panduan praktikum pj

(1)

PANDUAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH

Edisi Revisi I

Disusun Oleh: Bambang Syaeful Hadi

Laborat orium Jurusan Pendidikan Geografi FIS Universit as Negeri Yogyakart a 2010


(2)

1 ACARA I

PENGENALAN FOTO UDARA PANKROM ATIK HITAM PUTIH

A. Dasar Teori

Set iap fot o udara m empunyai karakt erist ik yang ber beda-beda sesuai dengan

jenis panjang gelombang yang digunakan (ult raviolet , infra merah, bir u, hijau, merah), resolusi, kemiringan sudut kam era, skala, panjang f okus, t inggi t erbang, dan

sejumlah spesif ikasi lainnya. Pengenalan ident it as fot o udara bagi seorang pemula maupun int erpr et er fot o udara ahli sekalipun membut uhkan informasi spesifikasinya.

Sebagai cont oh, unt uk keperluan pengukuran t inggi, luas, dan volume obj ek yan g t er gambar pada f ot o udara membut uhkan informasi skala, panjang fokus, at au t inggi t erbang.

Beberapa aspek yang perlu dipahami oleh seor ang penafsir fot o udara adalah: 1. M embaca Informasi Samping (M arginal Informat ion)

Informasi yang t ercet ak pada bagian t epi fot o udara sangat ber guna bagi

seorang penafsir fot o udar a. Hanya, t erkadang inf or m asi t ersebut t idak lengkap at au t idak jelas at au bahkan t idak t ercet ak. Hal t ersebut t erjadi karena kurang pahamnya

pencet ak fot o at au per eproduksi f ot o t erhadap art i pent ing marginal inf ormat ion, sehingga t erkadang m engabaikannya. Beberapa infor masi yang biasanya ada pada bagian t epi fot o udara adalah nama t empat / lokasi, skala, panjang fokus kamera

yang digunakan, t inggi t erbang w ahana saat pemot ret an, nivo, jam pem ot r et an, orient asi, nomor fot o, nomor roll, perusahaan at au lembaga yang m elakukan proyek

pem ot r et an, dan t anda-t anda at au kode-kode lain yang t idak berkait an secara langsung dengan penafsiran fot o udara. Secara singkat t anda-t anda t ersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Nama Tempat

Nama t empat m enunj ukkan daerah yang t erliput / t er cover oleh f ot o t ersebut secara global (dalam art i semua daerah yang dipot ret ) t anpa ada bat

as-bat as w ilayah t ert ent u. Informasi nama t empat akan memudahkan dalam pengenalan dan mencari pet a w ilayah liput anLuas w ilayah yang ingin diket ahui

dari beberapa daer ah yang t er cover oleh fot o udara dapat diket ahui dengan bant uan pet a w ilayah daerah yang bersangkut an.


(3)

2

b. Nomor Fot o

Nomor f ot o paling t idak t er susun at as 2 aspek, yakni RUN dan nomor urut pem ot r et an.

1) RUN menunjukkan nomor jalur t erbang

2) Nomor urut fot o menunjukkan urut an fot o dalam sat u jalur t erbang. Cont oh:

RUN 2 Nomor 4, art inya fot o udara t ersebut berada di jalur t erbang ke-2 dan pada nomor urut 4 pada jalur t ersebut .

3) Beberapa fot o udara ada yang m enggunakan inisial nama daerah yang t er cover oleh f ot o udara, cont oh: Yo4-2, yang art inya fot o udara mengcover

daerah Yogyakart a dengan jalur t erbang ke-4 dan nomor urut fot o ke-2. 4) Ada pula fot o udara yang t idak m encant umkan kat a RUN dan inisial daerah

yang dicover. Cont oh: 2-5. nomor per t ama adalah nomor jalur dan nomor

kedua adalah nomor urut fot o pada jalur 2.

5) Ada fot o udara yang menyediakan informasi nomor roll, kar ena mungkin t erjadi dalam sat u t idak cukup dengan sat u roll film.

Gambar 1. Pet a indeks jalur t er bang

Nomor-nom or fot o udara pada pet a indeks menunj ukkan let ak t it ik-t it ik t engah f ot o udara. Nomor fot o sangat pent ing unt uk keperluan:

a) M enent ukan fot o udara berpasangan (st ereopair) unt uk diamat i secar a st er eoskopik


(4)

3

b) M enget ahui t ut upan w ilayah suat u t empat yang t ergambar pada fot o udar a nomor berapa

c) M emudahkan dalam mencari fot o udara suat u t empat dengan bant uan

pet a indeks c. Skala

Skala dalam fot o udara merupakan hasil perbandingan ant ara panjang fokus dengan t inggi t erbang (S = f/ H). Bila pada bagian t epi sudah ada informasi skala

dan panjang fokus, maka skala dapat dipakai unt uk menget ahui ket inggian t erbang saat m elakukan pemot r et an. Skala diperlukan unt uk menget ahui jarak,

luas, dan volum e suat u objek yang t ergambar pada f ot o udara. Skala yang t er gambar pada f ot o udara biasanya berupa skala numerik. Skala t ersebut masih sangat kasar kar ena t idak memperhat ikan kondisi relief masing-masing t em pat

yang t ergambar pada f ot o udara. d. Panjang fokus kamera

Panjang fokus kamera adalah informasi yang sangat pent ing dalam segala

macam perhit ungan. Kegunaan informasi t ent ang fokus kamera yang paling mendasar adalah unt uk m enget ahui skala fot o udar a. Panjang fokus kam era

bersama inf or masi t inggi t erbang dapat dipakai unt uk m enget ahui skala. Penulisan panjang fokus kamera biasanya dengan sat uan mm, meskipun ada yang m enggunakan sat uan inch (sangat jarang digunakan). M isal 155,2, 155,15,

dan lain-lain (biasanya t ert era t anpa dit ulis sat uannya, t et api pada umumnya panjang fokus kamera adalah ant ara 150-300 mm.

e. Tinggi t erbang

Tinggi t er bang yang dimaksud adalah t inggi t erbang pesaw at di at as perm ukaan air laut ket ika sedang m elakukan pem ot ret an. Infor masi t inggi

t erbang mempunyai f ungsi yang sangat pent ing unt uk berbagai perhit ungan. Tinggi t erbang bersam-sama dengan panjang fokus kamera dapat m enunjukkan skala f ot o udara. Tinggi t erbang biasanya dit unjukkan oleh gambar alt im et er di

t epi fot o udara. Pada perhit ungan t inggi t erbang biasanya diberi simbol H. f. Buble level

Buble level at au t ingkat kemiringan alat / pesaw at saat m elakukan pem ot r et an. Buble level dit unjukkan dengan gelembung air raksa (nivo) di dalam


(5)

4

gambar lingkaran-lingkaran. Bila gelembung air raksa berada t epat di pusat lingkaran t erdalam berart i posisi pesaw at benar-benar dat ar. Bila posisi pesaw at benar-benar dat ar berart i sumbu kam era bet ul-bet ul vert ikal. Bila sumbu

kamera bet ul-bet ul vert ikal, maka f ot o udara yang dihasilkan benar-benar ver t ikal. Tingkat kemiringan sumbu kam era ini sangat pent ing, karena cara

perhit ungan geomet ri fot o udara t egak (ver t ikal) dengan fot o udara miring (oblique) berbeda.

g. Wakt u pemot r et an

Wakt u pemot r et an unt uk menghasilkan f ot o udara biasanya dilakukan pada

jam agak pagi (jam 9 sampai jam 11) at au jam agak sore (ant ara jam 14 sampai jam 16). Prinsipnya adalah menghindari pem ot r et an persis ket ika mat ahari t epat berada di at as kepala. Ket ika mat ahari condong ke barat at au ke t imur, maka

akan diperoleh bayangan. M engapa bayangan diperlukan? Ada beberapa fungsi bayangan objek dalam fot o udara, yakni:

1) Dapat m enunjukkan bent uk obj ek sebenar nya. Kar ena fungsi t ersebut ,

maka bayangan objek dijadikan sebagai unsur int erpret asi fot o udara. 2) Dalam kajian geomorfologi, bayangan objek dapat m embant u int erpr et asi

bent uk lahan.

3) Bersama dengan w akt u pemot r et an, bayangan dapat m enunjukkan arah orient asi.

Tanda w akt u biasanya pada t epi fot o udara digambarkan dengan gambar jam/ arloji.

h. Arah orient asi

Arah orient asi sebagaimana t er t era pada fot o berf ungsi unt uk m enunjukkan arah ut ara, yang berar t i dapat dipakai unt uk m enget ahui arah lainnya. Arah

orient asi pada fot o udara dit unjukkan dengan simbol sebagai berikut :

Pada beberapa fot o udara arah orient asi ini t erkadang t idak dicant umkan. Tidak dicant umkannya simbol ini mungkin karena kecerobohan pet ugas yang


(6)

5

mer eproduksi fot o udara. Solusi t erhadap keadaan f ot o udara yang t idak memiliki orient asi ini adalah dengan melihat bayangan objek pada f ot o udara, misal bayangan gedung, bayangan pohon, bayangan pegunungan, at au

objek-objek lainnya yang m em punyai ket inggian yang signifikan. Arah orient asi sebagaimana disebut di at as dapat dit ent ukan berdasarkan arah bayangan. Bila

pem ot r et an dilakukan pada pagi hari berart i arah bayangan menunjukkan arah barat dan bila pemot r et an dilakukan set elah mat ahari condong ke barat (jam

sore), maka arah bayangan menunjukkan arah t imur. i. Nama daerah

Nama daerah liput an pent ing unt uk diket ahui dengan maksud unt uk: 1) M emudahkan dalam m enent ukan lokasi suat u daerah yang lebih kecil,

misalnya kit a hendak m encari w ilayah Kecamat an Sew on, maka dapat dicari

pada f ot o udara dengan nama liput an Bant ul

2) M emudahkan dalam mencari pet a yang akan m enjadi dasar (pet a dasar) unt uk memasukkan hasil int erpret asi

3) M emudahkan dalam mem berikan kesan keruangan suat u w ilayah j. Lembaga penanggungjaw ab proyek pemot r et an

Lembaga yang bert anggungjaw ab t erhadap proyek pem ot r et an, biasanya lembaga pem erint ah, sepert i BPN, Pusurt a (Pusat Survai dan Pemet aan) TNI, Bakosurt anal, LAPAN, dan lain-lain.

k. Nama perusahaan yang m elakukan pemot r et an

Nama perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan yang m enjalankan

proyek pemot ret an. Bagi seorang int erpr et er inf ormasi mengenai nama perusahaan mungkin t idak begit u pent ing kar ena t idak ber kait an dengan kualit as dan t ingkat ket elit ian hasil int erpret asi.

2. M enent ukan t it ik t engah fot o udara (principal point )

Tit ik t engah fot o udara m er upakan pusat geom et ri f ot o udara, hampir semua

perhit ungan dalam fot o udara dimulai dari t it ik t engah. Tit ik t engah fot o udara dit ent ukan berdasarkan per pot ongan garis yang dit arik dari t anda fiducial mark.

Tanda fiducial ini t ergambar pada t epi fot o udara, biasanya berjumlah 4 at au 8. Cont oh t anda f iducial ini dapat dilihat pada gambar ber ikut :


(7)

6

Cara menent ukan t it ik t engahnya adalah:

Tit ik t engah diberi simbol PP singkat an dari principal point dan ada yang memberi simbol + dan o.

3. M enent ukan t it ik t engah pindahan (conjugat e principal point )

Tit ik t engah pindahan adalah posisi t it ik t engah f ot o udara dengan nom or lebih r endah yang t er let ak pada fot o udara nomor berikut nya (pada fot o udara berpasangan). M isalnya pada fot o udara pert ama t it ik t engahnya berupa objek

pert igaan jalan, maka per t igaan jalan t ersebut akan t ergambar pada fot o berikut nya at au fot o kedua. Posisi pert igaan di fot o kedua it ulah yang disebut dengan t it ik

t engah pindahan at au kalau t it ik t engah dinyat akan sebagai PP1 maka t it ik t angah pindahan adalah PP1’. Kecer mat an m engenali j enis objek pada t it ik t engah fot o pert ama sangat m enent ukan unt uk menent ukan ket epat an let ak t it ik t engah

pindahan. Bila t it ik t engah berupa obj ek yang mudah dikenali, sepert i per empat an jalan, lekuk sungai, sudut -sudut pemilikan at au penggunaan lahan, per mukiman,

at au objek lainnya, maka penent uan t it ik t engah pindahan lebih mudah. Cont oh posisi t it ik t engah pindahan:


(8)

7

Fungsi yang m endasar dari let ak t it ik t engah dan t it ik t engah pindahan adalah unt uk menent ukan basis rat a-rat a f ot o udara dan dasar perhit ungan geomet ri f ot o udara.

B. Tujuan

Tujuan dari prakt ikum ini adalah mahasisw a dapat mengenali dan m enggunakan

informasi yang t ersedia di bagian t epi (marginal inf ormat ion) fot o udara unt uk keperluan int erpr et asi fot o udara dan m engorient asikan fot o udara berpasangan secara

benar.

C. Alat dan Bahan

1. Fot o udara pankromat ik hit am put ih skala 1 : 13.000 wilayah pemot r et an Bant ul 2. Fot o udara pankr omat ik hit am put ih skala 1 : 18.000 daerah Kecamat an

Umbulharjo Kot a Yogyakart a 3. Kaca Pembesar

4. Penggaris

5. Spidol OHP t ipe F 6. Plast ik t ransparansi

D. Cara Kerja

1. Tent ukan fot o udara yang akan diident ifikasi informasi t epinya

2. Carilah pasangan fot o udar a yang t elah anda t ent ukan sebelumnya

3. Per hat ikanlah simbol-simbol yang ada pada bagian t epi fot o udara dengan

seksama

4. Cat at lah kelengkapan simbol-simbol t ersebut , apakah simbol-simbol t ersebut sudah lengkap

5. Tafsir kanlah art i masing-masing simbol t ersebut

6. Tent ukan t it ik t engah fot o udara ber pasangan t ersebut dengan cara menarik garis dari masing-masing t anda f iducial mark

7. Per hat ikanlah jenis objek pa yang t erl et ak persis di t it ik t engah fot o udara. Berilah t anda + pada t it ik t engah t ersebut


(9)

8

8. Per hat ikanlah jenis obj ek yang m er upakan t it ik t engah fot o udara pert ama apakah t er gambar pada fot o udara berikut nya. Jika t er gambar berilah t anda pada t it ik t ersebut , yang berart i t it ik t ersebut sebagai t it ik t engah pindahan

Cat at an:

1. Tit ik t engah pindahan m ungkin saja t idak ada jika t ampilan depan (end lap) t idak

sampai

≤ 50%.

2. Bila simbol-simbol yang seharusnya ada t et api t idak ada maka jangan


(10)

9

ACARA II

PENGENALAN OBJEK PADA FOTO UDARA M ULTISPEKTRAL

A. Dasar Teori

Fot o udara berdasarkan jenis gelombang yang digunakan dapat diklasifikasikan

menjadi f ot o udara ult raviolet , fot o udara pankromat ik (hit am put ih dan berw arna), dan fot o udara inframerah. Kenampakan suat u objek akan berbeda-beda pada

masing-masing jenis fot o t ersebut . Sebagai cont oh objek veget asi pada fot o udara pankromat ik berw arna t ampak hijau, t et api pada fot o udara inframerah berw arna t ampak dengan

w arna merah.

Unt uk menger t i karakt erist ik kenampakan objek, maka diperlukan penget ahuan yang cukup m engenai pola spekt ral dan unsur-unsur int erpr et asi. Pola spekt ral yang

dimaksud adalah nilai spekt ral suat u objek yang merupakan refleksi dar i int eraksi objek dengan gelom bang elekt romagnet ik dengan kisaran t ert ent u dibandingkan dengan nilai spekt ral objek lainnya (bukalah kem bali buku cat at an kuliah Penginderaan Jauh pada

pem bahasan m engenai pola spekt ral). Berdasarkan pola t anggapan obj ek t erhadap gelombang el ekt romagnet ik yang berbeda-beda panjang gelombangnya, maka

kemungkinan dijumpai suat u objek yang t idak t ampak pada fot o udara t ert ent u t et api t ampak pada f ot o udara lainnya.

Unsur int erpret asi yang meliput i: r ona, w arna, bent uk, t ekst ur, sit us, asosiasi,

bayangan, dan konver gensi bukt i dapat digunakan sebagai pembant u dalam memahami/ mengenali objek yang t erdapat pada masing-masing jenis fot o udara.

B. Tujuan

Tujuan dari prakt ikum ini adalah:

1. M ahasisw a dapat mengenal karakt erist ik suat u fot o udara berdasarkan gelombang el ekt romagnet ik yang digunakan

2. M ahasisw a dapat menerapkan konsep pola spekt ral dalam kegiat an int erpr et asi

objek yang t er gambar pada f ot o udara yang berbeda spekt ralnya

3. M ahasisw a dapat menggunakan unsur-unsur int er pret asi unt uk keperluan

pengenalan objek yang t er gambar pada fot o udara yang ber beda-beda spekt ralnya


(11)

10

C. Alat dan Bahan 1. Alat :

a. Kaca pembesar

b. Gambar pola spekt ral c. Gambar komposisi w arna

d. Spidol OHP t ipe F

2. Bahan

a. Fot o udara pankromat ik hit am put ih b. Fot o udara inframerah hit am put ih

c. Fot o udara pankromat ik berw arna d. Fot o udara inframerah berw arna e. Plast ik t ransparansi

D. Cara Kerja

1. Carilah sebuah objek yang paling anda kenali pada f ot o udara pankromat ik

hit am put ih

2. Objek yang t elah anda t ent ukan pada langkah per t ama, carilah keberadaannya

pada fot o udara inframer ah hit am put ih 3. Amat ilah perbedaannya dan cat at hasilnya!

4. Carilah sebuah objek yang paling anda kenali pada f ot o udara pankromat ik

berw arna

5. Objek yang t elah anda t ent ukan pada lankah keempat , carilah keberadaannya

pada fot o udara inframer ah berw arna

6. Amat ilah perbedaannya dan cat at lah hasilnya!

7. Buat lah pengenalan unt uk beberapa objek lainnya dengan m enggunakan

bant uan unsur-unsur int erpret asi dan pola spekt ral

8. Isilah t abel berikut ini set elah anda melakukan pengamat an dan perbandingan t er hadap beberapa fot o udara!


(12)

11

Tabel 1. Tingkat kemudahan pengenalan objek pada berbagai jenis fot o udara

Jenis Objek Fot o udara

pankromat ik hp

Fot o udara pankromat ik

color

Fot o udara IM hp

Fot o udara IM color

M Sd Sl M Sd Sl M Sd Sl M Sd Sl

Tubuh perairan

Per mukiman

Veget asi

Lahan pert anian

Jalan

Rerumput an

Bat uan/ t anah Lain-lain


(13)

12

ACARA III

INVENTARISASI PENGGUNAAN LAHAN

A. Dasar Teori

Ist ilah penggunaan lahan (land use), berbeda dengan ist ilah penut up lahan (land

cover). Perbedaannya, ist ilah penggunaan lahan biasanya meliput i segala jenis kenampakan dan sudah dikait kan dengan akt ifit as manusia dalam memanfaat kan lahan,

sedangkan penut up lahan m encakup segala jenis kenampakan yang ada di per mukaan bumi yang ada pada lahan t er t ent u. Penggunaan lahan merupakan aspek pent ing kar ena

penggunaan lahan m encer minkan t ingkat peradaban manusia yang m enghuninya. Berdasarkan uraian di at as dapat dipet ik kesimpulan bahw a invent arisasi penggunaan lahan kot a m er upakan salah sat u masukan yang cukup pent ing sebelum dapat

melakukan per encanaan penggunaan lahan.

Suat u unit penggunaan lahan mew akili t idak lebih dari suat u ment al const ruct yang didesain unt uk m emudahkan invent arisasi dan akt ifit as pemet aan (M alingreau dan

Rosalia, 1981). Int erpr et asi penggunaan lahan dari f ot o udara ini dimaksudkan unt uk memudahkan deliniasi. Unt uk dapat memper cepat hasil invent arisasi dengan hasil yang

cukup baik, maka pemanf aat an dat a penginderaan jauh pada saat ini merupakan suat u pilihan yang t erbaik di dalam invent arisasi penggunaan lahan kot a. Karena dari dat a penginderaan jauh m emungkinkan diperoleh informasi t ent ang penggunaan lahan

secara rinci, dan adanya perubahan pemanfaat an lahan kot a yang cepat dapat pula dimonit or dari dat a penginderaan jauh.

Penggunaan lahan menjadi pedoman unt uk int erpr et asi agar mudah dikomunikasikan ant ara int erpret er dengan pengguna. Ada beberapa klasifikasi penggunaan lahan yang dikemukakan oleh para ahli, sepert i klasifikasi penggunaan

lahan menur ut Ida M ade Sandhi (UI), Krost ow izsky (Polandia), Sut ant o (UGM ), M alingreau (Net herland), dan lain-lain (lihat kem bali cat at an m engenai klasifikasi penggunaan lahan). Beberapa pem erint ah daerah melalui Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) membuat klasifikasi penggunaan lahan agar sesuai dengan kondisi set empat . Klasifikasi penggunaan lahan dibagi menjadi beberapa

t ingkat an, masaing-masing t ingkat an menunjukkan t ingkat ker incian klasifikasi. Oleh karena it u dalam m enggunakan sist em klasifikasi, seorang int erpr et er harus


(14)

pandai-13

pandai membuat pert imbangan agar ant ara resolusi spasial dengan t ingkat klasifikasi sinkron. Pert imbangan lainnya adalah kesesuaian sist em klasifikasi dengan kondisi penggunaan lahan set empat dan sesuai dengan kebut uhan.

B. Tujuan

Pem et aan penggunaan lahan kot a, dengan bersum ber pada dat a penginderaan jauh. Dat a penginderaan jauh yang digunakan adalah fot o udara dalam berbagai skala.

Skala cit ra penginderaan jauh mempunyai kait an dengan kerincian dat a yang direkamnya, pada umumnya fot o udara skala besar akan mer ekam objek muka bumi

lebih rinci dibandingkan dengan f ot o udara skala sedang dan set erusnya. Pada lat ihan ini pem et aan penggunaan lahan (penut up lahan) dengan m enggunakan dat a penginderaan jauh berbagai skala, dan pet a yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut :

1. Pet a penggunaan lahan kot a skala besar 2. Pet a penggunaan lahan kot a skala sedang 3. Pet a penggunaan lahan kot a skala kecil

C. Alat dan Bahan 1. St eroskop cermin 2. Kaca pembesar 3. Fot o udara skala besar

4. Fot o udara skala sedang 5. Fot o udara skala kecil

6. Pet a t opografi sebagai pet a dasar 7. Alat t ulis dan alat gambar

D. Cara Kerja

1. Siapkan dat a penginderaan jauh yang akan digunakan unt uk menyadap informasi penggunaan lahan (penut up lahan). Dat a yang akan digunakan unt uk

menyadap infor masi penggunaan lahan skala besar adalah fot o udara skala 1 : 5.000 – 10.000, dat a penginderaan jauh yang akan digunakan unt uk menyadap


(15)

14

25.000 dan fot o udara yang digunakan unt uk menyadap informasi pada t ingkat lanjut adalah skala 1 : 30.000 – 50.000.

2. Buat mosaik dari fot o udara yang akan digunakan

Tujuan m em buat mosaik ini adalah unt uk memberikan gambaran umum daerah yang akan dikaji. Dengan m enget ahui gambaran m enyeluruh dari daerah yang

akan dikaji, akan membant u keberhasilan proses int erpret asi dan menget ahui kesan keruangan.

3. Sediakan pet a dasar yang berupa pet a t opografi at au pet a administ rasi

Skala pet a (sumber) yang digunakan unt uk pet a dasar sebaiknya disesuaikan

dengan hasil akhir yang diinginkan. Hindari melakukan pembesaran skala dalam pem buat an pet a dasar.

4. Siapkan klasifikasi penggunaan lahan

Klasifikasi yang akan dibuat harus disesuaikan dengan t ujuan sur vey dan kualit as dan resolusi dat a penginder aan jauh yang akan digunakan. Klasifikasi yang harus disesuaikan dengan t ujuan sur vey, berart i bahw a kerincian set iap kat egori

penggunaan lahan di dalam klasifikasi harus disesuaikan dengan infor masi yang dibut uhkan. Di samping it u klasifikasi harus m em perhat ikan kualit as dat a

penginderaan jauh yang t ersedia, berart i klasifikasi harus memperhat ikan kemampuan dat a penginderaan jauh yang digunakan. Jadi hindarkan membuat klasifikasi sangat rinci (tingkat III) apabila dat a penginderaan jauh yang

digunakan m em punyai skala kecil. Sebagai bahan acuan lihat t abel klasifikasi penggunaan lahan/ penut up lahan di baw ah yang biasa digunakan unt uk

pem et aan dengan pendekat an pengeinderaan jauh. Klasifikasi penggunaan lahan biasanya dibuat dengan mengacu pada klasifikasi yang t elah dibuat oleh para ahli sepert i M alingreau, Krost ow izsky, I M ade Sandy, Sut ant o, dan lain-lain.

At au bila klasifikasi yang ada t idak sesuai dengan keadaan daer ah yang hendak dibuat klasifikasinya maka dapat dilakukan modofikasi at au mengacu pada klasifikasi yang dibuat oleh Bappeda set empat .

5. Lakukan int er pret asi t erhadap dat a penginderaan jauh yang t ersedia dan klasifikasikan sesuai dengan sist em klasif ikasi penggunaan lahan dan t ingkat

kerincian dat a yang dibut uhkan.


(16)

15

7. Lengkapi pet a penggunaa lahan yang ada dengan anot asi dsan informasi pet a lainnya, sepert i simbol-simbol, nama-nama t empat , dan lain-lain.

8. Buat lah laporan

Secara garis besar laporan berisi: judul, pendahuluan, t ujuan, met ode, hasil dan pem bahasan hasil, dan kesimpulan. Laporan ini dibuat unt uk masing-masing

pet a penggunaan lahan yang dihasilkan.

Catat an:

1. Sist em klasifikasi penggunaan lahan disesuaikan dengan w ilayahnya, jika daerah

yang diint er pr et asi berupa kot a, maka pakailah sist em klasifikasi penggunaan lahan unt uk kot a dan bila daerah yang diint erpr et asi berupa desa maka gunakanlah sist em klasifikasi penggunaan lahan desa.

2. Pet a penggunaan lahan skala kecil akan digunakan unt uk st udi agihan lahan bukan bangunan yang ada di daer ah perkot aan (lahan kosong diusahakan maupun belum diusahakan).

3. Pet a penggunaan lahan kot a set engah rinci (skala sedang), hasil pem et aannya akan digunakan unt uk survey per mukiman, maka di dalam membuat klasifikasi

harus memperhat ikan t ujuan dari survey t ersebut .

4. Pet a penggunaan lahan rinci (skala besar) dimaksudkan unt uk input dalam per encanaan penggunaan lahan kot a secara umum.

5. Ukuran minimum delineasi suat u obj ek poligon (bukan linear) adalah 2,5 mm x 2,5 mm pada pet a akhir. Jadi sat uan pemet aan t erkecil akan m empunyai ukuran

2,5 mm x 2,5 mm pada pet a kahir. Sedangkan unt uk objek linear at uran t ersebut di at as t idak berlaku.


(17)

16

Sist em Klasifikasi Penggunaan Lahan Kot a

No

Tingkat Kerincian Klasifikasi

Tingkat I Tingkat II Tingkat III Tingkat IV

1 Daer ah Kot a Perm ukim an -Pola Terat ur - Kepadat an r endah

- Kepadat an sedang -Pola set engah t erat ur - Kepadat an r endah - Kepadat an sedang - Kepadat an t inggi

-Pola t idak t erat ur - Kepadat an r endah

- Kepadat an sedang - Kepadat an t inggi - Kepadat an sangat tinggi

-Khusus - Asram a M ilit er

Perdagangan -Pasar

-Pom bensin

-Pusat perbelanj aan -Besar –Kecil

-Pert okoan

Industri -Pabrik/ perusahaan

-Gudang

Transport asi -Jalan

-St asiun/ t erminal -Keret a api/ Bis/ Angkut an

Jasa -Kelem bagaan Perkant oran, sekolah/ kampus

-Non-Kelem bagaan Hot el

Rekreasi -Kebun binat ang

-Lapangan Olah raga -St adion

-Gedung Pertunjukan Tem pat ibadah -M asjid

-Gr eja

Pert anian -Sawah

-Tegalan -Kebun Cam puran

Hut an -Hut an/ Tam an wisat a

Lain-lain -Kuburan -Um um -M akam pahlaw an

-Lahan kosong

-Lahan sedang dibangun


(18)

17

ACARA IV

INVENTARISASI PENGGUNAAN LAHAN KOTA DENGAN CITRA SATELIT

A. Dasar teori

Saat ini banyak sekali sat elit penginderaan jauh yang sedang ber edar, masing-masing jenis sat elit seper t i Landsat (1-7), NOAA, baskara, SPOT, Envisat , Ikonos,

Quickbird, dan lain-lain mempunyai karakt erist ik dan t ujuan sendiri-sendiri. Sat elit sumber daya bumi SPOT diluncurkannya pada t ahun 1986, dengan membaw a dua

sensor, yait u mult ispekt ral (XS) dan pankromat ik. Sensor mult ispekt ral t erdiri dari t iga saluran, yait u saluran XS1 (0,50 – 0,59 urn), XS2 (0,61 – 0,68 urn), dan XS3 (0,79 – 0,89 urn). Resolusi spasial unt uk sensor mult ispekt ral adalah 20 x 20 m, sedangkan

pankromat ik 10 x 10 m. Sat elit ini mempunyai periode ulang 26 hari (resolusi t emporal). Sat elit ini mempunyai cakupan yang cukup laus, yait u set iap kerangka (scene) mempunyai liput an sekit ar 60 km x 60 km.

Sebagaimana sat elit lainnya yang t elah dikembangkan dengan maksud unt uk memperoleh dat a penginderaan jauh yang lebih t er perinci, maka SPOT saat ini juga

t elah dikembangkan m enjadi SPOT 5. dew asa ini pemanfaat an cit ra SPOT ini t elah sampai t ahap operasionalisasi unt uk berbagai t erapan. Salah sat u bent uk t erapan t er sebut adalah digunakannya cit ra sat elit t ersebut unt uk invent arisasi penut up

lahan/ penggunaan lahan pada skala t injau. Keunt ungan pemanf aat an cit ra sat elit unt uk invent arisasi simber daya lahan adalah adanya cakupan yang luas, r esolusi t empor al

sangat baik, dan dat a direkam dengan berbagai saluran (band). Dengan direkam nya dat a dalam berbagai saluran memungkinkan m emadukan berbagai saluran cit ra SPOT menjadi cit ra baru yang mempunyai kualit as lebih baik, khususnya unt uk pengamat an

visual.

B. Tujuan

Pem et aan penggunaan lahan kot a dengan menggunakan cit ra sat elit . Cit ra sat elit yang digunakan adalah cit ra SPOT kom posit w arna yang dibant u cit ra SPOT

pankromat ik hit am put ih. Daerah yang dipet akan adalah kot a Yogyakart a dan sekit arnya. Hasil yang diharapkan adalah: Pet a penggunaan lahan/ penut up lahan skala


(19)

18

t injau daerah perkot aan Yogyakart a besert a uraian mengenai agihan masing-masing kat egori penggunaan lahan yang ada. Uji kemampuan cit r a sat elit unt uk pemet aan penggunaan lahan kot a.

C. Alat dan Bahan 1. Kaca pembesar

2. Cit ra SPOT komposit w arna (saluran XS1, XS2, dan XS3)

3. Cit ra SPOT pankromat ik hit am put ih 4. Pet a t opografi sebagai pet a dasar

5. Alat t ulis dan alat gambar

D. Cara Kerja

1. Siapkan dat a penginderaan jauh yang akan digunakan unt uk menyadap informasi penggunaan lahan. Dat a yang akan digunakan unt uk menyadap informasi penggunaan lahan t ingkat t injau adalah cit ra sat elit SPOT komposit

w arna dari saluran XS1, XS2, dan XS3, unt uk m endapat kan hasil yang baik digunakan cit ra SPOT pankromat ik sebagai dat a bant u.

2. Siapkan pet a dasar yang berupa pet a t opografi.

a. Skala pet a (sumber) yang digunakan unt uk pet a dasar sebaiknya disesuaikan dengan hasil akhir yang diinginkan.

b. Hindari melakukan pembesaran skala dalam pembuat an pet a dasar, kar ena pem besaran pet a bert ent angan dengan kaidah kart ografi. Kecuali

perbesaran skala diikut i dengan penambahan kerincian isi. 3. Siapkan klasifikasi penggunaan lahan.

a. Klasifikasi yang akan dibuat harus disesuaikan dengan t ujuan survey dan

b. ket ersediaan dat a penginderaan jauh. Tujuan survey adalah unt uk melihat sebar an

c. daerah t erbangun di kot a Yogyakart a secara umum. Sedangkan dat a yang

digunakan adalah dat a penginderaan jauh dengan r esolusi spasial 20 x 20 met er. M aka klasifikasi yang dibuat harus memper t imbangkan dua


(20)

19

4. Lakukan int er pret asi t erhadap dat a penginderaan jauh yang t ersedia dan klasifikasikan sesuai dengan t ingkat kerincian dat a yang dibut uhkan.

5. Pindahkan det ail hasil int erpret asi ke pet a dasar.

6. Lengkapi pet a penggunaan lahan yang ada dengan anot asi dan informasi pet a lainnya.

7. Buat laporan.

8. Secara garis besar laporan berisi: judul, pendahuluan, t ujuan, met ode, hasil dan


(21)

20

ACARA V

PEM ILIHAN LETAK (SITE SELECTION) PERM UKIM AN

A. Dasar Teori

Per ubahan penggunaan lahan saat ini t erjadi begit u int ensif. Perubahan t ersebut

berkait an dengan pert umbuhan penduduk yang t inggi, baik di desa maupun di kot a. Jumlah penduduk akibat pert umbuhan penduduk yang t inggi ini membaw a konsekuensi

logis t erhadap kebut uhan lahan unt uk t empat t inggal (permukiman). Kebut uhan lahan perm ukiman di daerah perkot aan di Indonesia t erus menigkat sejalan dengan

pert umbuhan penduduk perkot aan yang r elat if masih t inggi dibandingkan pert umbuhan penduduk di daerah pedesaan. Penduduk di negara-negara berkembang t umbuh secara cepat , t erut ama di daerah perkot aannya. M isal, Kot a Bombay t elah t umbuh menjadi

t ujuh kali lipat sejak t ahun 1945, Kot a Bombay angka pert umbuhan r at a-rat anya 225.000 jiw a t iap t ahunnya, dan penduduk Nairobi t umbuh dari 1,2 jut a pada t ahun 1087 m enjadi 2,5 -3,0 jut a jiw a pada t ahun 2000 (Brouw er, 1990). Sebagaimana halnya

kot a di negara-negara berkembang lain, kot a-kot a di Indonesia juga demikian, jumlah penduduk kot a meningkat dengan laju pert umbuhan 5,5 persen per t ahun pada dekad e

1980 – 1990 (Tjahyat i dalam Budihardjo, 1997).

Jumlah penduduk yang bermukim di kebanyakan kot a-kot a di Indonesia t um buh dengan sangat cepat , jauh lebih cepat dari angka rat a-rat a per t umbuhan penduduk

Indonesia. Rat a-rat a per t umbuhan penduduk saat ini adalah sekit ar 2 persen per t ahun, sem ent ara pert umbuhan penduduk kot a bert ambah sebesar 3,3 persen (Emil Salim

dalam Budihardjo, 1992). M akin banyaknya penduduk kot a akibat pert umbuhan alami maupun migrasi berimplikasi pada makin besarnya t ekanan penduduk at as lahan kot a yang t er bat as, karena kebut uhan ruang unt uk t empat t inggal penduduk kot a dan unt uk

fasilit as-f asilit as umum lainnya. Hal ini menjadi per soalan besar bagi per encana dan pengelola kot a, sert a penduduk sendiri.

Secara kasar, kebut uhan per umahan unt uk penduduk perkot aan di Indoensia

adalah 400.000 unit per t ahun, dengan asumsi pert umbuhan penduduk perkot aan 4% per t ahun, accupancy rat e 5 orang, dan kebut uhan rumah unt uk t ahun sebelumnya

t elah t erpenuhi. Perkiraan t ersebut belum mempert imbangkan adanya perumahan yang kualit as bangunannya di baw ah st andard. Berdasarkan perkiraan kebut uhan rumah


(22)

21

t er sebut , maka kebut uhan lahan permukiman per t ahun adalah 2400 ha, dengan asumsi set iap rumah minimum mempunyai luas lahan 60 m2. t ingginya per mint aan lahan perm ukiman t ersebut , karena per mukiman m erupakan salah sat u kebut uhan primer

manusia disamping kebut uhan pangan dan sandang.

Lahan yang dicadangkan unt uk m enampung perkembangan kot a luasnya relat if

t er bat as, dan dari luas yang t erbat as t ersebut t idak seluruhnya sesuai unt uk konst ruksi bangunan. Sedangkan unt uk pengembangan per m ukiman dibut uhkan lahan yang

mem enuhi beberapa krit eria. Kr it eria fisik harus sesuai unt uk konst r uksi bangunan, dan krit eria sosial ekonomi harus memenuhi persyarat an lahan permukiman lainnya, sepert i:

adanya fasilit as dan ut ilit as kot a, aksesibilit as baik, dan jarak dari t empat bekerja masih dalam jangkauan. Agar m emenuhi kr et eria t ersebut di at as maka luas lahan yang t er sedia unt uk permukiman di daerah perkot aan sangat t er bat as.

Adanya perbedaan yang cukup mencolok ant ara besarnya permint aan lahan unt uk permukiman dan t erbat asnya lahan yang ada, menyebabkan banyak dijumpai adanya per mukiman yang dibangun pada lokasi yang kurang sesuai secara fisik maupun

non-fisik. Permukiman yang dibangun pada kondisi yang kurang sesuai akan menyebabkan t erancamnya penghuni dari beberapa bencana alam, dan beberapa

hambat an yang berkait an dengan kenyamanan unt uk bert empat t inggal.

Pada beberapa akt ifit asnya para per encana dan pengelola kot a harus melakukan survey unt uk m enent ukan alt ernat if yang paling m engunt ungkan di dalam pemanfaat an

lahan. Proses t ersebut sering dinamakan pemilihan let ak (sit e select ion). Ist ilah pemilihan let ak ini biasanya hanay digunakan di dalam perencanaan kot a, ist ilah

t er sebut set ara dengan ist ilah evaluasi lahan (land evaluat ion) pada per encanaan lahan pedesaan dan regional (de Bruijn, 1988). Pemilihan lokasi unt uk permukiman dengan menggunakan krit eria fisik dan non-fissik akan membant u mengat asi adanya t ambahan

biaya unt uk penyediaan f asilit as dan diharapkan nant inya akan menimbulkan kenyamanan bagi penghuninya.

Beberapa t ahapan kegiat an yang sering dilakukan dalam proses pemilihan let ak

(sit e), yait u:

1. Pem et aan kesesuaian lahan

Berupa ident ifikasi fakt or yang berpengaruh t erhadap pemilihan let ak, baik fakt or yang m engunt ungkan at aupun fakt or pembat asnya


(23)

22

2. Evaluasi pembiayaan t erhadap adanya pemilihan let ak unt uk suat u kegiat an t ert ent u (per mukiman, indust ri, lapangan udara)

3. Analisis dampak lingkungan (Amdal)

M et ode yang digunakan unt uk pemet aan kesesuaian lahan (dengan pengharkat an) biasanya salah sat u dari beberapa met ode, sebagai ber ikut :

a. pendekat an binary

b. pendekat an kesesuaian berjenjang

c. pendekat an kesesuaian berjenjang t er t imbang

Penginderaan jauh dapat berperan secara langsung unt uk melakukan langkah pert ama,

sedangkan unt uk langkah kedua dan ket iga penginder aan jauh masih m empunyai peran t et api secara t idak langsung.

B. Tujuan

Pemanfaat an dat a penginderaan jauh unt uk survey pemilihan let ak lahan perm ukiman kot a dan memberikan rekomendasi priorit as pemanfaat annya.

C. Alat dan Bahan a. St er eoskop cermin b. Kaca pembesar

c. Alat pemindah int erpret asi

d. Fot o udara skala besar daerah M agelang at au Klat en, at au Yogyakart a e. Pet a t at a ruang

f. Pet a dasar D. Cara Kerja

1. M et ode yang digunakan unt uk pemilihan let ak adalah t eknik pengharkat an

dengan fakt or penimbang (berjenjang t ert imbang) dan penapis (filt ering). Fakt or penimbang ini digunakan karena set iap param et er m empunyai bobot pengaruh yang berbeda-beda t erhadap nilai kesesuaian lahan permukiman.

2. Lakukan deliniasi sat uan pemet aan pada set iap l embar fot o udara. Sat uan pem et aan adalah suat u area/ poligon yang diasumsikan mempunyai karakt erist ik

homogen t erhadap param et er yang akan digunakan unt uk m enilai kesesuaian lahan. Sat uan pem et aan yang digunakan pada lat ihan ini adalah gabungan


(24)

23

ant ara ler eng dan penggunaan lahan. Klasif ikasi kemir ingan lereng dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan penggunaan lahan pada Tabel 5.

3. Lakukan int erpret asi paramet er pemilihan let ak unt uk lahan permukiman pada

set iap sat uan pemet aan. Paramet er yang digunakan t erdiri dari paramet er fisik dan sosial ekonomi sebagai berikut :

a. kemiringan lereng b. drainase permukaan

c. kerent anan banjir

d. jarak t erhadap jalan raya (aksesibilit as)

e. Jarak t erhadap sumber bencana f . penggunaan lahan

g. Kedalaman air t anah

Klasifikasi paramet er kesesuaian lahan unt uk per mukiman dan besarnya harkat yang digunakan dapat dilihat pada t abel 1 s/ d t abel 5.

Gunakan t abel 1-6 unt uk pedoman penghit ungan skor Tabel 1. Krit eria kemiringan lereng

No Paramet er Harkat

Kemiringan Deskripsi

1. <8% Dat ar (baik) 3

2. 8 – 15% Landai (sedang) 2

3. >15% M iring (jelek) 1

Tabel 2. Krit eria drainase permukaan

No Paramet er Harkat

Drainase Deskripsi

1. Pengat usan cepat Dat ar (baik) 3

2. Pengat usan lembat Landai (sedang) 2

3. Tergenag M iring (jelek) 1

Tabel 3. Krit eria kerent anan banjir

No Paramet er Harkat

Banjir Klas

1. Pengat usan cepat Dat ar (baik) 3

2. Pengat usan lembat Landai (sedang) 2


(25)

24

Tabel 4. Krit eria jarak t erhadap jalan raya

No Param et er Har kat

Jarak Klas

1. Pengat usan cepat Dat ar (baik) 3

2. Pengat usan lembat Landai (sedang) 2

3. Tergenang M iring (jelek) 1

Tabel 5. Krit eria Jarak t erhadap sumber bencana (disesuaikan dengan jenis ancaman bencana

No Param et er Har kat

Jarak dari sumber bencana Klas

1. Tidak t erpengrauh secara langsung Baik/ aman 3

2. Kemungkinan t erpengaruh secara

langsung

Kurang aman

(sedang)

2

3. Terpengaruh secara langsung oleh bencana

Tidak aman (jelek) 1

Tabel 6. Kr it eria Penggunaan Lahan

No Param et er Har kat

Penggunaan lahan Klas

1. Pengat usan cepat Baik 3

2. Saw ah, perkebunan, kebun

campuran

Sedang 2

3. Hut an, permukiman Jelek 1

4. Sit us purbakala, lahan milit er, kelembagaan, kaw asan lindung

Sangat jelek 0

4. Hasil int erpret asi paramt er-paramet er t ersebut selanjut nya dipindahkan pada pet a dasar. Gunakanlah pet a dasar yang mempunyai skala yang sama dengan

cit ra yang digunakan. Bila pet a dasar m empunyai skala lebih besar, maka skala pet a dapat diperkecil, t et api bila skala pet a dasar lebih kecil t idak dapat secara langsung diperbesar (ingat kaidah kart ografi ! ). Perbesaran boleh dilakukan bila

disert ai penambahan t ingkat kerincian informasi.

5. Hit unglah jumlah harkat set iap sat uan pem et aan (mapping unit ). Jumlah harkat

set iap sat uan pem et aan m erupakan hasil perkalian ant ara angka klas paramet er dengan fakt or penimbangnya. Besarnya fakt or penimbang masing-masing variabel dapat dilihat pada t abel 7.


(26)

25

Tabel 7. Fakt or penimbang Paramat er Pemilihan Lokasi Lahan unt uk Permukiman

No Param et er Fakt or Penimbang

1. Kemiringan lereng 2

2. Drainase permukaan 1

3. Kerent anan namjir 3

4. Jarak t erhadap jalan besar 2

5. Jarak t erhadap sumber bencana 3

6. Penggunaan lahan 2

7. Kedalaman air t anah 1

Cat at an: penent uan besarnya angka fakt or penimbang dit ent ukan berdasarkan besarnya pengaruh paramt er t er hadap kesesuaian lokasi

6. Buat lah pet a t ingkat keseseuaian lahan unt uk per m uiman m enjaedi 5 (lima) kelas. Unt uk menent ukan lebar int erval kelas (CI), gunakan rumus berikut :

CI=( ) ( )

=

( )

=5,2 (=5)

Cat at an: nilai maksimum (bila kondisi pet a dalam kondisi baik) adalah 39 dan niai minimumnya adalah 1/ 3 nilai maksimum

7. Hasil perhit ungan CI t ersebut selanjut nya dipakai unt uk menent ukan t ingkat kesesuaian lokasi unt uk permukiman.

Tabel 8. Penent uan skor nilai dan kelas kesesaian lahan,

No Jumlah skor Klas Deskripsi

1.

≥28

Klas I Sangat sesuai

2. 23 – 27 Klas II Sesuai

3. 18 – 22 Klas III Agak sesuai

4. 13 – 17 Klas IV Kurang sesuai


(27)

26

ACARA VI

PEM ETAAN KUALITAS LINGKUNGAN PERM UKIM AN

A. Dasar Teori

Unt uk menilai kualit as permukiman dari fot o udara diperlukan sejumlah

paramet er f isik pada f ot o udara. Beberapa penelit i menggunakan paramet er yang hampir sama, perbedaannya hanya pada acuannya, jumlah paramet er yang digunakan ,

dan t eknik analisisnya. Lillesand dan Kieffer (1994) menggunakan param et er fakt or lingkungan unt uk menilai kualit as suat u perumahan/ per mukiman, yakni: ukuran rumah,

ukuran lahan pekarangan, kepadat an bangunan, mundurnya let ak bangunan dari jalan, lebar dan kondisi jalan, kondisi t rot oar dan ringgiran, ada/ t idak adanya jalan unt uk kendaraan, ada/ t idak adanya garasi, kualit as veget asi, pem eliharaan halaman dan lahan

t er buka, jarak t empat parkir dan jarak t erhadap daerah indust ri.

Sut ant o (1995) mengemukakan sejumlah param et er unt uk m enilai kualit as lingkungan permukiman dengan t ujuan unt uk m engident ifikasi permukiman kumuh.

Param et er t ersebut m erupakan modifikasi dari paramet er yang digunakan oleh Veiga (1988 dalam Sokhi, 1993). Param et er t ersebut m eliput i kepadat an rumah, ukuran

rumah, t at a let ak, subdivisi (persil-persil), sirkulasi (jaringan jalan), lokasi, lingkungan, aksesibilit as, dan medan.

Beberapa penelit i menggunakan param et er kualit as permukiman yang

dikemukakan oleh Dirjen Cipt a Kar ya dalam buku pedoman perint isan perbaikan lingkungan permukiman kot a (P4LPK) den gan cara seleksi (dipilih paramet er yang dapat

disadap dari fot o udara), kar ena param et er t er sebut t idak dikhususkan unt uk penginderaan jauh. Suryono (1984) m enggabungkan beberapa param et er yang digunakan oleh How ar d (1974), Dirjen Cipt a Karya, dan hasil observasi lapangan.

Per mukiman adalah suat u bent uk art ifisial maupun nat ural dengan segala kelengkapannya yang digunakan oleh manusia, baik secara individual maupun kelompok, unt uk bert empat t inggal baik sem ent ara maupun menet ap dalam rangka

menyelenggarakan kehidupannya (Yunus, 1987). Secara kont inum, eksist ensi perm ukiman dapat digolongkan m enjadi per mukiman perkot aan, per mukiman peralihan

kot a-desa, dan per mukiman pedesaan (Van Den Ber g, 1984 dalam Yunus, 1987). Secar a garis besar perw ujudan per mukman dapat digolongkan menjadi dua, yait u permukiman


(28)

27

perkot aan dan permukiman pedesaan (Bint art o, 1977). Pembahasan selanjut nya difokuskan pada per mukiman kot a, kar ena aspek yang akan dit elit i adalah per mukiman kot a.

Per mukiman kot a berkembang lebih dinamis dan cepat perkembangannya, sehingga t erkadang perkembangannya m elew at i bat as w ilayah administ rasi kot a. Oleh

karena it u, unt uk lebih m emudahkan dalam penelit ian ini maka permukiman perkot aan yang dimaksud adalah per mukiman yang secar a fisik daerah persebarannya berada pada

w ilayah kot a. Wilayah kot a di sini adalah dalam pengert ian kot a yang dibat asi oleh garis administ rasif.

Per mukiman kot a dit andai oleh bangunan yang ber variasi kualit as dan sanit asinya, sert a t erdapat permukiman kum uh dan liar (Sumaat madja, 1988). Ciri perm ukiman kot a yang m enonjol adalah t ingkat kepadat annya, oleh karenanya

kepadat an permukiman kot a ini menjadi krit eria yang paling signifikan unt uk mengident ifikasi kualit as permukiman pada fot o udara (Lingdren, 198?). Lingdren menggunakan paramet er kepadat an ini unt uk mengident ifikasi permukiman t ak layak.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dan hasil obser vasi lapangan yang dilakukan penelit i, diperoleh int isari bahw a unt uk m engenali/ mengident ifikasi

perm ukiman kot a sehingga dapat dibedakan dengan lingkungan per mukiman pedesaan paling t idak ada 5 unsur kunci, yakni: pola persebar an, t ingkat kepadat an bangunan, t ingkat ket erat uran bangunan, pola jar ingan jalan, dan segr egasi.

Lingkungan permukiman kot a sebagai bagian dari ekosist em kot a selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan kehidupan manusianya.

Per ubahan t ersebut biasanya disert ai dengan berbagai masalah lingkungan (Poer ba, 1986). M asalah-masalah lingkungan yang muncul diant aranya berupa degradasi lingkungan, t empat t inggal yang t idak layak unt uk lebih dari separuh penduduk kot a,

infrast rukt ur yang kurang, dan lain-lain (Juppenlat z, 1990).

Unt uk mengat asi persoalan per mukiman kot a yang cenderung m enurun kualit asnya t ersebut dilakukan Program Perbaikan Kampung, dan kini upaya perbaikan

fisik kot a diperluas dengan program per emajaan lingkungan per mukiman kot a. Agar lingkungan per mukiman t et ap t erjaga dan pelaksanaan program-program t ersebut t idak

salah sasaran, maka perlu dilakukan pemant auan dan evaluasi daerah-daerah mana yang m em erlukan program-progr am t ersebut .


(29)

28

Kegiat an monit oring dan evaluasi t erhadap lingkungan per mukiman harus dilaksanakan secara ber kala, dengan maksud unt uk memper oleh gambaran kondisi perm ukiman dan masalah-masalah yang t imbul (Komarudin, 1997). Kant or M enneg

Lingkungan Hidup (1997) dalam Agenda 21 Indonesia, juga mengusulkan bahw a salah sat u hal yang harus dilakukan pada periode 1998-2003 adalah meningkat kan

kemampuan, perbaikan, dan peningkat an kualit as lingkungan perm ukiman yang ada. Periode 2003-2020 perlu dilakukan pemant auan dan evaluasi t erus-menerus t erhadap

perkembangan kondisi lingkungan per mukiman. Kondisi at au kualit as permukiman dapat dilacak dari dat a penginder aan jauh (fot o udara) dengan m emperhat ikan

paramet er-param et er penent unya. Beberapa param et er yang sering digunakan ant ara lain: kepadat an rumah, t at a let ak, lebar jalan, kondisi jalan, kondisi halaman, pohon pelindung, dan lokasi (sit e). Unt uk menent ukan nilai kualit as permukimannya dapat

dilakukan dengan m et ode pengharkat an (scoring), yait u: memberikan har kat at au nilai pada set iap sat uan pem et aan at au unit pem et aan (dalam hal ini blok permukiman yang seragam). Harkat set iap paramet er penilai kualit as permukiman dit ent ukan dalam t iga

klas, yait u: baik harkat t iga, sedang harkat dua, dan jelek harkat sat u. Karena set iap paramet er m em punyai bobot pengaruh yang berbeda-beda t erhadap kualit as

perm ukiman, maka set iap paramet er t ersebut dit ent ukan juga fakt or penimbangnya (w eight ing f act or). Jumlah nilai kualit as permukiman didapat dengan m enjumlahkan set iap harkat paramet er yang t elah dikalikan dengan fakt or penimbangnya.

B. Tujuan

M emet akan kualit as permukiman kot a. C. Alat dan Bahan yang Digunakan

1. Alat :

a. St er eoskop cermin

b. Kaca pembesar dengan skala pengukur c. M eja sinar

2. Bahan:

a. Fot o udara pankromat ik hit am put ih skala 1 : 6.000 (Kot a Yogyakart a), at au

fot o udara pankromat ik h/ p skala 1 : 10.000 (Kot a M agelang), at au fot o udara pankromat ik h/ p skala 1 : 6.000 (Kot a Klat en).


(30)

29

b. Pet a dasar yang ber upa pet a t opografi at au pet a baku lainnya (lembar Yogyakar t a at au lembar M agelang at au lembar Klat en).

D. Cara Kerja

1. Tent ukan t it ik pusat dan pusat pindahan fot o udara pada set iap f ot o yang akan

diint erpret asi.

2. Buat pet a dasar (sumber pet a dasar adalah pet a t opografi at aupun pet a st andar

lainnya). Skala pet a dasar disesuaikan dengan kerincian pet a t emat ik yang akan dibuat , dan skala cit ra penginderaan jauh yang digunakan.

3. Siapkan st ereoskop cer min, t ransparan, dan alat t ulis.

4. Pasang fot o udara (sepasang) di baw ah st er eoskop cer min, kemudian kenali dan bat asi (delineasi) permukiman yang m empunyai keseragaman perujudan pada

fot o udara. Per mukiman yang secara r elat if mempunyai kepadat an, t at a let ak, dan per ujudan yang seragam digunakan sebagai sat uan pem et aan (mapping unit).

Sat uan pem et aan ini kemudian digunakan sebagai dasar penilaian paramet er kualit as permukiman. Apabila diket emukan sat uan pem et aan yang

t er lalu kecil di gambar pada pet a dasar, gabungkan sat uan pemet aan t ersebut ke dalam sat uan pemet aan di dekat nya.

5. Hit ung kepadat an rumah pada set iap sat uan pemet aan (blok permukiman) yang

t elah dibat asi sebelumnya. Kepadat an rumah yang dimaksud dalam lat ihan ini adalah perbandingan luas t ut upan at ap dan luas permukiman (percent ace of

roof cover), bukan jumlah rumah per sat uan pem et aan. 6. Tat a let ak rumah at au pola pengat uran let ak bangunan rumah

a. Kat egori baik, apabila pengat uran let ak bangunan baik. Tat a let ak baik

apabila 50% at au lebih bangunan perumahan yang t erdapat pada sat uan pem et aan dit at a secara t erat ur, bangunan perumahannya m enghadap ke jalan at au mempunyai akses yang baik, dan pola bangunan perumahan

pada permukiman t ersebut t ert at a secara t erat ur .

b. Kat egori sedang, apabila pengat uran let ak bangunan cukup, yait u apabila

ant ara 25%-50% bangunan per umahan yang t er dapat pada sat uan pem et aan dit at a secara t erat ur.


(31)

30

c. Kat egori buruk, apabila sebagian besar pola pengat uran let ak bangunan kurang at au bangunan perumaahn yang t er t aat dengan baik dan yang mempunyai aksesibilit as baik < 25% dari seluruh bangunan yang ada.

7. Lebar jalan (lebar jalan lingkungan pada set iap sat uan pem et aan)

a. Lebar jalan masuk (lingkungan) baik, apabila sebagian besar ( > 50% ) dari

jalan masuk yang t erdapat pada sat uan pemet aan dapat dilalui mobil besar (t ruk, bus) at au lebar jalan rat a-rat a lebih dari 6 met er.

b. Jalan masuk sedang, apabila ant ara 25%-50% lebar jaaln pad asat uan pem et aan dapat dilalui mobil (lebar jalan ant ara 3-6 met er).

c. Kat egori lebar jalan jelek, apabila sebagian besar jalan masuk t idak dapat dilalui mobil at au kurang dari 25% lebar jalan yang dapat dilalui mobil. 8. Kondisi jalan (kondisi permukaan jalan)

a. Kat egori baik, apabila permukaan jalan lingkungan pada sat uan pem et aan sebagian besar ( > 50% ) t elah diperkeras dengan aspal, semen, at au conblok.

b. Kat egori sedang, apabila permukaan jalan yang di perkeras panjangnya ant ara 25%-50% dar i seluruh panjang jalan lingkungan pada sat uan

pem et aan.

c. Kat egori jelek, apabila permukaan jalan yang diperker as panjangnya kurang dari 25% dari seluruh panjang jalan lingkungan pada sat uan pem et aan.

9. Kondisi halaman

a. Kondisi halaman baik, sebagian besar ( > 50% ) rumah yang ada pada sat uan

pem et aan mempunyai halaman rumah yang t eraw at dengan baik.

b. Kondisi halaman sedang, ant ar a 25%-50% rumah yang ada pada sat uan pem et aan mempunyai halaman yang t eraw at .

c. Kondisi halaman jelek, sebagian besar rumah yang ada pada sat uan pem et aan halaman depannya t idak t eraw at .

10. Pohon pelindung di t epi jalan

a. kat egori baik, pohon pelindung jalan t erdapat pada sebagian besar jalan lingkungan, at au lebih dari 50% jalan yang ada pada sat uan pem et aan


(32)

31

b. Kat egori sedang, jalan yang ada pohon pelindungnya pada set iap sat uan pem et aan ant ara 25%-50% dari seluruh panjang jalan yang ada.

c. Kat egori jelek, apabila jalan lingkungan yang dit anami pohon pelindung

panjangnya kurang dari 25% dari seluruh panjang jalan yang ada.

11. Lokasi permukiman adalah lokasi relat if t erhadap kenyamanan bert empat

t inggal.

a. kat egori buruk, apabila lokasi dekat dengan sumber polusi udara maupun

suara. Sebagai cont oh: sat uan pem et aan yang t erlet ak dekat dengan bangunan indust ri besar, pada dat aran banjir, pada lokasi yang merupakan

garis lurus dari landasan pacu pangkalan udara (run way).

b. Kat egori sedang, yait u sat uan pem et aan yang berupa per mukiman t idak t erpengaruh secara langsung dengan kegiat an sumber polusi (udara dan

suara) maupun pada lokasi rent an bencana alam.

c. Kat egori baik, apabila lokasi sat uan pem et aan jauh dari sumber polusi dan masih cukup dekat dengan fasilit as kot a.

12. Hit ung nilai kualit as permukiman pada set iap sat uan pem et aan (blok perm ukiman), dan lakukan klasifikasi nilai kualit as permukiman t ersebut

menjadi 5 klas. Unt uk menent ukan int er val klas gunakan f or mula sebagai berikut :

erval

jumlah

dah

skorterren

ggi

Skortertin

erval

Lebar

int

int

Catat an:

1. Param et er st udi kualit as permukiman dalam pr akt ikum ini dibat asi sedemikian rupa, disesuaikan dengan w akt u yang t ersedia.

2. Param et er yang dipilih dalam prakt ikum ini, khususnya paramet er yang informasinya dapat disadap secara langsung dari dat a penginderaan jauh (fot o

udara).

3. Unt uk dapat dioperasionalkan, maka hasil int erpret asi harus diuji kebenarannya

di lapangan dan perlu didukung dengan dat a hasil pengukuran lapangan dan at au dat a sekunder.


(33)

32

ACARA VII

PENEN TUAN NILAI PAJAK BUM I DAN BANGUNAN

A. Dasar Teori

Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan at as hart a t ak bergerak.

Pajak Bumi adalah pengenaan pajak at as permukaan bumi (lahan), sedangkan pajak bangunan adalah pengenaan pajak at as konst ruksi t eknik yang dit anam at au dilekat kan

secara t et ap pada lahan; konst ruksi t eknik t ersebut dapat dimanfaat kan sebagai t empat t inggal, at au t empat berusaha, at au t empat yang dapat diusahakan (Sekret aris Negara,

1986).

Pada dasarnya semua lahan, yang t erlet ak di dalam wialyah Republik Indonesia, dikenakan kew ajiban membayar pajak bumi dan bangunan (PBB). Tet api dalam

pelaksanaannya t erdapat beberapa pengecualian, objek yang t idak dikenakan pajak ant ara lain: objek pajak yang digunakan unt uk kepent ingan umum, peninggalan purbakala, t anah negara, dan lain-lainnya. Apabila dirinci objek pajak yang t idak t erkena

kew ajiban membayar pajak karena berfungsi sebagai f asilit as umum, ant ara lain: t empat ibadah, pendidikan, kant or pemerint ah, kesehat an, dan kegiat an sosial.

Pajak Bumi dan Bangunan har us dibayar seorang w ajib pajak set iap t ahun, dan pada set iap periode t er t ent u besarnya pajak t erhut ang akan dit injau kembali. Pajak yang harus dibayarkan oleh set iap w ajib pajak besarnya t idak hanya dipengaruhi oleh luas

objek pajaknya, t et api ada beber apa fakt or lainnya. Salah sat u fakt or yang mempengaruhi besar nya pajak bumi (lahan) adalah harga lahan at au harga jual lahan,

sedangkan unt uk pajak bangunan adalah kualit as bangunan at au fasilit as di dalam bangunan t ersebut .

Besar nya pajak yang harus dibayar oleh seorang w ajib pajak dit ent ukan dengan

menghit ung nilai jual lahan (luas persil dikalikan dengan harga lahan per sat uan luas) at au sering disebut dengan ist ilah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Apabila pada objek pajak t ersebut t idak t erjadi t ransaksi jual beli, maka besar nya NJOP dit ent ukan dengan

membandingkan objek pajak t ersebut dengan lahan yang m empunyai karakt erist ik yang sama at au m enafsirkan harga lahan berdasarkan fakt or pengaruhnya. Secara umum

harga lahan dipengaruhi oleh beberapa fakt or, ant ra lain: lokasi relat if t erhadap fasilit as, kondisi fisik lahan, kondisi lingkungan, penggunaan lahan, dan aksesibilit as.


(34)

33

Hasil penafsiran Nilai Jual Objek Pajak, kemudian akan digunakan unt uk menent ukan besarnya Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Pada saat ini Nilai Jual Kena Pajak besarnya 20% dari Nilai Jual Objek Pajak. Penent uan besarnya NJKP t ersebut seragam

unt uk seluruh daerah dan t idak dirinci dalam daerah kot a dan desa (NJKP adalah 20% dari NJOP). Perat uran penent uan besarnya NJKP ini dit uangkan dalam Perat uran

Pem erint ah (PP Nomor 46/ 1985). Unt uk m enyederhanakan cara penent uan besarnya pajak yang dihit ung dari harga lahan, maka t elah dit et apkan suat u Keput usan M ent eri

Keuangan RI t ent ang Penent uan Klasifikasi dan Besarnya Nilai Jual Objek Pajak (Rochmat Soemit ro, 1989). Berdasarkan perat uran t ersebut klasifikasi Nilai Jual Pajak Bumi dirinci

ke dalam 50 klas.

Unt uk menent ukan besarnya pajak bangunan at urannya sedikit berbeda. Cara menghit ung besarnya pajak bangunan, maka nilai NJKP akan dikurangi t erlebih dahulu

dengan nilai bangunan t idak kena pajak (BTKP). Pada saat ini nilai bangunan t idak kena pajak besarnya Rp 2.000.000,-. Perat uran ini t erut ama dit ujukan unt uk m engurangi beban m embayar pajak bagi masyarakat yang secara ekonomi t ermasuk dalam

kelompok menengah ke baw ah. Karena bangunan perumahan yang sangat sederhana secara ot omat is akan t erbebas dari kew ajiban membayar pajak bangunan. Jadi apabila

harga jaul bangunan (NJOP bangunan) kurang dari Rp 2.000.000,-, maka t idak dikenakan pajak bangunan, t et api hanya membayar pajak lahan (bumi) saja.

Secara sederhana cara menent ukan besarnya pajak bumi dan bangunan

adalah sebagai berikut : Besarnya pajak bumi (lahan) yang har us dibayar oleh w ajib pajak adalah:

Pajak Bumi (lahan) = 0,5% * NJKP

Cat at an:

0,5% = Tarif pajak

NJKP bumi = 20% * NJOP

NJOP bumi = Luas lahan * Harga lahan per sat uan luas

Besar nya pajak bangunan yang harus dibayar oleh w ajib pajak adalah:

Pajak Bangunan = 0,5% * NJKP

Cat at an:


(35)

34

= 20% * (NJOP – BTKP) = Kualit as bangunan = Rp 2.000.000,-

Pada lat ihan ini hanya akan menghit ung besarnya pajak bumi (lahan), dengan cara menent ukan Idas Nilai Jual Objek Pajak Bumi (lahan). Unt uk

menent ukan klas NJOP akan dit afsirkan dari harga lahan yang diperoleh dari hasil int erpret asi dat a penginderaan jauh. M et ode yang digunakan unt uk

menent ukan har ga lahan adalah pendekat an pengharkat an (scoring) t er hadap fakt or-fakt or yang m empengaruhi harga lahan. Hasil perhit ungan harkat set iap

sat uan pem et aan akan digunakan sebagai dasar penent uan harga lahan di lapangan. Cara mengkonversi:

Jumlah harkat menjadi dat a harga lahan digunakan acuan dat a hasil

pengamat an di lapangan secara sampling. B. Tujuan

M enafsir pajak bumi melalui int erpret asi cit ra penginderaan jauh.

C. Alat dan Bahan yang digunakan 1. Alat :

a. St er eoskop cermin b. M idloupe (loupe)

c. M eja sinar

2. Bahan

a. Fot o udara pankromat ik hit am put ih daerah perkot aan Yogyakart a, at au fot o udara pankromat ik hit am put ih daerah perkot aan Klat en

b. Pet a dasar (pet a t opografi at au pet a administ rasi)

D. Cara Kerja

Sebagai pedoman dalam lat ihan ini, maka urut an kerjanya adalah sebagai


(36)

35

1. Persiapkan cit ra penginderaan jauh, menggunakan f ot o udara pankromat ik skala besar at aupun cit r a sat elit (Quickbird, Ikonos, SPOT 5, at au lainnya) dan pet a dasar. Unt uk pet a dasar sesuaikan dengan t ingkat kerincian cit ra

2. Lakukan int erpret asi dengan sat uan pem et aan (mapping unit ) berupa persil lahan. Sat uan pemet aan ini berisi inf ormasi penggunaan lahan dan aksesibilit as

sat uan penggunaan lahan. Buat lah ukuran poligon t erkecil dengan dimensi 2,5 mm x2,5 mm pada pet a akhir.

3. Int erpr et asi yang dilakukkan pada lat ihan ini m enggunakan beberapa paramet er penaksiran harga lahan berikut :

a. Penut up/ penggunaan lahan

b. t ingkat aksesibilit as dari jalan ut ama

c. Jarak t erhadap fasilit as kot a (misal: perkant oran, sekolah, dll)

d. kondisi f isik lahan (misal: kemiringan lereng, bent uk lahan) e. Kondisi lingkungan (palnned or unplanned)

4. Hit unglah jumlah harkat f akt or yang m empengar uhi harga lahan pada set iap

sat uan pem et aan. Jumlah harkat dapat diket ahui dengan cara m enjumlahkan harkat 5 param et er sebagaimana t ersebut di at as. Gunakan t abel 1 s.d t abel 5

unt uk menghit ung jumlah harkat set iap mapping unit .

5. Tent ukan harga lahan per sat uan luas ber dasarkan jumlah harkat dan dat a pengamat an lapangan. Pada lat ihan ini, asumsikan bahw a sat uan pem et aan

dengan skor t ert inggi mempunyai harga lahan Rp 1.000.000/ m3. Penent uan harga lahan lainnya t ent ukan berdasarkan gar is regresi linier

6. Buat lah klasifikasi harga lahan per sat uan luas dari hasil int erpret asi ke dalam kelas lahan (Kelas Nilai Jual Objek Pajak=NJOP) dengan menggunakan t abel klasifikasi Tabel 6.

7. Hit ung besarnya pajak t erhut ang dan beberapa f akt or penent unya, yakni: a. NJOP (sat uan pem et aan)

b. Nilai Jual Kena Pajak/ JNKP (sat uan pem et aan)

c. Pajak t erhut ang (per persil)

8. Unt uk menghit ung besarnya NJOP dan NJKP, dapat dihit ung pada set iap sat uan


(37)

36

persil. Sem ent ara penghit ungan besarnya pajak t erhut ang harus dihit ung per persil.

9. Cara menghit ung pajak t erhut ang

a.ukurlah luas set iap persil

b.pajak t erhut ang = 0,5 * (luas persil * NJKP)

1. Buat laporan yang berisi: a. Pendahuluan

b. Tujuan c. M et ode

d. Hasil dan pembahasan hasil e. Kesimpulan

f . Lampiran (pet a hasil dan t abel pajak bumi)

Catat an:

1. Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak yang dikenakan pada persil yang

meliput i bumi (lahan) dan bangunan di at asnya. Tet api pada lat ihan ini dibat asi hanya menaf sir besarnya pajak t erhut ang bumi, sebab cara m enafsir besarnya

pajak t erhut ang bangunan melalui pendekat an penginderaan jauh masih mengalami kesulit an t anpa dilakukan pekerjaan lapangan yang int ensif. Karena ket er bat asan w akt u unt uk survey lapangan, maka pada lat ihan ini akan

difokuskan unt uk menafsir pajak bumi saja.

2. Unt uk menghit ung besarnya Nilai Jual Objek Pajak dan Nilai Jual Kena Pajak,

dapat dihit ung pada set iap sat uan pem et aan. Set iap sat uan pem et aan kemungkinan t erdiri dari sat u persil at au gabungan beberapa persil. Sedangkan unt uk m enghit ung besarnya pajak t erhut ang, harus dihit ung per persil. Karena

besarnya pajak t erhut ang harus dihit ung per persil, maka cara menghit ungnya adalah sebagai berikut :

Ukur luas set iap persil

Pajak t erhut ang == 0,5 * (luas persil * NJKP)

3. Param et er unt uk menafsir harga lahan pada lat ihan ini t idak dapat dit erapkan

secar a langsung pada set iap kondisi lahan. Sebab har ga lahan sangat ber variasi ant ara sat u daerah dengan daer ah lainnya, dan secara umum har ga lahan


(38)

37

dipengar uhi oleh lat ar belakang kondisi sosial ekonomi penghuninya (Lihat pasal 2 Ayat 2 UU PBB).

4. Pada lat ihan ini hanya dipilih beberapa paramet er yang dapat dengan mudah

disadap dari dat a penginderaan jauh. Dengan asumsi param et er t ersebut merupakan paramet er ut ama yang m empengaruhi harga lahan di suat u t empat .

5. Pedoman yang digunakan unt uk m enent ukan harga lahan (Gambar 1), yang diper oleh dengan cara m enghit ung besar nya jumlah harkat , t idak dapat

digunakan sebagai acuan unt uk menafsir har ga lahan sembarang t empat . Secara garis regresi t ersebut diperoleh dari mengolah dat a sekunder pada skala

set engah r inci.

Tabel 1 s.d t abel 6 berikut adalah klasifikasi paramet er dan harkat unt uk

penafsiran harga lahan.

Tabel 1. Klasifikasi dan harkat Paramet er penut up/ penggunaan lahan

No Kelas Kat egori penut up/ penggunaan lahan Harkat

1 I Per dagangan dan Jasa 5

2 II Per mukiman 4

3 II Pekarangan, lahan kosong 2

4 IV Per t anian (saw ah, t egalan, perkebunan) 1

5 V Tempat ibadah, pendidikan, perkant oran, kesehat an, makam

0

Tabel 2. Klasifikasi dan harkat Tingkat aksesibilit as dari jalan ut ama

No Kelas Kat egori penut up/ penggunaan lahan Harkat

1 I Berimpit 5

2 II < 50 m 4

3 II 50 m – 150 m 3

4 IV 150 m – 500 m 2


(39)

38

Tabel 3. Klasifikasi dan harkat Jarak t erhadap Fasilit as Kot a

No Kelas Kat egori penut up/ penggunaan lahan Harkat

1 I <500 m 5

2 II 500 m – 1000 m 4

3 II 1000 m – 2500 m 3

4 IV 2500 m – 5000 m 2

5 V >5000 m 1

Tabel 4. Klasifikasi dan harkat Kemiringan Ler eng

No Kelas Kat egori penut up/ penggunaan lahan Harkat

1 I Dat ar (0 – 4) 5

2 II M iring (2 – 15%) 4

3 II Terjal (15 – 25%) 3

4 IV Sangat t erjal (>25%) 2

Tabel 5. Klasifikasi dan harkat Tingkat aksesibilit as dari jalan ut ama

No Kelas Kat egori penut up/ penggunaan lahan Harkat

1 I Ter encana 5

2 II Tidak t erencana 1

Tabel 6. Cont oh Klasifikasi Nilai Jual Kena Pajak berdasar (selanjut nya lihat UU PBB dan PP PBB t erbaru)

No Kelas Nilai Jual Lahan Ket ent uan Nilai Jual (Rp/ m2)

1 >1.500.000 1.650.000

2 1.200.000 – 1.500.000 1.350.000

3 960.000 – 1.200.000 1.080.000

4 768.000 – 960.000 864.000

5 614.000 – 768.000 691.000

6. 492.000 – 614.000 553.000

7. 393.000 – 492.000 442.000

8. 315.000 – 392.000 354.000

9 252.000 – 315.000 283.000

10 201.000 – 252.000 226.000

11 161.000 – 201.000 181.000

12 129.000 – 161.000 145.000

13 103.000 – 129.000 116.000

14 82.000 – 103.000 92.500


(40)

39

ACARA VIII

PENENTUAN LOKASI IKLAN LUAR RUANGAN

A. Dasar Teori

Saat ini fenom ena ikaln luar ruangan (out door reclame) kian menyeruak

bagaikan pohon-pohon pesan yang sengaja dit anam . Sepert inya set iap jengkal t anah dan kemanapun kaki melangkah di bumi perkot aan di sanalha ada iklan. Warga kot apun

sulit menghindari keberadaannya. Billboard berukuran besar di mana-mana semakin menambah sesaknya jalanan yang r elat if sempit , karena banyak reklam e yang

menempat i daerah milik jalan (damija). Reklam e dalam segala w ujudnya, seper t i billboard t elah m enyerang perasaan w arga kot a dengan berbagai t usukan, dari yang bersifat menggugah animo masyarakat t er hadap produk t er t ent u sampai pada

menggugah nafsu syahw at w arga kot a.

Fenom ena t ersebut mencuat kar ena produsen yang menghasilkan barang at au jasa t er t ent u yang dit aw arkan bersama dengan perusahaan/ biro iklan berusaha unt uk

memasang iklan sebanyak-banyaknya di t it ik-t it ik st rat egis sepanjang jalan kot a (Tinarbuko, 2004). Gejala t ersebut semakin m enjadi-jadi manakala aparat pemkot yang

bert ugas m enjalankan fungsi kont rol t idak begit u m emahami dan menyadari akan art i pent ingnya est et ika dan ruang t erbuka di kot a unt uk keperluan kenyamanan dan t empat ber ekreasi bagi w arga kot a. Pemda/ pemkot seringkali lebih banyak berorient asi pada

bagaimana m encari unt ung sebanyak-banyaknya (profit or ient ed) sebagai upaya mencari pendapat an daerah sebanyak-banyaknya, sehingga ser ingkali pemda set empat seringkali

menyet ujui pemasang iklan.

Pemasangan salah sat u jenis iklan semest inya m em perhat ikan kondisi lahan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekit arnya. Suat u cont oh bet apa suat u jenis iklan

mengganggu per anan mayarakat adalah iklan Bust e Cream, yang didirikan / dipasang pada devider Jalan Lingkar (ring road) Ut ara Yogyakar t a. Lokasi iklan t ersebut berada di ant ara 3 (t iga) perguruan t inggi, yakni UPN, Amikom, FE/ M M UII. Iklan t ersebut

menampilkan gambar seorang w anit a cant ik yang berpose aduhai, sehingga iklan t er sebut banyak m enuai pr ot es dari pihak kampus. Pada akhirnya iklan t ersebut dirusak

masyarakat , kar ena prot es yang dilancarkan w arga t idak diperhat ikan oleh pemasang iklan dan pem erint ah daerah. Baliho t ersebut baru digant i set elah dirusak oleh


(41)

40

masyarakat . Sat u cont oh lagi iklan pemasangannya t idak memperhat ikan karakt erist ik lokasi adalah iklan rokok bersama iklan-iklan lainnya yang berlokasi di Per em pat an Tugu. Keberadaan iklan t ersebut kurang m emperhat ikan aspek budaya, karena iklan-iklan

t er sbut yang berukuran besar t ernyat a dapat menut upi kenampakan bangunan t ugu yang m erupakan maskot Kot a Yogyakart a.

Beberapa aspek yang harus dipert imbangkan dalam penent uan iklan luar ruangan adalah:

a. Eksist ensi bangunan-bangunan bersejarah

Keberadaan bangunan-bangunan bersejarah harus dipert imbangkan dalam

penent uan lokasi iklan luar ruangan, dalam pengert ian jangan samapi iklan yang ada di sit u m enut upi bangunan t ersebut . Iklan yang ada di sekit ar bangunan-bangunan bersejarah t idak boleh secara langsung m engganggu pandangan w arga t erhadap

bangunan. Ol eh kar ena it u di depan bangunan ini t idak boleh didirikan iklan luar ruangan, bahkan seandainya akan didirikan di samping kanan kirinya pun t et ap harus m emperhat ikan ukuran iklan (reklam e) t ersebut . Hal ini perlu diper hat ikan,

jangan sampai iklan lebih menarik perhat ian masyarakat daripada bangunan bersejarah.

b. Veget asi

Bagian w ajah kot a yang dit umbuhi pepohonan yang rimbun at au berumur puluhan t ahun, sehingga t umbuhan t ersebut m enjadi paru-paru kot a jangan sampai

diganggu dengan iklan-iklan berukuran besar. Apabila pepohonan ini dit ut upi oleh iklan luar ruangan, billboard misalnya, maka disamping m erusak est et ika juga

mengganggu pepohonan di dalam menyerap sinar mat ahari unt uk fot osint esis. Veget asi yang dit ut up ol eh iklan akan menyebabkan w ajah veget asi sebagai penghijau kot a t idak t ampak. Ol eh kar ena it u sedapat mungkin harus diusahakan

agar pada daerah yang ber veget asi t idak didirikan reklam e luar ruang. Kalaupun harus dibuat reklame, maka reklame t ersebut harus berukuran kecil.

c. Bangunan-bangunan ut ama

Bangunan-bangunan ut ama yang dimaksud dalam hal ini adalah bangunan perkot aan, bangunan-bangunan yang menjadi ciri khas kot a. Suat u cont oh bet apa

bangunan ut ama kot a t elah m enjadi t ereduksi maknanya karena pengaruh iklan adalah bangunan t ugu, yang merupakan maskot Kot a Yogyakart a. Tugu kini t er t ut up


(42)

41

oleh beberapa iklan, diant aranya adalah iklan rokok. Jangan sampai keadaan ini t erjadi pada bangunan ut ama lainnya. Di Kot a Yogyakar t a, bahkan bangunan bersejarah dapat t ergusur oleh kepent ingan bisnis, yakni dengan didirikannya M all

Ambar ukmo.

d. Bangunan t empat ibadah/ lembaga keagamaan dan pendidikan

Pemasangan iklan harus pula memperhat ikan fungsi bangunan di sekit arnya. Jangan sampai di lokasi yang dekat dengan t empat ibadah/ lembaga keagamaan dan

pendidikan dipasang iklan yang t idak menampilkan nilai -nilai dan moralit as. Suat u cont oh bet apa iklan yang t idak mem perhat ikan nilai-nilai moralit as yang sesuai

dengan fingsi bangunan at au masyarakat sekit arnya, adalah iklan Bust e Cream yang menampilkan seorang w anit a cant ik yang hampir bert elanjang dada. Iklan t ersebut berlokasi di ant ara t iga lembaga pendidikan yakni UPN, Amikom, dan UII, bahkan

persis pada t it ik yang merupakan pert igaan yang padat , t ent u dapat menimbulkan kemacet an karena iklan yang m emang sangat m enar ik t erut ama bagi anak muda. Pada akhirnya iklan t ersebut mendat angkan prot es mahasisw a UII dan masyarakat

set em pat . Kejadian sej enis juga t erjadi di beberapa kot a lain di mana iklan-iklan yang t idak sesuai dengan kr it eria akhirnya dibongkar paksa baik oleh masyarakat

maupun oleh pemerint ah daerah (ht t p:/ / w w w.Jakart a.go.id/ 20/ 12/ 04). e. Ruang t erbuka

Ruang t erbuka m er upakan bagian dari w ajah kot a yang dapat digunakan oleh

w arga kot a unt uk berr ekr easi, melepas kepenat an, dan bermain. Oleh kar ena it u keberadaan ruang t erbuka sangat pent ing bagi suat u kot a. Apabila di ruang t erbuka

ini dipasang iklan-iklan ber ukuran besar, maka fungsi ruang t erbuka ini menjadi t er eduksi dan berubah m enjadi ruang yang t idak t erbuka lagi. Oleh karena it u ruang t erbuka idealnya bebas dari r eklame, apabila masih ada reklam e luar r uang juga,

meski dengan ukuran kecil berart i t elah m engurangi kualit as ruang t erbuka. Ruang t erbuka yang dibiarkan t erbuka akan m emperoleh skor penilaian yang lebih t inggi. Bila di ruang t erbuka didirikan iklan juga, maka akan mengurangi nilai kenyamanan


(43)

42

B. Tujuan

1. M enilai t ingkat kesesuaian pemanfaat an lahan unt uk lokasi iklan luar ruangan di jalan lingkar selat an, sehingga dapat dibuat pet a kesesuaian pemanfaat an lahan

unt uk iklan luar ruangan.

2. M enent ukan lokasi-lokasi yang sesuai dengan pemasangan iklan luar ruangan

sesuai dengan karakt erist ik dan dimensi iklan t ersebut .

C. Alat dan Bahan 1. Alat

a. St er eoskop cermin b. St er eom et er c. Penggaris

d. Spidol OHP t ipe F

2. Bahan

a. Fot o udara pankromat ik hit am put ih skala besar daer ah lingkar ut ara Kot a

Yogyakar t a

b. Pet a t opografi at au pet a administ rasi

c. Plast ik t ransparan d. Kert as kalkir

D. Cara Kerja

1. Pelajari masing-masing variabel yang m enent ukan pemilihan lokasi iklan

sebagaimana disebut kan dalam dasar t eori

2. Sediakanlah fot o udara skala besar yang m enggambarkan daerah yang hendak dievaluasi

3. Deliniasilah masing-masing unit lahan

4. Pakailah pedoman unt uk penilaian dengan menggunakan t abel t erlampir 5. Buat lah klasifikasi kesesuaian (menjadi 3 at au 5), misalnya sesuai, sedang, dan

t idak sesuai


(44)

43

ACARA IX

UJI KETELITIAN HASIL INTERPRETASI

A. Dasar Teori

Hasil int erpret asi fot o udara harus diuji t ingkat ket elit iannya agar dapat diket ahui seberapa besar ket elit ian hasil int erpret asinya, sehingga dat a yang diperoleh dapat dipercaya kebenarannya dan dapat dijadikan dasar unt uk m elakukan evaluasi. Uji ket elit ian ini meliputi seluruh hasil int erpret asi variabel penelit ian. Bila hasil uji ket elit ian ini memiliki persent ase m inim al yang dit et apkan berart i hasil int erpret asi akurat .

M enurut Short (1982), ada 4 met ode unt uk m enguji ket elit ian hasil int erpret asi cit ra, yakni : field checks at select ed point s, est imat e of agreem ent bet w een Landsat and reference maps or phot os, st at ist ical analysis, and confusion mat rix calculat ion. Cara pengujian ket elit ian hasil int erpret asi dalam penelit ian ini adalah dengan m enggunakan m et ode confusion mat rix calculat ion. M et ode-m et ode uji ket elit ian t ersebut sebenarnya digunakan untuk m enguji ket elit ian hasil int erpret asi dat a cit ra digit al Landsat , t et api tidak t ert utup kem ungkinan unt uk digunakan pada uji ket elit ian hasil int erpret asi fot o udara dengan cara m em odifikasinya. Sut anto (1994) melakukan m odifikasi t erhadap m at rik t ersebut dengan cara m engubah pixel m enjadi pet ak-pet ak bujur sangkar at au m enjadi luas bagi m asing-masing hasil int erpret asi at au obyek. Ket elit ian hasil int erpret asi ini m eliput i uji ket elit ian kat egorik (masing-m asing kat egori obyek) dan uji ket elit ian hasil int erpret asi secara keseluruhan at au penggunaan lahan. Dalam penelitian ini hanya dilakukan uji ket elit ian hasil int erpret asi, sem ent ara uji ket elit ian pem et aan tidak dilakukan karena t it ik t ekan penelitian ini pada besarnya perubahan dan agihannya.


(1)

68

Posisikan point er didalam layer dan geserkan m ouse point er didalam cit ra (at au klik sembarang pixel). Cell Values Prof ile m enunjukan nilai dat a dari t ujuh band dalam cit ra landsat unt uk lokasi pixel sekarang dalam cit ra. Nilai dat a sekarang adalah secara perlahan ujung baw ah edge pada kot ak dialog unt uk m em buat lebih besar dan t erang).

7. M embuat Geolinking8

Geolinking sangat berguna unt uk visualisasi dar i area geograf ik yang sam a dengan t ipe image yang berbeda at au algorit hm pemr osesan yang berbeda, dan banyak aplikasi lain. Beberapa macam geolinking yang t ersedia dalam ER M apper:

Window Link dar i dua at au lebih w indow cit ra unt uk m em perlihat kan cakupan geografis yang sama. Zooming at au Panning dalam sat u w indow akan m enyebabkan operasi yang sama pada w indow lain yang t er hubung.

Screen Link w i ndow cit ra dengan sebuah cit ra “ mast er” yang berfungsi sebagai sebuah l em baran pet a virt ual pada layar. Window yang t erhubung akan m em per lihat kan cakupan geograf is dar i cit ra-cit ra t ersebut secar a relat if t erhadap w indow mast er

Overview Zoom Link ant ara w indow cit ra dengan sebuah cont rol w indow “ mast er” . M em buat sebuah kot ak zoom pada cont r ol w indow menyebabkan w indow -w indow m enge-zoom ke ar ea yang didefinisikan.

Overview Roam Link ant ara w indow cit ra dengan sebuah kont rol w indow “ mat er” . cit ra pada w i ndow kepada sat u “ mast er” w indow kont rol. M enge-drag mouse pada cont r ol w indow m nyebabkan w indow unt uk m enge-pan (at au roam) sehingga posisi t it ik pusat sama dengan posisi mouse pada kont rol w indow .

Dari menubar pilih View / Algorit hm, at au dari t oolbar klik

8

Geolinking merupakan sebuah teknik yang sangat berguna dalam membantu anda menganalisa

area geografik yang sama dengan menggunakan berbagai citra yang berbeda atau berbagai

teknik pemrosesan berbeda.


(2)

69

Dari menu Algor it hm pada gambar diat as klik dibaw ah kat a No Dat aset unt uk meload Dat a yang akan dit ampilkan.

Akan keluar t ampilan baru, kot ak Rast er Dat aset Kemudian pilih Dat a yang akan dit ampilkan (ex: D:\ PRAKTIKUM PJ\ sat ya_baja_hit am\ examples\ Shared_Dat a\ lat ihan3.ers) kemdian pilih

Akan keluar t ampilan baru, kot ak Rast er Dat aset Kemudian pilih Dat a yang akan dit ampilkan (ex: D:\ PRAKTIKUM PJ\ sat ya_baja_hit am\ examples\ Shared_Dat a\ lat ihan3.ers) kemudian pilih

Dari menu bar pilih File Open

Dari menu open algorit m pilih direkt ori D:\ PRAKTIKUM PJ\ sat ya_baja_hit am\ exampl es\ Shared_Dat a\ lat ihan3.er s

Dari menu bar klik “ Copy Window s and Algorit m” unt uk m enduplikasi cit ra, geser cit ra hasil duplikasi ke kanan dan dibuat lebih kecil dengan m enggeser mouse

Dari menu bar pilih View kemudian “ Geoposit ion” Dari menu “ Algorit m Geoposit ion Ext ent ” click “ Geolink” Dari menu “ Geolink mode” klik “ overview roam”

Klik mouse ke w indow cit ra sebelah kiri dan mengakt ifkannya

Klik Apply. M enu “ Algorit m Geoposit ion Ext ent ” t et ap mucul di layer monoit or dadan di at as window akt if t erdaoat t ulisan “ overview roam geolink”

Klik dan at ur posisi mouse di w indow sebelah kiri unt uk mendapat kan

“ geolinking” di w indow sebelah kanan.

Akt ifkan window sebelah kanan dengan menklikkan mouse ke dalam w indow cit ra.

Pada m enu “ Algorit m Geoposit ion Ext ent ” ubah harga daset cell per pixel menjadi 0.5, Windt in pixel menjadi 512 dan height in pixel menjadi512

Klik applay

Akt ifkan w indow sebelah kiri dengan mengklikkan mouse dalam w indow cit ra At ur posisi mouse unt uk m enjalankan fungsi roaming dengan hasil “ geolinking” t er lihat di window sebelah kanan


(3)

(4)

71

DAFTAR PUSTAKA

Budihardjo, Eko. 1997. Lingkungan Binaan dan Tat a Ruang Kot a, Penerbit Andi, Yogyakart a.

Budihardjo, Eko. 1992. Sejumlah M asalah Permukiman Kot a, Penerbit Alumni Bandung. Brouw er, Hans de., Carlos R. Valenzuela, Luz M . Valencia, dan Koert Sijmons, 1990.

Rapid Assessment of Urban Grow t h Using GIS and Remot e Sensing Techniques. ITC Jornal No. 3. Enschede.

Lillesand, Thomas M . and Ralph W. Kief er. 1994. Rem ot e Sensing and Im age

Int erpret at ion. Second Edit ion. John Wiley & Sons, Inc. New York.

M alingreau, J. and Kr ist ina, 1986. Land Use/ Land Cover Classificat ion. Yogyakart a: Fakult as Geografi UGM .

Suharyadi, R., 1996. Panduan Penginderaan Jauh Unt uk St udi Kekot aan. Yogyakart a: Fakult as Geografi UGM .

W ebsite:

ht t p:/ / w w w.ermapper.com

ht t p:/ / erg.usgs.gov/ isb/ pubs/ gis_post er/ )

ht t p:/ / adarmaw an.t ripod.com/ docum ent s/ ERM apper Tut orial.pdf ht t p:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Server)

ht t p:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ UNIX). ht t p:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Window s).

ht t p:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Unit _Pemrosesan_Sent ral). ht t p:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ Perangkat _keras_komput er). ht t p:/ / id.w ikipedia.org/ w iki/ VGA).

ht t p:/ / w iki.linux.or.id/ Sist em_operasi


(5)

72

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul i

Kat a Pengant ar ii

Daft ar Isi iii

ACARA I. Pengenalan Fot o Udara Pankromat ik Hit am Put ih 1

ACARA II. Pengenalan Objek Pada Fot o Udara M ultispekt ral 9

ACARA III. Invent arisasi Penggunaan Lahan 12

ACARA IV. Invent arisasi Prnggunaan Lahan Kot a dengan Cit ra Sat elit 16

ACARA V. Pemiliah Let ak (Sit e Select ion) Permukiman 19

ACARA VI.Pemet aan Kualit as Lingkungan Per mukiman Kot a 25

ACARA VII. Penent uan Pajak Bumi dan Bangunan 31

ACARA VIII.Penent uan Lokasi Iklan Luar Ruangan 38

ACARA IX. Uji Ket elit ian Hasil Int erpret asi 45

ACARA IX-XII. Int erpret asi Cit ra Digit al M enggunakan Pengolah Cit r a ER M apper 47

A. Dasar Teori 47

Bagian I. Pendahuluan 47

Bagian II. Feat ure ER M apper 46

Bagian III. GUI ER M apper 50

Bagaian IV. Persiapan Prakt ikum q 59

B. Langkah-langkah Kerja 60


(6)

73

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum w arohmat ullohi w abarokat uh

Segala puji syukur penulis sampaikan ke Hadirat Alloh SWT yang t elah memberikan rahmat dan t aufik-Nya, sehingga penulis diberikan kekuat an dan kesempat an unt uk memperbaiki naskah pedoman prakt ikum ini. Berkat Ilmu-Nyalah penulis dapat m emiliki sedikit penget ahuan t ent ang t opik penginderaan jauh (Inderaja).

Naskah yang penulis namakan PEDOM AN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH ini merupakan mat eri pr akt ikum unt uk mahasisw a Jurusan Pendidikan Geografi FISE UNY. Naskah ini pert ama kali disusun dan digunakan oleh mahasisw a sejak t ahun 2004. Semula pada edisi I t idak t erdapat bab m engenai pengolahan cit ra digit al. Pada naskah r evisi I ini disamping dilakukan perbaikan pada bagian-bagian yang masih kurang secara nyat a juga ada penambahan mat eri.

Penulis berharap semoga pedoman prakt ikum ini dapat diper gunakan sebaik-baiknya sebagai mat eri minimal. Selanjut nya mahasisw a dapat menambah mat er i pengayaan sendiri lew at berbagai m edia. Penulis berharap pula semoga naskah sederhana ini menjadi amaliah jariah. Amiin.

Penulis menyadari bahw a naskah ini masih m emiliki terlalu banyak kekurangan di sana-sini, t et api ket erdesakan unt uk segera hadirnya pedoman unt uk prakt ikum mahasisw a dan ket erbat asan penulis, sehingga baru dapat dapat t ampil sepert i yan g pembaca lihat . Unt uk perbaikan naskah ini di masa m endat ang sudilah kiranya pembaca m emberikan masukan. Terima kasih

Wassalamu ‘alaikum w ar ohmat ullohi w abaro kaat uh.

Yogyakart a, Sept em ber 2007 Ramadhon 1428 H Penulis