BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis - ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN KEHAMILAN PERSALINAN,BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN NEONATUS,NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA PERENCANAAN KELUARGABERENCANA (KB) PADA NY SUMUR 41 TAHUN DI DESA PLIKEN WILAYAH PUSKESMAS 2 KEMBA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis A. Kehamilan

  1. Definisi Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisakan sebagai fertilitas atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari fase fertilitas hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan berlangsung dalam tiga trimester, trimester satu berlangsung dalam 13 minggu, trimester dua 14 minggu (minggu ke-14 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40 minggu) (Yulistiana,2015).

  2. Proses Kehamilan Proses kelamilan merupakan matarantai yang berkesinambungan dan terdiri dari : ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

  16 pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh embang hasil konsepsi sampai aterm.

  a. Ovulasi Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20- 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi ( Manuaba,2010).

  b. Spermatozoa Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.

  Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal yang kompleks dari pancaindra, hipotalamus, hipofisis dan sel interstitial

  

Ley-dig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis.

  Pada setiap hubungan seksuan dikeluarkan sekitas 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energy sehingga dapat bergerak). Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genetalia wanita dapat hidup selama tiga hari, sehingga cukup waktu untuk mengadakan konsepsi (Manuaba, 2010). c. Konsepsi Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilitas dan membentuk zigot (Manuaba, 2010).

  d. Proses Nidasi dan Implantasi Setelah pertemuan kedua inti ovum dan spermatozoa,terbentuk zigot yang dalam beberapa jam telah mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya. Berbarengan dengan pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan menuju uterus (Manuaba,2010).

  3. Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan

  a. Perubahan pada sistem reproduksi 1) Uterus

  Ibu hamil uterusnya tumbuh membesar akibat pertumbuhan isi konsepsi intrauterine. Hormon estrogen menyebabkan

  hiperplas i jaringan, hormone progesterone berperan untuk

  elastisitas kelanturan uterus.taksiran kasar pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus: (a) Tidak hamil/normal : sebesar telur ayam (+ 30 g) (b) Kehamilan 8 minggu : telur bebek (c) Kehamilan 12 minggu : telur angsa (d) Kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat

  (e) Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat (f) Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat (g) Kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid (h) Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid (i) Kehamilan 37minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid (Siti Tyastuti, 2016).

Gambar 2.1 Pembesaran uterus menurut umur kahamilan.

  (Obstetri Fisiologis UNPAD). 2) Vagina/vulva

  Pada ibu hamil vagina terjadi hipervaskularisasimenimbulkan warna merah ungu kebiruan yang disebut tanda Chadwick.

  Vagina ibu hamil berubah menjadi lebih asam, keasaman (pH) berubah dari 4 menjadi 6.5 sehingga menyebabkan wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina terutama infeksi jamur.Hypervaskularisasi pada vagina dapat menyebabkan

  hypersensitivitas sehingga dapat meningkatkan libido atau

  keinginan atau bangkitan seksual terutama pada kehamilan trimester dua.

  3) Ovarium Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/ beristirahat. Tidak terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi ovulasi, tidak terjadi siklus hormonal menstruasi.

  b. Perubahan pada payudara Akibat pengaruh hormon estrogen maka dapat memacu perkembangan duktus (saluran) air susu pada payudara. Sedangkan hormon progesteron menambah sel-sel asinus pada payudara. Pada ibu hamil payudara membesar dan tegang, terjadi hiperpigmentasi kulit serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah areola dan papilla akibat pengaruh melanofor, puting susu membesar dan menonjol. Hypertropi kelenjar sabasea (lemak) muncul pada aeola mamae disebut tuberkel Montgomery yang kelihatan di sekitar puting susu. Kelenjar sebasea ini berfungsi sebagai pelumas puting susu, kelembutan puting susu terganggu apabila lemak pelindung ini dicuci dengan sabun. Puting susu akan mengeluarkan kholostrum yaitu cairan sebelum menjadi susu yang berwarna putih kekuningan pada trimester ketiga.

  c. Perubahan pada kekebalan Pada ibu hamil terjadi perubahan pH pada vagina, sekresi vagina berubah dari asam menjadi lebih bersifat basa sehingga pada ibu hamil lebih rentan terhadap infeksi pada vagina. Mulai kehamilan 8 minggu sudah kelihatan gejala terjadinya kekebalan dengan adanya limfosit

  • –limfosit.Semakin bertambahnya umur kehamilan maka jumlah limfosit semakin meningkat.

  d. Perubahan pada sistem pernafasan Wanita hamil sering mengeluh sesak napas yang biasanya terjadi pada umur kehamilan 32 minggu lebih, hal ini disebabkan oleh karena uterus yang semakin membesar sehingga menekan usus dan mendorong keatas menyebabkan tinggi diafragma bergeser 4 cm sehingga kurang leluasa bergerak. Kebutuhan oksigen wanita hamil meningkat sampai 20%, sehingga untuk memenuhi kebutuhan oksigen wanita hamil bernapas dalam. e. Prubahan pada sistem perkemihan Hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan ureter membesar, tonus otot saluran kemih menurun. Kencing lebih sering (poliuria), laju filtrasi glumerulus meningkat sampai 69 %.Dinding saluran kemih dapat tertekan oleh pembesaran uterus yang terjadi pada trimester I dan III, menyebabkan hidroureter dan mungkin hidronefrosis sementara.

  f. Perubahan pada sistem pencernaan Estrogen dan HCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah, apabila mual muntah terjadi pada pagi hari disebut

  Morning Sickness . (Siti Tyastuti, 2016).

  4. Ketidaknyamanan pada kehamilan menurut (Manuaba 2015)

Tabel 2.1 Ketidaknyamanan pada kehamilan

  Bentuk Gambaran Klinis Pengobatan Sakit pinggang

  a) Lemahnya sendi sakroiliaka dan muskulus yang mendukungnya b) Dapat mengganggu tidur karena sakit pinggang meningkat dimalam hari

  d) Dapat memakai hak tinggi untuk mengurangi sakitnya e) Lokal:dapatdiur ut denganminyaka nalgesik f) Obat analgesik per oral mungkin menolong

  • Hormon progesteron dan relaxin
  • Uterus yang besar dan jatuh ke depan
  • Perubahan tilik berat tubuh yang tepatnya agak kebelakang

  Konstipasi

  a) Uterus makin membesar dan menekan rektum sehingga terjadi konstipasi

  c) Kalau pengobatan dengan b) Dianjurkan banyak makan sayur makanan dan buah-buahan mengandung banyak serat, dapat dilakukan dengan suplemen ringan

  Dispnea

  a) Gangguan ringan pernafasan

  d) Terapi khusus sering terjadi karena progesteron tidak ada menimbulkan hipervertilasi

  e) Sebaiknya tidur

  b) Semakin meningkat, karena dengan bantal dorongan diafragma yang makin agak tinggi tinggi dengan posisi

  c) Diafragma tinggi menganggu setengah duduk ekspanasi paru, untuk memenuhi kebutuhan O ₂

  Mual dan

  a) Umumnya mulai pada kehamilan

  f) Dapat diatasi Muntah 6-12 minggu dengan bangun b) Penyebab: pagi secara

  • Estrogen tinggi bertahap mulai
  • Human chorionic gonadothropine dari duduk di darah ibu tempat tidur,

  c) Semakin tua kehamilan akan jalan sebentar, semakin berkurang kejadianya dan kemudian d) Mual dan muntah dipagi hari minum teh disebut morning sickness hangat e) Morning sickness akan makin

  g) Bila tidak berkurang bila semakin tua tertahankan kehamilan boleh diberikan obat anti muntah yang jumlahnya banyak

  h) Hati-hati dalam memilih obat penenang yang seharusnya tidak memengaruhi tumbuh kembang janin dalam uterus

  5. Perubahan Psikologis Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada trimester I menjadi ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir. Pada trimester II, perubahan meliputi perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri. Pada trimester III, perubahan yang terjadi meliputi memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu (Saminem, 2009)

  6. Diagnosis Kehamilan

  a. Tanda-tanda Presumptif 1) Amenorea (tidah mendapat haid).

  Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP), yang dihitung dengan menggunakan rumus dari Naegele : TTP = (hari HT+7) dan (bulan HT-3) dan (tahun HT+1).

  2) Mual dan muntah(nausea and vomiting).

  Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhr triwulan pertama.Karena sering terjadi pada pagi hari, disebut morning sickness (sakit pagi). Apabila timbul mual dan muntah berlebihan karena kehamilan, disebut hiperemesis gravidarum. 3) Mengidam (ingin makan khusus).

  Ibu hamil sering meminta makanan atau minumam tertentu terutama pada bulan-bulan triwulan pertama. Mereka juga tidak tahan suatu bau-bauan. 4) Pingsan

  Jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat, seorang wanita yang sedang hamil dapat pingsan.

  5) Tidak ada selera makan(anoreksia).

  Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul kembali.

  6) Lelah(fatigue). 7) Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh estrogen dan progesterone yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih membesar.

  8) Miksi sering, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala itu akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala tersebut muncul kembali karena kandung kemih ditekan oleh janin.

  9) Konstipasi/obstipasi karena tonus oto-otot usus menurun oleh pengaruh hormone steroid.

  10) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormone kortikosteroid plasenta, dijumpai dimuka (chloasma gravidarum), areola payudara, leher, dan dinding perut (linea nigra = grisea). 11) Epulis :hipertrofi papilla gingivalis. 12) Pemekaran vena-vena (varises) dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulva, biasanya dijumpai pada triwulan akhir.

  b. Tanda-tanda Kemungkinan Hamil 1) Perut membesar 2) Uterus membesar : terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi rahim 3) Tanda Hegar: ditemukannya serviks dan osthmus uteri yang lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai

  6 minggu. 4) Tanda Chadwick: perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat di porsio, vagina dan labia. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran vena karena peningkatan kadar estrogen.

  5) Tanda Piskacek: pemebesaran dari pelunakan rahim ke salah satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterine. Biasanya, tanda ini ditemukan di usia kehamilan 7-8 minggu. 6) Kontraksi-kontraksi kecil uterus jika dirangsang = Braxton- Hicks .

  7) Teraba ballottement. 8) Reaksi kehamilan positif.

  c. Tanda Pasti (tanda Positif) 1) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin.

  2) Denyut jantung janin: (a) Didengar dengan stetoskop-monoaural Laennec, (b) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler, (c) Dicatat dengan feto-elektrokardiogram, (d) Dilihat pada ultrasonografi.

  3) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen (Mochtar, 2012).

  7. Tanda Bahaya Selama Kehamilan a. Perdarahan Perdarahan pda kehamilan muda atau usia kehamilan di bawah 20 minggu, umumnya disebabkan oleh keguguran. Perdarahan pada kehamilan lanjut atau di atas 2 minggu pada umumnya disebabkan oleh plasenta previa ( Prawirohardjo, 2014:282).

  b. Pre-eklampsia Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan datas 20 minggu disertai dengan peningkatan tekanan darah diatas normal sering diasosiasikan dengan preeklampsia adalah sebagai berikut: 1) Hiperrefleksia (Iritabilitas susunan saraf pusat) 2) Sakit kepala atau sefalgia (frontal atau oksipital) yang tidak membaik dengan pengobatan umum.

  3) Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur, skotomata, silau atau berkunang-kunang.

  4) Nyeri epigastik. 5) Tekanan darah sistolik 20-30 mmHg dan diastolil 10-20 mmHg diatas normal.

  6) Protein urin. 7) Edema menyeluruh (Prawirohardjo, 2014:283). c. Nyeri hebat di daerah abdominopelvikum Bila hal tersebut terjadi pada kehamilan trimester kedua dan ketiga dan disertai dengan riwayat dan tanda-tanda dibawah ini, maka diagnosanya mengarah pada solusio plasenta, baik dari jeis yang disertai perdaraan (revealed) maupun tersembunyi (concealed). 1) Trauma Abdomen 2) Preeklampsia 3) Tinggi fundus uteri lebih sulit teraba 4) Bagian-bagian janin sulit teraba 5) Uterus tegang dan nyeri 6) Janin mati dalam rahim

  Gejala dan Tanda lain yang harus diwaspadai: 1) Muntah berlebihan yang berlangsung selama kehamilan 2) Menggigil atau demam 3) Ketuban pecah dini atau sebelum waktunya 4) Uterus lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan yang sesungguhnya (Prawirohardjo, 2014:284).

  8. Kehamilan Serotinus Menurut Manuaba (2012) kehamilan serotinus dimaksudkan dengan usia kehamilan telah lebih dari 42 minggu lengkap mulai dari hari menstruasi pertama. Untuk kehamilan yang melampaui batas 42 minggu dikemukaan beberapa nama lainnya : a. Postdate : menunjukan kehamilan telah melampaui umur 42 minggu sejak hari pertama menstruasi.

  b. Postterm : menunjukan bahwa kehamilan telah melampaui waktu perkitraan persalinan menurut hari pertama menstruasi.

  c. Postmature : menunjukan atau menggambarkan keadaan janin yang lahir telah melampaui batas waktu persalinannya, sehingga dapat menimbulkan beberapa komplikasi.

  9. Antenatal Care Terintegrasi Pelayanan antenatal care terintegrasi adalah pelayanan antenatal

  

care yang diintegrasikan dengan pelayanan program lain yaitu gizi,

  imunisasi, IMS, HIV, TB, Kusta, Malaria dengan pendekatan yang

  

responsive gender dan untuk menghindari kemungkinan kehilangan

  kesempatan (missed opportunity) yang ada. Selanjutnya untuk itu perlu adanya perbaikan standar pelayanan antenatal care yang terpadu, yang mengakomodasi kebijakan, strategi, kegiatan dari program terkait. Dalam pelaksanaannya perlu dibentuk tim pelayanan, pelayanan antenatal care terintegrasi, bidan dengan sistem rujukan yang jelas, dilengkapi fasilitas pendukung dari masing-masing program guna mewujudkan making pregnancy safer (Tri Andhika, 2015).

  10. Kehamilan dengan Risiko Tinggi Menurut Manuaba (2012) kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan atau janinnya mempunyai outcome yang buruk apabila dilakukan tata laksana secara umum seperti yang dilakukan pada kasus normal.

  Berdasarkan definisi tersebut, beberapa peneliti menetapkan kehamilan dengan risiko tinggi sebagai berikut: a. Poedji Rochyati

  1) Primipara muda umur kurang dari 16 tahun 2) Primipara tua umur di atas 35 tahun 3) Tinggi badan kurang dari 145 cm 4) Riwayat kehamilan yang buruk

  a) Pernah keguguran

  b) Pernah persalinan premature, lahir mati

  c) Riwayat persalinan dengan tindakan d) Preeclampsia-eklampsia

  e) Gravid serotinus

  f) Kehamilan perdarahan antepartum g) Kehamilan dengan kelainan letak.

  5) Kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamlan.

  11. Standar Pelayanan Kebidanan Standar asuhan minimal kehamilan 10 T:

  a. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan

  b. Pengukuran Tekanan Darah

  c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

  d. Pengukuran tinggi puncak rahim (Fundus Uteri)

  e. Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi f. Pemberian Tablet penambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan g. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

  h. Pelaksanaan Temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling termasuk keluarga berencana) i. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya) j. Tatalaksana kasus (Dinas Kesehatan Indonesia, 2016 :103-104)

  B. Persalinan

  1. Definisi Persalinan adalah proses pengeluaan hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir atau melalui jalan lahr atau melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Marmi, 2012)

  Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain. Dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010;hal 164).

  Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin + uri )yang dapat hidupke dunia luar, dari Rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain ( Mochtar, 2012, hal.69)

  2. Jenis Persalinan

  a. Persalinan spontan Menururt Sarwono Prawirohardjo, 2005, dikatakan persalinan spontan itu jika persalinan berlangsung dengan kekuatan ibunya sendiri dan melalui jalan lahir (Marmi,2012).

  Menurut Manuaba, 1998, persalinan spontan terjadi bila seluruh prosesnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Marmi,2012).

  b. Persalinan buatan Menurut Sarwono,2005, persalinan buatan adalah proses persalinan yang berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps atau dilakukan operasi section caesarea (Marmi,2012).

  c. Persalinan anjuran Menurut Sarwono,2005, persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya pemberian pitocin dan prostaglandin (Marmi,2012).

  3. Induksi Persalinan

  a. Pengertian Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang aterm dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda persalinan (belum inpartu), dengan kemungkinan janin dapat hidup di luar kandungan (umur di atas 28 minggu) (Manuaba, 2015).

  b. Bishop score

Tabel 2.2 Skor serviks

  Faktor Dilatasi Penipisan Station (-3 Konsistensi Posisi Skor (cm) (persen) sampai +2) serviks serviks

  

Tertutup 0-30 -3 Keras Posterior

1 1-2 40-50 -2 Medium Medial 2 3-4 60-70 -1 Lembek Anterior 3 +1, +2

  • ≥5 ≥80

  Sumber : Cunningham, et al 2013

  c. Indikasi Menurut Manuba (2015) indikasi induksi persalinan dapat ditinjau dari: 1) Indikasi dari ibu

  a) Penyakit yang diderita (1) Penyakit ginjal

  (2) Penyakit jantung (3) Penyakit hipertensi (4) Diabetes miletus (5) Keganasan payudara dan portio

  a) Komplikasi kehamilan (1) Preeclampsia (2) Eklampsia

  b) Kondisi fisik (1) Penyempitan panggul (2) Kelainan bentuk panggul (3) Kelainan bentuk tulang belakang

  2) Indikasi janin

  a) Kehamilan lewat waktu

  b) Plasenta previa

  c) Kematian intrauterine

  d) Kematian berulang dalam rahim

  e) Kelainan congenital

  f) Ketuban pecah dini d. Kontraindikasi 1) Terdapat distosia persalinan

  a) Panggul sempit atau disproporsi sefalopelvis

  b) Kelainan posisi kepala janin

  c) Terdapat kelainan letak janin dalam rahim

  d) Kesempitan panggul absolute (CD < 5,5 cm)

  e) Perkiraan bahwa berat janin > 4.000 gr 2) Terdapat kedudukan ganda

  a) Tangan bersama kepala

  b) Kaki bersama kepala

  c) Tali pusat menumbung terkemuka 3) Terdapat overdistensi rahim

  a) Kehamilan ganda

  b) Kehamilan dengan hidramnion 4) Terdapat anamnesis : perdarahan antepartum 5) Terdapat bekas operasi pada otot rahim 6) Pada grandemultipara atau kehamilan >5 kali 7) Terdapat tanda-tanda atau gejala intrauterine felat distress

  (Manuaba,2015) e. Bentuk induksi persalinan menurut Manuaba (2015) 1) Metode steinche

  Metode Steinche merupakan metode lama, tetapi masih perlu diketahui a) Penderita diharapkan tenang pada malam harinya

  b) Pada pagi hari diberikan enema dengan caster oil atau sabun panas c) Diberikan pil kinin sebesar 0,200 gr setiap jam sampai mencapai dosis 1,200 gr d) Satu jam setelah pemberian kinin pertama disuntikan oksitosin 0,2 unit/jami sampai tercapai His yang adekuat.

  2) Induksi persalinan dengan prostaglandin menurut Cunningham (2013) yaitu:

  a) Prostaglandin E2 (dinoprostone) bentuk gelnya prepidil tersedia dalam suntikan 2,5 mL untuk pemberian intraserviks berisi 0,5 mg dinoprostone. Dengan ibu posisi terlentang, ujung suntikkan yang belum diisi diletakkan di dalam serviks, dan gel dimasukkan tepat dibawah os serviks interna. Setelah pemberian, ibu tetap dibawah os serviks interna. Setelah pemberian, ibu tetap berbaring ±30 menit. Dosis dapat diulang setiap 6 jam, dengan maksimum tiga dosis yang direkomendasikan dala 24 jam.

  (1) Pemberian per vaginam, misoprostol yang dimasukkan kedalam vagina efektivitasnya sama atau lebih baik dibandingkan dengan gel prostaglandin E2 intraserviks. Dosis misoprostol intravaginal adalah 25μg. (2) Pemberian per oral, tablet prostaglandin E1 juga efektif diberikan per oral. Pemberian misoprostol per oral memiliki manfaat yang serupa dengan pemberian intravaginal. Dosis oral yang diberikan 100 μg sama efektifnya dengan dosis intravagina 25 μg. Misoprostol yang diberikan dengan interval 4 jam untuk maksimum dua dosis, aman dan efektif. 3) Metode infuse oksitosin menurut Manuaba (2015)

  Tindakan dengan metode drip oksitosin : a) Dipasang infuse dekstrosa 5% dengan 5 unit oksitosin

  b) Tetesan pertama antara 8-12 tpm dengan perhitungan setiap tetesan, mengandung 0,0005 unit sehingga dengan pemberian 12 tetes/menit terdapat oksitosin sebanyak 0,006 unit/menit.

  c) Setiap 15 menit dilakukan penilaian, bila tidak terdapat his yang adekuat jumlah tetesan ditambah 4 tetes sampai maksimal tercapai 40 tetes per menit atau 0,02 unit okstosin/menit.

  d) Tetesan maksimal dipertahankan dalam 2 kali pemberian 500 cc dekstrosa 5% e) Bila sebelum tetesan ke 40 sudah timbul kontraksi otot rahim yang adekuat, maka tetesan terakhir dipertahankan sampai persalinan berlangsung.

  f) Dalam literature dikemukakan juga, bahwa pemberian oksitosin maksimal setiap menit adalah 30-40 IU atau tetesan sebanyak 40 tetes per menit dengan oksitosin sebanyak 10 unit.

  4. Faktor-faktor Penting dalam Persalinan

  a. Passenger (Isi Kehamilan) Faktor passenger terdiri atas 3 komponen yaitu janin, air ketuban dan plasenta.

  1) Janin Janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal. 2) Air ketuban

  Waktu persalinan air ketuban membuka serviks dengan mendorong selaput janin ke dalam ostium uteri, bagian selaput anak yang di atas ostium uteri yang menonjol waktu his disebut ketuban. Ketuban inilah yang membuka serviks.

  3) Plasenta Plasenta juga harus melewati jalan lahir, ia juga dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada persalinan normal.

  b. Passage (Jalan Lahir) Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina).

  Meskipun jaringan lunak, khususnya bayi, tetapi panggul ibu lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku.Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditetukan sebelum persalinan dimulai.

  c. Power (Kekuatan) Adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah: his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja sama yang baik dan sempurna.

  d. Psikis (Psikologis) Banyaknya wanita normal bisa merasakan kegairahan dan kegembiraan disaat merasa kesakitan awal menjelang kelahiran bayinya. Perasaan positif ini berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar- benar terjadi realitas”kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bagga bisa melahirkan atau memproduksi anaknya.Khususnya rasa lega itu berlangsung bila kehamilannya mengalami perpanjangan waktu. e. Penolong (Bidan) Peran penolong adalah memantau dengan seksama dan memberika dukungan serta kenyamanan pada ibu baik dari segi emosi atau perasaan maupun fisik (Marmi, 2012:27).

  5. Tahapan Persalinan

  a. Kala I Kala I adalah pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient masih dapat berjalan-jalan.Lamanya kala I untuk primigrafida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.

  Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba, 2012 ;173).

  b. Kala II Kala II adalah kala pengusiran. Gejala utama kala 2 (pengusiran) adalah 1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.

  2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai dengan pengeluran cairan secara mendadak.

  3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti

  keinginan mengejan, karena tertekannya pleksus frankenhauser.

  4) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput bertindak sebagai hipoglion berturut-berturut lahir ubun- ubun besar, dahi, hidung, muka dan kepala seluruhnya..

  5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung.

  6) Setelah putar paksi luar berlangsung , maka persalinan bayi ditolong dengan jalan : kepala dipegang pada os oksiput dan dibawah dagu, ditarik curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, dan curam keatas untuk melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

  7) Lamanya ka II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit (Manuaba, 2012; h.173). pada kala pengeluaran janin his berkoordinasi, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin telah turun dan masuk keruang panggul yang melalui lengkung reflex menimbulkan rasa mengejan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan His mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1,5- 2 jam, pada multi 0,5

  • – 1 jam. (Mochtar, 2012; h 72-73).

  c. Kala III Kala III adalah (pelepasan uri).setelah kala II, kontraksi urtus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.Dengan lahirnya bayi, karena sifat retraksi otot Rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda : uterus menjadi bundar, uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas kesegmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan. Melahirkan plasenta di lakukan dengan dorongan ringan secara creade pada fundus uteri. (Manuaba, 2012; h:174).

  Pada kala III setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya.Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Muchtar, 2012;h.73).

  d. Kala IV Kala IV adalah (observasi). Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi: tekanan darah, nadi dan pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. ( Manuaba, 2012; h.173-174).

  Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi lahir dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum. Lamanyapersalinan pada primi dan multidapat dilihat pada kotak atas (Mochtar, 2012; h.73).

  6. Asuhan Sayang Ibu Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat mengungah emosi ibu dan keluarganya atau bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu (JNPK-KR, 2014: Hal. 54) Asuhan yang dapat diberikan pada Kala I :

  a. Memberikan dukungan emosional

  b. Membantu pengaturan posisi ibu

  c. Memberikan cairan dan nutrisi

  d. Keluluasaan menggunakan kamar mandi secara teratur

  e. Pencegahan infeksi

Tabel 2.3 Pemantauan pada kala I

  Parameter FaseLaten FaseAktif Tekanandarah Setiap 4 jam Setiap 4 jam Suhubadan Setiap 4 jam Setiap 2 jam DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit Pembukaanserviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit

  (Marmi, 2012;Hal:162) 60 Langkah Persalinan menurut Prawirohardjo, 2014: 341-347.

  Melihat tanda dan gejala kala dua yaitu :

  1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II

  a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

  b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan/vaginanya.

  c) Perenium menonjol.

  d) Vulva vagina dan sfingter anal membuka

  Menyiapkan pertolongan persalinan

  2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap di gunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

  3) Mengenakan baju penutup atau clemek plastic yang bersih. 4) Melepaskan semua perhiasan yang di pakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai / pribadi yang bersih.

  5) Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

  6) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi / steril) dan meletakkan kembali ke partus set / wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

  Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik

  7) Membersihkan vulva dan perenium, menekannya dengan hati- hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang sudah di basahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perenium, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi). 8) Dengan menggunakan teknik aseptic, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi

  9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan. 10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

  (100-180 kali/menit).

  

Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

pimpinan meneran

  11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya. a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan.

  b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran

  12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)

  13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran: a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

  b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

  d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi. e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

  f) Menganjurkan asupan cairan peroral.

  g) Menilai DJJ setiap 5menit

  h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai keinginan unutuk meneran. i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi. j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

  Persiapan pertolongan kelahiran bayi

  14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. 15) Meletakan kain yang bersih di lipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

  16) Membuka partus set. 17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tanganMenolong kelahiran bayi Lahirnya kepala 18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perenium dengan sarung tangan yang di lapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dab tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala lahir

  19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau kassa yang bersih.

  20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:

  a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

  b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya 21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan Lahir bahu.

  22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat berkontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah dan kea rah luar hingga bahu anterior muncul di bawah akus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior. 23) Setelah kedua bahu di lahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah kea rah perenium, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat di lahirkan.menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

  24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung kea rah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kalahiran kaki

  Penanganan bayi baru lahir

  25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakan bayi di atas perut ibudengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bilatali pusat terlalu pendek, meletakan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi. 26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin/i.m. 27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kea rah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kea rah ibu)

  28) Memegang tali pusat dengan sarung tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut. 29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan yang sesuai.

  30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya. 31) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua. 32) Membritahu kepada ibu bahwa ia akan di suntik

  33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit I.M. di gluteus 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

  34) Memindahkan klem pada tali pusat. 35) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. 36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kea rah bawah pada tali pusat dengan lembut.

  Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kea rah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30- 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

  a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu.

  37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat kea rah bawah dan kemudian kea rah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawan arah pada uterus. a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.

  (1) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit: (a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M. (b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu. (c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan. (d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

  (e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.

  38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

  a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

  39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras)

  40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta di dalam kantung plastic atau tempat khusus. 41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

  Melakukan Prosedur Pasapersalinan

  42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.

  43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain bersih dan kering.

  44) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati kelilin tali pusat sekitar 1 cm dari pusat. 45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

  46) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.

  47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

  Mmemastikan handuk atau kainnya bersih atau kering. 48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. 49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam : a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pacapersalinan.

  b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.

  d) Jika uterus tidak kontraksi dengan baik laksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksanaan atonia uteri.

  e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesi local dan menggunakan teknik yang sesuai.

  50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bahgaimana melakukan massase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

  51) Mengevaluasi kehilangan darah. 52) Memeriksa tekanan darah, nadi dan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam perttama pascapersalinan dan setiap 30 menit jam kedua setelah pascapersalinan.

  a)

  Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam kedua jam pertama pascapersalinan

  b)

  Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

  53) Menempatkan semua pralatan di dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10 menit ). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi. 54) Mebuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

  55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tinggat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lender, dan darah.

  Membantu ibu memakaikan pakaian yang bersih dan kering.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN - ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN PERSALINAN,BAYI BARU LAHIR(BBL)DAN NEONATUS, NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA ASUHAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY S UMUR 22 TAHUN DI DESA KARANGSOKA WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 KEMBARAN - reposit

0 2 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN PERSALINAN,BAYI BARU LAHIR(BBL)DAN NEONATUS, NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA ASUHAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY S UMUR 22 TAHUN DI DESA KARANGSOKA WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 KEMBARAN - r

0 1 79

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN,PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL)DAN NEONATUS,NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB)PADA NY.CUMUR 30 TAHUN DI DESA SAMBENG KULON WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KEMBARAN - repository perpusta

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEHAMILAN - ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN,PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL)DAN NEONATUS,NIFAS DAN MENYUSUI SERTA PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB)PADA NY.M UMUR 31 TAHUN DI PUSKESMASII KEMBARAN - repository per

0 0 119

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. KEHAMILAN - ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN,PERSALINAN FISIOLOGIS, BAYI BARU LAHIR DENGANBBLR, NIFAS DAN MENYUSUI, DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY. S UMUR 30 TAHUN DI PUSKESMAS I K

0 1 116

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN NEONATUS, NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA ASUHAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. A UMUR 30 TAHUN DI DESA KARANGTENGAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KEMBARAN - repository perpustakaan

0 0 12

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN NEONATUS, NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA ASUHAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. A UMUR 30 TAHUN DI DESA KARANGTENGAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KEMBARAN - repository perpustakaan

0 0 11

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN NEONATUS, NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA ASUHAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. A UMUR 30 TAHUN DI DESA KARANGTENGAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KEMBARAN - repository perpustakaan

0 0 92

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA KEHAMILAN PERSALINAN, BAYI BARU LAHIR (BBL) DAN NEONATUS, NIFAS DAN MENYUSUI, SERTA ASUHAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. A UMUR 30 TAHUN DI DESA KARANGTENGAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KEMBARAN - repository perpustakaan

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KEHAMILAN - ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN KEHAMILAN, PERSALINAN BAYI BARU LAHIR (BBL), NEONATUS, NIFAS , MENYUSUI, SERTA ERENCANAAN KELUARGA BERENCANA(KB) PADA NY SUMUR 29 TAHUN DI DESA PLIKEN WILAYAH KERJA PUSKESMAS II KEMBARA

0 0 80