Studi analisis terhadap Putusan No.0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj tentang wali adal dengan alasan “calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali keagamanya semula” (prespektif fiqih 4 madzab).

STUDI ANALISIS TERHADAP PUTUSAN
NO.0034/PDT.P/2016/PA.NGJ. TENTANG WALI AD{AL DENGAN
ALASAN “CALON SUAMI SEORANG MUALLAF DAN
KHAWATIR KEMBALI KEAGAMANYA SEMULA”
(PRESPEKTIF FIQIH 4 MADZAB)

SKRIPSI

Oleh:
SILMA MILLATI
NIM. C71213136

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syariah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Keluarga (Ahwal Al-Syakhsiyah)
SURABAYA
2017

ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian kajian pustaka tentang studi

analisis terhadap putusan No.0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj. tentang wali ad{al dengan
alasan “calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali keagamanya semula”
(perspektif fiqih 4 madzab). Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan
mengenai bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara No.
0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj. mengenai ad{al-nya seorang wali nikah dengan alasan
“calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali keagamanya semula? dan
bagaimana tinjauan 4 madzab fiqih mengenai ad{al-nya seorang wali nikah dengan
alasan “calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali keagamanya semula?
Data penelitian ini diperoleh dari Pengadilan Agama Nganjuk yang
menjadi obyek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dokumentasi dan wawancara yang kemudian dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif-analisis, yaitu memaparkan atau menjelaskan data-data yang
diperoleh dan selanjutnya dianalisis dengan metode deduktif, dimulai dari hal-hal
yang bersifat umum, yaitu tentang pertimbangan hakim. Dalam putusan
Pengadilan Agama Nganjuk Nomor 0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj tentang wali ad{al
dengan alasan “calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali keagamanya
semula, kemudian ditarik kepada hal-hal yang bersifat khusus kaitannya dengan
analisis 4 madzab fiqih terhadap putusan Pengadilan Agama Nganjuk
No.0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj tentang wali ad{al .
Pertimbangan hakim dalam putusan Pengadilan Agama Nganjuk Nomor

0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj dimana alasan keengganan wali merupakan alasan yang
tidak dibenarkan syara’. Pihak keluarga calon pemohon sudah melakukan
pendekatan dan meminang ke pemohon tetapi kakak pemohon tidak mau menjadi
wali pernikahannya, sehingga hakim memutuskan bahwa alasan keengganan wali
tersebut tidak dibenarkan syara’. Hakim mempertimbangkan bahwa hubungan
antara kedua pasangan tersebut begitu erat, sehingga jika tidak disahkan dalam
suatu perkawinan maka ditakutkan timbul mafsadat yang lebih besar.
Berdasarkan analisis fiqih 4 madzab, pertimbangan hakim dalam putusan No.
0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj tentang wali ad{al dengan alasan “calon suami seorang
muallaf dan khawatir kembali keagamanya semula” sudah benar. Ke empat
madzab, yaitu madzab Maliki, madzab Hambali, madzab Syafi’i, madzab Hanafi
yang berbeda pendapat hanya madzab Hanafi, sedangkan tiga madzab lainnya
mempunyai dasar-dasar hukum yang sama bahwa alasan wali ad{al tersebut
merupakan alasan yang tidak sesuai oleh syara’.
Sejalan dengan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang perlu
dicantumkan antara lain: pertama dalam mengambil keputusan hukum
hendaknya mempertimbangkan dengan hukum-hukum para ulama lain. Kedua
bagi seorang wali nikah apabila anaknya sudah berkehendak untuk nikah dan
sekiranya tidak melanggar ketentuan syara’ maka berilah izin untuk menikah,
karena izin dari orang tua merupakan suatu kebahagiaan bagi pasangan suami

istri.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM .....................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................

iii

PENGESAHAN ..........................................................................................


iv

PERSEMBAHAN .......................................................................................

v

ABSTRAK ..................................................................................................

vii

KATA PENGANTAR ................................................................................

viii

DAFTAR ISI ..............................................................................................

x

DAFTAR TRANSLITERASI .....................................................................


xiii

BAB I

PENDAHULUAN .......................................................................

1

A. Latar Belakang .........................................................................

1

B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah......................................

8

C. Rumusan Masalah ....................................................................

9


D. Kajian Pustaka..........................................................................

9

E. Tujuan Penelitian .....................................................................

13

F. Kegunaan Penelitian ................................................................

13

G. Definisi Operasional .................................................................

14

H. Metode Penelitian ....................................................................

15


I.

19

Sistematika Pembahasan ..........................................................

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG WALI AD{AL DALAM
PERKAWINAN MENURUT FIQIH 4 MADZAB
A. Pengertian Wali Ad{Al ..............................................................

20

1. Pengertian wali ..................................................................

20


1.

Kedudukan wali dalam perkawinan ..................................

25

2.

Pengertian wali ad{al ..........................................................

27

B. Dasar penetapan wali ad{al menurut 4 madzab Fiqih ...............

33

BAB III PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN PENGADILAN
AGAMA NGANJUK NOMOR 0034/Pdt.P/2016/PA.NGJ TENTANG
WALI AD{AL DENGAN ALASAN “CALON SUAMI SEORANG

MUALLAF

DAN

KHAWATIR

KEMBALI

KEAGAMANYA

SEMULA”
A. Pertimbangan Hakim dalam Putusan Pengadilan Agama Nganjuk
Nomor 0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj Tentang wali Ad{al dengan
Alasan Calon Suami Seorang Muallaf dan Khawatir Kembali
Keagamanya semula ............................................................
1.

41

Wawancara Tentang Wali Ad{al Karena Alasan Calon Suami

Seorang Muallaf Kembali Keagamanya Semula ................. 41

2.

Isi Putusan Tentang Pertimbangan Hakim Dalam Putusan
Pengadilan

Agama

Nganjuk

Nomor

0034/Pdt.P/2016/PA.Nganjuk.............................................. 45

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV ANALISIS

4


MADZAB

PENGADILAN

AGAMA

0034/Pdt.P/2016/PA.NGJ
ALASAN

FIQIH

“CALON

PUTUSAN

NGANJUK

TENTANG

SUAMI

TERHADAP
WALI

SEORANG

NOMOR

AD{AL DENGAN
MUALLAF

DAN

KHAWATIR KEMBALI KEAGAMANYA SEMULA”

A. Analisis

Terhadap

Dasar

Hukum

Pertimbangan

hakim

Mengabulkan Permintaan Pemohon Tentang Ad{al-Nya Seorang
Wali Nikah Dengan Alasan “Calon Suami Seorang Muallaf dan
Khawatir Kembali Keagamanya Semula” ...............................

50

B. Analisis 4 Madzab Fiqih Terhadap Terkabulkannya Permohonan
Tentang Ad{al-Nya Seorang Wali Nikah Dengan Alasan “Calon
Suami Seorang Muallaf dan Khawatir Kembali Keagamanya
Semula” ...................................................................................
BAB V

57

PENUTUP

A. Kesimpulan .........................................................................................

64

B. Saran ....................................................................................................

65

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang suci (mi@th@aqan ghali@zan)
antara seorang pria dan wanita sebagaimana yang disyariatkan oleh agama,
dengan maksud dan tujuan yang luhur.1 Perkawinan atau pernikahan dalam
literatur fiqih berbahasa Arab disebut dengan dua kata, yaitu nika@h} )‫ (نكاح‬dan

zawa@j )‫(زواج‬.2 Kata na-ka-h}a banyak terdapat dalam Al-Qur’an dengan arti
kawin, sebagaimana di dalam surat An-Nisa@’ ayat 3:3
               
              
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim, maka kawinilah perempuanperempuan lain yang kamu senangi, dua, tiga atau empat, dan jika
kamu takut tidak akan berlaku adik, cukup satu orang.”
Demikian pula terdapat kata za-wa-ja dalam Al-Qur’an dalam arti
kawin, diantaranya pada surat Al-Ahza@b ayat 37:
             

....... 

1

Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,2003),7.
Amir syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam diIndonesia, (Jakarta:Kencana Prenada Media Grup,
2006), 35.
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah . (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro,
2010), 77

2

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

Artinya: Maka tatkala zaid telah mengakhiri keperluan (menceraikan)
istrinya; kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan
bagi orang mukmin untuk (mengawini) mantan istri-istri anak angkat
mereka...4
Perkawinan merupakan sunnah Allah SWT yang bersifat alami dan
berlaku umum pada setiap makhluk Allah SWT, baik manusia, hewan, dan
tumbuh-tumbuhan yang sengaja diciptakan dalam bentuk berpasangpasangan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Ya@si@n ayat
36:5
.             
Artinya: “Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasanganpasangan semuanya, baik dari pada apa yang ditumbuhkan oleh bumi
dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”.

Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan tersebut
berbentuk dari dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan yang berlainan bentuk
fisik dan psikisnya. Perbedaan tersebut merupakan perbedaan yang
ditimbulkan oleh alam maupun sejarah, tetapi perbedaan tersebut
mengandung hikmah yang sangat tinggi sebagai ketentuan Allah SWT untuk
saling mengenal, sehingga menimbulkan kecenderungan kepada lawan jenis.
Untuk mengikat kedua jenis manusia yang berlawanan jenis ke dalam
tingkatan yang sah, maka disyariatkan perkawinan sebagai suatu lembaga

4
5

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah ., 427.
Ibid, 442.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

kehidupan yang sah melalui akad nikah yang merupakan lambang
keutamaan, kesucian dan stempel resmi bahwa mereka sudah diperbolehkan
bergaul dan terikat dalam hubungan yang murni dan suci.
Perkawinan merupakan suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT
sebagai jalan bagi manusia untuk berketurunan demi kelangsungan hidup
manusia, setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang
positif dalam mewujudkan tujuan perkawinan. Sahnya suatu perkawinan
yaitu adanya suatu keadaan dimana perkawinan telah dilakukan dengan
memenuhi syarat dan rukun. Berdasarkan hukum Islam dan hukum
Indonesia, yakni: adanya calon suami dan istri yag akan melakukan
perkawinan, adanya wali dari pihak calon pengantin wanita, adanya dua
orang saksi, dan si@ghat akad nika@h}.6 Perwalian adalah bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan itu sendiri, karena seorang wali adalah orang
yang harus ada pada saat dilangsungkannya suatu perkawinan.
Sebagai salah satu syarat sahnya perkawinan adalah adanya seorang
wali, sebab itu wali menempati kedudukan yang sangat penting dalam
perkawinan, seperti diketahui dalam praktiknya yang mengucapkan ikrar ijab
adalah pihak perempuan dan yang mengucapkan ikrar qobul adalah pihak
laki-laki, disinilah peranan wali yang sangat menentukan sebagai wakil dari
pihak calon pengantin perempuan.7 Mengenai keberadaan wali yang
sedemikian penting ini pernah di ungkapkan oleh Nabi Muhammad Saw
6
7

Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat,...,46-47.
Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam, (Jakarta: Dakarya Agung, 1979), 53

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

melalui hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi hadist, yang bermula
dari Abu Musa Al-Asy’ari dan dari Aisyah ra dari Nabi Muhammad Saw
bahwa beliau pernah bersabda:

.
Artinya : “Tidak ada nikah melainkan dengan adanya wali, siapa saja
perempuan yang nikah tanpa memperoleh izin dari walinya maka
nikahnya batal, batal, batal, kemudian jika perempuan itu tidak ada
walinya maka penguasa (hakim) yang menjadi wali bagi perempuan
yang tidak ada walinya itu.”8
Jika perempuan itu tidak ada walinya maka penguasa (hakim) yang
menjadi pengganti bagi perempuan yang tidak ada walinya itu, pernyataan
ayat hadist dari Nabi Muhammad Saw di atas cukup jelas, bahwa seorang
wali tidak bisa diabaikan begitu saja bagi terselenggaranya suatu akad
perkawinan yang tentu saja menghendaki hukum yang sah menurut
pandangan syara’. Dalam hukum Islam terdapat beberapa macam-macam
wali antara lain:
1. Wali nasab
Wali nasab adalah orang-orang yang terdiri dari keluarga calon mempelai
wanita yang mempunyai hubungan darah dengan calon mempelai
perempuan yaitu: ayah, kakek, saudara laki-laki, paman dan seterusnya.9

8

Muhammad bin Ali bin Muhammad As syaukani, Nailul Autar Syarah Muntahal Akbar, juz IV,
(Beirut Darul Fikri, TT), 230.
9
Proyek pembinaan sarana keagamaan Islam, Zakat, dan Wakaf, Pedoman Pegawai Pencatat
Nikah, (Jakarta, 1993), 29

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

2. Wali hakim
Wali hakim adalah pejabat yang diangkat oleh pemerintah, khusus untuk
mencatat pendaftaran pernikahan dan menjadi wali nikah bagi perempuan
yang tidak mempunyai wali atau perempuan yang akan menikah itu
berselisih dengan walinya terhadap calon pengantin laki-laki.10
3. Wali maula
Wali maula yaitu wali yang menikahkan budaknya, artinya majikannya
sendiri. Laki-laki boleh menikahkan perempuan yang berada dibawah
perwaliannya bilamana perempuan tersebut rela menerimanya. perempuan
di sini dimaksud adalah hamba sahaya di bawah kekuasaannya.
Bahwa dari urutan di atas wali nasab, namun adakalanya walinya ad{al
sehingga pernikahan harus menggunakan wali yang lain, bisa menggunakan
wali hakim atau wali maula. Wali dikatakan ad{al apabila alasan-alasan itu
tidak dibenarkan oleh syara’.11 Namun, jika alasan-alasan itu dapat
dibenarkan oleh syara’, misalnya anak gadis wali tersebut sudah dilamar
orang lain atau lamaran ini belum dibatalkan, mempunyai cacat tubuh yang
menghalangi tugas sebagai suami, dan sebagainya, maka wali tersebut tidak
dapat dikatakan ad{al dan hak perwaliannya tidak berpindah ke wali hakim.
Jadi, apabila calon mempelai memaksakan untuk melanjutkan dalam jenjang
perkawinan dalam keadaan ini, yang mana alasan keengganan wali dapat
dibenarkan syara’, maka akad nikahnya tidak sah, sebab hak kewaliannya

10
11

Masduqi, Fiqih, (Surabaya: Sahabat Ilmu, 1986), 57.
Proyek pembinaan sarana keagamaan Islam, Zakat, dan wakaf, Pedoman Pegawai...,30,.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

tetap berada pada wali tersebut. Penetapan wali hakim dilakukan setelah
adanya putusan dari Pengadilan Agama tentang ad{al-nya wali.12
Adapun mengenai wali ad{al di jelaskan di dalam Kompilasi Hukum
Islam pasal 23 yang berbunyi:13
1. Wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali nikah apabila wali nasab
tidak ada atau tidak mungkin menghadirkannya atau tidak diketahui
tempat tinggalnya atau ghaib atau ad{al atau enggan.
2. Dalam hal wali ad{al maka wali hakim baru dapat bertindak sebagai wali
nikah setelah ada putusan Pengadilan Agama tentang wali tersebut.
Selain itu di jelaskan di dalam PERMENAG Nomor 2 Tahun 1987:14
1. Bagi calon mempelai yang akan menikah di wilayah Indonesia atau di luar
negeri atau wilayah ekstra teritorial Indonesia ternyata tidak memenuhi
syarat atau mafqu@d atau berhalangan atau ad{al maka wali nikahnya dapat
dilangsungkan dengan wali hakim.
2. Untuk menyatakan ad{al-nya wali sebagaimana tersebut ayat (1) pasal ini
ditetapkan dengan putusan Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat
tinggal calon mempelai wanita.
3. Pengadilan Agama memeriksa dan menetapkan ad{al-nya wali dengan cara
singkat atas permohonan calon mempelai wanita dengan menghadirkan
calon mempelai wanita.

12

Proyek pembinaan sarana keagamaan Islam, Zakat, dan wakaf, Pedoman Pegawai...,29.
Kitab Undang-undang hukum perdata, (surabaya: Gama Press, 2010), 427.
14
Http:indolaw.de/texte/permenag 2-1987 tentang wali hakim.html.
13

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Perkara

yang

penulis

teliti

adalah

putusan

No.

0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj. tentang wali ad{al. Dalam rangka melangsungkan
pernikahan,

seorang

perempuan

mengajukan

permohonan

untuk

mengabulkan penetepan wali ad{al di Pengadilan Agama Nganjuk disebabkan
wali nasabnya menolak untuk menjadi wali serta menolak menikahkan anak
perempuannya dalam akad perkawinannya dikarenakan si calon suami
seorang muallaf, khawatir kembali keagamanya semula. Maka penulis
tertarik untuk mengangkat permasalahan di dalam skripsi ini mengenai.
“Studi analisis terhadap putusan No.0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj. tentang wali

ad{al dengan alasan “calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali
keagamanya semula” (Perspektif fiqih 4 madzab).

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

di

atas,

maka

penulis

mengidentifikasi masalah sebagaimana berikut:
1. Konsep perwalian menurut undang-undang wali ad{al dalam Islam.
2. Faktor-faktor yag melatarbelakangi wali enggan menikahkan putrinya.
3. Konsep peralihan wali nasab ke wali hakim (al-q@adl@i).
4. Pertimbangan hukum hakim Pengadilan Agama Nganjuk dalam
memutuskan perkara No. 0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj. tentang ad{al-nya wali
nikah karena calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali ke
agamanya semula.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

5. Dasar pertimbangan hukum hakim Pengadilan Agama Nganjuk dalam
menetapkan perkara wali ad{al.
6. Tinjauan 4 madzab fiqih mengenai ad{al-nya seorang wali nikah.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas yang masih luas dan umum,
maka penulis membatasi masalah dalam pembahasan ini sebagai berikut:
1. Pertimbangan

hakim

dalam

memutuskan

perkara

No.0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj. mengenai ad{al-nya seorang wali nikah
dengan alasan “Calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali
keagamanya semula.
2. Tinjauan 4 madzab fiqih mengenai ad{al-nya seorang wali nikah dengan
alasan “calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali keagamanya
semula.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana

pertimbangan

hakim

dalam

memutuskan

perkara

No.0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj. mengenai ad{al-nya seorang wali nikah
dengan alasan “calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali
keagamanya semula?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

2. Bagaimana tinjauan 4 madzab fiqih mengenai ad{al-nya seorang wali nikah
dengan alasan “calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali
keagamanya semula?

D. Kajian Pustaka
Penelitian tentang wali ad{al sudah banyak peneliti temukan di
penelitian-penelitian terdahulu, meliputi berbagai sudut pandang. Penelitianpenelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. “Tinjauan Hukum Islam terhadap penetapan perkara wali adhol di

Pengadilan

Agama

Yogyakarta”(studi

terhadap

penetapan

No.:

0018/Pdt.P/2010/PA.YK. oleh Hani Maria Ulfa, tahun 2013. Skripsi ini
memfokuskan pada pertimbangan hakim untuk memutuskan perkaranya
di Pengadilan Agama Yogyakarta menggunakan hukum Islam saja.15
Hakim mempertimbangkan permohonan tersebut dengan alasan pemohon
dengan calon suami pemohon umurnya sudah banyak 41 tahun untuk itu
apabila tidak dilangsungkan pernikahan maka ditakutkan akan terjadi hal
yang tidak diinginkan.16
2. “ Analisis Hukum Islam terhadap putusan Pengadilan Agama Gresik No.

0051/Pdt.P/2010/PA.GS. tentang wali adlal karena penceraian kedua
orang tua. oleh Fithna Nurul Lailiy, Tahun 2010. Skripsi ini menjelaskan
Hani Maria Ulfa, “Tinjauan Hukum Islam terhadap penetapan perkara wali „adal di Pengadilan
Agama Yogyakarta”(studi terhadap penetapan No.: 0018/Pdt.P/2010/PA.YK”,(Skripsi-UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, 2013), 31.
16
Ibid, 96.

15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

kasus wali ad{al dengan alasan karena penceraiannya orang tua.17 Dalam
putusan di atas pertimbangan hakim Pengadilan Agama Gresik
mengabulkan permohonannya demi hukum karena kedua calon tidak ada
halangan untuk melangsungkan perkawinan, serta diantara keduanya
tidak melanggar hukum dikarenakan demi kemaslahatan umat dan
kebaikan agar tidak terjerumus dari perbuatan maksiat (zina).18
3. “Analisis Hukum Islam terhadap penetapan hakim Pengadilan Agama

Sidoarjo tentang wali adlal dalam perkara No. 0025/Pdt.P/2010/PA.Sda.
Oleh Baroatus Zamimah, Tahun 2011. Penulis ini mengonsentrasikan
tulisannya pada bagaimana proses penyelesaian, pembuktian dan
bagaimana pertimbangan majelis hakim Pengadilan Agama Sidoarjo
dalam menetapkan perkara tersebut.19 Pengadilan Agama Sidoarjo
mengabulkan permohonan pemohon dengan alasan keengganan wali
merupakan alasan yang tidak dibenarkan syara’ yaitu ayah pemohon
menuduh calon suami pemohon sudah menyantet adik perempuan
pemohon yang sekarang lagi sakit seperti kesurupan. Hakim juga
mempertimbangkan bahwa hubungan antara kedua pasangan tersebut

Fithna Nurul Laily, “Analisis Hukum Islam terhadap putusan Pengadilan Agama Gresik No.
0051/Pdt.P/2010/PA.Gs tentang wali adlal karena penceraian kedua orang tua”, (Skripsi IAIN
Sunan Ampel, Surabaya, 2010),13.
18
Ibid, 85.
19
Baroatus Zamimah, “ Analisis Hukum Islam terhadap penetapan hakim Pengadilan Agama
sidoarjo tentang wali adhol dalam perkara no. 25/Pdt.P/2010/PA.Sda”, (Skripsi IAIN Sunan
Ampel, Surabaya, 2011),11.
17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

sudah sangat erat, sehingga tidak disahkan dalam suatu akad perkawinan
maka ditakutkan timbul kemadharatan yang lebih besar.20
4. “Analisis Hukum Islam terhadap penetapan hakim Pengadilan Agama

Surabaya tentang wali adhal karena perbedaan marga (penetapan No.
376/Pdt.P/2008/PA.Sby. Oleh Ghin Hisma Suprapti, Tahun 2010. Skripsi
ini lebih menfokuskan kajiannya pada penolakan wali berdasarkan
kepercayaan terhadap ajaran untuk menjaga keutuhan marga dan
kemurnian nasab.21 Dasar pertimbangan hakim Pengadilan Agama
Surabaya dalam menetapkan wali ad{al tersebut keterangan akan ad{al-nya
wali pemohon dari berbagai pihak terkait dan alat bukti tertulis.22
5. “ Kajian hukum Islam tentang wali ad{al karena alasan tidak mendapatkan

harta warisan di Pengadilan Agama Gresik (Studi kasus putusan
Pengadilan Agama Gresik No. 23/Pdt.P/2006/PA.Gs.” Oleh M. Zainul
Hasan, tahun 2009. Skripsi ini lebih fokus kajiannya mengenai ad{al-nya
seorang wali nikah karena alasannya tidak sesuai dengan syara’ yaitu
tidak mendapatkan harta warisan. Dasar pertimbangan hakim Pengadilan
Agama Gresik dalam menetapkan wali ad{al tersebut keterangan akan

Baroatus Zamimah, “ Analisis Hukum Islam terhadap penetapan hakim Pengadilan Agama
sidoarjo tentang wali adhol dalam perkara no. 25/Pdt.P/2010/PA.Sda”,...,77.
21
Ghin Hisma Suprapti, “Analisis Hukum Islam terhadap penetapan hakim Pengadilan Agama
surabaya tentang wali adhlal karena perbedaan marga (penetaan no. 376/Pdt.P/2008/PA.Sby.)”,
(Skripsi IAIN Sunan Ampel, 2010), 8.
22
Ibid, 86.

20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

ad{al-nya wali pemohon dari berbagai pihak yang terkait dan alat bukti
tertulis.23
Sedangkan permasalahan penelitian dalam skripsi penulis ini, lebih
fokus pada masalah tinjauan 4 madzab fiqih mengenai ad{al -nya seorang wali
nikah dengan alasan “calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali
keagamanya semula”. Dalam penelitian ini peneliti lebih meninjau putusan
Pengadilan Agama mengenai perkara tersebut menggunakan fiqih 4
madzhab.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan hal-hal yang dijadikan dasar pertimbangan hukum hakim
Pengadilan

Agama

Nganjuk

dalam

menetapkan

putusan

No.0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj. mengenai ad{al-nya seorang wali nikah
dengan alasan “calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali
keagamanya semula.”
2. Menganalisis tinjauan 4 madzab fiqih mengenai ad{al-nya seorang wali
nikah dengan alasan “calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali
keagamanya semula.”

M. Zainul hasan, “Kajian hukum Islam tentang wali adlal karena alasan tidak mendapatkan
harta warisan di Pengadilan Agama Gresik (Studi kasus putusan Pengadilan Agama Gresik No.
23/Pdt.P/2006/PA.Gs. (Skripsi IAIN Sunan Ampel, 2009), 9.
23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

F. Kegunaan Hasil penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sekurang-kurangnya
dalam 2 hal, sebagai berikut:
1. Teoritis
Secara teoritis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menambah
wawasan dan khazanah keilmuan Islam di bidang perkawinan terutama
bidang keengganan wali, khususnya dalam studi kasus putusan No.
0034/Pdt.P/2016/PA Nganjuk tentang ad{al-nya wali nikah dengan alasan
“Calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali keagamanya
semula”, dan penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur dan referensi,
baik untuk peneliti maupun orang-orang yang menekuni hukum Islam
dalam praktik mengenai wali ad{al.
2. Praktis
Secara praktis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat berguna dan
manfaat bagi hakim Pengadilan Agama dan sebagai literatur atau bahan
referensi serta studi banding Pengadilan Agama dalam memutuskan
perkara-perkara yang sama begitu pula dengan pihak yang berkepentingan
dan sebagai bahan peneliti selanjutnya terkait masalah wali ad{al.

G. Definisi Operasional
Untuk

mempermudah

pembaca

dalam

memahami

penulisan

penelitian ini, dan untuk berbagai pemahaman serta terhindar dari salah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

pengertian terhadap istilah dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan
sebagai berikut:
1. Studi analisis: studi tentang bahasa untuk memeriksa secara mendalam
struktur bahasa.
2. Putusan No.0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj.: pernyataan hakim yang dituangkan
dalam bentuk tertulis dan diucapkan oleh hakim dalam sidang terbuka
untuk umum sebagai hasil dari pemeriksaan perkara gugatan mengenai
wali ad{al dengan alasan “calon suami seorang muallaf dan khawatir
kembali keagamanya semula”.
3. Fiqih 4 madzab: sebuah metodologi fiqih khusus yang dijalani oleh
seorang ahli fiqih mujtahid, yang berbeda dengan ahli fiqih lain.
Dari penjelasan di atas dapat penulis tegaskan,bahwa penelitian ini
bermaksud untuk menguraikan tentang kajian hukum Islam, Melihat tentang
dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan wali ad{al karena calon suami
seorang muallaf khawatir kembali keagamanya semula dengan fiqih 4
madzab apakah menggunakan madzab Hanafi, madzab Syafi’i, madzab
Maliki atau madzab Hambali.

H. Metode penelitian
Adapun penulisan dan pembahasan skripsi ini penulis akan
menggunakan metode penelitian kualitatif, karena data yang dihasilkan nanti
bukan data angka. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

digunakan untuk meneliti, instrumen inti terletak pada peneliti, teknik
pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif,
dan penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi.24
1. Data yang dikumpulkan
Berdasarkan judul dan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka
data yang dikumpulkan adalah sebagaimana berikut:
a. Data tentang dasar pertimbangan hukum hakim dalam menetapkan
perkara wali ad{al

di Pengadilan Agama Nganjuk (perkara No.

0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj.
b. Data tentang 4 madzab fiqih mengenai ad{al-nya seorang wali nikah
dengan alasan “calon suami seorang muallaf dan khawatir kembali
keagamanya semula.
2. Sumber Data
Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya.25 Sumber data primer tersebut adalah putusan No.
0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj. dimana data ini penulis peroleh dari pihak
yang menangani perkara tersebut yaitu hakim dan panitera di
Pengadilan Agama Nganjuk tersebut.
24
25

Sugiyino, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008) 9.
Ibid, 15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang dibutuhkan sebagai
pendukung data primer.26 Data ini bersumber dari referensi-referensi
dan literatur yang mempunyai korelasi dengan data penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi dokumen
Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen atau
dilakukan melalui berkas yang ada.27 Dokumen yang diteliti adalah
putusan Pengadilan Agama Nganjuk tentang wali ad{al perkara No.
0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj.
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog 2 orang atau lebih yang dilakukan
oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.28
Wawancara ini dilakukan langsung dengan ketua Pengadilan, hakim
dan panitera di Pengadilan Agama Nganjuk untuk memperoleh data
tentang perkara yang diteliti yakni perkara wali ad{al putusan No.
0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj.

26

Ibid, 16.
M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), 87
28
Ibid, 88.
27

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

4. Teknik Pengolahan Data
Untuk

mensistematis

data

yang

telah

dikumpulkan

dan

mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data, maka peneliti
mengolah data tersebut melalui beberapa teknik, dalam hal ini data yang
diolah merupakan data yang telah terkumpul dari beberapa sumber adalah
sebagaimana berikut:
a. Editing, yaitu mengedit data-data yang sudah dikumpulkan.29 Teknik
ini digunakan oleh peneliti untuk memeriksa atau mengecek sumber
data

yang diperoleh melalui

teknik

pengumpulan data,

dan

memperbaikinya apabila masih terdapat hal-hal yang salah.
b. Organizing, yaitu mengorganisasikan atau mensistematis sumber
data.30 Melalui teknik ini, peneliti mengelompokkan data-data yang
telah dikumpulkan dan disesuaikan dengan pembahasan yang telah
direncanakan sebelumnya mengenai Putusan Pengadilan Agama Nganjuk
No. 0035/Pdt.P/2016/PA.Ngj.

5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan meyusun data secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

29
30

Ibid, 90.
M. Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, 91.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya
dapat diinformasikan keorang lain.31
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif yaitu
mengemukakan dalil-dalil atau data-data yang bersifat umum yaitu
tentang wali ad{al kemudian ditarik pada permasalahan yang lebih khusus
yaitu tentang wali ad{al dalam putusan perkara No. 0035/Pdt.P/2016/PA.Ngj.

I.

Sistematika Pembahasan
Agar lebih mudah memahami dalam skripsi ini, maka penulis
membagi skripi ini menjadi lima bab, yang saling berkaitan antara bab satu
dengan bab yang lainnya. Dari masing-masing diuraikan lagi menjadi
beberapa sub bab yang sesuai dengan judul babnya. Adapun sistematika
pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab Pertama : Pendahuluan. Bab ini merupakan gambaran umum
tentang skripsi yang berisikan latar belakang masalah, identifikasi dan
batasan

masalah,

rumusan

masalah,

kajian

pustaka,

tujuan

penelitian,kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metodologi
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua : Bab ini membahas tentang wali ad{al. Secara umum
menurut hukum Islam meliputi menurut fiqih 4 Madzab mengenai apa yang
dimaksud wali ad{al , dasar hukum perwalian, macam-macam perwalian,

31

Sugiyino, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, 244.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

syarat-syarat menjadi wali, alasan-alasan dibolehkan dan menolaknya wali

ad{al dan dasar penetapan wali ad{al..
Bab Ketiga : Bab ini merupakan bab yang menguraikan data hasil
penelitian, berisi tentang deskriptif pertimbangan hakim dalam putusan
Pegadilan Agama Nganjuk No. 0034/Pdt.P/2016/PA.Ngj. tentang ad{al-nya
seorang wali Nikah dengan alasan “Calon suami seorang muallaf dan
khawatir kembali keagamanya semula”.
Bab keempat : Bab ini merupakan bab yang membahas analisis data.
Dalam bab ini diadakan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan
dalam rangka mencari jawaban terhadap pertanyaan, sebagaimana yag dimuat
dalam rumusan masalah pada bab satu.
Bab Kelima : Bab ini merupakan bab penutup, berisi tentang
kesimpulan dan saran. Kesimpulan tersebut diperoleh setelah mengadakan
analisis terhadap data yang diperoleh, sebagaimana diuraikan pada bab
sebelumnya, dan merupakan jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG WALI AD{AL DALAM PERKAWINAN
MENURUT FIQIH 4 MADZAB

A. Pengertian Wali Ada{ l
1. Pengertian Wali
Kata wali menurut bahasa berasal dari kata al-wali@ (‫ )الولي‬dengan
bentuk jamak auliya@’ (‫ )او لي ء‬yang berarti pecinta, saudara, penolong. Wali
menurut istilah adalah seseorang yang karena kedudukannya berwenang
untuk bertindak terhadap dan atas nama orang lain.1 Dia bertindak
terhadap dan atas nama orang lain itu adalah karena orang lain itu
memiliki suatu kekurangan pada dirinya yang tidak memungkinkan ia
bertindak sendiri secara hukum, baik bertindak atas nama harta atau atas
dirinya. Sayyid Sabiq mengatakan wali adalah sesuatu ketentuan hukum
yang dapat dipaksakan kepada orang lain sesuai dengan bidang
hukumnya.2 Menurut

istilah fiqih yang dimaksud perwalian adalah

penguasaan penuh yang diberikan oleh agama kepada seseorang untuk
menguasai dan melindungi orang atau barang. Orang yang diberi
kekuasaan perwalian itu disebut wali.
Dalam pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan, perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
1

Amir syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup, 2006), 69.
2
Sayyid sabiq, Fiqih Sunnah, (terjemah),jilid VII (bandung: PT. Al ma’arif, 1997), 11.

20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.3 Karena perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan
rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, maka perlu di atur
syarat dan rukun tertentu agar tujuan disyariatkannya perkawinan
tercapai. Sahnya suatu perkawinan dalam hukum Islam adalah dengan
terlaksananya akad nikah yang memenuhi syarat dan rukun. Kaitannnya
rukun nikah, jumhur ulama sepakat bahwa rukun nikah terdiri atas:4
a. Adanya calon suami.
b. Adanya calon istri.
c. Adanya wali dari pihak pengantin wanita.
d. Adanya dua orang saksi.
e. Sighat akad nikah;
Keberadaan seorang wali dalam akad nikah adalah suatu yang
mesti dan tidak sah akad perkawinan yang tidak dilakukan oleh wali. Wali
merupakan rukun dalam perkawinan, menurut kesepakatan ulama secara
prinsip.5 Dalam akad perkawinan itu sendiri wali dapat berkedudukan
sebagai orang yang bertindak atas nama mempelai perempuan dan dapat
pula sebagai orang yang diminta persetujuannya untuk kelangsungan
perkawinan tersebut, memang tidak ada satu pun ayat Al-Qur’an yang
jelas menghendaki keberadaaan wali dalam akad perkawinan. Namun
dalam Al-Qur’an terdapat petunjuk nash yang ibarat-nya tidak menunjuk
3

Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2003),8
Ahmad Rafiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995) 45.
5
Ibid.

4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

kepada keharusan adanya wali, tetapi dari ayat tersebut secara isyarat
nash dapat dipahami menghendaki adanya wali. Ada pula ayat-ayat AlQur’an

yang

dipahami

perempuan

dapat

melaksanakan

sendiri

perkawinannya.
Di antara ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan adanya wali
adalah sebagai berikut:
Surat Al-Baqarah ayat 221:
         
Artinya: Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa
iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka
kawin lagi dengan bakal suaminya.6
Ayat di atas merupakan larangan menghalangi perempuan yang
habis iddahnya untuk kawin. Malik berpendapat bahwa tidak ada nikah
tanpa wali, dan wali menjadi syarat sahnya nikah. Pendapat ini juga
dikemukakan oleh Syafi’i.7 Abu Hanifah, Zufar, Asy-Sya’bi dan Az-Zuhri
berpendapat bahwa apabila seorang perempuan melakukan akad nikahnya
tanpa wali, sedang calon suami sebanding, maka nikahnya itu boleh.8

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah .(Bandung: CV.Penerbit Diponegoro,
2010), 35.
7
Al-Faqih Abul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid
wa Nihayatul Muqtashid (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), 409.
7
Ibid.
8
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, (Yogyakarta: Liberty,
1986) 75.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Surat Al-Baqarah ayat 221:9
            
Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik,
sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang
mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik
hatimu.

Berdasarkan hadist Nabi Muhammad SAW:

Artinya: “Dari Abu Burdah ra. Dari abi Musa ra. Rasulullah
Saw bersabda: tidak ada pernikahan kecuali seorang wali.” (HR.
Abu Daud)10

Maksud dalam hadist di atas adalah sebuah pernikahan tidak sah
jika wali tidak ada, karena wanita tidak mempunyai kapasitas untuk
menikahkan dirinya tanpa adanya seorang wali atau mewakilkannya
kepada orang lain jika wali berhalangan untuk menikahkannya, jika ia
lakukan hal itu maka nikahnya tidak sah.
Jumhur

ulama

yang

terdiri

dari

Syafi’iyah,

Hanabilah,

Zhahiriyah, dan Syi’ah Imamiyah membagi wali itu menjadi dua
kelompok:11

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, 35.
Al-Faqih Abul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad Ibnu Rusyd, Bidayatul
Mujtahid...,415.
9

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

a. Wali dekat atau wali qar@ib (

‫ )الولى القر ي‬yaitu ayah dan kalau tidak

ada ayah pindah kepada kakek. keduanya mempunyai kekuasaan yang
mutlak terhadap anak perempuan yang akan dikawinkannya. ia dapat
mengawinkan anaknya yang masih berada dalam usia muda tanpa
minta persetujuan dari anaknya tersebut. wali dalam kedudukan
seperti ini disebut dengan wali mujbir. Ketidakharusan meminta
pendapat dari anaknya yang masih muda itu adalah karena orang
yang masih muda tidak mempunyai kecakapan untuk memberikan
persetujuan. Ulama Hanabillah menempatkan orang yang diberi
wasiat oleh ayah untuk mengawinkan anaknya berkedudukan sebagai
ayah.
b. Wali jauh atau wali ab’ad (‫ ;)الولى اابعد‬yaitu wali dalam garis kerabat
selain dari ayah dan kakek, juga selain dari anak dan cucu, karena
anak menurut ulama jumhur tidak

boleh menjadi wali terhadap

ibunya dari segi dia adalah anak, bila anak berkedudukan sebagai wali
hakim boleh dia mengawinkan ibunya sebagai wali hakim. Adapun

wali ab’ad adalah sebagai berikut:12
1. Saudara laki-laki kandung, kalau tidak ada pindah kepada.
2. Saudara laki-laki seayah, kalau tidak ada pindah kepada.
3. Anak saudara laki-laki kandung, kalau tidak ada pindah kepada.

Abdurrahman Al-Jaziri, Kitabul Fiqih ‘Alal Mazahibul al Arbaah, Qisem Al-Ahwalus
Syakhsiyyah, Jilid IV, (Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2003) 32.
12
Al-Faqih Abul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhammad Ibnu Rusyd, Bidayatul
Mujtahid , 420.
11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

4. Anak saudara laik-laki seayah, kalau tidak ada pindah kepada.
5. Paman kandung, kalau tidak ada pindah kepada.
6. Paman seayah, kalau tidak ada pindah kepada.
7. Anak paman kandung, kalau tidak ada pindah kepada.
8. Anak paman se ayah.
9. Ahli waris kerabat yang lain kalau ada.
Ulama Hanafiyah menempatkan seluruh kerabat nasab, baik
sebagai ashabah dalam kewarisan atau tidak. Menurut mereka yang
mempunyai hak ijbar bukan hanya ayah dan kakek akan tetapi semuanya
mempunyai hak ijbar, selama yang akan dikawinkan itu adalah
perempuan yang masih kecil atau tidak sehat akalnya.
Ulama Malikiyah menempatkan seluruh kerabat nasab yang
ashabah sebagai wali nasab dan membolehkan anak mengawinkan
ibunya, bahkan kedudukannya lebih utama dari ayah atau kakek.
golongan ini menambahkan orang yang diberi wasiat oleh ayah sebagai
wali dalam kedudukan sebagaimna kedudukan ayah. berbeda dengan
ulama Hanafiyah golongan ini memberikan hak ijbar hanya kepada ayah
saja dan menempatkannnya dalam kategori wali qar@ib.
2. Kedudukan Wali dalam Perkawinan
Para ulama berpendapat tentang kedudukan wali dalam
perjanjian perkawinan. Menurut madzab Hanafi perizinan wali bukan
merupakan persyaratan sah nikah akan tetapi hanya penyempurna

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

perjanjian perkawinan. Alasannya adalah dari riwayat Muslim dari Ibnu
Abbas Rasulullah Saw bersabda yang artinya “Perempuan yang janda
lebih berhak atas dirinya dari walinya. gadis diminta perizinannya dan
perizinannya adalah diamnya”. Menurut madzab Hanafi, hadist di atas
menerangkan sah pernikahan baik janda maupun perawan tanpa
isyaratkan adanya perizinan wali, karena itu mereka menganggap izin
wali bukan termasuk syarat sah nikah.
Madzab Syafi’i, Maliki, dan Hambali menganggap perizinan wali
merupakan syarat sah perjanjian perkawinan dimana perkawinan tanpa
izin wali adalah tidak sah. Pendapat ini beralasan pada Al-Qur’an dan
hadist. Dari ayat Al-Qur’an yang dijadikan dalil antara lain pada QS. Al-

Baqarah ayat 232:13
           

 

Artinya: Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa
iddahnya, Maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka
kawin lagi dengan bakal suaminya.apabila telah terdapat
kerelaan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf.
Dalam ayat ini terdapat dalil yang sangat jelas tentang eksistensi
seorang wali di mana Allah SWT melarang para wali dari menghalangi
para wanita dari kembali kepada suami mereka dan sekiranya seorang
wanita itu boleh menikahkan dirinya sendiri, maka sudah tentu tiada

13

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid...,32.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

artinya larangan Allah SWT dalam ayat tersebut dan tiada gunanya para
wali menggunakan haknya melakukan ad{al .
Di dalam beberapa buah hadist dijelaskan tentang wali hakim
yang dapat menggantikan kedudukan wali nasab apabila wali nasab tidak
ada atau wali nasab enggan mengawinkan perempuan yang ada dibawah
perwaliannya, padahal perjodohan antara keduanya seimbang. Rasulullah
Saw bersabda yang artinya: “Maka apabila (wali nasab) enggan sulthanlah
yang menjadi wali bagi yang tidak mempunyai wali”.
Jadi, keadaan yang dapat memungkinkan wali hakim sebagai
wali nikah apabila wali nasab tidak ada, wali nasab enggan padahal
keduanya sekufu’, wali nasab berada di tempat yang jauh sekitar 95 Km
dari tempat wanita yang ingin menikah, wali nasab dianggap hilang atau
tidak diketahui keberadaannya hidup atau matinya, calon suami juga
adalah wali nikah perempuan, wali nasab dalam keadaan berihram haji
atau umroh.
3. Wali Ada{ l
Kata ad{al berasal dari bahasa arab, yaitu)‫ عضل‬-‫ يعضل‬-‫ (عضل‬yang
artinya mencegah atau menghalang-halangi.14 Wali ad{al adalah wali yang
enggan atau wali yang menolak, maksudnya adalah seorang wali yang
enggan atau menolak menjadi wali dalam pernikahan anak perempuannya
dengan seorang laki-laki yang sudah menjadi pilihan anaknya. Dalam

14

Tihami dan sohari sahrana, Fiqih Munakahat: Kajian Fikih Nikah lengkap, (Jakarta: Kencana,
2003), 96

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Peraturan Menteri Agama nomor 2 tahun 1987 tanggal 28 oktober 1987
tentang wali hakim. Wali ad{al adalah wali nasab yang mempunyai
kekuasaan untuk menikahkan mempelai wanita yang berada di bawah
perwaliannya, tetapi tidak mau menikahkan sebagai layaknya seorang
wali yang baik.
Dari definisi tersebut, wali ad{al mengandung lima unsur, yaitu:15
1.

Penolakan (keengganan) wali untuk menikahkan calon mempelai
perempuan.

2.

Telah ada permintaan atau permohonan dari calon mempelai
perempuan agar dirinya dinikahkan dengan calon mempelai laki-laki.

3.

Kafaah antara calon mempelai laki-laki dan calon mempelai
perempuan.

4.

Adanya perasaan saling menyayangi atau mencintai di antara

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24