3 Kelola Lingkungan revisi

KELOLA LINGKUNGAN
Kawasan Lindung
Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup dilakukan di Kawasan Perlindungan, Kawasan
Produksi dan Kawasan Penggunaan Lain, yaitu:
a. Melakukan pengkayaan restorasi dengan jenis rimba lokal (termasuk MPTS/Multiple
Purpose Tree Species/buah-buahan) pada Hutan Alam Sekunder (HAS) dan Kawasan
Perlindungan Setempat (KPS).
b. Bekerjasama lebih intensif dengan pihak BKSDA dalam koordinasi pengelolaan
kawasan konservasi (CagarAlam dan Suaka Alam).
c. Mengadakan perlindungan terhadap situs-situs budaya dan ekologi yang ada
sebagaimana yang telah dilakukan monitoring situs sebanyak 14 buah situs.
d. Melakukan kegiatan pengelolaan di kawasan produksi dengan memperhatikan aspek
perlindungan fisik kimia (tanah dan air) dan biologi (vegetasi dan satwa liar) berserta
lingkungan masyarakat yang berinteraksi terhadap hutan itu sendiri.
e. Melakukan pemantauan parameter lingkungan yang terdiri dari kualitas dan
kuantitas air, kesuburan tanah, erosi, keragaman dan penyebaran vegetasi, dan
habitat satwa liar (terutama jenis satwa RTE).
Rehabilitasi (Tanaman Pembangunan dan Rutin)
Rencana dan Realisasi Rehabilitasi Tanaman Tahun 2015 dan 2016
No


Uraian

1

2
Tanaman Pembangunan
Tumpangsari
- Jati
- Rimba
Jumlah Tumpang sari
Banjarharian
- Jati
- Rimba
Jumlah Banjarharian
Rutin
Tumpangsari
- Jati
- Rimba
Jumlah Tumpangsari
Banjarharian

- Jati
- Rimba
Jumlah Banjarharian
Jumlah total

1

2

1

2

Public Summary Tahun 2016

Tahun 2015
Renc
Real
3
4


2016
Renc
5

155,5
155,5

155,5
155,5

130,6
130,6

-

107,8
107,8

107,8

107,8

393,9

393,9

101,0

Ket

Real
6

7

-

Realisasi Nihil krn efisiensi biaya

64,5

64,5

-

Realisasi Nihil krn efisiensi biaya

137,5

137,5

137,5

137,5

696,9

137,5

101,0


1

Rencana dan Realisasi Pemeliharaan Tahun ke-2 dan ke-3 Tahun 2015 dan 2016
No

Uraian

1

2

1

2

3

Tanaman Rutin
Tumpangsari
- Jati

- Rimba
Jumlah Tumpang sati
Banjarharian
- Jati
- Rimba
Jumlah Banjarharian
Jumlah TPS + BH
- Jati
- Rimba
Jumlah

Tahun 2015
Renc
Real
3
4

Tahun 2016
Renc
Real


Ket
6

276,1
276,1

-

263,3

263,3

263,3

263,3

105,8
105,8


-

130,6
130,6

130,6
130,6

276,1
105,8
381,9

- 263.3
130,6
393,9

Rencana dan Realisasi Rehabilitasi Hutan Lindung tahun 2015 dan 2016
No

Uraian


1

2

1

2

Rehabilitasi
- Hutan lindung (HAS)
- Sumber mata Air
- Hutan Pantai
Pemeliharaan
- Tahun II
- Tahun III

Tahun 2015
Renc
Real

3
4

-

130,6
-

-

130,6
-

Tahun 2016
Renc
Real
5
6

-

100,0
-

-

-

Pemantauan Lingkungan
Pemantauan lingkungan dilakukan secara rutin setiap bulan dan setiap tahun sekali. Adapun
kegiatan pemantauan lingkungan meliputi:
a. Fisik Kimia
Kegiatan pemantauan fisik kimia terdiri dari pemantauan erosi, pemantauan hidrologi,
pemantauan curah hujan, pemantauan penggunaan B3 dan pengelolaan limbah B3, serta
keberadaan Mata Air dan DAS.
KPH Kendal memiliki 7 (tujuh) Stasiun Pemantauan Lingkungan (SPL) erosi yang tersebar
di 5 (lima) BKPH. Kegiatan pemantauan dilakukan rutin setiap bulan, pada tahun 2016
hasil pemantauan menunjukan Indek Erosi masih dibawah baku mutu (< 1).
Pemantauan debit, laju sedikemtasi dan padatan tersuspensi dilakukan di 13 (tiga belas)
SPL Hidrologi yang tersebar di 6 (enam) BKPH. Pengukuran debit dilakukan untuk
mengetahui perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik
yang berlangsung dalam suatu DAS. Berdasarkan pemantauan 2016, pemantauan debit
masih dibawah baku mutu Perdirjen RLPS No. P.04/V-Set/2009 tanggal 05 Maret 2009
tentang Pedoman Monitoring dan Evaluasi DAS.
Public Summary Tahun 2016

2

Pengukuran laju sedimen dilakukan untuk mengetahui hasil erosi bersih dari seluruh
kawasan hutan yang berada pada daerah tangkapan air sungai tersebut. Hasil
pemantauan laju sedimen 2016 berada dalam kategori sedang hingga baik yaitu 2 – 5
mm/tahun.
Pengukuran padatan tersuspensi menunjukan besarnya partikel-partikel kecil yang
terlarut dalam aliran. Hasil pemantauan 2016, menunjukan semua SPL masuk dalam
kategori sedang (5 – 400 mg/l).
Pemantauan curah hujan KPH Kendal dilakukan di 18 (delapan belas) SPL Curah Hujan
yang tersebar di 6 (enam) BKPH. Berdasarkan hasil pemantauan curah hujan 2016
didapatkan rata-rata curah hujan di 18 SPL tergolong rendah sampai tinggi (62,78 –
351,51 mm) dan penyebarannya hampir merata.
Kegiatan pemantauan penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang digunakan
baik oleh Perhutani maupun oleh masyarakat sekitar hutan dilakukan rutin setiap bulan
di lokasi persemaian dan tanaman. Pemantauan dilakukan untuk mengetahui jenis –
jenis bahan kimia yang dipergunakan di dalam kawasan hutan serta mengetahui kategori
yang boleh dan dilarang dipergunakan berdasarkan UU dan Prinsip FSC. Dari hasil
pemantauan 2016, tidak ditemukan penggunaan jenis B3 yang dilarang dipergunakan
namun ditemukan penggunaan jenis B3 yang masih diperbolehkan yaitu hormon
perangsang (NAA), pupuk (urea, ZA, TSP, Phonska) dan herbisida (Rhoundhup, Tuntas).
Selain pemantauan penggunaan B3 juga dilakukan pengelolaan limbah B3 baik yang
dipergunakan oleh Perhutani maupun oleh pesanggem di dalam kawasan hutan. Pada
tahun 2016 terkumpul limbah B3 sebesar 12 kg limbah kemasan B3 dan telah di lakukan
pemusnahan oleh pihak ke-2 dalam hal ini oleh PT Teknotama Lingkungan Internusa (PT.
TLI).
KPH Kendal telah melakukan identifikasi mata air yang tersebar di 13 lokasi mata air.
Mata air tersebut dimanfaatakan oleh masyarakat sekitar antara lain untuk irigasi,
sumber air bersih, air minum, MCK.
Guna mempertahankan keberadaannya telah dilakukan pemeliharaan dan penandaan
batas serta pemasangan papan informasi sehingga keberadaan lokasi mata air tetap
terjamin. Berikut disajikan data tabel mata air di KPH Kendal:

Public Summary Tahun 2016

3

b. Pemantauan Lingkungan Biologi
Pemantauan lingkungan biologi meliputi pemantauan satwa dan vegetasi (flora).
a) Pemantauan Satwa
Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan pemantauan satwa liar bulanan dan survey
Biodiversity yang dilakukan 1 (satu) tahun sekali. Dari hasil pemantauan satwa
bulanan pada tahun 2016 dijumpai jenis satwa liar sebanyak: 43 jenis aves, 15
mamalia dan 14 herpetafauna yang tersebar di seluruh kawasan hutan KPH Kendal.
Selain pemantauan satwa liar, juga dilakukan pemantauan keberadaan satwa species
interest yang terdiri dari macan tutul, rusa, lutung dan burung kepodang.
Sedangkan untuk pemantauan keanekaragaman dan populasi satwa dilaksanakan
pada kegiatan survey biodiversity. Adapun hasil dari Survey Biodiversity tahun 2016
adalah sebagai berikut:
1) Kelimpahan jenis fauna meningkat pada jenis aves terutama pada tipe habitat
kawasan perlindungan
2) Keanekaragaman jenis fauna sebagian besar mengalami peningkatan terutama di
tipe kawasan perlindungan
b) Pemantauan Vegetasi
Pemantauan vegetasi dilakukan melalui kegiatan survey biodiversity. Dari hasil survey
biodiversity tahun 2016 disimpulkan bahwa:
1) Kelimpahan jenis vegetasi pada tingkat tumbuhan bawah, semai, tiang dan pohon
hampir sebagian besar mengalami penurunan.
2) Keanekaragaman jenis flora sebagian besar mengalami peningkatan terutama di
tipe kawasan perlindungan.
3) Dominasi jenis flora menurun jika dibandingkan dengan pemantauan
sebelumnya.
c. Keberadaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT)/High Conservation Value Forest
(HCVF)
KPH Kendal telah melakukan kegiatan identifikasi KBKT pada tahun 2009 dan pada tahun
2010 telah dilakukan konsultasi publik terhadap hasil identifikasi KBKT. Kegiatan
konsultasi publik identifikasi dan pengelolaan KBKT KPH Kendal dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 29 November 2010 di Gedung Serba Guna KPH Kendal yang dihadiri oleh
100 orang undangan. Penilaian tenaga ahli KBKT dari Universitas Gajah Mada adalah Ir.
Dwi Tyaningsih Adriyanti, MP.

Public Summary Tahun 2016

4

Adapun keberadaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi KPH Kendal sebagai berikut:
No.
1

Nilai
HCV1

2

HCV2

3

HCV3

Definisi
Hutan berisi konsentrasi nilai
keanekaragaman hayati
Lanskap hutan yang luas (populasi
spesies alami)
Hutan berisi ekosistem langka,
terancam dan hampir punah.

Distribusi
Cagar Alam, HAS (Hutan Alam
Sekunder) dan Goa Kiskendo
Macan Tutul, Rusa dan Kepodang

KPPN (Kawasan Perlindungan
Plasma Nuftan), Goa Kukulan dan
Curug Sewu
4 HCV4
Hutan memberikan jasa alami (1) Mata Air Cokro Tulung, (2) Kali
dasar dalam kondisi kritis (air dan Alang, (3) Kutung Mung, (4) Tuk
lain-lain)
Cabe, (5) Tuk Kalibatang, (6) Tuk
Pancuran, (7) Ngasinan, (8)
Sikenyes, (9) Tuk Dandang, (10)
Tuk Tumpang, (11) Serendeng dan
(12) Mata air Petak 27A dan (13)
Petak 56A BKPH Boja
5 HCV5
Hutan memenuhi keperluan dasar Tumpangsari, Pemanfaatan Lahan
masyarakat lokal
Dibawah Tegakan (PLDT), Kayu
Bakar dan Hijauan Makanan
Ternak (HMT)
6 HCV6
Terdapat
identitas
budaya (1). Makam Kyai Gluput, (2).
tradisional (identifikasi bersama Mbah Demang, (3). Kyai Merto,
masyarakat)
(4). Kyai Gering, (5). Ki Tirto
Maruto, (6). Kyai Santri, (7). Goa
Kukulan, (8). Makam Ki Tunggul
Sumerto, (9). Petilasan Tulang
Bawang, (10). Goa Kiskendo, (11).
Sendang
Biyungsami,
(12).
Sikenyes, (13). Batu Mushola dan
(14). Curug Lising
Sumber Data: Dokumen HCVF KPH Kendal Tahun 2016
d. Kawasan Perlindungan Setempat (KPS)
Tujuan pemantauan kawasan ini adalah mengetahui gambaran kondisi KPS dan
menentukan status fungsi konservasi. Parameter yang dipantau adalah penutupan lahan
oleh pohon, penutupan lahan oleh tumbuhan bawah, tingkat erosi, manajemen tata
batas, dan manajemen lokasi garapan/tindakan konservasi tanah. Hasil monitoring tahun
2015 secara garis besar kondisi KPS adalah baik meski masih terdapat beberapa petak
yang perlu dikayakan (enrichment) dan perlunya pemasangan plang setiap KPS.

Public Summary Tahun 2016

5

Pengelolaan Situs Budaya
Pengelolaan situs antara lain dengan monitoring aktifitas masyarakat di lokasi situs,
membuat perjanjian kerjasama pengelolaan situs seperti halnya pada situs Petilasan Tulang
Bawang yang dikelola oleh LMDH sebagai tempat tirakatan, membersihkan lokasi bersama
dengan masyarakat, melestarikan vegetasi/lingkungan situs, serta pengkayaan tanaman
dengan jenis rimba lokal.
Rata-rata luas situs di dalam kawasan hutan KPH Kendal di bawah 4,0 Ha, berbentuk makam
dan petilasan.
Adapun data Situs Budaya di KPH Kendal dapat disajikan sebagai berikut:
1. Situs Budaya: Petilasan Tulang Bawang terletak di petak 15F RPH Darupono BKPH
Boja seluas 0,4 Ha digunakan sebagai tempat tirakatan dan nyadran masyarakat
setempat maupun luar kabupaten di bulan suro.
2. Situs Sosial Budaya: Makam Nyi Gluput terletak di petak 88F RPH Karangjati BKPH
Plelen seluas 0,1 Ha, sebagai tempat ritual.
3. Situs Sosial Budaya: Makam Mbah Demang terletak di petak 105E RPH Plelen BKPH
Plelen seluas 0,4 Ha sebagai tempat ritual.
4. Situs Sosial Budaya: Petilasan Kyai Merto terletak di petak 46F RPH Jatisari Selatan
BKPH Subah seluas 0,1 Ha sebagai tempat ritual.
5. Situs Sosial Budaya: Makam Kyai Gering terletak di petak 87 RPH Karangjati BKPH
Plelen seluas 0,1 Ha sebagai tempat ritual.
6. Situs Sosial Budaya: Makam Ki Tirto Maruto terletak di petak 102K RPH Plelen BKPH
Plelen seluas 0,3 Ha sebagai tempat ritual.
7. Situs Sosial Budaya: Makam Kyai Guru/Ki Tunggul Sumekto terletak di petak 38H RPH
Mangkang BKPH Mangkang seluas 0,1 Ha sebagai tempat ritual.
8. Situs Sosial Budaya: Makam Nyai Santri terletak di petak 49A RPH Sojomerto Selatan
BKPH Sojomerto seluas 0,1 Ha sebagai tempat ritual.
9. Situs Budaya: Batu Mushola terletak di petak 71U-2 RPH Ngareanak BKPH Boja seluas
0,1 Ha, yang diyakini apabila sholat sendiri di Batu Mushola tersebut banyak faedah
dan menambah ke khusukan hati.
10. Situs budaya: Goa Kukulan terletak di petak 39F RPH Sojomerto Timur BKPH
Sojomerto, luas 12,0 Ha, sebagai tempat ritual dan merupakan NKT 3 (HAS Curam) .
11. Situs Budaya: Goa Kiskendo d terletak i petak 67J RPH Trayu BKPH Boja, luas 6,5 Ha,
sebagai tempat ritual dan obyek wisata alam.
12. Situs Budaya: Sendang Biyung Sami terletak di petak 71G RPH Ngareanak BKPH Boja
luas 0,2 Ha, sebagai tempat ritual.
13. Situs Budaya: Sendang Sikenyes terletak di petak 71U-3 RPH Ngareanak BKPH Boja
luas 0,1 Ha, sebagai tempat ritual.
14. Situs Budaya: Curung Liseng terletak di petak 71E-2 RPH Ngareanak BKPH Boja luas
0,2 Ha, sebagai tempat ritual.

Public Summary Tahun 2016

6