Laporan Akhir (Final Report)
Laporan Akhir (Final Report) Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto Propinsi Sulawesi Selatan
6.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH KEGIATAN PENDAMPINGAN KAB SELAYAR A. GAMBARAN UMUM SULAWESI SELATAN.
1. Geografi Wilayah
Gambar 2.3. Peta Administrasi Sulawesi Selatan
Laporan Akhir (Final Report)
Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto
Propinsi Sulawesi Selatan
Kondisi geografis Provinsi Sulawesi Selatan sangat di pengaruhi oleh kondisi wilayahnya, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki luas wilayah kurang lebih
2
45.519,24 Km . Secara administratif dibagi dalam 24 (dua puluh empat) wilayah kabupaten/kota. Wilayah yang terluas adalah Kabupaten Luwu Utara dengan luas
2
wilayah kurang lebih 7.502,68 km atau 16,48 % dari total luas keseluruhan wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, sedangkan kabupaten/kota yang memiliki
2
wilayah terkecil adalah Kota Parepare dengan luas 99,33 km atau 0,22 % dari total luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, secara geografis Provinsi Sulawesi Selatan berada pada 0º12´ - 8º LS dan 116º48´ - 122º36´ BT dengan batas administrasi wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar 2.
Kondisi Geologi dan Jenis Tanah
Struktur lapisan dan jenis tanah serta batuan di Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya terdiri atas 3 jenis batuan beku meliputi Batuan metamorf dan batuan vulkanik serta endapan alluvial yang hampir mendominasi seluruh wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Batuan beku yang dijumpai secara umum terdiri dari intrusi batuan beku granit dan gabro serta beberapa intrusi kecil lainnya, juga dijumpai batuan beku yang merupakan jejak aliran larva yang telah membeku dan bersusun blastik hingga andesitik. Batuan sedimen yang dijumpai meliputi batu gamping, batu pasir, dan konglomerat, sedangkan endapan-endapan alluvial terdiri dari material yang bersusunan brangkal, kerakal, kerikil, pasir hingga lempung. Kondisi geologi ini akan menunjukkan potensi lahan yang dapat digunakan untuk mendukung pembangunan di Provinsi Sulawesi Selatan.
3. Hidrologi
Keadaan hidrologi Provinsi Sulawesi Selatan, berdasarkan hasil observasi lapangan yang dilakukan ditemukan daerah-daerah wialayah kota yang mengalami genangan periodik. Sumber air permukaan berasal dari beberapa sungai yang ada
Laporan Akhir (Final Report)
Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto
Propinsi Sulawesi Selatan
di wilayah kab/kota provinsi Sulawesi Selatan. Pada kondisi tertentu terutama pada saat musim hujan sungai tersebut mempengaruhi sebahagian wilayah kab/kota provinsi Sulawesi Selatan.
4. Tata Guna Lahan Kondisi tata guna lahan di Provinsi Sulawesi Selatan secara umum terdiri atas; sawah, perkebunan, perumahan/permukiman, tambak, fasilitas sosial ekonomi, dan lahan yang tidak dimanfaatkan (kosong). Pergeseran pemanfaatan lahan Provinsi Sulawesi Selatan secara umum belum mengalami perubahan yang cukup siniknifikan hanya pada beberapa bagian wilayah, akibat terjadinya peningkatan pembangunan yang dilakukan pemerintah,swasta dan masyarakat.
5. Demografi dan Kependudukan Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Selatan hingga akhir tahun 2010 berdasarkan registrasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 8.034.776 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.896.635 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 4.138.141 jiwa.
a.
Perkembangan Jumlah Penduduk Perkembangan jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun
2010-2014 untuk masing-masing kabupaten mengalami kenaikan dengan rata- rata laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 1,1 % dengan tingkat laju pertumbahn tertinggi berada di Kota Palopo sebsar 2,7 persen, kemudian Kabupaten Luwu Timur dengan tingkat pertubuhan 2,5 persen, Kabupaten Gowa dengan tingkat pertumbuhan 2,0 persen, Kota Makassar dengan laju pertumbuhan 1,6 persen. Sementara itu kabupaten/kota dengan laju pertumbuhan penduduk terendah berada pada Kabupaten Soppeng dengan tingkat pertumbuhan sebesar 0,2 persen, kemudian Kabupaten Wajo dengan 0,4 persen, Kabupaten Barru dengan 0,4 persen, Kabupaten Bone 0,6 persen, Kabupaten Tanah Toraja dan Bantaeng dan Bulukumba 0,7 persen, Kabupaten Sinjai dan Toraja Utara 0,8 persen. Sementara kabupaten lain di Provinsi Sulawesi Selatan dengan laju pertumbuahan antara 1-2 persen. Lebih jelasnya terkait laju
Jumlah 7.595.000 7.700.255 8.156.100 8.250000 8.342.000
15 Pinrang 338.669 342.852 355.300 358.300 261.300
7 Sinjai 221.064 223.522 231.400 233.200 234.900
8 Maros 296.071 299.662 324.100 328.000 331.800
9 Pangkep 287.838 291.506 310.300 313.700 317.100
10 Barru 159.090 160.428 167.500 168.400 169.300
11 Bone 693.089 699.474 724.900 729.500 734.100
12 Soppeng 226.804 228.181 224.800 225.200 225.500
13 Wajo 373.067 375.833 387.800 389.300 390.600
14 Sidrap 246.816 248.769 276.300 279.800 283.300
16 Enrekang 182.967 185.527 192.800 194.600 196.400
5 Takalar 249.348 252.270 273.900 277.200 280.600
17 Luwu 316.141 320.205 337.000 340.500 343.800
18 Tana Toraja 444.339 452.663 223.300 224.800 226.200
19 Luwu Utara 297.392 305.468 291.400 294.400 297.300
20 Luwu Timur 218.063 224.383 250.200 256.700 263.000
21 Toraja Utara
22 Makassar 1.216.746 1.235.239 1.365.000 1.387.000 1.408.100
23 Parepare 115.008 116.309 131.500 133.400 135.200
24 Palopo 133.293 137.595 152.600 156.600 160.800
6 Gowa 583.021 594.423 668.900 682.600 696.100
4 Selayar 328.343 330.379 346.300 348.700 351.100
Laporan Akhir (Final Report) Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto Propinsi Sulawesi Selatan
2
pertumbuhan dan perkembangan penduduk kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan dapat di lihat pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Jumlah dan Pekembangan Penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan Dirinci Berdasarkan Kabupaten Tahun 2010-2014Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015
Pada Tabel 2.2 tersebut, menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar berada di Kota Makassar dengan jumlah penduduk 1.369.606jiwa. Sedangkan penduduk terendah berada di Kepulauan Selayar dengan jumlah penduduk sebanyak 122,055 jiwa.
b.
Distribusi dan Kepadatan Penduduk Penduduk Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2014 berjumlah 8,034,776
2 No Kabupaten/Kota Perkembangan Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Pertumbu han (%) 2010 2015 2012 2013 2014
1
3
3 Bantaeng 170.049 171.468 178.600 179.800 181.000
4
5
6
7
8
1 Selayar 115.908 117.860 124.100 125.600 127.200 1,2
0,7 0,7 0,7 1,2 2,0 0,8 1,2 1,1 0,5 0,6 0,2 0,4 1,3 0,8 0,9 1,0 0,7 1,0 2,5 0,8 1,6 1,4 2,7 1,1
2 Bulukumba 381.874 386.239 399.000 401.900 404.900
- )
- 219.100 220.800 222.400
Laporan Akhir (Final Report)
Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto
Propinsi Sulawesi Selatan
15 Pinrang 1.961,77 261.300 17,903
8 Maros 1.619,12 331.800 19,702
9 Pangkep 1.112,29 317.100 27,487
10 Barru 1.174,71 169.300 14,130
11 Bone 4.559,00 734.100 15,742
12 Soppeng 1.359,44 225.500 16,465
13 Wajo 2.506,20 390.600 15,366
14 Sidrap 1.883,25 283.300 14,438
16 Enrekang 1.786,01 196.400 10,652
6 Gowa 1.883,32 696.100 34,670
17 Luwu 3.000,25 343.800 11,082
18 Tana Toraja 2.054,30 226.200 10,762
19 Luwu Utara 7.502,68 297.300 3,832
20 Luwu Timur 6.944,88 263.000 3,500
21 Toraja Utara 1.151,47 222.400 18,825
22 Makassar 175,77 1.408.100 761,599
23 Parepare 99,33 135.200 130,134
24 Palopo 155,19 160.800 59,766
7 Sinjai 819,96 234.900 27,913
5 Takalar 566,51 280.600 47,590
Sulawesi terdistribusi pada 24 (dua puluh empat) wilayah kabupaten/kota, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa/Km
Tabel 2.3, menunjukkan bahwa kepadatan penduduk terbesar berada di Kota Makassar dengan kepadatan penduduk sebesar 761jiwa/km
2
, sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di Kabupaten Luwu Timur dengan kepadatan penduduk sebesar 4 jiwa/km
2
.Tabel 6.2. Distribusi Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Provinsi Sulawesi Tahun 2014No Kabupaten/Kota Luas Wilayah (Km
2
)
Jumlah2 )
4 Selayar 749,79 351.100 37,937
1
2
3
4
5
1 Selayar 903,50 127.200 13,509
2 Bulukumba 1.154,67 404.900 34,171
3 Bantaeng 395,83 181.000 44,640
Jumlah 45.764,53 8.342.000 176 Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015
Laporan Akhir (Final Report)
Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto
Propinsi Sulawesi Selatan
6. Fasilitas Sosial Ekonomi
Fasilitas diartikan sebagai wadah atau tempat manusia melakukan berbagai aktifitas, berfungsi melayani kebutuhan masyarakat di dalam suatu unit lingkungan. Jenis aktifitas pada dasarnya terbagi atas dua kelompok besar, yaitu fasilitas ekonomi dan fasilitas sosial. Fasilitas sosial diartikan sebagai wadah aktifitas yang melayani kebutuhan penduduk yang bersifat memberi kepuasan sosial, mental, dan spiritual dalam bentuk; perumahan, peribadatan, pendidikan, kesehatan, olah raga dan rekreasi. Fasilitas ekonomi diartikan sebagai wadah untuk melakukan aktifitas ekonomi dalam bentuk fasilitas perdagangan, industri, dan aktifitas ekonomi lainnya.
a.
Perumahan dan Permukiman Klasifikasi perumahan di Provinsi Sulawesi Selatan pada dasarnya dilihat dari segi; luas kavling, tipe perumahan, kondisi perumahan, dan pola pembentukan permukiman. Kondisi perumahan di Provinsi Sulawesi Selatan dibedakan atas tiga jenis, antara lain; rumah permanen, semi permanen, dan darurat/temporer. Hasil survey dilapangan secara umum menunjukkan bahwa kondisi bangunan/rumah yang ada mayoritas termasuk dalam klasifikasi permanen, semi permanen dan sebagian kecil temporer. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh masyarakat/ perorangan, masih bersifat alami. Pola perumahan yang terbentuk cenderung mengelompok (concentric) pada suatu kawasan, dan berkembang secara linear mengikuti jaringan jalan dan garis pantai. Hasil survey lapangan yang dilakukan menunjukkan perkembangan perumahan di Provinsi Sulawesi Selatan menganut pola konsentrik dan linier. Jumlah rumah di Provinsi Sulawesi Selatan hingga akhir tahun 2014 sebanyak 2.008.696 unit yang tersebar pada 24 wilayah kabupaten/kota. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 6.3 Jumlah Unit Rumah di Provinsi Sulawesi Selatan
No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Persentase (%)
(Jiwa) (Unit)3
4
5
1
2
1 Selayar 127.200 30.514 1,52
2 Bulukumba 404.900 98.640 4,91
Laporan Akhir (Final Report)
Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto
Propinsi Sulawesi Selatan
16 Enrekang 196.400 47.562 2,37
b.
Tabel di atas, menujukkan bahwa jumlah rumah terbanyak berada di Kota Makassar, jumlah rumah sebanyak 334.666 unit atau 16,66 %. Sedangkan jumlah rumah terkecil berada di Kepulauan Selayar sebanyak 30.514 unit atau 1,52 %.
Jumlah 8.342.000 2.008.696 100,00 Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015
24 Palopo 160.800 36.983 1,84
23 Parepare 135.200 32.316 1,61
22 Makassar 1.408.100 334.666 16,66
21 Luwu Timur 222.400 54.191 2,70
20 Luwu Utara 263.000 60.767 3,03
19 Toraja Utara 297.300 71.868 3,58
18 Tana Toraja 226.200 55.270 2,75
17 Luwu 343.800 83.121 4,14
15 Pinrang 261.300 87.780 4,37
3 Bantaeng 181.000 44.173 2,19
14 Sidrap 283.300 67.978 3,38
13 Wajo 390.600 96.277 4,79
12 Soppeng 225.500 55.957 2,78
11 Bone 734.100 179.421 8,93
10 Barru 169.300 41.496 2,06
9 Pangkep 317.100 76.434 3,81
8 Maros 331.800 79.751 3,97
7 Sinjai 234.900 57.220 2,85
6 Gowa 696.100 163.235 8,13
5 Takalar 280.600 67.401 3,36
4 Selayar 351.100 85.675 4,27
Pendidikan Ketersediaan sarana pendidikan diperlukan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat baik melalui pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Ketersediaan sarana tersebut merupakan indikator untuk menilai tingkat pendidikan dan wawasan berpikir masyarakat, termasuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Jumlah dan jenis fasilitas pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel berikut:
Laporan Akhir (Final Report)
Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto
Propinsi Sulawesi Selatan
17 Luwu 161 281 115
19 Luwu Utara 136 251 104
36
70
37
87
18 Tana Toraja
45
32
20 Luwu Timur 134 162
58
16 Enrekang 115 232
33
80
15 Pinrang 175 347
31
60
21
56
35
24 Palopo
c.
Tabel di atas, menunjukkan bahwa jumlah fasilitas pendidikan terbanyak berada di Kota Makassar, dengan total jumlah sarana pendidikan sebanyak 1.348 unit mulai dari tingkat TK sampai Perguruan SMU sederajat. Sedangkan jumlah fasilitas pendidikan terkecil berada di Kota Parepare, dengan jumlah sarana pendidikan sebanyak 222 unit mulai dari tingkat TK sampai SMU sederajat.
3.615 6.744 1.999 1.054 Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015
41 Jumlah
27
79
51
26
32
30
98
68
23 Parepare
22 Makassar 383 535 205 225
34
52
21 Toraja Utara 84 191
14 Sidrap 135 245
80
Tabel 6. 4. Jumlah dan Jenis Fasilitas Pendidikan di Provinsi Sulawesi Selatan No Kabupaten/Kota Jumlah Fasilitas Pendidikan (Unit) TK SD SLTP SMU PT
2 Bulukumba 302 381 103
5 Takalar 120 246
47
4 Selayar 97 315 105
25
43
3 Bantaeng 42 146
45
45 13 189
35
1 Selayar 139 156
7
6
5
4
3
2
1
61
6 Gowa 292 486 153
13 Wajo 127 433
10 Barru 82 227
26
63
12 Soppeng 112 279
57
11 Bone 441 751 189
23
53
40
63
86
9 Pangkep 69 318
57
84
8 Maros 101 275
30
77
7 Sinjai 162 273
Kesehatan Ketersediaan fasilitas kesehatan merupakan indikator peningkatan kualitas hidup masyarakat. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat akan membantu untuk meningkatkan usaha produksi terutama bagi masyarakat yang belum
Laporan Akhir (Final Report)
Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto
Propinsi Sulawesi Selatan
15
3
18 Tana Toraja
1 21 104 20 377
17 Luwu
70 13 266
13
1
16 Enrekang
52 15 350
1
68 25 255
15 Pinrang
41 14 315
14
3
14 Sidrap
54 22 432
22
2
13 Wajo
20
19 Luwu Utara
17
47 36 953
Tabel di atas, menunjukkan bahwa jenis fasilitas kesehatan di Provinsi Sulawesi Selatan yang dominan adalah Posyandu dengan jumlah 8.944 unit, sedangkan fasilitas kesehatan yang minimum adalah Rumah Sakit dengan jumlah 72 unit. Untuk fasilitas kesehatan pada tiap kabupaten/kota, yang terbanyak berada di Kota Makassar dengan jumlah 1.102 unit dan fasilitas kesehatan yang paling sedikit berda di Kota Parepare dengan jumlah sebanyak 146 unit.
Jumlah 72 413 1.210 348 8.944 Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015
22 9 130
10
5
24 Palopo
6 17 - 115
8
23 Parepare
37
2
29
22 Makassar
24 13 210
22
21 Toraja Utara -
14 58 - 246
1
20 Luwu Timur
65 9 322
12
45 17 313
1
terjangkau akan pelayanan kesehatan. Jumlah dan jenis fasilitas kesehatan di Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada tabel berikut:
61 13 248
17
1
4 Selayar
22 12 230
12
1
3 Bantaeng
1 17 - - 482
2 Bulukumba
13
5 Takalar
1
1 Selayar
7
6
5
4
3
2
1
Tabel 6.5 Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan di Provinsi Sulawesi Selatan No Kabupaten/ Kota Jumlah Fasilitas Kesehatan (unit) Rumah Sakit Puskesmas Pustu Puskesmas Keliling Posyandu55 17 413
1
12 Soppeng
19
78 36 915
36
2
11 Bone
33 11 238
10
1
10 Barru
63 15 346
3
14
9 Pangkep
1 14 - - 392
8 Maros
63 15 316
15
2
7 Sinjai
1 23 123 22 671
6 Gowa
45 14 409
d.
Laporan Akhir (Final Report)
Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto
Propinsi Sulawesi Selatan
Fasilitas peribadatan merupakan sarana penunjang yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan keagamaan dan ritual bagi masyarakat. Jumlah dan jenis fasilitas peribadatan di Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 6.6. Jumlah dan Jenis Fasilitas Peribadatan di Provinsi Sulawesi Selatan No Jenis Fasilitas Jumlah Persentase Kesehatan (Unit) (%)1
2
3
4
1 Mesjid 12.670 73,68
- 2 Langgar
- 3 Mushallah
4 Gereja Katholik & Gereja Protestan 2.436 14,16
5 Pura 2.065 12,01
6 Vihara 26 0,15
Jumlah 17.197 100,00 Sumber : Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka, 2015 7.
Prasarana Wilayah
Aspek prasarana merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu wilayah. Prasarana yang dimaksud meliputi; prasarana jalan, jaringan irigasi, jaringan listrik dan jaringan telepon dipergunakan untuk mendukung kelancaran aktifitas atau kegiatan dalam rangka peningkatan pertumbuhan suatu wilayah.
a.
Karakteristik dan Fungsi Jaringan Jalan Jaringan jalan merupakan sarana penghubung antar wilayah atau kawasan yang berfungsi sebagai prasarana trasnportasi, disamping fungsi tersebut jaringan jalan dapat digunakan sebagai transformasi aliran barang dan penumpang yang mempunyai komposisi sebagai pembuka keterhubungan antar kawasan. Dengan demikian kondisi tersebut memerlukan pemikiran dengan penataan jaringan agar tidak terjadi tumpang tindih fungsi setiap jalan.
Hubungan utama antar kawasan internal dan eksternal lokasi perencanaan dilakukan dengan menggunakan transportasi darat dengan dukungan ketersediaan jaringan jalan. Sediaan sistem jaringan jalan menurut jenis permukaan di lokasi perencanaan dikategorikan sebagai berikut; aspal/beton, pengerasan dan jalan
Laporan Akhir (Final Report)
Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto
Propinsi Sulawesi Selatan
tanah. Kondisi jaringan jalan menurut jenis permukaan di wilayah perencanaan untuk masing-masing kabupaten umumnya dalam kondisi aspal, jalan perkerasan, jalan tanah dan sebahagian menggunakan jalan paving blok.
b.
Kondisi Jaringan Drainase Fungsi jaringan drainase digunakan sebagai sarana untuk mengalirkan air buangan baik yang bersumber dari air hujan, air buangan rumah tangga dan air yang bersumber dari jalan. Jaringan drainase di wilayah perencanaan terdiri dari drainase primer, sekunder dan tersier dengan kondisi permanen dan temporer (tanah).
c.
Kondisi Jaringan Air Bersih Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi, oleh karena itu air bersih yang dijadikan sebagai sumber kebutuhan utama harus bebas dari rasa, bau dan tidak berwarna. Sumber air bersih yang digunakan masyarakat diwilayah perencanan bersumber dari PDAM dan air tanah dalam (artesis). Dari hasil survey lapangan, kondisi air bersih yang ada sampai saat ini masih aman untuk dikomsumsi dan belum mengalami pencemaran, baik yang disebabkan oleh kegiatan industri rumah tangga maupun kegiatan-kegiatan yang sifatnya menggunakan air.
d.
Kondisi Jaringan Listrik Jaringan listrik merupakan salah satu prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang penerangan rumah tangga, kegiatan industri dan kegiatan lainnya, oleh karena itu listrik memegang peranan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan penerangan. Pemenuhan kebutuhan akan jaringan listrik di wilayah perencanaan dewasa ini umumnya sudah terlayani jaringan listrik.
e.
Kondisi Jaringan Telepon Salah satu prasarana yang efisien dan cepat untuk mendapatkan akses pelayanan informasi dan komunikasi adalah penyediaan prasarana jaringan telepon. Penggunaan jaringan telepon sangat penting dalam penerimaan informasi baik untuk kegiatan bisnis dan proses yang dilakukan masyarakat untuk
Laporan Akhir (Final Report)
Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto
Propinsi Sulawesi Selatan
berinteraksi. Ketersediaan prasarana telepon yang ada saat ini berupa telepon rumah tangga, warung telekomunikasi (wartel) dan penggunaan telepon seluler.
f.
Kondisi Sistem Pelayanan Persampahan Sampah merupakan sumber bibit penyakit yang memerlukan penanganan.
Kondisi sistem pelayanan persampahan di wilayah perencanaan perlu ditingkatkan dengan penyediaan tempat pembuangan sementara maupun pembuangan akhir, sehingga umumnya pola pengolahan sampah saat ini menggunakan sistem pewadahan dengan tersedianya countainer dan armada pengangkutan ke lokasi TPA.
g.
Kondisi Pengelolaan Air Limbah Air limbah merupakan air hasil buangan yang memerlukan pewadahan dan tempat, baik yang bersumber dari limbah domestik (rumah tangga) maupun dari industri. Kondisi pengolahan air limbah di wilayah perencanaan untuk jangka pendek tidak membahayakan lingkungan oleh karena produksi limbah umumnya berasal dari aktifitas limbah hasil rumah tangga, namun untuk jangka panjang diperlukan suatu pewadahan untuk mengalirkan dan membuang hasil limbah tersebut. Sedangkan limbah yang berasal dari industri besar umumnya sudah tersedia tempat penampungan atau pengelolaan limbah yang dikelola oleh unit-unit industri.
B.
GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN JENEPONTO
6.1 Kondisi Umum
6.1.1 Profil geografi
6.1.1.1 Letak Geografis dan Kondisi Wilayah
Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu kabupaten/kota di Propinsi Sulawesi Selatan.Apabila dilihat bentang alamnya secara makro, wilayah Kabupaten Jenepontoterdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yangterletak pada bagian utara, serta kawasan pantai di sebelah selatan. Kabupaten Jenepontoterletak di ujung selatan bagian barat dari wilayah Propinsi Sulawesi Selatan dengan Ibu
Laporan Akhir (Final Report)
Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto
Propinsi Sulawesi Selatan
Kota Bontosunggu, berjarak sekitar 91 km dari Makassar sebagai Ibu Kota Propinsi SulawesiSelatan. Se cara geografis terletak antara 5o16’13” – 5o39’35” LS dan antara 12o40’19”-12o7’31” BT. Secara administrasi Kabupaten Jeneponto berbatasan:
Sebelah Utara dengan Kabupaten Gowa dan Takalar
- Sebelah Selatan dengan Laut Flores -
Sebelah Barat dengan Kabupaten Takalar
- Sebelah Timur dengan Kabupaten Bantaeng - Kabupaten Jeneponto memiliki wilayah seluas 74.979 ha atau 749,79 km2, secara administrasi terbagi dalam 11 kecamatan yaitu Kecamatan Bangkala, Bangkala Barat,Tamalatea, Bontoramba, Binamu, Turatea, Batang, Arungkeke, Kelara, Rumbia danTarowang. Kabupaten Jeneponto mempunyai panjang pantai berkisar 114 km, mencakup 6kecamatan pesisir, yakni Kecamatan : Arungkeke, Bangkala, Batang, Binamu dan Tamalateadan Tarowang dan terdiri dari 35 desa/kelurahan pesisir. Kondisi topografi wilayah Kabupaten Jeneponto pada umumnya memiliki
permukaanbervariasi, ini dapat dilihat bahwa bagian utara terdiri dataran tinggi dan bukit
- – bukityang membentang dari barat ke Timur dengan ketinggian 500 sampai dengan 1.400 meterdi atas permukaan laut, sehingga daerah ini cocok bila dijadikan sebagai arealpengembangan tanaman hortikultura dan sayur-sayuran. Dibagian tengah KabupatenJeneponto meliputi wilayah-wilayah dataran dengan ketinggian 100 sampai dengan 500meter di atas permukaan laut, daerah ini memiliki nilai ekonomi yang cukup potensial untukpengembangan tanaman perkebunan dan pertanian. Pada bagian selatan meliputi wilayahwilayahpesisir dengan ketinggian 0 sampai 150 meter di atas permukaan laut, daerah inimemiliki nilai ekonomi yang cukup baik bila dijadikan sebagai areal pengembangan industril penggaraman dan daerah ini telah tumbuh usaha penggaraman rakyat.
6.1.1.2 Kondisi Meteorologi
Kondisi Meteorologi Kabupaten Jeneponto sangat dipengaruhi adanya dua musim yangsilih berganti seperti halnya dengan keadaan musim di kabupaten lain dalam wilayahpropinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Jeneponto mengalami 2 musim yaitu musim hujan danmusim kemarau.Musim hujan terjadi antara Bulan November
Laporan Akhir (Final Report)
Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto
Propinsi Sulawesi Selatan
sampai Bulan April dan musimkemarau terjadi antara Bulan Mei sampai dengan Bulan Oktober.Jika dilihat dari curahhujan di wilayah Kabupaten Jeneponto maka umumnya tidak merata, hal ini menimbulkanadanya wilayah basah dan wilayah semi kering.Ditinjau dari klasifikasi iklim, maka Kabupaten Jeneponto memiliki type iklim,yaitu :_ Type iklim D3 dan E4 yaitu wilayah tipe iklim yang mempunyai bulan kering secarakeseluruhan berkisar 5-6 bulan sedangkan bulan basah 1-3 bulan. Tipe iklim inimeliputi seluruh wilayah kecamatan, kecuali wilayah kecamatan Kelara bagian utara._ Type iklim C2 yaitu type iklim yang memiliki bulan basah 5-6 bulan dan bulanlembab 2-4 bulan.Type ini dijumpai pada daerah ketinggian 700-1.727 m di ataspermukaan laut (dpl) yakni pada wilayah Kecamatan Kelara dan Rumbia. Jumlah rata
- – rata curah hujan pertahun di Kabupaten Jeneponto selama 5 (lima) tahunterakhir mencapai 1.535 mm dengan rata
- – rata hari hujan 92 hari. Curah hujan tertinggijatuh pada bulan Januari dan Februari sedang curah hujan terendah yakni pada bulan Juli,Agustus, dan September.
6.1.1.3 Kondisi Geologis
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Jeneponto terdiri dari 6 golongan jenis tanahyaitu :_ Jenis Tanah Alluvial, jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Bangkala dan BangkalaBarat. Jenis Alluvial Coklat Kelabu terdapat di Kecamatan Binamu, Turatea, danTamalatea._ Jenis Tanah Gromosal, Jenis tanah Gromosal Kelabu terdapat di Kecamatan Bangkaladan Bangkala Barat.Jenis Gromosal Kelabu Tua
dan Hitam terdapat di KecamatanTamalatea, Bontoramba, Binamu dan Batang._
Jenis Tanah Mediteren, jenis tanah ini terdapat di Kecamatan Bangkala, Batang,Rumbia dan Kelara.Jenis Mediteren Coklat Kemerah-merahan terdapat di KecamatanBangkala, Tamalatea, Bontoramba, Binamu dan Kelara._ Jenis Tanah
Lotosal, di Kecamatan Bangkala, Bangkala Barat, Tamalatea dan Kelaraterdapat
Jenis Lotosal Coklat Kekuning-kuningan sedang jenis Lotosal
Kemerahmerahanterdapat di Kecamatan Kelara dan Rumbia._ Jenis Tanah Andosil
Kelabu terdapat di Kecamatan Kelara._ Jenis Tanah Regonal Kelabu terdapat di
sepuluh kecamatan dalam wilayah Kabupaten Jeneponto.
Laporan Akhir (Final Report)
Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto
Propinsi Sulawesi Selatan
6.1.1.4 Kondisi Penggunaan Lahan
Bila dilihat dari jenis penggunaan tanahnya (Land use) pada tahun 2009, makapengunaan tanah yang terluas adalah lahan kering yaitu seluas 40,701 ha atau 50,91 %. Luastanah menurut jenis penggunaannya tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Luas setiap jenis penggunaan lahan di setiap kecamatan Kabupaten Jeneponto.Sumber : RTRW kabupaten jeneponto tahun 2010-2030
6.1.2 Profil demografi
6.1.2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur
Penduduk merupakan salah penentu dalam meningkatkan pembangunan suatu daerah.Jumlah penduduk kabupaten Jeneponto berdasarkan data terakhir tahun 2009 berjumlah334.175 jiwa yang tersebar di 11 kecamatan terdiri dari perempuan sebanyak 172.761 jiwadan laki-laki sebanyak 161.414 jiwa, dengan jumlah penduduk terbesar di KecamatanBinamu yaitu sebanyak 48.878 jiwa dan jumlah penduduk terkecil di kecamatan Arungkekesebanyak 17.811 jiwa. Secara rinci jumlah penduduk menurut strukturnya disajikan padatabel berikut :
Laporan Akhir (Final Report)
Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto
Propinsi Sulawesi Selatan
Tabel 2.2 Penduduk kabupaten jeneponto menurut struktur penduduk tahun 2015Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto, 2015
6.1.3 Profil Ekonomi
Kondisi umum perekonomian Kabupaten Jeneponto dapat diukur dalam hasil-hasil pembangunan secara fisik maupun nonfisik, khususnya pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu indikator penting yang digunakan untuk mengamati hasil pembangunan diKabupaten Jeneponto dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )dengan tujuan untuk mengetahui kondisi struktur perekonomian suatu daerah atau wilayahtertentu. Dengan hasil perhitungan PDRB atas dasar harga yang berlaku di KabupatenJeneponto, maka dapat dilihat hasil-hasil kontribusi yang dihasilkan oleh beberapa sectorseperti pertanian, pertambangan dan galian, Industri pengolahan,
Laporan Akhir (Final Report)
Fasilitasi Penyusunan/Revisi RPI2JM Di Kabupaten Jeneponto
Propinsi Sulawesi Selatan
angkutan dan komunikasi, keuanganpersewaan & jasa perusahaan serta jasa-jasa lainnya.