Analisis hukum pidana Islam terhadap sanksi cyberbullying sebagai kejahatan siber (cybercrime) menurut uu no. 19 tahun 2016 tentang ITE.
ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI
CYBERBULLYING SEBAGAI KEJAHATAN SIBER
(CYBERCRIME) MENURUT UU NO. 19 TAHUN 2016
TENTANG ITE
SKRIPSI
Oleh
Maulida Nur Muhlishotin
NIM C73213091
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam
Prodi Hukum Pidana Islam
Surabaya
2017
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian kepustakaan untuk menjawab
pertanyaan, yaitu 1. bagaimana sanksi cyberbullying sebagai kejahatan siber
(cybercrime) menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik? dan 2. bagaimana tinjauan hukum pidana Islam
terhadap cyberbullying menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik?.
Dengan adanya permasalahan diatas, maka peneliti mengkaji dan meneliti
untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan penelitian kepustakaan (Library
Research) menggunakan metode dokumentasi dalam meninjau cyberbullying
berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, serta dengan literatur yang ada hubungannya dengan
masalah yang akan dipecahkan. Sedangkan untuk menganalisis hasil penelitian
menggunakan teknik deskriptif dan analisis untuk menjelaskan data apa adanya,
dalam hal ini mengenai cyberbullying yang dianalisa menggunakan hukum
pidana Islam dan memaparkan data yang bersifat umum ke data yang bersifat
khusus.
Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat
diketahui bahwa sanksi bagi pelaku cyberbullying adalah pasal 29 UndangUndang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan
dikenakan sanksi pidana yang dintentukan dalam pasal 45B yaitu pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 750.000.000,00
(tujuh ratus lima puluh juta rupiah). Cyberbullying sebagai suatu tindak
kejahatan siber (cybercrime) merupakan bentuk kejahatan yang dilakukan
melalui dunia internet. Cyberbullying tergolong dalam jarimah takzir karena baik
jenis maupun sanksinya belum ditentukan oleh syarak. Sehingga penetapan
hukuman kejahatan cyberbullying sepenuhnya diserahkan kepada ulil amri.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka gerakan moral memerangi
cyberbullying baik bagi anak-anak, remaja, maupun bagi orang dewasa harus
terus digalakkan karena hal tersebut sangat merugikan dan merusak mental para
korban. Begitu juga bagi pengguna internet, apa pun itu bentuknya, agar dapat
bijak, beretika, dan tidak terprovokasi oleh akun-akun anonim untuk ikut serta
melakukan cyberbullying terhadap pihak-pihak tertentu.
vi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ........................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
DAFTAR TRANSLITERASI ....................................................................... xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah............................. 8
C. Rumusan Masalah ................................................................... 9
D. Kajian Pustaka ..................................................................... 9\
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 12
F. Kegunaan Hasil Penelitian ................................................... 13
G. Definisi Operasional ............. ............................................... 13
H. Metode Penelitian ................................................................. 14
I. Sistematika Pembahasan ....................................................... 16
BAB II
TINJAUAN UMUM JARIMAH TAKZIR
x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
A. Pengertian Hukum Pidana Islam ............................................. 18
B. Hukuman Dalam Islam ............................................................ 21
C. Jarimah Takzir ......................................................................... 24
1. Pengertian Takzir dan Dasar Hukum Takzi .........................24
2. Macam-Macam Jarimah Takzir ...........................................30
D. Macam-Macam Hukuman Takzir ..............................................31
1. Hukuman Takzir yangBerkaitan dengan Badan ...................31
2. Hukuman Takzir yang Berkaitan dengan Kemerdekaan
Seseorang ............................................................................ 34
3. Hukuman Takzir yang Berkaitan dengan Harta .................. 38
4. Sanksi Takzir Lainnya ........................................................ 39
BAB III CYBERBULLYING SEBAGAI KEJAHATAN SIBER (CYBERCRIME)
DAN SANKSI HUKUMNYA
A. Pengertian Cyberbullying ...................................................... 41
1. Jenis-Jenis Cyberbullying ................................................. 45
2. Subjek dan Objek Kejahatan Cyberbullying ..................... 49
3. Media Cyberbullying ........................................................ 53
4. Contoh Kasus Cyberbullying ............................................ 57
B. Cyberbullying Menurut UU No. 19 Tahun 2016 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik ...................................... 60
1. Sanksi Cyberbullying Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 Tentang ITE .....................................................71
C. Cyberbullying Menurut Hukum Pidana Islam ..................... 72
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING
SEBAGAI KEJAHATAN SIBER (CYBERCRIME) MENURUT
UU NO. 19 TENTANG ITE
A. Analisis Sanksi Cyberbullying Menurut UU No. 19 Tahun 2016
Tentang ITE ............................................................................76
B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Cyberbullying dalam
UU No. 19 Tahun 2016 Tentang ITE .................................. 79\
xi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 85
B. Saran ...................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
xii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1. Kategori cyberbullying yang paling menonjol dalam isi pesan akun
@triomacan2000 ...................................................................................... 60
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1.1 Gambar bentuk outing ............................................................................. 49
xiii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1.2 Gambar tweet pada akun @triomacan2000 ..............................................59
1.3 Cyberbullying berbentuk kiriman gambar .............................................. 59
1.4 cyberstalking yang dilakukan oleh akun @triomacan2000 .................... 60
xiv
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dewasa ini semakin meningkat, kebutuhan
akan jaringan komputer dibutuhkan oleh siapapun dan kapanpun.
Perkembangan alat komunikasi juga mempercepat konektivitas antar
manusia dan juga menumbuhkan berbagai bentuk teknologi baru yang
membuka ruang baru bagi pasar dan juga investasi bagi perkembangan
komputer dan Telepon Seluler.
Akses teknologi informasi digunakan dalam berbagai hal setiap
harinya oleh masyarakat yang mana didukung oleh jaringan internet.
Sampai tahun 2009 sekitar 40 juta orang Indonesia menggunakan internet.
Angka ini paling tinggi di Asia Tenggara.1
Indonesia sebagai negara hukum dan negara yang menjunjung tinggi
hak kebebasan sesuai dengan pasal 1 Undang-Undang No 9 Tahun 1998
tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum yang
menyatakan bahwa “Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak
setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan dan
sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai denngan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
1
Atwar Bajari dan S. Sahala Tua Saragih, Komunikasi Kontekstual; teori dan praktik komunikasi
kontemporer, (Bandung: PT remaja Rosdakarya 2015), hal 467.
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Meskipun kebebasan berpendapat masuk dalam kategori hak dasar
yang penting, hak ini adalah hak yang dapat dibatasi. Oleh karena itu, dalam
setiap sistem HAM (Hak Asasi Manusia) Internasional maupun Nasional
telah diakui jika kemerdekaan berpendapat hanya bisa dibatasi dengang
pembatasan yang sangat terbatas dan harus dibuat dengan hati-hati dan
harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.2 Maka dapat dengan jelas
dimaknai bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat harus dengan
kemampuan bertanggung jawab, atau tidak seenaknya.
Perbuatan yang dilakukan dalam menyampaikan pendapat dimuka
umum yang pada akhirnya menimbulkan penghinaan, pelecehan, fitnah,
intimidasi yang dijerat dengan beberapa pasal yang telah ada dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Namun faktanya di Indonesia sendiri penghinaan,
pelecehan, fitnah dan intimidasi tidak hanya terjadi di muka umum tetapi
juga banyak terjadi di dunia teknologi dan informasi.
Teknologi internet juga membawa dampak negatif yang tidak kalah
banyak dengan manfaat yang ada, teknologi internet dapat menjadi sarana
efektif perbuatan melawan hukum. Kejahatan-kejahatan baru bermunculan
seiring dengan berkembangan teknologi informasi dan internet. Kejahatan
yang disebut cybercrime atau kejahatan yang melalui jaringan intenet ini
mengancam siapapun dengan resiko tertangkap yang sangat minim oleh
2
Anggara, et al., Menimbang Ulang Pasal 27 ayat (3) UU ITE dalam Putusan Pengadilan :
Pertimbangan Putusan Pengadilan Terkait Penggunaan Pasal 27 ayat (3) UU No 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik di Indonesia, (Jakarta: Iinstitute for Criminal Justice
Reform, 2016), 4.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
individu maupun kelompok dengan akibat kerugian yang lebih besar baik
untuk masyarakat maupun negara.3
Secara umum yang dimaskud kejahatan komputer atau kejahatan di
dunia cyber adalah upaya memasuki dan atau menggunakan fasilitas
komputer atau jaringan komputer tanpa ijin dan dengan melawan hukum
dengan atau tanpa menyebabkan perubahan dan atau kerusakan pada fasilitis
komputer yang dimasuki atau digunakan tersebut.4
Apa yang saat ini dikenal dengan kejahatan siber (cybercrime)
sesungguhnya
merupakan
berkah
negatif
dari
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi. Tak heran kalau dikatakan bahwa
kejahatan tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan masyarakat,
atau dengan kata lain sesungguhnya masyrakatlah yang menyebabkan
terjadinya suatu kejahatan.5
Untuk mengantisipasi cybercrime, telah lahir suatu rezim hukum baru
yang dikenal dengan cyberlaw (hukum siber atau hukum telematika), yaitu
hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi, hukum dunia
maya, dan hukum mayantara.6 Istilah-istilah tersebut lahir mengingat
kejahatan yang dilakukan melalui sistem komputer dan sistem komunikasi,
baik dalam lingkup lokal maupun global (internet) dengan memanfaatkan
3
Mardani, Bunga Rampai Hukum Aktual, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), 91.
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law; Aspek Hukum Teknologi Informasi,
(Bandung: Refika Aditama, 2009), 8.
5
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), 251.
6
Mardani, Bunga Rampai..., 93.
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
teknologi informasi berbasis sistem komputer yang merupakan sistem
elektronik yang dapat dilihat secara virtual.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengatur penghinaan yang
tercantum dalam pasal 310 ayat (1) yang berbunyi “Barang siapa dengan
sengaja merusak kehormatan atau nama baik seseorang dengan jalan
menuduh dia melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud yang nyata akan
tersiarnya tuduhan itu, dihukum karena menista dengan hukuman penjara
selama-lamanya sembilan bulan atau dengan sebanyak-banyaknya empat
ribu lima ratus rupiah.”7 Selain itu,
pasal-pasal yang terdapat dalam
Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) juga diharapkan mampu menekan tindak kejahatan yang
dilakukan di ruang siber.
Fenomena
kejahatan
yang
bermunculan
dewasa
ini
yaitu
cyberbullying, yang akan peneliti titik beratkan dalam penelitian ini.
Kejahatan cyberbullying adalah perlakuan kasar yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang, menggunakan bantuan alat elektronik
yang dilakukan berulang dan terus menerus pada seorang target yang
kesulitan membela diri.8 Atau dengan kata lain cyberbullying yaitu bentuk
intimidasi yang dilakukan seseorang atau lebih untuk memojokkan,
menyudutkan, mendiskreditkan orang lain melalui dunia cyber.
7
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, (Bogor: Politeia, 1995), 225.
8
Machsun Rifauddin, “Fenomena Cyberbullying Pada Remaja (Studi Analisis Media Sosial
Facebook”, Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, No. 4,
(2016), 38.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
Sebagian besar dari kita hanya mengetahui bullying yang dilakukan
secara langsung atau bertemu langsung dengan target (sebutan untuk seorang
korban) bullying menggunakan kontak fisik maupun verbal. Cyberbullying
sama halnya dengan bullying yang terjadi pada umumnya, yaitu sama-sama
mengintimidasi ataupun mengganggu orang yang lemah. Yang membedakan
antara bullying dan cyberbullying adalah tempat dimana pelaku melakukan
intimidasi, ancaman dan pelecehan terhadap target atau korban. Alat
perantara yang digunakan pelaku cyberbullying adalah smartphone9 atau
komputer yang tersambung dengan jaringan internet.10
Di Indonesia kasus cyberbullying mulai bermunculan seiring dengan
banyaknya pengguna internet. Contoh kasus yang terjadi pada bulan Mei
Tahun 2016, seorang remaja SMA bernama Sonia Depari yang terlihat
sedang berdebat dengan polwan dan mengaku anak jendral BNN Arman
Depari di sebuah video yang tersebar luas di internet. Akibatnya para
pengguna internet yang melihat kejadian itu kurang senang dengan tindakan
Sonia Depari dan menanggapi dengan pem-bully-an yang kurang pas.11
Sonia Depari merupakan korban cyberbullying, kehidupan korban dan
kerabat akan terganggu akibat cyberbullying yang dilakukan oleh para
9
Smartphone (dalam bahasa Indonesia adalah telepon cerdas) adalah telepon seluler yang
mempunyai kemampuan dengan penggunaan dan fungsi yang menyerupai komputer. Bagi
beberapa orang, smartphone merupakan telepon yang bekerja menggunakan seluruh perangkat
lunak sistem operasi yang menyediakan hubungan standar dan mendasar bagi pengembang
aplikasi yang menyajikan fitur canggih seperti surel (surat eletronik), internet dan penyambung
VGA.
10
Yana Choria Utami, “Cyberbullying di Kalangan Remaja (Studi tentang Korban Cyberbullying
di Kalangan Remaja Surabaya)”, Universitas Airlangga, No. 3, (09, 2014), 3.
11
Singgih Widiatmoko, “Kasus Cyberbullying Terhadap Remaja Cantik “Sonia Depari””,
www.kompasiana.com/singgih_widiatmoko22/kasus-cyber-bullying-terhadap-remaja-cantiksonya-depari_573b2239bb22bd5d098facd9, diakses pada 14 September 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
pengguna internet secara berulang dan berkelanjutan. Korban akan semakin
merasa terintimidasi dan ditindas secara tidak langsung. Hal ini akan
membuat korban mengalami gangguan psikologis akibat cyberbullying.
Selain itu terdapat pula kasus yang menimpa akun twitter
@triomacan2000, dilaporkan karena postingan yang meresahkan dan berisi
fitnah serta ancaman yang ditujukan oleh beberapa pihak salah satunya
adalah Joko Widodo . Kasus cyberbullying melalui situs jejaring sosial
twitter12 kemudian dilaporkan ke polisi dan dibawa ke pengadilan untuk
proses hukum. Pemilik akun @triomacan2000 dikenai ancaman Pasal 29 jo
Pasal 45 ayat (3) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektrronik.
Kasus tersebut merupakan salah satu bentuk cyberbullying yang
dimeja hijaukan. Selain daripada itu masih banyak kasus-kasus cyberbullying
yang belum termuat oleh media, padahal banyak tulisan maupun gambar
yang menyimpang dari etika sehingga menimbulkan bullying namun tidak
sampai pada ranah hukum.
Islam mensyariatkan adanya hukuman (‘uqu>ba>h) sebagai salah satu
tindakan upaya mengurangi kejahatan untuk memelihara ketertiban dan
kepentingan masyarakat. Hukum Islam dibagai menjadi bebrapa macam
sesuai dengan tindak pidana yang dituangkan dalam syara’ ataupun yang
tidak terdapat nas hukumnya. Ditinjau dari segi ada dan tidak nashnya dalam
Alquran dan hadis, hukuman dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
12
Twitter adalah layanan jejaring sosial yang memungkinkan penggunaannya untuk mengirim
dan membaca pesan berbasis teks hingga 140 karakter.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
1. Hukuman yang ada nasnya, seperti hudud, kisas, diat dan kafarat,
dan.
2. Hukuman yang tidak ada nashnya yaitu takzir.
Di dalam Alquran Allah SWT. berfiman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah
orang-orang yang zalim. (QS. al-Hujura>t (49):11).
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa
mengintimadasi dan
memperolok-olok orang lain adalah perbuatan yang dilarang. Hal itu seperti
apa yang dikaitkan dengan cyberbullying.
Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi kehormatan melarang
umatnya untuk menghasut, menggunjing, berkata kasar, memanggil dengan
julukan tidak baik dihadapan orang, dan perbuatan lain yang menyerang
kehormatan dan kemulian manusia. Islam juga mengingatkan untuk menjaga
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
lisan yang telah diberikan oleh Allah untuk berkata baik dan benar agar tidak
menimbulkan fitnah dan dosa.
Islam juga menempatkan mereka yang
berbuat dosa tersebut kedalam golongan orang-orang fasik.
Atas dasar pemikiran yang diuraikan diatas, maka peneliti tertarik
mengkaji, meneliti, dan menganalisis masalah ini dalam skripsi yang
berjudul: “Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Cyberbullying
Sebagai Kejahatan Siber (Cybercrime) Menurut UU No. 19 Tahun 2016
Tentang ITE”.
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti
mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kategori dan penyebab cyberbullying.
2. Ketentuan cyberbullying sebagai kejahatan siber (cybercrime).
3. Dampak cyberbullying.
4. Sanksi pidana cyberbullying sebagai kejahatan siber menurut UU No. 19
Tahun 2016 Tentang ITE.
5. Kasus cyberbullying yang terjadi di Indonesia.
6. Tinjauan Hukum Islam terhadap cyberbullying.
Dari beberapa identifikasi masalah diatas, perlu dijelaskan batasanbatasan atau ruang lingkup persoalan yang akan dikaji dalam penelitian ini
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
agar skripsi ini dapat terarah pembahasannya, maka peneliti membatasi
permasalahan yang akan dibahas pada:
1. Sanksi cyberbullying sebagai kejahatan siber (cybercrime) menurut UU
No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
2. Tinjauan hukum pidana Islam terhadap cyberbullying menurut UndangUndang No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah serta pembatasan masalah
diatas maka peneliti merumuskan beberapa masalah guna mempermudah
pembahasan masalah serta sebagai kerangka kerja yang dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana sanksi cyberbullying sebagai kejahatan siber (cyber crime)
menurut UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik?
2. Bagaimana tinjauan hukum pidana Islam terhadap cyberbullying menurut
UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik?
D. Kajian Pustaka
Kajian tentang cyberbullying mulai banyak ditemukan, begitu pula
tulisan-tulisan atau karya ilmiah baik itu bentuk jurnal, buku, majalah
maupun tulisan-tulisan yang lainnya. Sehingga untuk memposisikan skripsi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
ini perlu kiranya memaparkan penelitian-penelitian terdahulu tentang
cyberbullying sebagai kejahatan siber (cyber crime).
Hal ini bertujuan agar tidak ada duplikasi atau bentuk-bentuk
plagiat dalam penelitian yang dilakukan, berikut beberapa penelitian yang
dapat dipahami:
1. Skripsi karya Muhammad Mujahidin tahun 2013 dengan judul
“Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Sanksi Pidana Pencemaran Nama
Baik/Penghinaan Via Jejaring Sosial Menurut UU No. 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik”.13 Penulis skripsi
menyatakan bahwa berdasarkan hukum positif sanksi pidana
pencemaran nama baik via jejaring sosial menurut pasal 27 ayat (3) jo
pasal 45 ayat (1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik yang menjatuhkan pidana penjara
paling lama enam tahun dan denda Rp. 1.000.000.000, 00,- (satu
miliyar rupiah). Dan hukum islam atau fiqh jinayah masuk kedalam
ranah jarimah takzir bukan termasuk jarimah qisas dan hudud. Sebab
bisa dipastikan pada zaman Rasulullah belum ditemukan teknologi
komputer atau seluler dan internet seperti zaman ini, sehingga
diperlukan wewenang khusus kepada ulil amri (pemimpin) untuk
menjatuhkan hukum atas kasus tersebut. Sedangkan skripsi ini
13
Muhammad Mujahiddin, “Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Sanksi Pidana Pencemaran Nama
Baik/Penghinaan Via Jejaring Sosial Menurut UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik” (Skripsi--Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel, Surabaya, 2013).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
membahas sanksi cyberbullying menurut UU No. 19 Tahun 2016
Tentang ITE dan sanksi yang ditin
2. Skripsi karya Antonius Sanda tahun 2016 dengan judul “ Tinjauan
Yuridis Terhadap Fenomena Cyberbullying Sebagai Kejahatan Di
Dunia Cyber Dikaitkan Dengan Putusan Mahkamah Konstitusi No.
50 /PUU-VI/2008”, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
Makasar.14 Menyatakan bahwa cyberbullying merupakan sebuah
kejahatan jenis baru jika dilihat dari media yang digunakan, yaitu
media elektronik. Fenomena ini membutuhkan perhatian khusus dari
para penegak hukum karena semakin masifnya interaksi dalam dunia
cyber. Fenomena cyberbullying dalam hukum Indonesia dimasukkan
kedalam definisi pencemaran nama baik atau penghinaan dimana
definisi tersebut kurang memadai jika dilihat bentuk-bentuk
cyberbullying yang lebih dari sekedar pencemaran nama baik.
Putusan Mahkamah Konstitusi telah mempertegas adanya kepastian
hukum dalam penerapan Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang ITE yang mengelaborasi cyberbullying secara
lebih mendalam, yang membedakannya dari Pasal 310 KUHP yang
bersifat limitatif secara teritori keberlakuan yuridiksional dan media
yang digunakan. Sedangkan skripsi ini membahas cyberbullying
14
Antonius Sanda, ”Tinjauan Yuridis Terhadap Fenomena Cyberbullying Sebagai Kejahatan Di
Dunia Cyber Dikaitkan Dengan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 50/PUU-VI/2008” (Skripsi -Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makasar, 2016).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
menurut UU No. 19 Tahun 2016 Tentang ITE dan sanksi
cyberbullying dalam tinjauan hukum pidana Islam.
3. Jurnal karya Machsun Rifauddin tahun 2016 dengan judul “Fenomena
Cyberbullying
Pada
Remaja
(Studi
Analisis
Media
Sosial
Facebook)”.15 Penulis jurnal ini menyatakan bahwa tindakan
cyberbullying yang dilakukan oleh remaja di media sosial facebook
sudah semakin mengkhawatirkan. Cyberbullying tidak hanya
memberikan dampak negatif pada korban namun juga pelaku. Pelaku
cyberbullying dapat dituntut pidana berdasarkan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE). Sedangkan skripsi ini membahas cyberbullying
dari
semua kalangan dan semua media yang digunakan.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan
yang dirumuskan diatas. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sanksi cyberbullying sebagai kejahatan siber
(cybercrime) menurut UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik.
15
Machsun Rifauddin, “Fenomena Cyberbullying Pada Remaja (Studi Analisis Media Sosial
Facebook”, Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, No. 4,
(2016), 38.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
2. Untuk
mengetahui
perspektif hukum
pidana Islam
terhadap
cyberbullying menurut UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik dalam prespektif hukum pidana Islam.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam hal:
1. Secara ilmiah diharapakan penelitian ini mampu memberikan
sumbangsih pemikiran bagi perkembangan Hukum Pidana prkatis
Islam dan Undang-Undang serta menjadi rujukan penelitian
berikutnya tentang perkembangan hukum Islam.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi konstribusi kepada masyarakat luas tentang hukum
pidana Islam terutama mengenai cyberbullying.
G. Definisi Operasional
Sebagai gambaran dalam memahami suatu pembahasan maka perlu
adanya pendefinisian terhadap judul yang bersifat operasional dalam
penelitian ini agar mudah untuk memahami penelitian ini dengan jelas
tentang arah dan tujuannya. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam
memahami maksud yang terkandung.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Untuk memperoleh gambaran yang luas dan pemahaman yang utuh
tentang judul penelitian ini, maka peneliti sertakan beberapa definisi halhal yang terkait dengan penelitian ini:
1. Hukum pidana Islam yang dimaksud dalam pengertian ini adalah
jarimah takzir.
2. Cyberbullying
adalah perilaku seseorang atau kelompok secara
sengaja dan berulang kali melakukan tindakan yang menyakiti orang
lain melalui komputer, telepon seluler, dan alat elektronik lainnya.16
3. Kejahatan Siber yaitu semua tindak pidana yang berkenaan dengan
sistem informasi (information system) itu sendiri, serta sistem
komunikasi yang merupakan sarana untuk penyimpangan atau
pertukaran informasi kepada pihak lainnya.17
H. Metode Penelitian
1. Metode yang Dikumpulkan
Dalam metode penelitian ini yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Sumber data
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research).
Yang dilakukan dengan menghimpun data, yaitu:
16
OED (Oxford English Dictionary), 2010.
Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, (Bandung : Refika
Aditama, 2006), 2.
17
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
1) Sumber data primer, yakni bahan hukum yang bersifat
autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan data primer
terdiri dari aturan hukum yang terdapat pada berbagai
perangkat hukum atau peraturan perundang-undangan, kasus
cyberbullying dari dunia maya, hukum takzir dan UndangUndang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, serta hukum pidana Islam.
2) Sumber data sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari
kitab-kitab atau bahan bacaan lain yang memiliki keterkaitan
dengan bahan skripsi, yaitu: Fikih Jinayah dari Ahmad
Djazuli, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime)
Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya dari Budi
Suhariyanto. Dan buku-buku lain yang membantu peneliti
dalam menyelesaikan penelitian ini.
3) Sumber data tersier, yakni memberi petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
seperti kamus umum, kamus hukum, dan bahan-bahan diluar
bidan hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk
melengkapi hasil penelitian.
b. Teknik pengumpulan data
Teknik mengumpulan data dalam skripsi ini dipergunakan teknik
dokumentasi (technique of documentation) dalam meninjau
cyberbullying berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik di media sosial.
Teknik tersebut melakukan pengkajian terhadap peraturan
perundang-undangan dan hukum Islam yang berhubungan dengan
tema penelitian.
c. Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik deskriptif dan analisis untuk menjelaskan data apa adanya.
Dalam
hal
ini
mengenai
cyberbullying
yang
dianalisa
menggunakan hukum pidana Islam dan memaparkan data yang
bersifat umum ke data yang bersifat khusus.
I. Sistematika Pembahasan
Dalam rangka mempermudah pembahasan maka peneliti membuat
sistematika pembahasan yang terdiri dari berbagai hal yang saling berkaitan.
Sistematika pembahasan pada penelitian ini terdiri dari lima bab, dan setiap
bab akan diperinci menjadi beberapa sub bab, masing-masing dari bab
mempunyai pembahasan yang berbeda akan tetapi saling memiliki
keterkaitan. Sistematika pembahasan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan dari pembahasan skripsi yang
meliputi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
Bab kedua membahas tentang hukum pidana Islam yang meliputi
pengertian dan jenis-jenis hukum pidana Islam. Serta menjelaskan teori
jarimah takzir yang meliputi pengertian, dasar hukum takzir dan jenis-jenis
jarimah takzir.
Bab ketiga membahas tentang pengertian cyberbullying, bentuk dan
unsur pidana pada cyberbullying menurut hukum positif, pengaturan hukum
cyberbullying menurut UU No. 19 Tahun 2016 tentang ITE dan uraian
kasus tentang cyberbullying.
Bab keempat merupakan pokok pembahasan dari seluruh analisa
skripsi ini, oleh karenanya bab ini dikemukakan tentang analisis
cyberbullying sebagai bentuk kejahatan siber menurut Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan
analisis sanksi cyberbullying menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam pandangan hukum
pidana Islam.
Bab kelima merupakan menutup dari keseluruhan pembahasan skripsi
yang memuat kesimpulan serta saran dari peneliti atas hasil dari penelitian.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
TINJAUAN UMUM JARIMAH TAKZIR
A. Pengertian Hukum Pidana Islam
Hukum pidana Islam sering disebut dalam fikih dengan istilah jinayah
atau jarimah. Hukum pidana Islam atau fikih jinayah merupakan bagian dari
syariat Islam yang berlaku semenjak diutusnya Rasulullah saw. Oleh karena
itu, pada zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, hukum pidana Islam
berlaku sebagai hukum publik, yaitu hukum yang diatur dan diterapkan oleh
pemerintah selaku penguasa yang sah atau ulul amri, yang pada masa itu
dirangkap oleh Rasulullah sendiri dan kemudian diganti oleh Khulafaur
Rasyidin.1
Jinayah merupakan kata dasar (masdar) dari kata jana. Secara
etimologi jana berarti berbuat dosa atau salah, sedangkan jinayah diartikan
perbuatan dosa atau perbuatan salah.2 Kata jinayah dalam istilah hukum
sering disebut dengan delik atau tindak pidana. Secara terminologi kata
jinayah mempunyai beberapa pengertian, Abdul Qadir Audah dalam
kitabnya At-Tasyri Al Jina’i Al Islamy menjelaskan arti kata jinayah sebagai
berikut:
ِ
ِ
ِِ ِ ِ
اص ِطاَ ًحا اِ ْس ٌم لِِف ْع ٍل َُُرٍم َش ْر ًعا َس َواءٌ َوقَ َع
ْ َو.ُ َاَ َْْايَةُ لُغَةًا ْس ٌم ل َما َْي ْي الْ َم ْرءُ م ْن َشِرَما ا ْكتَ َسب
ِ
ٍ الْ ِف ْعل َعلَى نَ ْف
.ك
َ س اَْوَم ٍال اَْو َغ ِْْ َذال
ُ
1
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), 3.
2
Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, (Jogjakarta: Logung Pustaka, 2004), 1.
18
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Jinayah menurut bahasa merupakan nama bagi suatu perbuatan jelek
seseorang. Adapun menurut istilah adalah nama bagi suatu perbuatan yang
diharamkan syarak, baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta benda
maupun selain jiwa dan harta benda.3
Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa jinayah adalah semua
perbuatan yang diharamkan. Perbuatan yang diharamkan adalah tindakan
yang dilarang atau dicegah oleh syarak (hukum Islam). Apabila dilakukan
perbuatan tersebut mempunyai konsekuensi membahayakan agama, jiwa,
akal, kehormatan, dan harta benda.
Pengertian jinayah dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah
peristiwa pidana, delik atau tindak pidana. Dalam konteks ini pengertian
jinayah sama dengan jarimah. Pengertian jarimah sebagaimana dikemukakan
oleh Imam Al Mawardi adalah sebagai berikut:
ِ
ات َش ْر ِعيةٌ َز َجَرالل ُ تَ َع َاَ َعْ َها َِِ ٍد أ َْوتَ ْع ِزيْ ٍر
ٌ ا ََْْرائ ُم َُْظُْوَر
Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’ yang
diancam oleh Allah dengan hukuman had dan takzir.4
Larangan-larangan
tersebut
adakalanya
berupa
mengerjakan
perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan.
Dengan perkataan syarak pada pengertian diatas yang dimaksud bahwa
sesuatu baru dianggap jarimah apabila dilarang oleh syarak. Juga perbuatan
atau tidak berbuat dianggap sebagai jarimah, kecuali apabila diancam
3
4
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), 12
Ibid., 14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
hukuman terhadapnya.5 Pengertian jarimah menurut istilah hukum pidana
Islam diatas sama dengan pengertian menurut hukum positif (hukum pidana
Indonesia). Jarimah dalam istilah hukum pidana Indonesia diartikan dengan
peristiwa pidana, yaitu rangkaian perbuatan manusia yang bertentangan
dengan undang-undang atau peraturan perundangan lainnya terhadap
perbuatan mana diadakan tindak pidana penghukuman.6
Jarimah harus mempunyai unsur-unsur umum yang harus dipenuhi,
yaitu:
1. Ada nash yang melarang tindak pidana dan ada pula hukumhukumnya. Ini disebut dalam istilah undang-undang dengan rukn
as-s}ar’i (unsur formil).
2. Adanya perbuatan yang berbentuk jarimah, baik berupa perbuatan
atau sikap tidak berbuat. Ini disebut dengan rukn al-ma>di> (unsur
materiil) untuk jarimah.
3. Adanya pelaku tindak pidana tersebut adalah orang yang mukallaf
(cakap hukum), yaitu orang yang dapat dimintai pertanggung
jawaban. Ini disebut dengan rukn ‘adabi> (unsur moril).7
Apa yang menyebabkan suatu perbuatan dianggap sebagai suatu
tindak kejahatan tidak lain adalah karena perbuatan itu sangat merugikan
kepada tatanan kemasyarakatan atau kepercayaan-kepercayaan, harta benda,
5
Mardani, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia , (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), 111.
6
Makhrus Munajat, Dekontruksi Hukum Pidana Islam.., 4.
7
Mardani, Hukum Islam..., 114.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
nama baik, kehormatan, jiwa dan lain sebagainya yang semuanya itu
menurut hukum syarak harus dipelihara dan dihormati serta dilindungi.
Suatu sanksi diterapkan kepada pelanggar syarak dengan tujuan agar
seseorang tidak mudah berbuat jarimah. Abdul Wahab Khalaf mengatakan
bahwa tujuan umum disyariatkan hukum adalah untuk merealisir
kemaslahatan umat.8 Demikian juga dengan hukum Islam ditegakkan untuk
melindungi lima hal, yaitu untuk perlindungan terhadap agama, jiwa,
keturunan, akal, dan harta benda.9
B. Hukuman dalam Islam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan S. Wojowasito,
hukuman berarti siksaan atau pembalasan kejahatan (kesalahan dosa).10
Hukuman disebut juga ‘uqu>bah, yang menurut bahasa berasal dari kata
‘aqaba
yang artinya membalasnya sesuai dengan perbuatan yang
dilakukan.11 Hukuman juga dapat diartikan bentuk balasan bagi seseorang
yang atas perbuatannya melanggar ketentuan syarak yang ditetapkan Allah
dan Rasul untuk kemaslahatan manusia.12 Sedangkan menurut Abd al-Qa>dir
‘Awdah, definisi hukuman adalah:
ِ
ِ اْزاء الْم َقرر لِم
ِ اْماع ِة علَى ِعصي
ان أ َْم ِر الشا ِرِع
َ َ َ َْ صلَ َحة
ْ َ ُ ُ ُ ََْ اَلْعُ ُق ْوبَةُ َي
َْ
8
Makhrus Munajat, Dekontruksi Hukum Pidana Islam..., 5.
Ibid.
10
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam..., 59
11
Ibid
12
Sahid, Pengantar Hukum Pidana Islam, (Surabaya: Uinsa Press, 2014), 12.
9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
Hukuman adalah pembalasan yang ditetapkan untuk memelihara
kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuanketentuan syarak.13
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa hukuman adalah salah
satu tindakan yang diberikan oleh syarak sebagai pembalasan perbuatan yang
melanggar syarak, dengan tujuan untuk memelihara ketertiban dan
kepentingan masyarakat, sekaligus juga untuk melindungi individu.14
Tujuan dari hukuman bagi pelaku jarimah menurut Islam yaitu
sebagai pencegahan serta balasan dan perbaikan atau pengajaran. Dengan
tujuan tersebut, pelaku jarimah diharapkan tidak mengulangi perbuatan
jeleknya. Disamping itu, juga merupakan tindakan preventif bagi orang lain
untuk tidak melakukan hal yang sama.15
Jenis-jenis hukuman dalam hukum pidana Islam ada beberapa bagian
sesuai dengan aspek yang ditonjolkan. Pada umumnya, para ulama membagi
jarimah berdasarkan aspek berat dan ringannya hukuman. Hukuman tersebut
adalah:
1. Jarimah Hudud, yaitu perbuatan melanggar hukum yang jenis dan
ancaman hukumannya ditentukan dalam Alquran dan hadis. Hukuman
ini tidak mempunyai batas terendah dan tertinggi dan tidak bisa
dihapuskan oleh perorangan (korban atau wali) atau masyarakat yang
mewakili (ulil amri).16 Yang termasuk dalam jarimah hudud adalah:
a. Zina;
13
Ibid., 123
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam..., 137.
15
Rahmad Hakim, Hukum Pidana Islam..., 63
16
Makhrus Munajat, Dekontruksi Hukum Pidana.., 12
14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
b. al-Qadzaf (penuduhan zina);
c. Minum minuman keras;
d.
Pencurian;
e. al-Hirabah (perampokan);
f. ar-Riddah (murtad);
g. al-Baghyu (pemberontakan).
2. Jarimah Kisas dan Diat, yaitu sebuah tindakan atau sanksi hukum
kepada pelaku jarimah terhadap jiwa dan anggota badan yang dilakukan
oleh pelaku terhadap korban. Jarimah ini membuka kesempatan
pemaafan bagi pelaku jarimah oleh orang yang menjadi korban, wali,
atau ahli warisnya. Jadi dalam kasus jarimah kisas dan diat ini, korban
atau ahli warisnya dapat memaafkan perbuatan pelaku jarimah dengan
meniadakan kisas dan menggantinya dengan diat atau meniadakan diat
sama sekali.17 Jarimah kisas dan diat ini ada dua macam, yaitu
pembunuhan dan penganiayaan. Namun apabila diperluas, jumlahnhya
ada lima macam, yaitu:
a. Pembunuhan sengaja;
b. Pembunuhan menyerupai sengaja;
c. Pembunuhan karena kesalahan;
d. Penganiayaan sengaja;
e. Penganiayaan tidak sengaja;
17
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam..., 27.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
3. Jarimah Takzir, yaitu hukuman atas jarimah-jarimah yang hukumannya
belum ditetapkan oleh syarak. Bentuk atau macam jarimah serta
hukumannya ditentukan oleh penguasa atau hakim yang telah ditugasi.
Jarimah takzir terbagi sebagai berikut:
a. Jarimah takzir yang berasal dari jarimah-jarimah hudud dan kisas
tetapi syarat-syaratnya tidak terpenuhi atau ada syubhat, seperti
pencurian yang tidak mencapai nisab atau oleh keluarga sendiri.
b. Jarimah takzir yang jenisnya disebutkan oleh syarak tetapi
hukumannnya belum ditetapkan. Seperti riba, suap dan mengurangi
takaran dan timbangannya.
c. Jarimah takzir yang baik jenis maupun sanksinya belum ditentukan
oleh syarak. Jenis ketiga ini sepenuhnya diserahkan kepada ulil
amri. Seperti pelanggaran disiplin pegawai pemerintahan.18
C. Jarimah Takzir
1. Pengertian Takzir dan Dasar Hukum Takzir
a. Definisi Takzir
Pengertian takzir menurut bahasa ialah ta’dib atau memberi
pelajaran.19 Takzir juga diartikan ar-raddu wa al-ma’u, artinya
menolak dan mencegah\.20 Al-Fayyumi dalam Al-Mis{ba>h Al-Muni>r
mengatakan bahwa takzir adalah pengajaran dan tidak termasuk ke
18
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), 255
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam..., 19.
20
Ibid.
19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
dalam kelompok had.21 Penjelasan Al-Fayyumi ini sudah mengarah
pada definisi takzir secara syariat sebab ia sudah menyebut istilah
had.
Akan tetapi menurut istilah sebagaimana yang dikemukakan
oleh Imam Al-Mawardi, pengertian takzir adalah sebagai berikut:
ِ واْلتَ ْع ِزيْر تَأْ ِديْب َعلَى ذُنُو
ب ََْ تُ ْشَر ْع فِْي َها اْحُ ُد ْو ُد
ٌ
ْ
ُ َ
Takzir adalah hukuman pendidikan atas dosa (tindak pidana) yang
belum ditentukan oleh syarak.22
Menurut H. Moh Anwar, hukuman takzir oleh Islam dilakukan
sepenuhnya
kepada
hakim
Islam,
akan
tetapi
dengan
memperhatikan kepada hukum-hukum pidana yang sudah positif.23
Sehingga dapat dipahami bahwa hukuman takzir adalah
hukuman yang belum ditetapkan oleh syarak melainkan diserahkan
kepada penguasa, baik penentuannya maupun pelaksanaannya.
Berbeda dengan jarimah hudud dan kisas, jarimah takzir tidak
ditentukan banyaknya. Hal ini karena yang termasuk jarimah takzir
adalah perbuatan melakukan pelanggaran baik berkaitan dengan hak
Allah maupun hak manusia dan tidak termasuk kedalam kategori
hukuman hudud dan kisas. Karena takzir tidak ditentukan secara
langsung oleh Alquran dan hadis, maka ini menjadi kompetensi
penguasa setempat. Dalam memutuskan jenis dan ukuran sanksi
21
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqih Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2013), 136
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas..., 19
23
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 125.
22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
takzir harus tetap memperhatikan petunjuk nas secara teliti karena
menyangkut kemaslahatan umum.24
Penjatuhan hukuman takzir untuk kemaslahatan umum ini
didasarkan kepada tindakan Rasulullah saw. yang menahan seorang
laki-laki yang diduga mencuri unta. Setelah diketahui ternyata ia
tidak mencurinya, Rasulullah saw. kemudian melepaskannya.
Analisis terhadap tindakan Rasulullah tersebut adalah bahwa
penahanan merupakan hukuman takzir, sedangkan hukuman hanya
dapat dikenakan terhadap suatu jarimah yang telah dapat
dibuktikan. Apabila pada peristiwa tersebut tidak terdapat unsur
pidana maka artinya Rasulullah mengenakan hukuman penahanan
hanya karena tuduhan semata-mata (tuhmah). Hal ini mengandung
arti bahwa Rasulullah saw. membolehkan penjatuhan hukuman
terhadap seseorang yang berada dalam posisi tersangka, meskipun ia
tidak melakukan perbuatan yang dilarang.25 Tindakan yang diambil
oleh Rasulullah tersebut dibenarkan oleh kepentingan umum, sebab
membiarkan tersangka hidup bebas sebelum dilakukan penyelidikan
tentang kebenaran tuduhan terhadap dirinya bisa mengakibatkan ia
lari dan bisa juga menyebabkan dijatuhkannya vonis yang tidak
benar terhadap dirinya atau menyebabkan tidak dapat dijalankannya
hukuman yang telah diputuskan.
24
25
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqih Jinayah..., 140.
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam..., 251.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
Sebagaimana tindakan yang dilakukan oleh Rasulullah
termasuk tujuan dari hukuman takzir, yaitu bersifat preventif
(pencegahan), represif (diharapkan dapat memberi dampak positif
bagi pelaku), kuratif (diharapkan mampu membawa perbaikan sikap
dan perilaku pelaku dikemudian hari) dan edukatif (memberikan
pengajaran dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki
pola hidup pelaku).26
Penetapan sanksi takzir dilakukan melalui pengakuan, bukti,
serta pengetahuan hakim dan saksi. Selain imam atau hakim orang
yang berhak memberikan saksi takzir kepada pelanggar hukum
syar’i adalah ayah dan ibu untuk mendidik anaknya , suami untuk
mendidik istrinya, atau guru untuk mendidik muridnya. Para
pemberi sanksi itu tidak boleh mengabaikan keselamatan jiwa si
pelanggar hukum, kecuali imam atau hakim.27
b. Dasar Hukum Takzir
Dasar hukum disyariatkan takzir terdapat dibeberapa hadist
Nabi Muhammad saw. dan tindakan sahabat. Hadis-hadis tersebut
antara lain sebagai berikut:
1) Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bahz ibn Hakim
26
27
Mardani, Hukum Islam..., 118.
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah..., 146.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uins
CYBERBULLYING SEBAGAI KEJAHATAN SIBER
(CYBERCRIME) MENURUT UU NO. 19 TAHUN 2016
TENTANG ITE
SKRIPSI
Oleh
Maulida Nur Muhlishotin
NIM C73213091
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam
Prodi Hukum Pidana Islam
Surabaya
2017
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian kepustakaan untuk menjawab
pertanyaan, yaitu 1. bagaimana sanksi cyberbullying sebagai kejahatan siber
(cybercrime) menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik? dan 2. bagaimana tinjauan hukum pidana Islam
terhadap cyberbullying menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik?.
Dengan adanya permasalahan diatas, maka peneliti mengkaji dan meneliti
untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan penelitian kepustakaan (Library
Research) menggunakan metode dokumentasi dalam meninjau cyberbullying
berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, serta dengan literatur yang ada hubungannya dengan
masalah yang akan dipecahkan. Sedangkan untuk menganalisis hasil penelitian
menggunakan teknik deskriptif dan analisis untuk menjelaskan data apa adanya,
dalam hal ini mengenai cyberbullying yang dianalisa menggunakan hukum
pidana Islam dan memaparkan data yang bersifat umum ke data yang bersifat
khusus.
Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat
diketahui bahwa sanksi bagi pelaku cyberbullying adalah pasal 29 UndangUndang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan
dikenakan sanksi pidana yang dintentukan dalam pasal 45B yaitu pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 750.000.000,00
(tujuh ratus lima puluh juta rupiah). Cyberbullying sebagai suatu tindak
kejahatan siber (cybercrime) merupakan bentuk kejahatan yang dilakukan
melalui dunia internet. Cyberbullying tergolong dalam jarimah takzir karena baik
jenis maupun sanksinya belum ditentukan oleh syarak. Sehingga penetapan
hukuman kejahatan cyberbullying sepenuhnya diserahkan kepada ulil amri.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka gerakan moral memerangi
cyberbullying baik bagi anak-anak, remaja, maupun bagi orang dewasa harus
terus digalakkan karena hal tersebut sangat merugikan dan merusak mental para
korban. Begitu juga bagi pengguna internet, apa pun itu bentuknya, agar dapat
bijak, beretika, dan tidak terprovokasi oleh akun-akun anonim untuk ikut serta
melakukan cyberbullying terhadap pihak-pihak tertentu.
vi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ........................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
DAFTAR TRANSLITERASI ....................................................................... xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah............................. 8
C. Rumusan Masalah ................................................................... 9
D. Kajian Pustaka ..................................................................... 9\
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 12
F. Kegunaan Hasil Penelitian ................................................... 13
G. Definisi Operasional ............. ............................................... 13
H. Metode Penelitian ................................................................. 14
I. Sistematika Pembahasan ....................................................... 16
BAB II
TINJAUAN UMUM JARIMAH TAKZIR
x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
A. Pengertian Hukum Pidana Islam ............................................. 18
B. Hukuman Dalam Islam ............................................................ 21
C. Jarimah Takzir ......................................................................... 24
1. Pengertian Takzir dan Dasar Hukum Takzi .........................24
2. Macam-Macam Jarimah Takzir ...........................................30
D. Macam-Macam Hukuman Takzir ..............................................31
1. Hukuman Takzir yangBerkaitan dengan Badan ...................31
2. Hukuman Takzir yang Berkaitan dengan Kemerdekaan
Seseorang ............................................................................ 34
3. Hukuman Takzir yang Berkaitan dengan Harta .................. 38
4. Sanksi Takzir Lainnya ........................................................ 39
BAB III CYBERBULLYING SEBAGAI KEJAHATAN SIBER (CYBERCRIME)
DAN SANKSI HUKUMNYA
A. Pengertian Cyberbullying ...................................................... 41
1. Jenis-Jenis Cyberbullying ................................................. 45
2. Subjek dan Objek Kejahatan Cyberbullying ..................... 49
3. Media Cyberbullying ........................................................ 53
4. Contoh Kasus Cyberbullying ............................................ 57
B. Cyberbullying Menurut UU No. 19 Tahun 2016 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik ...................................... 60
1. Sanksi Cyberbullying Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 Tentang ITE .....................................................71
C. Cyberbullying Menurut Hukum Pidana Islam ..................... 72
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING
SEBAGAI KEJAHATAN SIBER (CYBERCRIME) MENURUT
UU NO. 19 TENTANG ITE
A. Analisis Sanksi Cyberbullying Menurut UU No. 19 Tahun 2016
Tentang ITE ............................................................................76
B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Cyberbullying dalam
UU No. 19 Tahun 2016 Tentang ITE .................................. 79\
xi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 85
B. Saran ...................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel
xii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1. Kategori cyberbullying yang paling menonjol dalam isi pesan akun
@triomacan2000 ...................................................................................... 60
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
1.1 Gambar bentuk outing ............................................................................. 49
xiii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1.2 Gambar tweet pada akun @triomacan2000 ..............................................59
1.3 Cyberbullying berbentuk kiriman gambar .............................................. 59
1.4 cyberstalking yang dilakukan oleh akun @triomacan2000 .................... 60
xiv
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dewasa ini semakin meningkat, kebutuhan
akan jaringan komputer dibutuhkan oleh siapapun dan kapanpun.
Perkembangan alat komunikasi juga mempercepat konektivitas antar
manusia dan juga menumbuhkan berbagai bentuk teknologi baru yang
membuka ruang baru bagi pasar dan juga investasi bagi perkembangan
komputer dan Telepon Seluler.
Akses teknologi informasi digunakan dalam berbagai hal setiap
harinya oleh masyarakat yang mana didukung oleh jaringan internet.
Sampai tahun 2009 sekitar 40 juta orang Indonesia menggunakan internet.
Angka ini paling tinggi di Asia Tenggara.1
Indonesia sebagai negara hukum dan negara yang menjunjung tinggi
hak kebebasan sesuai dengan pasal 1 Undang-Undang No 9 Tahun 1998
tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum yang
menyatakan bahwa “Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak
setiap warga negara untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan dan
sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai denngan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
1
Atwar Bajari dan S. Sahala Tua Saragih, Komunikasi Kontekstual; teori dan praktik komunikasi
kontemporer, (Bandung: PT remaja Rosdakarya 2015), hal 467.
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Meskipun kebebasan berpendapat masuk dalam kategori hak dasar
yang penting, hak ini adalah hak yang dapat dibatasi. Oleh karena itu, dalam
setiap sistem HAM (Hak Asasi Manusia) Internasional maupun Nasional
telah diakui jika kemerdekaan berpendapat hanya bisa dibatasi dengang
pembatasan yang sangat terbatas dan harus dibuat dengan hati-hati dan
harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.2 Maka dapat dengan jelas
dimaknai bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat harus dengan
kemampuan bertanggung jawab, atau tidak seenaknya.
Perbuatan yang dilakukan dalam menyampaikan pendapat dimuka
umum yang pada akhirnya menimbulkan penghinaan, pelecehan, fitnah,
intimidasi yang dijerat dengan beberapa pasal yang telah ada dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Namun faktanya di Indonesia sendiri penghinaan,
pelecehan, fitnah dan intimidasi tidak hanya terjadi di muka umum tetapi
juga banyak terjadi di dunia teknologi dan informasi.
Teknologi internet juga membawa dampak negatif yang tidak kalah
banyak dengan manfaat yang ada, teknologi internet dapat menjadi sarana
efektif perbuatan melawan hukum. Kejahatan-kejahatan baru bermunculan
seiring dengan berkembangan teknologi informasi dan internet. Kejahatan
yang disebut cybercrime atau kejahatan yang melalui jaringan intenet ini
mengancam siapapun dengan resiko tertangkap yang sangat minim oleh
2
Anggara, et al., Menimbang Ulang Pasal 27 ayat (3) UU ITE dalam Putusan Pengadilan :
Pertimbangan Putusan Pengadilan Terkait Penggunaan Pasal 27 ayat (3) UU No 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik di Indonesia, (Jakarta: Iinstitute for Criminal Justice
Reform, 2016), 4.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
individu maupun kelompok dengan akibat kerugian yang lebih besar baik
untuk masyarakat maupun negara.3
Secara umum yang dimaskud kejahatan komputer atau kejahatan di
dunia cyber adalah upaya memasuki dan atau menggunakan fasilitas
komputer atau jaringan komputer tanpa ijin dan dengan melawan hukum
dengan atau tanpa menyebabkan perubahan dan atau kerusakan pada fasilitis
komputer yang dimasuki atau digunakan tersebut.4
Apa yang saat ini dikenal dengan kejahatan siber (cybercrime)
sesungguhnya
merupakan
berkah
negatif
dari
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi informasi. Tak heran kalau dikatakan bahwa
kejahatan tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan masyarakat,
atau dengan kata lain sesungguhnya masyrakatlah yang menyebabkan
terjadinya suatu kejahatan.5
Untuk mengantisipasi cybercrime, telah lahir suatu rezim hukum baru
yang dikenal dengan cyberlaw (hukum siber atau hukum telematika), yaitu
hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi, hukum dunia
maya, dan hukum mayantara.6 Istilah-istilah tersebut lahir mengingat
kejahatan yang dilakukan melalui sistem komputer dan sistem komunikasi,
baik dalam lingkup lokal maupun global (internet) dengan memanfaatkan
3
Mardani, Bunga Rampai Hukum Aktual, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), 91.
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law; Aspek Hukum Teknologi Informasi,
(Bandung: Refika Aditama, 2009), 8.
5
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2015), 251.
6
Mardani, Bunga Rampai..., 93.
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
teknologi informasi berbasis sistem komputer yang merupakan sistem
elektronik yang dapat dilihat secara virtual.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengatur penghinaan yang
tercantum dalam pasal 310 ayat (1) yang berbunyi “Barang siapa dengan
sengaja merusak kehormatan atau nama baik seseorang dengan jalan
menuduh dia melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud yang nyata akan
tersiarnya tuduhan itu, dihukum karena menista dengan hukuman penjara
selama-lamanya sembilan bulan atau dengan sebanyak-banyaknya empat
ribu lima ratus rupiah.”7 Selain itu,
pasal-pasal yang terdapat dalam
Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) juga diharapkan mampu menekan tindak kejahatan yang
dilakukan di ruang siber.
Fenomena
kejahatan
yang
bermunculan
dewasa
ini
yaitu
cyberbullying, yang akan peneliti titik beratkan dalam penelitian ini.
Kejahatan cyberbullying adalah perlakuan kasar yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang, menggunakan bantuan alat elektronik
yang dilakukan berulang dan terus menerus pada seorang target yang
kesulitan membela diri.8 Atau dengan kata lain cyberbullying yaitu bentuk
intimidasi yang dilakukan seseorang atau lebih untuk memojokkan,
menyudutkan, mendiskreditkan orang lain melalui dunia cyber.
7
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, (Bogor: Politeia, 1995), 225.
8
Machsun Rifauddin, “Fenomena Cyberbullying Pada Remaja (Studi Analisis Media Sosial
Facebook”, Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, No. 4,
(2016), 38.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
Sebagian besar dari kita hanya mengetahui bullying yang dilakukan
secara langsung atau bertemu langsung dengan target (sebutan untuk seorang
korban) bullying menggunakan kontak fisik maupun verbal. Cyberbullying
sama halnya dengan bullying yang terjadi pada umumnya, yaitu sama-sama
mengintimidasi ataupun mengganggu orang yang lemah. Yang membedakan
antara bullying dan cyberbullying adalah tempat dimana pelaku melakukan
intimidasi, ancaman dan pelecehan terhadap target atau korban. Alat
perantara yang digunakan pelaku cyberbullying adalah smartphone9 atau
komputer yang tersambung dengan jaringan internet.10
Di Indonesia kasus cyberbullying mulai bermunculan seiring dengan
banyaknya pengguna internet. Contoh kasus yang terjadi pada bulan Mei
Tahun 2016, seorang remaja SMA bernama Sonia Depari yang terlihat
sedang berdebat dengan polwan dan mengaku anak jendral BNN Arman
Depari di sebuah video yang tersebar luas di internet. Akibatnya para
pengguna internet yang melihat kejadian itu kurang senang dengan tindakan
Sonia Depari dan menanggapi dengan pem-bully-an yang kurang pas.11
Sonia Depari merupakan korban cyberbullying, kehidupan korban dan
kerabat akan terganggu akibat cyberbullying yang dilakukan oleh para
9
Smartphone (dalam bahasa Indonesia adalah telepon cerdas) adalah telepon seluler yang
mempunyai kemampuan dengan penggunaan dan fungsi yang menyerupai komputer. Bagi
beberapa orang, smartphone merupakan telepon yang bekerja menggunakan seluruh perangkat
lunak sistem operasi yang menyediakan hubungan standar dan mendasar bagi pengembang
aplikasi yang menyajikan fitur canggih seperti surel (surat eletronik), internet dan penyambung
VGA.
10
Yana Choria Utami, “Cyberbullying di Kalangan Remaja (Studi tentang Korban Cyberbullying
di Kalangan Remaja Surabaya)”, Universitas Airlangga, No. 3, (09, 2014), 3.
11
Singgih Widiatmoko, “Kasus Cyberbullying Terhadap Remaja Cantik “Sonia Depari””,
www.kompasiana.com/singgih_widiatmoko22/kasus-cyber-bullying-terhadap-remaja-cantiksonya-depari_573b2239bb22bd5d098facd9, diakses pada 14 September 2016.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
pengguna internet secara berulang dan berkelanjutan. Korban akan semakin
merasa terintimidasi dan ditindas secara tidak langsung. Hal ini akan
membuat korban mengalami gangguan psikologis akibat cyberbullying.
Selain itu terdapat pula kasus yang menimpa akun twitter
@triomacan2000, dilaporkan karena postingan yang meresahkan dan berisi
fitnah serta ancaman yang ditujukan oleh beberapa pihak salah satunya
adalah Joko Widodo . Kasus cyberbullying melalui situs jejaring sosial
twitter12 kemudian dilaporkan ke polisi dan dibawa ke pengadilan untuk
proses hukum. Pemilik akun @triomacan2000 dikenai ancaman Pasal 29 jo
Pasal 45 ayat (3) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektrronik.
Kasus tersebut merupakan salah satu bentuk cyberbullying yang
dimeja hijaukan. Selain daripada itu masih banyak kasus-kasus cyberbullying
yang belum termuat oleh media, padahal banyak tulisan maupun gambar
yang menyimpang dari etika sehingga menimbulkan bullying namun tidak
sampai pada ranah hukum.
Islam mensyariatkan adanya hukuman (‘uqu>ba>h) sebagai salah satu
tindakan upaya mengurangi kejahatan untuk memelihara ketertiban dan
kepentingan masyarakat. Hukum Islam dibagai menjadi bebrapa macam
sesuai dengan tindak pidana yang dituangkan dalam syara’ ataupun yang
tidak terdapat nas hukumnya. Ditinjau dari segi ada dan tidak nashnya dalam
Alquran dan hadis, hukuman dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
12
Twitter adalah layanan jejaring sosial yang memungkinkan penggunaannya untuk mengirim
dan membaca pesan berbasis teks hingga 140 karakter.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
1. Hukuman yang ada nasnya, seperti hudud, kisas, diat dan kafarat,
dan.
2. Hukuman yang tidak ada nashnya yaitu takzir.
Di dalam Alquran Allah SWT. berfiman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah
orang-orang yang zalim. (QS. al-Hujura>t (49):11).
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa
mengintimadasi dan
memperolok-olok orang lain adalah perbuatan yang dilarang. Hal itu seperti
apa yang dikaitkan dengan cyberbullying.
Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi kehormatan melarang
umatnya untuk menghasut, menggunjing, berkata kasar, memanggil dengan
julukan tidak baik dihadapan orang, dan perbuatan lain yang menyerang
kehormatan dan kemulian manusia. Islam juga mengingatkan untuk menjaga
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
lisan yang telah diberikan oleh Allah untuk berkata baik dan benar agar tidak
menimbulkan fitnah dan dosa.
Islam juga menempatkan mereka yang
berbuat dosa tersebut kedalam golongan orang-orang fasik.
Atas dasar pemikiran yang diuraikan diatas, maka peneliti tertarik
mengkaji, meneliti, dan menganalisis masalah ini dalam skripsi yang
berjudul: “Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Cyberbullying
Sebagai Kejahatan Siber (Cybercrime) Menurut UU No. 19 Tahun 2016
Tentang ITE”.
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti
mengidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Kategori dan penyebab cyberbullying.
2. Ketentuan cyberbullying sebagai kejahatan siber (cybercrime).
3. Dampak cyberbullying.
4. Sanksi pidana cyberbullying sebagai kejahatan siber menurut UU No. 19
Tahun 2016 Tentang ITE.
5. Kasus cyberbullying yang terjadi di Indonesia.
6. Tinjauan Hukum Islam terhadap cyberbullying.
Dari beberapa identifikasi masalah diatas, perlu dijelaskan batasanbatasan atau ruang lingkup persoalan yang akan dikaji dalam penelitian ini
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
agar skripsi ini dapat terarah pembahasannya, maka peneliti membatasi
permasalahan yang akan dibahas pada:
1. Sanksi cyberbullying sebagai kejahatan siber (cybercrime) menurut UU
No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
2. Tinjauan hukum pidana Islam terhadap cyberbullying menurut UndangUndang No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah serta pembatasan masalah
diatas maka peneliti merumuskan beberapa masalah guna mempermudah
pembahasan masalah serta sebagai kerangka kerja yang dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana sanksi cyberbullying sebagai kejahatan siber (cyber crime)
menurut UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik?
2. Bagaimana tinjauan hukum pidana Islam terhadap cyberbullying menurut
UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik?
D. Kajian Pustaka
Kajian tentang cyberbullying mulai banyak ditemukan, begitu pula
tulisan-tulisan atau karya ilmiah baik itu bentuk jurnal, buku, majalah
maupun tulisan-tulisan yang lainnya. Sehingga untuk memposisikan skripsi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
ini perlu kiranya memaparkan penelitian-penelitian terdahulu tentang
cyberbullying sebagai kejahatan siber (cyber crime).
Hal ini bertujuan agar tidak ada duplikasi atau bentuk-bentuk
plagiat dalam penelitian yang dilakukan, berikut beberapa penelitian yang
dapat dipahami:
1. Skripsi karya Muhammad Mujahidin tahun 2013 dengan judul
“Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Sanksi Pidana Pencemaran Nama
Baik/Penghinaan Via Jejaring Sosial Menurut UU No. 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik”.13 Penulis skripsi
menyatakan bahwa berdasarkan hukum positif sanksi pidana
pencemaran nama baik via jejaring sosial menurut pasal 27 ayat (3) jo
pasal 45 ayat (1) Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik yang menjatuhkan pidana penjara
paling lama enam tahun dan denda Rp. 1.000.000.000, 00,- (satu
miliyar rupiah). Dan hukum islam atau fiqh jinayah masuk kedalam
ranah jarimah takzir bukan termasuk jarimah qisas dan hudud. Sebab
bisa dipastikan pada zaman Rasulullah belum ditemukan teknologi
komputer atau seluler dan internet seperti zaman ini, sehingga
diperlukan wewenang khusus kepada ulil amri (pemimpin) untuk
menjatuhkan hukum atas kasus tersebut. Sedangkan skripsi ini
13
Muhammad Mujahiddin, “Tinjauan Fiqh Jinayah Terhadap Sanksi Pidana Pencemaran Nama
Baik/Penghinaan Via Jejaring Sosial Menurut UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik” (Skripsi--Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel, Surabaya, 2013).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
membahas sanksi cyberbullying menurut UU No. 19 Tahun 2016
Tentang ITE dan sanksi yang ditin
2. Skripsi karya Antonius Sanda tahun 2016 dengan judul “ Tinjauan
Yuridis Terhadap Fenomena Cyberbullying Sebagai Kejahatan Di
Dunia Cyber Dikaitkan Dengan Putusan Mahkamah Konstitusi No.
50 /PUU-VI/2008”, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
Makasar.14 Menyatakan bahwa cyberbullying merupakan sebuah
kejahatan jenis baru jika dilihat dari media yang digunakan, yaitu
media elektronik. Fenomena ini membutuhkan perhatian khusus dari
para penegak hukum karena semakin masifnya interaksi dalam dunia
cyber. Fenomena cyberbullying dalam hukum Indonesia dimasukkan
kedalam definisi pencemaran nama baik atau penghinaan dimana
definisi tersebut kurang memadai jika dilihat bentuk-bentuk
cyberbullying yang lebih dari sekedar pencemaran nama baik.
Putusan Mahkamah Konstitusi telah mempertegas adanya kepastian
hukum dalam penerapan Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang ITE yang mengelaborasi cyberbullying secara
lebih mendalam, yang membedakannya dari Pasal 310 KUHP yang
bersifat limitatif secara teritori keberlakuan yuridiksional dan media
yang digunakan. Sedangkan skripsi ini membahas cyberbullying
14
Antonius Sanda, ”Tinjauan Yuridis Terhadap Fenomena Cyberbullying Sebagai Kejahatan Di
Dunia Cyber Dikaitkan Dengan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 50/PUU-VI/2008” (Skripsi -Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makasar, 2016).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
menurut UU No. 19 Tahun 2016 Tentang ITE dan sanksi
cyberbullying dalam tinjauan hukum pidana Islam.
3. Jurnal karya Machsun Rifauddin tahun 2016 dengan judul “Fenomena
Cyberbullying
Pada
Remaja
(Studi
Analisis
Media
Sosial
Facebook)”.15 Penulis jurnal ini menyatakan bahwa tindakan
cyberbullying yang dilakukan oleh remaja di media sosial facebook
sudah semakin mengkhawatirkan. Cyberbullying tidak hanya
memberikan dampak negatif pada korban namun juga pelaku. Pelaku
cyberbullying dapat dituntut pidana berdasarkan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(UU ITE). Sedangkan skripsi ini membahas cyberbullying
dari
semua kalangan dan semua media yang digunakan.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan
yang dirumuskan diatas. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sanksi cyberbullying sebagai kejahatan siber
(cybercrime) menurut UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi Dan
Transaksi Elektronik.
15
Machsun Rifauddin, “Fenomena Cyberbullying Pada Remaja (Studi Analisis Media Sosial
Facebook”, Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan Khizanah Al-Hikmah, No. 4,
(2016), 38.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
2. Untuk
mengetahui
perspektif hukum
pidana Islam
terhadap
cyberbullying menurut UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik dalam prespektif hukum pidana Islam.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam hal:
1. Secara ilmiah diharapakan penelitian ini mampu memberikan
sumbangsih pemikiran bagi perkembangan Hukum Pidana prkatis
Islam dan Undang-Undang serta menjadi rujukan penelitian
berikutnya tentang perkembangan hukum Islam.
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi konstribusi kepada masyarakat luas tentang hukum
pidana Islam terutama mengenai cyberbullying.
G. Definisi Operasional
Sebagai gambaran dalam memahami suatu pembahasan maka perlu
adanya pendefinisian terhadap judul yang bersifat operasional dalam
penelitian ini agar mudah untuk memahami penelitian ini dengan jelas
tentang arah dan tujuannya. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam
memahami maksud yang terkandung.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Untuk memperoleh gambaran yang luas dan pemahaman yang utuh
tentang judul penelitian ini, maka peneliti sertakan beberapa definisi halhal yang terkait dengan penelitian ini:
1. Hukum pidana Islam yang dimaksud dalam pengertian ini adalah
jarimah takzir.
2. Cyberbullying
adalah perilaku seseorang atau kelompok secara
sengaja dan berulang kali melakukan tindakan yang menyakiti orang
lain melalui komputer, telepon seluler, dan alat elektronik lainnya.16
3. Kejahatan Siber yaitu semua tindak pidana yang berkenaan dengan
sistem informasi (information system) itu sendiri, serta sistem
komunikasi yang merupakan sarana untuk penyimpangan atau
pertukaran informasi kepada pihak lainnya.17
H. Metode Penelitian
1. Metode yang Dikumpulkan
Dalam metode penelitian ini yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Sumber data
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research).
Yang dilakukan dengan menghimpun data, yaitu:
16
OED (Oxford English Dictionary), 2010.
Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, (Bandung : Refika
Aditama, 2006), 2.
17
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
1) Sumber data primer, yakni bahan hukum yang bersifat
autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan data primer
terdiri dari aturan hukum yang terdapat pada berbagai
perangkat hukum atau peraturan perundang-undangan, kasus
cyberbullying dari dunia maya, hukum takzir dan UndangUndang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, serta hukum pidana Islam.
2) Sumber data sekunder, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari
kitab-kitab atau bahan bacaan lain yang memiliki keterkaitan
dengan bahan skripsi, yaitu: Fikih Jinayah dari Ahmad
Djazuli, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime)
Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya dari Budi
Suhariyanto. Dan buku-buku lain yang membantu peneliti
dalam menyelesaikan penelitian ini.
3) Sumber data tersier, yakni memberi petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder,
seperti kamus umum, kamus hukum, dan bahan-bahan diluar
bidan hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk
melengkapi hasil penelitian.
b. Teknik pengumpulan data
Teknik mengumpulan data dalam skripsi ini dipergunakan teknik
dokumentasi (technique of documentation) dalam meninjau
cyberbullying berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik di media sosial.
Teknik tersebut melakukan pengkajian terhadap peraturan
perundang-undangan dan hukum Islam yang berhubungan dengan
tema penelitian.
c. Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik deskriptif dan analisis untuk menjelaskan data apa adanya.
Dalam
hal
ini
mengenai
cyberbullying
yang
dianalisa
menggunakan hukum pidana Islam dan memaparkan data yang
bersifat umum ke data yang bersifat khusus.
I. Sistematika Pembahasan
Dalam rangka mempermudah pembahasan maka peneliti membuat
sistematika pembahasan yang terdiri dari berbagai hal yang saling berkaitan.
Sistematika pembahasan pada penelitian ini terdiri dari lima bab, dan setiap
bab akan diperinci menjadi beberapa sub bab, masing-masing dari bab
mempunyai pembahasan yang berbeda akan tetapi saling memiliki
keterkaitan. Sistematika pembahasan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan dari pembahasan skripsi yang
meliputi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan
masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
Bab kedua membahas tentang hukum pidana Islam yang meliputi
pengertian dan jenis-jenis hukum pidana Islam. Serta menjelaskan teori
jarimah takzir yang meliputi pengertian, dasar hukum takzir dan jenis-jenis
jarimah takzir.
Bab ketiga membahas tentang pengertian cyberbullying, bentuk dan
unsur pidana pada cyberbullying menurut hukum positif, pengaturan hukum
cyberbullying menurut UU No. 19 Tahun 2016 tentang ITE dan uraian
kasus tentang cyberbullying.
Bab keempat merupakan pokok pembahasan dari seluruh analisa
skripsi ini, oleh karenanya bab ini dikemukakan tentang analisis
cyberbullying sebagai bentuk kejahatan siber menurut Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan
analisis sanksi cyberbullying menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dalam pandangan hukum
pidana Islam.
Bab kelima merupakan menutup dari keseluruhan pembahasan skripsi
yang memuat kesimpulan serta saran dari peneliti atas hasil dari penelitian.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
TINJAUAN UMUM JARIMAH TAKZIR
A. Pengertian Hukum Pidana Islam
Hukum pidana Islam sering disebut dalam fikih dengan istilah jinayah
atau jarimah. Hukum pidana Islam atau fikih jinayah merupakan bagian dari
syariat Islam yang berlaku semenjak diutusnya Rasulullah saw. Oleh karena
itu, pada zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, hukum pidana Islam
berlaku sebagai hukum publik, yaitu hukum yang diatur dan diterapkan oleh
pemerintah selaku penguasa yang sah atau ulul amri, yang pada masa itu
dirangkap oleh Rasulullah sendiri dan kemudian diganti oleh Khulafaur
Rasyidin.1
Jinayah merupakan kata dasar (masdar) dari kata jana. Secara
etimologi jana berarti berbuat dosa atau salah, sedangkan jinayah diartikan
perbuatan dosa atau perbuatan salah.2 Kata jinayah dalam istilah hukum
sering disebut dengan delik atau tindak pidana. Secara terminologi kata
jinayah mempunyai beberapa pengertian, Abdul Qadir Audah dalam
kitabnya At-Tasyri Al Jina’i Al Islamy menjelaskan arti kata jinayah sebagai
berikut:
ِ
ِ
ِِ ِ ِ
اص ِطاَ ًحا اِ ْس ٌم لِِف ْع ٍل َُُرٍم َش ْر ًعا َس َواءٌ َوقَ َع
ْ َو.ُ َاَ َْْايَةُ لُغَةًا ْس ٌم ل َما َْي ْي الْ َم ْرءُ م ْن َشِرَما ا ْكتَ َسب
ِ
ٍ الْ ِف ْعل َعلَى نَ ْف
.ك
َ س اَْوَم ٍال اَْو َغ ِْْ َذال
ُ
1
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), 3.
2
Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum Pidana Islam, (Jogjakarta: Logung Pustaka, 2004), 1.
18
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
Jinayah menurut bahasa merupakan nama bagi suatu perbuatan jelek
seseorang. Adapun menurut istilah adalah nama bagi suatu perbuatan yang
diharamkan syarak, baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta benda
maupun selain jiwa dan harta benda.3
Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa jinayah adalah semua
perbuatan yang diharamkan. Perbuatan yang diharamkan adalah tindakan
yang dilarang atau dicegah oleh syarak (hukum Islam). Apabila dilakukan
perbuatan tersebut mempunyai konsekuensi membahayakan agama, jiwa,
akal, kehormatan, dan harta benda.
Pengertian jinayah dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah
peristiwa pidana, delik atau tindak pidana. Dalam konteks ini pengertian
jinayah sama dengan jarimah. Pengertian jarimah sebagaimana dikemukakan
oleh Imam Al Mawardi adalah sebagai berikut:
ِ
ات َش ْر ِعيةٌ َز َجَرالل ُ تَ َع َاَ َعْ َها َِِ ٍد أ َْوتَ ْع ِزيْ ٍر
ٌ ا ََْْرائ ُم َُْظُْوَر
Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’ yang
diancam oleh Allah dengan hukuman had dan takzir.4
Larangan-larangan
tersebut
adakalanya
berupa
mengerjakan
perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan.
Dengan perkataan syarak pada pengertian diatas yang dimaksud bahwa
sesuatu baru dianggap jarimah apabila dilarang oleh syarak. Juga perbuatan
atau tidak berbuat dianggap sebagai jarimah, kecuali apabila diancam
3
4
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah), (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), 12
Ibid., 14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
hukuman terhadapnya.5 Pengertian jarimah menurut istilah hukum pidana
Islam diatas sama dengan pengertian menurut hukum positif (hukum pidana
Indonesia). Jarimah dalam istilah hukum pidana Indonesia diartikan dengan
peristiwa pidana, yaitu rangkaian perbuatan manusia yang bertentangan
dengan undang-undang atau peraturan perundangan lainnya terhadap
perbuatan mana diadakan tindak pidana penghukuman.6
Jarimah harus mempunyai unsur-unsur umum yang harus dipenuhi,
yaitu:
1. Ada nash yang melarang tindak pidana dan ada pula hukumhukumnya. Ini disebut dalam istilah undang-undang dengan rukn
as-s}ar’i (unsur formil).
2. Adanya perbuatan yang berbentuk jarimah, baik berupa perbuatan
atau sikap tidak berbuat. Ini disebut dengan rukn al-ma>di> (unsur
materiil) untuk jarimah.
3. Adanya pelaku tindak pidana tersebut adalah orang yang mukallaf
(cakap hukum), yaitu orang yang dapat dimintai pertanggung
jawaban. Ini disebut dengan rukn ‘adabi> (unsur moril).7
Apa yang menyebabkan suatu perbuatan dianggap sebagai suatu
tindak kejahatan tidak lain adalah karena perbuatan itu sangat merugikan
kepada tatanan kemasyarakatan atau kepercayaan-kepercayaan, harta benda,
5
Mardani, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia , (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), 111.
6
Makhrus Munajat, Dekontruksi Hukum Pidana Islam.., 4.
7
Mardani, Hukum Islam..., 114.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
nama baik, kehormatan, jiwa dan lain sebagainya yang semuanya itu
menurut hukum syarak harus dipelihara dan dihormati serta dilindungi.
Suatu sanksi diterapkan kepada pelanggar syarak dengan tujuan agar
seseorang tidak mudah berbuat jarimah. Abdul Wahab Khalaf mengatakan
bahwa tujuan umum disyariatkan hukum adalah untuk merealisir
kemaslahatan umat.8 Demikian juga dengan hukum Islam ditegakkan untuk
melindungi lima hal, yaitu untuk perlindungan terhadap agama, jiwa,
keturunan, akal, dan harta benda.9
B. Hukuman dalam Islam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan S. Wojowasito,
hukuman berarti siksaan atau pembalasan kejahatan (kesalahan dosa).10
Hukuman disebut juga ‘uqu>bah, yang menurut bahasa berasal dari kata
‘aqaba
yang artinya membalasnya sesuai dengan perbuatan yang
dilakukan.11 Hukuman juga dapat diartikan bentuk balasan bagi seseorang
yang atas perbuatannya melanggar ketentuan syarak yang ditetapkan Allah
dan Rasul untuk kemaslahatan manusia.12 Sedangkan menurut Abd al-Qa>dir
‘Awdah, definisi hukuman adalah:
ِ
ِ اْزاء الْم َقرر لِم
ِ اْماع ِة علَى ِعصي
ان أ َْم ِر الشا ِرِع
َ َ َ َْ صلَ َحة
ْ َ ُ ُ ُ ََْ اَلْعُ ُق ْوبَةُ َي
َْ
8
Makhrus Munajat, Dekontruksi Hukum Pidana Islam..., 5.
Ibid.
10
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam..., 59
11
Ibid
12
Sahid, Pengantar Hukum Pidana Islam, (Surabaya: Uinsa Press, 2014), 12.
9
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
Hukuman adalah pembalasan yang ditetapkan untuk memelihara
kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuanketentuan syarak.13
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa hukuman adalah salah
satu tindakan yang diberikan oleh syarak sebagai pembalasan perbuatan yang
melanggar syarak, dengan tujuan untuk memelihara ketertiban dan
kepentingan masyarakat, sekaligus juga untuk melindungi individu.14
Tujuan dari hukuman bagi pelaku jarimah menurut Islam yaitu
sebagai pencegahan serta balasan dan perbaikan atau pengajaran. Dengan
tujuan tersebut, pelaku jarimah diharapkan tidak mengulangi perbuatan
jeleknya. Disamping itu, juga merupakan tindakan preventif bagi orang lain
untuk tidak melakukan hal yang sama.15
Jenis-jenis hukuman dalam hukum pidana Islam ada beberapa bagian
sesuai dengan aspek yang ditonjolkan. Pada umumnya, para ulama membagi
jarimah berdasarkan aspek berat dan ringannya hukuman. Hukuman tersebut
adalah:
1. Jarimah Hudud, yaitu perbuatan melanggar hukum yang jenis dan
ancaman hukumannya ditentukan dalam Alquran dan hadis. Hukuman
ini tidak mempunyai batas terendah dan tertinggi dan tidak bisa
dihapuskan oleh perorangan (korban atau wali) atau masyarakat yang
mewakili (ulil amri).16 Yang termasuk dalam jarimah hudud adalah:
a. Zina;
13
Ibid., 123
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam..., 137.
15
Rahmad Hakim, Hukum Pidana Islam..., 63
16
Makhrus Munajat, Dekontruksi Hukum Pidana.., 12
14
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
b. al-Qadzaf (penuduhan zina);
c. Minum minuman keras;
d.
Pencurian;
e. al-Hirabah (perampokan);
f. ar-Riddah (murtad);
g. al-Baghyu (pemberontakan).
2. Jarimah Kisas dan Diat, yaitu sebuah tindakan atau sanksi hukum
kepada pelaku jarimah terhadap jiwa dan anggota badan yang dilakukan
oleh pelaku terhadap korban. Jarimah ini membuka kesempatan
pemaafan bagi pelaku jarimah oleh orang yang menjadi korban, wali,
atau ahli warisnya. Jadi dalam kasus jarimah kisas dan diat ini, korban
atau ahli warisnya dapat memaafkan perbuatan pelaku jarimah dengan
meniadakan kisas dan menggantinya dengan diat atau meniadakan diat
sama sekali.17 Jarimah kisas dan diat ini ada dua macam, yaitu
pembunuhan dan penganiayaan. Namun apabila diperluas, jumlahnhya
ada lima macam, yaitu:
a. Pembunuhan sengaja;
b. Pembunuhan menyerupai sengaja;
c. Pembunuhan karena kesalahan;
d. Penganiayaan sengaja;
e. Penganiayaan tidak sengaja;
17
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam..., 27.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
3. Jarimah Takzir, yaitu hukuman atas jarimah-jarimah yang hukumannya
belum ditetapkan oleh syarak. Bentuk atau macam jarimah serta
hukumannya ditentukan oleh penguasa atau hakim yang telah ditugasi.
Jarimah takzir terbagi sebagai berikut:
a. Jarimah takzir yang berasal dari jarimah-jarimah hudud dan kisas
tetapi syarat-syaratnya tidak terpenuhi atau ada syubhat, seperti
pencurian yang tidak mencapai nisab atau oleh keluarga sendiri.
b. Jarimah takzir yang jenisnya disebutkan oleh syarak tetapi
hukumannnya belum ditetapkan. Seperti riba, suap dan mengurangi
takaran dan timbangannya.
c. Jarimah takzir yang baik jenis maupun sanksinya belum ditentukan
oleh syarak. Jenis ketiga ini sepenuhnya diserahkan kepada ulil
amri. Seperti pelanggaran disiplin pegawai pemerintahan.18
C. Jarimah Takzir
1. Pengertian Takzir dan Dasar Hukum Takzir
a. Definisi Takzir
Pengertian takzir menurut bahasa ialah ta’dib atau memberi
pelajaran.19 Takzir juga diartikan ar-raddu wa al-ma’u, artinya
menolak dan mencegah\.20 Al-Fayyumi dalam Al-Mis{ba>h Al-Muni>r
mengatakan bahwa takzir adalah pengajaran dan tidak termasuk ke
18
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2005), 255
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam..., 19.
20
Ibid.
19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
dalam kelompok had.21 Penjelasan Al-Fayyumi ini sudah mengarah
pada definisi takzir secara syariat sebab ia sudah menyebut istilah
had.
Akan tetapi menurut istilah sebagaimana yang dikemukakan
oleh Imam Al-Mawardi, pengertian takzir adalah sebagai berikut:
ِ واْلتَ ْع ِزيْر تَأْ ِديْب َعلَى ذُنُو
ب ََْ تُ ْشَر ْع فِْي َها اْحُ ُد ْو ُد
ٌ
ْ
ُ َ
Takzir adalah hukuman pendidikan atas dosa (tindak pidana) yang
belum ditentukan oleh syarak.22
Menurut H. Moh Anwar, hukuman takzir oleh Islam dilakukan
sepenuhnya
kepada
hakim
Islam,
akan
tetapi
dengan
memperhatikan kepada hukum-hukum pidana yang sudah positif.23
Sehingga dapat dipahami bahwa hukuman takzir adalah
hukuman yang belum ditetapkan oleh syarak melainkan diserahkan
kepada penguasa, baik penentuannya maupun pelaksanaannya.
Berbeda dengan jarimah hudud dan kisas, jarimah takzir tidak
ditentukan banyaknya. Hal ini karena yang termasuk jarimah takzir
adalah perbuatan melakukan pelanggaran baik berkaitan dengan hak
Allah maupun hak manusia dan tidak termasuk kedalam kategori
hukuman hudud dan kisas. Karena takzir tidak ditentukan secara
langsung oleh Alquran dan hadis, maka ini menjadi kompetensi
penguasa setempat. Dalam memutuskan jenis dan ukuran sanksi
21
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqih Jinayah, (Jakarta: AMZAH, 2013), 136
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas..., 19
23
Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), 125.
22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
takzir harus tetap memperhatikan petunjuk nas secara teliti karena
menyangkut kemaslahatan umum.24
Penjatuhan hukuman takzir untuk kemaslahatan umum ini
didasarkan kepada tindakan Rasulullah saw. yang menahan seorang
laki-laki yang diduga mencuri unta. Setelah diketahui ternyata ia
tidak mencurinya, Rasulullah saw. kemudian melepaskannya.
Analisis terhadap tindakan Rasulullah tersebut adalah bahwa
penahanan merupakan hukuman takzir, sedangkan hukuman hanya
dapat dikenakan terhadap suatu jarimah yang telah dapat
dibuktikan. Apabila pada peristiwa tersebut tidak terdapat unsur
pidana maka artinya Rasulullah mengenakan hukuman penahanan
hanya karena tuduhan semata-mata (tuhmah). Hal ini mengandung
arti bahwa Rasulullah saw. membolehkan penjatuhan hukuman
terhadap seseorang yang berada dalam posisi tersangka, meskipun ia
tidak melakukan perbuatan yang dilarang.25 Tindakan yang diambil
oleh Rasulullah tersebut dibenarkan oleh kepentingan umum, sebab
membiarkan tersangka hidup bebas sebelum dilakukan penyelidikan
tentang kebenaran tuduhan terhadap dirinya bisa mengakibatkan ia
lari dan bisa juga menyebabkan dijatuhkannya vonis yang tidak
benar terhadap dirinya atau menyebabkan tidak dapat dijalankannya
hukuman yang telah diputuskan.
24
25
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqih Jinayah..., 140.
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam..., 251.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
Sebagaimana tindakan yang dilakukan oleh Rasulullah
termasuk tujuan dari hukuman takzir, yaitu bersifat preventif
(pencegahan), represif (diharapkan dapat memberi dampak positif
bagi pelaku), kuratif (diharapkan mampu membawa perbaikan sikap
dan perilaku pelaku dikemudian hari) dan edukatif (memberikan
pengajaran dan pendidikan sehingga diharapkan dapat memperbaiki
pola hidup pelaku).26
Penetapan sanksi takzir dilakukan melalui pengakuan, bukti,
serta pengetahuan hakim dan saksi. Selain imam atau hakim orang
yang berhak memberikan saksi takzir kepada pelanggar hukum
syar’i adalah ayah dan ibu untuk mendidik anaknya , suami untuk
mendidik istrinya, atau guru untuk mendidik muridnya. Para
pemberi sanksi itu tidak boleh mengabaikan keselamatan jiwa si
pelanggar hukum, kecuali imam atau hakim.27
b. Dasar Hukum Takzir
Dasar hukum disyariatkan takzir terdapat dibeberapa hadist
Nabi Muhammad saw. dan tindakan sahabat. Hadis-hadis tersebut
antara lain sebagai berikut:
1) Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bahz ibn Hakim
26
27
Mardani, Hukum Islam..., 118.
M. Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah..., 146.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uins