BAB VII - DOCRPIJM 370c2acadd BAB VII7. BAB VII Keterpaduan Strategi Pengembangan

BAB VII KETERPADUAN STRATEGIS PENGEMBANGAN KOTA MALANG

7.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang

  Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang, meliputi : a.

  Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Jombang (KSK); b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang; c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya; dan d.

  Indikasi program

7.1.1 Penetapan Kawasan Strategis Kota Malang

  Kawasan strategis berfungsi sebagai kawasan pelayanan kota dengan skala pelayanan kota, regional dan nasional yang berpengaruh penting terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Kawasan strategis Kota Malang meliputi Kawasan Strategis Ekonomi dan Kawasan Strategis Sosial Budaya.

  a.

  Kawasan Strategis Ekonomi Lokasi kawasan strategis ekonomi ditetapkan pada kawasan perdagangan yang berpusat di sekitar Pasar Besar Kota Malang, dan kawasan sentra industri yang terdiri dari sentra industri keripik di Sanan, sentra mebel di Tunjungsekar, sentra saniter di Karangbesuki, sentra kerajinan rotan di Arjosari dan sentra industri kerajinan keramik di Dinoyo.

  Keberadaan kawasan strategis ekonomi harus didukung dengan sarana dan prasarana transportasi serta jaringan utilitas yang mendukung. Untuk mendukung pengembangan kawasan strategis ekonomi di sekitar Pasar Besar, direncanakan adanya suatu zona pedestrian.

  b.

  Kawasan Strategis Sosial Budaya Lokasi kawasan strategis sosial budaya, meliputi :

   Kawasan Kayutangan yang terdiri dari kompleks pertokoan di sepanjang koridor Kajoetangan straat, dan pertokoan di perempatan Kajoetanganstraat- Semeroestraat;

   Kawasan Bundaran Tugu yang terdiri dari Stasiun Kereta Api Malang, Gedung HBS/AMS di JP. COEN PLEIN (Alun-alun Bunder), dan Balai Kota Malang;  Koridor Jalan Semeru – Jalan Besar Ijen yang terdiri dari Gedung Sekolah Menengah Kristen ( Christ MULO School) dan Komplek Stadion Gajayana.

7.1.2 Arahan Pengembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang a.

  Arahan Pengembangan Pola Ruang Kebijakan Penetapan dan pengembangan kawasan lindung diarahkan pada kelestarian fungsi lingkungan hidup dan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup untuk mendukung pembangunan kota yang berkelanjutan. Strategi Penetapan dan pengembangan kawasan lindung, meliputi :

  1) Memantapkan kawasan lindung dengan menjaga dan mengembalikan fungsi kawasan;

  2) Membatasi kegiatan di kawasan lindung yang telah digunakan;

  3) Mengarahkan pemanfaatan kawasan lindung wilayah kota untuk kegiatan jalur hijau dan RTH;

  4) Menyediakan RTH kota minimal 30% dari luas wilayah kota, dengan upaya :

   Melakukan pengadaan lahan untuk dijadikan RTH kota;  Tidak mengalihfungsikan RTH eksisting;  Merevitalisasi dan memantapkan kualitas RTH eksisting;  Mengarahkan pengembang untuk menyerahkan fasilitas RTH nya menjadi RTH publik kota;  Menata dan menyediakan RTH sesuai fungsinya : ekologis, sosial-ekonomi, dan arsitektural;  Menanam pohon dengan jenis yang disesuaikan dengan karakteristik RTH;  Menempatkan RTH sebagai pendukung identitas kawasan;  Mengelompokkan RTH sesuai fungsi, hierarki, dan skala ruang lingkungannya;  Membangun hutan kota, lapangan olahraga terbuka, kebun bibit, taman kota, dan taman lingkungan;  Membangun RTH pada ruas jalan utama kota;  Membangun RTH pada lokasi fasilitas umum kota;  Membangun RTH pada sempadan sungai, sempadan rel Kereta Api, sempadan jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT);  Menghijaukan halaman/kavling rumah, perkantoran, dan perdagangan

  5) Memantapkan kawasan resapan air dengan meningkatkan populasi vegetasi di kawasan lindung sesuai dengan fungsi kawasan;

  2) Mengembangkan kawasan perumahan dengan menerapkan pola pembangunan hunian berimbang berbasis pada konservasi air yang berwawasan lingkungan;

  8) Mengarahkan komplek industri dan pergudangan pada perbatasan kota;

  7) Mengembangkan komplek perkantoran pemerintah maupun swasta secara vertikal;

  6) Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara vertikal yang memperhatikan aspek ekologis;

  5) Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara merata sesuai skala pelayanan;

  4) Mengembangkan perumahan secara vertikal;

  3) Mengembangkan kawasan perumahan formal dan informal sebagai tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif dengan didukung sarana dan prasarana permukiman yang memadai;

  1) Tidak mengalihfungsikan RTH;

  6) Mengamankan kawasan lindung dari kegiatan yang cenderung mengganggu penggunaan kawasan tersebut;

  Menerapkan inovasi penyediaan RTH antara lain melalui peningkatan jumlah tegakan, memperbanyak taman atap (roof garden) pada bangunan tinggi, dinding hijau (green wall) pada kawasan padat bangunan, dan taman mini pada setiap lahan terbuka. Kebijakan pengembangan dan pengendalian kawasan budidaya diarahkan pada alokasi ruang untuk kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat kota serta pertahanan dan keamanan. Strategi pengembangan dan pengendalian kawasan budidaya, meliputi :

  Mendorong dan meningkatkan peran serta dan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian kawasan lindung. 11)

  Daerah Aliran Sungai; 10)

  9) Meningkatkan kerja sama antar daerah otonom yang berbatasan, khususnya terkait

  8) Meningkatkan kerja sama antar intansi pemerintah yang berwenang dalam penyelenggaraan kegiatan yang bertujuan kelestarian dan keberlanjutan kawasan lindung;

  7) Mendorong pemanfaatan kawasan lindung yang tidak mengganggu sistem ekologi yang telah berjalan;

  9) Mengendalikan intensitas kegiatan industri dan pergudangan pada sub wilayah kota yang telah ada;

  10) Mengembangkan komplek industri dan pergudangan yang mempertimbangkan aspek ekologis;

  11) Mengarahkan terbentuknya kawasan ruang terbuka non hijau untuk menampung kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat, secara merata pada sub wilayah kota;

  12) Mengarahkan dan menata kawasan bagi kegiatan sektor informal, dengan upaya :

   Mengatur persebaran pedagang pada wilayah-wilayah tertentu sesuai dengan jenisnya;  Memberikan kemudahan dalam proses penyediaan modal dan bantuan teknis untuk sektor informal;  Mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak lain agar sektor informal lebih berkembang; dan  Menetapkan regulasi bagi keberadaan sektor informal.

  13) Menetapkan kawasan ruang evakuasi bencana;

  14) Mengembangkan fasilitas umum dan sosial, meliputi pelayanan umum pendidikan, kesehatan, dan peribadatan, dengan upaya :

   Mengarahkan pendistribusian pembangunan fasilitas umum secara merata pada sub wilayah kota;  Meningkatkan kualitas tiap fasilitas umum yang sudah ada;  Membangun pusat pelayanan baru dengan memperhatikan sistem pelayanan wilayah kota;  Meningkatkan skala pelayanan fasilitas yang memenuhi arahan untuk fasilitas dengan skala pelayanan regional, kota serta lokal yang menciptakan fungsi kegiatan primer, sekunder, dan tersier;  Menciptakan efisiensi serta efektifitas pelayanan yang ada sehingga mampu menjangkau seluruh penduduk di semua sub wilayah kota yang ada dengan cara :

  a) Membatasi dan mengarahkan perkembangan fasilitas yang berkelompok pada pusat pelayanan tertentu; b)

  Melakukan upaya pemerataan penyediaan fasilitas pada sub wilayah kota yang memerlukan dengan pertimbangan konsentrasi penduduk. 15)

  Mendukung pemanfaatan kawasan militer;

16) Membatasi pemanfaatan kawasan budidaya yang mengganggu ekosistem yang ada.

  b.

  Arahan Pengembangan Struktur Ruang Kebijakan Pemantapan Kota Malang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan pada kesiapan dan kenyamanan Kota Malang sebagai kota yang melayani kegiatan skala nasional. Kebijakan Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Berskala Regional diarahkan pada kemudahan akses dan pelayanan Kota Malang sebagai daya tarik kegiatan skala regional. Kebijakan Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan Andalan Malang Raya diarahkan pada kerja sama kawasan Malang Raya untuk peningkatan ekonomi masyarakat Kota Malang. Kebijakan Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota Malang diarahkan pada harmonisasi perkembangan kegiatan dan pelayanan yang berjenjang, skala regional dan/atau skala wilayah kota, skala sub wilayah kota, dan skala lingkungan wilayah kota. Kebijakan pengembangan prasarana wilayah Kota Malang diarahkan pada pengembangan dan penataan sistem jaringan prasarana utama transportasi, jaringan prasarana lainnya, dan infrastruktur kota untuk peningkatan layanan masyarakat Kota Malang dan menghindari disparitas perkembangan kawasan antar sub wilayah kota.

7.1.3 Ketentuan Zonasi

7.1.3.1 Ketentuan Zonasi Kawasan Perumahan

  Ketentuan umum kegiatan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. Menyediakan lahan untuk mengembangkan hunian dengan kepadatan tinggi dengan tipe yang bervariasi; b.

  Menyediakan lingkungan hunian yang sehat nyaman, selamat, aman dan asri yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas minimum; c.

  Membatasi kegiatan komersil pada zona perumahan.

  Ketentuan umum Peraturan zonasi pada kawasan perumahan dilakukan dengan ketentuan, sebagai berikut : a.

  Pengembangan bangunan vertikal pada kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi, kepadatan sedang, maupun kepadatan rendah; b.

  Pada kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi, disediakan RTH minimum 10% dari luas total kawasan; c.

  Pada kawasan perumahan dengan kepadatan sedang, disediakan RTH minimum 20% dari luas kawasan; d.

  Pada kawasan perumahan dengan kepadatan rendah, disediakan RTH minimum 30% terhadap luas kawasan secara keseluruhan; e.

  Pada kawasan perumahan dengan konsep rumah taman harus disediakan RTH minimum 60% terhadap luas kawasan secara keseluruhan; f. Pada kawasan perumahan yang memiliki sejarah lama, bentuk bangunan tetap dipertahankan, tetapi fungsinya boleh berubah menjadi non hunian; g.

  Pemenuhan fasilitas komersial dan jasa skala lingkungan di kawasan perumahan, minimal pada koridor utama perumahan formal yang dibangun oleh pengembang; h.

  Pemenuhan fasilitas umum pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan olah raga pada kawasan perumahan; i.

  Pada suatu persil kawasan perumahan dapat diadakan perubahan struktur bangunan yang akan digunakan; j.

  Kawasan perumahan wajib dilengkapi dengan sumur resapan air hujan; k.

  Tiap bangunan perumahan wajib dilengkapi dengan RTH privat minimal 10% dari luas persilnya.

7.1.3.2 Ketentuan Zonasi Kawasan Perdagangan dan Jasa

  Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan perdagangan dan jasa dilakukan dengan ketentuan, sebagai berikut a. pada kawasan perdagangan dan jasa, suatu persil dapat diadakan perubahan struktur bangunan yang akan digunakan; b.

  Penggunaan pelengkap dalam kawasan perdagangan dan jasa diizinkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; c.

  Pembangunan hunian dapat diizinkan pada kawasan perdagangan dan jasa; d.

  Kegiatan perdagangan dan jasa pada kawasan perumahan dibatasi; e. Pada kawasan perdagangan dan jasa wajib disediakan prasarana minimum berupa tempat off street), area bongkar muat, dan penyimpanan/gudang parkir pada persilnya sendiri ( yang memadai; f.

  Kawasan perdagangan dan jasa tidak boleh menimbulkan gangguan terhadap kepentingan umum.

  Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa terutama pada jenis perdagangan yang banyak menimbulkan bangkitan dan tarikan yang besar harus disertai dengan sistem parkir yang memadai terutama parkir dalam bangunan ( off street). Pada kawasan perdagangan dan jasa khususnya pertokoan, sistem drainase dibangun terpisah antara limbah aktivitas pertokoan dengan air limpasan permukaan. Pada kawasan perdagangan skala besar, basement storage yang dapat langsung disalurkan ke saluran drainase yang digunakan yaitu saluran primer atau sekunder terdekat. Pada kawasan perdagangan dan jasa khususnya bangunan pasar, diterapkan sistem drainase terpisah.

  7.1.3.3 Ketentuan Zonasi Kawasan Peruntukan Industri

  Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri disusun dengan: a.

  Memanfaatkan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia di wilayah sekitarnya, dan daya dukung lingkungan; b. Membatasi pembangunan perumahan baru sekitar kawasan peruntukan industri; c. Komposisi penggunaan lahan untuk kawasan industri yaitu 70% untuk industri, 10% untuk jaringan jalan, 10% fasilitas dan utilitas umum, dan 10% ruang terbuka hijau; d.

  Memperbanyak jumlah tanaman di sekitar kawasan industri untuk mengurangi gangguan polusi udara; e.

  Jalan yang dibangun harus dapat menampung beban dari muatan kendaraan berat (klasifikasi jalan kelas A); f. Tersedianya ruang parkir yang cukup untuk menaruh berbagai macam kendaraan; g.

  Tersedianya ruang untuk penyediaan fasilitas (asrama, perumahan karyawan, dan sebagainya) bagi tenaga kerja industri.

  7.1.3.4 Ketentuan Zonasi Kawasan Peruntukan Perkantoran

  Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perkantoran disusun dengan : a.

  Pengaturan kapling dengan ukuran minimum 75 m2 (untuk swasta) dan 1.000 m2 (untuk bangunan pemerintahan); b.

  Kepadatan bangunan untuk swasta maksimum 80 unit/ha, dan minimum 7 unit/ha untuk bangunan pemerintah; c.

  Menyediakan lahan parkir dengan minimum 10% dari luas kapling atau kawasan; d.

  Menyediakan ruang terbuka hijau minimum 10% dari luas kawasan; e. Menyediakan ruang terbuka non hijau; baik berfungsi untuk kepentingan publik maupun kepentingan ekonomi (seperti perdagangan informal); dan f.

  Menyediakan jalur pejalan kaki dengan lebar minimum 1,5 m.

  7.1.3.5 Ketentuan Zonasi Kawasan Peruntukan Fasilitas Umum

  Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan fasilitas umum disusun, dengan : a.

  Pengaturan kapling dengan ukuran minimum 75 m2 (untuk swasta) dan 1.000 m2 (untuk bangunan pemerintahan); b.

  Tinggi maksimum bangunan 1 lantai, terkecuali pada zona publik; c. Pengaturan kavling dengan ukuran sedang sampai besar; d.

  Memperbanyak jumlah tanaman dan ruang terbuka di sekitar kawasan, dengan menyediakan lahan minimal sebesar 20% dari luas kawasan; e.

  Tersedia sistem jaringan yang lengkap, untuk memenuhi jaringan wisata dan jaringan objek wisata; f.

  Tersedianya ruang parkir yang cukup untuk menaruh berbagai macam kendaraan.

  7.1.3.6 Ketentuan Zonasi Kawasan Ruang Terbuka Hijau

  Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan RTH dilakukan dengan ketentuan, sebagai berikut : a.

  Melarang kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan RTH publik; b. Melarang kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan kota dan tutupan vegetasi; c.

  Untuk kawasan resapan air, disusun ketentuan umum zonasi, sebagai berikut : 1)

  Memanfaatkan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan; 2) menyediakan sumur resapan pada lahan terbangun yang sudah ada; d.

  Menerapkan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya; e.

  Pada zona hijau terbuka, dibangun tampungan sementara untuk menampung limpasan permukaan yang terjadi yang akan langsung dibawa ke saluran drainase terdekat; f.

  Pada zona Hijau Median Jalan, dibangun sistem inlet menuju ke taman median jalan dan dapat ditambahkan saluran pipa poros dan sumur resapan sebagai tampungan limpasan hujan di jalan raya.

7.1.4 Indikasi Program

  Pembangunan perkotaan bersifat komprehensif yang akan melibatkan berbagai sektor kehidupan serta membutuhkan sumber daya modal yang besar. Di pihak lain, keterbatasan modal pembangunan (baik dalam pengertian dana, sumber daya manusia, maupun bahan baku pembangunan) merupakan masalah umum yang dihadapi dalam proses pelaksanaan pembangunan. Adanya keterbatasan tersebut menyebabkan pembangunan perkotaan tidak dapat dilangsungkan sekaligus, tetapi dilakukan secara bertahap.

  Di samping faktor keterbatasan tersebut, pembangunan perkotaan sendiri pada hakekatnya merupakan pembangunan yang berlangsung terus-menerus sejalan dengan dinamika perkembangan kota, baik secara fisik, ekonomi, maupun sosial budaya. Pembangunan tidak hanya berarti membangun sesuatu yang baru atau merombak yang lama dan kemudian menggantinya dengan yang baru, tetapi juga merupakan proses memperbaiki kondisi yang lama sehingga dapat dimanfaatkan secara lebih optimal. Tahap-tahap pelaksanaan pembangunan ditentukan berdasarkan skala prioritas tertentu. Dalam kerangka perencanaan tata ruang, skala prioritas pelaksanaan pembangunan tersebut dapat dibedakan menjadi prioritas program sektoral (yaitu jenis program sektoral yang akan dilaksanakan) dan prioritas spatial (yaitu dimana pembangunan program sektoral tersebut akan dilaksanakan). Kedua skala prioritas ini memiliki kaitan yang erat satu sama lainnya.

  Program-program pembangunan wilayah Kota Malang per tahapan secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel Program-program pembangunan tersebut secara umum terbagi atas program pembangunan yang dilakukan untuk jangka waktu tertentu maupun yang dilakukan secara berkala (seperti program-program peningkatan kemampuan kelembagaan pembangunan). Ditinjau dari kemungkinan realisasinya, dengan mengacu pada tingkat pertumbuhan penduduk dan total daya tampung kawasan serta faktor kondisi sosial-ekonomi- politik saat ini, maka diperkirakan tidak seluruh komponen yang direncanakan akan dapat terealisasi dalam kurun waktu umum berlakunya Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang selama 20 tahun. Untuk itu penentuan jangka waktu pelaksanan pembangunan tersebut ditetapkan dalam suatu kurun waktu tertentu yang relatif lebih panjang, disesuaikan dengan kurun waktu program pembangunan jangka pendek (lima tahun). Tahapan pembangunan yang mendesak akan diprioritaskan dilakukan pada 5 hingga 10 tahun pertama.

Tabel 7.1 Arahan RTRW Kota Malang untuk Bidang Cipta Karya

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

  (1) (2) 1.

  1. Pembangunan Taman, Sirkuit Wisata Penyediaan Sarana dan Prasarana di Konvensi dan Pasar Seni Perumahan Baru 2.

  2. Pembangunan Perumahan Baru Penyediaan sarana prasarana dan peningkatan kualitas trotoar sebagai fasilitas pejalan kaki 3. Perluasan jaringan pelayanan distribusi air bersih

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG

  (1) (2) 4.

  Perbaikan saluran drainase sesuai masterplan yang telah disusun

Tabel 7.2 Identifikasi Kawasan Strategis Kota Malang Berdasarkan RTRW

  Kawasan Strategis Kota Sudut Kepentingan Lokasi Kawasan

  (1) (2) (3) Ekonomi 1.

  Perdagangan yang berpusat di Pasar Besar

  2. Sentra Industri (industri keripik di Sanan, mebel di Tunjungsekar, saniter di Karangbesuki, kerjainan rotan di Arjosari)

  Sosial Budaya 1.

  Kawasan Kayutangan yang terdiri dari kompleks pertokoan di sepanjang koridor Kajoetangan straat, dan pertokoan di perempatan

  Kawasan strategis Kota Kajoetanganstraat- Malang

  Semeroestraat; 2. Kawasan Bundaran Tugu yang terdiri dari Stasiun

  Kereta Api Malang, Gedung HBS/AMS di JP. COEN PLEIN (Alun-alun Bunder), dan Balai Kota Malang;

  Koridor Jalan Semeru Jalan Besar Ijen yang terdiri dari Gedung Sekolah Menengah

  • – 3.

  Christ MULO Kristen ( School) dan Komplek Stadion Gajayana.

  Tabel 7. 3 Identifikasi Indikasi Program RTRW Kota Malang terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

  

Usulan Program Merupakan Sumber Instansi

No Lokasi Utama KSK Pendanaan Pelaksana

  (1) (2) (3) (4) (5) (6)

  1 Pembangunan Kecamatan Tidak APBD Dinas PU Taman (taman Kedungkandang Kemitraan rekresasi, anggrek, olahraga)

  No Usulan Program Utama Lokasi Merupakan KSK Sumber Pendanaan Instansi Pelaksana

  5 Penyediaan sarana dan prasaranan di perumhaan baru

  Seluruh wilayah Kota Malang

  8 Perbaikan saluran drainase sesuai masterplan yang telah disusun

  PDAM

  Ya APBD Kemitraan

  7 Perluasan jaringan distribusi air bersih Tlogomas, Merjosari, Karang Besuki, Bandulan, Mulyorejo, Bandung Rejosari, Bakalan Krajan, Bumiayu, Arjowinangun, Tlogowaru, Wonokoyo, Buring, Kedung Kandang, Lesanpuro, Madyopuro, Cemoro Kandang, Tunjung Sekar, Desa Tasik Madu dan Tunggul Wulung.

  Kota Malang Ya APBD Dinas PU

  6 Penyediaan sarana dan peningkatan kualitas trotoar sebagai fasilitas pejalan kaki

  Dinas PU

  Tidak APBD Kemitraan

  Kec Sukun, Kec Lowokwaru, Kec Kedungkandang, Kec Blimbing

  Dinas PU

  (1) (2) (3) (4) (5) (6)

  Tidak APBD Kemitraan

  Kec Sukun, Kec Lowokwaru, Kec Kedungkandang, Kec Blimbing

  4 Pembangunan Perumahan Baru

  Dinas PU

  Tidak APBD Kemitraan

  3 Pasar Seni Kecamatan Kedungkandang

  Dinas PU

  Tidak APBD Kemitraan

  Kecamatan Kedungkandang

  2 Sirkuit Wisata Konvensi (Malang Hall Convention Center)

  Ya APBD Dinas PU

7.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Malang

  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencanarencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

  Penyusunan RPI2-JM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan pembangunan bidang lainnya. Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPI2-JM CK seperti visi, misi, serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah.

7.2.1 Kebijakan Pembangunan Daerah

  RPJM Daerah Kota Malang, 2009

  • –2013 ini disusun dengan maksud untuk memenuhi amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tata cara penyusunan,pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Adapun tujuannya adalah : 3.

  Menetapkan visi, misi, dan program pembangunan dalam jangka menengah 4. Menyediakan satu acuan resmi bagi seluruh jajaran pemerintah daerah dalam menyusun

  Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana Kerja (Renja) SKPD, dan perencanaan penganggaran;

  5. Menyediakan sebuah parameter untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja setiap program dan kegiatan daerah;

  6. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara perencanaan pembangunan Nasional, Provinsi dan Kota Malang Visi dalam RPJMD Kota Malang tahun 2009-2013 adalah :

  

“TERWUJUDNYA KOTA MALANG SEBAGAI KOTA PENDIDIKAN YANG

BERKUALITAS, KOTA SEHAT DAN RAMAH LINGKUNGAN, KOTA PARIWISATA

YANG BERBUDAYA, MENUJU MASYARAKAT YANG MAJU DAN MANDIRI” Adapun makna dari visi tersebut adalah sebagai berikut :

  

Kota Pendidikan yang Berkualitas, mengandung makna bahwa pembangunan Kota

Malang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam arti yang luas.

  Pengertian pendidikan yang bekualitas adalah bahwa :

  

a. Penyelenggaraan pendidikan pada semua jenjang di Kota Malang harus memiliki

  kualitas tinggi;

  

b. Penyelenggaraan pendidikan diarahkan untuk menghasilkan SDM yang memiliki

  keunggulan kompetitif dalam hal penguasaan, pemanfaatan dan pengembangan

  IPTEK, serta memiliki wawasan global dengan kearifan lokal (berbudi pekerti luhur);

  

c. Kebijakan pemerintah kota diarahkan pada kebijakan-kebijakan yang berpihak

  kepada kepentingan pendidikan dalam arti luas, yang meliputi; (1) peningkatan kapasitas SDM pemerintah kota sebagai pengemban fungsi pelayanan publik; (2) peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan di semua level melalui pengembangan SDM dan kelembagaan; (3) membuka akses seluas-luasnya kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya kepada masyarakat yang kurang/tidak mampu secara ekonomi, untuk dapat menuntut ilmu melalui jalur formal (sekolah).

  

Kota Sehat dan Ramah Lingkungan, mengandung makna bahwa pembangunan di

  Kota Malang diarahkan untuk mewujudkan Kota yang sehat dan berwawasan lingkungan. Pengertian kota sehat dan ramah lingkungan adalah sebagai berikut : a.

  Kota sehat adalah kota yang memiliki kualitas lingkungan fisik dan sosial kemasyarakatan yang baik sehingga menjadi kota yang memberikan rasa aman, (City fit to live in) nyaman dan sehat bagi warga kotanya b.

  Kota yang ramah lingkungan adalah kota yang dalam melaksanakan pembangunan selalu memperhatikan kelestarian daya dukung lingkungan.

  

Kota Pariwisata yang Berbudaya, mengandung makna bahwa pembangunan di Kota

  Malang diarahkan untuk mewujudkan Kota Malang sebagai kota tujuan wisata dengan tetap melestarikan budaya khas malangan. Pengertian Kota Pariwisata yang berbudaya adalah sebagai berikut: a.

  Kota pariwisata adalah kota yang menjadi tujuan wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Obyek wisata yang akan dikembangkan adalah obyek wisata pendidikan, wisata sejarah, wisata belanja maupun wisata lainnya.

  b.

  Kota pariwisata yang berbudaya adalah kota pariwisata yang tetap melestarikan budaya khasnya beserta nilai-nilai yang dikandungnya.

  

Menuju Masyarakat yang Maju dan Mandiri, mengandung makna bahwa tujuan

  pembangunan yang akan dilakukan adalah untuk mewujudkan masyarakat Kota Malang yang maju dan mandiri. Pengertian masyarakat yang maju dan mandiri adalah sebagai berikut : a.

  Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang maju dalam penguasaan ilmu dan teknologi, maju dalam derajat kesehatannya dan maju dalam mengembangkan budaya dan pariwisatanya.

  b.

  Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang mampu membiayai sendiri semua kebutuhan dan aktifitas yang dilakukannya. Dalam rangka mewujudkan visi sebagaimana tersebut di atas, maka misi pembangunan dalam Kota Malang Tahun 2009-2013 adalah sebagai berikut:

  Misi 1 : Mewujudkan dan Mengembangkan Pendidikan yang Berkualitas Misi 2 : Mewujudkan Peningkatan Kesehatan Masyarakat Misi 3 : Mewujudkan Penyelenggaraan Pembangunan yang Ramah Lingkungan Misi 4 : Mewujudkan Pemerataan Perekonomian dan Pusat Pertumbuhan Wilayah

  Sekitarnya Misi 5 : Mewujudkan dan Mengembangkan Pariwisata yang Berbudaya Misi 6 : Mewujudkan Pelayanan Publik yang Prima

  Dalam rangka merealisasikan misi, maka tujuan yang ditetapkan adalah sebagai berikut:

  Misi 1 : Mewujudkan dan Mengembangkan Pendidikan yang Berkualitas

  Tujuan : 1.

  Meningkatkan Mutu Pendidikan 2. Memeratakan Kesempatan Memperoleh Pendidikan 3. Meningkatnya pengetahuan masyarakat

  Misi 2 : Mewujudkan Peningkatan Kesehatan Masyarakat

  Tujuan : 1.

  Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kesehatan 2. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan

  Misi 3 : Mewujudkan Penyelenggaraan Pembangunan yang Ramah Lingkungan

  Tujuan : 1.

  Penataan dan pengendalian ruang kota 2. Menyediakan rencana pembangunan yang memadai 3. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup

  Misi 4 : Mewujudkan Pemerataan Perekonomian dan Pusat Pertumbuhan Wilayah Sekitarnya

  Tujuan : 1.

  Peningkatan perkenomian daerah 2. Peningkatan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi

  Misi 5 : Mewujudkan dan Mengembangkan Pariwisata yang Berbudaya

  Tujuan : 1.

  Mewujudkan dan mengembangkan potensi pariwisata 2. Mengembangkan seni budaya

  Misi 6 : Mewujudkan Pelayanan Publik yang Prima

  Tujuan : 1.

  Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan 2. Meningkatkan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan 3. Meningkatkan pengelolaan aset-aset milik daerah 4. Meningkatnya ketersediaan fasilitas umum 5. Peningkatan pelayanan dasar masyarakat 6. Pengembangan sarana transportasi 7. Meningkatnya ketentraman dan ketertiban masyarakat 8. Meningkatkan Kerukunan dan kemantapan kehidupan beragama 9. Kesejahteraan masyarakat

7.2.2 Kebijakan Keuangan Daerah

  Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah tahun anggaran 2009

  • – 2013 masih dijumpai permasalahan seperti kualitas sumberdaya manusia dan sarana prasarana yang belum memadai. Tidak tercapainya realisasi belanja sesuai dengan yang direncanakan karena dalam pelaksanaan belanja daerah pada setiap program dan mengedepankan prinsip efisiensi, efektif dan ekonomis namun secara fisik program, kegiatan telah tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan. Hanya saja ada beberapa kegiatan tidak bisa dilaksanakan karena kegagalan proses lelang.

  Untuk mengatasi permasalahan yang selama ini menjadi kendala dalam pengelolaan keunagan daerah, maka telah ditempuh beberapa langkah berikut meliputi: a.

  Pelaksanaan Bimtek dan Diklat Pengelolaaan Keuangan Daerah, penyusunan Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Daerah dalam bentuk Peraturan Walikota tentang sistem dan prosedur pengelolaa334dn keuangan daerah dan peraturan walikota tentang kebijakan akuntansi serta mengadakan sarana dan prasarana secara bertahap guna mendukung pelaksanaan tersebut sehingga diharapkan pengelolaan keuangan daerah dapat terlaksanan secara efektif, efisien, ekonomis, transparan dan akuntabel b.

  Meningkatakan kemampuan sumber daya aparatur di bidang pendapatan c. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat wajib pajak dan wajib lainnya d.

  Mengadakan penagihan tunggakan pajak e. Menyiapkan / membangun / mengadakan sarana pendukung serta melakukan penggantian terhadap sarana dan prasarana yang melampaui umur teknis dan ekonomis secara bertahap sesuai dengan anggaran.

7.2.3 Indikator Kinerja

  Indikator kinerja daerah akan menggambarkan rencana capaian indikator kinerja masing-masing urusan pemerintahan di dalam masing-masing Misi Pembangunan Kota Malang 2013 – 2018, termasuk didalamnya program-program pembangunan prioritas.

Tabel 7.4 Indikasi Rencana Program Prioritas RPJMD Kota Malang

  No Indikator Kinerja Program

  1 Sosial Pembinaan PMKS, Peningkatan fasilitas penanganan PMKS,

  • Peningkatan kerjasama guna pembinaan PMKS Optimalisasi bantuan program bagi warga miskin,
  • Peningkatan pelatihan keterampilan untuk pemberdayaan masyarakat miskin Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
  • 2 Kesatuan Bangsa Politik Peningkatan pendidikan politik kewarganegaraan
  • dalam negeri Peningkatan darana dan prasarana keamanan lingkungan
  • Koordinasi dan kerjasama keamanan lingkungan dengan
  • aparat terkait Penyelesaian konflik horizontal secara dini
  • Peningkatan kesiagaan terhadap bencana
  • 3 Pemberdayaan Peningkatan peran keluarga sebagai kelompok sosial terkecil
  • perempuan dan Peningkatan perlindungan perempuan dan anak
  • perlindungan anak

  4 Komunikasi dan Efektifitas dan efisiensi pengolahan data dalam sistem

  • Informatika manajemen informasi yang berkaitan dengan pelayanan publik Perluasan akses publik terhadap informasi publik
  • 5 Kearsipan Pengembangan sistem dan informasi data base daerah
  • 6 Otonomi daerah, Peningkatan failitas pelayanan publik
  • pemerintahan umum, Optimalisasi saluran penggandaan layanan publik melalui
  • administrasi keuangan berbagai media disertasi dengan penanganan yang cepat daerah, perangkat daerah, dan tepat kepegawaian, dan Peningkatan pengelolaan keuangan dan kinerja daerah
  • persandian

  7 Kependudukan dan Peningkatan layanan administrasi kependudukan

  • Catatan Sipil

  • Peningkatan kuantitas dan kualitas kegiatan penelitian, pengembangan, dan statistik dalam perencanaan daerah
  • Peningkatan kualitas musrenbang sebagai media serap aspirasi pembangunan daerah
  • Peningkatan Pemantauan dan pengawasan terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
  • Peningkatan fasilitas sarana prasarana pertamanan dan dekorasi kota
  • Pengelolaan PJU, PJL dan dekorasi kota
  • Peningkatan pengendalian pemanfaatan ruang dan meningkatkan kesesuaian pemanfaatan lahan dengan rencana tata ruang
  • Pengoptimalan pengawasan penyelenggaraan penataan ruang termasuk didalamnya melalui pengendalian pemanfaatan ruang

  10 Lingkungan Hidup

  17 Pariwisata

  16 Kebudayaan

  15 Kesehatan

  14 Kepemudaan dan Olahraga

  13 Pendidikan

  12 Pertanahan

  11 Penataan Ruang

  9 Perencanaan Pembangunan

  8 Statistik

  No Indikator Kinerja Program

  • Pembuatan kebijakan daerah untuk mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
  • Invemntarisasi lahan aset daerah
  • Pengendalian pemanfaatan lahan aset daerah

  • Peningkatan mutu manajemen pendidikan
  • Peningkatan profesionalme guru dan tenaga kependidikan
  • Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan
  • Peningkatan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

  • Peningkatan kapasitas dan kompetensi pemuda
  • Fasilitasi kesempatan berekspresi, beraktivitas, dan berorganisasi
  • Peningkatan penyelenggaraan event-event olahraga bagi pemuda

  • Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana/ prasarana kesehatan
  • Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat dan makanan
  • Peningkatan keselamatan dan kesehatan ibu melahirkan, bayi, dan balita
  • Peningkatan peran serta masyarakat dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
  • Pembinaan Kesehatan Keluarga melalui Program Keluarga Berencana

  • Inventarisasi aset budaya tradisional Kota Malang, terutama yang dapat dikembangkan sebagai potensi wisata
  • Inventarisasi dan pembinaan kelompok-kelompok budaya di Kota Malang
  • Peningkatan dukungan dan apresiasi terhadap aktivitas kebudayaan oleh budayawan/seniman dan masyarakat

  • Fasilitasi dan intensifikasi promosi wisata berbasis seni budaya
  • Pengembangan destinasi pariwisata

  18 Koperasi dan UKM

  • Pembuatan kebijakan daerah yang mendorong tumbuh kembangnya UKM
  • Pembinaan kapasitas kelembagaan UKM

  No Indikator Kinerja Program

  • Pembinaan manajemen keuangan UKM

  19 Perdagangan

  • Inventarisasi jumlah dan sebaran PKL serta Peningkatan bantuan kredit permodalan melalui fasilitasi hubungan dengan kalangan perbankan
  • Pembangunan sentrasentra PKL yang layak, yang terintegrasi dengan kawasan pengembangan kota
  • Pengembangan kerjasama dengan berbagai pihak untuk memberdayakan pedagang pasar tradisional
  • Penataan pasar tradisional kecamatan
  • Peningkatan produksi potensi unggulan daerah di bidang pertanian/perkebunan, peternakan, dan perindustrian
  • Peningkatan ketersediaan dan cadangan pangan daerah
  • Peningkatan penganekaragaman produksi pangan
  • Peningkatan distribusi bahan pangan
  • Peningkatan kualitas tenaga kerja
  • Peningkatan kesejahteraan tenaga kerja
  • Peningkatan fasilitasi konflik hubungan industrial
  • Optimalisasi alih Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam pengolahan produk unggulan
  • Pengembangan kawasan industri kecil menengah terpadu
  • Penanganan persoalan kemacetan di berbagai ruas jalan
  • Peningkatan pengendalian pemanfaatan sarana transportasi dan perhubungan
  • Peningkatan kapasitas kelembagaan perencana dan pelaksana sistem transportasi dan memperkuat koordinasi antar sektor dan pihak terkait
  • Peningkatan pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan sarana bina marga
  • Peningkatan ketersediaan infrastruktur drainase

  20 Pertanian

  21 Ketahanan pangan

  22 Ketenagakerjaan

  23 Industri

  24 Perhubungan

  25 Pekerjaan umum

  26 Perumahan

  • Penyediaan infrastruktur dasar di wilayah miskin
  • Peningkatan ketersediaan infrastruktur permukiman rakyat yang layak
  • Pengelolaan TPU

  Sumber : RPJMD Kota Malang Tahun 2009

  • – 2013

7.3 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

  Pedoman yang digunakan untuk mengatur dan mengendalikan rencana bangunan, merujuk pada Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dari Direktorat Tata Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum serta pedoman dan ketentuan umum tata bangunan yang biasanya berlaku di beberapa kota di Indonesia. Pedoman dan ketentuan tersebut adalah mengenai pengaturan tinggi maksimum bangunan, kerenggangan bangunan, jarak muka bangunan dan samping bangunan, serta keamanan terhadap jalur penerbangan rendah (helikopter) dan keamanan pada lintasan jalur terbang pesawat terbang.

  Di samping itu masih pula diperlukan pengaturan bagi pengadaan unsur-unsur lingkungan sebagai komponen pendukung wajah kota. Yang termasuk di sini ialah misalnya jaringan utilitas, street furniture, serta ruang terbuka dan tata hijau. Penataan dilakukan baik pada bagian-bagian kawasan di dalam kavling maupun di luar kavling atau public space. Unsur-unsur pendukung ini merupakan hal penting dalam penataan lingkungan, yang fungsinya antara lain 1.Keseimbangan lingkungan, 2. Kemudahan dan kenyamanan bagi umum, 3.Faktor pemersatu estetika lingkungan, 4. Variabel desain (seperti aksen, kontras dan focal point).

  Penataan koefisien dasar bangunan pada kawasan-kawasan di Kota Malang diarahkan sebagai berikut :

  1. Kegiatan komersial

   Perdagangan pada kawasan pusat kota Perdagangan pada pusat kota ini memiliki skala pelayanan yang sangat luas, sehingga seluruh kawasan yang memiliki skala pelayanan yang sangat luas, sehingga seluruh kawasan yang dimiliki dapat digunakan sebagai bangunan. Arahan penataan bangunannya adalah : KDB = 90 - 100 %, KLB = 1 - 3,0 dan TLB = 4 - 20 lantai. Dan KDB ini termasuk sistem parkir yang ada di dalam bangunan ( off street).

   Jasa komersial pada kawasan pusat kota Termasuk didalamnya antara lain show room, biro perjalanan, bank, dan sebagainya. Arahan penataan bangunannya adalah : KDB nya 90 - 100 %, KLB 0,9 - 3,00 dan TLB = 4 - 20 lantai. Dan KDB ini termasuk sistem parkir yang ada di dalam bangunan.

   Kawasan perdagangan - jasa yang terletak pada sepanjang jalan utama kota tetapi tidak termasuk dalam kawasan pusat kota. Arahan penataan bangunannya adalah KDB = 90 - 100 %, KLB = 0,9 - 3,0, dan TLB = 4 - 20 lantai. Dan yang perli diperhatikan pada kegiatan ini harus mempuyai sistem parkir off sreet (didalam bangunan) tersendiri selain parkir on street (dipinggir jalan) bagi kegiatan yang banyak menimbulkan bangkitan dan tarikan kendaraan yang cukup besar.

   Kegiatan perdagangan dan jasa yang terletak pada pusat lingkungan dan yang tersebar. Termasuk kegiatan ini adalah pertokoan, toko, warung, bengkel, tukang jahit, dan sebagainya. Arahan penataan bangunannya adalah : KDB = 70 - 80 %, KLB = 0,7 - 1,6, dan TLB = 2 - 6 lantai.

  2. Perkantoran

   Perkantoran pada kawasan pusat kota

  Kawasan perkantoran yang terletak pada kawasan ini memiliki skala pelayanan tingkat kota. Arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 40 - 60 %, KLB = 0,4 - 1,8, dan TLB = 4 - 20 lantai.

   Perkantoran pada lokasi lainnya Intensitas bangunannya sedang dan pada kawasan ini harus cukup ruang terbuka untuk parkir, upacara, olah raga, serta tempat untuk pejalan kaki. Arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 40 - 60 %, KLB = 0,4 - 1,2, dan TLB = 3 - 10.

  3. Fasilitas Umum

   Fasilitas umum pada kawasan pusat kota Termasuk fasilitas ini antara lain adalah kantor pos, kantor telepon, hotel, dan sebagainya. Arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 50 - 60 %, KLB = 0,5 - 1,8, dan TLB = 4 - 20.

   Fasilitas umum pada kawasan lainnya Termasuk fasilitas ini antara lain adalah balai pertemuan, gedung serba guna, dan sebagainya. Arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 50 - 60 %, KLB = 0,5 - 1,8 %, dan TLB = 1 - 4.

  4. Industri

   Untuk industri yang mempunyai skala pelayanan besar dengan dampak yang besar, maka intensitas kegiatannya tinggi dan perlu penyediaan ruang terbuka yang cukup. Arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 40 - 50 %, KLB = 0,4 - 1,0, dan TLB = 2 - 4.

   Industri yang memiliki skala pelayanan sedang dengan intensitas kegiatan sedang.

  Pada lokasi industri semacam ini, perlu penyediaan ruang terbuka yang cukup akan tetapi tidak sebesar industri yang mempunyai skala pelayanan besar. Arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 40 - 60 %, KLB = 0,4 - 1,2, dan TLB =2 - 4.

   Industri rumah tangga, kegiatan industri ini berada pada kawasan perumahan. Arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 50 - 70 %, KLB = 0,5 - 1,4, dan TLB = 2 - 4 lantai.

  5. Perumahan

   Perumahan kapling besar, arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 30 - 50 %, KLB = 0,3 - 1,25 dan TLB = 1 - 4 lantai.

   Perumahan kapling sedang, arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 50 - 60 %, KLB = 0,50 - 1,2, dan TLB = 1 - 2 lantai.

   Perumahan kapling kecil, arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 60 - 75 %, KLB = 0,60 - 1,2 dan TLB = 1 - 2 lantai.

   %, KLB = 0,6 - 1,6 % dan TLB = 1 - 2 lantai.

  Perumahan sangat sederhana, arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 60 - 80

   - 1,20,dan TLB = 10-20.

  Rumah susun, arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 20 - 30 %, KLB = 0,80

   0,8 - 0,9 dan TLB = 1 lantai.

  Perumahan khusus, arahan penataan bangunannya adalah: KDB = 80 - 90 %, KLB =

   KDB = 80 - 90 %, KLB = 0,8 - 1,35, dan TLB = 1 - 2 lantai.

  Perumahan pada kawasan perkampungan, arahan penataan bangunannya adalah:

   dikembangkan dengan kepadatan bangunan rendah yaitu KDB maksimal 60 %, KLB maksimal 1,2, dan TLB maksimal 1 - 2 lantai.

  Khusus untuk permukiman yang terletak di wilayah Gunung Buring harus

  Dalam pengaturan KDB/KLB ini harus disesuaikan dengan Garis Sempadan Pagar (GSP) dan Bangunan (GSB). Bagi bangunan yang GSB-nya lebih kecil dalam pengertian jarak dari pagar semakin jauh, maka dapat diperbelakukan sistem intensif dalam bentuk pemberian ijin penambahan ketinggian bangunan dengan catatan KLB-nya tetap.

7.4 Arahan Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum

  Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI- SPAM dapat berupa RISPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air.

7.4.1 Rencana Sistem Pelayanan

  Pengembangan wilayah pelayanan air bersih haruslah mengacu pada rencana pengembangan wilayah pelayanan yang diarahkan ke kelurahan/desa yang sebagian dan/atau belum dilayani oleh sistem perpipaan PDAM. Adapun wilayah yang direncanakan akan dilayani oleh PDAM meliputi :  Kelurahan Tlogomas  Kelurahan Merjosari