DOCRPIJM 29364d739c BAB IIBAB II OK FINAL

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

BAB II PROFIL KABUPATEN KOTA

2.1 Wilayah Administrasi

2.1.1 Wilayah Administrasi

  Kabupaten Minahasa Utara merupakan bagian integral dari Provinsi Sulawesi Utara dengan ibukota Airmadidi dan berjarak sekitar 35 Km dari ibukota Provinsi Sulawesi Utara. Kabupaten Minahasa Utara terletak antara 1°18

  ’30” - 1°53’00” LU dan 124°44’00” - 125°11

  ’00” BT, berbatasan dengan kepulauan Sitaro di sebelah Utara, dengan kabupaten Minahasa di Selatan, dengan Kota Bitung di sebelah Timur, dan dengan Kota Manado di sebelah Barat. Minahasa Utara dibentuk pada tahun 2004 yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Minahasa. .Luas wilayah Kabupaten Minahasa Utara adalah sebesar1.059,24 km2 yang terbagi menjadi 10 kecamatan. Likupang Timur adalah kecamatan terluas dengan wilayah 290,84 km2 (sekitar 27,46 persen dari total luas wilayah kabupaten Minahasa Utara) dan Likupang Selatan menjadi kecamatan dengan luas wilayah terkecil, yaitu hanya 11,82 km2 (atau 1,12 persen dari luas wilayah Minahasa Utara). Sebagai Kabupaten yang terletak di wilayah pesisir, ada tiga kecamatan yang sebagian wilayahnya terpisah dari pulau Sulawesi, yaitu kecamatan Wori (Mantehage dan Nain), Kecamatan Likupang Timur (Bangka), dan dan Kecamata Likupang Barat (Gangga, Talise, Kinabuhutan)

Gambar 2.1 Luas Daerah Kab. Minahasa Utara

  Sumber : Minahasa Utara dalam angk a 2015 BPS

  • 1 -2 -3

  Keadaan topografi wilayah sebagian besar merupakan dataran dan perbukitan pada ketinggian di sekitar 0

  9 Likupang Timur Landai

  8 Likupang Barat Sedang

  7 Wori Landai

  6 Talawaan Sedang

  5 Dimembe Sedang

  4 Kalawat Sedang

  3 Airmadidi Landai

  2 Kauditan Landai

  1 Kema Landai

  No Kecamatan / District Tingkat Kemiringan

  Karakter topografi hampir sama untuk semua wilayah kecamatan, yaitu dikategorikan datar, landai dan bergelombang. Wilayah dengan kemiringan tanah antara 0-3º adalah sekitar 30,49 persen, antara 3º -15º adalah sekitar 43,42 persen, antara 15º - 45 º adalah sekitar 19,66 persen, dan sisanya yaitu kemiringan lebih dari 45 º adalah sekitar 6,43 persen. Kedalaman efektif tanah rata-rata 0-3 m,PH tanah rata-rata 6,0 sampai 8,0, dengan tekstur tanah yang bervariasi dari liat (alluvial), liat berpasir (latosol), liat berlempung (meditrean) dan lempung berpasir (regosol). Tabel 2.2 Tingkat Kemiringan di tiap Kecamatan

  2.1.2 Gambaran Topografi

  10 Likupang Selatan 11,82 1,12 Jumlah / Total 1 059,24 100,00

  9 Likupang Timur 290,84 27,46

  8 Likupang Barat 104,29 9,85

  7 Wori 90,70 8,56

  6 Talawaan 82,51 7,79

  5 Dimembe 166,43 15,71

  4 Kalawat 39,03 3,68

  3 Airmadidi 86,66 8,18

  2 Kauditan 108,20 10,21

  1 Kema 78,76 7,44

  No Kecamatan / District Luas / Area (Km²) %

Tabel 2.1 Luas Daerah Kecamatan Minahasa Utara

  • – 650 meter tinggi dari permukaan laut, kecuali wilayah sekitar pegunungan terutama Gunung Klabat yang mencapai sekitar 1.995 meter tinggi dari permukaan laut.
    • 1 -2

  10 Likupang Selatan Landai Jumlah / Total

  2.1.3 Gambaran Geohidrologi

  Wilayah kabupaten Minahasa Utara terdapat sungai-sungai mengalir dari bukit, perbukitan, gunung atau pegunungan yang dalam istilah setempat disebut Kentur atau Kuntung. Sungai dan anak sungai dalam aliran DAS tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk penyediaan air bersih, irigasi, budidaya perikanan darat hingga suplai energi listrik yang terolah dari stasiun pembangkit tenaga listrik. Sungai-sungai utama yang melalui wilayah Kabupaten Minahasa Utara berhulu di gunung yang mengalir dari wilayah yang tinggi bermuara ke teluk maupun danau dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk penyediaan air bersih, irigasi, budidaya perikanan darat dan suplai energi listrik. Sungai tersebut dari hulu kehilir menjadi sebuah sistem sungai yang tidak bisa dipandang dalam batas administrasi.

  

Tabel 2. 3 Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Minahasa Utara

  3 No Nama Sungai Potensi (m /det)

  1 Sungai Tondano 300

  2 Sungai Sawangan 200

  3 Sungai Talawaan 150

  4 Sungai Likupang

  80 Sumber : RPJM Kabupaten Minahasa Utara, 2005

  • – 2010 Daerah aliran sungai merupakan tempat presipitasi air hujan yang kemudian berkonsentrasi ke sungai. Garis batas daerah aliran yang berdampingan disebut batas daerah pengaliran Kemiringan lahan bervariasi dari datar sampai kemiringan 35º. Sama seperti wilayah sekitarnya, pola drainase di Kabupaten Minahasa Utara sebagian besar adalah dendritis dengan pola percabangan pohon. Tidak diketemukan pola aliran sungai, keseluruhannya merupakan aliran yang unik dan tidak berulang. Tidak ada data yang menunjukkan aliran debit sungai utama tersebut. Namun dari pengamatan di dapat informasi bahwa sungai utama mengalir setiap tahun sedang anak sungai dan percabangannya sebagian besar mengalami debit yang fluktuatif bahkan kering di masa kemarau. Sungai-sungai tersebut berfungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah tertentu dan mengalirkannya ke laut. Data Luas DAS di wilayah 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Kauditan, Kecamatan Airmadidi

  dan Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara dari data perencanaan saluran adalah sebagai berikut : Pembagian DAS, panjang sungai dan luasan dari masing-masing setiap DAS 3 (tiga) Kecamatan di Minahasa Utara dibagi menjadi 22 bagian sebagai berikut :

  

Tabel 2. 4 Pembagian DAS di wilayah 3 Kecamatan Kabupaten Minahasa Utara

NO NAMA SUNGAI PANJANG (KM) LUAS DAS (KM2) DEBIT (M3/detik) A SUNGAI TONDANO

  6 DAS 20 8.720 18,21 13,85

  

Sumber : Master Plan Drainase Kab. Minahasa Utara

  8 DAS 13 4.350 5,63 10,71

  7 DAS 12 3.875 11,45 27,04

  6 DAS 11 4.270 7,23 16,70

  5 DAS 5 7.840 11,27 20,37

  4 DAS 4 9.410 9,99 17,40

  3 DAS 3 17.235 30,34 47,80

  2 DAS 2 14.150 25,16 47,70

  1 DAS 1 10.650 20,64 36,41

  C SUNGAI TALAWAAN

  7 DAS 22 5.760 15,49 27,52

  5 DAS 19 3.940 4,62 16,53

  1 DAS 6 2.320 4,13 14,50

  4 DAS 18 9.450 15,19 27,52

  3 DAS 17 10.570 19,43 27,96

  2 DAS 16 6.825 7,98 13,85

  1 DAS 15 5.420 8,27 16,53

  B SUNGAI SAWANGAN

  7 DAS 21 8.410 8,94 27,96

  6 DAS 14 16.830 39,66 72,98

  5 DAS 10 1.745 2,66 10,52

  4 DAS 9 1.875 8,36 28,80

  3 DAS 8 9.230 13,05 24,11

  2 DAS 7 4.120 7,07 18,90

  Kawasan sekitar mata air yang harus dilindungi di wilayah Kabupaten Minahasa Utara terdapat di 28 lokasi yaitu ; Talawaan I, Mata Air Tunan, Mata Air Warat, Mata Air Malupu, Mata Air Tumbohon, Mata Air Kumersot, Mata Air Huluatikup, Mata Air Doud Tewasen, Mata Air Doud Pinakiwe, Mata Air Doud Minawanua, Mata Air Papi, Mata Air Tamblang, Mata Air Talise, Mata Air Malimbukan, Mata Air Keluarga, Mata Air Pancoran Lima, Mata Air Alam Suwaan, Mata Air Keluarga Wenas, Mata Air Keluarga Menanga, Mata Air Tontalete, Mata Air Tumatenden, Mata Air Tambuk Terang, Mata Air Kema I, Mata Air Tuan, Mata Air Tinaan, Mata Air Tumaratak, Mata Air Doud Waidan, dan Mata Air Malinow dengan luas kawasan sekitar mata air secara keseluruhan adalah 351,68 Ha.

Tabel 2.5 Kondisi Air Tanah LOKASI Debit Pemanfaatan

  Desa Kecamatan Air Kolam No Nama Sumber (m3/ Dtk)

  1 Mata Air Airmadidi Aimadidi Airmadidi 50 v v

  20 v v

  • – 2 Mata Air Tatelu Tatelu Dimembe

  3 Mata Air Wori Wori Wori 10 v v Klabat

  4 Mata Air Minawerot Minawerot Kauditan 10 v v Sumber : RPJM Kabupaten Minahasa Utara, 2005 - 2010

  2.1.4 Gambaran Geologi

  Struktur geologi merupakan pencerminan seberapa besar suatu wilayah mengalami “deraan” tektonik. Semakin rumit struktur geologi yang berkembang di suatu wilayah, maka menunjukkan bahwa wilayah tersebut cenderung sebagai wilayah yang tidak stabil. Daerah Kabupaten Minahasa Utara memiliki kondisi Geologis yang terbagi atas beberapa jenis yaitu, batuan Endapan, batuan Organic dan batuan Beku/Vulkanik yang persebarannya ada pada bagian selatan Kabupaten Minahasa Utara ini, yaitu meliputi kecamatan Kauditan, Airmadidi, dan kecamatan Kalawat, yang merupakan jenis batuan gunung api, sedangkan pada bagian kecamatan Talawaan, Wori dan Likupang Barat adalah batuan sedimen

  2.1.5 Gambaran Klimatologi

  • – Tipe iklim di daerah ini adalah type A (iklim basah), dengan musim kemarau pada bulan Mei Oktober dan iklim hujan pada bulan-bulan November – April. Curah hujan maksimum pada bulan

  Desember

  • – Maret yang sering dibarengi dengan angin kencang sehingga sering mengakibatkan banjir dan gelombang laut maksimum dengan angka curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar 2.000
  • – 3.000 mm dengan jumlah hari hujan 90 – 130 hari per tahun.Secara umum, suhu udara rata-rata per bulan pada tahun 2014 pada pengukuran Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado adalah 26,6 0C, dengansuhu terendah terjadi pada bulan Februari, yaitu mencapai 25,4 0C dan suhu tertinggi mencapai 27,7 0C yang terjadi pada bulan juli. Kelembaban relative adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air yang terkandung di dalam campuran air-udara dalam fase gas. Tahun 2014, kelembaban relatif tertinggi terjadi pada bulan Desember, yang mencapai 89 persen dengan 25 hari hujan, sedangkan kelembaban terendah terjadi pada bulan Oktober, yaitu mencapai 71 persen dengan jumlah hari hujan9 hari.
Dari gambaran iklim ini menunjukan kondisi daerah di mana sebagian besar wilayah merupakan wilayah yang subur dan potensial untuk dimanfaatkan bagi pengembangan pertanian pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan secara keseluruhan bagi kepentingan masyarakat dan pembangunan.

Gambar 2.2 Jumlah hari hujan dan rata-rata suhu udara di Kabupaten Minahasa Utara

  Sumber : Minahasa Utara dalam angk a 2015 BPS

Gambar 2.3 Rata-rata tekanan udara dan kecepatan angin per bulan Kabupaten Minahasa Utara

  

Sumber : Minahasa Utara dalam angk a 2015 BPS

Tabel 2.6 Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Relatif di Kabupaten Minahasa Utara

  Sumber : Minahasa Utara dalam angk a 2015 BPS

Tabel 2.7 Rata-rata Tekanan Udara dan Kecepatan Angin Setiap Bulan Kab. Minahasa Utara

  Sumber : Minahasa Utara dalam angk a 2015 BPS

Tabel 2.8 Rata-rata Curah Hujan Setiap Bulan di Kabupaten Minahasa Utara

  Sumber : Minahasa Utara dalam angk a 2015 BPS

2.1.6 Kondisi Sosial dan Ekonomi

  • Kondisi Sosial Budaya Kondisi di bidang sosial budaya menunjukkan tetap terpeliharanya dengan baik kerukunan hidup bermasyarakat dari berbagai latar belakang suku, budaya, dan agama. Kesemuanya ini telah menciptakan kondisi sosial budaya daerah yang baik, aman, tenang, tentram, namun dinamis dan kondusif untuk pembangunan daerah. Jumlah penduduk Minahasa Utara pada tahun 2005 adalah sebanyak 174.455 orang, dengan tingkat kepadatan 199,22 orang jiwa/km². Persebaran penduduk di kecamatan Dimembe yaitu 21.728 orang, kemudian berturut-turut kecamatan Airmadidi sebanyak 24.2966 orang, Likupang Timur sebanyak 21.683 orang, Kauditan sebanyak 22.337 orang, Kalawat sebanyak 22.610 orang, Wori sebanyak 18.355 orang, likupang Barat sebanyak 17.125 orang, kecamatan Kema yaitu 13.637 orang sedangkan yang tersedikit di kecamatan Talawaan 12.684 orang.
Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Di Kabupaten Minahasa Utara, jumlah murid sekolah mencapai 35.955 murid, dengan jumlah kelas sebanyak 1.273 ruang kelas dan ruang belajar 1.444 ruang. Secara keseluruhan terdapat 107 buah TK dengan jumlah murid 2.503 murid dan 152 guru. SD sebanyak 188 buah dengan jumlah murid 21.675 murid dan guru sebanyak 1.130 guru. SLTP sebanyak 54 sekolah dengan jumlah murid 7971 murid dan guru sebanyak 612 guru, sedangkan SLTA sebanyak 19 sekolah dengan murid sebanyak 3.563 murid dan 340 guru. Selain itu, terdapat sekolah internasional (Manado Internasional School-MIS), SMK Kelautan dan Perikanan, serta 3 Perguruan Tinggi yaitu Universitas Klabat (Unklab). Akademi Keperawatan, dan sekolah Tinggi Alkitab Airmadidi.

  Kondisi kesehatan dilihat dari sarana, prasarana dan SDM kesehatan, adalah sebagai berikut: Rumah Sakit (RS) swasta sebanyak 2 RS, masing-masing di Kecamatan Airmadidi dan Kecamatan Kauditan. Pelayanan kesehatan melalui PKM (Pusat Kesehatan Masyarakat) Rawat Jalan sebanyak 6 buah, melalui PKM rawat Inap sebanyak 4 buah, dan PKM pembantu 31 buah yang tersebar di seluruh kecamatan. Selain itu terdapat 2 klinik umum dan 2 klinik Bersalin, toko obat/Apotek sebanyak 5 buah.

  Kasus infeksi saluran Pernapasan Akut sebanyak 22.622 kasus, diikuti oleh hypertensi dengan 5.193 kasus, penyakit kulit dengan 3.894 kasus, malaria dengan 3.477 kasus, penyakit usus dengan 3.129 kasus, rematik sebanyak 2.587 kasus, penyakit telinga 2.517 kasus, penyakit mulut 2.101 kasus, dan penyakit lainnya dengan jumlah kasus di bawah 2.000 kasus. Kunjungan ke PKM sebanyak 84.160 orang. Khusus penduduk miskin yang berkunjung ke PKM mencapai 63.186 orang. Kerukunan umat beragama senantiasa terwujud dan terpelihara dengan baik, sebagai ciri masyarakat yang religius. Penduduk menurut agama yang dianut menunjukkan bahwa Agama Kristen terbanyak dianut penduduk yaitu 112.800 orang. Kemudian berturut-turut Agama Islam sebanyak 34.551 orang, agama Katolik sebanyak 13.763 orang, dan sisinya beragama Hindu sebanyak 14 orang. Sarana keagamaan yang ada, yaitu Gereja 544 buah bangunan, Mesjid sebanyak 50 buah bangunan.

  Adanya kemiskinan masyarakat merupakan fenomena yang diutamakan penanggulangannya secara nasional. Terdapat 20.487 orang (11.74 persen dari penduduk) penduduk miskin yang perlu mendapat perhatian. Kenyataan bahwa sekitar 89,70 persen penduduk miskin hanyalah berpendidikan maksimum tamatan SD. Kebanyakan penduduk miskin, yaitu 20.269 orang bekerja sebagai petani penggarap/buruh tani, sebagai petani sebanyak 1.716 orang, sebagai nelayan 327 orang dan sebagai buruh bangunan sebanyak 853 orang.

  11 Gambar 2.4 Peta Kabupaten Minahasa Utara

  Sumber : RPJMD Minahasa Utara 2005-2010

  12 Gambar 2.5 Peta Pola Ruang Kabupaten Minahasa Utara

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten

  2.2.1 Kawasan Budidaya Hutan

  Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah dapat diidentifikasikan wilayah yang memilki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti Kawasan Peruntukan Hutan Produksi, Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat, Kawasan Peruntukan Pertanian, Kawasan Peruntukan Perikanan, Kawasan Peruntukan Pertambangan, Kawasan Peruntukan Permukiman, Kawasan Peruntukan Industri, Kawasan Peruntukan Pariwisata, dan Kawasan Peruntukkan lainnya (Kawasan Tempat Ibadah, Kawasan Pendidikan, Kawasan Pertahanan Keamanan dan Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa) dengan berpedoman pada pada rencana tata ruang wilayah Kabupaten Minahasa Utara.

  Wiau kurang lebih 3.336,27 Ha, Hutan Produksi Terbatas Gunung Saoan kurang lebih 4.734,95 Ha, Hutan Produksi Terbatas Pulau Talise kurang lebih 106,76 Ha, Hutan Produksi Terbatas Pulau Bangka kurang lebih 1.506,64 Ha dengan luas keseluruhan kurang lebih 9.684,62 Ha. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat adalah kawasan di luar kawasan hutan yang yang memiliki tingkat kelerengan lebih dari 30% yang sudah tidak sesuai untuk pengembangan kegiatan budidaya pertanian dan perkebunan dan dapat dikembangkan oleh masyarakat untuk budidaya tanaman/vegetasi hutan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat ini tersebar di Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Kalawat, Kecamatan Wori, Kecamatan Dimembe, Kecamatan Likupang Barat, Kecamatan Likupang Timur, Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema dengan luas keseluruhan kurang lebih 4.027,60 Ha

  2.2.2 Kawasan Pertanian

  Kawasan pertanian tanaman pangan adalah kawasan yang secara teknis sesuai dan dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman pangan lahan basah yang didukung prasarana irigasi, tersebar di Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Kalawat, Kecamatan Wori, Kecamatan Dimembe, Kecamatan Talawaan, Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema dengan luas keseluruhan kurang lebih 3.716,50 Ha.

  Kawasan pertanian hortikultura adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman pangan hortikultura, tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan luas keseluruhan kurang lebih 27.721,62 Ha, dengan komoditas unggulan Pisang Barangan, komoditi andalan adalah Nenas, Mangga damar Merah, Rambutan dan Pepaya, sedangkan komoditi potensi adalah Durian dan Manggis. Kawasan perkebunan adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perkebunan, tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan luas keseluruhan kurang lebih 54.222,94 Ha, dengan komoditas unggulan Kelapa, Pala, Kakao dan Jambu Mente.

  2.2.3 Kawasan Peternakan

  Kawasan peternakan adalah kawasan yang secara teknis dapat di manfaatkan untuk pengembangan kegiatan peternakan dengan meminimalisir dampak pencemaran, yaitu minimal 500 meter dari lokasi pemukiman terdekat, tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan luas keseluruhan sama dengan kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering yaitu kurang lebih 27.721,62 Ha, dengan komoditas unggulan Sapi, Babi, Ayam dan Itik.

  2.2.4 Kawasan Perikanan

  Kawasan peruntukkan perikanan adalah kawasan yang secara teknis dapat

  a. perikanan darat;

  b. perikanan air payau;

  c. perikanan air laut; dan d. budidaya perikanan.

  Kawasan perikanan darat sebagaimana yang dimaksud adalah kawasan yang secara teknis sesuai untuk pengembangan budidaya perikanan air tawar disawah, kolam dan perairan yang tersebar dikecamatan Dimembe, Kecamatan Talawaan dengan luas keseluruhan kurang lebih 2.549,56 Ha.

  Kawasan perikanan air payau adalah kawasan yang secara teknis sesuai untuk pengembangan budidaya perikanan air payau di tambak sepanjang pantai yang tersebar di Kecamatan Kema, Kecamatan Wori dan Kecamatan Likupang Timur dengan luas keseluruhan kurang lebih 117,12 Ha.

  Kawasan perikanan laut adalah kawasan yang secara teknis seusia untuk pengembangan kegiatan budidaya perikanan laut maupun untuk kegiatan perikanan tangkap jalur IA. Pengelolaan laut untuk kegiatan penangkapan ikan wilayah kurang dari 4 mil di wilayah laut Kecamatan Wori, Likupang Barat, Likupang Timur dan Kema.

  Kawasan budidaya perikanan yang dimaksud didukung oleh Loka Budidaya Air tawar di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe dan Balai Benih Ikan Pantai di Desa Likupang II Kecamatan Likupang Timur. Pengembangan budidaya tawar yaitu di Kecamatan Kema, Kecamatan Kauditan, Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Kalawat, Kecamatan Dimembe, Kecamatan Talawaan, dan Kecamatan Likupang Selatan. Kawasan perikanan sentra pengolahan sebagaimana sesuai untuk pengembangan pengolahan hasil perikanan yang tersebar di Kecamatan Kema, Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Kalawat, Kecamatan Likupang Barat dan Kecamatan Wori.

  2.2.5 Kawasan Pertambangan

  Kawasan pertambangan yang berpotensi di wilayah Kabupaten Minahasa Utara yaitu kawasan yang secara teknis-geologis memiliki potensi deposit bahan tambang, atau area kontrak karya pertambangan/kuasa pertambangan/izin pertambangan daerah/tambang rakyat baik yang sudah di lakukan kegiatan pertambangan ataupun belum, yang berada di luar kawasan lindung, tersebar di wilayah Kecamatan Likupang Barat, Kecamatan Likupang Timur, Kecamatan Likupang Selatan, Kecamatan Wori, Kecamatan Kema, Kecamatan Dimembe dan Kecamatan Talawaan

  2.2.6 Kawasan Permukiman

  Potensi Kawasan peruntukan permukiman adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk pengembangan permukiman yang aman dari bahaya bencana alam, perkotaan meliputi permukiman yang terbentuk kawasan perkotaan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten, yaitu : Permukiman perdesaan meliputi pemukiman yang terbentuk kawasan perdesaan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten, permukiman baru skala besar dikembangkan di Kecamatan Talawaan, Kecamatan Kalawat, Kecamatan Airmadidi dan Kecamatan Kauditan.

  2.2.7 Kawasan Industri

  Kawasan peruntukan industri di wilayah Kabupaten Minahasa Utara adalah kawasan yang diperuntukan pengembangannya bagi pemusatan kegiatan industri pengolahan hasil pertanian maupun industri manufaktur yang terdiri atas:

  a. Kawasan Peruntukan Industri besar meliputi Kauditan-Bitung-Kema di Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung yang mencakup Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema.

  b. Kawasan Peruntukan Industri Sedang di Kecamatan Likupang Barat.

  c. Kawasan Peruntukan Industri Kecil dan Ringan tersebar diseluruh Kabupaten.

  d. Kawasan Pergudangan terbatas dan terkendali terletak di Kecamatan Kalawat dan di kawasan yang diperuntukkan untuk kegiatan industri.

  2.2.8 Kawasan Pariwisata

  Potensi Kawasan pariwisata di wilayah Kabupaten Minahasa utara yaitu kawasan yang memiliki potensi objek dan daya tarik wisata alam, wisata budaya, wisata agro dan wisata lainnya baik yang sudah berkembang maupun yang belum berkembang. Potensi dan objek wisata alam antara lain: di Pulau Bangka, Pulau Sahaung, Pantai Surabaya, Pantai Kalinaun di Kecamatan Likupang Timur, Pantai Makalisung, Pantai Batu Nona, Danau Tasik Oki di Kacamatan Kema, Arung Jeram Sungai Tondano, Pemandian Air Panas Tanggari, Gunung Klabat di Kecamatan Airmadidi, Air Terjun Tunan di Kecamatan Talawaan, Danau Zepper di Kecamatan Kauditan, Pulau Naen dan Pulau Mentehage di Kecamatan Wori. Potensi dan Objek Wisata Budaya antara lain : Taman Purbakala di Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi, Taman Waruga di Kelurahan Airmadidi Bawah Kecamatan Airmadidi, Mata Air Tumatenden di Kelurahan Airmadidi Bawah Kecamatan Airmadidi, Goa Jepang di Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi, Waruga di Desa Kokoleh Satu Kecamatan Likupang Selatan, Penjara Tua di Desa Kema Dua Kecamatan Kema. Potensi dan objek wisata agro antara lain : kebun kelapa hibrida di Kecamatan Wori dan Kecamatan Likupang Barat, kebun rambutan di Kecamatan Dimembe dan Kecamatan Talawaan, kolam ikan mas dan nila di Kecamatan Dimembe. Potensi dan objek wisata lainnya antara lain : Gangga Island Resort di Kecamatan Likupang Barat, Pulisan Jungle Resort di Desa Pulisan Kecamatan Likupang Timur, Kima Bajo Resort di Desa Kima Bajo di Kecamatan Wori, penangkaran satwa langka di Desa Pimpim Kecamatan Kema.

  Potensi perdagangan dan jasa di wilayah Kabupaten Minahasa Utara yaitu kawasan yang dapat memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar masyarakat yang membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang menjual jasa (sisi penawaran). Kawasan perdagangan dan jasa menyerap tenaga kerja di perkotaan dan memberikan kontribusi yang dominan terhadap PDRB yaitu di sepanjang kawasan perkotaan Manado

  • – Bitung.

2.2.10 Flora dan Fauna

  Keadaan flora di Kabupaten Minahasa Utara didominasi oleh tanaman kelapa yang ditanam oleh masyarakat mulai dari garis pantai sampai ke bukit dengan ketinggian 500 m dpl mencakup kurang lebih 40.776 Ha. Tanaman Pala dan Mangga Damar Merah terdapat di Kecamatan Airmadidi dan Kauditan juga terdapat tanaman Kopi, Cengkeh, Vanili dan Kakao tersebat di beberapa kecamatan. Disamping itu terdapat pula hutan lindung terutama di kawasan gunung dan daerah aliran sungai.

  Fauna di Kabupaten Minahasa Utara memiliki hewan langka seperti Burung Maleo dan Burung Taong juga terdapat Kera terkecil di dunia yakni Tarsius Spectrum atau dikenal dengan nama Tangkasi. Perairan Laut di Kabupaten Minahasa Utara menyimpan berbagai jenis ikan antara lain Ikan Cakalang, Tuna dan Malalugis. Saat ini mulai dibudidayakan Rumput Laut, Kerang Mutiara, Ikan Laut (Ikan Bobara dan Ikan Kerapu

2.3 Demografi dan Urbanisasi

2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan

  penduduk Kabupaten Minahasa Utara pada tahun 2014 berdasarkan hasil proyeksi penduduk adalah 196.419 jiwa (50,82 persen adalah laki-laki) dengan kepadatan penduduk 185,43 jiwa/km2. Pada tahun 2014, Kalawat adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu mencapai 29.743 jiwa (15,14 persen) yang tersebar di 12 desa dengan kepadatan penduduk 762,05 jiwa/km2 (kepadatan tertinggi). Kecamatan dengan penduduk paling sedikit adalah Likupang Selatan, yaitu hanya 4.958 jiwa (2,52 persen) yang tersebar di 7 desa. Jika dilihat menurut kelompok umur, jumlah penduduk usia produktif (umur 15

  • – 64 tahun) ada sekitar 67,96 persen. Tahun 2014, nilai sex rasio kabupaten Minahasa Utara adalah 103,32 yang berarti bahwa jumlah laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Pada tahun 2014, semua kecamatan di Minahasa Utara memiliki nilai sex rasio di atas 100. Kecamatan dengan nilai sex rasio tertinggi adalah Talawaan, yaitu mencapai 106,53

Gambar 2.6 Piramida Penduduk Kabupaten Minahasa Utara 2014

  Sumber : Minahasa Utara dalam angk a 2015 BPS

  17

  18 Gambar 2.7 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Kab. Minahasa Utara 2014

Tabel 2.9 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kab. Minahasa Utara 2014

  Sumber : Minahasa Utara dalam angk a 2015 BPS

  19 Tabel 2.10 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Minahasa Utara

Tabel 2.11 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kab. Minahasa Utara 2014Tabel 2.12 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga Kab Minahasa

  Utara 2014

Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Minahasa Utara

2.3.2 Jumlah Penduduk Miskin dan Persebarannya

  Masalah kemiskinan adalah salah satu masalah mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya, dapat menjadi instrumen tangguh bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin.

  20 BPS menyajikan data dan informasi kemiskinan untuk tingkat kabupaten/kota dengan menggunakan data Susenas Kor (kecuali tahun 2008). Dalam lima tahun terakhir, persentase penduduk miskin di Minahasa Utara mengalami fluktuasi. Tahun 2010, persentase penduduk miskin sebesar 8,39 persen. Tahun 2011, angka ini turun menjadi 7,38 persen kemudian turun lagi di tahun 2012 menjadi 6,69 persen. Tahun 2013 naik menjadi 8,02 persen dan pada tahun 2014 kembali turun menjadi 7.75 persen.

  Tiga tahun terakhir jumlah keluarga pra sejahtera terus menurun. Pada tahun 2012 jumlah keluarga pra sejahtera berjumlah12.409 keluarga, angka ini kemudian turun 0,61 persen menjadi 12.333 keluarga pada tahun 2013. Pada tahun 2014, jumlah keluarga pra sejahtera turun sebesar 3,03 persen menjadi 11.959 keluarga.

Gambar 2.8 Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Minahasa Utara 2007-2014.

  Sumber : Minahasa Utara dalam angk a 2015 BPS

  21

  22 Gambar 2. 9 Pentahapan Keluarga Menurut Klasifikasi keluarga Kab. Minahasa Utara, 2012-2014

Gambar 2.9 Perkembangan Garis Kemiskinan di Kabupaten Minahasa Utara 2007-2014Tabel 2.14 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Minahasa Utara 2005-2014

  Sumber : Minahasa Utara dalam angk a 2015 BPS Sumber : Minahasa Utara dalam angk a 2015 BPS

Tabel 2.15 Klasifikasi Keluarga di Kab Minahasa Utara 2012-2014

2.3.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

  Proyeksi Penduduk Kabupaten Minahasa Utara selama lima tahun kedepan yakni sampai dengan 2019 bervariasi di tiap kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara ini dengan Laju pertumbuhan penduduk yang berbeda maka akan dihitung proyeksi pertumbuhan penduduknya. Untuk Menghitung proyeksi laju pertumbuhan penduduk menggunakan asumsi pada pertumbuhan geometri, karena laju pertumbuhan ini bersifat berskala atau bertahap dalam selang waktu tertentu. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :

  n Pn = P0 ( 1 + r ) dimana : Pn = Jumlah penduduk pada n tahun P0 = Jumlah penduduk pada awal tahun r = Tingkat pertumbuhan penduduk n = Periode waktu dalam tahun

  23

  24 Kecamatan

  Luas Wilayah Penduduk 2014

  Laju Pertumbuhan Penduduk Proyeksi

  2015 Proyeksi 2016 Proyeksi

  2017 Proyeksi 2018 Proyeksi

  2019 Kema 78.76 16205 3.57% 16783.52 17382.69 18003.25 18645.97 19311.63 Kauditan 108.2 24263 2.33% 24828.33 25406.83 25998.81 26604.58 27224.47

  Airmadidi 86.66 28153 3.11% 29028.56 29931.35 30862.21 31822.03 32811.69 Kalawat 39.03 29743 4.39% 31048.72 32411.76 33834.63 35319.97 36870.52 Dimembe 166.43 23568 2.51% 24159.56 24765.96 25387.59 26024.82 26678.04

  Talawaan 82.51 19932 4.67% 20862.82 21837.12 22856.91 23924.33 25041.6 Wori 90.7 17288 0.70% 17409.02 17530.88 17653.6 17777.17 17901.61 Likupang Barat 104.29 16404 0.80% 16535.23 16667.51 16800.85 16935.26 17070.74

  Likupang Timur 290.84 15905 0.73% 16021.11 16138.06 16255.87 16374.54 16494.07 Likupang Selatan 11.82 4958 0.95% 5005.101 5052.649 5100.65 5149.106 5198.022 Jumlah 1059.24 196419 201682 207124.8 212754.4 218577.8 224602.4

Tabel 2.16 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Minahasa Utara Sampai Tahun 2019

  Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dilakukan atas dasar harga berlaku (ADHB) dan harga konstan (ADHK). PDRB ADHB Kabupaten Minahasa Utara tahun 2014 mencapai 8.252,76 miliar rupiah, sedangkan PDRB ADHK mencapai 6.790,12 miliar rupiah. Perkembangan PDRB ADHB maupun ADHK selama 5 tahun dapat dilihat pada Gambar dibawah. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari nilai PDRB ADHK. Tahun 2013, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Minahasa Utara sebesar 6,92 persen. Tahun 2014, pertumbuhan ekonomi meningkat dibandingkan tahun 2013, menjadi 7,45 persen. Jika dilihat menurut sektor, maka sektor konstruksi, pengadaan listrik dan gas, serta sektor informasi dan komunikasi tumbuh paling tinggi, yaitu masing-masing 10,29 persen, 10,26 persen, dan 10,25 persen. Struktur perekonomian Kabupaten Minahasa Utara tahun 2014 didominasi oleh sektor pertanian, yaitu mencapai 30,50 persen dari total PDRB, diikuti oleh sektor konstruksi sebesar 12,94 persen. Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor jasa perusahaan yang hanya mencapai 0,02 persen.

  Sumber : Hasil Analisis

2.4 Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan Berdasarkan RPJMD dan RTRW

2.4.1 Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

  25 Gambar 2.10 PDRB Kabupaten Minahasa Utara 2010-2014

Gambar 2.11 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Minahasa Utara 2010-2014Tabel 2.17 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Minahasa Utara

  

Sumber : Minahasa Utara dalam angk a 2015 BPS

Sumber : Minahasa Utara dalam angk a 2015 BPS

2.4.2 Kawasan Wilayah Rawan Bencana

  • Kawasan rawan bencana pada jalur sesar; Kawasan rawan bencana jalur sesar dan amblesan adalah berada di sepanjang garis sesar Manado-Kema dan garis sesar Likupang –

  26 Tabel 2.18 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kab. Minahasa Utara

  Kawasan wilayah rawan bencana yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam diwilayah Kabupaten Minahasa Utara meliputi :

  G.Tayapu/G.Werot dengan luas keseluruhan kurang lebih 1.985,70 Ha ;

  • Kawasan rawan gerakan tanah/longsor; Kawasan rawan gerakan tanah/longsor yang dimaksud adalah kawasan yang berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau material campuran, lahan yang memiliki kemiringan lereng ± 40 % sangat berpotensi untuk terjadinya longsor.Kawasan rawan longsor di Kabupaten Minahasa Utara tersebar di Kecamatan Likupang Selatan, Kecamatan Kema, dan Kecamatan Airmadidi.
  • Kawasan rawan gelombang pasang/tsunami, adalah kawasan di pesisir pantai yang mengalami hempasan gelombang laut yang besar dan kawasan ini berada di Pulau Mantehage dan sekitarnya , Pulau Naen dan sekitarnya , Pulau Talise dan sekitarnya, Pulau Gangga dan sekitarnya, Pulau Bangka dan sekitarnya, Pesisir Pantai Kecamatan Wori, Kecamatan Likupang Barat, Kecamatan Likupang Timur dan Kecamatan Kema. Luas keseluruhan kawasan rawan gelombang pasang/tsunami kurang lebih 2.339 Ha ;
  • Kawasan rawan banjir tersebar di dataran rendah di muara sungai di Kecamatan Likupang Timur, Kecamatan Wori, Kecamatan Dimembe, Kecamatan Talawaan, Kecamatan Airmadidi dan Kecamatan Kema dengan luas keseluruhan diperkirakan 1.582 Ha.

2.4.3 Isu Strategis Nasional dan Global

  Isu yang kecenderungan besar mempengaruhi dan mewarnai kehidupan sosial ekonomi Kabupaten Minahasa Utara 5 (lima) tahun ke depan adalah :

  Milenium Development Goals (MDGs)

  Tujuan Pembangunan Milenium berisikan tujuan kuantitatif yang harus dicapai dalam jangka waktu tertentu, terutama persoalan penanggulangan kemiskinan pada tahun 2015. Tujuan ini dirumuskan dari

  189 ‘Deklarasi Milennium’, dan Indonesia merupakan salah satu dari negara penandatangan pada Deklarasi September 2000.

  Delapan Tujuan Pembangunan Milenium juga menjelaskan mengenai tujuan pembangunan manusia, yang secara langsung juga dapat memberikan dampak bagi penanggulangan kemiskinan ekstrim. Masing-masing tujuan MDGs terdiri dari target-target yang memiliki batas pencapaian minimum yang harus dicapai Indonesia pada 2015. Untuk mencapai tujuan MDGs tahun 2015 diperlukan koordinasi, kerjasama serta komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, utamanya pemerintah (nasional dan lokal), masyarakat sipil, akademis, media, sektor swasta dan lembaga donor. Secara kolektif kelompok ini akan memastikan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Pemerintah Indonesia tetap memegang komitmennya untuk melaksanakan dan melaporkan kemajuan pencapaian MDGs. MDGs menempatkan pembangunan

  27 manusia sebagai fokus utama pembangunan, dengan memiliki tenggat waktu dan kemajuan yang terukur. Komitmen bersama terhadap pemenuhan hak-hak dasar manusia, dirumuskan dalam delapan Tujuan Pembangunan Milenium, yakni:

  1. Penghapusan kemiskinan (Eradicate extreme poverty and hunger),

  2. Pendidikan untuk semua (Achieve universal primary education),

  3. Persamaan gender (Promote gender equality and empower women)

  4. Perlawanan terhadap penyakit (Combat HI V/AIDS, malaria, and other diseases),

  5. Penurunan angka kematian anak (Reduce child mortality),

  6. Peningkatan kesehatan ibu (Improve Maternal Health),

  7. Pelestarian lingkungan hidup (Ensure Environmental Sustainability),

  8. Kerja sama global (Develop a global partnership for development)

  Isu Strategis Regional

  Pengembangan wilayah Sulawesi, didalam dokumen perencanaan nasional diletakkan sebagai salah satu pulau besar di Indonesia, sangat penting dalam mendukung peningkatan kinerja pembangunan nasional. Wilayah Sulawesi ditempatkan sebagai wilayah pusat pertumbuhan di kawasan Timur Indonesia dan sub-regional ASEAN. Dengan kondisi ini, wilayah Sulawesi memiliki akses perdagangan yang cukup strategis di dalam pembangunan Nasional.

  Pembangunan Wilayah Sulawesi sebagaimana tertuang didalam RPJM Nasional 2010-2014, diarahkan untuk menjadi salah satu lumbung pangan nasional dengan meningkatkan produktivitas dan nilai tambah pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan; mengembangkan bioenergi; serta meningkatkan dan memperluas perdagangan, jasa dan pariwisata bertaraf intenasional. Sesuai dengan RTRWN pengembangan wilayah Sulawesi diarahkan untuk: (1) mendorong perkembangan peran Pulau Sulawesi sebagai salah satu wilayah yang memiliki peluang-peluang eksternal cukup besar; (2) mengembangkan komoditas unggulan Pulau Sulawesi yang memiliki daya saing tinggi melalui kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah provinsi dalam pengelolaan dan pemasarannya; (3) memprioritaskan kawasan-kawasan tertinggal dan kawasan perbatasan dalam rangka pencapaian pemerataan tingkat perkembangan antar wilayah, termasuk pengembangan pulau-pulau kecil dan gugus kepulauan; (4) memanfaatkan potensi sumber daya di darat dan laut secara optimal serta mengatasi potensi konflik lintas wilayah provinsi yang terjadi di beberapa wilayah perairan dan daratan; (5) mempertahankan keberadaan sentra-sentra produksi pangan nasional, khususnya bagi sawah-sawah beririgasi teknis dari ancaman konversi lahan; (6) memantapkan keterkaitan antara kawasan andalan dan kawasan budidaya lainnya, kota-kota dan pusat- pusat kegiatan di dalamnya, dengan kawasan-kawasan dan pusat- pusat pertumbuhan antar pulau di wilayah nasional, serta dengan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan sub regional ASEAN, Asia Pasifik dan kawasan internasional lainnya dalam menciptakan

  28 daya saing wilayah; (7) mempertahankan dan merehabilitasi kawasan lindung hingga mencapai luasan minimal 40% dari luas Pulau Sulawesi dalam rangka mengurangi resiko dampak bencana lingkungan yang dapat mengancam keselamatan masyarakat dan asset-asset sosial- ekonominya yang berbentuk prasarana, pusat permukiman maupun kawasan budidaya; (8) mempertahankan dan merehabilitasi kawasan cagar budaya sebagai asset sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai- nilai budaya tradisional dan kearifan lokal; (9) mengembangkan industri pengolahan yang berbasis pada sektor kelautan, pertanian, perkebunan, pertambangan, dan kehutanan secara berkelanjutan; dan (10) mengembangkan pemanfaatan ruang untuk mewadahi dinamika kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya.

  Pusat-pusat pengembangan di Pulau Sulawesi yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan untuk: (1) mendorong optimalisasi pengembangan kawasan perkotaan Maminasata (Makassar

  • –Maros–Sungguminasa–Takalar) dan Manado-Bitung sebagai pusat pelayanan primer yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya; dan (2) mendorong pengembangan kota-kota Gorontalo, Palu, Kendari dan Mamuju sebagai pusat pelayanan sekunder.

  Kebijakan pengembangan wilayah Sulawesi secara nasional juga diarahkan pada optimalisasi peran strategis kelautan dalam meningkatkan interaksi perdagangan intra pulau (antar provinsi di Sulawesi) maupun dalam mendukung peran wilayah Sulawesi sebagai penggerak Kawasan Timur Indonesia. Untuk itu strategi yang diterapkan adalah: (1) peningkatan sistem transportasi laut yang menghubungkan provinsi-provinsi di Pulau Sulawesi; (2) pemantapan sistem transportasi laut untuk memperkuat fungsi intermediasi Sulawesi bagi KBI dan KTI; (3) pembangunan pelabuhan-pelabuhan ikan dalam klaster-klaster industri pengolahan hasil laut; (4) pengembangan pelabuhan hubungan ekspor komoditas unggulan; (5) peningkatan pengawasan jalur pelayaran internasional untuk mencegah aktivitas penyelundupan; (6) pengembangan lembaga pendidikan dan kurikulum berbasis kelautan (perikanan, pariwisata, perkapalan); (7) pengembangan industri angkutan laut (perkapalan); dan (8) pengembangan wisata bahari.

  Isu Strategis Provinsi Sulawesi Utara

  Isu strategis Provinsi Sulawesi Utara yang perlu mendapatkan perhatian dalam perumusan strategi Kabupaten Minahasa Utara adalah:

  1. Menegakkan prinsip-prinsip demokrasi, supremasi hukum, dan hak asasi manusia serta memantapkan landasan etik dan moral untuk mewujudkan kondisi aman, damai, nyaman, tertib, dan disiplin;

  2. Mengembangkan kebudayaan dan berbagai potensi alam daerah sebagai bagian dari warisan dunia;

  29

  3. Memantapkan penerapan Clean Government dan Good Governance yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme serta melaksanakan pelayanan publik yang optimal;

  4. Mewujudkan masyarakat yang sehat, memiliki harapan hidup yang panjang, cerdas, berdaya saing tinggi, dan berprestasi;

  5. Memberdayakan pelaku bisnis dalam kegiatan ekonomi global, regional dan lokal yang berbasiskan pada pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dan koperasi;

  6. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, dan menjamin kebebasan pers yang bertanggung jawab;

  7. Meningkatkan pembangunan di kawasan perbatasan;

  8. Mewujudkan Sulawesi Utara sebagai bagian dari masyarakat Ekonomi ASEAN yang menjadi Pintu Gerbang Indonesia ke Asia Timur dan Pasifik;

  9. Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Sulawesi Utara danIndonesia Timur Bagian Utara;

  10. Meningkatkan kerjasama lokal, nasional dan internasional;

  11. Memantapkan revitalisasi pertanian, perikanan, dan fasilitas penunjang perekonomian daerah;

  12. Menyediakan infrastruktur publik yang memadai;

  13. Mengelola sumber daya alam secara efektif, efisien, berkelanjutan, dan melestarikan lingkungan hidup serta melakukan upaya adaptasi dan mitigasi terhadap akibat-akibat perubahan iklim;

  14. Melaksanakan penataan kelembagaan dan pelaksanaan system perlindungan sosial dengan memperhatikan kepentingan kaum perempuan, anak dan lanjut usia;

  15. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (petani, nelayan, buruh dan pegawai).

  Isu Strategis Kabupaten Minahasa Utara

  Berdasarkan fakta, potensi dan permasalahan di wilayah Kabupaten Minahasa Utara, dapat di tarik beberapa isu strategis, sebagai berikut :

  1. Optimalisasi Pengembangan Sektor dan Komoditas Unggulan;

  2. Pengembangan Wilayah Perbatasan, Tertinggal dan Pulau Terpencil;

  3. Pemantapan kinerja birokrasi dan tata kelola menuju Clean Government dan Good

  Governance yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme serta melaksanakan pelayanan publik yang optimal.

  30

  31

  93

  87

  8. Perdagangan perempuan dan anak (Trackficking)

  7.55

  83

  7. Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi

  7.82

  86

  6. Pengembangan fasilitas dan infrastruktur Public

  8.64

  95

  5. Pengembangan kebudayaan daerah dan Pariwisata

  8.00

  88

  8.45 4. Perubahan iklim akibat pemanasan global yang akan menjadi ancaman bagi keselamatan penduduk yang bermukim di wilayah

  korupsi, kolusi, dan

  4. Perubahan iklim akibat pemanasan global yang akan menjadi ancaman bagi keselamatan penduduk yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

  Clean Government dan Good Governance yang bebas

  3. Pemantapan kinerja birokrasi dan tata Kelola menuju

  7.73

  85

  2. Pengembangan Wilayah Perbatasan, Tertinggal dan Pulau Terpencil

  8.36

  92

  1. Optimalisasi Pengembangan Sektor dan

  No Isu-Isu Strategis Total Skor Rata-Rata skor (1) (2) (3) (4)

Tabel 2.19 Rata-rata skor Isu-isu strategis

  8. Perdagangan perempuan dan anak (Trafficking).

  7. Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi.

  6. Pengembangan fasilitas dan infrastruktur publik.

  5. Pengembangan kebudayaan daerah dan pariwisata.

  7.91