biaya sewa/langganan Rp. 11.335.276.914.38


(60)

12 26. Biaya pengelolaan parker Rp. 1.608.323.283.00

27. Biaya pajak Rp. 780.546.438.00

28. Biaya perjalanan dinas Rp. 370.106.964.00

28. Biaya asuransi/jamsostek/astek Rp. 340.170.051.00

29. Aktiva yang dibiayakan Rp. 278.097.500.00

30. Biaya piutang ragu-ragu Rp 4.290.117.810.00 31. Biaya penyusutan aktiva tetap Rp 10.000.770.116.71

32. Biaya Amortisasi Rp 3.665.607.617.46

Total biaya usaha Rp. 100.822.965.603,89

Sumber : PT.(Persero) AngkasaPura II Bandar Udara Polonia Medan Tabel 4.5

Biaya Diluar Usaha

Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006

No. Nama Perkiraan Jumlah

1. Biaya diluar usaha Rp. 14.514.959.869.72

Total biaya diluar usaha Rp. 14.514.959.869.72 Sumber : PT.(Persero) AngkasaPura II Bandar Udara Polonia Medan

3. Pengakuan Pendapatan dan Beban

A. Pengakuan Pendapatan

Pendapatan usaha PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandara Udara Polonia Medan bersumber dari pendapatan aeronautika dan pendapatan non aeronautika. Selain itu terdapat juga pendapatan diluar usaha yang komponen-komponennya telah disebutkan diatas. Pengakuan pendapatan PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandara Udara Polonia Medan menganut accrual basis (basis akrual) yaitu, pendapatan diakui pada saat


(61)

13 terjadinya transaksi/penyerahan jasa kepada konsumen, meskipun pembayarannya belum diterima.

B. Pengakuan Beban

Pengakuan beban pada PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandara Udara Polonia Medan sama seperti dengan pengakuan pendapatan yaitu menganut accrual basis yaitu beban diakui walaupun belum ada pengeluaran atau pembayaran kas atas beban yang terjadi tersebut. Beban diakui pada periode pendapatannya dan menggunakan cut off (pisah batas) yang tepat dan dilaksanakan secara konsisten.

PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandara Udara Polonia Medan menggunakan pengakuan segera dalam hal beban tidak berkaitan langsung dengan pendapatan, tetapi beban tersebut dikeluarkan untuk memperoleh barang dan jasa yang secara tidak langsung membantu menghasilkan pendapatan, sehingga beban yang terjadi diakui sebagai beban dalam periode yang bersangkutan karena barang dan jasa tersebut langsung digunakan, seperti beban pegawai, beban kantor, dll.

4. Penyajian Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi suatu perusahaan dapat disajikan dengan beberapa konsep yakni dengan menggunakan current operating atau all inclusive concept. Dilihat dari laporan laba rugi yang disusun oleh PT. (Persero)Angkasa Pura II Bandara Udara Polonia Medan menganut all inclusive concept (konsep laba menyeluruh), hal ini dapat dilihat dari laporan laba rugi selain mencerminkan perubahan-perubahan nilai dan peristiwa-peristiwa yang dapat dikendalikan manajemen maupun kejadian-kejadian yang tidak dapat dikendalikan manajemen. Artinya laporan laba rugi PT. (Persero)Angkasa Pura II Bandara Udara Polonia Medan telah menggambarkan seluruh aktivitas perusahaan dalam


(62)

14 periode tertentu. Sesuai dengan kebijakan yang dianut perusahaan, untuk kejadian force majeur ( kejadian luar biasa, seperti kebakaran, pencurian dan oleh berbagai hal yang menyebabkan kekayaan perusahaan tidak ada lagi phisiknya), maka harus dibebankan pada periode interim saat terjadinya dan tidak boleh dibebankan pada periode lain. Pos luar biasa tersebut harus diungkapkan dalam laporan laba rugi interim saat pos luar biasa terjadi. Dalam menentukan materialitas, pos luar biasa harus dihubungkan langsung dengan estimasi pendapatan tahunan.

Laporan laba rugi perusahaan digunakan untuk mengetahui prestasi yang dicapai oleh perusahaan tersebut dalam suatu periode akuntansi. Laporan laba rugi sangat berguna untuk pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi tersebut. Laporan laba rugi menghasilkan laba atau rugi sebagai hasil dari laporan tersebut dilakukan dengan menandingkan seluruh pendapatan dengan beban yang terjadi dalam satu periode. Jika selisihnya positif maka perusahaan memperoleh laba dan jika selisihnya negatif maka perusahaan mengalami kerugian.

Pada PT. (Persero)Angkasa Pura II Bandara Udara Polonia Medan dalam menyusun dan menyajikan laporan laba rugi disusun dalam bentuk urutan kebawah (staffel) yang mencakup unsur-unsur pendapatan dan beban, seperti yang disajikan berikut. Laporan laba rugi PT. (Persero)Angkasa Pura II Bandara Udara Polonia Medan disajikan secara komparatif untuk dua tahun terakhir. Sehingga para pemakainya dapat memperbandingkan antara laba tahun lalu dengan periode sekarang hanya dengan membaca laporan laba rugi tahun berjalan. Perusahaan menyajikan laporan laba rugi secara komparatif karena hal ini sangat bermanfaat bagi para pemakai laporan laba rugi untuk mengetahui kewajaran dan kelayakan dari laba yang diperoleh perusahaan dan


(63)

15 sekaligus juga akan diperoleh pandangan mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada periode yang akan datang.

Berikut disajikan laporan laba rugi komparatif untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2005 dan 2006

Tabel 4.6

PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara PoloniaMedan Laporan Laba Rugi Komparatif

Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2006 dan 2005

(Dalam Rupiah)

PERKIRAAN 2006 2005

PENDAPATAN USAHA PENDAPATAN AERONAUTIKA 127.260.758.567,85 128.794.816.397,00

PENDAPATAN NON AERONAUTIKA

20.280.875.521,30

19.659.964.456,00

JUMLAH PENDAPATAN USAHA

147.541.634.089,15 148.454.780.853,00 BIAYA USAHA BIAYA PEGAWAI 45.338.241.211,03 35.715.395.520,00 BIAYA PEMELIHARAAN 7.373.045.454,00 7.628.357.726,00 BIAYA PERSEDIAAN 1.873.941.472,00 1.479.173.168,00 BIAYA SEWA 11.335.276.914,38 10.467.868.869,00 BIAYA UMUM 16.667.867.508,27 17.287.260.413,00


(64)

16

BIAYA PIUTANG RAGU-RAGU 4.290.117.810,04 2.560.413.578,00

BIAYA PENYUSUTAN AK.TETAP

10.000.770.116,71 8.685.705.106,00 BIAYA AMORTISASI 3.665.607.617,46 1.838.262.076,00

JUMLAH BIAYA USAHA

100.822.965.603,89 85.959.928.956,00 LABA USAHA 46.718.668.485,26 62.494.851.897,00

PENDAPATAN DAN BIAYA DILUAR USAHA

PENDAPATAN DILUAR USAHA

10.364.196.961,82

2.718.324.528,00

BIAYA DILUAR USAHA

14.514.959.869,72

1.614.632.128,00

LABA (RUGI) DILUAR USAHA

(4.150.762.907,90)

1.103.692.400,00

LABA BERSIH SEBELUM PAJAK

42.567.905.577,36

63.598.544.297,00

Sumber : PT.(Persero) AngkasaPura II Bandar Udara Polonia Medan

5. Laporan Laba Rugi Common size dan Trend

Laporan Laba Rugi Common size

Laporan laba rugi common size merupakan perbandingan item-item pada laporan laba rugi dengan pendapatan usaha perusahaan.Untuk laporan laba rugi common size tersebut penulis menggunakan laporan laba rugi tahun 2002, 2003, 2004, 2005 dan 2006.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Belkaoui,

Ahmad Riahi, 2001.

Accounting theory

, Second Edition, Teori

Akuntansi, Terjemahan Marwata, Buku Dua, Penerbit Salemba Empat

,Jakarta.

Dyckman, Thomas R, Roland E. Dukes, Charles J, Davis, 2001.

Akuntansi

Intermediate

, Edisi Ketiga, Jilid 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2006.

Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan

, Edisi

Revisi, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Kieso, Donald E, Jerry, J, Weygandt., Terry D. Warfield, 2002.

Akuntansi

Intermediate,

Buku Satu, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Warren, Reeve & Fees, 2005.

Prisnsip-Prinsip Akuntansi

, Buku Satu, Edisi

Kedua Puluh Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Simamora Henry, 2000.

Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis

, Jilid

Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Smith Jay. Jr, Skousen K. Fred, 2004.

Akuntansi Keuangan Menengah

, Edisi

Ketiga Belas, Buku Satu Terjemahan PT. Dian Mas Cemerlang, Penerbit

Salemba Empat, Jakarta.

Stice, Earl. K, Stice & Skousen, 2004. Intermediate Accounting, 15

th

Edition,

Book I, Akuntansi Intermediate, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Jurusan Akuntansi, 2004.

Buku

Petunjuk Teknik Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skrip

si,

Medan.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007.

Standar Akuntansi Keuangan,

Salemba Empat,


(2)

56 2006 2005 2004 2003 2002

% % % % % 2005-2006 2004-2005 2003-2004 2002-2003

PENDAPATAN USAHA

100 100 100 100 100 0 0 0 0

BIAYA USAHA

BIAYA PEGAWAI

30,73 24,06 24,00 27,71 27,39 6,67 0,06 (3,71) 0,31

BIAYA PEMELIHARAAN

5,00 5,14 3,83 4,60 4,03 (0,14) 1,31 (0,77) 0,57

BIAYA PERSEDIAAN

1,27 1,00 1,01 0,90 0,83 0,27 (0,01) 0,10 0,07

BIAYA SEWA

7,68 7,05 6,76 6,16 5,80 0,63 0,29 0,60 0,36

BIAYA UMUM

11,30 11,64 9,85 13,02 8,23 (0,35) 1,80 (3,18) 4,80

AKTIVA YANG DIBIAYAKAN

0,19 0,20 0,12 0,09 0,08 (0,01) 0,08 0,03 0,01

BIAYA PIUTANG RAGU-RAGU

2,91 1,72 0,45 2,50 1,55 1,18 1,28 (2,05) 0,95

BIAYA PENYUSUTAN AK.TETAP

6,78 5,85 5,30 5,44 5,42 0,93 0,56 (0,14) 0,02

BIAYA AMORTISASI BEBAN DITANGGUHKAN

2,48 1,24 0,50 0,85 2,38 1,25 0,74 (0,36) (1,52)

JUMLAH BIAYA USAHA

68,34 57,90 51,80 61,28 55,70 10,43 6,10 (9,48) 5,57

LABA USAHA

31,66 42,10 48,20 38,72 44,30 (10,43) (6,10) 9,48 (5,57)

PENDAPATAN DAN BIAYA DILUAR USAHA

PENDAPATAN DILUAR USAHA

7,02 1,83 13,47 13,09 8,62 5,19 (11,64) 0,38 4,46

BIAYA DILUAR USAHA

9,84 1,09 7,73 13,83 20,94 8,75 (6,64) (6,11) (7,10)

LABA (RUGI) DILUAR USAHA

(2,81) 0,74 5,74 (0,75) (12,32) (2,07) (6,49) 6,49 11,57

LABA BERSIH

28,85 42,84 53,94 37,98 31,98 (13,99) (11,10) 15,97 6,00

Sumber : Diolah oleh penulis berdasarkan laporan laba rugi PT. (Persero) Angkasa Pura II bandar Udara polonia Medan

TABEL 4.7

URAIAN

KENAIKAN/PENURUNAN

PT. (Persero) ANGKASA PURA II

BANDAR UDARA POLONIA MEDAN

LAPORAN LABA RUGI COMMON SIZE


(3)

(4)

(5)

Tahun Tahun Tahun

2002 2003 2004

(RP) (RP) (RP)

PENDAPATAN USAHA

PENDAPATAN AERONAUTIKA 96.639.797.631,53 96.681.270.663,59 126.413.344.402,00 PENDAPATAN NON AERONAUTIKA 10.631.963.448,56 11.566.930.786,13 15.568.813.875,00 JUMLAH PENDAPATAN USAHA 107.271.761.080,09 108.248.201.449,72 141.982.158.277,00

BIAYA USAHA

BIAYA PEGAWAI 29.386.793.162,35 29.995.092.102,00 34.074.732.279,00 BIAYA PEMELIHARAAN 4.321.428.738,25 4.976.926.813,00 5.434.761.366,00 BIAYA PERSEDIAAN 895.413.970,50 978.893.675,00 1.430.883.252,00 BIAYA SEWA 6.217.887.809,00 6.669.320.752,00 9.598.962.819,00 BIAYA UMUM 8.826.306.823,85 14.098.828.898,42 13.979.730.737,00 AKTIVA YANG DIBIAYAKAN 81.086.200,00 97.298.500,00 169.288.050,00 BIAYA PIUTANG RAGU-RAGU 1.660.040.958,76 2.704.127.454,72 634.260.157,00 BIAYA PENYUSUTAN AK.TETAP 5.815.687.244,73 5.886.642.697,64 7.518.695.588,00 BIAYA AMORTISASI BEBAN DITAGGUHKN 2.549.547.472,00 923.853.610,50 703.376.288,00 JUMLAH BIAYA USAHA 59.754.192.379,44 66.330.984.503,28 73.544.690.536,00 LABA USAHA 47.517.568.700,65 41.917.216.946,44 68.437.467.741,00

PENDAPATAN DAN BIAYA DILUAR USAHA

PENDAPATAN DILUAR USAHA 9.248.351.850,64 14.165.337.544,53 19.125.879.440,00 BIAYA DILUAR USAHA 22.460.151.126,81 14.974.809.271,22 10.971.481.826,00 LABA (RUGI) DILUAR USAHA (13.211.799.276,17) (809.471.726,69) 8.154.397.614,00 LABA BERSIH 34.305.769.424,48 41.107.745.219,75 76.591.865.355,00

Sumber : PT.(Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia Medan

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 20

URAIAN

TABEL 4.8

PT. (Persero) ANGKASA

BANDAR UDARA POLON

LAPORAN LABA RUG


(6)

Tahun Tahun

2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006

(RP) (RP) % % % % %

128.794.816.397,00

127.260.758.567,85 100,00 100,04 130,81 133,27 131,69 19.659.964.456,00

20.280.875.521,30 100,00 108,79 146,43 184,91 190,75 148.454.780.853,00

147.541.634.089,15 100,00 100,91 132,36 138,39 137,54

35.715.395.520,00

45.338.241.211,03 100,00 102,07 115,95 121,54 154,28 7.628.357.726,00

7.373.045.454,00 100,00 115,17 125,76 176,52 170,62 1.479.173.168,00

1.873.941.472,00 100,00 109,32 159,80 165,19 209,28 10.467.868.869,00

11.335.276.914,38 100,00 107,26 154,38 168,35 182,30 17.287.260.413,00

16.667.867.508,27 100,00 159,74 158,39 195,86 188,84 297.492.500,00

278.097.500,00 100,00 119,99 208,78 366,88 342,97 2.560.413.578,00

4.290.117.810,04 100,00 162,90 38,21 154,24 258,43 8.685.705.106,00

10.000.770.116,71 100,00 101,22 129,28 149,35 171,96 1.838.262.076,00

3.665.607.617,46 100,00 36,24 27,59 72,10 143,77 85.959.928.956,00

100.822.965.603,89 100,00 111,01 123,08 143,86 168,73 62.494.851.897,00

46.718.668.485,26 100,00 88,21 144,03 131,52 98,32

2.718.324.528,00

10.364.196.961,82 100,00 153,17 206,80 29,39 112,07 1.614.632.128,00

14.514.959.869,72 100,00 66,67 48,85 7,19 64,63 (1.103.692.400,00)

(4.150.762.907,90) 100,00 6,13 (61,72) 8,35 31,42 63.598.544.297,00

42.567.905.577,36 100,00 119,83 223,26 185,39 124,08

002, 2003, 2004, 2005, 2006

Periode Tahun dasar 2002

A PURA II

NIA MEDAN

GI TREND