BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan Decision Support System (DSS) - Khaerul Fahmi BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan/ Decision Support System (DSS) DSS adalah sistem pendukung berbasis komputer bagi para pengambil

  keputusan manajemen yang menangani masalah-masalah tidak terstruktur (Turban, dkk., 2005).

  Tujuan dari DSS adalah (Turban, dkk., 2005):

  1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semiterstruktur.

  2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.

  3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih daripada perbaikan efisiensinya.

  4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah.

  5. Peningkatan produktivitas. Membangun satu kelompok pengambil keputusan, terutama para pakar, bisa sangat mahal.

  6. Dukungan kualitas. Komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat.

  7. Berdaya saing. Manajemen pemberdayaan sumber daya perusahaan.

  Tekanan persaingan menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi sulit. Persaingan didasarkan tidak hanya pada harga, tetapi juga pada kualitas, kecepatan, kustomasi produk, dan dukungan pelanggan.

  8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan.

  Karakteriktik yang diharapkan ada dalam DSS adalah (Turban, dkk., 2005):

  1. Dukungan kepada pengambil keputusan, terutama pada situasi semiterstruktur dan tak terstrukur, dengan menyertakan penilaian manual dan informasi terkomputerisasi.

  2. Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer lini.

  3. Dukungan untuk individu dan kelompok.

  4. Dukungan untuk keputusan independen dan/atau sekuensial. Keputusan dapat dibuat sekali, beberapa kali, atau berulang-ulang.

  5. Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan: inteligensi, desain, pilihan, dan implementasi.

  6. Dukungan diberbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.

  7. Adaptivitas sepanjang waktu. Pengambil keputusan seharusnya reaktif, bisa menghadapi berbagai perubahan kondisi secara cepat, dan mengadaptasi DSS untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

  8. Pengguna seperti merasa di rumah. Rumah-pengguna, kapabilitas grafis yang sangat kuat, dan antarmuka manusia-mesin yang interaktif dengan satu bahasa alami bisa sangat meningkatkan efektifitas DSS.

  9. Peningkatan efektifitas pengambilan keputusan (akurasi, timelines, kualitas) daripada efisiensinya (biaya pengambilan keputusan).

  10. Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses pengambilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah. DSS secara khusus menekankan untuk mendukung pengambilan keputusan bukan untuk menggantikan.

  11. Pengguna akhir bisa mengembangkan dan memodifikasi sendiri sistem sederhana.

  12. Model-model digunakan untuk menganalisis situasi pengambilan keputusan. Kapabilitas pemodelan memungkinkan eksperimen dengan berbagai strategi yang berbeda di bawah konfigurasi yang berbeda. Akses kesediaan untuk berbagai sumber data, format, dan tipe, mulai dari 13. sistem informasi geografi (GIS) sampai sistem berorientasi objek.

  14. Dapat digunakan sebagai alat standalone oleh seorang pengambil keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan di suatu organisasi secara keseluruhan dan dibeberapa organisasi sepanjang rantai persediaan. Dapat diintegrasikan dengan DSS lain dan atau aplikasi lain, serta bisa didistribusikan secara internal dan eksternal menggunkan networking dan teknologi web.

  Karakteristik dari DSS tersebut memungkinkan para pengambil keputusan untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih konsisten dalam satu cara yang dibatasi oleh waktu.

  Keputusan yang diambil untuk menyelesaikan suatu masalah dilihat dari keterstrukturannya yang bisa dibagi menjadi:

  1. Keputusan tertstruktur (structured decision) Keputusan terstruktur adalah keputusan yang dilakukan secara berulang- ulang dan bersifat rutin. Prosedur pengambilan keputusannya sangat jelas. Keputusan tersebut terutama dilakukan pada manajemen tingkat bawah. Misalnya, keputusan pemesanan barang.

  2. Keputusan semiterstruktur (semistructured decision) Keputusan semiterstruktur adalah keputusan yang memiliki dua sifat.

  Sebagian keputusan bisa ditangani oleh komputer dan yang lain tetap harus dilakukan oleh pengambil keputusan. Prosedur dalam pengambilan keputusan ini secara garis besar sudah ada, tetapi ada beberapa hal yang masih memerlukan kebijakan dari pengmabil keputusan. Biasanya keputusan semcam ini diambil oleh manajemen tingkat menengah dalam suatu organisasi. Contoh dari keputusan jenis ini adalah penjadwalan produksi.

  3. Keputusan tak terstruktur (unstrucuterd decision) Keputusan tak terstruktur adalah keputusan yang penanganannya rumit karena tidak terjadi berulang-ulang atau tidak selalu terjadi. Keputusan tersebut menuntut pengalaman dan berbagai sumber yang bersifat eksternal. Keputusan tersebut umumnya terjadi pada manajemen tingkat atas. Contoh dari keputusan tak terstruktur adalah keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain.

B. Obyek Wisata

  Dalam dunia kepariwisataan, segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat, disebut atraksi atau lazim pula dinamakan objek wisata. Objek wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah tertentu. (Soekadijo, 2000).

  Sebuah objek wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, menahan mereka ditempat objek wisata dalam waktu yang cukup lama dan memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung. Untuk mencapai hasil itu, beberapa syarat harus dipenuhi, yaitu (Soekadijo, 2000):

  1. Kegiatan (act) dan objek (artifact) yang merupakan objek wisata itu sendiri harus dalam keadaan yang baik.

  2. Karena objek wisata itu disajikan dihadapan wisatawan, maka cata penyajiannya harus tepat.

  3. Objek wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial atau perjalanan. Oleh karena itu juga harus memenuhi semua determinan mobilitas spasial,yaitu akomodasi, transportasi dan promosi serta pemasaran.

  4. Keadaan di objek wisata harus dapat menahan wisatawan cukup lama.

  5. Kesan yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi wisata harus diusahakan supaya bertahan selama mungkin.

  Banyaknya tempat wisata di Kabupaten Purbalingga diantaranya seperti Owabong, Wisata Karangbanjar, Curug Silintang dan Silawang, Pubasari Pancuran Mas, Museum Uang dan Wayang, Goa Lawa, Kelenteng Hok Tek Tjeng Sin, Kolam Pemandian Walik, Monumen Jendral Soedirman, dan Wana Wisata Serang. Kriteria yang sering dijadikan acuan untuk menarik minat masyarakat di antaranya adalah jenis wisata, biaya tiket, akses jalan, pusat perbelanjaan serta fasilitas. Hal itu tentunya menjadi permasalahan tersendiri bagi masyarakat karena setiap jenis wisata mempunyai kriteria atau ketentuan yang berbeda-beda.

  C.

   SAW (Simple Additive Weighting)

  Menurut (Fishburn (1967) dan MacCrimmon (1968) dalam Kusumadewi, dkk. (2006)) mendefinisikan Simple Additive Weighting (SAW) merupakan penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode (SAW) adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua kriteria. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada.

  Adapun langkah penyelesaian dalam menggunakannya adalah : 1. Menentukan alternatif, yaitu A . i i = 1, 2, …m

  2. Menentukan kriteria yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, yaitu C j . j = 1, 2, …n 3. Memberikan nilai rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria.

  4. Menentukan bobot preferensi atau tingkat kepentingan (W) setiap kriteria seperti pada persamaan 1.

  [ ] ........(1)

  5. Membuat tabel rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria.

  6. Membuat matriks keputusan (X) yang dibentuk dari tabel rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria, seperti pada persamaan 2.

  [ ] ........(2)

  7. Melakukan normalisasi matriks keputusan dengan cara menghitung nilai dari rating setiap kriteria ternormalisasi ( ) dari alternatif A i pada kriteria C j seperti persamaan 3.

  { ........(3)

  Keterangan : r ij = Nilai rating ternormalisasi x ij = Nilai atribut yang dimiliki setiap kriteria Max x ij = Nilai terbesar dari setiap kriteria Min x ij = Nilai terkecil dari setiap kriteria Benefit = Jika nilai terbesar adalah nilai terbaik Cost = Jika nilai terkecil adalah nilai terbaik a. Dikatakan kriteria keuntungan apabila nilai merupakan nilai

  maximum terbaik, sebaliknya kriteria biaya apabila merupakan nilai minimum tebaik.

  b. Apabila berupa kriteria keuntungan maka nilai dibagi dengan nilai dari setiap kolom, sedangkan untuk kriteria biaya, nilai dari setiap kolom dibagi dengan nilai .

  c. Dengan r adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif A pada ij i atribut C ; i = 1,2, ... m dan j = 1,2, ... n. j

  8. Hasil dari nilai rating kinerja ternormalisasi ( ) membentuk matriks ternormalisasi (R) seperti persamaan 4.

  [ ] ......(4)

  9. Hasil akhir nilai preferensi (V i ) diperoleh dari penjumlahan dari perkalian elemen baris matrik ternormalisasi (R) dengan bobot preferensi (W) yang bersesuaian elemen kolom matriks (W) seperti persamaan 5.

  n Vw r i j ij

   ........(5) j

1 Keterangan :

  V : Nilai akhir dari alternative i w : Bobot yang telah ditentukan j r : Normalisasi matriks ij

  Nilai V i yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif A i lebih terpilih.

  Contoh Kasus : Suatu perusahaan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ingin membangun sebuah gudang yang akan digunakan sebagai tempat untuk menyimpan sementara hasil produksinya. Ada 3 lokasi yang akan menjadi alternatif, yaitu : A1 = Ngemplak, A2 = kalasan, A3 = Kota Gedhe. Ada 5 kriteria yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, yaitu :  C1 = jarak dengan pasar terdekat  C2 = kepadatan penduduk di sekitar lokasi  C3 = jarak dari pabrik  C4 = jarak dengan gudang yang sudah ada  C5 = harga tanah untuk lokasi

  • – Rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria, dinilai dengan 1 5, yaitu :

   1 = Sangat buruk,  2 = Buruk  3 = Cukup  4 = Baik  5 = Sangat baik Rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria dapat dilihat pada Tabel 1.

  Tabel 1. Rating kecocokan dari setiap alternatif pada setiap kriteria

  2 Matriks keputusan dibentuk dari tabel kecocokan dari Tabel 1 seperti berikut:

  r

  = 0,75

  r 22 = =

  1

  r 12 = = =

  1

  31

= = =

  21 = = = 0,60 r

  r

  0,80

  r 11 = = =

  Kemudian dilakukan normalisasi berdasarkan persamaan 3 sebagai berikut:

  [ ]

  2

  Alternatif Kriteria

  2

  4

  5

  3 A 3

  2

  4

  3

  3

  3 A 2

  3

  5

  4

  4

  C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 A 1

  32

= = = 1 r 13 = = =

  1

  r 15 = = =

  sehingga diperoleh matriks ternormalisasi (R) seperti persamaan 4 sebagai berikut: [ ]

  r 35 = = = 0,66

  1

  25 = = =

  r

  1

  0,66

  r 23 = = =

  r 24 = = = 0,66 r 34 = = =

  1

  14 = = =

  33 = = = 0,40 r

  r

  0,80

  Proses perankingan dengan menggunakan bobot yang telah diberikan oleh pengambilan keputusan sebagai berikut: [ ]

  Hasil perankingan yang diperoleh berdasarkan persamaan 5 adalah sebagai berikut: V 1 = (5)(0,80) + (3)(1,00) + (4)(1,00) + (4)(1,00) + (2)(1,00) = 17 V = (5)(0,60) + (3)(0,75) + (4)(0,80) + (4)(0,66) + (2)(1,00) = 13,1167 2 V = (5)(1,00) + (3)(1,00) + (4)(0,40) + (4)(0,66) + (2)(0,66) = 13,6 3 Nilai terbesar ada pada V sehingga alternatif A adalah alternatif yang 1 1 terpilih sebagai alternatif terbaik. Dengan kata lain Ngemplak terpilih sebagai lokasi untuk mendirikan gudang baru.

D. PHP (Programming Hypertext Preprocessor)

  PHP secara umum dikenal sebagai bahasa pemrograman script-script yang membuat dokumen HTML yang dieksekusi di server web, dokumen HTML yang dihasilkan dari suatu aplikasi bukan dokumen HTML yang dibuat dengan editor teks atau editor HTML. Jika menggunakan PHP maka maintenance suatu situs web menjadi lebih mudah. Proses update data dapat dilakukan dengan aplikasi yang dibuat dengan script PHP.

  PHP secara mendasar dapat mengerjakan semua yang dapat dikerjakan oleh CGI (Common Gateway Interface), seperti mendapatkan data dari form, menghasilkan isi halaman web yang dinamik, dan menerima cookies. CGI adalah spesifikasi standar modul yang ditambahkan kepada server web, agar server web dapat memiliki kemampuan untuk memberikan layanan yang interaktif, tidak sekedar melayani permintaan dokumen web (HTML) saja.

  PHP juga telah dikembangkan menjadi bahasa pemrograman script yang dapat dijalankan diatas platform sistem operasi secara langsung. PHP dapat digunakan untuk membuat program dekstop, sehingga tidak perlu untuk mempelajari bahasa pemrograman lain. Kemampuan (feature) PHP yang paling diandalkan adalah dukungan kepada banyak database. Membuat halaman web yang menggunakan data dari database dengan sangat mudah dapat dilakukan. Berikut adalah database yang didukung oleh PHP : Adabas D, dBase, Empress, FilePro, FrontBase, MSQL, MySQL, ODBC, Oracle, dan lain-lain (Sidik, 2012).

  E.

   XAMPP

  Menurut Utomo (2008), XAMPP adalah sebuah paket perangkat lunak yang di dalamnya terdiri dari Apache, MySQL, dan PHP. Apache merupakan salah satu perangkat lunak yang dipergunakan secara luas pada sistem operasi Linux. Pengembangannya yang dimulai dari tahun 1995 oleh sekelompok kecil pemrogram yaitu Apache Software Foundation Incorporated, pada tahun 1999 mulai berkonsentrasi untuk mendukung projek Aphace HTTP server. Dengan berbasis jumlah pengguna lebih dari 25 juta server di seluruh dunia, membuat Apache HTTP

  server mempunyai keunggulan dari sisi fleksibilitas dan perfomansi.

  F.

   Website

  Menurut Jovan (2007), Website adalah media penyampaian informasi di internet. Web menyajikan informasi menggunakan Hypertext Markup Language sehingga dapat menampilkan informasi dengan berbagai format data seperti text, image, bahkan video dan dapat diakses menggunakan berbagai aplikasi klien. Selain dikenal sederhana dan mudah, adanya teknologi server side programming pada web memungkinkan penyajian informasi yang lebih menarik dan dinamis dengan pengelolaan yang terorganisasi.

G. Penelitian Sejenis

  1. Sistem pendukung keputusan penentuan penyakit tanaman sayuran menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW) (Afiani, 2014).

  Telah dikembangkan sebuah sistem pendukung keputusan dalam penentuan penyakit tanaman sayuran menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW). Metode ini merupakan metode yang tepat untuk menentukan penyakit tanaman sayuran dan disertakan penanggulangan untuk suatu gejala yang timbul pada suatu tanaman sayuran, karena dengan menggunakan metode ini akan menghasilkan alternatif

  • – alternatif terbaik berdasarkan kriteria – kriteria yang ditentukan.

  2. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Tempat Wisata di Timor Leste menggunakan metode ELimination Et Choix Traduisant la Realita (ELECTRE) (Oktovianus. P, dkk, 2014). Penelitian ini menghasilkan sebuah aplikasi web yang memberikan informasi rekomendasi kepada user atau pengguna dalam hal ini merupakan calon wisatawan. Rekomendasi yang diberikan sistem didasarkan pada masukkan yang diberikan user kemudian diproses dengan metode ELECTRE sehingga menghasilkan rekomendasi daftar tempat berwisata. Dan Kriteria yang digunakan yaitu biaya, jarak dan waktu.

  3. Sistem pendukung keputusan Pemilihan Lokasi Objek Wisata di Kabupaten Grobogan menggunakan metode Profile Matching. (Nugroho, 2015).

  Sistem pendukung keputusan penentuan objek wisata dilakukan secara perhitungan detail berdasarkan metode profile matching. Sistem pendukung keputusan memberikan hasil berupa prioritas objek wisata yang sesuai bagi setiap wisatawan. Sistem ini juga mengacu pada skala bobot yang dimuliki oleh setiap wisatawan dalam memilih objek wisata dan kriteria yang digunakan yaitu factor biaya, fasilitas objek wisata, jenis objek wisata, dan jarak tempuh ke objek wisata.