ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG DI KECAMATAN KUALA PESISIR KABUPATEN NAGAN RAYA

  

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG DI

KECAMATAN KUALA PESISIR KABUPATEN

NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH

CUT MARDIANA

  

08C10404068

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

  

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG DI

KECAMATAN KUALA PESISIR KABUPATEN

NAGAN RAYA

SKRIPSI

OLEH

CUT MARDIANA

  

08C10404068

Skripsisebagaisalahsatusyaratuntukmemperoleh

Gelarsarjanapertanianpadafakultaspertanian

  

Universitasteukuumarmeulaboh

Kabupatenacehbarat

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS TEUKU UMAR

  

MEULABOH, ACEH BARAT

2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Sektor pertanian perlu mendapat perhatian serius dalam rangka pengembangan ekonomi nasional, ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga yang berkerja pada sektor pertanian atau sektor lainnya yang berkaitan dengan pertanian (Partowijoto, 2003).

  Hal ini disebabkan sektor pertanian mempunyai peranan yang penting sebagai berikut : (1) kontribusi yang dominan, kesempatan kerja, dan berusaha, (2) keunggulan komparatif wilayah masih tetap bertumpu kepada pengusahaan sumber daya alam sebagai Negara agraris; (3) pengembangan agribisnis wilayah sejalan dengan upaya membangun ketahanan pangan yang keragaman bahan pangan, budaya; (4) pembangunan pertanian mampu memyelaraskan dimensi pertumbuhan, pemerataan, dan keberlanjutan pembangunan dalam arti luas.

  Seiring dengan semakin ketatnya persaingan antar negara, sektor pertanian dituntut pula agar dapat memacu pusat-pusat pertumbuhan baru yang dapat memberi pengaruh terhadap pembangunan ekonomi nasional. Salah satu pusat pertumbuhan baru yang sangat potensial dikembangkan pada masa kini dan masa depan adalah subsektor palawija. Subsektor ini memegang peranan penting dalam pertanian Indonesia secara umum. Salah satu komoditi andalan di sektor holtikultura adalah jagung. Jagung merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang cukuptinggi serta dibutuhkan untuk pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral lainnya, (Azhari, 2004).

  Jagung (Zea Mays, L) merupakan bahan baku industri pakan dan pangan serta sebagai makanan pokok di beberapa daerah Indonesia. Kecamatan Kuala Pesisir masyarakat membudidayakan tanaman jagung di Kabupaten Nagan Raya. Produksi jagung di Kecamatan Kuala Pesisir di Kabupaten Nagan Raya dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut ini : Tabel 1. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Jagung menurut Kecamatan di Kabupaten Nagan Raya Tahun 2010.

  80 81 162 2,00

  Dari tabel diatas dapat kita lihat luas tanam, luas panen, produksi dan rata- rata produksi jagung (Zea Mays, L) menurut Kecamatan di Kabupaten Nagan Raya tahun 2010, dan dapat dilihat bahwa Kecamatan Kuala Pesisir merupakan salah satu Kecamatan dengan rata-rata produksi jagung terbesar yaitu 2,10 ton/ hektar. Seperti halnya padaKecamatan yang lain, Kecamatan Kuala Pesisir juga memiliki pasar langsung dimana produsen langsung menjual kekonsumen, jagung yang dipasarkan adalah jagung dari kebun sendiri yaitu di Kecamatan Kuala Pesisir.

  Sumber : Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Nagan Raya dalam angka 2011.

  2007 1.000 826 3.304 4,00 2006 772 772 1.714 2,22

  79 81 170 2,10 2010 1.179 1.169 2.387 2,04 Jumlah/ 2009 1856 1833 7608 4,10 Total 2008 1.000 986 4.111 4,11

  8 Seunagan timur

  27 50 1,86

  25

  7 Suka makmur

  50 53 100 1,88

  6 Seunagan

  5 Beutong

  No Kecamatan Luas (hektar) Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Ton/Hektar) Tanam Panen

  80 78 156 2,00

  4 Tadu raya

  3 Kuala pesisir 250 263 552 2,10

  2 Kuala 200 246 517 2,10

  1 Darul makmur 415 340 680 2,00

  5

  4

  3

  2

  1

  Jagung (Zea mays, L) merupakan komoditas yang mudah rusak sehingga Seperti yang diketahui salah satu sifat produk pertanian adalah segar dan sangat mudah rusak sehingga sangat diperlukan suatu sistem pemasaran yang mampu menyampaikan produk dari produsen kekonsumen secara cepat (Basu Swasta, 2000,).

  Dalam rangka peningkatan taraf hidup dan pendapatan petani di pedesaan maka usaha-usaha peningkatan produksi saja tidaklah cukup, akan tetapi harus diimbangi dengan usaha perbaikan dan penyempurnaan dibidang pemasaran hasil. Hal ini disebabkan peningkatan produksi tanpa diiringi oleh sistem pemasaran hasilyang efisien menyebabkan berkurangnya pendapatan petani (Isnani, 1993).

  1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana pemasaran yang dilakukan di Kecamatan Kuala Pesisir.

  2. Bagaimana efisiensi pemasaran jagung terhadap pendapatan petani berdasarkan margin pemasaran farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya.

  1.3. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi pemasaran yang ada di Kecamatan Kuala Pesisir.

  2. Menentukan dan menganalisis efisiensi pemasaran jagung di Kecamatan Kuala Pesisir dengan pendekatan margin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya.

  1.4. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat kurikulum untuk menyelesaikan program sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar. Di samping itu juga di harapkan dapat menjadi informasi dan referensi bagi petani dan lembaga pemasaran terkait sebagai bahan pertimbangan dalam membentukan sistem pemasaran jagung yang menguntungkan bagi kedua belah pihak, khususnya untuk wilayah Kuala Pesisir dan daerah-daerah lainya dalam menentukan tindakan untuk meningkatkan sistem pemasaran yang efisien.

  1.5. Kerangka pemikiran

a. Kerangka pemikiran Teoritis

  Jagung merupakan salah satu bahan pokok makanan di Indonesia yang memiliki kedudukan cukup penting setelah beras.Untuk peningkatan pendapatan petani di pedesaan maka usaha-usaha peningkatan produksi saja tidaklah cukup,akan tetapi harus diimbangi dengan usaha perbaikan dan penyempurnaan dibidang pemasaran hasil. Hal ini disebabkan peningkatan produksi tanpa diiringi oleh sistem pemasaran hasil yang tidak efisien menyebabkan rendahnya harga yang diterima petani sehingga mengakibatkan berkurangnya pendapatan petani.

  Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen untuk suatu produk dan harga yang diterima petani produsen untuk produk yang sama. Perbedaan tersebut dihitung secara persentase. Margin pemasaran tersebut termasuk semua biaya yang menggerakan produk tersebut mulai dari petani sampai ke konsumen akhir (Azzaino, 1981).

b. Kerangka pemikiran secara Operasional

  Dari kerangka pemikiran secara teori dapat dibuat secara kerangka pemikiran secara operasional yaitu sebagai berikut : Petani produsen

  Jagung Pemasaran Margin pemasaran

  Pendapatan Petani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  2.1. Jagung

  Jagung (Zea Mays, L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (Sepriliyana 2010).

  Jagung manis merupakan salah satu tanaman jagung dimana memiliki karakter spesial yaitu memiliki rasa manis secara alami.

  2.2. Pemasaran

  Pemasaran adalah segala usaha yang diutamakan atau diperlunya agar barang-barang hasil produksi dimungkinkannya mengalir secara lancar ke sekitar konsumsi. Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa dalam kaitannya dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia (Staton, William. J. 2011).

  Pemasaran jagung tidak terlepas dari kendala-kendala dalam proses menyalurkan jagung dari petani hingga ke konsumen. Produksi jagung yang tidak stabil dari tahun ke tahun terbukti belum dapat memenuhi besarnya permintaan karena semakin bertambahnya penduduk, maka semakin besar permintaan jagung. Apabila peningkatan produksi masih dibawah laju permintaan menyebab terjadinya kesenjangan antara penawaran dan permintaan yang semakin besar.

  Berarti harga suatu produk akan terus meningkat, sehingga bagi produsen merupakan prospek yang cukup cerah (Sudiyono, 2004).

  Sistem pemasaran berkaitan erat dengan sistem manajemen informasi. Sistem informasi pasar sangat penting bagi pemasaran bukan saja dilihat dari kepentingan informasi itu sendiri tetapi juga kegunaan informasi tersebut untuk pengembangan perusahaan dan tentu saja penting untuk pengembangan manajemen pemasaran (Soekartawi, 2002). Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran pertanian dikatakan sebagai kegiatan yang produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan guna waktu (time utility), guna tempat (place

  

utility ), guna bentuk (form utility) dan guna kepemilikan (possession utility). Guna

waktu artinya produk pertanian dapat tersedia bagi konsumen pada setiap waktu.

  Untuk meningkatkan guna waktu harus dilakukan aktivitas penyimpanan yang membutuhkan biaya penyimpanan (storage cost). Untuk meningkatkan guna tempat diperlukan pengangkutan yang membutuhkan biaya pemindahan (transfer

  

cost ) dan agar untuk meningkatkan guna bentuk dari produk pertanian diperlukan

  pengolahan yang membutuhkan biaya pengolahan (processing cost). Komoditi pertanian yang mengalami peningkatan guna tempat, waktu dan guna bentuk ini baru bisa memenuhi kebutuhan konsumen, apabila sudah terjadi pemindahan hak milik dari produsen ataupun lembaga pemasaran kepada konsumen. Agar terjadi pemindahan hak milik ini harus dilakukan transaksi yang membutuhkan biaya transaksi (transaction cost) (Sudiyono, 2004).

  2.3. Lembaga Pemasaran

  Dalam mekanisme pasar pihak-pihak yang terlibat dalam pemasaran adalah produsen, pedagang atau lembaga-lembaga perantara dan konsumen yang masing-masing pihak berusaha untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam proses pertukaran sesuai dengan tujuan (Syedfuddin, 1982 dan Prasetyo, 1996).

  Lembaga-lembaga yang terlibat adalah : 1. Produsen, yaitu petani yang menghasilkan suatu produk pertanian.

  2. Pedagang pengumpul, yaitu pedagang yang mengumpulkan barang-barang hasil pertanian besar kepada pedagang lain.

  3. Pedagang besar, yaitu pedagang yang membeli hasil pertanian dari pedagang pengumpul dari produsen, serta serta menjualkembali kepada pengecer dan pedagang lain.

  4. Pedagang pengecer, yaitu pedagang yang menjual barang kepada konsumen dengan tujuan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.

  5. Konsumen, yaitu pembeli atau pemakai yang mengkonsumsi suatu hasil produksi pertanian.

  2.4. Saluran Pemasaran

  Basuswastha (1981) mengatakan bahwa saluran pemasaran adalah sekelompok pedagang dan agen yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagipasar tertentu. Menurut Soetrisno (2003), saluran pemasaran dapat berbentuk sederhana dan dapat pula rumit sekali. Hal tersebut tergantung pada macam komoditi lembaga pemasaran dan sistem pasar. Barang yang lebih cepat ke tangan konsumen biasanya mempunyai saluran pemasaran yang relatif sederhana. Bentuk saluran pemasaran tersebut adalah : Menurut Basuswastha (1981), unsur-unsur yang terkandung dalam saluran pemasaran adalah :

  1. Saluran pemasaran merupakan sekelompok lembaga yang ada diantara berbagai lembaga yang mengadakan kerja sama untuk mencapai suatu tujuan.

  2. Anggota-anggota kelompok terdiri dari berbagai pedagang dan beberapa agen, maka ada sebagian yang ikut memperoleh nama dan sebagian lain tidak. Tidak perlu bagi saluran pemasaran untuk menggunakan sebuah agen, tetapi pada prinsipnya setiap saluran pemasaran harus memiliki seorang pedagang.

  3. Tujuan dari saluran pemasaran adalah untuk mencapai pasar-pasar tertentu.

  Jadi pasar merupakan tujuan akhir dari kegiatan distribusi.

  4. Saluran pemasaran melaksanakan dua kegiatan penting untuk mencapai tujuan, yaitu mengadakan penggolongan produk dan mendistribusikannya

  5. Penggolongan produk menunjukkan jumlah dari berbagai keperluan produk yang dapat memberikan kepuasan pasar.

2.5. Konsep Pemasaran

  Suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya harus efisiensi menjalankan konsep pemasaran agar keuntungan yang diharapkan dapat terealisasi dengan baik. Ini menandakan bahwa kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinasi dan dikelola dengan cara yang lebih baik.

  Falsafah konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen. Kegiatan perusahaan yang berdasar pada konsep pemasaran ini harus diarahkan untuk memenuhi tujuan perusahaan. kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomis dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan (Swasta, 1996).

  Konsep pemasaran juga menyatakan bahwa kunci untuk meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan pasar sasaran (Kotler, 1997).

  Dewasa ini konsep pemasaran mengalami perkembangan yang semakin maju sejalan dengan majunya masyarakat dan teknologi. Perusahaan tidak lagi berorientasi hanya pada pembeli saja, akan tetapi berorientasi pada masyarakat atau manusia. Konsep yang demikianlah yang disebut dengan konsep pemasaran masyarakat (Swasta, 1996).

  2.6. Harga Pemasaran

  Harga pemasaran adalah keseluruhan biaya/harga yang di keluarkan dalam proses transfer barang (produk) dari tangan produsen sampai ketangan konsumen akhir.

  Besar kecilnya harga pemasaran tergantungdari volume (besar kecilnya) lembaga- lembaga pemasaran melakukan kegiatan fungsi-fungsi pemasaran, dan jumlah fasilitasyang diperlukan dalam proses transfer barang.Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran / marketing mix (4P = product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi, promosi ), (Basu Swasta, 2000).

  2.7. Margin pemasaran

  Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen untuk suatu produk dan harga yang diterima petani produsen untuk produk yang sama, perbedaan tersebut dihitung secara persentase. Margin pemasaran tersebut termasuk semua biaya yang menggerakan produk tersebut mulai dari petani sampai ke konsumen akhir (Azzaino, 1981).

  Margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Komponem margin ini terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran ( Sudiyono, 2002).

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya dengan menggunakan metode survey. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) yang didasarkan atas pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu sentra produksi jagung di Kabupaten Nagan Raya.

  Kecamatan Kuala Pesisir merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Nagan Raya paling barat terdiri dari 16 Gampong dan 3 Kemukiman, luas wilayah Kecamatan Kuala Pesisir ± 267.39 KM².

  Adapun batas Kecamatan Kuala Pesisir sebagai berikut :

  • Sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Kuala.
  • Sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Tadu Raya.
  • Sebelah barat berbatas dengan kabupaten Aceh Barat dan Samudra Hindia.
  • Sebelah timur berbatas dengan Kecamatan Kuala.

  Objek penelitian adalah semua lembaga pemasaran yaitu petani, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer, yang terlibat dalam pemasaran jagung di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. Petani yang dimaksud adalah petani yang memproduksi jagung dan sekaligus melakukan kegiatan pemasaran.

  Pedagang pengumpul adalah agen dari pedagang pengencer yang membeli jagung. Sedangkan pedagang pengecer adalah pedagang yang menampung jagung dari pedagang pengumpul untuk dijual ke konsumen akhir. Ruang lingkup penelitian terbatas pada pemasaran jagung.

  3.2. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

  Sumber pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu :

  1. Data primer : data yang diperoleh dari hasil kuesioner langsung dengan petani, dan lain-lain.

  2. Data sekunder : data yang lansung diperoleh dari lembaga/instansi terkait, seperti BPS, Dinas Tenaga Kerja, dll.

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Wawancara adalah percakapan langsung dengan petani yang memproduksi jagung serta pihak yang terlibat dalam kegiatan penjualan (pemasaran).

  2. Observasi adalah pengumpulan data dengan cara peneliti mengamati lansung objek penelitian.

  3.3. Teknik Pengambilan Sampel

  Pengambilan sampel untuk penelitian ini menurut Gay dan Diehl (1996) setidaknya 20 persen untuk populasi yang lebih kecil, dari jumlah populasi petani yang mengusahakan jagung serta yang melakukan kegiatan penjualan (pemasaran) jagung di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Jumlah Populasi dan Besar Sampel di Daerah penelitian

  N0 Uraian Populasi Sampel

  1 Petani

  92

  19

  2 Pedagang Pengumpul (agen)

  7

  1

  3 Pedagang Pengecer

  5

  1 Jumlah 104

  21 Sumber : data primer (diolah) dari survei penelitian 2013 Pengambilan sampel petani sebanyak 19 orang dari 92 orang populasi petani, sedangkan sampel pedagang sebanyak 2 orang yakni 1 orang dari 7 orang pedagang pengumpul, dan 1 orang dari 5 orang pedagang pengecer. Dengan demikian total sampel dalam penelitian ini adalah 21 orang ( 20 persen dari total populasi). Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

  1) Metode deskriptif yaitu melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristis populasi tertentu dalam bidang tertentu secara cermat dan faktual dari data yang telah dikumpulkan (Nazir, 1999). Data yang dikumpulkan kemudian disusun, dianalisis, dan dijelaskan sehingga gambaran mengenai fenomena-fenomena yang terjadi, serta mengambil kesimpulan dari hasil analisis yang diperoleh.

  2) Analisis kuantitatif, menggunakan data yang diperoleh disusun secara tabulasi kemudian dianalisis. Analisis kuantitatif digunakan melihat besarnya margin pemasaran, biaya pemasaran, keuntungan, dan efesiensi saluran pemasaran.

3.4. Operasional Variabel

  3.4.1.Pemasaran adalah segala usaha yang diutamakan atau diperlunya agar barang-barang hasil produksi dimungkinkannya mengalir secara lancar ke sekitar konsumsi.

  3.4.2. Saluran pemasaran (unit) adalah banyaknya (jumlah) rantai atau saluran pemasaran yang di lalui dalam penyampaian jagung dari petani produsen ke konsumen akhir dinyatakan dalam angka (bilangan).

  3.4.3. Pendapatan adalah selisih nilai hasil produksi dikurangi dengan total biaya produksi baik yang dibayar tunai maupun yang tidak dibayar tunai.

  3.4.4. Margin pemasaran adalah perbedaan harga/ selisih harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh petani.

3.5. Motode Analisis

  Data yang telah diperoleh dilapangan, di olah dan ditabulasikan ke dalam bentuk tabelaris sesuai dengan kebutuhan analisis.

  3.5.1. Margin pemasaran Untuk mengetahui margin pemasaran, distribusi, share dan seluruh keuntungan lembaga-lembaga pemasaran terhadap margin total dari berbagai saluran pemasaran digunakan analisis margin pemasaran. Besarnya margin pemasaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini :

  MP= KP+BP ……………(Masyhuri, 1994, dan yusuf, dkk, 2004) Dimana : MP = Marjin Pemasaran perunit (Rp)

  KP = Keuntungan Pemasaran (Rp) BP = Biaya Pemasaran (Rp)

  Untuk mengetahui efisiensi pemasaran jagung dapat dianalisis menghitung bagaimana harga yang di terima petani (farmer’s share) sebagai analisis pemasaran jagung. Soekartawi (2002a) menyatakan, untuk mengukur efisiensi pemasaran digunakan harga jual petani sebagai dasar dan dibandingkan dengan harga beli pedagang di tingkat konsumen akhir di kalikan dengan 100 persen.

  Jika share harga yang diterima petani lebih besar dari share margin pemasarannya maka saluran pemasaran tersebut dikatagorikan efisien. Begitu juga sebaliknya, jika share harga yang di terima petani lebih kecil dari share margin pemasarannya maka saluran pemasaran tersebut dikatagorikan tidak efisien.

  Bagaimana harga yang diterima petani atau famer’s share adalah perbandingan atau rasio antara harga yang dibayar konsumen dinyatakan dalam persen (%). Secara sistematik di rumuskan dalam persamaan berikut :

  Pf

  X

  100 % Fs (%) = ………..(Soekartawi 2002a)

  Pe

  Dimana : Fs = farmer’s share Pf = harga di tingkat petani Pe = harga di tingkat konsume

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

  4.1. Letak Geografi dan Luas Daerah

  Kecamatan Kuala Pesisir merupakan salah satu kecamatan yang berada di kabupaten Nagan Raya paling barat terdiri dari 16 Gampong dan 3 Kemukiman, luas wilayah Kecamatan Kuala Pesisir ± 267.39 KM².

  Adapun batas Kecamatan Kuala Pesisir sebagai berikut :

  • Sebelah utara berbatas dengan Kecamatan Kuala.
  • Sebelah selatan berbatas dengan Kecamatan Tadu Raya.
  • Sebelah barat berbatas dengan kabupaten Aceh Barat dan Samudra Hindia.
  • Sebelah timur berbatas dengan Kecamatan Kuala.

  4.2. Keadaan Penduduk dan Mata Pecarian.

  6 Langkak 662 623 1.285

  12 Arongan 462 482 944

  11 Padang Payang 581 576 1.157

  10 Cot Rambong 224 210 434

  9 Kuala Trang 1.129 1.071 2.200

  8 Kubang Gajah 412 437 849

  7 Kuala Tuha 294 241 535

  5 Pulo 130 125 255

  Menurut Data Statistik Kecamatan Kuala Pesisir, Jumlah Penduduk pada masing-masing Desa Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini : Tabel 3. Perincian Jumlah Penduduk pada masing-masing Desa di Kecamatan

  4 Padang Rubek 688 624 1.312

  Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) di bagi menjadi 8 WKPP, 55 kelompok tani,1.380 orang petani dengan luas binaan 2.815 Ha.

  2 Gampong Lhok 196 171 367

  1 Suak Puntong 435 491 854 No Desa Jumlah Penduduk L P L/P

  No Desa Jumlah Penduduk L P L/P

  Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya

  3 Kuala Baro 294 292 586

  13 Jati Rejo 426 438 864

  3

  68 jiwa 975 jiwa 264 jiwa

  4.359 jiwa 1.450 jiwa 1.869 jiwa 1.286 jiwa 270 jiwa

  8 Petani Buruh Tukang Bangunan Pedagang PNS TNI/Polri Pegawai Swasta Pensiun

  7

  6

  5

  4

  2

  14 Purwodadi 667 663 1.330

  1

  No Mata Pencarian Jumlah

  Tabel 4. Jumlah penduduk kecamatan Kuala Pesisir menurut jenis mata pencarian tahun 2011

  Untuk lebih jelas mengenai keadaan mata pencarian dapat dilihat pada tabel berikut.

  Keseluruhan penduduk di daerah penelitian bermata pencarian dari berbagai sektor, baik sektor pertanian maupun non pertanian. Sebahagian besar penduduk di Kecamatan Kuala Pesisir berusaha di sektor pertanian, sedangkan bidang pekerjaan lainnya seperti pedagang, pengawai, dan lainya sangat kecil.

  Sumber : Badan Pusat Statistik Nagan Raya Dari tabel 3 diatas dapat dilihat jumlah penduduk Kecamatan Kuala Pesisir adalah 14.433 jiwa, dengan 7.100 diantaranya adalah perempuan dan sisanya adalah laki-laki sebanyak 7.333 jiwa.

  16 Purwosari 493 486 979

Jumlah 7.333 7.100 14.433

  15 Lueng T Ben 240 242 482

  Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kuala Pesisir Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis mata pencarian penduduk di sektor pertanian adalah 4.359 jiwa sedangkan di sektor lainnya seperti pedagang, pengawai, buruh, pensiun, PNS, Tukang Bangunan hanya mencapai 6182 jiwa.

4.3. Karakteristik Petani dan Pedagang Sampel

  Salah satu faktor yang dapat memperlancar pengembangan jagung adalah karakteristik petani sebagai pelaku usaha tani dan pedagang sabagai penyalur di dalam lembaga pemasaran. Karakteristik petani terutama meliputi kelompok umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga. Karakteristik ini penting untuk diketahui, mengingat keadaan dari setiap responden berbeda-beda baik dari segi umur, pendidikan, pengalaman berusaha maupun tanggungan keluarga, keadaan – keadaan ini akan mempengaruhi kemampuan dan produktifitas kerja para petani dan pedagang dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Karakteristik sangat erat kaitannya dengan keahlian petani dalam memilih saluran pemasaran, Karena karakteristik ini akan mencerminkan kemampuan berfikir dan ketepatan dalam mengambil keputusan serta berhubungan dengan kemampuan petani dalam menerapkan teknik pembudidayaan tanaman jagung untuk hasil yang baik.

  Jumlah sampel yang menjadi objek penelitian sebanyak 22 orang terdiri dari 19 orang sampel petani dan 3 orang pedagang dari 106 populasi petani dan pedagang, Petani dan pedagang sampel menurut karakteristik di daerah penilitian dapat di lihat pada tabel 5 berikut ini : Tabel 5. Rata-rata Karekteristik petani menurut usia, Pendidikan, Tanggungan dan Pengalaman di daerah penelitian, 2013.

  Satuan Uraian Rata-rata Usia

  Tahun

  

37

Pendidikan Tahun

  

8

Tanggungan Orang

  

3

Pengalaman Tahun

  

6

Sumber : Data Primer (diolah) 2013

  Dengan memperhatikan tabel diatas kita bisa melihat bahwa tingkat usia petani dan pedagang sampel di daerah penelitian relatif berusia produktif yaitu rata-rata 37 tahun dari 22 responden (petani dan pedagang).

  Faktor umur mempunyai kaitan erat dengan kemampuan kerja pedagang dalam mengelola usahanya. Pedagang yang memiliki umur lebih muda jika dibandingkan dengan pedagang yang lebih tua cenderung akan lebih bersemangat dalam berusaha dan sering melakukan hal-hal yang sifatnya coba – coba untuk kemajuan usahanya. Hal ini juga disebabkan mereka masih memiliki semangat yang besar dalam berusaha.

  Faktor kecerdasan akan berpengaruh terhadap aktivitas yang akan, sedang dan yang telah dilaksanakan sehingga latar belakang dan tingkat pendidikan petani dan pedagang sampel di daerah penelitian secara umum masih berpendidikan rendah, yaitu rata-rata 8 tahun dari 22 responden (petani dan pedagang). Karena Pendidikan merupakan faktor yang ikut menunjang keberhasilan usaha, tingkat pendidikan yang memadai akan lebih bermanfaat untuk memperlancar aktifitas (kegiatan) sehari – hari para petani dan pedagang sampel. Dengan pendidikan yang baik, petani dan pedagang sampel akan dan mencari solusi terbaik dalam menyelesaikannya. Sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah akan menyulitkan petani dan pedagang sampel untuk berusaha kearah yang profesional dan juga dalam mengantisipasi terhadap kendala yang mungkin dihadapi dalam menjalankan usahanya.

  Tanggungan keluarga petani dan pedagang sampel per kepala keluarga di daerah penelitian yaitu rata-rata 3 orang dalam satu kepala keluarga. Jumlah tanggungan keluarga erat kaitannya dengan besarnya jumlah biaya hidup yang dikeluarkan. Semakin besar jumlah tanggungan dalam keluarga akan semakin besar biaya yang dikeluarkan, dan akan memperkecil jumlah modal yang dapat digunakan untuk menjalankan usaha. Untuk menutupi hal tersebut harus diimbangi dengan pencurahan tenaga kerja dalam keluarga, sehingga dapat menghemat jumlah biaya/upah yang harus dibayar kepada pihak lain.

  Disamping ketiga faktor yang telah diuraikan pengalaman juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengalokasikan biaya dan faktor-faktor produksi. Petani dan pedagang yang mengalami pengalaman kerja lebih lama akan lebih mudah dalam mengambil keputusan yang lebih baik pada saat yang tepat.

  Luas lahan garapan merupakan faktor produksi yang penting dalam usaha meningkatkan produksi yang dapat mempengaruhi pendapatan dan keuntungan yang diterima oleh petani. Luas lahan tanaman jagung yang di usahakan petani sampel di daerah penelitian tergolong sempit dengan rata-rata 0,16 Ha petani.

  Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 6 berikut :

  Tabel 6. Proporsi Petani sampel menurut Luas Lahan di daerah penelitian, 2013 Rata – rata luas lahan

  Proporsi (%) Jumlah (orang)

  (Ha) 10,5

  0,1

  2 4,7

  0,13

  9 3,2

  0,19

  6 10,5

  0,3

  2 28,9

  Jumlah

  19 Sumber : Data Primer (diolah), 2013 Tabel diatas menunjukan petani jagung di daerah penelitian memiliki luas lahan rata – rata 0,1 Ha sebanyak 2 orang, 0,13 Ha sebanyak 9 orang, 0,19 Ha sebanyak 6 orang dan 0,3 Ha sebanyak 2 orang. Luas lahan keseluruhan yang diusahakan sampel petani jagung di daerah penelitian sebesar 3,11 Ha, dan pada umumnya lahan yang digunakan petani sampel di daerah penelitian adalah lahan milik sendiri.

4.4. Biaya Produksi

  Biaya produksi merupakan pemikiran yang sangat penting dalam mengambil keputusan untuk menjalankan suatu usaha tani, dengan adanya perhitungan biaya produksi akan memperoleh gambaran tentang besarnya pendapatan yang diterima pada usaha tani jagung.

  Penggunaan biaya produksi pada usaha tani jagung di daerah penelitian adalah termasuk biaya tetap yang terdiri dari hand traktor, cangkul, parang, sedangkan biaya variabel adalah bibit, pupuk, dan tenaga kerja. Oleh karena itu petani harus mengefesiensikan biaya produksi, karena apabila biaya produksi dikeluarkan secara berlebihan, maka terjadi pemborosan biaya, yang pada Untuk itu perlu memperhitungkan biaya produksi dengan baik sesuai dengan kebutuhan dalam produksi pada usaha tani jagung didaerah penelitian seperti pada tabel 7 berikut ini : Tabel 7. Jenis dan Rata-rata Biaya Produksi pada Tanaman jagung di daerah penelitian, tahun 2013

  Jumlah Rata-rata Jenis dan Rata-rata

  Jumlah (Rp) (Per Ha) biaya Produksi

  Biaya sarana produksi 4.622.186

  14.375.000 Tenaga kerja

  1.183.279 3.680.000

  Total biaya 6.027.509

  18.745.553,36 Penerimaan

  16.495.176 51.300.000

  Sumber : Data Primer (diolah) ), 2013 Tabel diatas menunjukkan bahwa biaya variabel yang dikeluarkan petani terdiri dari biaya sarana produksi, tenaga kerja, total biaya. Membudidayakan jagung sangat menguntungkan bagi petani jagung.

4.5. Saluran Pemasaran

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kecamatan Kuala Pesisir terdapat tiga lembaga pemasaran jagung yaitu petani, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Produksi jagung di Kecamatan Kuala Pesisir membentuk pola saluran pemasaran sebagai berikut :

  1. Produsen Konsumen Akhir Saluran ini merupakan model saluran yang paling sederhana dan pendek, sering juga disebut pemasaran langsung.

  2. Produsen Pedagang Pengumpul pedagang pengecer Konsumen

  Saluran pemasaran ini disebut juga saluran tradisioanal dan banyak yang digunakan oleh produsen. Dimana produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah yang banyak kepada pedagang pengumpul (agen).

  3. Produsen Pedagang pengecer Konsumen Akhir Saluran ini melibatkan beberapa pengecer yang membeli secara langsung dari produsen, ada juga beberapa penjualan langsung pada konsumennya tetapi kondisi saluran ini tidak umum dipakai.

  4.5.1. Saluran Pemasaran 1

  Saluran pemasaran satu merupakan saluran pemasaran terdiri dari petani ke konsumen atau yang disebut pemasaran langsung yaitu petani langsung menjual ke konsumen akhir. Alasan petani menggunakan saluran pemasaran ini adalah karena petani memiliki tempat berjualan (pemasaran) yang dibuatnya di pinggir jalan. Produk petani yang dijual ke konsumen akhir adalah hasil dari kebun sendiri atau hasil yang diproduksi oleh petani tersebut. Penentuan harga berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang lainnya, sistem pembelian umumnya secara tunai.

  4.5.2. Saluran Pemasaran II

  Saluran pemasaran dua merupakan saluran pemasaran terdiri dari petani pedagang pengumpul pedagang pengecer konsumen. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa petani di Kuala Pesisir selain petani menjual hasil produksinya sendiri, petani juga menjual jagung melalui pedagang pengumpul.

  Alasan petani menggunakan saluran pemasaran ini adalah agar produksi yang dihasilkan oleh petani bisa cepat habis. Produk petani yang dijual ke pedagang pengumpul sudah pasti terjual habis, karena sudah menjadi resiko pedagang pengumpul jika produknya tidak terjual habis.

  Penentuan harga berdasarkan informasi yang berasal dari pedagang lainnya. Sistem pembelian umumnya secara tunai namun ada juga pedagang pengumpul yang baru membayar produk petani ketika barang sudah habis terjual. Hal ini disebabkan adanya kepercayaan diantara petani dan pedagang pengumpul.

4.5.3. Saluran Pemasaran III

  Saluran pemasaran tiga ini merupakan saluran pemasaran yang terdiri dari petani- pedagang pengecer - konsumen. Jenis saluran pemasaran ini dilakukan oleh sebahagian dari petani responden. Petani juga berperan sebagai pedagang pengumpul yaitu menjual produknya sendiri yaitu jagung. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh petani adalah biaya pengangkutan. Alasan petani menggunakan saluran pemasaran tiga adalah karena petani akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan jika menjualnya ke pedagang pengumpul.

  Saluran pemasaran jagung yang ada di Kuala Pesisir cukup banyak, sehingga dapat memperbesar keuntungan yang diterima produsen maupun pedagang, tanpa merugikan konsumen. Adapun saluran pemasaran jagung di Kecamatan Kuala Pesisir dari produsen ke konsumen dapat dilihat dari gambar berikut :  Gambar saluran I atau petani ke konsumen akhir :

  Konsumen Produsen

  Akhir Petani

   Gambar saluran II Konsumen

  Pedagang Pedagang

  Produsen Akhir pengecer

  Pengumpul Petani

   Gambar saluran III Konsumen

  Produsen Pedagang Akhir

  Petani pengecer Gambar 1, Skema Saluran pemasaran jagung di Kecamatan Kuala Pesisir .

  Berdasarkan skema diatas terlihat adanya saluran pemasaran yang sering dilalui oleh produsen untuk menyalurkan hasil produksinya. Dimana produsen menjual langsung hasil produksinya kepada pedagang pengecer di pasar. Jadi dalam hal ini produsen langsung bertindak sebagai pedagang pengumpul. Praktek semacam ini tentu saja akan mempengaruhi para pedagang pengumpul yang sesungguhnya.

4.6. Fungsi Pemasaran

  Fungsi pemasaran diperlukan dalam kegiatan pemasaran untuk memperlancar distribusi barang dan jasa dari tiap lembaga pemasaran yang terlibat. Secara umum fungsi pemasaran yang dilaksanakan lembaga pemasaran terdiri dari tiga fungsi yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas.

  Fungsi pertukaran meliputi kegiatan – kegiatan yang dapat memperlancar perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi fisik merupakan perlakuan fisik yang perlu dilakukan agar komoditas yang diperlukan konsumen dapat tersedia pada tempat yang diinginkan. Fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan, fungsi fisik terdiri dari pengolahan hasil, pengangkutan, dan penyimpanan.

  Setiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran jagung mulai dari petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer menjalankan dalam kegiatan pemasaran jagung di Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya yaitu: 1). Petani

  Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh petani jagung di Kuala Pesisir adalah fungsi pertukaran berupa fungsi penjualan, fungsi fisik berupa kegiatan pengemasan, pengangkutan dan fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan.

  a. Fungsi Pertukaran Petani di Kuala Pesisir melakukan fungsi pertukaran berupa fungsi penjualan. Petani jagung di Kuala Pesisir yang menjual hasil produksinya melalui pedagang pengumpul.

  b. Fungsi Fisik Fungsi fisik hanya dilakukan oleh sebagian petani jika petani tersebut menjual hasil panennya langsung ke konsumen akhir dan tidak melalui pedagang pengumpul. Fungsi fisik tersebut terdiri dari kegiatan pengemasan dan pengangkutan. Kegiatan pengangkutan dilakukan oleh petani apabila petani memasarkan produknya langsung ke konsumen akhir. Namun apabila petani tidak langsung memasarkan ke pasar melainkan ke pedagang pengumpul maka pedagang pengumpullah yang melakukan kegiatan pengangkutan dan biaya pengangkutan di tanggung oleh pedagang pengumpul.

  c. Fungsi Fasilitas Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh petani meliputi informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Informasi pasar dapat diperoleh petani dengan sangat mudah, tidak terdapat biaya dalam mendapatkan informasi pasar bagi petani. Kegiatan informasi pasar yang dilakukan berupa perkembangan harga dari petani lain yang sebelumnya menjual produknya, kualitas barang yang diinginkan oleh konsumen. Setelah mengetahui informasi pasar petani dapat menentukan keputusan waktu menjual hasil produksinya serta pemilihan saluran pemasaran yang tepat untuk mengoptimalkan kegiatan penjualan untuk mencapai efisiensi pemasaran. Kegiatan penanggungan resiko yang dialami petani berupa penurunan harga jagung di pasar. Sedangkan untuk fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh petani meliputi pembiayaan untuk modal kegiatan produksi. Modal petani berasal dari petani itu sendiri dan tidak berasal dari pinjaman atau pemberian kredit oleh pihak lain, oleh karena itu petani harus dapat mengoptimalkan penggunaan modal yang dimilikinya.

  2). Pedagang Pengumpul Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi pertukaran berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan.

  a. Fungsi Pertukaran Kegiatan fungsi pertukaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul adalah fungsi pembelian dan fungsi penjualan. Pedagang pengumpul di Kuala Pesisir melakukan fungsi pembelian ke para petani langganannya.

  b. Fungsi Fisik Fungsi fisik yang dilakukan oleh pedagang pengumpul yaitu kegiatan pengangkutan. Pedagang pengumpul membawa jagung dengan kereta sendiri dan biaya pengangkutan tanggung oleh petani. c. Fungsi Fasilitas Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengumpul meliputi informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Informasi pasar diperoleh dari sesama pedagang pengumpul lain di Kuala Pesisir. Penanggungan resiko sepenuhnya menjadi tanggung jawab pedagang pengumpul. Resiko yang bisa muncul seperti penurunan harga, hal ini disebabkan banyaknya produk jagung di pasar yang berasal dari daerah lain. Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul yaitu penyediaan modal untuk membeli produk jagung dari petani sampai pedagang pengumpul dapat menjual ke konsumen akhir.

  3). Pedagang Pengecer Pedagang pengecer adalah yang melakukan pertukaran berupa fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik berupa fungsi pengangkutan, fungsi fasilitas berupa informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan.

  a. Fungsi Pertukaran Fungsi pemasaran yang dilakukan pedagang pengecer adalah fungsi pertukaran berupa pembelian dari pedagang pengumpul dan penjualan kepada konsumen.

  b. Fungsi Fasilitas Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang pengecer meliputi informasi pasar, penanggungan resiko dan pembiayaan. Fungsi informasi pasar yang dilaksanakan oleh pedagang pengecer diataranya berupa perkembangan harga di setiap tingkat pasar. Produk yang dihasilkan pesaing serta jenis dan kualitas produk yang diminta oleh konsumen. Penjual seringkali melakukan diskriminasi harga terhadap konsumen yang membeli komoditas jagung.

  Pedagang pengecer juga menanggung resiko pada saat terjadi penurunan harga jagung. Jika tidak habis terjual pedagang pengecer selalu berusaha menjual habis jagung dalam waktu satu hari dengan cara menurunkan harga jagung atau diborong oleh pedagang jagung yang lain.

  Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang pengecer diantaranya berupa penyediaan modal usaha. Pada umumnya pedagang pengecer melakukan kegiatan pembelian sesuai dengan besarnya modal yang dimilikinya. Modal yang dipergunakan pedagang pengecer umumnya berasal dari pedagang pengecer itu sendiri dan bukan berasal dari pinjaman dari pihak lain. Rata-rata modal yang dibutuhkan oleh pedagang pengecer responden berkisar antara Rp 1.500.000 sampai dengan Rp 2.500.000 per pedagang. Pedagang memanfaatkan modal tersebut seefesien mungkin.

  Pedagang pengumpul pada saluran pemasaran satu melakukan pembelian kepada petani dan penjualan ke pedagang pengecer. Fungsi pengangkutan dilakukan untuk mengangkut hasil panen dari petani ke konsumen akhir. Fungsi pengemasan tidak dilakukan karena produk jagung yang dibawa pedagang pengumpul langsung dijual ke pedagang pengecer dalam bentuk per buah (tongkol). Produk yang dijual pedagang pengumpul terjual habis dalam satu minggu.

  Pada saluran pemasaran dua, petani melakukan fungsi pertukaran berupa penjualan dan fungsi pengangkutan untuk membawa jagung yang akan dijual ke pedagang pengecer di Pasar Mingguan. Sebelum dijual petani melakukan kegiatan pengemasan jagung menjadi 1 karung, karena petani menjual dalam bentuk per tongkol untuk pedagang pengecer. Pada saluran pemasaran tiga petani bertindak sebagai pedagang pengumpul.

  Pedagang pengecer pada saluran pemasaran satu dan dua melakukan fungsi pembelian dari pedagang pengumpul dan penjualan kepada konsumen akhir. Fungsi pengangkutan dilakukan untuk membawa jagung yang akan dijual ke tempat pedagang pengecer. Fungsi penyimpanan dilakukan apabila produk yang dijual pedagang pengecer tidak terjual habis dalam satu hari. Pada saluran pemasaran dua fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan petani sama dengan saluran pemasaran dua.

  

4.7. Rata-rata Harga, Biaya, Keuntungan, Margin dan Efisiensi Pemasaran

Jagung