Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Yang Berasal Dari Kolam Akhir (Final Pond) Dengan Proses Koagulasi Melalui Elektrolisis
Jurnal Sains Kimia Vol 8, No.2, 2004: 38-40
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT YANG BERASAL DARI KOLAM AKHIR (FINAL POND) DENGAN PROSES
KOAGULASI MELALUI ELEKTROLISIS
Darwin Yunus Nasution Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155
Abstrak
Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolom akhir dengan koagulasi melalui elektrolosi telah dilakukan. Sampel limbah cair diambil dari kolom akhir Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Bah Jambi Kebu Adolina Perbaungan dan diukur pH, COD, BOD dan kekeruhannya. Sebanyak 250 ml sampel limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolom akhir dimasukkan elektroda aluminium dengan jarak 2 cm dan divariasikan arus yang mengalir selama 2 jam, lalu disaring. Selanjutnya masing-masing perlakuan ditentukan pH, COD, BOD dan kekeruhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses koagulasi melalui elektrolisis dapat dimanfaatkan dalam proses pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit karena dapat menurunkan nilai COD, BOD, pH dan kekeruhan. Kata kunci: Limbah cair, elektrolisis dan koagulasi
PENDAHULUAN
Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit akan menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang cukup besar. Untuk menghasilkan satu ton minyak kelapa sawit dihasilkan dua setengah ton limbah cair pabrik kelapa sawit. Limbah cair tersebut berasal dari proses perebusan, klarifikasi dan hidrosiklon.
Pengembangan industri kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa pencemaran. Limbah cair pabrik kelapa sawit masih memiliki potensi sebagai pencemaran lingkungan karena berbau, berwarna, mengandung nilai COD, BOD serta padatan tersuspensi yang tinggi. Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke badan penerima, maka sebagian akan
mengendap, terurai secara perlahan, mengkonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang tajam dan dapat merusak ekosistem badan penerima (Alaerts, G., 1987 dan Betty, J.S., 1996).
Pengeluaran tentang proses koagulasi melalui elektrolisis telah dilakukan oleh Kartini Noor Hafni (1998) yaitu mengamati pengaruh penurunan warna air buangan pencelupan tekstil, dimana aliran air dibuat kontinu selama proses. Tingginya nilai COD, BOD dan kekeruhan limbah cair pabrik kelapa sawit dapat diturunkan dengan koagulasi zat-zat organik dan anorganik yang dikandungnya. Proses koagulasi dapat terjadi dengan penambahan koagulasi secara tidak langsung dari proses elektrolisis memakai elektroda aluminium sebagai sumber ion Al+3. Ion Aluminium akan bereaksi dengan air membentuk
38
Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (Darwin Yunus Nst)
aluminium hidroksida yang berfungsi sebagai koagulasi.
BAHAN DAN METODA
Pengukuran COD (Chemical Oxygen Demand)
Sampel 10 ml dipipet ke dalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 5 ml K2Cr2O7 dan 0,2 g merkuri sulfat. Dimasukkan 2 buah batu didih yang telah diaktifkan. ditambahkan 5 ml asam sulfat. Hasil dari perlakuan itu ditambahkan 10 ml asam sulfat dan direfluks selama 45 menit. Setelah larutan menjadi dingin ditambahkan 20 ml aquades. Ditambahkan 2 tetes indikator feroin, lalu dititrasi dengan ferro amonium sulfat 0,025 N sampai warna menjadi merah kecoklatan dan dicatat volume peniter.
Pengukuran BOD (Biologycal Oxygen Demand)
1 liter aquades dimasukkan dalam botol aerasi dan ditambahkan 1 ml FeCL3, 1ml CaCl2, 1 ml bufer fosfat , 1 ml HCl 10%, 0,1 g inhibitor nitrifiksasi dan 25 ml jentik-jentik lalu diaerasi selama 1 jam. Dipipet 1 ml sampel dimasukkan dalam labu Winkler dan diisi dengan larutan pengencer sampai penuh dan ditutup. Untuk Do5 dimasukkan ke dalam inkubator selama 5 hari pada suhu 200C.
Untuk Do0 ditambahkan 1 ml mangan sulfat, 1 ml azida dan 1 ml asam sulfat lalu diaduk. Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai berwarna kuning pucat lalu ditambahkan 1 ml indikator amilum dan dititrasi kembali sampai jernih dan dicatat volume peniter.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel limbah cair dari Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Bah Jambi Kebun Adolina Perbaungan yang berasal dari
kolam akhir secara acak yakni melalui
beberapa titik sampel dan beberapa
kedalaman. Data yang diperoleh bahwa
limbah cair pabrik kelapa sawit yang
berasal dari kolam akhir masih banyak
mengandung zat anorganik dan organik,
dengan ukuran dan bentuk yang
bermacam-macam
sehingga
mengakibatkan nilai COD dan BOD serta
kekeruhan semakin tinggi. Dari grafik
arus terhadap COD ditunjukkan
penurunan nilai COD dan BOD seiring
dengan meningkatnya kuat arus yang
dialirkan. Hal ini terjadi karena kestabilan
sistem koloid yang tersuspensi pada
sampel limbah cair diganggu dengan
penambahan ion aluminium yang berasal
dari proses oksidasi di anoda. Ion Al+3
yang masuk ke dalam sampel akan
memperkecil potensial zeta yang berarti
mengurangi perbedaan muatan di dalam
sampel.
Dengan berkurangnya perbedaan
muatan ini ketebalan lapisan diffus akan
berkurang dan menggangu lapisan stern
sehingga gaya tolak menolak antara
partikel yang berdekatan tersebut
dikurangi ataupun ditiadakan sehingga
terjadi proses koagulasi. Pada kedua
grafik tersebut dapat dilihat penurunan
nilai COD dan BOD yang relatif derastis
pada saat arus dialirkan sebesar 2,5 A
dibandingkan dengan sampel limbah cair
yang tidak dielektrolisis. Hal ini
disebabkan oleh arus yang dialirkan
semakin besar maka kecepatan partikel
terkoagulasi akan semakin cepat sehingga
mnegakibatkan jumlah partikel yang
tersuspensi semakin sedikit . Semakin
sedikit jumlah dan semakin kecil ukuran
partikel maka diperlukan kuat arus dan
waktu yang lebih besar untuk
terkoagulasi.
Kekeruhan sampel limbah cair
mengalami penurunan dari saat awal
sebesar 1,08 NTU dan setelah dialiri arus
0,5 A kekeruhan sampel dapat diturunkan
menjadi 0,64 NTU. Pada arus 1,0; 0,5 dan
39
2,0 A kekeruhannya berturut-turut adalah 0,56; 0,43 dan 0,36 NTU. Hal ini disebabkan karena pengendapan sebagian partikel yang tersuspensi dalam sampel menjadi berkurang.
Didapati bahwa semakin besar arus yang dialirkan maka pH sampel akan semakin besar. Kenaikan pH ini disebabkan adanya pelepasan ion hidroksida atau gas hidrogen pada saat berlangsungnya peristiwa reduksi di katoda.
KESIMPULAN
Proses koagulasi melalui elektrolisis dapat menurunkan nilai COD, BOD, kekeruhan dan pH limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolam akhir. Semakin besar arus yang digunakan pada proses koagulasi semakin besar penurunan nilai dari COD, BOD, kekeruhan dan pHnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G., 1987, “Metode Penelitian Air”, Usaha Nasional, Surabaya.
Betty, J.S., 1996, “Penanganan Limbah Industri Pangan”, Kanisius, Yogyakarta.
Hafni, K.N, 1998, “Pengolahan Air Buangan Pencelupan Tekstil dengan Proses Elektrokoagulasi Memakai Elektroda Aluminium”, FT USU, Medan.
Sastrawijaya, A.T, 1991, “Pencemaran Lingkungan”, Rineka Cipta, Jakarta.
Voyutsky, 1975, “Colloid Chemistry”, Mir Publisher, Moskow.
Jurnal Sains Kimia Vol 8, No.2, 2004: 38-40
40
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT YANG BERASAL DARI KOLAM AKHIR (FINAL POND) DENGAN PROSES
KOAGULASI MELALUI ELEKTROLISIS
Darwin Yunus Nasution Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Sumatera Utara Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus USU Medan 20155
Abstrak
Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolom akhir dengan koagulasi melalui elektrolosi telah dilakukan. Sampel limbah cair diambil dari kolom akhir Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Bah Jambi Kebu Adolina Perbaungan dan diukur pH, COD, BOD dan kekeruhannya. Sebanyak 250 ml sampel limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolom akhir dimasukkan elektroda aluminium dengan jarak 2 cm dan divariasikan arus yang mengalir selama 2 jam, lalu disaring. Selanjutnya masing-masing perlakuan ditentukan pH, COD, BOD dan kekeruhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses koagulasi melalui elektrolisis dapat dimanfaatkan dalam proses pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit karena dapat menurunkan nilai COD, BOD, pH dan kekeruhan. Kata kunci: Limbah cair, elektrolisis dan koagulasi
PENDAHULUAN
Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit akan menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang cukup besar. Untuk menghasilkan satu ton minyak kelapa sawit dihasilkan dua setengah ton limbah cair pabrik kelapa sawit. Limbah cair tersebut berasal dari proses perebusan, klarifikasi dan hidrosiklon.
Pengembangan industri kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan berupa pencemaran. Limbah cair pabrik kelapa sawit masih memiliki potensi sebagai pencemaran lingkungan karena berbau, berwarna, mengandung nilai COD, BOD serta padatan tersuspensi yang tinggi. Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke badan penerima, maka sebagian akan
mengendap, terurai secara perlahan, mengkonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang tajam dan dapat merusak ekosistem badan penerima (Alaerts, G., 1987 dan Betty, J.S., 1996).
Pengeluaran tentang proses koagulasi melalui elektrolisis telah dilakukan oleh Kartini Noor Hafni (1998) yaitu mengamati pengaruh penurunan warna air buangan pencelupan tekstil, dimana aliran air dibuat kontinu selama proses. Tingginya nilai COD, BOD dan kekeruhan limbah cair pabrik kelapa sawit dapat diturunkan dengan koagulasi zat-zat organik dan anorganik yang dikandungnya. Proses koagulasi dapat terjadi dengan penambahan koagulasi secara tidak langsung dari proses elektrolisis memakai elektroda aluminium sebagai sumber ion Al+3. Ion Aluminium akan bereaksi dengan air membentuk
38
Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit (Darwin Yunus Nst)
aluminium hidroksida yang berfungsi sebagai koagulasi.
BAHAN DAN METODA
Pengukuran COD (Chemical Oxygen Demand)
Sampel 10 ml dipipet ke dalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 5 ml K2Cr2O7 dan 0,2 g merkuri sulfat. Dimasukkan 2 buah batu didih yang telah diaktifkan. ditambahkan 5 ml asam sulfat. Hasil dari perlakuan itu ditambahkan 10 ml asam sulfat dan direfluks selama 45 menit. Setelah larutan menjadi dingin ditambahkan 20 ml aquades. Ditambahkan 2 tetes indikator feroin, lalu dititrasi dengan ferro amonium sulfat 0,025 N sampai warna menjadi merah kecoklatan dan dicatat volume peniter.
Pengukuran BOD (Biologycal Oxygen Demand)
1 liter aquades dimasukkan dalam botol aerasi dan ditambahkan 1 ml FeCL3, 1ml CaCl2, 1 ml bufer fosfat , 1 ml HCl 10%, 0,1 g inhibitor nitrifiksasi dan 25 ml jentik-jentik lalu diaerasi selama 1 jam. Dipipet 1 ml sampel dimasukkan dalam labu Winkler dan diisi dengan larutan pengencer sampai penuh dan ditutup. Untuk Do5 dimasukkan ke dalam inkubator selama 5 hari pada suhu 200C.
Untuk Do0 ditambahkan 1 ml mangan sulfat, 1 ml azida dan 1 ml asam sulfat lalu diaduk. Dititrasi dengan Na2S2O3 sampai berwarna kuning pucat lalu ditambahkan 1 ml indikator amilum dan dititrasi kembali sampai jernih dan dicatat volume peniter.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel limbah cair dari Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV Bah Jambi Kebun Adolina Perbaungan yang berasal dari
kolam akhir secara acak yakni melalui
beberapa titik sampel dan beberapa
kedalaman. Data yang diperoleh bahwa
limbah cair pabrik kelapa sawit yang
berasal dari kolam akhir masih banyak
mengandung zat anorganik dan organik,
dengan ukuran dan bentuk yang
bermacam-macam
sehingga
mengakibatkan nilai COD dan BOD serta
kekeruhan semakin tinggi. Dari grafik
arus terhadap COD ditunjukkan
penurunan nilai COD dan BOD seiring
dengan meningkatnya kuat arus yang
dialirkan. Hal ini terjadi karena kestabilan
sistem koloid yang tersuspensi pada
sampel limbah cair diganggu dengan
penambahan ion aluminium yang berasal
dari proses oksidasi di anoda. Ion Al+3
yang masuk ke dalam sampel akan
memperkecil potensial zeta yang berarti
mengurangi perbedaan muatan di dalam
sampel.
Dengan berkurangnya perbedaan
muatan ini ketebalan lapisan diffus akan
berkurang dan menggangu lapisan stern
sehingga gaya tolak menolak antara
partikel yang berdekatan tersebut
dikurangi ataupun ditiadakan sehingga
terjadi proses koagulasi. Pada kedua
grafik tersebut dapat dilihat penurunan
nilai COD dan BOD yang relatif derastis
pada saat arus dialirkan sebesar 2,5 A
dibandingkan dengan sampel limbah cair
yang tidak dielektrolisis. Hal ini
disebabkan oleh arus yang dialirkan
semakin besar maka kecepatan partikel
terkoagulasi akan semakin cepat sehingga
mnegakibatkan jumlah partikel yang
tersuspensi semakin sedikit . Semakin
sedikit jumlah dan semakin kecil ukuran
partikel maka diperlukan kuat arus dan
waktu yang lebih besar untuk
terkoagulasi.
Kekeruhan sampel limbah cair
mengalami penurunan dari saat awal
sebesar 1,08 NTU dan setelah dialiri arus
0,5 A kekeruhan sampel dapat diturunkan
menjadi 0,64 NTU. Pada arus 1,0; 0,5 dan
39
2,0 A kekeruhannya berturut-turut adalah 0,56; 0,43 dan 0,36 NTU. Hal ini disebabkan karena pengendapan sebagian partikel yang tersuspensi dalam sampel menjadi berkurang.
Didapati bahwa semakin besar arus yang dialirkan maka pH sampel akan semakin besar. Kenaikan pH ini disebabkan adanya pelepasan ion hidroksida atau gas hidrogen pada saat berlangsungnya peristiwa reduksi di katoda.
KESIMPULAN
Proses koagulasi melalui elektrolisis dapat menurunkan nilai COD, BOD, kekeruhan dan pH limbah cair pabrik kelapa sawit yang berasal dari kolam akhir. Semakin besar arus yang digunakan pada proses koagulasi semakin besar penurunan nilai dari COD, BOD, kekeruhan dan pHnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G., 1987, “Metode Penelitian Air”, Usaha Nasional, Surabaya.
Betty, J.S., 1996, “Penanganan Limbah Industri Pangan”, Kanisius, Yogyakarta.
Hafni, K.N, 1998, “Pengolahan Air Buangan Pencelupan Tekstil dengan Proses Elektrokoagulasi Memakai Elektroda Aluminium”, FT USU, Medan.
Sastrawijaya, A.T, 1991, “Pencemaran Lingkungan”, Rineka Cipta, Jakarta.
Voyutsky, 1975, “Colloid Chemistry”, Mir Publisher, Moskow.
Jurnal Sains Kimia Vol 8, No.2, 2004: 38-40
40