Penerapan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 Dalam Penyajian Laporan Laba Rugi Pada PT. Intan nasional iron industri medan.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EXTENSI MEDAN

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 25 DALAM PENYAJIAN LAPORAN LABA RUGI PADA

PT. INTAN NASIONAL IRON INDUSTRI MEDAN.

SKRIPSI

OLEH : JUNAIDA 030522105

DEPARTEMEN AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari kekurangan dalam materi pembahasannya sehingga skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat dari pembaca.

Melalui skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Chairul Nazwar, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Arifin Lubis, MM, Ak selaku dosen pembanding dan penguji I. 5. Bapak Drs. M. Utama Nasution, MM, Ak selaku dosen pembanding dan

penguji II.

6. Staf Pengajar Jurusan Akuntansi dan staf administrasi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Pimpinan PT. Intan Nasional Iron Industri, yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan mendapatkan data yang diperlukan untuk penyelesaian skripsi ini.


(3)

8. Kedua orang tua tercinta, saudara-saudaraku serta teman-teman yang telah banyak memberikan dorongan dan bantuan baik moril, material maupun sprituil.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Medan, 10 Desember 2007 Penulis,

JUNAIDA NIM : 030522105


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Pengertian Akuntansi Keuangan ... 5

B. Pengertian Laba Rugi ... 7

C. Bentuk-Bentuk Laporan Laba Rugi ... 10

D. Pengertian Pendapatan dan Beban ... 16

E. Standar Akuntansi Keuangan No.25 ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN ... 27

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

B. Jenis dan Sumber Data ... 27

C. Teknik Pengumpulan Data ... 28


(5)

BAB IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 29

A. Data Penelitan ... 29

1. Gambaran Umum Perusahaan ... 29

2. Struktur Organisasi Perusahaan dan Pembagian Tugas 29 3. Pengakuan Pendapatan ... 37

4. Pengakuan Biaya ... 37

5. Bentuk Laporan Laba Rugi ... 39

6. Penyajian Laporan Laba Rugi ... 40

B. Analisis Hasil Penelitian ... 43

1. Pengakuan Pendapatan ... 43

2. Pengakuan Biaya ... 43

3. Penentuan Laba Rugi ... 44

4. Penyajian Laba Rugi ... 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(6)

ABSTRAK

Tujuan penulis melakukan penelitian adalah untuk mengetahui apakah pihak manajemen PT. Intan Nasional Iron Industri telah menerapkan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 sebagai pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan laba rugi dan untuk membandingkan dan menganalisa teori yang diperoleh melalui perkuliahan dan kepustakaan dengan praktek dalam dunia usaha.

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara dan teknik dokumentasi dalam mengumpulkan datanya dengan menggunakan metode analisa deskriptif dan komperatif.

Dari penelitian yang dilakukan pada PT. Intan Nasional Iron Industri maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan laba rugi yang disajikan perusahaan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25. Namum masih terdapat kekurangan yaitu berupa laporan laba rugi tidak disajikan secara komperatif untuk dua tahun terakhir dan biaya-biaya hendaknya disajikan pada pos-pos yang telah ditetapkan serta laporan laba rugi hendaknya disusun secara komperatif untuk dua tahun terakhir. Saran yang dapat penulis berikan agar informasi mengenai laba yang dicapai oleh perusahaan lebih akurat dan lebih tepat adalah penyusunan perhitungan laba rugi perusahaan sebaiknya mengikuti apa yang telah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.25 dan peraturan perpajakan yang berlaku umum.


(7)

ABSTRAK

Tujuan penulis melakukan penelitian adalah untuk mengetahui apakah pihak manajemen PT. Intan Nasional Iron Industri telah menerapkan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 sebagai pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan laba rugi dan untuk membandingkan dan menganalisa teori yang diperoleh melalui perkuliahan dan kepustakaan dengan praktek dalam dunia usaha.

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara dan teknik dokumentasi dalam mengumpulkan datanya dengan menggunakan metode analisa deskriptif dan komperatif.

Dari penelitian yang dilakukan pada PT. Intan Nasional Iron Industri maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan laba rugi yang disajikan perusahaan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25. Namum masih terdapat kekurangan yaitu berupa laporan laba rugi tidak disajikan secara komperatif untuk dua tahun terakhir dan biaya-biaya hendaknya disajikan pada pos-pos yang telah ditetapkan serta laporan laba rugi hendaknya disusun secara komperatif untuk dua tahun terakhir. Saran yang dapat penulis berikan agar informasi mengenai laba yang dicapai oleh perusahaan lebih akurat dan lebih tepat adalah penyusunan perhitungan laba rugi perusahaan sebaiknya mengikuti apa yang telah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.25 dan peraturan perpajakan yang berlaku umum.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan umum perusahaan dalam jangka pendek adalah menghasilkan laba, sedangkan untuk jangka panjang adalah untuk menjaga kelangsungan hidup serta meningkatkan ekspansi usaha perusahaan. Secara umum keberhasilan suatu perusahaan dapat diukur dengan tingkat perolehan laba. Laba merupakan gambaran prestasi kuantitatif suatu perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk moneter. Sehingga manajer perusahaan sebagai pelaksana dan penanggungjawab perusahaan dituntut untuk mampu mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan seefisien mungkin agar dapat menghasilkan laba seoptimal mungkin.

Laba suatu perusahaan dalam periode tertentu dimuat dalam suatu daftar yaitu Laporan Laba Rugi, yang merupakan salah satu dari komponen laporan keuangan. Laporan laba rugi tersebut digunakan sebagai salah satu sumber informasi baik bagi pihak intern maupun bagi pihak ekstern perusahaan.

Bagi pihak intern perusahaan, informasi tersebut dapat digunakan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan ekonomi misalnya dalam hal penyusunan anggaran periode yang akan datang maupun dalam perencanaan pengembangan usaha. Selain itu informasi laporan laba rugi juga dapat digunakan untuk menilai kualitas manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan, sedangkan bagi pihak ekstern perusahaan informasi tentang laba dapat digunakan oleh para calon investor sebagai pertimbangan untuk penanaman


(9)

modalnya pada perusahaan tersebut, bagi pihak kreditur sangat berguna untuk mengetahui dan menilai apakah perusahaan mampu untuk menbayar hutang-hutangnya tepat waktu sesuai dengan yang dijadwalkan dan bagi pemerintah informasi laba dapat digunakan sebagai dasar pengenaan pajak.

Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa manajer perlu menentukan laba secara cermat yang dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknik akuntansi yakni dengan membandingkan (macthing) antara pendapatan (revenue) dengan beban (expence). Dari perbandingan antara pendapatan dan beban akan diperoleh selisih positif atau selisih negatif. Selisih positif disebut juga laba sedangkan selisih negatif disebut rugi.

Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) di Indonesia sebagaimana yang telah dituangkan dalam suatu standar yaitu Standar Akuntansi Keuangan No. 25. Penyusunan laporan laba rugi sebagai salah satu komponen laporan keuangan harus lah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sehingga laporan laba rugi tersebut tidak menyesatkan dan dapat menjadi sumber informasi bagi pemakai laporan keuangan.

PT. Intan Nasional Iron Industri merupakan salah satu perusahaan swasta berkedudukan di Jalan Kol. Yos Sudarso KM 10,2 Kota Bangun Medan bergerak dalam bidang industri seng. Sumber pendapatan utama perusahaan ini berasal dari penjualan seng.

Ditengah persaingan dan peningkatan usahanya, PT. Intan Nasional Iron Industri membutuhkan data yang akurat untuk dapat mengetahui tingkat kemajuan


(10)

dan keberhasilan usahanya melalui laporan yang dibuat manajemen termasuk di dalamnya laporan laba rugi. Karena itu, penulis memilih PT. Intan Nasional Iron Industri merupakan objek yang tepat untuk penelitian ini.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa penyusunan dan penyajian laporan laba rugi yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 adalah sangat penting agar laporan laba rugi tidak menyesatkan dan tidak menimbulkan kesalahpahaman informasi yang disajikan. Hal ini mendorong penulis untuk membandingkan pengetahuan teoritis dengan kenyataan dalam prakteknya serta menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul : Penerapan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 dalam Penyajian Laporan Laba Rugi pada PT. Intan Nasional Iron Industri Medan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan penjelasan mengenai alasan pemilihan judul di atas, penulis mencoba merumuskan masalah dalam bentuk kalimat tanya : Apakah penyusunan dan penyajian laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan No.25?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah pihak manajemen PT. Intan Nasional Iron Industri telah menerapkan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 sebagai pedoman dalam penyusunan dan penyajian laporan laba rugi.


(11)

2. Untuk membandingkan dan menganalisa teori yang diperoleh melalui perkuliahan dan kepustakaan dengan praktek dalam dunia usaha.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Bagi perusahaan

Sebagai informasi tambahan bagi pihak manajemen perushaaan dalam penyusunan dan penyajian laporan laba rugi yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan No.25

2. Bagi penulis

Memberikan tambahan pengetahuan bagi peneliti dalam bidang yang berkaitan dengan penyajian perhitungan laba rugi.

3. Bagi pihak lain


(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Akuntansi Keuangan

Akuntansi sebagai suatu sistem informasi dapat digolongkan ke dalam akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi manajemen terutama ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan kepada pihak intern (manajemen) untuk perencanaan dan pengendalian kegiatan rutin, pengambilan keputusan tidak rutin dan perumusan strategi jangka panjang serta untuk penilaian prestasi manajer, karyawan dan unit-unit organisasinya.

Sedangkan akuntansi keuangan terutama ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan kepada pihak ekstern yaitu pemilik, kreditur, instansi pemerintah, dan lain-lain pihak yang dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan investasi, penetapan pajak penghasilan, dan keputusan ekonomi lainnya. Untuk pelaporan kepada pihak ekstern ini, manajemen diharuskan untuk menyajikan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Akuntansi keuangan berkaitan dengan cara dunia usaha mengkomunikasikan informasi akuntansi kepada publik yang terdiri dari berbagai pihak yang melakukan keputusan investasi, meminjam uang atau yang melakukan bisnis dengan perusahaan. Pihak-pihak tersebut mengandalkan laporan keuangan perusahaan dan informasi lainnya untuk melakukan investasi serta keputusan keuangan lainnya.


(13)

Oleh karena itu, agar laporan keuangan dapat menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai eksternal maka laporan keuangan harus disajikan sesuai dengan konsep, standar dan metode yang dinyatakan sebagai pedoman utama dalam praktek akuntansi.

Menurut Soemarso (2004 : 15) “Akuntansi keuangan (financial accounting): bidang akuntansi yang berhubungan dengan penyusunan laporan keuangan secara berkala untuk suatu unit ekonomi secara keseluruhan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.”

Sedangkan Harahap (2001 : 201) menyatakan bahwa :

Laporan Keuangan adalah merupakan output atau hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban atau accountability. Dan juga menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Pada bagian lain Soemarso (2004 : 90) berpendapat bahwa dalam menyusun laporan keuangan harus melalui suatu proses yang disebut sebagai siklus akuntansi yang urutan-urutannya adalah sebagai berikut:

Tahap pencatatan:

1. Pembuatan atau penerimaan bukti transaksi 2. Pencatatan dalam jurnal (buku harian) 3. Pemindah-bukuan (posting) ke buku besar Tahap pengikhtisaran:

1. Pembuatan neraca saldo (trial balance)

2. Pembuatan neraca lajur dan jurnal penyesuaian (adjustment) 3. Penyusunan laporan keuangan

4. Pembuatan jurnal penutup (closing entries)

5. Pembuatan neraca saldo penutup (post closing trial balance) 6. Pembuatan jurnal balik (reversing entries)


(14)

Skousen, et.al (2001 : 30) berpendapat bahwa “Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan.”

Laporan keuangan dibuat oleh manjemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan yaitu untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi.

Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK No. 1, par.5) menyatakan bahwa, “Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.”

Selanjutnya Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK No.1, par.7) berpendapat bahwa “Laporan keuangan terdiri dari Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.”

B. Pengertian Laba Rugi

Salah satu tujuan pokok dari setiap perusahaan adalah untuk memperoleh laba. Laba yang diperoleh perusahaan merupakan tolak ukur yang dipakai oleh manajer, pemodal, dan kreditor untuk mengevaluasi prospek perusahaan di masa yang akan datang. Pada umumnya laba dapat diartikan sebagai pendapatan yang


(15)

diperoleh lebih besar dari pengeluarannya. Sedangkan rugi diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari pengeluarannya. Dengan demikian selisih antara pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya (pengeluaran) merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita suatu perusahaan.

Menurut Harahap (2001 : 228) laba adalah sebagai “Jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain, dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi.”

Sedangkan APB Statement mengartikan laba (rugi) sebagai “Kelebihan (defisit) penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi.”(Harahap, 2001 : 228)

Laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan harus disajikan dalam sebuah laporan laba rugi.Laporan laba rugi untuk periode tertentu harus menggambarkan semua penghasilan yang diakui dan seluruh biaya yang dikeluarkan dan dibebankan tanpa melihat apakah berasal dari kegiatan operasi atau tidak.

Simamora (2002 : 25-26) menyatakan bahwa:

Keuntungan (Gain) merupakan kenaikan aktiva bersih perusahaan yang berasal dari transaksi-transaksi sampingan atau insidentil dan semua kejadian lainnya selama periode tertentu, kecuali kejadian-kejadian yang bermuara dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.

Kerugian (Loss) merupakan penurunan aktiva bersih perusahaan yang berasal dari transaksi-transaksi sampingan atau insidentil dan semua kejadian lainnya selama periode tertentu, kecuali kejadian-kejadian yang bermuara dari beban atau pembagian kepada pemilik.

Selanjutnya Simamora (2002 : 25) mengatakan bahwa “Laba bersih atau rugi bersih (net income atau net loss) adalah perbedaan antara pendapatan dengan beban.”


(16)

Laporan laba rugi yang kadangkala disebut laporan pendapatan atau laporan operasi merupakan laporan keuangan resmi yang merangkum kegiatan-kegiatan operasi (pendapatan dan beban) selam periode waktu tertentu, biasanya satu bulan atau satu tahun. Laporan laba rugi menunjukkan perubahan-perubahan dalam ekuitas pemilik yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan. Laporan laba rugi tidak mencakup setoran dan prive dari pemilik perusahann.

Laporan laba rugi dibagi ke dalam dua komponen: pendapatan, yang merupakan ukuran aset yang dihasilkan dari produk dan jasa yang dijual, dan beban, suatu ukuran arus keluar aset (biaya) yang berkaitan dengan penjualan produk dan jasa. Laba atau rugi bersih dalam laporan laba rugi ditentukan dengan menerapkan proses pengaitan (matching process) yang melibatkan dua langkah.

Pertama, pendapatan dicatat selama periode berjalan. Kedua, beban yang

dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tadi lalu dikaitkan/ditandingkan dengan pendapatan guna menentukan laba atau rugi bersih.

Menurut Soemarso (2004 : 55) “Laporan laba rugi (income statement): ikhtisar pendapatan dan beban suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu. Laporan laba rugi menunjukkan hasil usaha suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu.” Sedangkan Warren, et.al (2005 : 24) mendefinisikan “Laporan laba rugi sebagai suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun.”

Selanjutnya Dyckman, et.al (2000 : 113) menyatakan bahwa “Laporan laba rugi melaporkan pendapatan, keuntungan, beban, serta kerugian yang diakui pada periode waktu tertentu.”


(17)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laporan laba rugi memuat seluruh pendapatan dan beban dari suatu usaha selama suatu periode tertentu. Tujuan dari penyusunan laporan laba rugi adalah untuk mengetahui laba (rugi) yang diperoleh suatu perusahaan. Dengan mengetahui laba (rugi) suatu perusahaan maka dapat diketahui perkembangan perusahaan pada suatu periode tertentu.

Menurut Simamora (2002 : 23) “Tujuan laporan laba rugi mencakup pemaparan informasi yang berfaedah yang berkaitan dengan imbalan investasi, resiko, fleksibilitas keuangan, dan kapabilitas operasi.”

Laporan laba rugi memberikan informasi kepada para investor dan kreditor yang membantu mereka meramalkan jumlah, waktu dan ketidakpastian dari arus kas masa depan. Selain itu, laporan laba rugi juga dibutuhkan oleh para pelanggan dan pekerja. Pelanggan memerlukan laporan laba rugi untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan untuk memberikan barang dan jasa yang diperlukan. Sedangkan pekerja memerlukan laporan laba rugi untuk menelaah laba secara akurat sebagai dasar untuk pembahasan mengenai gaji.

C. Bentuk-Bentuk Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi memuat laba ataupun rugi yang diderita perusahaan dalam suatu periode akuntansi yang didapatkan dari penandingan antara pendapatan dan biaya. Laporan laba rugi harus dibuat dengan benar dan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) sehingga dapat memenuhi kebutuhan para pemakainya.


(18)

Menurut Baridwan (1998 : 30) konsep laporan laba rugi yang digunakan ada dua yaitu:

1. Current operating concept of income (konsep laba operasi berjalan) 2. All inclusive concept of income (konsep laba menyeluruh)

Menurut current operating of income (konsep laba operasi berjalan), laba hanya akan mencerminkan perubahan-perubahan nilai dan peristiwa-peristiwa yang dapat dikendalikan oleh manajemen. Perubahan-perubahan dianggap relevan hanyalah perubahan yang berasal dari kegiatan perusahaan yang normal, sedangkan hasil atau beban oleh keadaan atau kejadian luar biasa dimasukkan ke dalam laporan laba ditahan. Laba menurut metode ini dapat memberikan ukuran yang baik mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan juga berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi laba periode yang lalu dan memperkirakan laba periode yang akan datang. Ada beberapa keuntungan penggunaan current operating of income (konsep laba operasi berjalan) yakni: a. Menyajikan laba yang lebih bermanfaat untuk perbandingan antara periode

dan antar perusahaan.

b. Walaupun harus ada pengungkapan penuh dan tersendiri atas pos-pos non operasional, tetapi analisis keuangan dan pemakai data akuntansi lainnya sering menekankan satu angka untuk laba bersih selama satu periode tertentu sehingga laba bersih operasi yang sedang berjalan akan lebih berguna sebagai pengukur performansi operasi yang sedang berjalan.

Menurut All inclusive concept of income (konsep laba menyeluruh) bahwa seluruh pos-pos yang mempengaruhi laba yang ditahan kecuali pembagian


(19)

deviden dan penyesuaian untuk perkiraan pemilik, dimasukkan dalam perhitungan laba. Menurut konsep ini suatu laporan laba rugi haruslah dapat menggambarkan aktivitas perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan demikian maka laporan laba rugi selain berisikan kejadian normal perusahaan, juga kejadian-kejadian luar biasa yang disajikan pada kategori tersendiri dalam laporan laba rugi, sehingga laporan laba rugi akan menunjukkan laba usaha operasi dan laba sesudah operasi normal perusahaan.

Alasan-alasan penggunaan konsep ini adalah:

a. Laba bersih tahunan yang dilaporkan dan dijumlahkan selama umur perusahaan haruslah sama dengan total laba bersih perusahaan itu

b. Pengabaian beban tertentu dan kreditnya dari perhitungan laba bersih memberi kesempatan untuk memanipulasi atau meratakan angka tahunan.

c. Perhitungan laba rugi yang meliputi semua beban dan kredit yang diakui selama tahun itu dapat dikatakan lebih mudah dipersiapkan dan dipahami oleh para pemakai laporan laba rugi.

d. Dengan pengungkapan penuh sifat perubahan laba selama tahun itu, pembaca laporan dianggap lebih mampu membuat klasifikasi yang tepat untuk sampai pada pengukuran laba secara tepat.

e. Perbedaan antara beban dan pendapatan operasi dan non operasi tidak dapat ditetapkan secara jelas.

Laporan laba rugi dapat disusun dalam dua bentuk sebagai berikut : 1. Single step income statement


(20)

Ad.1. Single Step Income Statement

Dalam bentuk ini tidak dilakukan pengelompokkan pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha, tetapi hanya dipisahkan antara:

− Pendapatan-pendapatan dan laba-laba − Biaya-biaya dan kerugian-kerugian

Berikut ini diberikan contoh untuk laporan laba rugi single step, yaitu :

PT. MAKMUR Laporan Laba Rugi

Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 200X

Penjualan Bersih Rp. xxx

Penghasilan Lain-lain Rp. xxx

Total Penghasilan

+

Rp. xxx Dikurangi :

Harga Pokok Penjualan Rp. xxx

Beban Penjualan Rp. xxx

Beban Administrasi dan Umum Rp. xxx

Beban Lain-lain Rp. xxx

Pajak Penghasilan Rp. xxx +

Rp. xxx -

Laba Bersih Rp. xxx

Ad.2. Multiple Step Income Statement

Bentuk multiple step adalah bentuk laporan laba rugi di mana dilakukan beberapa pengelompokkan terhadap pendapatan dan biaya yang disusun dalam urutan tertentu sehingga bisa dihitung penghasilan sebagai berikut:

− Laba bruto, yaitu hasil penjualan dikurangi harga pokok penjualan. − Penghasilan usaha bersih, yaitu laba bruto dikurangi biaya-biaya usaha.


(21)

− Penghasilan bersih sebelum pajak, yaitu penghasilan usaha bersih ditambah dan dikurangi dengan pendapatan dan biaya di luar usaha.

− Penghasilan bersih sesudah pajak, yaitu penghasilan bersih sebelum pajak dikurangi pajak penghasilan.

Agar lebih jelas, berikut ini diuraikan contoh perhitungan laba rugi bentuk multiple step sebagai berikut :

PT MAKMUR Laporan Laba Rugi

Periode yang berakhir tanggal 31 Desember 200X

Penjualan Rp. xxx

Retur Penjualan Rp. xxx

Potongan Penjualan Rp. xxx + Rp. xxx -

Penjualan Bersih Rp. xxx

Harga Pokok Penjualan :

Persediaan awal barang dagangan (1 Januari 200X) Rp. xxx

Pembelian Rp. xxx

Ongkos angkut Rp. xxx +

Rp. xxx Retur Pembelian Rp. xxx

Potongan Pembelian Rp. xxx +

Rp. xxx - Rp. xxx +

Tersedia untuk dijual Rp. xxx

Persediaan akhir barang dagangan (31 Des 200X) Rp. xxx -

Harga Pokok Penjualan Rp. xxx -

Laba Kotor Rp. xxx

Beban Usaha :

Beban Penjualan Rp. xxx

Beban Administrasi dan Umum Rp. xxx + Rp. xxx -

Laba Bersih Rp. xxx

Penghasilan dan Beban lain-lain Penghasilan Lain-lain Rp. xxx Beban Lain-lain Rp. xxx -

Jumlah Penghasilan atau Beban lain-lain Rp. xxx +/-

Laba Bersih sebelum pajak Rp. xxx

Pajak Penghasilan Rp. xxx

Laba Bersih setelah pajak

-


(22)

Dari kedua bentuk laporan laba rugi di atas yang paling banyak digunakan oleh perusahaan adalah laporan laba rugi multiple step, karena laporan laba rugi dengan bentuk multiple step dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penghasilan usaha bersih perusahaan sebelum ditambah atau dikurangi dengan penghasilan dan biaya di luar operasi perusahaan serta penghasilan bersih sebelum dan sesudah pajak penghasilan.

Ikatan Akuntan Indonesia lebih cenderung menyarankan penggunaan bentuk bertahap (mulitple step), karena dalam laporan bentuk bertahap memisahkan transaksi operasi normal perusahaan dan transaksi sampingan perusahaan dan mencocokkan biaya dan beban dengan pendapatan yang berkaitan dengannya.

Berikut ini akan dibahas mengenai beberapa komponen laba rugi seperti pendapatan lain-lain, pajak penghasilan, dan lain-lain.

Pendapatan dan Beban Lain-Lain

Yang termasuk dalam pos ini adalah pendapatan-pendapatan dan beban-beban yang tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan operasi perusahaan, tetapi sering terjadi dan merupakan tanggungjawab manajer keuangan. Pendapatan lain-lain terdiri dari pendapatan bunga, dividen, sewa, royalty dan fee. Biaya lain-lain terdiri dari bunga dan biaya-biaya yang terjadi karena usaha untuk memperoleh pendapatan lain-lain.

Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Perhitungan pajak ini dapat didasarkan pada laba akuntansi atau laba menurut pajak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.


(23)

Biaya Operasi

Beban operasi merupakan beban-beban berkala dan lazim yang dikeluarkan perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan.

Pos Luar Biasa

Pos luar biasa merupakan penghasilan atau beban yang timbul dari kejadian atau transaksi yang secara jelas berbeda dari aktivitas normal perusahaan dan karenanya tidak diharapkan untuk sering terjadi atau terjadi secara teratur.

D. Pengertian Pendapatan dan Beban

Pendapatan dapat diartikan bermacam-macam tergantung dari sudut pandangan terhadap pendapatan tersebut. Adanya perbedaan pengertian tentang pendapatan disebabkan oleh latar belakang disiplin ilmu yang berbeda-beda. Pendapatan

Harahap (2001 : 226) mendefinisikan “Pendapatan (revenue) sebagai hasil dari penjualan barang atau jasa yang dibebankan kepada langganan, atau mereka yang menerima pesanan.”

Sedangkan Stice, et. al (2004 : 123) mengatakan bahwa :

Pendapatan (Revenue) adalah arus masuk atau penambahan lain atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban-kewajibannya (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas.

Selanjutnya menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK 23, par.6) “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode dengan pengertian bahwa arus


(24)

masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.

Dari sudut pandang pemilik perusahaan, pendapatan biasanya dipandang sebagai pendapatan netto, yaitu kelebihan jumlah rupiah aliran dana yang masuk di atas aliran jumlah rupiah dana yang keluar dalam bentuk biaya-biaya yang dapat dibebankan; atau dalam hal terjadi rugi, kelebihan biaya-biaya yang diperhitungkan diatas pendapatan yang dihasilkan. Perusahaan sebagai suatu badan, memperoleh pendapatan dan membagikan deviden kepada para pemilik modal tanpa mengurangi investasinya.

Simamora (2002 : 24) berpendapat bahwa “Pendapatan (revenues) adalah kenaikan aktiva perusahaan atau penurunan kewajiban perusahaan (atau kombinasi dari keduanya) selama periode tertentu yang berasal dari pengiriman barang-barang, penyerahan jasa, atau kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan sentral perusahaan.”

Dalam prinsip pendapatan menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika :

1. Pendapatan dihasilkan, dan

2. Pendapatan direalisasikan atau dapat direalisasikan.

Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang harus dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Sedangkan pendapatan direalisasi ketika kas diterima untuk barang atau jasa yang dijual.


(25)

Menurut APB Statement No.4 dalam Harahap (2001 : 78) “Cost adalah suatu jumlah tertentu yang diukur dalam bentuk uang dari kas yang dibelanjakan atau barang lain yang diserahkan, modal saham yang dikeluarkan, jasa yang diberikan, atau utang yang dibebankan sebagai imbalan dari barang dan jasa yang diterima atau akan diterima.”

Beban

Sedangkan Stice, et. al (2004 : 123) berpendapat bahwa “Beban adalah arus keluar atau pemakaian lain aktiva atau terjadinya kewajiban (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas.”

Simamora (2002 : 25) berpendapat bahwa “Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selam suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.”

Dari definisi-definisi yang disebutkan di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa biaya merupakan keseluruhan pengorbanan sumber ekonomis untuk memperoleh pendapatan. Pengorbanan sumber ekonomis tersebut dapat dibedakan atas :

a) Pengorbanan yang telah terjadi (expired)

b) Pengorbanan yang kemungkinan akan terjadi (unexpired)

Apabila suatu beban mempengaruhi lebih dari satu masa pembukuan, beban harus dialokasikan di antara masa fiskal yang menikmati manfaat dari penggunaan


(26)

atau penjualan barang dan jasa. Dalam prakteknya tidak semua beban dapat dihubungkan langsung dengan pendapatan, untuk itu biasanya dibedakan antara beban-beban yang langsung dapat dihubungkan dengan pendapatan yang dibebankan sebagai beban pada saat yang sama dengan terjadinya pendapatan tersebut. Sedangkan beban yang tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan pendapatan dibebankan sebagai beban pada saat terjadinya. Jumlah beban yang dibebankan pada suatu periode akuntansi tidak boleh disajikan terlalu besar atau terlalu kecil, oleh sebab itu prosedur pisah batas (cut off) harus ditetapkan secara benar dan konsisten.

Beban mempunyai arti yang sama dengan expired cost yang dicantumkan sebagai expense pada daftar laba rugi sedangkan unexpired cost (yakni persediaan, biaya dibayar dimuka, dan aktiva tetap) adalah bagian dari cost yang ditunda pembebanannya untuk periode berikutnya dan dicantumkan sebagai aktiva dalam neraca.

Pada umumnya biaya dalam perusahaan dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Biaya penjualan yang meliputi semua biaya yang dilaporkan sehubungan

dengan diakuinya pendapatan, seperti : harga pokok penjualan, beban expedisi.

2. Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan produk perusahaan, seperti : beban gaji karyawan, beban administrasi bank, beban alat-alat tulis kantor , beban penyusutan aktiva tetap, amortisasi aktiva


(27)

E. Standar Akuntansi Keuangan No. 25

Laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan serta untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 dijelaskan penggolongan, pengungkapan dan perlakuan akuntansi atas unsur tertentu dalam laporan laba rugi sehingga semua perusahaan dalam menyusun dan menyajikan laporan laba ruginya berlandaskan pada suatu basis yang konsisten. Hal tersebut berguna dalam meningkatkan daya banding laporan keuangan antar periode suatu perusahaan dan laporan keuangan antar perusahaan.

Sehubungan dengan itu maka dalam pernyataan ini ditetapkan standar tentang penggolongan dan pengungkapan pos luar biasa, pengungkapan tentang unsur-unsur tertentu sehubungan dengan laba rugi aktivitas normal, perubahan estimasi akuntansi, kebijakan akuntansi dan perlakuan akuntansi atas kesalahan yang mendasar.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 mengatur tentang penetapan laba atau rugi bersih selama periode dan pengungkapan pos-pos tertentu yang tercakup dalam laba atau rugi bersih. Dalam menyusun laporan laba rugi bersih suatu perusahaan untuk periode berjalan, unsur-unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam periode tersebut harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi


(28)

bersih perusahaan untuk periode tersebut. Semua unsur pendapatan dan beban tersebut timbul dari aktivitas normal perusahaan. Karenanya, jarang sekali terjadi suatu kejadian atau transaksi menimbulkan suatu pos luar biasa. Jika ada suatu transaksi atau kejadian secara jelas berbeda dengan aktivitas normal perusahaan maka transaksi atau kejadian tersebut digolongkan ke dalam pos luar biasa.

Laporan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan terdiri dari unsur-unsur berikut, yaitu :

a. Laba atau rugi dari aktivitas normal. b. Pos luar biasa.

Ad.1. Laba atau rugi dari aktivitas normal

Yang dimaksud dengan aktivitas normal adalah setiap aktivitas yang dilakukan oleh sebuah perusahaan sebagai bagian dari usahanya dan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan usaha utama perusahaan tersebut.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK No. 25, par.15)

Bila dalam laba atau rugi dari aktivitas normal terdapat unsur penghasilan dan/atau beban yang pengungkapan tentang ukuran, hakikat atau terjadinya dianggap relevan untuk menjelaskan kenerja suatu perusahaan selama periode tertentu, maka hakikat dan jumlah unsur tersebut harus diungkapkan secara terpisah.

Lebih lanjut, Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK No. 25, par.17) menyatakan:

Kondisi-kondisi yang menimbulkan unsur-unsur penghasilan dan beban seperti yang dinyatakan dalam paragraf 15 mencakup antara lain:

(a) Penurunan nilai (write-down) persediaan sampai jumlah yang diperkirakan dapat direalisasi (net realizable value), maupun pemulihan kembali penurunan nilai tersebur;

(b) Restrukturisasi (restructuring) aktivitas-aktivitas suatu perusahaan dan pembalikan (reversal) setiap penyisihan untuk biaya restrukturisasi;


(29)

(c) Pelepasan (disposal) aktiva tetap; (d) Pelepasan investasi jangka panjang; (e) Operasi yang tidak dilanjutkan; (f) Penyelesaian gugatan hukum.

Ad.2. Pos luar biasa

Yang dimaksud dengan pos luar biasa adalah penghasilan ataupun kejadian transaksi yang secara jelas berbeda dari aktivitas normal perusahaan dan karenanya tidak diharapkan untuk sering terjadi atau terjadi secara teratur.

Pos luar biasa harus diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi. Suatu transaksi secara jelas berbeda dengan aktivitas normal suatu perusahaan dapat digolongkan ke dalam pos luar biasa. Suatu transaksi atau kejadian mungkin luar biasa bagi suatu perusahaan, namun tidak luar biasa bagi perusahaan lain. Hal ini disebabkan oleh perbedaan-perbedaan aktivitas normal masing-masing perusahaan.

Dalam IAI (2002, PSAK No. 25, par.12) dinyatakan bahwa:

Suatu kejadian atau transaksi dapat diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika memenuhi dua kriteria berikut:

a. Bersifat tidak normal.

Kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan normal perusahaan.

b. Tidak sering terjadi

Kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak sering terjadi dalam kegiatan normal perusahaan.

Penerapan kedua kriteria di atas harus selalu dihubungkan dengan sifat dan karakteristik dari kegiatan perusahaan serta faktor geografis perusahaan. Bila hanya salah satu kriteria tersebut terpenuhi, maka transaksi atau kejadian tersebut dikelompokkan sebagai penghasilan atau beban lain-lain. Contoh kejadian atau


(30)

transaksi yang pada umumnya menimbulkan kerugian luar biasa bagi perusahaan adalah :

(a) Kerugian sebagai akibat gempa bumi, kebakaran, atau banjir. Kerugian tersebut setelah dikurangi dengan klaim asuransi (jika ada) disajikan sebagai unsur pos luar biasa dalam laporan laba rugi.

Contoh kejadian atau transaksi yang tidak dikelompokkan sebagai pos luar biasa antara lain :

(i) Perusahaan manufaktur yang membeli tanah untuk tujuan ekspansi. Namun karena sesuatu hal, proyek ekspansi tidak dapat dilaksanakan sehingga perusahaan bermaksud menjual kembali tanah tersebut. Keuntungan atau kerugian yang diperoleh dari penjualan tanah tersebut tidak dapat dikelompokkan dalam pos luar biasa karena walaupun tidak termasuk dalam kegiatan utama perusahaan dan tidak diharapkan terjadi, namun kejadian ini tidak mempunyai tingkat abnormalitas yang tinggi. Adalah hal yang wajar jika perusahaan menjual kembali aktiva tetap yang dimilikinya yang tidak dipergunakan lagi.

(ii) Penghapusbukuan (write off) aktiva tetap karena aktiva tetap tersebut sudah mengalami keusangan teknologi.

Pos luar biasa dalam laporan laba rugi disajikan setelah laba yang berasal dari kegiatan normal perusahaan. Hakekat dari pos luar biasa dan pertimbangan yang mendasari pengelompokkan kejadian atau transaksi tersebut sebagai pos luar biasa harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Dengan demikian pemakai laporan keuangan tetap dapat melakukan evaluasi mengenai kinerja


(31)

perusahaan yang berasal dari kegiatan normal selama periode tersebut sekaligus juga melihat pengaruh dari pos luar biasa terhadap perhitungan laba rugi perusahaan untuk periode yang bersangkutan.

Dalam menyusun laporan laba rugi bisa saja ditemui kesalahan mendasar (Fundamental Error) dalam laporan keuangan. Kesalahan dalam penyusunan laporan laba rugi pada satu atau lebih periode sebelumnya mungkin baru ditemuka n dalam periode berjalan. Kesalahan mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian. Koreksi atas kesalahan tersebut biasanya dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. Suatu kesalahan mempunyai pengaruh signifikan bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan keuangan tersebut tidak dapat diandalkan lagi.

Koreksi kesalahan yang mendasar dapat dibedakan dari perubahan estimasi akuntansi. Estimasi akuntansi pada hakikatnya adalah suatu taksiran (approximations) yang mungkin perlu direvisi dengan adanya informasi tambahan yang diketahui dalam periode berikutnya. Misalnya, untung atau rugi yang diakui sebagai akibat suatu kontinjensi, yang sebelumnya tidak dapat diperkirakan secara akurat, atau perubahan dalam taksiran masa manfaat dan nilai sisa aktiva tetap yang disusutkan bukan merupakan koreksi atas kesalahan mendasar.

Dalam mengoreksi suatu kesalahan yang mendasar, jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan saldo laba awal periode. Informasi komparatif harus dinyatakan kembali, kecuali


(32)

jika untuk melaksanakannya dianggap tidak praktis. Dalam hal ini perusahaan pelapor harus mengungkapkan hal-hal berikut : hakekat kesalahan mendasar, jumlah koreksi untuk periode berjalan dan periode-periode sebelumnya, jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode yang tercakup dalam informasi komparatif dan kenyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau kenyataan bahwa informasi komparatif tidak praktis untuk dinyatakan kembali.

Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam suatu perusahaan harus diterapkan secara konsisten pada setiap periode. Perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya jika penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, atau jika diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan suatu perusahaan.

Suatu perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan sehubungan dengan penerapan suatu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang diberlakukan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan masa transisi yang ditentukan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tersebut.

Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK No. 25, par.7-8) mengemukan cara penyajian pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi sebagai berikut :

Semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut kecuali jika standar akuntansi keuangan yang berlaku mensyaratkan atau memperbolehkan sebaliknya. Biasanya semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut, termasuk juga pos luar biasa dan dampak


(33)

perubahan estimasi akuntansi. Tetapi dalam keadaan tertentu mungkin diperlukan untuk mengeluarkan unsur-unsur tertentu dari laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. Pernyataan ini menyangkut dua kondisi tertentu : koreksi atas kesalahan yang mendasar dan dampak perubahan kebijakan akuntansi.

Kelayakan laba atau rugi suatu periode tergantung dari kebenaran penetapan pendapatan dan beban serta ketepatan dalam menentukan pisah batas atas pendapatan dan beban tersebut pada akhir suatu periode. Untuk mendapatkan gambaran laba atau rugi yang layak haruslah dibandingkan antara pendapatan yang dibentuk oleh beban-beban tersebut.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002, PSAK No. 25, par.15-16) :

Bila dalam laba atau rugi dari aktivitas normal terdapat unsur penghasilan dan/ atau beban yang pengungkapan tentang ukuran, hakekat atau terjadinya dianggap relevan untuk menjelaskan kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu, maka hakekat dan jumlah unsur tersebut harus diungkapkan secara terpisah.

Walaupun unsur penghasilan dan beban dari aktivitas normal seperti yang dijelaskan pada paragraf 15 bukan pos luar biasa, tetapi jika hakekat dan jumlahnya dianggap relevan bagi pemakai laporan keuangan untuk memahami dan memproyeksi posisi keuangan dan kinerja suatu perusahaan, maka pengungkapannya perlu dibuat. Pengungkapan tersebut biasanya dibuat dalam catatan atas laporan keuangan.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Intan Nasional Iron Industri Medan yang eralamatkan di Jalan Kol. Yos Sudarso KM. 10,2 dan waktu penelitian dimulai Juni 2007.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis pengumpulan data pada saat pelaksanaan penelitian bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari objek penelitian yang akan disajikan sebagai data utama dan diolah lebih lanjut oleh penulis. Contoh: Data hasil wawancara berupa tanya jawab langsung maupun diskusi dengan pihak terkait.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tersedia dari literatur-literatur yang berhubungan dengan penyajian dan penyusunan laporan laba rugi guna memperkuat uraian teoritis dalam penulisan skripsi.

Contoh: Gambaran umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan, daftar laporan laba rugi dan sebagainya.


(35)

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis memilih menggunakan:

a. Teknik wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dan diskusi secara langsung dengan pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan dan informasi yang dibutuhkan dan data-data yang digunakan dalam penulisan skripsi.

b. Teknik dokumentasi (studi dokumentasi), yaitu dengan melakukan pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan skripsi yang berasal dari buku-buku, literatur-literatur, majalah serta sumber lainnya yang mendukung penulisan skripsi.Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan :

D. Metode Analisa Data

Teknik analisa data dilakukan dengan menggunakan:

a. Metode Deskriptif, yaitu suatu metode dengan mengumpulkan data, disusun, diinterprestasikan dan dianalisis, sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan permasalahan yang terjadi.

b. Metode Komperatif, yaitu suatu metode analisis yang dilakukan dengan membandingkan antara uraian teori yang terkait dengan praktek di perusahaan. Kemudian diambil suatu kesimpulan selanjutnya diberikan saran dari hasil kesimpulan tersebut.


(36)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Perusahaan

PT. Intan Nasional Iron Industri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perindustrian dalam pembuatan Baja Lapis Seng yang didirikan pada tanggal 29 Mei 1970 berdasarkan akte notaris Panusunan Batubara No. 35 dengan nama PT. Iron Nasional Industri, kemudian di ubah namanya menjadi PT. Intan Nasional Iron Industri. Anggaran dasar perusahaan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan SK No. YA.5/267/B tanggal 01 Desember 1972. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, perubahan terakhir dilakukan dengan akte notaris Jansen Sitanggang, SH No. 137 tanggal 30 Juni 1999 mengenai susunan pemegang saham dan mengangkat direksi dan dewan komisaris yang baru.

PT. Intan Nasional Iron Industri beralamatkan di Jalan Kol. Yos Sudarso KM. 10,2 Medan.

2. Struktur Organisasi Perusahaan dan Pembagian Tugas

Setiap perusahaan haruslah mempunyai suatu struktur organisasi, guna mempermudah dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi maka perusahaan akan lebih mudah dalam mengintegrasikan dan mengkoordinasikan segala kegiatan yang ada di


(37)

dalam perusahaan. Di samping itu, juga dapat mendorong produktivitas yang tinggi, rasa puas di antara anggota, mendorong gaya kreasi serta menciptakan efektivitas dan efisiensi untuk proses kerja yang ada di dalam perusahaan.

Struktur organisasi pada setiap perusahaan berbeda-beda tergantung pada jenis, besar kecilnya dan bentuk perusahaan itu sendiri. Struktur organisasi yang baik harus disusun sesuai dengan jenis usaha, pembagian pekerjaan, pemberian wewenang dan tanggung jawab serta rentangan pengawasan.

Struktur organisasi suatu perusahaan dapat disusun menurut berbagai cara, misalnya struktur organisasi dengan sistem sentralisasi dan desentralisasi atau dapat juga dalam bentuk garis, fungsional, garis dan staff ataupun fungsional dan staff. Struktur organisasi PT. Intan Nasional Iron Industri merupakan struktur organisasi lini dan staff.

Adapun uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap bagian yang ada dalam struktur organisasi perusahaan adalah sebagai berikut :

a. Dewan Direksi

Dewan direksi terdiri dari para pemegang saham yang memiliki wewenang untuk mengangkat direktur dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).


(38)

Direktur utama bertanggung jawab penuh atas keberhasilan perusahaan di dalam mencapai sasaran, baik dalam bidang pemasaran maupun keuangan. Adapun tugas dan tanggung jawab direktur utama yaitu:

(1) Memelihara hubungan baik dengan suplier atau pembeli sebagai konsumen dan dengan para staf dan karyawan perusahaan sehubungan dengan kegiatan perusahaan.

(2) Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas yang didelegasikan kepada setiap departemen.

(3) Merencanakan dan mengatur anggaran dan penggunaan dana perusahaan.

(4) Bertanggung jawab dalam penyusunan rencana, strategi perusahaan, dan merumuskan berbagai kebijaksanaan mengenai perkembangan perusahaan serta mengambil keputusan atau tindakan yang tepat demi kelangsungan perusahaan.

(5) Bertanggung jawab dalam pemeliharaan kesejahteraan karyawan dan lingkungan perusahaan.

(6) Bertanggung jawab dalam pencapaian target perusahaan.

(7) Bertanggung jawab kepada para pemegang saham melalui rapat tahunan pemegang saham mengenai hasil usaha perusahaan.

c. Manajer Keuangan


(39)

(1) Merencanakan dan mengatur pelaksanaan kegiatan akuntansi dan keuangan perusahaan.

(2) Membantu direktur utama dalam merumuskan rencana anggaran perusahaan.

(3) Memastikan bahwa semua transaksi keuangan dilakukan dengan benar.

(4) Memeriksa dan menganalisis data dan laporan dana serta biaya perusahaan.

(5) Menjaga dana dan dokumen-dokumen penting yang disimpan dalam kas perusahaan.

(6) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur Manajer Keuangan membawahi beberapa bagian yaitu:

(1) Pembukuan

Fungsi bagian pembukuan antara lain :

(a) Mengadakan pencatatan transaksi-transaksi berdasarkan dokumen atau nota dan membuat laporan keuangan.

(b) Menyimpan nota/dokumen sebagai bukti pencatatan.

(c) Memperhitungkan besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.

(d) Bertanggung jawab atas pencatatan, penagihan dan penghapusan piutang perusahaan.

(e) Bertanggung jawab atas pencatatan hutang dan pelunasan hutang perusahaan.


(40)

(2) Kasir

Fungsi bagian kasir antara lain:

(a) Menerima dan mengeluarkan kas termasuk penyelesaian bilyet giro dan menutup kas setiap hari serta bertanggung jawab atas kebenaran antara jumlah kas dengan catatan yang ada.

(b) Menyetorkan setiap penerimaan uang tunai ke bank (c) Melaporkan posisi keuangan perusahaan di bank.

(d) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Manager Keuangan.

d. Manajer Pemasaran

Tugas dan tanggung jawab manager pemasaran antara lain : (1) Melaksanakan, mengkoordinir dan mengawasi kegiatan di bidang

pemasaran.

(2) Mengadakan kegiatan penelitian pasar guna mendapatkan data tentang kebutuhan konsumen, dan tingkat persaingan sehingga dapat ditentukan rencana volume penjualan dan target market yang dapat dicapai.

(3) Menentukan kebijaksanaan dan strategi pemasaran produk perusahaan yang mencakup jenis produk, harga, pendistribusian dan promosi.

(4) Menentukan rencana anggaran biaya pemasaran.

(5) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur.


(41)

Dalam melaksanakan tugasnya manajer pemasaran dibantu oleh: (1) Bagian penjualan

Tugas dan tanggung jawab bagian penjualan : (a) Mengkoordinir kegiatan penjualan perusahaan. (b) Menerima order penjualan dari pelanggan

(c) Melaksanakan tagihan piutang atas rekening penjualan (d) Membuat laporan penjualan

(e) Bertanggung jawab atas pengadaan barang yang dipesan oleh konsumen dan pelanggan.

(f) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Manager Pemasaran

e. Manajer Pembelian

Tugas dan tanggung jawab manajer pembelian antara lain : (1) Menetapkan harga jual produk

(2) Mengadakan negosiasi dalam transaksi pembelian dan hubungan dengan para pemasok (Supplier)

(3) Bertanggung jawab dalam pengadaan produk (4) Bertanggung jawab kepada Direktur

Manajer Pembelian membawahi : (1) Bagian Pembelian

(a) Membuat surat permintaan penawaran harga kepada penjual. (b) Membuat order pembelian.


(42)

(d) Mebuat laporan harian pembelian.

(e) Bertanggung jawab kepada Manager Pembelian f. Manajer Produksi

Tugas dan tanggung jawab manajer produksi antara lain :

(1) Merencanakan dan mengatur produksi perusahaan agar sesuai dengan spesifikasi dan standar mutu yang telah ditentukan.

(2) Membuat laporan produksi secara periodik mengenai pemakaian bahan dan jumlah produksi.

(3) Mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas bagian-bagian yang dibawahinya.

(4) Merencanakan dan meneliti metode kerja dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja.

(5) Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan bagian produksi dan kelancaran produksi.

(6) Bertanggung jawab atas penyimpanan produk yang dihasilkan perusahaan sampai barang tersebut laku terjual.

(7) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur Manajer produksi membawahi beberapa bagian, yaitu:

(1) Bagian pabrik

Tugas dan tanggung jawabnya adalah: (a) Merawat mesin-mesin dan alat-alat kerja.


(43)

(c) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada manajer produksi

(2) Bagian gudang

Tugas dan tanggung jawabnya adalah:

(a) Menyimpan produk yang dihasilkan sampai produk tersebut dapat dijual.

(b) Mengawasi dan mencatat produk jadi yang dikeluarkan untuk dijual.

(c) Membuat kartu persediaan bahan baku untuk mengawasi tingkat persediaan yang minimum.

(d) Bertanggung jawab atas penerimaan dan penyimpanan bahan baku yang dibeli.

(e) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada manajer produksi

(3) Quality control

Tugas dan tanggung jawabnya adalah:

(a) Menyusun laporan hasil analisis bahan baku, produk jadi kepada manajer produksi.

(b) Bertanggung jawab atas penelitian dan pengendalian mutu bahan baku dan produk jadi.

(c) Dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada manajer produksi


(44)

Manajer personalia bertanggung jawab untuk kelancaran:

a. Penyelenggaraan, pengadaan, pengolahan serta pembinaan kepegawaian.

b. Menyiapkan sistem penggajian dan peraturan-peraturan kepegawaian.

c. Merencanakan dan menyiapkan segala sesuatu mengenai penerimaan pegawai, kenaikan pangkat, pemutusan hubungan kerja, kesejahteraan (seperti jaminan hari tua) dan keselamatan kerja seluruh staff perusahaan.

3. Pengakuan Pendapatan

Sumber pendapatan utama PT. Intan Nasional Iron Industri adalah dari penjualan seng. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari luar usaha pokok terdiri dari pendapatan jasa giro bank.

Penjualan dilakukan dengan cara menjual langsung kepada para pembeli maupun melalui jalur distribusi dengan menggunakan tenaga bantuan para agen dari berbagai daerah. Penjualan juga dilakukan dengan cara menyerahkan barang kepada langganan pada waktu-waktu tertentu secara teratur sesuai dengan permintaan langganan.

Pengakuan pendapatan pada PT. Intan Nasional Iron Industri pada dasarnya menganut accrual basis (pada saat terjadinya penjualan) yaitu pada saat penyerahan barang ataupun jasa kepada pelanggan.

4. Pengakuan Biaya


(45)

beban yang terjadi tersebut. Biaya diakui pada periode pendapatannya juga diakui dengan menggunakan cut off yang tepat dan dilaksanakan secara konsisten.

Adapun beban-beabn yang terdapat dalam perusahaan ini terdiri dari: 1. Harga Pokok Penjualan

2. Beban Usaha

Ad. 1. Harga Pokok Penjualan

Harga Pokok Penjualan merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan pada saat pembelian barang sampai dengan saat barang tersebut dijual. Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan cara menambah nilai persediaan awal dengan nilai pembelian barang dikurangi dengan nilai persediaan akhir. Nilai pembelian barang ini meliputi ongkos angkut pembelian dan upah pekerja.

Metode penilaian persediaan dan perhitungan harga pokok persediaan barang perusahaan menggunakan metode harga rata-rata.

Ad. 2. Beban Usaha

Beban operasional adalah beban yang dikeluarkan dan dibayar oleh perusahaan sehubungan dengan kegiatan perusahaan. Beban usaha ini dapat dibagi dalam 2 kategori yaitu beban penjualan dan beban administrasi dan umum.

Beban Penjualan terdiri atas : − Beban iklan dan pemasaran


(46)

− Beban pengangkutan − Beban lain-lain

Beban Administrasi dan Umum terdiri dari : − Beban gaji karyawan

− Beban air, listrik, dan telepon − Beban perlengkapan kantor − Beban perobatan karyawan − Beban penyusutan aktiva tetap − Beban administrasi bank − Beban serba serbi

Perusahaan mengadakan penyusutan terhadap aktiva tetap sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.17. Aktiva tetap dinilai berdasarkan harga perolehan. Biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap yang akan menambah produktivitas dan umur aktiva dimasukkan sebagai aktiva tetap. Sedangkan biaya-biaya yang tidak material dan tidak akan menambah produktivitas dibebankan sebagai beban saat terjadinya.

5. Bentuk Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi perusahaan dapat disajikan dengan beberapa konsep yakni dengan menggunakan current operating atau all inclusive concept. Dilihat dari laporan laba rugi yang disusun oleh PT. Intan Nasional Iron Industri adalah laporan laba rugi yang menganut all inclusive concept (kosep laba menyeluruh), hal ini dapat dilihat dari


(47)

laporan laba rugi selain mencerminkan perubahan-perubahan nilai dan peristiwa-peristiwa yang dapat dikendalikan oleh manajemen juga kejadian-kejadian yang ditak dapat dikendalikan menajamen. Artinya laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri telah menggambarkan seluruh aktivitas perusahan dalam periode tertentu.

Bentuk laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri adalah multiple step (bertahap). Penggelompokkan penghasilan-penghasilan dan beban sehingga para pemakainya dapat menggunakan informasi mengenai data laba yang ada pada berbagai tingkatan yakni laba kotor, laba usaha, dan laba bersih sebelum pajak, yang mencerminkan tingkat profitabilitas yang berbeda sehingga pemakainya lebih cepat dalam proses pengambilan keputusan untuk kemajuan perusahaan.

6. Penyajian Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi perusahaan digunakan untuk mengetahui prestasi yang dicapai oleh perusahaan tersebut dalam suatu periode akuntansi. Laporan laba rugi sangat berguna untuk pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi tersebut. Laporan laba rugi menghasilkan laba atau rugi sebagai hasil dari laporan tersebut dilakukan dengan menandingkan seluruh pendapatan dengan biaya (matching of costs with revenue) yang terjadi dalam satu periode. Jika selisihnya positif maka perusahaan memperoleh laba dan jika selisihnya negatif maka perusahaan mengalami kerugian.


(48)

Pada PT. Intan Nasional Iron Industri dalam menyusun dan menyajikan laporan laba rugi desusun dalam bentuk urutan kebawah (staffel) yangmencakup unsur-unsur pendapatan dan beban. Laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri tidak disajikan secara komparatif untuk dua tahun terakhir. Sehingga para pemakainya tidak dapat memperbandingkan antara laba tahun lalu dengan periode sekarang hanya dengan membaca laporan laba rugi tahun berjalan. Sedangkan untuk mengetahui kemajuan ataupun kemunduran perusahaan sangat penting membandingkan laporan laba rugi dua tahun terakhir. Penyajian secara komparatif akan sangat bermanfaat bagi para pemakai laporan laba rugi untuk mengetahui kewajaran dan kelayakan dari laba yang diperoleh perusahaan dan sekaligus juga akan diperoleh pandangan mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada periode yang akan datang.

Perkiraan-perkiraan dalam laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri terdiri dari:

1. Penjualan

2. Harga Pokok Penjualan 3. Laba Kotor

4. Beban Usaha 5. Laba Usaha

6. Pendapatan lain-lain


(49)

Penyajian laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006 yang lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini:

PT. Intan Nasional Iron Industri Laporan Laba Rugi

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006

PENJUALAN 9.054.282.376,00

HARGA POKOK PENJUALAN

Persediaan Barang Dagangan Awal 125.357.652,00

Harga Pokok Produksi 6.742.957.585,00

6.868.315.237,00

Persediaan Barang Dagangan Akhir 168.146.279,00

Harga Pokok Penjualan 6.700.168.958,00

Laba Kotor 2.354.113.418,00

BEBAN USAHA: Beban Penjualan

- Beban iklan dan pemasaran 256.324.672,00

- Beban reparasi dan pemeliharaan kendaraan 144.158.681,00

- Beban pengangkutan 15.934.355,00

- Beban lain-lain 8.456.126,00

Total Beban Penjualan 424.873.833,00

Beban Umum dan Administrasi

- Beban gaji karyawan 874.824.000,00

- Beban air, listrik, dan telepon 95.186.425,00

- Beban perlengkapan kantor 32.146.186,00

- Beban perobatan karyawan 18.364.225,00

- Beban penyusutan aktiva tetap 65.487.391,82

- Beban administrasi bank 5.245.681,36

- Beban serba serbi 11.458.187,00

Total Beban Umum dan Administrasi 1.102.712.096,18

Total Beban Usaha 1.527.585.929,18

Laba Usaha 826.527.488,82

PENDAPATAN LAIN-LAIN

- Pendapatan Jasa Giro 32.687.183,41


(50)

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Pengakuan Pendapatan

Pendapatan suatu satuan pada umumnya diperoleh dari dua sumber yaitu pendapatan dari aktivitas pokok perusahaan dan pendaptan di luar aktivitas pokok perusahaan. Pada PT. Intan Nasional Iron Industri pendapatan utama berasal dari penjualan seng. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari luar usaha pokok terdiri dari pendapatan jasa giro bank.

Perusahaan ini mengakui pendapatan pada saat terjadinya penjualan (accrual basis) yaitu pada saat penyerahan barang dagangan kepada pelanggan. Pengakuan pendapatan secara accrual basis telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 karena semua unsur pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut.

2. Pengakuan Biaya

PT. Intan Nasional Iron Industri melaksanakan accrual basis, yaitu biaya diakui walaupun belum ada pengeluaran atau pembayaran kas atas beban yang terjadi tersebut. Biaya diakui pada periode pendapatannya juga diakui dengan menggunakan cut off yang tepat dan dilaksanakan secara konsisten

Biaya-biaya yang telah dimanfaatkan dilaporkan dalam laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri yang didasrkan pada biaya yang berhubungan langsung dengan pendapatan dikelompokkan sebagai Harga


(51)

Pokok Penjualan dan Beban Penjualan, sedangkan biaya yang tidak berhubungan langsung dengan pendapatan dimasukkan ke dalam Beban Umum dan Administrasi.

Harga pokok penjualan PT. Intan Nasional Iron Industri meliputi Harga Pokok Produksi dalam satu tahun ditambah dengan nilai persediaan barang dagangan awal dikurangi persediaan barang dagangan akhir. Harga Pokok Produksi tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead produksi. Biaya overhead produksi terdiri dari biaya upah buruh, biaya astek, biaya spare part mesin, biaya alat-alat bangunan, biaya keperluan pabrik, biaya packing/pengemas, biaya asuransi kebakaran, biaya penyusutan, dan biaya bahan bakar.

Menurut analisa penulis, pengakuan biaya pada PT. Intan Nasional Iron Industri telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan No. 25 karena semua biaya yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut dan Ikatan Akuntan Indonesia menyarankan pelaksanaan accrual basis.

3. Penentuan Laba Rugi

Laba atau rugi adalah selisih positif atau negatif antara pendapatan dan beban untuk suatu periode akuntansi tertentu merupakan hasil akhir dari laporan laba rugi. Penentuan laba sangat penting karena merupakan salah satu dari sumber informasi baik bagi pihak intern maupun ekstern dalam pengambilan keputusan. Bagi pihak intern dibutuhkan dalam


(52)

pengambilan keputusan-keputusan yang penting bagi kelangsungan hidup dan kemajuan perusahaan di masa yang akan datang. Laba juga digunakan sebagai pengukur prestasi manajemen dalam menjalankan perusahaan.

PT. Intan Nasional Iron Industri dalam menetapakan laba dengan mengakui pandapatan dalam satu tahun dengan membebankan semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pandapatan tersebut dengan menggunakan cut off secara tepat antara satu periode akuntansi dengan konsisten.

Konsep laba suatu perusahaan seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya ada dua yakni current operating concept atau all inclusive concept (konsep laba menyeluruh), laba selain mencerminkan perubahan-perubahan nilai dan peristiwa-peristiwa yang dapat dikendalikan manajemen, juga mencerminkan kejadian-kejadian yang tidak dapat dikendalikan manajemen.

Menurut analisa penulis, penetapan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia yang telah melaksanakan konsep macthing of costs with revenue dalam penentuan labanya dan menyarankan all inclusive concept.

4. Penyajian Laba Rugi

Tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan laba. Laba yang dihasilkan atau rugi yang diderita perusahaan pada suatu periode tertentu disajikan dalam laporan laba rugi. PT. Intan Nasional Iron Industri yang


(53)

menggunakan all inclusive consept (konsep laba menyeluruh) dalam penetapan laba seperti yang disebutkan di atas telah sesuai dengan Standar Akuntani Keuangan yang telah ditetapka oleh IAI, namun dalam beberapa hal pengelompokkan/ penggolongan beban belum sesuai dengan pos-pos yang telah ditetapkan.

Laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri tidak disajikan secara komparatif untuk dua tahun terakhir, sehingga tidak dapat diperbandingkan langsung oleh pembaca/pemakai. Untuk membandingkannya, para pemakai terlebih dahulu harus mendapatkan laporan keuangan tahun sebelumnya. Penyajian secara komparatif akan sangat bermanfaat bagi pemakai laporan laba rugi untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. Penyajian laporan laba rugi yang tidak disajikan secara komperatif oleh manajemen PT. Intan Nasional Iron Industri tidak sesuai dengan tidak memenuhi salah satu karakteristik kualitatif laporan keuangan yang dapat diperbandingkan.

Bentuk laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri adalah multiple step (bertahap). Pengelompokan penghasilan-penghasilan dan biaya-biaya dan berbagai sub total dilaporkan sehingga mencerminkan tingkat profitabilitas yang berbeda. Ikatan Akuntan Indonesia lebih cenderung menyarankan penggunaan bentuk bertahap (multiple step), karena dalam laporan bentuk bertahap memisahkan transaksi operasi normal perusahaan dan transaksi sampingan perusahaan dan mencocokkan


(54)

biaya dan beban dengan pendapatan yang berkaitan dengannya. Bentuk laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri tersebut sesuai dengan yang disarankan Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006 yang telah dikoreksi berikut ini:


(55)

PT. Intan Nasional Iron Industri Laporan Laba Rugi

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2006

2005 2006

PENJUALAN 8.756.184.372,00 9.054.282.376,00

HARGA POKOK PENJUALAN

Persediaan Barang Dagangan Awal 113.925.465,00 125.357.652,00

Harga Pokok Produksi 6.568.169.135,00 6.742.957.585,00

6.682.094.600,00 6.868.315.237,00

Persediaan Barang Dagangan Akhir 125.357.652,00 168.146.279,00

Harga Pokok Penjualan 6.556.736.948,00 6.700.168.958,00

Laba Kotor 2.199.447.424,00 2.354.113.418,00

BEBAN USAHA:

Beban Penjualan

- Beban iklan dan pemasaran 215.682.456,00 256.324.672,00

- Beban reparasi dan pemeliharaan kendaraan 103.486.399,00 144.158.681,00

- Beban pengangkutan 13.186.895,00 15.934.355,00

- Beban lain-lain 8.661.563,00 8.456.126,00

Total Beban Penjualan 341.017.313,00 424.873.833,00

Beban Umum dan Administrasi

- Beban gaji karyawan 874.348.150,00 874.824.000,00

- Beban air, listrik, dan telepon 93.774.368,00 95.186.425,00

- Beban perlengkapan kantor 28.634.225,00 32.146.186,00

- Beban perobatan karyawan 15.686.112,00 18.364.225,00

- Beban penyusutan aktiva tetap 64.692,305,41 65.487.391,82

- Beban administrasi bank 5,106.943,06 5.245.681,36

- Beban serba serbi 9.106.874,00 11.458.187,00

Total Beban Umum dan Administrasi 1.091.348.977,47 1.102.712.096,18

Total Beban Usaha 1.432.366.290,47 1.527.585.929,18

Laba Usaha 767.081.133,53 826.527.488,82

PENDAPATAN LAIN-LAIN

- Pendapatan Jasa Giro 31.358.146,87 32.687.183,41

Laba Sebelum Pajak Penghasilan 798.439.280,40 859.214.672,23


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian teoritis dan membandingkannya dengan kenyataan pada PT. Intan Nasional Iron Industri, yang selanjutnya setelah dianalisa dan dievaluasi maka penulis memberikan beberapa kesimpulan berikut ini:

1. Pendapatan utama PT. Intan Nasional Iron Industri berasal dari penjualan seng. Pendapatan diakui pada saat terjadinya (accrual basis) yaitu pada saat penyerahan barang kepapa langganan. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari luar usaha pokok terdiri dari pendapatan jasa giro bank.

2. Pengakuan beban pada PT. Intan Nasional Iron Industri adalah accrual basis yaitu pada saat beban tersebut terjadi dan membebankan semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut dengan menggunakan cut off secara tepat antara satu periode akuntansi dengan konsisten.

3. Penetapan laba PT. Intan Nasional Iron Industri dilakukan dengan menandingkan seluruh biaya dengan pendapatan (matching of costs with revenue) yang terjadi dalam satu periode dan menggunakan all inclusive concept telah sesuai dengan Setandar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

4. Laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri tidak disajikan secara komperatif untuk dua tahun terakhir, hal ini tidak memenuhi salah satu karakteristik kualitatif laporan keuangan yang dapat diperbandingkan.


(57)

5. Bentuk laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri adalah multiple step (bertahap) yang telah mengelompokan penghasilan-penghasilan dan biaya-biaya sehingga dapat diketahui berbagai tingkat laba yang akan mempermudah pemakainya untuk melakukan analisa pada berbagai tingkat biaya tersebut. Bentuk multiple step (bertahap) telah sesuai dengan yang disarankan Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran berikut ini yang mungkin bermanfaat bagi perusahaan.

1. Pengakuan pendapatan secara accrual basis yang merupakan kebijakan akuntansi pendapatan dan diterapkan perusahaan selama ini agar tetap dilaksanakan.

2. Pengakuan beban adalah accrual basis yaitu pada saat beban tersebut terjadi dan membebankan semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut dengan menggunakan cut off secara tepat antara satu periode akuntansi dengan konsisten yang merupakan kebijakan akuntansi yang diterapkan perusahaan agar tetap dilaksanakan.

3. Penetapan laba PT. Intan Nasional Iron Industri dilakukan dengan menandingkan seluruh biaya dengan pendapatan (matching of costs with revenue) yang terjadi dalam satu periode, agar tetap dilaksanakan karena telah


(58)

sesuai dengan dengan Setandar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

4. Laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri agar disajikan secara komperatif untuk dua tahun terakhir, sehingga dapat diperbandingkan dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

5. Bentuk laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri adalah multiple step (bertahap) agar tetap dilaksanakan karena telah sesuai dengan yang disarankan Ikatan Akuntan Indonesia.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 1998. Intermediate Accounting, Edisi Kelima, Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN, Yogyakarta.

Dyckman, Thomas K., Roland E. Dukes, Charles J. Davis, 2000. Akuntansi

Intermediate, Jilid I, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2001. Teori Akuntansi Laporan Keuangan, Cetakan Pertama, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Simamora, Henry, 2002. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid I, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Skousen, K. Fred, W. Stave Albrecht, James D. Stice, Earl K. Stice, 2001.

Akuntansi Keuangan, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Soemarso S.R, 2004. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Revisi, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Stice, Earl K., James D. Stice, K. Fred Skousen, 2004. Intermediate Accounting, Buku Satu, Edisi 15, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Warren, Carl. S, James M. Reeve, Philip E. Fess, 2005. Pengantar Akuntansi, Buku satu, Edisi 21, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(60)

Struktur Organisasi PT. Intan Iron Nasional Industri

Kasir

Bagian Penjualan Bagian Pembelian Pabrik

Quality Control

Manajer Produksi Manajer Personalia

Gudang

Staff Personalia Pembukuan

Dewan Direksi

Direktur

Manajer Keuangan Manajer Pemasaran Manajer Pembelian


(1)

PT. Intan Nasional Iron Industri Laporan Laba Rugi

Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2006

2005 2006

PENJUALAN 8.756.184.372,00 9.054.282.376,00

HARGA POKOK PENJUALAN

Persediaan Barang Dagangan Awal 113.925.465,00 125.357.652,00 Harga Pokok Produksi 6.568.169.135,00 6.742.957.585,00 6.682.094.600,00 6.868.315.237,00 Persediaan Barang Dagangan Akhir 125.357.652,00 168.146.279,00 Harga Pokok Penjualan 6.556.736.948,00 6.700.168.958,00

Laba Kotor 2.199.447.424,00 2.354.113.418,00

BEBAN USAHA:

Beban Penjualan

- Beban iklan dan pemasaran 215.682.456,00 256.324.672,00 - Beban reparasi dan pemeliharaan kendaraan 103.486.399,00 144.158.681,00 - Beban pengangkutan 13.186.895,00 15.934.355,00 - Beban lain-lain 8.661.563,00 8.456.126,00 Total Beban Penjualan 341.017.313,00 424.873.833,00

Beban Umum dan Administrasi

- Beban gaji karyawan 874.348.150,00 874.824.000,00 - Beban air, listrik, dan telepon 93.774.368,00 95.186.425,00 - Beban perlengkapan kantor 28.634.225,00 32.146.186,00 - Beban perobatan karyawan 15.686.112,00 18.364.225,00 - Beban penyusutan aktiva tetap 64.692,305,41 65.487.391,82 - Beban administrasi bank 5,106.943,06 5.245.681,36 - Beban serba serbi 9.106.874,00 11.458.187,00 Total Beban Umum dan Administrasi 1.091.348.977,47 1.102.712.096,18 Total Beban Usaha 1.432.366.290,47 1.527.585.929,18

Laba Usaha 767.081.133,53 826.527.488,82

PENDAPATAN LAIN-LAIN

- Pendapatan Jasa Giro 31.358.146,87 32.687.183,41 Laba Sebelum Pajak Penghasilan 798.439.280,40 859.214.672,23


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian teoritis dan membandingkannya dengan kenyataan pada PT. Intan Nasional Iron Industri, yang selanjutnya setelah dianalisa dan dievaluasi maka penulis memberikan beberapa kesimpulan berikut ini:

1. Pendapatan utama PT. Intan Nasional Iron Industri berasal dari penjualan seng. Pendapatan diakui pada saat terjadinya (accrual basis) yaitu pada saat penyerahan barang kepapa langganan. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari luar usaha pokok terdiri dari pendapatan jasa giro bank.

2. Pengakuan beban pada PT. Intan Nasional Iron Industri adalah accrual basis yaitu pada saat beban tersebut terjadi dan membebankan semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut dengan menggunakan cut off secara tepat antara satu periode akuntansi dengan konsisten.

3. Penetapan laba PT. Intan Nasional Iron Industri dilakukan dengan menandingkan seluruh biaya dengan pendapatan (matching of costs with revenue) yang terjadi dalam satu periode dan menggunakan all inclusive concept telah sesuai dengan Setandar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

4. Laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri tidak disajikan secara komperatif untuk dua tahun terakhir, hal ini tidak memenuhi salah satu


(3)

5. Bentuk laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri adalah multiple step (bertahap) yang telah mengelompokan penghasilan-penghasilan dan biaya-biaya sehingga dapat diketahui berbagai tingkat laba yang akan mempermudah pemakainya untuk melakukan analisa pada berbagai tingkat biaya tersebut. Bentuk multiple step (bertahap) telah sesuai dengan yang disarankan Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran berikut ini yang mungkin bermanfaat bagi perusahaan.

1. Pengakuan pendapatan secara accrual basis yang merupakan kebijakan akuntansi pendapatan dan diterapkan perusahaan selama ini agar tetap dilaksanakan.

2. Pengakuan beban adalah accrual basis yaitu pada saat beban tersebut terjadi dan membebankan semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut dengan menggunakan cut off secara tepat antara satu periode akuntansi dengan konsisten yang merupakan kebijakan akuntansi yang diterapkan perusahaan agar tetap dilaksanakan.

3. Penetapan laba PT. Intan Nasional Iron Industri dilakukan dengan menandingkan seluruh biaya dengan pendapatan (matching of costs with revenue) yang terjadi dalam satu periode, agar tetap dilaksanakan karena telah


(4)

sesuai dengan dengan Setandar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

4. Laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri agar disajikan secara komperatif untuk dua tahun terakhir, sehingga dapat diperbandingkan dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

5. Bentuk laporan laba rugi PT. Intan Nasional Iron Industri adalah multiple step (bertahap) agar tetap dilaksanakan karena telah sesuai dengan yang disarankan Ikatan Akuntan Indonesia.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 1998. Intermediate Accounting, Edisi Kelima, Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPKN, Yogyakarta.

Dyckman, Thomas K., Roland E. Dukes, Charles J. Davis, 2000. Akuntansi Intermediate, Jilid I, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 2001. Teori Akuntansi Laporan Keuangan, Cetakan Pertama, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2002. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Simamora, Henry, 2002. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid I, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Skousen, K. Fred, W. Stave Albrecht, James D. Stice, Earl K. Stice, 2001. Akuntansi Keuangan, Buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Soemarso S.R, 2004. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Revisi, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Stice, Earl K., James D. Stice, K. Fred Skousen, 2004. Intermediate Accounting, Buku Satu, Edisi 15, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Warren, Carl. S, James M. Reeve, Philip E. Fess, 2005. Pengantar Akuntansi, Buku satu, Edisi 21, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.


(6)

Struktur Organisasi PT. Intan Iron Nasional Industri

Kasir

Bagian Penjualan Bagian Pembelian Pabrik

Quality Control

Manajer Produksi Manajer Personalia

Gudang

Staff Personalia Pembukuan

Dewan Direksi

Direktur