DOCRPIJM dc758c2a24 BAB VIBAB VI OK FINAL

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... I
BAB VI .................................................................................................................................... 1
KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATEN/KOTA .............................................. 1
6.1 KERANGKA KELEMBAGAAN......................................................................................................... 1
6.1.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya ..................................................... 1
6.1.2 KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI ............................................................................................... 7
Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya ............................................................................ 7
Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya .......................................................................... 8
Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya ..................................................... 9
6.1.3 ANALISIS KELEMBAGAAN........................................................................................................... 9
Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya ............................................................................ 9
Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya ....................................................................... 10
Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya ................................................... 10
Analisis SWOT Kelembagaan................................................................................................. 10
6.1.4 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN ............................................................................... 12
Rencana Pengembangan Keorganisasian ............................................................................. 12
Rencana Pengembangan Tata Laksana ................................................................................. 12

Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) ...................................................... 12
6.2 KERANGKA REGULASI ................................................................................................................ 14

i

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

BAB VI
KERANGKA KELEMBAGAAN DAN REGULASI KABUPATEN/KOTA

6.1

Kerangka Kelembagaan

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal
diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPI2-JM agar dapat
dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya
manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada
lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja

yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut.
Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga
komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.
6.1.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan
kapasitas kelembagaan RPI2-JM pada pemerintahan kabupaten/kota.
1.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala
Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang
ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan
pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat
daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan
daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya
tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah


1

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA
yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas.
Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak
senantiasa sama atau seragam.
2.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan

PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang
menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan
terhadap pemerintah kabupaten/kota.
PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat
dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi
dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang
menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPI2-JM sebagai salah satu perangkat
pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya
dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk
dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat
terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 6.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

2

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA
4.

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014


Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan
akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan
ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta
pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk
memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan
standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan
dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi
pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan
dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan
mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.
5.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand

Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012
tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah

Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah
dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai
dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan
mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan
pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak
tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu
kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan
program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :

3

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA
1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan
strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam
rangka reformasi birokrasi;
2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan
perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;

3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit
kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik,
kepagawaian dan diklat;
4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta
pembangunan dan pengembangan e-government;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan system rekrutmen pegawai,
analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu
berdasarkan kompetensi;
6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);
7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah,
pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja
Utama (IKU);
8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masingmasing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

4

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA
Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 7.2

berikut ini.

Gambar 6. 2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya
6.

Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional

Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses
pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi
dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk
melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional
yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masingmasing.
5

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan
PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam
pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG,

demikian pula di dalam pengelolaan RPI2-JM Bidang Cipta Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan
Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi
tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam
Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab
kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang
dituangkan di dalam dokumen RPI2-JM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi
penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan
dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung
jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah

Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah.

Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah
(Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD
Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9.

Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk
memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal
kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat
permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti
perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
6

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai
Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung
kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam

perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja,
standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan
pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan
dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan
daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan
pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada
sub bidang Cipta Karya.
Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada
bidang/subbidang

CiptaKarya

maka

diharapkan

dapat

meningkatkan

kinerja

pelayanankelembagaan.

6.1.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini
Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaanPemerintah
kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.
Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan ProgramReformasi
Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalahstruktur, tugas, dan fungsi
pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.
Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang cipta karya, informasi yang perlu disajikan
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur Organisasi Pemerintah
Kabupaten/Kota.
2. Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota saat ini.
3. Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang Cipta Karya saat ini.

7

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA
4. Penjelasan tentang tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dalam Struktur Organisasi
Pemerintah Kabupaten/Kota.
Gambar 6. 3 Struktur Organisasi Bidang Cipta Karya Dinas PU Kab. Minahasa Utara

Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu
prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu
dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan
menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan
tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara

internal,

keorganisasian

urusan

pemerintah

bidang

keciptakaryaan,

perlu

mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga
perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam
keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam
rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan
menjamin keselarasan program dankegiatan antar perangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan
Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari
masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan.
8

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA
Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi
dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional
Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai
dalam melakukan tugasnya. Dengan mengisi table berikut bisa dicantumkan inventarisasi SOP
Bidang Cipta Karya di daerah.
Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur
merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan
tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di
keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya.

6.1.3 Analisis Kelembagaan
Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan
analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta
Karya.
Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian Bidang
Cipta Karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM
Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku?
2. Apakah tugas dan fungsi organisasi Bidang Cipta Karya sudah sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing instansi?
3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam keorganisasian perangkat kerja daerah khususnya
yang terkait dengan Bidang Cipta Karya?
Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah dengan melakukan
diskusi antar anggota Tim RPI2-JM.

9

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA
Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan Bidang Cipta Karya adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran
produk RPI2-JM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang
perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:
1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota telah menguraikan tupoksi
dari masing-masing dinas/unit kerja yang ada?
2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkait Bidang Cipta Karya
yang terjadi selama ini?
3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuan dalam PP 41
tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua sektor bidang cipta karya yaitu bidang air
minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan
bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk?
4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerja daerah
khususnya yang terkait dengan Bidang Cipta Karya?
Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta
karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPI2-JM Bidang
Cipta Karya.
Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai
berikut :
1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlah maupun kualitas
dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya?
2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerja daerah
khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas SDM
organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?
Analisis SWOT Kelembagaan
Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan
ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara
10

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA
menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian
menerapkannya dalam matriks SWOT.
Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari
peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah
keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi
ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang
mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi WT).
Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata
laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan
Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan
Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan.

Berdasarkan Analisis SWOT maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menginventarisasi faktor-faktor dari metode SWOT yaitu kekuatan (internal), kelemahan
(internal), peluang (eksternal) dan ancaman (eksternal) kelembagaan organisasi perangkat
kerja daerah, khususnya terkait dengan bidang Cipta Karya.
b. Melakukan perumusan strategi berdasarkan kolaborasi dari faktor-faktor analisis SWOT, yaitu
sebagai berikut.
- Mengembangkan strategi SO (kuadran I), yaitu strategi agar kekuatan yang dimiliki
organisasi mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada
- Mengembangkan strategi ST (kuadran II), yaitu dengan kekuatan yang dimiliki organisasi,
dapat dirumuskan strategi untuk mengurangi dampak dari pengaruh eksternal yang
mempengaruhi kinerja organisasi.
- Mengembangkan strategi WO (kuadran III), yaitu memperbaiki kelemahankelemahan
organisasi yang ada dengan memanfaatkan peluang yang ada.
- Mengembangkan strategi WT (kuadran IV). Untuk strategi ini maka diperlukan upaya yang
sangat besar karena selain memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, juga harus

11

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA
melakukan upaya-upaya untuk meminimalisir ancamanancaman yang berpotensi untuk
melemahkan kinerja dari organisasi.

6.1.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan
Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang
menangani bidang Cipta Karya.
Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat
dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi
pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan
strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.
Rencana Pengembangan Keorganisasian
Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis
SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur
organisasi dan tupoksinya.

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi
tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural
dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam
rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masingmasing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya.

Rencana Pengembangan Tata Laksana
Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT
sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi
prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas
instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.

Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada
analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan
kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian,
12

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA
maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai
dengan kebutuhan organisasi.
Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan
serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup
kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa
pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta KaryaKementerian PU yang dapat
menjadi referensi dipaparkan pada tabel 6.1
Tabel 6. 1 Pelatihan Bidang Cipta Karya

13

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

6.2 Kerangka Regulasi
Berikut adalah regulasi yang sudah ada di Minahasa Utara yang mendukung kegiatan Keciptakaryaan :
Tabel 6.2 Matriks kerangka regulasi yang sudah ada di Kab. Minahasa Utara
NO.

JENIS REGULASI

SEKTOR

PENANGGUNG TAHUN
Keterangan
JAWAB
DISUSUN

Peraturan daerah No. 1 Tahun 2014,
Dinas PU Bidang
1 Tentang Rencana Tata Ruang Provinsi
PBL
Tata Ruang
Sulawesi Utara Tahun 2014 - 2034
Keputusan Gubernur Sulawesi Utara
SPAM,
Tahun 2016, Tentang Pembentukan
2
PBL, PKP, Bappeda Provinsi
Tim Penyusun RPJMD Sulawesi Utara
PLP
2016-2021
Tata
Dinas PU Bidang
3 PERDA RTRW KABUPATEN MINAHASA Ruang,
Tata Ruang
UTARA NOMOR 01, TAHUN 2013
PBL
SK BUPATI MINAHASA UTARA NO. 207
4 TAHUN 2011 TANGGAL 8 AGUSTUS
PLP
DINAS PU
2011, tentang Strategi Sanitasi Kota

2014

Provinsi

2016

Provinsi

2013

2011

Kab.
Minahasa
Utara
Kab.
Minahasa
Utara

`

14