2017 Kelola Lingkungan 2016
Kelola Lingkungan
1. Aspek Fisik
Setiap kegiatan pengelolaan hutan yang dilakukan tentunya akan menimbulkan pengaruh bagi lingkungan. Aspek Fisik merupakan salah satu aspek penting dalam pengelolaan hutan. Aspek Fisik meliputi hal-hal yang terkait dengan tata air dan tanah. Hal-hal yang menjadi sumber pemantauan di wilayah KPH Ciamis meliputi curah hujan debit air, sedimentasi, padatan tersuspensi dan erosi pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan.
a. Curah Hujan
KPH Ciamis memiliki stasiun pemantauan curah hujan sebanyak 4 (empat) titik. Lokasinya dipilih berdasarkan pengamatan curah hujan secara sederhana. Dari pengamatan yang dilakukan oleh masing-masing BKPH kemudian ditentukan titik-titik pemasangan stasiun pengamatan lingkungan curah hujan berupa alat ombrometer yang sekiranya mempunyai curah hujan yang hampir sama. Adapun lokasinya adalah di RPH Kawali BKPH Ciamis, Kantor KPH Ciamis, RPH Banjarsari BKPH Banjar Selatan, dan Kantor BKPH Pangandaran. Tujuan dilakukannya pengukuran curah hujan adalah untuk mendapatkan data curah hujan harian, bulanan dan tahunan di wilayah kerja KPH Ciamis. Adapun data curah hujan dapat dilihat pada tabel berikut :
(2)
Tabel. Data Curah Hujan KPH Ciamis Tahun 2016
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan Th. 2016
b. Debit
Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Pengukuran debit dilakukan untuk mengetahui perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan/atau adanya perubahan iklim lokal (fluktuasi musiman atau tahunan).
Di wilayah hutan KPH Ciamis terdapat lebih dari 100 sungai dan anak sungai yang mengalir dalam kawasan hutan. Hal ini mempengaruhi kondisi kawasan. Dengan dilakukan pengelolaan hutan oleh KPH Ciamis, maka kondisi sungai dan mata air juga akan terkena dampaknya. Fluktuasi debit air sungai dan debit mata air dipengaruhi oleh kegiatan yang ada di sekitarnya. Baik yang terjadi di kawasan
CH (mm) I (mm/jam)
1 2 27 28
JML (mm) 1.305,24 500,25 MAX (mm) 172,65 100,91 MIN (mm) 53,69 12,74
HH
JML (mm) 2.600,86 1.506,76 MAX (mm) 344,83 534,08 MIN (mm) 41,82 9,07
HH
JML (mm) 607,53 312,91 MAX (mm) 111,42 88,07 MIN (mm) 173,97 7,89
HH
JML (mm) 1.401,31 558,42 MAX (mm) 203,55 125,55 MIN (mm) 66,18 14,52
HH
Jumlah Total Dalam Satu Tahun
96 Sangat Tinggi
93 Sangat Tinggi
88 Sangat Tinggi
94 Sangat Tinggi Nilai Evaluasi CH BKPH Pnd
Nilai Evaluasi CH BKPH Bjs Nilai Evaluasi CH Kantor KPH Cms
Nilai Evaluasi CH BKPH Ciamis
BKPH Pangandaran BKPH Banjar
Selatan Kantor KPH BKPH Ciamis Lokasi
(3)
hutan maupun yang ada di luar kawasan hutan (pemukiman, sawah, kebun, dan lain-lain) yang ada di sepanjang aliran sungai dan mata air. Hasil pemantauan selama tahun 2016 menunjukkan bahwa nilai koefisien regim sungai (KRS) masih baik. Koefisien Regim Sungai merupakan perbandingan debit air tertinggi dengan debit air terendah dalam satu periode (biasanya pada saat musim hujan tertinggi dan musim kemarau). Berikut adalah koefisien regim sungai dan mata air di KPH Ciamis pada tahun 2016.
Tabel. Koefisien Regim Sungai
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan Tahun 2016
Tabel. Koefisien Regim Mata Air
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan T ahun 2016
Lokasi
BKPH
Indek Erosi (
IE )
Skor
SPL 01
Banjar Utara
Nihil
Baik
SPL 02 Banjar Selatan
Nihil
Baik
SPL 03
Pangandaran
Nihil
Baik
SPL 04
Pangandaran
Nihil
Baik
SPL 05
Cijulang
Nihil
Baik
SPL 06
Ciamis
Nihil
Baik
SPL 07
Banjar Selatan
Nihil
Baik
SPL 08
Banjar Selatan
Nihil
Baik
SPL 09
Cijulang
Nihil
Baik
SPL 10
Cijulang
Nihil
Baik
SPL 11
Banjar Utara
0,028
Baik
SPL 12
Banjar Selatan
Nihil
Baik
SPL 13
Pangandaran
Nihil
Baik
SPL 14
Pangandaran
0,016
Baik
SPL 15
Cijulang
0,020
Baik
SPL 16
Banjar Utara
0,469
Baik
SPL 17
Banjar Selatan
0,119
Baik
SPL 18
Pangandaran
0,242
Baik
SPL 19
Cijulang
0,210
Baik
NO No. SPL Mata Air Petak RPH BKPH
1 2 3 4 5 6
1 1 Panyaweuyan 4 Madati Ciamis
2 2 Ranca Herang 22 Rancah Banjar Utara
3 3 Legok Gendot 59 Banjar Banjar Selatan
4 4 Citumang 13.b Cisaladah Pangandaran
(4)
Berdasarkan standar yang ditetapkan menurut SK Peraturan Direktur Jenderal RLPS No : P.04/V.SET/2009, KRS yang baik mempunyai skor kurang dari 50 (<50), 50-120 kategori sedang, >120 kategori jelek. Dari perbandingan di atas menunjukkan bahwa selama Tahun 2016, kondisi debit air sungai dan debit mata air masih baik (di bawah baku mutu). Hal ini berarti pengelolaan hutan yang dilakukan oleh Perum Perhutani KPH Ciamis pengaruh negatifnya relatif kecil. Hal ini dikarenakan pengelolaan hutan yang dilakukan direncanakan dengan sebaik-baiknya, baik dari pemanenan sampai dengan kegiatan pemeliharaan hutannya. SPL Sungai dan mata air yang terdapat di KPH Ciamis pada tahun 2016 memiliki skor yang baik, dikarenakan sungai dan mata air di KPH Ciamis meskipun musim kemarau masih tetap mengalir airnya (mengalir sepanjang tahun).
a. Padatan Tersuspensi (Total Suspension Solid/TSS)
Padatan tersuspensi merupakan partikel-partikel tanah yang larut dalam air. Pengukuran padatan tersuspensi untuk mengetahui tingkat kekeruhan dan erosi tanah yang timbul akibat pengelolaan hutan. Hasil pemantauan padatan tersuspensi pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Hasil Pemantauan Padatan Tersuspensi (Total Suspension Solid/TSS)
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan Tahun 2016
Berdasarkan PP no 82 tahun 2001, standar padatan tersuspensi (TSS) yang masih baik adalah < 50 mg/liter, sedang adalah 50-400 mg/liter, dan jelek >400 mg/liter. Hasil analisa selama tahun 2016 menunjukkan bahwa semua sungai masuk ke dalam kriteria skor sedang sebesar 66,7 sampai dengan 100 mg/lt. Tingginya nilai padatan tersuspensi tersebut dikarenakan curah hujan pada tahun 2016 tinggi dan terjadi terus menerus selain itu pada daerah tangkapan air terdapat lokasi garapan, perambahan oleh SPP sehingga akibat kejadian
mg/ltr Skor
1 2 3 4 5
1 Ciamis Cireong 66,7 Sedang 2 Banjar Utara Cijambe 100,00 Sedang 3 Banjar Selatan Citalahab 66,7 Sedang 4 Banjar Selatan Cikawasen 66,7 Sedang 5 Pangandaran Ciputrapinggan 100,0 Sedang 6 Pangandaran Citonjong 100,0 Sedang 7 Cijulang Cijulang 66,7 Sedang 8 Cijulang Cigugur 100,0 Sedang 9 Ciamis Cibuluh 83,3 Sedang 10 Ciamis Sungai Ciawitali 66,7 Sedang 11 Banjar Utara Sungai Cicapar 100,0 Sedang 12 Banjar Selatan Sungai Citalahab 66,7 Sedang TSS maksimum (mg/ltr) BKPH
(5)
tersebut, tanah lebih mudah terbawa oleh aliran sungai. Hal ini mengakibatkan nilai padatan tersuspensinya tergolong Sedang. Dan juga lahan pada daerah aliran sungainya relatif terbuka dengan kegiatan pengolahan tanah yang intensif. Sedangkan untuk SPL Mata Air semuanya sudah baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel.
Tabel. Padatan Tersuspensi (TSS) Mata Air
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan Tahun 2016
b. Sedimentasi
Sedimen merupakan hasil proses erosi yang umumnya mengendap di bagian bawah bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai dan waduk. Sedangkan sedimentasi merupakan proses pengendapan yang terjadi setelah terjadinya erosi. Hasil pengamatan sedimentasi yang terjadi di KPH Ciamis pada tahun 2016 tersaji dalam grafik berikut ini.
Grafik. Laju Sedimentasi SPL Sungai
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal RLPS No : P.04/V.SET/2009, standar laju sedimentasi yang tergolong kriteria baik adalah < 2 mm/tahun,
berkisar 2-5 mm/tahun masuk kriteria sedang dan > 5 mm/tahun termasuk kriteria buruk.
mg/ltr Skor
1 Ciamis Panyaweuyan 0 Baik
2 Banjar Utara Ranca Herang 0 Baik
3 Banjar Selatan Legok Gendot 0 Baik
4 Banjar Selatan Citumang 0 Baik
5 Pangandaran Cibetok 0 Baik
(6)
Gambar. Pemantauan Sungai Cibuluh BKPH Ciamis
Hasil pemantauan pada tahun 2016 menunjukkan lokasi dengan tingkat sedimentasi tertinggi terjadi di lokasi sungai Ciputrapingga SPL 5 BKPH Pangandaran sebesar 2,376 mm/th dengan skor sedang. Sedangkan untuk sedimentasi terendah terjadi pada Sungai Cijambe SPL 2 sebesar 0,064 mm/thn. Berdasarkan data yang diperoleh terdapat beberapa lokasi tanaman muda dan kegiatan pengolahan tanah intensif yang mendorong terjadinya erosi, sehingga terbawa masuk ke sungai. Selain itu kondisi daerah aliran sungai tersebut sebagian besar wilayahnya melalui area pemukiman dan kebun masyarakat yang digarap secara intensif. Secara umum, untuk rata-rata laju sedimentasi selama tahun 2016 tersaji dalam tabel berikut :
(7)
Tabel. Laju Sedimentasi SPL Sungai
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan Tahun 2016
Tabel. laju Sedimentasi SPL Mata Air
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan Tahun 2016
Hasil analisa SPL Mata Air menunjukkan bahwa dari 5 lokasi SPL Mata Air, semuanya mempunyai skor baik.
Hal ini bisa menjadi indikator bahwa pengelolaan hutan yang dilakukan Perum Perhutani KPH Ciamis dapat memberikan pengaruh terhadap kondisi lingkungan yang ada. Pengelolaan yang sudah dilakukan oleh Perhutani KPH Ciamis seperti penanaman dan pemeliharaan sedikit banyak dapat mempengaruhi kualitas air.
2. Aspek Erosi Lahan
Aktifitas pengelolaan hutan yang dilakukan KPH Ciamis baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kondisi lingkungan. Perubahan tata guna lahan dan praktek pengelolaan DAS akan mempengaruhi terjadinya erosi, sedimentasi, dan pada gilirannya akan mempengaruhi kualitas air. Faktor penyebab erosi adalah iklim (terutama intensitas hujan), topografi, karakteristik tanah, vegetasi penutup tanah dan tataguna lahan.
No Lokasi sungai BKPH
Sedimentasi maksimum
(mm/hari)
Sedimentasi maksimum
(mm/th)
Skor
1 2 3 4 5 6
1 Cireong Ciamis 0,0016 0,211 Baik
2 Cijambe Banjar Utara 0,0006 0,064 Baik
3 Citalahab Banjar Selatan 0,0011 0,117 Baik
4 Cikawasen Banjar Selatan 0,0015 0,157 Baik
5 Ciputrapinggan Pangandaran 0,0226 2,736 Sedang
6 Citonjong Pangandaran 0,0052 0,599 Baik
7 Cijulang Cijulang 0,0055 0,628 Baik
8 Cigugur Cijulang 0,0150 1,729 Baik
9 Cibuluh Ciamis 0,0017 0,182 Baik
10 Sungai Ciawitali Ciamis 0,0013 0,168 Baik
11 Sungai Cicapar Banjar Utara 0,0055 0,633 Baik
12 Sungai Citalahab Banjar Selatan 0,0018 0,184 Baik
No Lokasi sungai BKPH
Sedimentasi maksimum
(mm/hari)
Sedimentasi maksimum
(mm/th)
Skor
1 Panyaweyan Ciamis 0 0 Baik
2 Ranca Herang Banjar Utara 0 0 Baik
3 Legok Gendot Banjar Selatan 0 0 Baik
4 Citumang Pangandaran 0 0 Baik
(8)
a. Iklim
Kondisi iklim suatu kawasan dipengaruhi oleh aktifitas yang terjadi dalam kawasan tersebut. Kegiatan pengelolaan hutan merupakan salah satu aktifitas yang mempengaruhi iklim mikro dimulai dari kegiatan penebangan, persemaian, penanaman dan pemeliharaan vegetasi.
Pada hujan yang intensitasnya tinggi erosi yang terjadi biasanya akan lebih besar daripada hujan dengan intensitas lebih kecil. Hal tersebut disebabkan energi kinetik yang ditimbulkan membuat partikel tanah tergerus lebih cepat sehingga menimbulkan erosi yang besar. Terutama pada lahan terbuka, bekas tebangan atau pada saat persiapan tanaman. Data hari hujan tahunan yang terjadi di wilayah hutan KPH Ciamis yaitu antara 103 sampai 121.
b. Sifat Tanah
Sifat tanah menentukan erodibilitas dimana yang berpengaruh adalah tekstur, struktur, bahan organik dan permeabilitas tanah.
Tekstur ; tanah dengan unsur utama pasir dan lumpur lembut serta sedikit unsur organik memberikan kemungkinan lebih besar untuk terjadinya erosi. Tekstur tanah pada lokasi SPL umumnya berbatu, pasir dan lumpur.
Struktur Tanah ; adalah susunan partikel tanah yang membentuk agregat. Struktur tanah pada masing-masing SPL umumnya bebatuan, pasir dan lumpur.
Bahan organik; merupakan bahan mineral organik yang terdapat dalam tanah yang mempengaruhi tingkat kesuburan tanah. Bahan organik pada lokasi pemantauan bervariasi dari bahan organik yang kurang sampai dengan melimpah.
Permeabilitas tanah ; kemampuan tanah dalam meloloskan air.
Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menurunkan laju erosi.
Permeabilitas tanah pada lokasi pemantauan umumnya bervariasi
(9)
c.Topografi
Kemiringan dan panjang lereng merupakan faktor penting terjadinya erosi karena faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan dan volume air permukaan (
surface run off
). Kemiringan lereng yang tidak terputus dan panjang serta terkonsentrasi pada saluran sempit berpotensi besar untuk terjadi erosi. Kedudukan lereng juga menentukan besar-kecilnya erosi. Lereng bagian bawah lebih mudah tererosi daripada lereng bagian atas karena momentum air permukaan lebih besar dan kecepatannya lebih terkonsentrasi ketika mencapai lereng bagian bawah.d. Vegetasi Penutup Tanah
Vegetasi yang menutupi permukaan tanah berfungsi untuk :
Melindungi permukaan tanah dari tumbukan air hujan (menurunkan kecepatan dan memperkecil diameter air hujan).
Menurunkan kecepatan dan volume air larian.
Menahan partikel tanah pada tempatnya melalui sistem perakaran dan seresah yang dihasilkan.
Mempertahankan kemantapan kapasitas tanah dalam penyerapan air.
Gambar. Pemantauan SPL Erosi BKPH
Cijulang
(10)
Tumbuhan bawah mempunyai peranan besar dalam menurunkan besarnya laju erosi karena merupakan stratum vegetasi terakhir yang akan menentukan besar-kecilnya erosi percikan.
Pemantauan erosi yang dilakukan di KPH Ciamis dilakukan untuk mengetahui laju erosi yang terjadi. Dari pemantauan tersebut bisa menjadi rekomendasi untuk bentuk pengelolaan berikutnya.
Lokasi Stasiun Pemantauan Lingkungan erosi di KPH Ciamis tersebar di 17 lokasi yang mewakili kondisi kawasan hutan berupa stasiun pengamatan lingkungan permanen. Hal ini dimaksudkan untuk pemantauan pada lokasi tersebut yang nantinya bisa menjadi gambaran erosi yang terjadi dari yang semula lahan terbuka, bertegakan muda, tegakan tua sampai dengan lahan terbuka kembali.
Pada pemantauan erosi tahun 2016 diketahui erosi aktual yang terjadi masih dalam kondisi baik. Peraturan Direktur Jenderal RLPS No : P.04/V.SET/2009, Nilai indeks erosi (IE) yang masuk kategori baik adalah ≤ 1, dan kriteria Jelek >1. Lokasi SPL berada dalam petak pengelolaan KPH Ciamis. Dari 17 SPL yang ada di wilayah KPH Ciamis semuanya masuk kriteria baik.
Gambar. Pengambilan sampel
erosi
(11)
Tabel. Laju Erosi Beberapa SPL KPH Ciamis Tahun 2016
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan Tahun 2016
Pada tahun 2016 Perum Perhutani KPH Ciamis telah membuat SPL Erosi sebanyak 2 Buah yaitu SPL 18 di BKPH Pangandaran dan SPL 19 di BKPH Cijulang sehingga menjadi 19 (Sembilan belas) SPL Erosi.
Dari 19 (Sembilan belas) SPL Erosi yang ada di KPH Ciamis hanya 7 (tujuh) SPL yang terpantau pada tahun 2016, karena 12 SPL lainya penutupan lahan dan tumbuhan bawah sudah rapat. Hasil di atas menunjukkan bahwa kondisi SPL erosi yang terjadi masih menunjukkan performa yang baik. Dari sisi pengelolaan hutan menunjukkan masih memberikan pengaruh yang maksimal untuk mengurangi tingkat laju erosi. Indek Erosi masih menunjukan nilai baik. Adapun gambaran indek erosi secara umum untuk seluruh kawasan hutan KPH Ciamis disajikan dalam grafik berikut ini.
Lokasi
BKPH
Indek Erosi (
IE )
Skor
SPL 01
Banjar Utara
Nihil
Baik
SPL 02 Banjar Selatan
Nihil
Baik
SPL 03
Pangandaran
Nihil
Baik
SPL 04
Pangandaran
Nihil
Baik
SPL 05
Cijulang
Nihil
Baik
SPL 06
Ciamis
Nihil
Baik
SPL 07
Banjar Selatan
Nihil
Baik
SPL 08
Banjar Selatan
Nihil
Baik
SPL 09
Cijulang
Nihil
Baik
SPL 10
Cijulang
Nihil
Baik
SPL 11
Banjar Utara
0,028
Baik
SPL 12
Banjar Selatan
Nihil
Baik
SPL 13
Pangandaran
Nihil
Baik
SPL 14
Pangandaran
0,016
Baik
SPL 15
Cijulang
0,020
Baik
SPL 16
Banjar Utara
0,469
Baik
SPL 17
Banjar Selatan
0,119
Baik
SPL 18
Pangandaran
0,242
Baik
SPL 19
Cijulang
0,210
Baik
(12)
Grafik. Indek erosi KPH Ciamis Tahun 2016
Secara umum erosi yang terjadi di seluruh kawasan hutan KPH Ciamis bersifat fluktuatif. Kejadian erosi yang terpantau terjadi hanya pada musim penghujan. Pada grafik yang berlangsung pada tahun 2016. Laju erosi tertinggi pada SPL 16 BKPH Banjar Utara dan SPL 18 BKPH Pangandaran. Hal ini karena dipengaruhi oleh intensitas hujan yang tinggi, dan merupakan lokasi bekas tebangan serta ada penggarapan lahan secara intensif oleh masyarakat (tanaman tumpangsari). Aktivitas pengolahan tanah yang intensif mengakibatkan tanah menjadi gembur dan pada saat hujan massa tanah ini akan mudah terbawa oleh aliran permukaan menuju tempat yang lebih rendah lagi, sehingga mengakibatkan kehilangan banyak lapisan atas tanahnya. Ditambah lagi dengan kondisi lapangan yang agak curam semakin mempercepat laju pengangkutannya. Berbeda dengan tanah-tanah yang tidak dilakukan pengolahan secara intensif, pada lokasi seperti ini maka agregat tanahnya kuat sehingga tidak mudah lepas oleh adanya tumbukan air hujan dan aliran permukaan.
3. Aspek Kimia
Pemantauan penggunaan bahan kimia dilakukan pada seluruh areal hutan, baik bahan kimia yang digunakan pesanggem maupun yang digunakan Perum Perhutani. Jenis bahan kimia yang ada meliputi pupuk, pestisida seperti herbisida, fungisida maupun insektisida, dan bahan kimia lainnya (perangsang keluarnya getah pada lokasi sadapan dan perangsang pertumbuhan pada kebun pangkas).
Pengelolaan hutan yang dilakukan KPH Ciamis tidak lepas dari penggunaan bahan kimia. Bahan kimia digunakan sebagai stimulan, baik itu yang berupa pupuk, pestisida, fungisida dan perangsang keluarnya getah pada sadapan pinus.
0,050 0,100 0,150 0,200 0,250 0,300 0,350 0,400 0,450 0,500
Indek Erosi Tahun 2016 KPH Ciamis
Indek Erosi ( IE )
(13)
Selain Socepas, pada tahun 2016 juga terdapat stimulansia jenis etrat yang digunakan di kawasan hutan KPH Ciamis BKPH Ciamis sebagai pengganti Socepas untuk merangsang keluarnya getah pinus.
Sebagai rujukan digunakan PP RI No. 74 tahun 2001 mengenai B3 yang boleh, terbatas dan dilarang digunakan. Pemantauan penggunaan Bahan Kimia rutin dilaksanakan setiap bulan. Adapun volume penggunaan bahan kimia selama tahun 2016 sebagai berikut.
Tabel.
Penggunaan bahan kimia di KPH Ciamis
Sebagai rujukan digunakan PP RI No. 74 tahun 2001 mengenai B3 yang boleh, terbatas dan dilarang digunakan. Pemantauan penggunaan Bahan Kimia. Adapun volume penggunaan bahan kimia dan luas penggunaan bahan kimia selama tahun 2016 seperti pada tabel berikut.
Tabel. Volume Penggunaan Bahan Kimia di KPH Ciamis
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 CAS Socepas jenis 235 AS 565,34 579,29 579,29 578,84 578,84 578,84 4.039,25 cc 2 Etrat Ethylene 132,99 90,42 90,42 90,42 90,42 90,42 675,51 cc
3 Urea Tablet Urea tablet - kg
Satuan No Merk Dagang Jenis Bahan Kimia/B3
Boleh Digunakan
Jumlah Penggunaan Bahan Kmia/B3
Total
Agust Sept Okt Nop Des
1 CAS Socepas jenis 235 AS 578,84 578,84 578,84 578,84 578,84 6.933,42 cc
2 Etrat Ethylene 90,42 73,37 90,42 90,42 90,42 1.110,56 cc
3 Urea Tablet Urea tablet - kg
Satuan No Merk Dagang Jenis Bahan Kimia/B3
Boleh Digunakan
Jumlah Penggunaan Bahan Kmia/B3
Total
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 CAS Socepas jenis 235 AS 628,15 643,65 643,65 643,15 643,15 643,15
2 Etrat Ethylene 120,90 82,20 82,20 82,20 82,20 82,20
3 Urea Tablet
No Merk Dagang Jenis Bahan Kimia/B3 Boleh Digunakan
(14)
Lanjutan tabel.
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan KPH Camis Tahun 2016
Tabel. Luas penggunaan bahan kimia di KPH Ciamis
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan KPH Camis Tahun 2016
P
Pada pemantauan tahun 2016 penggunaan Bahan Kimia yang dilarang sudah tidak ada. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kegiatan pemupukan dilakukan setahun sekali,
Jul Agust Sept Okt Nop Des
1 CAS Socepas jenis 235 AS 643,15 643,15 643,15 643,15 643,15 643,15 7.703,80 cc 2 Etrat Ethylene 82,20 82,20 66,70 82,20 82,20 82,20 1.009,60 cc
3 Urea Tablet - kg
Total Satuan No Merk Dagang Jenis Bahan Kimia/B3
Boleh Digunakan
Jumlah Penggunaan Bahan Kmia/B3
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 CAS Socepas jenis 235 AS 1.557,91 1.557,91 1.557,91 1.557,91 1.557,91 1.557,91
2 Etrat Ethylene 70,54 70,54 70,54 70,54 70,54 70,54 3 Urea Tablet
No Merk Dagang Jenis Bahan Kimia/B3 Boleh Digunakan
Luas Penggunaan Bahan Kmia/B3 (ha)
Luas Total
Agust Sep Okt Nop Des
1 CAS Socepas jenis 235 AS 1.628,45 1.628,45 1.628,45 1.628,45 1.628,45 19.118,16 2 Etrat Ethylene 0,59 0,59 0,59 0,59 0,59 426,79
19.544,95 No Merk Dagang Jenis Bahan Kimia/B3
Boleh Digunakan
Luas Penggunaan Bahan Kmia/B3 (ha)
(15)
sehingga penggunaan pupuk kimia yang dilarang tidak dilakukan. Sebagai alternatif digunakan pupuk organik yang sudah banyak dijumpai. Penggunaan yang paling dominan pemakaiannya yaitu jenis Socepas 235 AS. Di pergunakan oleh Perum Perhutani BKPH Ciamis sebagai zat perangsang untuk meningkatkan produktifitas sadapan getah Pinus di BKPH Ciamis. Selain Bahan Kimia jenis Socepas 235 AS, Perum Perhutani KPH Ciamis juga menggunakan Etrat (Stimulan Organik) yang digunakan di kawasan hutan KPH Ciamis BKPH Ciamis sebagai pengganti Socepas untuk merangsang keluarnya getah pinuspada tahun 2016.
Gambar. Stimulansia Etrat dan Stimulansia Socepas Jenis 235 AS
4. Aspek Biologi
Kegiatan survey
biodiversity
merupakan langkah awal untuk menentukan prioritas konservasi terhadap keanekaragaman hayati suatu kawasan. Hasil pemantauan akan bermanfaat untuk menentukan keberadaanspecies interest
(Species yang memiliki peranan ekosistem tertinggi), sehingga akan mempermudah kegiatan pengelolaan (perencanaan dan lapangan).(16)
Secara garis besar hasil survey Biodiversity KPH Ciamis tahun 2016 sebagai berikut :
a.
Flora
1) Kelimpahan jenis
Kelimpahan merupakan banyaknya individu untuk setiap jenis, sedangkan kelimpahan jenis merupakan banyaknya jenis/spesies dalam suatu kawasan. Dari hasil survey biodiversity diketahui bahwa kelimpahan jenis pada tiap tipe habitat sangat beragam. Kelimpahan jenis tumbuhan bawah paling tinggi ditemukan pada tipe habitat MT+LTJL+TK+TKTBJ dan tipe habitat Sempadan Mata Air yaitu 82 jenis. Kelimpahan jenis semai yang paling tinggi ditemukan pada tipe habitat KU >III Jati yaitu 91 jenis. Kelimpahan jenis pancang yang paling tinggi ditemukan pada tipe habitat KU >III Jati yaitu 102 jenis. Kelimpahan jenis tiang paling tinggi ditemukan pada tipe habitat HAKL Cijulang yaitu 57 jenis. Kelimpahan jenis pohon paling tinggi ditemukan pada tipe habitat HAKL Cijulang yaitu 71 jenis.
Kelimpahan jenis tumbuhan bawah paling rendah ditemukan pada tipe habitat Sempadan Pantai yaitu 10 jenis. Kelimpahan jenis semai yang paling rendah ditemukan pada tipe habitat KU I &II Pinus dan KU V Up Pinus yaitu 11 jenis. Kelimpahan jenis pancang yang paling rendah ditemukan pada tipe habitat KU V up Pinus yaitu 14 jenis. Kelimpahan jenis tiang paling rendah ditemukan pada tipe habitat Kawasan Penggunaa Lain yaitu 7 jenis. Kelimpahan jenis pohon paling rendah ditemukan pada tipe habitat KU V Up Pinus yaitu 3 jenis.
Pada Tabel 3 dibawah ini diketahui kelimpahan jenis vegetasi di kawasan hutan KPH Ciamis dalam beberapa tipe habitat.
Tabel. Kelimpahan Jenis Flora Di KPH Ciamis Tahun 2008-2016
Kelimpahan jenis (n)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1HAKL BJS 50 36 7 47 33 33 27 25 27 70 41 19 45 47 44 40 41 40 93 44 27 46 45 44 38 44 38
2HAKL Cijulang 37 34 25 31 50 50 44 50 44 92 41 94 45 76 46 69 49 69 106 90 101 54 95 95 90 93 90
3HAS BJU 23 23 14 45 32 31 33 31 33 46 65 47 75 47 76 38 45 38 55 40 45 92 53 52 45 50 45
4HAS MADATI 31 24 18 31 31 32 26 30 26 41 23 31 34 32 33 29 33 29 47 29 35 36 35 36 35 36 35
5HAS Pangandaran 30 42 45 37 30 30 32 30 32 59 46 52 47 39 37 38 37 38 71 54 53 38 38 36 37 36 37
6HAS Sawal 18 11 13 26 28 33 32 33 32 30 9 23 30 41 40 50 47 50 42 17 24 33 35 34 42 35 42
7Kawasan Penggunaan Lain 30 43 13 34 43 49 51 49 51 46 33 18 28 40 38 43 39 43 38 31 10 12 20 20 23 33 23
8KU > III Jati 67 63 23 66 52 50 27 25 27 87 47 11 68 84 76 91 86 91 103 71 12 60 81 78 102 88 102
9KU I&II JATI 71 68 24 24 60 64 72 64 72 63 57 50 16 77 12 82 64 82 60 52 52 25 65 62 79 67 79
10KU I&II PINUS 14 17 32 34 25 34 31 30 31 6 10 84 11 14 77 17 16 17 10 11 51 16 26 27 27 27 27
11KU III & IV PINUS 32 19 15 54 37 37 36 34 36 18 10 14 77 16 16 15 16 15 21 13 26 75 14 15 17 15 17
12KU V Up Pinus 24 29 14 29 32 32 65 62 65 24 14 6 11 13 17 11 17 11 26 13 11 13 11 13 14 13 14
13MT+LTJL+TK+TKTBJ 99 95 25 74 73 75 82 75 82 106 65 36 79 69 58 69 58 69 110 60 65 91 60 64 68 64 68
14SEMPADAN JURANG 33 7 16 11 33 35 49 35 49 56 5 65 43 36 70 36 55 36 52 11 53 43 36 37 42 39 42
15SEMPADAN SUNGAI 59 42 45 48 30 35 47 35 47 69 37 43 58 31 32 43 42 43 81 49 56 57 30 28 34 31 34
16SMA 33 42 44 49 38 75 43 44 43 51 62 72 22 59 33 64 53 64 54 56 55 28 64 61 75 71 75 17SP 42 23 20 38 11 11 10 9 10 37 25 45 36 22 22 22 27 22 47 30 36 39 28 27 27 27 27
18TJBK & TPR, TJM 47 28 16 65 49 55 45 44 45 35 19 25 55 47 56 48 44 48 44 22 29 55 47 57 61 59 61
19TKL+TJKL+TKLTBJ 98 107 35 84 57 64 60 59 60 95 81 86 79 62 70 80 79 80 96 78 77 83 62 72 77 74 77
20WANA WISATA 21 42 17 21 21 23 25 23 25 43 47 41 53 33 31 30 31 30 47 49 46 50 31 31 32 31 32
(17)
Lanjutan tabel
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan KPH Camis Tahun 2016
Secara umum hasil pemantauan keanekaragaman hayati di tahun 2016 kelimpahan jenis tipe vegetasi tumbuhan bawah relatif stabil, tipe vegetasi semai relatif meningkat, tipe vegetasi pancang relatif meningkat, tipe vegetasi tiang relatif menurun dan pada tipe vegetasi pohon stabil. Untuk perbandingan kelimpahan jenis tingkat tumbuhan bawah dari tahun 2008-2016 dapat dilihat pada grafik 1.
2) Keanekaragaman jenis
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman diantara mahluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya daratan, lautan dan ekosistem akuatik lainnya serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antar spesies dan ekosistem.
Keanekaragaman jenis tumbuhan menunjukkan beranekaragam atau banyaknya jenis pada kelompok flora baik dari tingkatan tumbuhan bawah, semai, pancang tiang dan pohon.
Dari hasil pemantauan tahun 2016, diketahui bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan bawah paling tinggi pada tipe habitat HAS Banjar Selatan dan MT+LTJL+TK+TKTBJ dan paling rendah pada tipe habitat Sempadan Pantai. Keanekaragaman jenis semai paling tinggi pada tipe habitat KU >I&II Pinus dan paling rendah pada tipe habitat KU I&II Jati. Keanekaragaman jenis pancang
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1HAKL BJS 72 29 23 32 36 34 33 33 33 52 27 20 27 33 31 29 31 29 2HAKL Cijulang 90 53 32 26 58 56 57 56 57 86 67 70 27 70 69 71 69 71 3HAS BJU 44 27 50 53 26 26 26 26 26 35 33 35 55 30 28 33 32 33 4HAS MADATI 52 24 27 27 30 29 29 29 29 55 23 33 35 37 35 35 35 35 5HAS Pangandaran 51 38 40 15 20 20 20 20 20 44 33 35 18 28 28 29 28 29 6HAS Sawal 28 12 19 23 27 26 25 26 25 25 30 24 25 29 27 28 27 28 7Kawasan Penggunaan Lain 8 11 10 1 7 7 8 7 8 10 10 10 1 9 7 7 7 7 8KU > III Jati 39 14 8 34 36 36 36 36 36 20 16 17 15 19 18 18 18 18 9KU I&II JATI 11 14 11 14 29 29 29 29 29 7 5 7 7 6 4 5 4 5 10KU I&II PINUS 7 6 14 11 14 14 13 14 13 5 5 9 11 9 7 7 7 7 11KU III & IV PINUS 47 7 14 33 10 10 9 10 9 22 6 3 19 12 10 9 10 9
12KU V Up Pinus 3 6 8 8 8 8 7 8 7 3 2 9 3 4 2 3 2 3
13MT+LTJL+TK+TKTBJ 45 25 35 35 28 28 27 28 27 21 12 13 24 15 14 15 14 15 14SEMPADAN JURANG 24 7 15 13 14 14 13 14 13 12 10 15 14 15 13 13 13 13 15SEMPADAN SUNGAI 32 27 28 24 25 25 26 25 26 19 22 23 27 15 13 13 13 13
16SMA 34 31 34 13 23 23 22 23 22 35 27 30 26 32 30 32 30 32
17SP 33 29 18 25 13 13 12 13 12 40 40 42 15 26 26 25 26 25
18TJBK & TPR, TJM 20 21 15 25 26 26 27 26 27 21 9 6 15 12 11 10 11 10 19TKL+TJKL+TKLTBJ 30 24 21 31 19 19 20 19 20 27 29 22 21 20 19 23 19 23 20WANA WISATA 35 21 25 25 20 19 19 20 19 32 24 33 23 21 20 20 20 20
(18)
paling tinggi pada tipe habitat TKL+TJKL+TKLTBJ dan paling rendah pada tipe habitat Sempadan Mata Air. Keanekaragaman jenis tiang paling tinggi pada tipe habitat HAKL Cijulang pada paling rendah pada tipe habitat KU I&II Jati. Keanekaragaman jenis pohon paling tinggi pada tipe habitat HAKL Cijulang dan paling rendah pada tipe habitat KU V Up Pinus. Hasil pemantauan di KPH Ciamis dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. Indeks keanekaragaman hayati flora tahun 2008-2016
Lanjutan tabel
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan T ahun 2016
Apabila dilihat dari struktur pertumbuhan yang normal pada hutan alam, indeks keanekaragaman jenis tingkat semai > tingkat pancang > tingkat tiang
Keanekaragaman jenis (H')
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1HAKL BJS 1,97 1,33 0,84 2,89 2,90 3,17 2,98 3,17 2,98 3,05 3,08 2,39 3,37 3,40 3,41 3,44 3,41 3,44 3,65 3,37 2,35 2,22 3,39 3,29 3,34 3,29 3,34
2HAKL Cijulang 2,76 1,07 0,67 2,09 2,98 3,03 2,73 3,03 2,73 3,41 2,92 2,79 2,90 3,35 3,13 3,05 3,13 3,05 3,37 3,23 3,19 3,16 3,16 3,12 3,14 3,12 3,14
3HAS BJU 1,55 0,74 1,17 2,86 2,10 2,08 2,11 2,08 2,11 3,06 2,99 3,28 2,96 3,15 3,18 3,13 3,18 3,13 2,86 3,26 3,57 3,28 2,84 3,11 3,34 3,11 3,34
4HAS MADATI 2,45 1,14 1,36 2,66 2,45 2,63 2,58 2,63 2,58 2,92 2,63 2,61 2,66 2,66 2,67 2,56 2,67 2,56 2,68 2,54 2,77 2,81 2,74 2,80 2,80 2,80 2,80
5HAS Pangandaran 2,91 1,77 1,35 3,12 3,01 3,16 3,13 3,16 3,13 3,48 3,57 2,84 2,78 3,18 3,11 3,17 3,11 3,17 3,44 3,48 2,86 3,34 3,20 3,11 3,15 3,11 3,15
6HAS Sawal 2,06 0,69 1,53 2,80 2,60 2,79 2,78 2,79 2,78 2,36 2,18 2,30 2,37 2,63 2,63 3,00 2,63 3,00 2,26 2,30 2,42 2,66 2,67 2,68 2,92 2,68 2,92
7Kawasan Penggunaan Lain 2,41 1,34 1,24 2,11 2,71 2,91 3,14 2,91 3,14 2,40 2,59 1,83 2,12 2,85 2,87 2,59 2,87 2,59 2,48 2,67 1,88 1,85 2,26 2,26 1,75 2,26 1,75
8KU > III Jati 2,65 0,95 1,13 2,82 1,99 2,20 2,99 2,20 2,99 3,45 2,65 2,82 2,89 3,80 3,66 3,83 3,66 3,83 3,24 3,21 2,62 2,61 3,06 3,05 3,48 3,05 3,48
9KU I&II JATI 2,84 1,57 1,43 2,50 2,98 2,97 3,18 2,97 3,18 2,52 3,12 1,94 2,12 3,66 1,79 3,63 1,79 3,63 2,50 2,61 2,74 2,71 2,86 2,84 3,23 2,84 3,23
10KU I&II PINUS 2,17 1,39 1,29 3,00 2,48 2,74 2,64 2,74 2,64 0,68 2,40 3,62 1,63 2,05 3,73 2,12 3,73 2,12 1,79 2,00 1,88 1,98 2,69 2,75 2,74 2,75 2,74
11KU III & IV PINUS 2,36 1,24 1,26 2,68 2,89 3,02 2,97 3,02 2,97 2,30 1,99 2,05 3,29 1,90 2,09 1,92 2,09 1,92 1,94 2,00 2,15 3,02 1,92 1,94 2,29 1,94 2,29
12KU V Up Pinus 1,87 1,57 1,68 2,82 2,73 2,81 2,80 2,81 2,80 0,26 2,33 1,58 1,88 1,95 1,91 2,11 1,91 2,11 0,60 2,26 2,14 0,24 1,91 2,23 2,24 2,23 2,24
13MT+LTJL+TK+TKTBJ 3,28 1,50 0,66 2,94 3,06 3,17 3,18 3,17 3,18 3,44 2,97 3,13 3,11 3,41 2,51 3,46 2,51 3,46 3,79 2,46 2,41 3,32 2,63 2,70 3,32 2,70 3,32
14SEMPADAN JURANG 1,81 0,87 1,20 1,01 2,75 2,85 3,24 2,85 3,24 2,52 1,48 2,43 2,92 2,87 3,38 2,81 3,38 2,81 3,03 1,91 2,58 2,47 2,42 2,49 2,95 2,49 2,95
15SEMPADAN SUNGAI 3,18 1,93 1,40 3,00 2,23 2,41 2,77 2,41 2,77 3,32 3,33 1,87 2,60 2,90 2,94 3,25 2,94 3,25 3,70 3,34 1,05 1,51 2,91 2,84 2,91 2,84 2,91
16SMA 2,48 1,07 0,68 3,03 2,61 2,84 2,27 2,84 2,27 2,74 2,61 2,15 2,55 2,52 2,77 2,65 2,77 2,65 2,19 1,11 2,72 1,89 1,59 1,57 1,80 1,57 1,80 17SP 2,59 1,71 1,67 2,63 1,01 1,01 1,03 1,01 1,03 2,74 2,65 3,29 2,47 2,55 2,55 2,57 2,55 2,57 3,02 2,97 2,40 2,71 1,89 1,78 1,87 1,78 1,87
18TJBK & TPR, TJM 2,91 0,93 0,70 2,42 2,27 2,48 3,33 2,48 3,33 2,26 2,12 2,64 3,33 2,60 2,79 3,46 2,79 3,46 2,44 2,35 2,58 3,54 3,25 3,41 3,44 3,41 3,44
19TKL+TJKL+TKLTBJ 3,04 1,60 1,20 3,13 2,49 2,65 2,77 2,65 2,77 2,61 3,52 3,49 3,44 3,23 3,32 3,43 3,32 3,43 3,18 3,29 3,47 3,55 3,47 3,51 3,58 3,51 3,58
20WANA WISATA 1,18 1,30 1,27 2,05 1,98 2,01 2,21 2,01 2,21 2,83 3,44 3,16 2,78 2,96 2,87 2,76 2,87 2,76 2,65 3,24 3,24 3,02 2,81 2,81 3,00 2,81 3,00
Pancang No Tipe kawasan Tumbuhan Bawah Semai
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1HAKL BJS 3,62 3,12 2,80 3,03 3,11 3,03 2,60 3,03 2,60 3,61 2,88 2,61 3,04 3,16 3,16 3,11 3,16 3,11 2HAKL Cijulang 3,79 3,30 3,01 3,02 3,13 3,12 2,66 3,12 2,66 3,49 3,13 3,23 2,35 3,26 3,26 3,23 3,26 3,23 3HAS BJU 3,19 2,97 3,09 3,02 2,57 2,57 2,39 2,57 2,39 2,59 2,59 3,01 3,18 2,39 2,39 2,57 2,39 2,57 4HAS MADATI 3,23 2,56 2,67 2,67 2,52 2,68 2,32 2,68 2,32 3,24 2,37 2,64 2,66 2,73 2,70 2,65 2,70 2,65 5HAS Pangandaran 3,23 3,08 2,18 2,38 2,68 2,68 2,58 2,68 2,58 2,86 2,40 2,42 2,24 2,30 2,30 2,33 2,30 2,33 6HAS Sawal 2,48 1,73 2,09 1,99 2,10 2,10 2,50 2,10 2,50 2,09 2,11 2,30 1,86 1,86 1,86 2,02 1,86 2,02 7Kawasan Penggunaan Lain 0,74 2,11 1,16 0,00 1,13 1,13 1,25 1,13 1,25 0,55 1,26 1,16 0,00 0,23 0,23 0,23 0,23 0,23 8KU > III Jati 2,21 1,33 1,55 1,38 1,83 1,83 1,17 1,83 1,17 0,51 0,79 0,75 1,06 1,15 1,15 1,28 1,15 1,28 9KU I&II JATI 0,69 0,76 0,47 1,98 0,90 0,90 0,45 0,90 0,45 0,67 0,22 0,04 0,39 0,34 0,34 0,32 0,34 0,32 10KU I&II PINUS 0,39 0,38 1,33 1,35 1,90 1,90 1,85 1,90 1,85 0,55 0,66 0,30 0,55 0,39 0,39 0,53 0,39 0,53 11KU III & IV PINUS 2,24 0,73 0,98 2,72 1,09 1,09 1,99 1,09 1,99 1,07 0,70 1,04 0,91 0,50 0,50 0,53 0,50 0,53 12KU V Up Pinus 1,08 1,61 1,97 1,97 1,97 1,97 1,31 1,97 1,31 1,08 0,02 1,00 0,04 0,02 0,02 0,05 0,02 0,05 13MT+LTJL+TK+TKTBJ 2,30 1,86 1,49 2,09 2,16 2,16 0,99 2,16 0,99 1,36 1,39 1,27 1,75 1,27 1,27 1,85 1,27 1,85 14SEMPADAN JURANG 2,52 1,80 1,56 1,41 1,52 1,52 1,07 1,52 1,07 0,54 0,65 0,66 1,19 1,01 1,01 0,98 1,01 0,98 15SEMPADAN SUNGAI 1,50 2,41 3,13 2,90 2,95 2,95 2,51 2,95 2,51 1,12 1,47 2,06 1,86 1,07 1,07 1,15 1,07 1,15
16SMA 2,82 3,00 1,42 2,28 2,70 2,70 2,29 2,70 2,29 2,01 1,80 1,75 2,03 1,71 1,71 1,82 1,71 1,82
17SP 2,12 1,48 2,22 2,00 2,28 2,28 2,09 2,28 2,09 2,50 2,88 2,65 1,21 2,02 2,02 2,01 2,02 2,01
18TJBK & TPR, TJM 2,16 2,61 2,04 2,76 2,80 2,98 2,40 2,98 2,40 1,81 1,36 1,11 1,59 1,43 1,43 1,24 1,43 1,24 19TKL+TJKL+TKLTBJ 1,63 1,21 1,07 2,19 2,04 2,04 1,75 2,04 1,75 1,72 1,83 1,83 1,15 2,22 2,22 1,72 2,22 1,72 20WANA WISATA 2,94 2,67 2,76 2,91 2,57 2,59 2,13 2,59 2,13 2,16 1,78 2,31 1,91 1,77 1,77 1,07 1,77 1,07
Tiang Pohon
(19)
> tingkat pohon > tingkat tumbuhan bawah, sehingga regenerasi jenis tumbuhan dapat berjalan dengan baik.
Secara umum dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman jenis diketahui bahwa sebagian besar tipe habitat tidak mengikuti pola tersebut diatas atau terjadi gangguan pada salah satu tingkat, maka dapat diartikan tipe habitat tersebut sedang mengalami suksesi.
3) Dominansi Jenis
Dominansi merupakan kondisi dimana suatu kawasan hutan banyak ditumbuhi jenis-jenis tertentu sehingga jenis yang lain relatif kecil kelimpahannya. Dominansi menyatakan derajat penguasaan ruang atau tempat tumbuh. Untuk tingkat pohon dominansi dihitung melalui luas bidang dasar dari jenis penyusunnya. Hasil pemantauan di KPH Ciamis seperti pada Tabel berikut :
Tabel. Dominansi Jenis Flora Tahun 2008-2016
Lanjutan tabel
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan Tahun 2016
Dominansi jenis (D)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1HAKL BJS 0,37 0,09 0,37 0,06 0,05 0,05 0,07 0,05 0,07 0,37 0,06 0,12 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,11 0,05 0,20 0,31 0,05 0,05 0,04 0,05 0,04 2HAKL Cijulang 0,12 0,04 0,12 0,16 0,08 0,08 0,13 0,08 0,13 0,12 0,10 0,14 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,07 0,10 0,10 0,08 0,10 0,08 3HAS BJU 0,33 0,02 0,33 0,07 0,22 0,22 0,26 0,22 0,26 0,33 0,07 0,08 0,10 0,06 0,06 0,08 0,06 0,08 0,07 0,05 0,05 0,08 0,06 0,07 0,05 0,07 0,05 4HAS MADATI 0,13 0,03 0,13 0,05 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,13 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,08 0,13 0,09 0,08 0,09 0,09 0,08 0,09 0,08 5HAS Pangandaran 0,08 0,04 0,08 0,04 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,08 0,04 0,09 0,14 0,06 0,07 0,06 0,07 0,06 0,05 0,05 0,09 0,04 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 6HAS Sawal 0,19 0,42 0,41 0,03 0,09 0,08 0,09 0,08 0,09 0,19 0,13 0,14 0,15 0,12 0,12 0,09 0,12 0,09 0,16 0,17 0,14 0,12 0,12 0,12 0,09 0,12 0,09 7Kawasan Penggunaan Lain 0,15 0,02 0,15 0,17 0,13 0,13 0,08 0,13 0,08 0,15 0,13 0,21 0,19 0,09 0,08 0,13 0,08 0,13 0,16 0,12 0,20 0,25 0,15 0,15 0,31 0,15 0,31 8KU > III Jati 0,13 0,02 0,26 0,09 0,31 0,28 0,10 0,28 0,10 0,13 0,16 0,10 0,16 0,03 0,04 0,03 0,04 0,03 0,05 0,10 0,11 0,14 0,11 0,11 0,06 0,11 0,06 9KU I&II JATI 0,12 0,02 0,13 0,05 0,08 0,09 0,08 0,09 0,08 0,12 0,07 0,17 0,16 0,04 0,21 0,04 0,21 0,04 0,13 0,12 0,10 0,11 0,12 0,12 0,07 0,12 0,07 10KU I&II PINUS 0,13 0,17 0,12 0,02 0,10 0,09 0,10 0,09 0,10 0,13 0,10 0,04 0,23 0,17 0,04 0,17 0,04 0,17 0,67 0,12 0,24 0,24 0,11 0,10 0,11 0,10 0,11 11KU III & IV PINUS 0,18 0,05 0,13 0,01 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,18 0,18 0,17 0,07 0,19 0,17 0,19 0,17 0,19 0,13 0,19 0,28 0,13 0,23 0,23 0,16 0,23 0,16 12KU V Up Pinus 0,26 0,10 0,18 0,03 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,26 0,12 0,23 0,18 0,18 0,19 0,15 0,19 0,15 0,92 0,13 0,14 0,01 0,18 0,13 0,12 0,13 0,12 13MT+LTJL+TK+TKTBJ 0,07 0,01 0,14 0,04 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,07 0,10 0,07 0,09 0,05 0,18 0,05 0,18 0,05 0,06 0,20 0,17 0,07 0,19 0,18 0,06 0,18 0,06 14SEMPADAN JURANG 0,31 0,41 0,48 0,38 0,08 0,08 0,05 0,08 0,05 0,31 0,29 0,26 0,09 0,09 0,06 0,05 0,06 0,05 0,17 0,19 0,08 0,16 0,17 0,16 0,08 0,16 0,08 15SEMPADAN SUNGAI 0,07 0,07 0,31 0,04 0,21 0,19 0,13 0,19 0,13 0,07 0,33 0,34 0,16 0,09 0,09 0,06 0,09 0,06 0,06 0,60 0,65 0,52 0,07 0,08 0,08 0,08 0,08 16SMA 0,14 0,01 0,16 0,04 0,09 0,09 0,27 0,09 0,27 0,14 0,16 0,16 0,12 0,18 0,09 0,03 0,09 0,03 0,13 0,61 0,67 0,31 0,46 0,46 0,40 0,46 0,40 17SP 0,16 0,04 0,07 0,13 0,47 0,47 0,47 0,47 0,47 0,16 0,12 0,05 0,16 0,12 0,12 0,11 0,12 0,11 0,11 0,08 0,08 0,13 0,31 0,34 0,31 0,34 0,31 18TJBK & TPR, TJM 0,08 0,02 0,08 0,24 0,22 0,20 0,05 0,20 0,05 0,08 0,16 0,10 0,06 0,16 0,17 0,04 0,17 0,04 0,22 0,15 0,12 0,04 0,06 0,05 0,06 0,05 0,06 19TKL+TJKL+TKLTBJ 0,10 0,04 0,10 0,05 0,16 0,15 0,14 0,15 0,14 0,10 0,04 0,05 0,05 0,07 0,06 0,05 0,06 0,05 0,19 0,06 0,05 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04 20WANA WISATA 0,56 0,24 0,56 0,25 0,26 0,26 0,22 0,26 0,22 0,56 0,05 0,06 0,13 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,14 0,07 0,06 0,10 0,10 0,10 0,07 0,10 0,07
Pancang No Tipe kawasan Tumbuhan Bawah Semai
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1HAKL BJS 0,05 0,05 0,08 0,07 0,06 0,07 0,11 0,07 0,11 0,04 0,07 0,09 0,06 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 2HAKL Cijulang 0,04 0,07 0,07 0,00 0,09 0,09 0,15 0,09 0,15 0,06 0,09 0,13 0,15 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 3HAS BJU 0,06 0,06 0,09 0,10 0,13 0,13 0,12 0,13 0,12 0,15 0,13 0,10 0,07 0,15 0,15 0,13 0,15 0,13 4HAS MADATI 0,07 0,11 0,09 0,09 0,09 0,09 0,13 0,09 0,13 0,08 0,14 0,11 0,11 0,10 0,10 0,11 0,10 0,11 5HAS Pangandaran 0,07 0,07 0,17 0,12 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,13 0,19 0,20 0,18 0,21 0,21 0,22 0,21 0,22 6HAS Sawal 0,15 0,30 0,22 0,26 0,24 0,24 0,11 0,24 0,11 0,20 0,21 0,33 0,31 0,32 0,32 0,28 0,32 0,28 7Kawasan Penggunaan Lain 0,69 0,14 0,19 1,00 0,50 0,50 0,47 0,50 0,47 0,81 0,46 0,51 1,00 0,93 0,93 0,93 0,93 0,93 8KU > III Jati 0,31 0,44 0,38 0,54 0,33 0,33 0,62 0,33 0,62 0,84 0,67 0,64 0,60 0,53 0,53 1,17 0,53 1,17 9KU I&II JATI 0,70 0,67 0,82 0,22 0,67 0,67 0,84 0,67 0,84 0,71 0,91 0,99 0,86 0,83 0,83 0,00 0,83 0,00 10KU I&II PINUS 0,86 0,86 0,49 0,43 0,25 0,25 0,17 0,25 0,17 0,76 0,74 0,88 0,81 0,85 0,85 0,79 0,85 0,79 11KU III & IV PINUS 0,19 0,70 0,57 0,10 0,55 0,55 0,16 0,55 0,16 0,64 0,71 0,53 0,60 0,83 0,83 0,81 0,83 0,81 12KU V Up Pinus 0,34 0,22 0,15 0,15 0,15 0,15 0,28 0,15 0,28 0,34 0,99 0,60 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 13MT+LTJL+TK+TKTBJ 0,22 0,28 0,43 0,27 0,23 0,23 0,64 0,23 0,64 0,42 0,32 0,51 0,29 0,41 0,41 0,25 0,41 0,25 14SEMPADAN JURANG 0,17 0,19 0,22 0,08 0,31 0,31 0,43 0,31 0,43 0,82 0,77 0,95 0,56 0,63 0,63 0,64 0,63 0,64 15SEMPADAN SUNGAI 0,51 0,18 0,06 0,07 0,06 0,06 0,10 0,06 0,10 0,54 0,35 0,22 0,26 0,45 0,45 0,43 0,45 0,43 16SMA 0,11 0,07 0,41 0,13 0,10 0,10 0,12 0,10 0,12 0,23 0,27 0,35 0,28 0,31 0,31 0,29 0,31 0,29 17SP 0,27 0,22 0,18 0,31 0,13 0,13 0,15 0,13 0,15 0,22 0,10 0,36 0,42 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 18TJBK & TPR, TJM 0,20 0,10 0,09 0,04 0,06 0,07 0,13 0,07 0,13 0,31 0,38 0,56 0,41 0,43 0,43 0,50 0,43 0,50 19TKL+TJKL+TKLTBJ 0,10 0,58 0,61 0,24 0,23 0,23 0,32 0,23 0,32 0,35 0,36 0,48 0,57 0,15 0,15 0,33 0,15 0,33 20WANA WISATA 0,10 0,10 0,10 0,07 0,11 0,11 0,16 0,11 0,16 0,21 0,32 0,18 0,26 0,31 0,31 0,04 0,31 0,04
Tiang Pohon
(20)
Hasil monitoring pada tahun 2016 menunjukkan secara umum pada berbagai tipe habitat relatif stabil.
4) Pengamatan Jenis Epifit
Tumbuhan epifit adalah tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain selain tempat hidupnya. Berbeda dengan parasit, epifit dapat sepenuhnya mandiri, lepas dari tanah sebagai penyangga dan penyedia hara bagi kehidupannya maupun dari hara yang disediakan tumbuhan lain. Air diperoleh dari hujan, embun atau uap air. Hara mineral diperoleh dari debu atau hasil dekomposisi batang serta sisa-sisa tumbuhan lain yang terurai.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa terdapat beberapa jenis epifit yang dilindungi seperti beberapa jenis anggrek.
Berdasarkan hasil Survey Biodiversity ditemukan 11 jenis tanaman epifit, dengan kelimpahan jenis, indeks keanekaragaman jenis dan dominansi jenis pada tipe habitat sebagai berikut :
Tabel. Kelimpahan Jenis, Indeks Keanekaragaman Jenis dan
Dominansi Jenis Epifit
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan Tahun 2016
Kelimpahan jenis epifit paling tinggi ditemukan pada tipe habitat MT+LTJL+TK+TKTBJ dan TKL+TJKL+TKLTBJ. sedangkan yang paling rendah ada pada tipe habitat HAS Banjar Selatan dan Kawasan Penggunaan Lain. Keanekaragaman jenis epifit paling tinggi pada tipe habitat MT+LTJL+TK+TKTBJ dan paling rendah pada tipe habitat HAS BJS. Sedangkan Dominasi jenis epifit paling tinggi pada tipe habitat HAS Cijulang dan paling rendah MT+LTJL+TK+TKTBJ.
2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016
HAS BJS 3 2 2 2 1,098 0,451 0,451 0,451 0,334 0,722 1,098 0,722
HAS CJL 6 5 4 5 0,930 0,517 0,517 0,517 0,542 0,739 0,930 0,739
HAS BJU 1 5 1 5 - 1,465 - 1,465 1,000 0,250 - 0,250
HAS MADATI 6 4 5 4 1,508 0,967 1,508 0,967 0,247 0,471 1,508 0,471
HAS PND 5 7 6 7 1,582 1,820 1,582 1,820 0,210 0,176 1,582 0,176
HAS SAWAL 4 5 4 5 1,374 1,280 1,374 1,280 0,256 0,321 1,374 0,321
KPL 2 2 2 2 0,673 0,693 0,673 0,693 0,520 0,500 0,673 0,500
KU V UP PINUS 6 3 6 3 1,499 0,945 1,499 0,945 0,257 0,442 1,499 0,442
KU III UP JATI 9 8 9 8 1,991 1,817 1,991 1,817 0,160 0,190 1,991 0,190
KU I&II JATI 8 8 8 8 1,663 1,670 1,663 1,670 0,245 0,259 1,663 0,259
KU I&II PINUS 4 7 4 7 1,227 1,592 1,227 1,592 0,330 0,257 1,227 0,257
KU III&IV PINUS 5 4 5 4 1,451 1,245 1,451 1,245 0,250 0,320 1,451 0,320
SMA 9 4 9 4 1,698 1,287 1,698 1,287 0,214 0,300 1,698 0,300
MT+LTJL+TK+TKTBJ 10 9 8 9 1,690 1,974 1,690 1,974 0,267 0,154 1,690 0,154
SJ 5 6 5 6 1,415 1,626 1,415 1,626 0,274 0,218 1,415 0,218 SP 5 3 5 3 1,597 1,061 1,597 1,061 0,205 0,357 1,597 0,357 SS 5 7 5 7 1,224 1,821 1,224 1,821 0,351 0,174 1,224 0,174
TJBK+TPR+TJM 4 5 4 5 1,262 1,275 1,262 1,275 0,310 0,321 1,262 0,321
TKL+TJKL+TKLTBJ 6 9 6 9 1,215 1,915 1,215 1,915 0,356 0,181 1,215 0,181
WW 4 5 4 5 1,142 1,473 1,142 1,473 0,392 0,263 1,142 0,263
(1)
> tingkat pohon > tingkat tumbuhan bawah, sehingga regenerasi jenis
tumbuhan dapat berjalan dengan baik.
Secara umum dari hasil perhitungan indeks keanekaragaman jenis diketahui
bahwa sebagian besar tipe habitat tidak mengikuti pola tersebut diatas atau
terjadi gangguan pada salah satu tingkat, maka dapat diartikan tipe habitat
tersebut sedang mengalami suksesi.
3)
Dominansi Jenis
Dominansi merupakan kondisi dimana suatu kawasan hutan banyak
ditumbuhi jenis-jenis tertentu sehingga jenis yang lain relatif kecil
kelimpahannya. Dominansi menyatakan derajat penguasaan ruang atau
tempat tumbuh. Untuk tingkat pohon dominansi dihitung melalui luas bidang
dasar dari jenis penyusunnya. Hasil pemantauan di KPH Ciamis seperti pada
Tabel berikut :
Tabel.
Dominansi Jenis Flora Tahun 2008-2016
Lanjutan tabel
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan Tahun 2016
Dominansi jenis (D)2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1HAKL BJS 0,37 0,09 0,37 0,06 0,05 0,05 0,07 0,05 0,07 0,37 0,06 0,12 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,11 0,05 0,20 0,31 0,05 0,05 0,04 0,05 0,04 2HAKL Cijulang 0,12 0,04 0,12 0,16 0,08 0,08 0,13 0,08 0,13 0,12 0,10 0,14 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,07 0,10 0,10 0,08 0,10 0,08 3HAS BJU 0,33 0,02 0,33 0,07 0,22 0,22 0,26 0,22 0,26 0,33 0,07 0,08 0,10 0,06 0,06 0,08 0,06 0,08 0,07 0,05 0,05 0,08 0,06 0,07 0,05 0,07 0,05 4HAS MADATI 0,13 0,03 0,13 0,05 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,13 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,08 0,13 0,09 0,08 0,09 0,09 0,08 0,09 0,08 5HAS Pangandaran 0,08 0,04 0,08 0,04 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,08 0,04 0,09 0,14 0,06 0,07 0,06 0,07 0,06 0,05 0,05 0,09 0,04 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 6HAS Sawal 0,19 0,42 0,41 0,03 0,09 0,08 0,09 0,08 0,09 0,19 0,13 0,14 0,15 0,12 0,12 0,09 0,12 0,09 0,16 0,17 0,14 0,12 0,12 0,12 0,09 0,12 0,09 7Kawasan Penggunaan Lain 0,15 0,02 0,15 0,17 0,13 0,13 0,08 0,13 0,08 0,15 0,13 0,21 0,19 0,09 0,08 0,13 0,08 0,13 0,16 0,12 0,20 0,25 0,15 0,15 0,31 0,15 0,31 8KU > III Jati 0,13 0,02 0,26 0,09 0,31 0,28 0,10 0,28 0,10 0,13 0,16 0,10 0,16 0,03 0,04 0,03 0,04 0,03 0,05 0,10 0,11 0,14 0,11 0,11 0,06 0,11 0,06 9KU I&II JATI 0,12 0,02 0,13 0,05 0,08 0,09 0,08 0,09 0,08 0,12 0,07 0,17 0,16 0,04 0,21 0,04 0,21 0,04 0,13 0,12 0,10 0,11 0,12 0,12 0,07 0,12 0,07 10KU I&II PINUS 0,13 0,17 0,12 0,02 0,10 0,09 0,10 0,09 0,10 0,13 0,10 0,04 0,23 0,17 0,04 0,17 0,04 0,17 0,67 0,12 0,24 0,24 0,11 0,10 0,11 0,10 0,11 11KU III & IV PINUS 0,18 0,05 0,13 0,01 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,18 0,18 0,17 0,07 0,19 0,17 0,19 0,17 0,19 0,13 0,19 0,28 0,13 0,23 0,23 0,16 0,23 0,16 12KU V Up Pinus 0,26 0,10 0,18 0,03 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,26 0,12 0,23 0,18 0,18 0,19 0,15 0,19 0,15 0,92 0,13 0,14 0,01 0,18 0,13 0,12 0,13 0,12 13MT+LTJL+TK+TKTBJ 0,07 0,01 0,14 0,04 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,07 0,10 0,07 0,09 0,05 0,18 0,05 0,18 0,05 0,06 0,20 0,17 0,07 0,19 0,18 0,06 0,18 0,06 14SEMPADAN JURANG 0,31 0,41 0,48 0,38 0,08 0,08 0,05 0,08 0,05 0,31 0,29 0,26 0,09 0,09 0,06 0,05 0,06 0,05 0,17 0,19 0,08 0,16 0,17 0,16 0,08 0,16 0,08 15SEMPADAN SUNGAI 0,07 0,07 0,31 0,04 0,21 0,19 0,13 0,19 0,13 0,07 0,33 0,34 0,16 0,09 0,09 0,06 0,09 0,06 0,06 0,60 0,65 0,52 0,07 0,08 0,08 0,08 0,08 16SMA 0,14 0,01 0,16 0,04 0,09 0,09 0,27 0,09 0,27 0,14 0,16 0,16 0,12 0,18 0,09 0,03 0,09 0,03 0,13 0,61 0,67 0,31 0,46 0,46 0,40 0,46 0,40 17SP 0,16 0,04 0,07 0,13 0,47 0,47 0,47 0,47 0,47 0,16 0,12 0,05 0,16 0,12 0,12 0,11 0,12 0,11 0,11 0,08 0,08 0,13 0,31 0,34 0,31 0,34 0,31 18TJBK & TPR, TJM 0,08 0,02 0,08 0,24 0,22 0,20 0,05 0,20 0,05 0,08 0,16 0,10 0,06 0,16 0,17 0,04 0,17 0,04 0,22 0,15 0,12 0,04 0,06 0,05 0,06 0,05 0,06 19TKL+TJKL+TKLTBJ 0,10 0,04 0,10 0,05 0,16 0,15 0,14 0,15 0,14 0,10 0,04 0,05 0,05 0,07 0,06 0,05 0,06 0,05 0,19 0,06 0,05 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04 20WANA WISATA 0,56 0,24 0,56 0,25 0,26 0,26 0,22 0,26 0,22 0,56 0,05 0,06 0,13 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,14 0,07 0,06 0,10 0,10 0,10 0,07 0,10 0,07
Pancang
No Tipe kawasan Tumbuhan Bawah Semai
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1HAKL BJS 0,05 0,05 0,08 0,07 0,06 0,07 0,11 0,07 0,11 0,04 0,07 0,09 0,06 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 2HAKL Cijulang 0,04 0,07 0,07 0,00 0,09 0,09 0,15 0,09 0,15 0,06 0,09 0,13 0,15 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 3HAS BJU 0,06 0,06 0,09 0,10 0,13 0,13 0,12 0,13 0,12 0,15 0,13 0,10 0,07 0,15 0,15 0,13 0,15 0,13 4HAS MADATI 0,07 0,11 0,09 0,09 0,09 0,09 0,13 0,09 0,13 0,08 0,14 0,11 0,11 0,10 0,10 0,11 0,10 0,11 5HAS Pangandaran 0,07 0,07 0,17 0,12 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,13 0,19 0,20 0,18 0,21 0,21 0,22 0,21 0,22 6HAS Sawal 0,15 0,30 0,22 0,26 0,24 0,24 0,11 0,24 0,11 0,20 0,21 0,33 0,31 0,32 0,32 0,28 0,32 0,28 7Kawasan Penggunaan Lain 0,69 0,14 0,19 1,00 0,50 0,50 0,47 0,50 0,47 0,81 0,46 0,51 1,00 0,93 0,93 0,93 0,93 0,93 8KU > III Jati 0,31 0,44 0,38 0,54 0,33 0,33 0,62 0,33 0,62 0,84 0,67 0,64 0,60 0,53 0,53 1,17 0,53 1,17 9KU I&II JATI 0,70 0,67 0,82 0,22 0,67 0,67 0,84 0,67 0,84 0,71 0,91 0,99 0,86 0,83 0,83 0,00 0,83 0,00 10KU I&II PINUS 0,86 0,86 0,49 0,43 0,25 0,25 0,17 0,25 0,17 0,76 0,74 0,88 0,81 0,85 0,85 0,79 0,85 0,79 11KU III & IV PINUS 0,19 0,70 0,57 0,10 0,55 0,55 0,16 0,55 0,16 0,64 0,71 0,53 0,60 0,83 0,83 0,81 0,83 0,81 12KU V Up Pinus 0,34 0,22 0,15 0,15 0,15 0,15 0,28 0,15 0,28 0,34 0,99 0,60 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 13MT+LTJL+TK+TKTBJ 0,22 0,28 0,43 0,27 0,23 0,23 0,64 0,23 0,64 0,42 0,32 0,51 0,29 0,41 0,41 0,25 0,41 0,25 14SEMPADAN JURANG 0,17 0,19 0,22 0,08 0,31 0,31 0,43 0,31 0,43 0,82 0,77 0,95 0,56 0,63 0,63 0,64 0,63 0,64 15SEMPADAN SUNGAI 0,51 0,18 0,06 0,07 0,06 0,06 0,10 0,06 0,10 0,54 0,35 0,22 0,26 0,45 0,45 0,43 0,45 0,43 16SMA 0,11 0,07 0,41 0,13 0,10 0,10 0,12 0,10 0,12 0,23 0,27 0,35 0,28 0,31 0,31 0,29 0,31 0,29 17SP 0,27 0,22 0,18 0,31 0,13 0,13 0,15 0,13 0,15 0,22 0,10 0,36 0,42 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 18TJBK & TPR, TJM 0,20 0,10 0,09 0,04 0,06 0,07 0,13 0,07 0,13 0,31 0,38 0,56 0,41 0,43 0,43 0,50 0,43 0,50 19TKL+TJKL+TKLTBJ 0,10 0,58 0,61 0,24 0,23 0,23 0,32 0,23 0,32 0,35 0,36 0,48 0,57 0,15 0,15 0,33 0,15 0,33 20WANA WISATA 0,10 0,10 0,10 0,07 0,11 0,11 0,16 0,11 0,16 0,21 0,32 0,18 0,26 0,31 0,31 0,04 0,31 0,04
Tiang Pohon
(2)
Hasil monitoring pada tahun 2016 menunjukkan secara umum pada berbagai
tipe habitat relatif stabil.
4)
Pengamatan Jenis Epifit
Tumbuhan epifit adalah tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain selain
tempat hidupnya. Berbeda dengan parasit, epifit dapat sepenuhnya mandiri,
lepas dari tanah sebagai penyangga dan penyedia hara bagi kehidupannya
maupun dari hara yang disediakan tumbuhan lain. Air diperoleh dari hujan,
embun atau uap air. Hara mineral diperoleh dari debu atau hasil dekomposisi
batang serta sisa-sisa tumbuhan lain yang terurai.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa terdapat beberapa jenis epifit yang
dilindungi seperti beberapa jenis anggrek.
Berdasarkan hasil Survey Biodiversity ditemukan 11 jenis tanaman epifit, dengan
kelimpahan jenis, indeks keanekaragaman jenis dan dominansi jenis pada tipe
habitat sebagai berikut :
Tabel.
Kelimpahan Jenis, Indeks Keanekaragaman Jenis dan
Dominansi Jenis Epifit
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan Tahun 2016
Kelimpahan jenis epifit paling tinggi ditemukan pada tipe habitat
MT+LTJL+TK+TKTBJ dan TKL+TJKL+TKLTBJ. sedangkan yang paling rendah
ada pada tipe habitat HAS Banjar Selatan dan Kawasan Penggunaan Lain.
Keanekaragaman jenis epifit paling tinggi pada tipe habitat MT+LTJL+TK+TKTBJ
dan paling rendah pada tipe habitat HAS BJS. Sedangkan Dominasi jenis epifit
paling tinggi pada tipe habitat HAS Cijulang dan paling rendah
MT+LTJL+TK+TKTBJ.
2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016 HAS BJS 3 2 2 2 1,098 0,451 0,451 0,451 0,334 0,722 1,098 0,722 HAS CJL 6 5 4 5 0,930 0,517 0,517 0,517 0,542 0,739 0,930 0,739 HAS BJU 1 5 1 5 - 1,465 - 1,465 1,000 0,250 - 0,250 HAS MADATI 6 4 5 4 1,508 0,967 1,508 0,967 0,247 0,471 1,508 0,471 HAS PND 5 7 6 7 1,582 1,820 1,582 1,820 0,210 0,176 1,582 0,176 HAS SAWAL 4 5 4 5 1,374 1,280 1,374 1,280 0,256 0,321 1,374 0,321 KPL 2 2 2 2 0,673 0,693 0,673 0,693 0,520 0,500 0,673 0,500 KU V UP PINUS 6 3 6 3 1,499 0,945 1,499 0,945 0,257 0,442 1,499 0,442 KU III UP JATI 9 8 9 8 1,991 1,817 1,991 1,817 0,160 0,190 1,991 0,190 KU I&II JATI 8 8 8 8 1,663 1,670 1,663 1,670 0,245 0,259 1,663 0,259 KU I&II PINUS 4 7 4 7 1,227 1,592 1,227 1,592 0,330 0,257 1,227 0,257 KU III&IV PINUS 5 4 5 4 1,451 1,245 1,451 1,245 0,250 0,320 1,451 0,320 SMA 9 4 9 4 1,698 1,287 1,698 1,287 0,214 0,300 1,698 0,300 MT+LTJL+TK+TKTBJ 10 9 8 9 1,690 1,974 1,690 1,974 0,267 0,154 1,690 0,154 SJ 5 6 5 6 1,415 1,626 1,415 1,626 0,274 0,218 1,415 0,218 SP 5 3 5 3 1,597 1,061 1,597 1,061 0,205 0,357 1,597 0,357 SS 5 7 5 7 1,224 1,821 1,224 1,821 0,351 0,174 1,224 0,174 TJBK+TPR+TJM 4 5 4 5 1,262 1,275 1,262 1,275 0,310 0,321 1,262 0,321 TKL+TJKL+TKLTBJ 6 9 6 9 1,215 1,915 1,215 1,915 0,356 0,181 1,215 0,181 WW 4 5 4 5 1,142 1,473 1,142 1,473 0,392 0,263 1,142 0,263 NO TIPE KAWASAN KELIMPAHAN JENIS (N) KEANEKARAGAMAN JENIS (H) DOMINASI JENIS (D)
(3)
Fauna
1)
Kelimpahan jenis
Hasil pemantauan keanekaragaman hayati/biodiversity terkait kelimpahan
jenis fauna tersaji dalam tabel berikut ini.
Tabel.
Kelimpahan Jenis Fauna Tahun 2008-2016
Sumber data : Laporan Tahunan Bidang Lingkungan Tahun 2016
Secara umum, ada juga beberapa tipe habitat yang mengalami
kenaikan ataupun penurunan untuk kelompok satwa tertentu. Pada
satwa kelompok aves rata-rata nilai kelimpahan jenis adalah 30. Pada
satwa kelompok mamalia rata-rata nilai kelimpahan jenis adalah 5.
2)
Keanekaragaman Jenis
Dari kelimpahan jenis kemudian dilakukan dihitung indeks keanekaragaman
fauna. Semakin besar nilai indeksnya menunjukkan keanekaragaman fauna
yang ada semakintinggi. Hasil pemantauan selama tahun 2008-2016 sebagai
berikut :
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1HAKL BJS 33 22 31 29 28 28 17 28 17 8 3 2 3 4 3 1 3 1 6 4 6 9 9 10 4 10 4 2HAKL Cijulang 44 46 28 45 61 58 45 58 45 4 10 7 9 9 9 10 9 10 14 12 3 13 21 19 19 19 19 3HAS BJU 30 25 35 27 31 31 26 31 26 4 6 8 4 5 5 4 5 4 1 2 5 7 7 6 8 6 8 4HAS MADATI 21 19 22 17 19 19 22 19 22 11 10 2 3 2 2 5 2 5 11 4 11 4 4 4 7 4 7 5HAS Pangandaran 34 46 19 29 28 28 20 28 20 9 11 4 11 10 9 5 9 5 12 20 2 7 8 8 5 8 5 6HAS Sawal 23 13 11 16 16 16 33 16 33 7 5 3 3 3 3 1 3 1 10 8 8 3 3 3 6 3 6 7Kawasan Penggunaan Lain 37 32 22 22 31 31 22 31 22 4 12 2 1 2 2 1 2 1 3 7 3 3 4 4 1 4 1 8KU > III Jati 50 42 30 53 61 60 46 60 46 14 9 4 16 15 15 11 15 11 13 19 8 16 16 16 22 16 22 9KU I&II JATI 51 61 17 41 54 52 56 52 56 5 12 8 8 4 4 6 4 6 7 16 4 3 12 12 12 12 12 10KU I&II PINUS 15 21 10 15 18 18 23 18 23 4 6 4 1 5 5 1 5 1 20 8 9 16 4 4 4 4 4 11KU III & IV PINUS 24 21 14 20 24 24 18 24 18 10 9 3 5 5 5 4 5 4 10 12 2 3 3 3 4 3 4 12KU V Up Pinus 19 27 14 19 24 24 15 24 15 7 4 8 4 4 4 3 4 3 10 10 5 6 7 7 3 7 3 13MT+LTJL+TK+TKTBJ 39 48 12 58 70 70 69 70 69 11 9 6 13 9 9 8 9 8 22 18 9 25 24 23 22 23 22 14SEMPADAN JURANG 28 10 20 35 41 40 19 40 19 8 1 4 3 4 4 4 4 4 9 1 4 5 8 8 2 8 2 15SEMPADAN SUNGAI 37 36 21 31 33 32 29 32 29 5 7 5 7 8 8 4 8 4 18 15 6 10 10 9 8 9 8 16SMA 35 37 11 37 36 36 20 36 20 6 9 3 7 3 3 4 3 4 13 6 2 8 10 9 7 9 7 17SP 38 42 44 14 14 14 11 14 11 9 6 4 2 2 2 2 2 2 8 10 4 1 1 1 1 1 1 18TJBK & TPR, TJM 41 30 29 39 42 42 38 42 38 12 4 3 4 3 3 3 3 3 12 22 3 10 13 12 12 12 12 19TKL+TJKL+TKLTBJ 51 50 35 52 71 67 66 67 66 11 5 7 18 12 12 12 12 12 26 19 9 21 23 21 18 21 18 20WANA WISATA 25 20 34 23 29 29 13 29 13 5 16 3 3 2 2 2 2 2 7 9 2 2 3 3 1 3 1
Herpetofauna Kelimpahan jenis (n)
(4)
Tabel.
Tingkat Keanekaragaman Fauna Tahun 2008-2016
Lanjutan tabel28.
Secara umum kondisi keanekaragaman jenis fauna aves yang ada di wilayah
KPH Ciamis pada tahun 2016 berkisar antara sedang sampai tinggi. Kondisi
keanekaragaman jenis fauna mamalia berkisar antara rendah-sedang.
Sedangkan kondisi keanekaragaman jenis Hal ini dapat dilihat dari indeks
keanekaragaman jenis fauna herpetofauna berkisar antara rendah-sedang.
Berikut gambaran kondisi keanekaragaman fauna dari tahun 2008-2016.
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
1
HAKL BJS
3,04
2,34
2,70
2,80
2,76
2,76
2,39
2,70
2,39
1,38
1,09
0,69
1,02
1,39
1,39
0,00
1,39
0,00
2
HAKL Cijulang
3,08
3,20
2,85
3,29
3,44
3,42
3,23
3,29
3,23
1,32
1,44
1,86
1,75
1,80
1,78
2,01
1,78
2,01
3
HAS BJU
2,98
2,87
2,84
2,71
2,85
2,84
2,63
2,84
2,63
0,96
1,32
1,74
1,32
1,52
1,51
1,32
1,51
1,32
4
HAS MADATI
2,78
2,52
2,49
2,44
2,47
2,45
2,46
2,45
2,46
2,16
2,06
0,45
1,04
0,45
0,45
1,39
0,45
1,39
5
HAS Pangandaran
2,91
3,23
2,39
2,77
2,76
2,75
2,32
2,75
2,32
1,87
2,10
0,94
1,82
1,41
1,39
1,55
1,39
1,55
6
HAS Sawal
2,51
2,16
1,98
2,46
2,43
2,42
2,77
2,42
2,77
1,50
1,47
0,95
1,00
0,87
0,87
0,00
0,87
0,00
7
Kawasan Penggunaan Lain
2,99
2,22
2,72
2,42
2,54
2,54
2,19
2,54
2,19
1,22
2,29
0,68
0,00
0,59
0,61
0,00
0,61
0,00
8
KU > III Jati
3,18
2,94
2,46
3,24
3,33
3,33
3,19
3,33
3,19
2,05
1,90
1,39
2,22
2,14
2,14
2,13
2,14
2,13
9
KU I&II JATI
2,80
3,23
2,17
2,72
2,95
2,94
3,26
2,94
3,26
1,42
2,00
1,57
1,76
1,35
1,35
1,43
1,35
1,43
10
KU I&II PINUS
2,23
2,16
2,07
2,46
2,49
2,49
2,62
2,49
2,62
0,94
1,61
1,15
0,00
1,29
1,23
0,00
1,23
0,00
11
KU III & IV PINUS
2,68
2,56
2,07
2,50
2,54
2,54
2,50
2,54
2,50
2,08
1,85
1,04
0,96
1,48
1,43
1,39
1,43
1,39
12
KU V Up Pinus
2,30
2,31
2,12
2,61
2,60
2,60
2,29
2,60
2,29
1,17
1,04
1,78
1,13
1,07
1,16
1,04
1,16
1,04
13
MT+LTJL+TK+TKTBJ
2,85
2,78
2,00
3,23
3,35
3,35
3,30
3,35
3,30
1,68
1,85
1,60
2,13
1,99
1,99
1,83
1,99
1,83
14
SEMPADAN JURANG
2,70
2,17
2,62
2,84
2,97
2,95
2,37
2,95
2,37
1,79
0,00
1,14
1,04
1,19
1,19
1,15
1,19
1,15
15
SEMPADAN SUNGAI
2,91
2,99
2,75
2,81
2,71
2,69
2,57
2,69
2,57
1,37
1,84
1,48
1,46
1,66
1,66
1,01
1,66
1,01
16
SMA
2,81
3,23
2,00
2,99
2,96
2,96
2,42
2,96
2,42
1,65
1,98
1,08
1,95
1,10
1,10
1,39
1,10
1,39
17
SP
2,98
2,91
2,90
2,17
2,17
2,17
2,09
2,17
2,09
1,79
1,73
0,96
0,69
0,69
0,69
0,67
0,69
0,67
18
TJBK & TPR, TJM
3,23
2,53
2,79
3,13
3,11
3,11
3,11
3,11
3,11
1,99
1,02
1,06
1,20
0,94
0,93
0,94
0,93
0,94
19
TKL+TJKL+TKLTBJ
3,15
4,05
2,75
3,20
3,42
3,35
3,26
3,35
3,26
2,08
1,04
1,35
2,22
1,84
1,84
2,07
1,84
2,07
20
WANA WISATA
2,78
2,50
3,21
2,34
2,36
2,35
1,90
2,35
1,90
1,38
2,48
0,90
1,04
0,64
0,56
0,69
0,56
0,69
No
Tipe kawasan
Aves
Mamalia
Keanekaragaman jenis (H')
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
1
HAKL BJS
1,59
1,04
1,51
1,67
1,67
1,70
1,39
1,70
1,39
2
HAKL Cijulang
2,03
1,88
1,04
1,80
2,17
1,87
1,92
1,87
1,92
3
HAS BJU
0,00
0,64
1,56
1,70
1,63
1,48
1,66
1,48
1,66
4
HAS MADATI
2,04
1,21
2,25
1,15
1,15
1,15
1,89
1,15
1,89
5
HAS Pangandaran
2,23
2,70
0,50
1,58
1,89
1,89
1,54
1,89
1,54
6
HAS Sawal
1,83
1,45
1,08
1,00
0,86
0,96
1,71
0,96
1,71
7
Kawasan Penggunaan Lain
0,95
1,79
1,04
1,04
1,28
1,32
0,00
1,32
0,00
8
KU > III Jati
2,31
2,26
1,41
2,10
2,15
2,18
2,45
2,18
2,45
9
KU I&II JATI
1,71
2,31
1,16
1,50
1,58
1,59
2,28
1,59
2,28
10
KU I&II PINUS
2,26
1,72
1,47
1,10
1,12
1,08
1,27
1,08
1,27
11
KU III & IV PINUS
2,17
2,14
0,64
1,06
1,06
1,09
1,33
1,09
1,33
12
KU V Up Pinus
1,68
1,92
1,49
1,75
1,77
1,80
1,01
1,80
1,01
13
MT+LTJL+TK+TKTBJ
1,79
1,88
1,56
2,59
2,64
2,59
1,93
2,59
1,93
14
SEMPADAN JURANG
2,08
0,00
1,34
1,52
1,99
1,99
0,69
1,99
0,69
15
SEMPADAN SUNGAI
2,74
2,40
1,29
2,16
2,16
2,09
2,02
2,09
2,02
16
SMA
1,31
1,54
0,56
1,86
2,05
1,97
1,89
1,97
1,89
17
SP
1,31
1,53
0,86
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
18
TJBK & TPR, TJM
1,87
2,45
0,90
1,92
2,02
1,95
2,17
1,95
2,17
19
TKL+TJKL+TKLTBJ
1,68
1,83
1,08
1,81
1,88
1,79
1,70
1,79
1,70
20
WANA WISATA
1,51
1,81
0,67
0,64
1,04
1,05
0,00
1,05
0,00
No
Tipe kawasan
Keanekaragaman jenis (H')
Herpetofauna
(5)
3)
Populasi Species Interest
Spesies interest adalah spesies yang memiliki peranan ekosistem tertinggi,
sehingga dengan melindungi spesies interest diharapkan spesies lain akan
ikut terlindungi. Dari hasil survey biodiversity 2016, terdapat 5 spesies yang
menjadi spesies interest di KPH Ciamis. Spesies tersebut antara lain elang
jawa dan gelatik jawa (kelompok aves), macan tutul dan lutung (kelompok
mamalia) serta biawak (kelompok herpetofauna). Populasi satwa spesies
interest berdasarkan hasil pemantauan selama tahun 2008-2016 tersaji dalam
tabel sebagai berikut :
Tabel. Populasi Satwa Species Interest tahun 2008-2016
Lanjutan tabel 29.
Populasi Spesies Interest (Jenis)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 HAS BJS
2 HAS CIJULANG
3 HAS BJU
4 HAS MADATI
5 HAS PND
4
4
4
1
4
2
4
2
1
6 HAS SAWAL
7 KPL
8 KU III-UP JATI
3
3
3
3
1
1
1
1
1
1
9 KU I & II JATI
1
1
1
5
3
2
10 KU I & II PINUS
1
1
11 KU III & IV PINUS
2
2
2
12 KU > V PINUS
1
1
13 MT+TK+LTJL+TJBK
1
1
1
7
7
1
7
1
1
1
1
1
14 S Jurang
3
3
3
3
2
15 S Sungai
1
1
2
2
1
1
16 SMA
1
17 S PANTAI
18 TJBK+TPR+TJM
2
2
2
19 TKL+TJKL+TKLTBJ
2
5
5
5
6
6
3
2
1
1
1
1
1
20 Wana Wisata
1
1
1
N0 TIPE KAWASAN
Elang Jawa
Glatik Jawa
Macan Tutul
Populasi Spesies Interest (Jenis)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 HAS BJS
17
15
1
1
1
1
2 HAS CIJULANG
13
55
44
56
60
12
60
60
5
5
3
2
3
3 HAS BJU
13
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
2
1
4 HAS MADATI
4
6
1
6
1
1
1
1
1
5 HAS PND
1
2
1
31
62
62
1
62
1
4
1
1
1
1
1
1
1
6 HAS SAWAL
6
4
6
7 KPL
2
4
2
8 KU III-UP JATI
16
1
43
43
43
9
43
9
16
5
2
2
2
2
2
2
9 KU I & II JATI
20
17
12
1
1
1
10 KU I & II PINUS
1
11 KU III & IV PINUS
1
1
12 KU > V PINUS
13 MT+TK+LTJL+TJBK
34
4
10
22
14
14
3
14
3
34
2
8
9
9
2
6
2
14 S Jurang
2
8
1
4
4
1
4
1
2
2
15 S Sungai
1
2
16
20
20
20
1
20
1
1
7
7
7
4
16 SMA
4
1
1
4
1
1
1
1
2
1
2
17 S PANTAI
8
2
3
1
1
1
3
1
3
8
18 TJBK+TPR+TJM
7
13
6
5
5
7
3
3
3
2
19 TKL+TJKL+TKLTBJ
25
68
33
37
48
48
6
48
6
25
3
11
14
14
5
8
5
20 Wana Wisata
3
4
3
Biawak
N0 TIPE KAWASANLutung
(6)