BAB VI - DOCRPIJM aca5d14d0b BAB VIBAB VI KERANGKA KELEMBAGAAN

BAB VI
KERANGKA KELEMBAGAAN

6.1 KERANGKA KELEMBAGAAN
6.1.1 Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Subang
Pada tahun 2006 jumlah Kecamatan yang ada di Kabupaten Subang ada sebanyak 22
Kecamatan. Jumlah ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2002, di
mana 2 (dua) Perwakilan Kecamatan berubah menjadi Kecamatan, yaitu Kecamatan Cikaum
dan Kecamatan Cipendeuy. Sedangkan jumlah desa/kelurahan

pada tahun 2006 ini

bertambah menjadi 253 desa/kelurahan. Komposisi dari 253 desa/kelurahan tersebut
adalah 8 kelurahan dan 243 desa. Dari 252 desa/kelurahan yang ada, 73 desa/kelurahan
memiliki LPMD berkategori I, 158 LPMD kategori II, dan 24 desa/kelurahan berkategori III.
Sedangkan jumlah RT, RW dan Dusun tahun 2006 ini mengalami perubahan dari tahun
2005, yaitu berturut-turut 5.723 RT, 1.531 RW, dan 963 Dusun.
Dari 253 desa/kelurahan yang ada, sebagian besar dipimpin oleh seorang Kepala
Desa/Lurah dengan tingkat pendidikan setingkat SLTA, yaitu 53,75%, SLTP 32,80%,
Perguruan Tinggi 11,08% dan sisanya 2,4% hanya berpendidikan Sekolah Dasar.
Jumlah personil anggota Pertahanan Sipil Kabupaten Subang pada tahun 2006 ada 52.142

orang atau bertambah sebanyak 2.530 orang dibanding tahun 2005.
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Subang
sebanyak 12.040 orang, terdiri dari 0,69% golongan I, 20,47% golongan II, 52,39% golongan
III dan sisanya 26,45% golongan IV.
Jumlah anggota DPRD Kabupaten Subang hasil pemilu 2004 sebanyak 45 orang anggota,
dengan tingkat pendidikan setingkat SLTA sebanyak 17 orang dan sisanya 38 orang
berpendidikan setingkat Perguruan Tinggi.

Bab VI Kerangka Kelembagaan

VI - 1

Laporan RPIJM Kabupaten Subang

Tabel 6.1.
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Subang
No.

Nama Instansi/Dinas/Badan/Kantor


Jumlah PNS

1.

Sekretariat Daerah

256

2.

Sekretariat DPRD

28

3.

Dinas Otonom

4.


Badan/Kantor/Lembaga

822

5.

Kecamatan/Kelurahan

511

10.423

6.1.2 Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah
Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah Kabupaten Subang tidak dapat diuraikan, karena
tidak/belum terdapat/ditemukan kelembagan non pemerintah yang terkait langsung
dengan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten
Subang.

6.1.3 Kedudukan, Fungsi, Tugas dalam Pelaksanaan RPIJM

Yang dimaksud dengan kedudukan, fungsi, tugas dalam pelaksanaan RPIJM adalah
menguraikan usulan kedudukan fungsi dan tugas serta tanggung jawab antar instansi yang
terkait dengan RPIJM, sebagai sebuah draf bagi diterbitkannya Surat Keputusan yang akan
ditandatangani oleh Bupati.
Dari hasil analisa selama melakukan kunjungan lapangan di Kabupaten Subang, maka
bidang/instansi/badan yang menjadi leading sector adalah BAPPEDA.
Hal ini tentunya menjadi salah satu dasar bagi pelaksanaan usulan Diagram Hubungan
dalam realisasi atau

pelaksanaan RPIJM, karenanya usulan sistem prosedur yang

disampaikan, yaitu: Pembentukan Badan Pelaksana RPIJM.
Pembentukan Badan Pelaksana RPIJM merupakan prioritas bagi kelembagaan pelaksana
RPIJM, maka landasan yuridis pembentukannya harus didasarkan pada Peraturan Daerah
Kabupaten Subang.
Bab VI Kerangka Kelembagaan

VI - 2

Laporan RPIJM Kabupaten Subang


Badan Pelaksana RPIJM dipimpin oleh seorang Kepala Pelaksana Harian yang membawahi
Kelompok Jabatan Fungsional, dan 3 (tiga) Kepala Seksi, dan Bagian Tata Usaha.
Adapun 3 (tiga) seksi yang dimaksud adalah:
1.

Seksi Koordinasi antar Instansi;
Seksi Koordinasi antar Instansi bertanggungjawab atas komunikasi antar instansi yang
terkait langsung maupun tidak langsung dengan RPIJM, untuk Kabupaten Subang
meliputi Bappelitbang, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas
Permukiman dan Perumahan, ASDA Pembangunan, Sekretariat Daerah Bagian
Pengendalian Pembangunan, dan Badan Keuangan dan Aset Daerah

2.

Seksi Pengendalian Pelaksanaan;
Seksi Pengendalian Pelaksanaan bertanggungjawab atas tata kelola atau manajemen
waktu, biaya dan prioritas pelaksanaan program RPIJM;

3.


Seksi Sosialisasi dan Informasi.
Seksi Sosialisasi dan Informasi bertanggungjawab atas pelaksanaan sosialisasi dan
informasi pelaksanaan RPIJM, khususnya di lingkungan Pemerintah Kabupaten Subang,
maupun masyarakat Kabupaten Subang pada umumnya.

6.1.4 Diagram Hubungan
Yang dimaksud dengan Diagram Hubungan Kelembagaan RPIJM adalah diagram hubungan
pelaksanaan dan pengelolaan serta pengembangan RPIJM.
Di bawah ini merupakan usulan diagram hubungan kelembagaan RPIJM yang dapat
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Subang.

Bab VI Kerangka Kelembagaan

VI - 3

Laporan RPIJM Kabupaten Subang

Gambar 6.1.
Diagram Hubungan Kelembagaan RPIJM Kabupaten Subang

Kepala Pelaksana Harian
RPIJM

Sub Bagian
Tata Usaha

Kelompok
Jabatan
Fungsional

Seksi
Koordinasi
antar Institusi

Seksi
Pengendalian
Pelaksanaan

Seksi Sosialisasi
dan Informasi


SATGAS

6.2

KERANGKA REGULASI
Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi peraturan

perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU No. 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung, UU No. 7 tahun 2008 tentang Sumber Daya Air, dan UU No. 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Persampahan.

6.2.1

UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman
UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan

Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di
bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan
dan strategi nasional dan provinsi.
b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
Bab VI Kerangka Kelembagaan

VI - 4

Laporan RPIJM Kabupaten Subang

c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan
kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman,
lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.
d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.
f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan
strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat

kabupaten/kota.
g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.
h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.
i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman.
j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.
Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya yaitu:
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.
b. Menyusun

dan

menyempurnakan

peraturan


perundang-undangan

bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kabupaten/kota.
d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundangundangan serta
kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat kabupaten/kota.
e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan
permukiman bagi MBR.

Bab VI Kerangka Kelembagaan

VI - 5

Laporan RPIJM Kabupaten Subang

f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada
tingkat kabupaten/kota.
g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah
kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman.
h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan
permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh pada tingkat kabupaten/kota.
Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan
tanah pendanaan dan pembiayaan, hak kewajiban dan peran masyarakat. UU ini
mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas
bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu
dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan
masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan,
dan permukiman kembali.

6.2.2 UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwa penyelenggaraan bangunan
gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan
pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.
Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis
sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan administratif meliputi persyaratan
status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan.
Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan
keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan
dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan
Bab VI Kerangka Kelembagaan

VI - 6

Laporan RPIJM Kabupaten Subang

pengendalian dampak lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL).
Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut
a. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya
harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka
hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Di samping itu,
sistem penghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian udara dilakukan dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi dalam bangunan gedung
(amanat green building).
b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai
dengan

peraturan

perundang-undangan

harus

dilindungi

dan

dilestarikan.

Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas
bangunan gedung dan lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak
mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya.
c. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia
merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.

6.2.3

UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya air,

termasuk didalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini, negara menjamin hak
setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna
memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif.
Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan
pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan usaha milik negara dan/atau
badan usaha milik daerah menjadi penyelenggaranya. Air minum rumah tangga tersebut
merupakan air dengan standar dapat langsung diminum tanpa harus dimasak terlebih
dahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil pengujian mikrobiolog. Selain itu, diamanatkan
pengembangan sistem penyediaan air minum diselenggarakan secara terpadu dengan
pengembangan prasarana dan sarana sanitasi.
Bab VI Kerangka Kelembagaan

VI - 7

Laporan RPIJM Kabupaten Subang

6.2.4 UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Persampahan
UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah
sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya
pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang
sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah
meliputi:
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
terpadu,
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu
menuju ke tempat pemrosesan akhir,
d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah sampah,
e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara terbuka di
tempat pemrosesan akhir. Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus menutup tempat
pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka dan
mengembangkan TPA dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.

6.2.5 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut serta dalam
pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2011. Dalam
undang-undang tersebut Rumah susun didefinisikan sebagai bangunan gedung bertingkat
Bab VI Kerangka Kelembagaan

VI - 8

Laporan RPIJM Kabupaten Subang

yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang
distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan
merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara
terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda
bersama, dan tanah bersama. Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan,
perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan,
peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan
kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.

Bab VI Kerangka Kelembagaan

VI - 9